Anda di halaman 1dari 8

Nama : Shinta Novita Sari

NPM : 1906413163

Teori medan ligan (Ligand Field Theory)

Teori medan ligan (Ligand Field Theory), disingkat LFT, adalah sebuah teori yang
menjelaskan ikatan pada senyawa kompleks koordinasi. Awalnya teori ini adalah aplikasi teori
medan kristal pada sistem kompleks logam transisi. Ion logam transisi mempunyai enam orbital
atom terhibridisasi dengan energi yang sama untuk berikatan dengan ligan-ligannya. Analisis
LFT bergantung pada geometri kompleks. Walaupun begitu, untuk tujuan tertentu, kebanyakan
analisis berfokus pada kompleks oktahedral dengan enam ligan berkoordinasi dengan logam.
Teori medan ligan (Ligand Field Theory) sebagai hasil modifikasi dari teori medan kristal
(Crystal FieldTheory), yaitu dengan memasukkan faktor interaksi kovalen yang dapat terjadi
antara atom pusat dengan ligan. Termasuk teori yang paling lengkap dalam menjelaskan pada
senyawa-senyawa kompleks karena melibatkan interaksi kovalen dan elektrostatik (ikatan secara
ionik), namun teori ini relatif rumit dan menyulitkan pada penjelasan beberapa kasus. Dalam
teori ini, orbital – orbital dari atom pusat akan saling berinteraksi dgn orbital–orbital dari ligan
membentuk orbital–orbital molekul.
Didalam ion bebas kelima orbitald bersifat degenerate artinya mempunyai energi yang
sama dan elektron dalam orbital ini selalu memenuhi hukum multiplicity yang maksimal. Teori
medan kristal terutama membicarakan pengaruh ligand yang tersusun secara berbeda-beda
disekitar ion pusat terhadap energi dari orbitald. Pembagian orbital d menjadi dua golongan yaitu
orbital eg atau dj dan orbital t2g atau de mempunyai arti penting dalam hal pengaruh ligan terhadap
orbital-orbital tersebut. Dengan adanya ligand disekitar ion pusat orbital d tidak lagi degenerate,
orbital d ini terbagi menjadi beberapa orbital dengan energi berbeda. Dikatakan juga orbital d ini
mengalami splitting.
Bila kelima orbital d sama dengan dan medan ligand mempengaruhi kelimanya dengan
cara yang sama maka kelima orbital d ini akan tetap degenerate pada energy level yang lebih tinggi.
Kenyataannya kelima orbital d tidak sama, yaitu ada orbital eg dan t2g. Disamping itu medan
ligand tergantung dari letaknya disekitar ion pusat, artinya apakah strukturnya oktahedral,
tetrahedral, atau planar segi empat.
Teori medan ligan melihat efek atom donor energi orbital d di kompleks logam. Pada saat
ligand mengikat atom pusat maka akan terjadi interaksi antara ligand dan atom pusat yang
menyebabkan meningkatnya energy orbital d pada atom pusat. Efek meningkatnya orbital d pada
atom pusat tergantung pada ligand yang membentuk geometri senyawa kompleks dengan atom
pusat. Ligand yang dapat membentuk geometri senyawa kompleks tetrahedral dengan atom pusat
akan memiliki efek yang berbeda dengan ligand yang dapat membentuk geometri senyawa
kompleks octahedral dengan atom pusat, karena keduanya akan berinteraksi dengan cara yang
berbeda dengan orbital d.
Uraian atau splitting dari orbital d oleh ligan, tegantung dari strukturnya dan berbeda untuk
struktur oktahedral dan tetrahedral.

1. Kompleks oktahedral berbilangan koordinasi enam

Orbital-orbital molekul yang dibentuk oleh koordinasi dapat dilihat sebagai akibat dari
donasi dua elektron oleh tiap-tiap donor σ ligan ke orbital-d logam. Pada kompleks oktahedral,
ligan mendekat ke logam sepanjang sumbu x, y, dan z, sehingga orbital simetri σ nya membentuk
kombinasi ikatan dan anti-ikatan pada orbital dz2 dan dx2−y2. Orbital dxy, dxz dan dyz yang
tersisa menjadi orbital non-ikatan. Beberapa interaksi ikatan (dan anti-ikatan) yang lemah dengan
orbital s dan p logam juga terjadi, menghasilkan total 6 orbital molekul ikatan (dan 6 orbital anti-
ikatan).
Dalam istilah simetri molekul, enam orbital pasangan menyendiri ligan-ligan membentuk
enam kombinasi linear simetri tersuai (Bahasa Inggris: Symmetry adapated linear combination)
orbital atau juga disebut sebagai orbital kelompok ligan (ligand group orbitals). Representasi
taktereduksinya adalah a1g, t1u dan eg. Logam juga mempunyai enam orbital valensi yang
memiliki representasi taktereduksi yang sama, yaitu orbital s berlabel a1g, orbital p berlabel t1u,
dan orbital dz2 beserta dx2−y2 berlabel eg. Enam orbital molekul ikatan σ dihasilkan oleh
kombinasi orbital SALC ligan dengan orbital logam yang bersimetri sama.
Ikatan π pada kompleks oktahedral terbentuk dengan dua cara: via orbital p ligan yang tidak
digunakan pada ikatan σ, ataupun via orbital molekul π atau π* yang terdapat pada ligan. Orbital-
orbital p logam digunakan untuk ikatan σ, sehingga interaksi π terjadi via orbital d, yakni dxy, dxz
dan dyz. Orbital-orbital ini adalah orbital yang tidak berikatan apabila hanya terjadi ikatan σ.
Satu ikatan π pada kompleks koordinasi yang penting adalah ikatan π logam ke ligan, juga
dikenal sebagai ikatan balik π. Ia terjadi ketika LUMO ligannya adalah orbital π* anti-ikatan.
Orbital-orbital ini berenergi sangat dekat dengan orbital-orbital dxy, dxz dan dyz orbitals, sehingga
mereka dapat membentuk orbital ikatan. Orbital anti-ikatan ini berenergi lebih tinggi daripada
orbital anti-ikatan dari ikatan σ bonding, sehingga setelah orbital ikatan π yang baru terisi dengan
elektron dari orbital-orbital d logam, ΔO meningkat dan ikatan antara ligan dengan logam
menguat. Ligan-ligan pada akhirnya memiliki elektron pada orbital molekul π*-nya, sehingga
ikatan π pada ligan melemah.
Bentuk koordinasi ikatan π yang lain adalah ikatan ligan ke logam. Hal ini terjadi apabila
orbital simetri- π p atau orbital π pada ligan terisi. Ia bergabung dengan orbital dxy, dxz dan dyz
logam, dan mendonasikan elektron-elektronnya, sehingga menghasilkan ikatan simetri-π antara
ligan dengan logam. Ikatan logam-ligan menguat oleh interaksi ini, namun orbital molekul anti-
ikatan dari ikatan ligan ke logam tidak setinggi orbital molekul anti-ikatan dari ikatan σ. Ia terisi
dengan elektron yang berasal dari orbital d logam dan menjadi HOMO kompleks tersebut. Oleh
karena itu, ΔO menurun ketika ikatan ligan ke logam terjadi.
Stabilisasi yang dihasilkan oleh ikatan logam ke ligan diakibatkan oleh donasi muatan
negatif dari ion logam ke ligan. Hal ini mengizinkan logam menerima ikatan σ lebih mudah.
Kombinasi ikatan σ ligan ke logam dan ikatan π logam ke ligan merupakan efek sinergi dan
memperkuat satu sama lainnya.
Karena enam ligan mempunyai dua orbital simetri π, terdapat total keseluruhan dua belas
orbital tersebut. Kombinasi linear simetri tersuainya mempunyai empat degenerat triplet
representasi taktereduksi, salah satunya bersimetri t2g. Orbital dxy, dxz dan dyz pada logam juga
mempunyai simetri ini, sehingga ikatan π yang terbentuk antara logam pusat dengan enam ligan
juga mempunyai simetri tersebut.

Medan listrik negatif yang sterik di sekitar kation logam akan menghasilkan tingkat energi
total yang lebih rendah dari tingkat energi kation bebas sebab ada interaksi elektrostatik. Interaksi
repulsif antara elektron dalam orbital logam danmedanlistrik mendestabilkan sistem dan sedikit
banyak mengkompensasi stabilisasinya.

Kini ion tidak berada dalam medan negatif yang uniform, tetapi dalam medan yang
dihasilkan oleh enam ligan yang terkoordinasi secara oktahedral pada atom logam. Medannegatif
dari ligan disebut dengan medanligan. Muatan negatif, dalam kasus ligannya anionik, atau ujung
negatif (pasangan elektron bebas) dalam kasus ligan netral, memberikan gayatolakan pada orbital
d logam yang anisotropik bergantung pada arah orbital. Positisi kation logam dianggap pusat
koordinat Cartesius. Maka, orbital dx2-y2 dan dz2 berada searah dengan sumbu dan orbital dxy,
dyz, dan dxz berada di antara sumbu. Bila ligan ditempatkan di sumbu, interaksi repulsifnya lebih
besar untuk orbital eg (dx2–y2, dz2) daripada untuk orbital t2g (dxy, dyz, dxz), dan orbital eg
didestabilkan dan orbital t2g distabilkan dengan penstabilan yang sama. Dalam diskusi berikut
ini, hanya perbedaan energi antara orbital t2g dan eg sangat penting dan energi rata-rata orbital-
orbital ini dianggap sebagai skala nol. Bila perbedaan energi dua orbital eg dan tiga orbital t2g
dianggap ∆o, tingkat energi eg adalah +3/5∆o dan tingkat energi orbital t2g adalah -2/5∆o (Gambar
6.6). (∆o biasanya juga diungkapkan dengan 10 Dq. Dalam hal ini energi eg menjadi 6 Dq dan
energi t2g-4 Dq)
Ion logam transisi memiliki 0 sampai 10 elektron d dan bila orbital d yang terbelah diisi
dari tingkat energi rendah, konfigurasi elektron t2gxegy yang berkaitan dengan masing-masing ion
didapatkan. Bila tingkat energi nol ditentukan sebagai tingkat energi rata-rata, energi konfigurasi
elektron relatif terhadap energi nol adalah
LFSE = (-0.4x+0.6y)∆0
Nilai ini disebut energi penstabilan medanligan (ligand field stabilization energy = LFSE).
Konfigurasi elektron dengan nilai LFSE lebih kecil (dengan memperhitungkan tanda minusnya)
lebih stabil. LFSE adalah parameter penting untuk menjelaskan kompleks logam transisi.
Syarat lain selain tingkat energi yang diperlukan untuk menjelaskan pengisian elektron
dalam orbital t2g dan eg adalah energi pemasangan. Bila elektron dapat menempati orbital dengan
spin antiparalel, namun akan ada tolakan elektrostatik antar elektron dalam orbital yang sama.
Tolakan ini disebut energi pemasangan (pairing energy = P).
Bila jumlah elektron d kurang dari tiga, energi pemasangan diminimasi dengan
menempatkan elektron dalam orbital t2g dengan spin paralel. Dengan demikian konfigurasi
elektron yang dihasilkan adalah t2g1, t2g2, atau t2g3.
Dua kemungkinan yang mungkin muncul bila ada elektron ke-empat. Orbital yang
energinya lebih rendah t2g lebih disukai tetapi pengisian orbital ini akan memerlukan energi
pemasangan, P.
Energi totalnya menjadi

-0.4∆o × 4 + p = -1.6∆o + P

Bila elektron mengisi orbital yang energinya lebih tinggi eg, energi totalnya menjadi
-0.4∆o × 3 + 0.6∆o = -0.6∆o
Konfigurasi elektron yang akan dipilih bergantung pada mana dari keduanya yang nilainya
lebih besar. Oleh karena itu bila ∆o > P, t2g4 lebih disukai dan konfigurasi ini disebut medan kuat
atau konfigurasi elektron spin rendah. Bila ∆ o < P, t2g3 eg1 lebih disukai dan konfigurasi ini disebut
medan lemah atau konfigurasi elektron spin tinggi. Pilihan yang sama akan terjadi untuk kompleks
oktahedral d5, d6, dan d7 dan dalam medan kuat akan didapat t2g5, t2g6, t2g6 eg1 sementara dalam
medan lemah akan lebih stabil bila konfigurasinya t2g3 eg2, t2g4 eg2, t2g5 eg2. Parameter pemisahan
medan ligan ∆o ditentukan oleh ligan dan logam, sementara energi pemasangan, P, hampir konstan
dan menunjukkan sedikit ketergantungan pada identitas logam.
Perbedaan Teori Medan Kristal dan Teori Medan Ligan

Teori Medan Kristal Teori Medan Ligan


mempertimbangkan efek dari gangguan menganggap interaksi ligan logam sebagai
elektron yang mengandung orbital d dan interaksi ikatan kovalen dan bergantung
interaksinya dengan kation logam, serta , pada orientasi dan tumpang tindih antara d-
interaksi ligan logam hanya dianggap sebagai orbital pada logam dan ligan
elektrostatik
menjelaskan beberapa sifat penting kompleks memberikan deskripsi ikatan yang lebih
logam transisi seperti magnetisme, spektrum rinci dalam senyawa koordinasi. Ini
serapan, oksidasi medan bagian, dan menganggap ikatan antara logam dan ligan
koordinasi dan pada dasarnya menganggap sesuai konsep dalam koordinasi kimia.
interaksi d-orbital atom pusat dengan ligan dan Ikatan ini dianggap sebagai ikatan kovalen
ligan ini dianggap sebagai muatan titik. terkoordinasi atau ikatan kovalen datif
Sebagai tambahan, daya tarik antara logam untuk menunjukkan bahwa kedua elektron
pusat dan ligan dalam kompleks logam transisi dalam ikatan berasal dari ligan. Menurut
dianggap sebagai elektrostatik murni. Prinsip teori ini, interaksi antara logam transisi dan
dasar teori medan kristal sangat mirip dengan ligan adalah karena daya tarik antara
teori orbital molekul. muatan negatif pada elektron ikatan non
ikatan dan kation logam bermuatan.
Dengan kata lain, interaksi antara logam
dan ligan murni elektrostatik.

memiliki beberapa keterbatasan. Ini hanya tidak memiliki batasan seperti pada teori
memperhitungkan d-orbital atom pusat; orbital medan kristal. Hal ini dapat dianggap
s dan p tidak dipertimbangkan. Selain itu, teori sebagai versi diperpanjang dari teori
ini gagal menjelaskan alasan pemisahan yang medan kristal
besar dan pemisahan kecil beberapa ligan.

2. Kekuatan Ligan

a) Ligan medan kuat

Disebut medan ligan kuat (strong ligand field / kekuatan medannya besar)
karena perbedaan energi antara orbital t 2g (dxy, dxz dan dyz) dengan orbital e g (dx2-y2 dan dz2)
besar, akibatnya elektron akan mengisi penuh energi yang rendah sebelum mengisi orbital yang
energinya tinggi (pengisian elektron berpasangan terlebih dahulu, kemudian naik ke tingkat energi
yang lebih tinggi).

Ligan yang medannya kuat (ligan kuat) : CO > CN- > NO2 > NH3 > SCN
Ligan-ligan yang menyebabkan Δ pemisahan orbital-d yang lebih besar disebut sebagai
ligan-ligan medan kuat. Senyawa kompleks yang memiliki ligan medan kuat tidak akan
menempatkan elektron-elektronnya ke orbital yang berenergi tinggi. Hal ini sesuai dengan asas
Aufbau. Kompleks yang demikian disebut sebagai “spin-rendah”. Efek ligan yang lebih kuat akan
menyebabkan perbedaan energi yang lebih besar antara orbital 3d yang berenergi tinggi dengan
yang berenergi rendah.

b) Ligan medan lemah


Disebut medan ligan lemah (weak ligand field / kekuatan medannya kecil ) karena
perbedaan energi antara orbital t 2g (dxy, dxz dan dyz) dengan orbital eg (dx2-y2 dan dz2) kecil atau
sangat kecil, akibatnya elektron-elektron akan mengisi kelima orbital d tanpa berpasangan terlebih
dahulu.

Ligan yang medannya lemah (ligan lemah): H2O > C2O42- > OH- > F- > Cl- > Br- > I-

Ligan-ligan yang
menghasilkan Δ orbital-d yang kecil disebut ligan medan lemah. Menempatkan elektron di aras
energi orbital yang lebih tinggi lebih mudah daripada menempatkan dua elektron pada orbital yang
sama. Ini dikarenakan gaya tolak antar dua elektron lebih besar daripada Δ. Oleh karena itu,
masing-masing elektron akan ditempatkan pada setiap orbital-d terlebih dahulu sebelum
dipasangkan. Hal ini, sesuai dengan kaidah Hund dan menghasilan kompleks "spin-tinggi".
Konsep ini kemudian dikenal dengan nama HSAB yang singkatan dari “hard soft acids and base”
(asam basa keras lemah) atau yang biasa dikenal sebagai asam basa pearson.

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, 2007, Perspektif Baru Kimia Koordinasi, Jilid ke-1, Bayumedia Publishing, Malang
Huheey, J.E., Keiter, E.A., and Keiter, R.L., 1993, Inorganic Chemistry, Principles of Structure
and Reactivity, 4th ed., Harper Collins College Publisher, New York
House, J.E,. 2008. Inorganic Chemistry. Academic Press is an imprint of Elsevier. USA. 849
hlm.
Sugiyarto, K. H., 2012, Dasar – Dasar Kimia Anorganik Transisi, Graha Ilmu, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai