PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Bab ini akan membahas teori medan kristal meliputi pembentukan medan
oktahedral, medan tetrahedral, dan medan linear. Disamping itu akan dibahas pula
tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kekuatan medan kristal,
energi
penstabilan medan kristal, distorsi pada kompleks oktahedral, saling silang spin dan
warna senyawa kompleks.
B. Relevansi
Bab ini terkait erat dengan materi pada bab-bab sebelumnya. Pemahaman
mahasiswa terhadap bab ini akan memudahkan mahasiswa dalam mempelajari
senyawa kompleks yang melibatkan interaksi kovalen.
C. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan pembentukan senyawa kompleks oktahedral, tetrahedral dan linear
berdasarkan Teori Medan Kristal.
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan medan kristal.
3. Menghitung energi penstabilan medan kristal.
4. Menjelaskan distorsi pada kompleks oktahedral.
5. Menjelaskan saling silang spin.
6. Menjelaskan warna senyawa kompleks.
II. PENYAJIAN
A. Uraian Materi
Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan tentang teori ikatan valensi. Teori ini
dapat menjelaskan pembentukan ikatan, geometri dan sifat magnetik senyawa
koordinasi. Antara tahun 1930-1950 teori ini merupakan teori yang popular dipakai oleh
para pakar kimia anorganik dalam menjelaskan pembentukan, geometri dan sifat
magnetik senyawa koordinasi. Akan tetapi adanya fakta-fakta yaitu perubahan sifat
magnetik senyawa koordinasi karena perubahan temperatur, kestabilan senyawa dan
spektra atau warna senyawa koordinasi yang tidak dapat dijelaskan berdasarkan teori
ikatan valensi menyebabkan dicarinya alternatif teori lain yang dapat menjelaskan faktafakta tersebut. Teori tersebut adalah teori medan kristal (Crystal Field Theory).
Teori medan kristal dikembangkan oleh dua orang ahli fisika H.Bethe (1929) dan
J.H. Van Vlekck (1923) dan digunakan pertama kali oleh mereka dan para pakar fisika
lainnya untuk menjelaskan warna dan sifat magnetik garam-garam logam transisi
terhidrat. Khususnya yang memiliki ion logam dengan orbital d yang belum terisi
sepenuhnya. Teori ini kurang dikenal oleh para pakar kimia anorganik sampai kira-kira
tahun 1950 karena pada waktu itu mereka cukup puas dengan teori ikatan valensi.
Adanya tiga fakta di atas yang tidak dapat dijelaskan oleh teori ikatan valensi
menyebabkan para pakar kimia anorganik memanfaatkan teori medan kristal dalam
menjelaskan fakta-fakta yang ada tentang senyawa koordinasi.
Sebagaimana disebutkan dimuka bahwa teori ini digunakan pertama kali untuk
menjelaskan warna dan sifat magnetik garam-garam logam transisi terhidrat dimana
ion-ion logam yang ada memiliki orbital d. Untuk itu pembahasan akan ditekankan pada
pengaruh medan kristal terhadap tingkat energi orbital-orbital yaitu d yz, dxy , dxz , dx2,
y2 dan dz2 dengan susunannya dalam ruang seperti ditunjukkan pada Gambar dibawah
ini:
mengalami kenaikan tingkat energi yang sama sehingga tetap dalam keadaan
degenerat dan memiliki simetrik yang sama.
Apabila medan negatif berasal dari ligan maka medan negatif dengan simetrik
bola tidak mungkin terbentuk karena terbatasnya jumlah ligan yang dapat berikatan
dengan ion logam. Akibatnya pengaruh medan negatif dari ligan terhadap 5 orbital d
dari ion logam cenderung tidak sama kuat meskipun semua orbital d tersebut
mengalami kenaikan tingkat energi. Dalam hal ini akan terjadi penurunan degenarasi 5
orbital d tersebut. Meskipun demikian 5 orbital d tersebut cenderung berusaha untuk
berada pada tingkat simetri yang setinggi mungkin.
1. Kompleks Oktahedral
Seandainya ada 6 ligan yang sama berikatan dengan ion logam maka tingkat
simetri 5 orbital d ion logam adalah paling tinggi apabila pembentukan ikatan tersebut
ligan-ligan mendekati ion logam pada arah sumbu +x, -y, +y, -y, +z dan z seperti
ditunjukkan pada gambar dibawah.
Interaksi tersebut menimbulkan medan octahedral dan kompleks yang terbentuk geometrinya
adalah octahedral.
Susunan
dalam
ruang 5 orbital d adalah berbeda. Tiga orbital yaitu ; d xy , dxz, dan dyzterletak diantara sumbusumbu. Sedangkan dua orbital yang lain yaitu : orbital d x2, y2 dan orbital dz2 terletak pada sumbusumbu. Pada medan octahedral interaksi antara 6 ligan dengan orbital d x2,
y2
dan orbital
dz2 adalah sama kuat. Demikian pula interaksi antara 6 ligan dengan orbital dxy, dxz, dan
dyz. Akan tetapi karena letak dua kelompok orbital tersebut berbeda maka interaksi antara 6
y2
dxy, dxz, dan dyz. Lima orbital d yang semula sama tingkat energinya akan memisah (split)
menjadi dua kelompok orbital dengan tingkat energi yang berbeda seperti ditunjukkan pada
gambar dibawah ini.
Interaksi tersebut menimbulkan medan octahedral dan kompleks yang terbentuk geometrinya
adalah octahedral.
Susunan dalam ruang 5 orbital d adalah berbeda. Tiga orbital yaitu ; d xy , dxz, dan
dyzterletak diantara sumbu-sumbu. Sedangkan dua orbital yang lain yaitu : orbital d x2,
y2
dan
orbital dz2 terletak pada sumbu-sumbu. Pada medan octahedral interaksi antara 6 ligan dengan
orbital dx2,
y2
dan orbital dz2 adalah sama kuat. Demikian pula interaksi antara 6 ligan dengan
orbital dxy, dxz, dan dyz. Akan tetapi karena letak dua kelompok orbital tersebut berbeda maka
interaksi antara 6 ligan dengan orbital d x2, y2 dan dz2 akan lebih kuat dibandingkan interaksinya
dengan orbital dxy, dxz, dan dyz. Lima orbital d yang semula sama tingkat energinya akan
memisah (split) menjadi dua kelompok orbital dengan tingkat energi yang berbeda seperti
ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Pada Gambar 4.4 orbital eg tingkat energinya adalah 6Dq lebih tinggi dibandingkan
tingkat energi rata-rata orbital d.sedangkan orbital t 2g adalah 4Dq lebih rendah
dibandingkan tingkat energi rata-rata orbital d.
1.1
Pengukuran Harga 10 Dq
Pengukuran harga 10 Dq adalah cukup rumit terutama bila orbital d terisi lebih
dari satu elektron. Pengukuran yang paling mudah adalah bila orbital d hanya terisi
sebuah elektron seperti yang terdapat pada ion kompleks [Ti(H 2O)6]3+ dengan ion pusat
Ti3+.
Konfigurasi elektron Ti3+ = [Ar] 3d1 4s0
Pada medan octahedral sebuah elektron pada orbital
3d akan menempati orbital dengan tingkat energi yang terendah yaitu pada salah satu
dari tiga orbital t2g degenerat seperti ditunjukan pada Gambar 4.5.
t2g1 eg0
t2g0 eg1
spectrum absorbsi dari transisi tersebut berupa sebuah puncak yang lebar pada daerah
sinar tampak dengan maksimum pada 20.300 cm -1 seperti ditunjukan pada gambar di
bawah ini.
Gambar 4.7. Spektrum absorbsi pada daerah sinar tampak larutan ion [Ti(H2O)6]3+ dalam
air dengan konsentrasi 0,1 M
Karena 1 kJ.mol-1 = 83,6 cm-1 maka energi yang diperlukan untuk transisi tersebut
adalah:
20300 cm-1 = 1 kJ.mol-1 = 243 kJ.mol-1
83,6 cm-1
Energi transisi tersebut setara dengan energi dari kebanyakan ikatantunggal. Pada ion
[Ti(H2O)6]3+ harga 10 Dq atau O dapat dianggap sebesar 243 kJ.mol -1. Untuk ion-ion
kompleks dengan orbital d ion pusat terisi lebih dari satu elektron maka pola transisinya
menjadi lebih rumit karena adanya interaksi antara elektron-elektron pada orbitalorbital d tersebut, sehingga pengukuran harga 10 Dq menjadi lebih sukar.
1.2 Sifat Magnetik Senyawa Kompleks Oktahedral
Di muka telah dijelaskan bahwa pada kompleks octahedral orbital-orbital d ion
pusat akan terpisah menjadi dua kelompok orbital yaitu orbital t2g dan eg. apabila
orbital d ion pusat terisi oleh tiga buah elektron maka tiga elektron tersebut akan
menempati tiga orbital t2g yang ada dengan spin yang pararel. Apabila orbital d ion
pusat terisi oleh empat elektron maka elektron yang keempat akan memiliki dua
kemungkinan yaitu menempati orbital eg atau menempati orbitalt2g dan berpasangan
dengan salah satu elektron yang telah ada pada orbital tersebut. Apabila elektron
keempat menempati orbital eg maka diperlukan energi sebesar 10 Dq, sedangkan
apabila berpasangan dengan salah satu elektron yang telah ada diorbital t2g diperlukan
energi pemasangan elektron(P). Dipilihnya salah satu dari dua kemungkinan di atas
tergantung pada perbedaan besarnya harga 10 Dq. Apabila harga 10 Dq < P maka
kompleksnya merupakan kompleks dengan medan lemah dan elektron keempat akan
menempati orbital eg karena keadaan atau konfigurasi ini adalah lebih stabil
dibandingkan bila elektron tersebut berpasanagan dengan salah satu elektron yang
terdapat pada orbital t2g.
konfigurasi 1
konfigurasi 2
Untuk kompleks oktahedral dengan harga 10Dq < P konfigurasi 1 lebih stabil
dibandingkan konfigurasi 2.
Apabila harga 10 Dq > P maka kompleksnya merupakan kompleks dengan medan kuat
dan elektron keempat akan berpasanagn dengan salah satu elektron yang terdapat
pada orbital t2g. Keadaan ini adalah lebih stabil dibandingkan apabila elektron keempat
tersebut ditempatkan pada orbital eg.
eg
eg
10 Dq > P
10 Dq > P
t2g
t2g
konfigurasi 1
konfigurasi 2
Untuk kompleks oktahedral dengan harga 10Dq > P konfigurasi 1 lebih stabil
dibandingkan konfigurasi 2.
Urutan pengisian elektron kelima sampai elektron kedelapan juga ditentukan oleh
kekuatanmedan yang
ada.
Konfigurasi
elektron
orbital d atom
pusat
untuk d1 sampai d10 diberikan pada Tabel 4.1.
Medan Lemah
Medan Kuat
dn
Konfigurasi
elektron
dn
Konfigurasi
elektron
d1
t2g1 eg0
d1
t2g1 eg0
d2
t2g2 eg0
d2
t2g2 eg0
d3
t2g3 eg0
d3
t2g3 eg0
d4
t2g3 eg1
d4
t2g4 eg0
d5
t2g3 eg2
d5
t2g5 eg0
d6
t2g4 eg2
d6
t2g6 eg0
d7
t2g5 eg2
d7
t2g6 eg1
d8
t2g6 eg2
d8
t2g6 eg2
d9
t2g6 eg3
d9
t2g6 eg3
d10
t2g6 eg4
d10
t2g6 eg4
ion
orbital-orbital
3d
terpisah menjadi orbital t2g dan eg. Karena ion tersebut bersifat paramagnetik maka 6
elektron pada orbital d tidak semuanya menempati orbital t 2g. Harga 10 Dq < Pdengan
diagram energi orbital d seperti dibawah ini.
Pada Gambar 4.4 orbital eg tingkat energinya adalah 6Dq lebih tinggi dibandingkan
tingkat energi rata-rata orbital d.sedangkan orbital t 2g adalah 4Dq lebih rendah
dibandingkan tingkat energi rata-rata orbital d.
1.1
Pengukuran Harga 10 Dq
Pengukuran harga 10 Dq adalah cukup rumit terutama bila orbital d terisi lebih
dari satu elektron. Pengukuran yang paling mudah adalah bila orbital d hanya terisi
sebuah elektron seperti yang terdapat pada ion kompleks [Ti(H 2O)6]3+ dengan ion pusat
Ti3+.
Konfigurasi elektron Ti3+ = [Ar] 3d1 4s0
Pada medan octahedral sebuah elektron pada orbital
3d akan menempati orbital dengan tingkat energi yang terendah yaitu pada salah satu
dari tiga orbital t2g degenerat seperti ditunjukan pada Gambar 4.5.
t2g1 eg0
t2g0 eg1
spectrum absorbsi dari transisi tersebut berupa sebuah puncak yang lebar pada daerah
sinar tampak dengan maksimum pada 20.300 cm -1 seperti ditunjukan pada gambar di
bawah ini.
Gambar 4.7. Spektrum absorbsi pada daerah sinar tampak larutan ion [Ti(H2O)6]3+ dalam
air dengan konsentrasi 0,1 M
Karena 1 kJ.mol-1 = 83,6 cm-1 maka energi yang diperlukan untuk transisi tersebut
adalah:
20300 cm-1 = 1 kJ.mol-1 = 243 kJ.mol-1
83,6 cm-1
Energi transisi tersebut setara dengan energi dari kebanyakan ikatantunggal. Pada ion
[Ti(H2O)6]3+ harga 10 Dq atau O dapat dianggap sebesar 243 kJ.mol -1. Untuk ion-ion
kompleks dengan orbital d ion pusat terisi lebih dari satu elektron maka pola transisinya
menjadi lebih rumit karena adanya interaksi antara elektron-elektron pada orbitalorbital d tersebut, sehingga pengukuran harga 10 Dq menjadi lebih sukar.
1.2 Sifat Magnetik Senyawa Kompleks Oktahedral
Di muka telah dijelaskan bahwa pada kompleks octahedral orbital-orbital d ion
pusat akan terpisah menjadi dua kelompok orbital yaitu orbital t2g dan eg. apabila
orbital d ion pusat terisi oleh tiga buah elektron maka tiga elektron tersebut akan
menempati tiga orbital t2g yang ada dengan spin yang pararel. Apabila orbital d ion
pusat terisi oleh empat elektron maka elektron yang keempat akan memiliki dua
kemungkinan yaitu menempati orbital eg atau menempati orbitalt2g dan berpasangan
dengan salah satu elektron yang telah ada pada orbital tersebut. Apabila elektron
keempat menempati orbital eg maka diperlukan energi sebesar 10 Dq, sedangkan
apabila berpasangan dengan salah satu elektron yang telah ada diorbital t2g diperlukan
energi pemasangan elektron(P). Dipilihnya salah satu dari dua kemungkinan di atas
tergantung pada perbedaan besarnya harga 10 Dq. Apabila harga 10 Dq < P maka
kompleksnya merupakan kompleks dengan medan lemah dan elektron keempat akan
menempati orbital eg karena keadaan atau konfigurasi ini adalah lebih stabil
dibandingkan bila elektron tersebut berpasanagan dengan salah satu elektron yang
terdapat pada orbital t2g.
k
onfigurasi 1
konfigurasi 2
Untuk kompleks oktahedral dengan harga 10Dq < P konfigurasi 1 lebih stabil
dibandingkan konfigurasi 2.
Apabila harga 10 Dq > P maka kompleksnya merupakan kompleks dengan medan kuat
dan elektron keempat akan berpasanagn dengan salah satu elektron yang terdapat
pada orbital t2g. Keadaan ini adalah lebih stabil dibandingkan apabila elektron keempat
tersebut ditempatkan pada orbital eg.
konfigurasi 1
konfigurasi 2
Untuk kompleks oktahedral dengan harga 10Dq > P konfigurasi 1 lebih stabil dibandingkan
konfigurasi 2.
Urutan
pengisian elektron
kekuatanmedan yang
1
kelima
ada.
sampai
elektron kedelapan
Konfigurasi
elektron
juga
ditentukan
orbital d atom
10
oleh
pusat
Medan Lemah
Medan Kuat
dn
Konfigurasi
elektron
dn
Konfigurasi
elektron
d1
t2g1 eg0
d1
t2g1 eg0
d2
t2g2 eg0
d2
t2g2 eg0
d3
t2g3 eg0
d3
t2g3 eg0
d4
t2g3 eg1
d4
t2g4 eg0
d5
t2g3 eg2
d5
t2g5 eg0
d6
t2g4 eg2
d6
t2g6 eg0
d7
t2g5 eg2
d7
t2g6 eg1
d8
t2g6 eg2
d8
t2g6 eg2
d9
t2g6 eg3
d9
t2g6 eg3
d10
t2g6 eg4
d10
t2g6 eg4
Konfigurasi elektron hanya yang dituliskan berkaitan dengan elektron pada orbital d atom pusat
saja. Pada kompleks octahedral. Kompleks-kompleks dengan ion pusat yang sama dapat
berada pada medan kuat atau medan lemah sehingga memiliki sifat magnetik yang berada
seperti diberikan pada contoh-contoh berikut.
Contoh
1: Ion
kompleks
kompleks
[CoF6]3- bersifat
para
magnetik,
sedangkan
ion
menjadi orbital t2g dan eg. Karena ion tersebut bersifat paramagnetik maka 6 elektron pada
orbital d tidak semuanya menempati orbital t 2g. Harga 10 Dq < Pdengan diagram energi orbital d
seperti dibawah ini.
.
Sifat paragmanetik ion [CoFe6]3- disebabkan karena adanya empat buah elektron yang tidak
berpasangan pada orbital d ion pusat.
Untuk ion kompleks [Co(NH3)6]3+
semua elektron pada orbital d akan berpasangan dengan diagram energi orbital d seperti di
bawah ini.
Dipasangkannya elektron pada orbital t2g disebabkan karena harga 10Dq > P.
Contoh
2:
sedangkan
rendah.
[Fe(H2O)6]3+ merupakan
3-
[Fe(CN)6] merupakan
Jelaskan
ion
kompleks
ion
dengan
kompleks
spin
tinggi
dengan
spin
fakta-fakta tersebut.
Ion kompleks [Fe(H2O)6]3+ dan [Fe(CN)6]3- memiliki ion pusat yang sama yaitu Fe3+dengan
konfigurasi elektron [Ar] 3d5. spin tinggi terjadi bila 5 elektron pada orbital d tersebut tidak
berpasangan sedangkan spin rendah terjadi apabila 4 dari 5 elektron tersebut berpasangan.
Tinggi energi orbital-orbital d ion pusat pada kompelks [Fe(H2O)6]3+ adalah sebagai berikut:
Elektron keempat dan kelima menempati orbital eg karena 10Dq < P. [Fe(H2O)6]3+ merupakan
ion kompleks dengan spin tinggi.
Tingkat energi orbital-orbtal d ion pusat
Elektron keempat dan kelima berpasangan dengan 2 elektron yang terdapat pada
orbital t2gkarena harga 10Dq > P. [Fe(CN)6]3- merupakan ion kompleks dengan spin rendah.
2. Kompleks Tetrahedral
Apabila 8 ligan mendekati ion logam melalui pojok-
pojok dari suatu kubus maka ligan-ligan tersebut berintraksi secara tidak langsung dengan
orbital-orbital d yang ada seperti terlihat pada gambar di bawah.
Gambar 4.8. Interaksi antara 8 ligan dengan orbital-orbital d pada ion logam
tidak langsung. Interaksi ligan dengan orbital t2g lebih kuat dari pada interaksi ligan dengan
orbital eg. hal ini menyebabkan kenaikan tingkat energi orbital t2g lebih besar disbandingkan
kenaikan tingkat energi orbital eg. apabila hanya 4 ligan yang mendekati ion pusat maka liganligan tersebut akan mendekati ion pusat melalui empat buah pojok dari kubus dalam geometri
tetrahedral seperti pada gambar 8.7 (4 buah lingkaran hitam atau putih). Pada posisi ini tolakan
antara ligan-ligan adalah minimal. Medan yang terjadi merupakan medantetrahedral dan
kompleks yang diperoleh geometrinya adalah tetrahedral dengan pemisahan orbital t2g dan
orbital eg seperti pada gambar dibawah.
Diagram tingkat energi orbital-orbital d pada medan tetrahedral biasanya digambarkan secara
lebih sederhana sebagai berikut.
Pada kompleks tetrahedral interaksi antara ligan dengan orbital-orbital d ion pusat
adalah tidak langsung dan ligan yang berintraksi hanya empat buah, sehingga medan kristal
yang timbul selalu merupakan medan lemah dengan harga 10 DqTd < P.
Contoh: Ion kompleks [FeCl4]2- berbentuk tetrahedral. Ramalkan apakah ion kompleks tersebut
bersifat paramagnetik atau diagmanetik.
[FeCl4]2- memiliki
ion
pusat
Fe2+ dengan konfigurasi elektron [Ar] 3d6. diagram tingkat energi orbital d dari ion pusat adalah
sebagai berikut.
Elektron ketiga sampai kelima menempati orbital t2g karena harga 10DqTd < P. elektron keenam
berpasangan dengan salah satu elektron yang menempati orbital eg. adanya empat elektron
yang tidak berpasangan menyebabkan ion [FeCl4]- bersifat paramagnetik.
3. Kompleks Linear
Kompleks linear dapat dianggap sebagai turunan dari kompleks octahedral yaitu apabila
dua pasangan ligan yang posisinya berlawanan pada sumbu x dan y dijauhkan dari atom pusat
sampai jaraknya tak berhingga.
dengan 4 ligan pada sumbu x dan y menyebabkan terjadinya penstabilan orbital-orbital d yang
memiliki komponen x dan y seperti ditunjukan dengan diagram dibawah.
Diagram tingkat energi orbital-orbital d untuk medan linear yang lebih sederhana adalah
sebagai berikut.
Kompleks linear biasanya diperoleh dengan ion pusat Cu+, Ag+, Au+dan Hg+ misalnya
pada kompleks [Cu(NH3)4]2+, [Ag(NH3)2]+, [CuCl2]-, [Ag(CN)2]- dan [Hg(CN)2]-. Komplekskompleks tersebut bersifat diagmanetik.
Salah satu senyawa kompleks yang seringkali dijadikan contoh pada pengajaran
senyawa kompleks di Sekolah Menengah Umum adalah [Ag(NH 3)2]Cl. Ironinya senyawa
kompleks tersebut sampai saat ini belum berhasil dikristalkan. Senyawa lain yang memiliki ion
kompleks yang sama adalah [Ag(NH3)2]NO3. ion kompleks dalam senyawa tersebut adalah
[Ag(NH3)2]+ yang berbentuk linear.
pusat sehingga interaksi antara ligan-ligan dengan orbital-orbital d ion pusat bertambah kuat
akibatnya pemisahan orbital d makin besar dan medan kristal yang timbul makin kuat. Secara
teoritik penambahan muatan ion pusat dari 2+ ke 3+ akan meningkatkan harga 10 Dq sekitar 50
%. Sebagai contoh adalah [Fe(H2O)6]2+ memiliki 10 Dq sebesar 10000 cm1 sedangkan ion
[Fe(H2O)6]3+ memiliki 10 Dq sebesar 14000 cm-1.
b.
dan
harga
10 Dq makin
besar.
lebih
dari
kali
lipat
kekuatan medantetrahedral untuk ion pusat dan jenis ligan yang sama. Sebagai contoh ion
[Ti(H2O)4]3+ memiliki
10 Dq sebesar
9000
cm 1 sedangkan
4 o atau 10 DqTd
9
4 Dqo
9
ion
[Ti(H2O)6]3+ memiliki
Dalam hal ini ada dua faktor yang mempengaruhi harga 10 Dq. Pada kedua kompleks tersebut
yaitu:
a). Interaksi anatara ligan-ligan dengan orbital-orbital d dari ion pusat pada medan oktahedral
lebih kuat dibandingkan pada medan tetrahedral.
b). Bertambahnya jumlah ligan akan memperbesar kekuatan interaksi dan pemisahan orbitalorbital d.
c.
Jenis Ligan
Ligan yang berbeda akan mengahsilkan kekuatan medan yang berbeda pula. Sebagai
contoh adalah harga 10Dq untuk [CrCl6]3-, [Cr(NH3)6]3+ dan [Cr(CN)6]3- secara berturut-turut
adalah 163 kJ. Mol-1 , 259 kJ.mol-1 dan 314 kJ.mol-1. urutan kekuatan beberapa ligan ditunjukan
dalam deret spektrokimia(spectrochemical series) sebagai berikut: I - < Br- < S2- < SCN- < Cl- <
NO3- < F- < OH- < ox2- < H2O < NCS- < CH3CN- < NH3 < py < en < dipy < phen < NO 2- < fosfina <
CN- < CO. Deret tersebut disebut juga deret Fajans-Tsuchida.
d.
timbul akibat interaksi antara ion pusat dengan ligan-ligan yang sama bertambah dengan
bertambahnya periode. Hal ini disebabkan karena pada satu golongan dari atas ke bawah
terjadi kenaikan muatan inti efaktif dengan bertambahnya periode. Kenaikan ini disebabkan
karena efek saringan (shielding) orbital 5d < 4d < 3d. Kenaikan muatan inti efektif menyebabkan
ligan-ligan tertarik lebih dekat ke ion pusat. Interaksi antara ligan-ligan dengan elektron-elektron
pada orbitald ion pusat semakin kuat, pemisahan orbital d semakin besar demikian pula dengan
harga 10Dqyang ada. Sebagai contoh harga 10Dq untuk ion-ion [Co(NH3)6]3+, [Rh(NH3)6]3+ dan
[Ir(NH3)6]3+secara berturut-turut adalah 296 kJ.mol-1 dan 490 kJ.mol-1.
Di muka telah diberikan bahwa pada kompleks oktahedral perbedaan energi antara
orbital t2g dan eg dinyatakan harga dengan 10Dq atau o. Pada simetri oktakhdral bila elektron
mengisi
terjadi
penstabilan
dan
bila
mengisi
orbital eg akan
terjadi
Energi
yang
terlibat
pada
penstabilan
suatu
kompleks
disebut
energi
Pada kompleks oktahedral besarnya CSFE untuk medan lemah ditunjukkan pada tabel di
bawah.
Tabel 4.2. Energi Penstabilan Medan Kristal pada Kompleks Oktahedral
Dengan Medan Lemah
B. CFS
E
dn
Konfigurasi
d1
t2g1 eg0
-4 Dq
d2
t2g2 eg0
-8 Dq
d3
t2g3 eg0
-12 Dq
d4
t2g3 eg1
-6 Dq
d5
t2g3 eg2
d6
t2g4 eg2
-4 Dq + P
d7
t2g5 eg2
-8 Dq + 2P
d8
t2g6 eg2
-12 Dq + 3P
d9
t2g6 eg3
-6 Dq + 4P
d0
t2g6 eg4
-0 Dq + 5P
Pada kompleks oktahedral dengan medan kuat terjadi penurunan jari-jari ion
pusat secara ajeg dari Sc 3+ (d0) samapi V3+ (d3). Hal ini terjadi karena adanya elektron
yang menempati orbital-orbital t2g. Pada ion Mn3+ (d4) elektron keempat juga menempati
orbital t2gkarena pada medan kuat harga 10 Dq > P.
6H2O
[M(H2O)6]2+
H hidrasi < 0
Untuk ion kompleks dengan tingkat oksidasi +2 (ion M 2+) ion kompleks yang terbentuk
dapat dianggap merupakan kompleks oktahedral dengan medan lemah dengan energi
pembentukan sama dengan energi hidrasi. Reaksi diatas merupakan reaksi eksotermik
dimana energi yang dibebaskan semakin besar dengan berkurangnya jari-jari ion
M2+ dengan kata lain harga H hidrasi semakin negatif dengan berkurangnya jari-jari ion
M2+. Pada kompleks oktahedral medanlemah dengan ion pusat unsur-unsur transisi
deret pertama diperoleh secara teoritis jari-jari ion Sc 2+ > Ti2+ > V2+ < Cr2+ < Mn2+ >
Fe2+ > Co2+ > Ni2+ < Cu2+ < Zn2+
Perubahan
entalpi hidrasi
ion-ion
tersebut sebagai fungsi dari jumlah elektron pada orbital dadalah paralel dengan
perubahan jari-jari ion seperti ditunjukan pada gambar berikut:
Gambar 4.12.
sabagai
Distorsi Tetragonal
Pada kompleks otahedral apabila dua ligan yang
berposisi trans (misalkan 2 ligan searah dengan sumbu z) dijauhkan atau didekatkan
terhadap atom pusat maka kompleks yang ada dikatakan mengalami distorsi tetragonal
Distorsi ini akan merubah simetri dari kompleks yang ada yaitu dari kelompok
titik Oh ke kelompok titik D4h dengan tingkat simetris pada Oh lebih tinggi dibandingkan
pada D4h. Meskipun demikian, pada situasi tertentu akibat adanya efek Jahn-Teller
distorsi yang terjadi justru menguntungkan.
Teorem
a Jahn-Teller menyatakan bahwa untuk molekul non linier pada keadaan elektronik
yang degenerat, suatu distorsi harus timbul untuk menghasilkan sistem dengan energi
yang lebih rendah, dan tingkat degenerasinya berkurang. Andaikan ligan pada arah z
mengalami distorsi tetragonal maka diagram tingkat energi orbital d akan mengalami
perubahan seperti pada gambar dibawah.
Gambar 4.14.
Akibat distorsi ini orbital t2g dan orbital eg akan mengalami pemisahan lebih lanjut.
Apabila ligan z keluar maka tolakan antara elektron-elektron dari ligan dengan elektronelektron dari ion pusat (yang menempati orbital-orbital d yang mengandung komponenz
seperti dxz, dyz,
dan dz2)
akan
berkurang. Berkurangnya gaya tolak
tersebut
menyebabkan terjadinya penstabilan atau penurunan tingkat energi dari orbital-orbital
tersebut, sebaliknya orbital-orbital d yang tidak memiliki komponen z yaitu
orbital dxy dan dx2 y2, akan mengalami pentidakstabilan dan tingkat energinya
meningkat. Hal ini mengakibatkan terjadinya pemisahan orbital t2g dan eg lebih lanjut
seperti pada gambar (a). Apabila ligan z masuk maka akan terjadi keadaan sebaliknya
sehingga diperoleh diagram tingkat energi orbital-orbital d seperti pada gambar (b).
Distorsi Jahn-Teller terjadi untuk ion pusat dengan d1, d2, d4, d5, d7, dan d9, pada
kompelks oktahedral dengan medan kuat dan ion pusat dengan d1 distorsi melalui ligan
z ke dalam memberikan penstabilan sebesar 2/3 2 sedangkan distorsi melalui ligan z
keluar akan memberikan penstabilan sebesar 1/3 2. Dengan demikian untuk ion pusat
dengan d1 distorsi melalui ligan z ke dalam adalah lebih menguntungkan dibandingkan
distorsi melalui ligan z keluar karena penstabilannya lebih besar. Untuk kompleks
oktahedral distorsi Jahn-Teller pada berbagai dn ditunjkan dengan tabel dibawah ini.
Medan Kuat
dn
Medan Lemah
Konfigurasi
Distorsi
Energi
elektron
ligan z
penstabilan
dn
Konfigurasi
Distorsi
Energi
elektron
ligan z
penstabilan
d1
t2g1eg0
Ke dalam
2/32
d1
t2g1eg0
Ke dalam
2/32
d2
t2g2eg0
Ke luar
2/32
d2
t2g2eg0
Ke luar
2/32
d4
t2g4eg0
Ke dalam
2/32
d4
t2g3eg1
Ke dalam/
1/21
ke luar
Ke dalam
5
t2g eg
d7
t2g6eg1
Ke laur
Ke luar/
2/32
t2g eg
1/21
d7
t2g5eg2
Ke dalam
d9
t2g6eg3
Ke dalam/
ke luar
ke luar
2/32
2/32
Ke dalam/
1/21
d9
t2g6eg3
ke luar
1/21
Salah satu contoh ion kompleks yang mengalami distorsi Jahn-Teller adalah
[Ti(H2O)6]3+dengan ion pusat Ti3+ yang mempunyai sebuah elektron pada orbital 3d.
Elektron tersebut akan menempati orbital dxy dan menghasilkan penstabilan
sebesar
2/3 2 dengan pola distorsi ligan z ke luar. Akibat distorsi ini transisi
elektron dapat terjadi dari orbital dxy ke orbital dx2-y2 dan orbital dz2 seperti ditunjukan
pada gambar di bawah.