Anda di halaman 1dari 22

TEORI ORBITAL MOLEKUL

( MOLECULAR ORBITAL THEORY )

A. TEORI ORBITAL MOLEKUL

Struktur atom dan metoda mekanika gelombang memungkinkan untuk


memecahkan persoalan pokok dalam ilmu kimia, yaitu apa yang menyebabkan atom
dapat saling berikatan menjadi molekul. Ada beberapa teori yang memberikan
postulat – postulatnya tentang bagaimana bentuk dari suatu senyawa, antara lain, teori
Valence-Shell Elektron Pair Repulsion (VSEPR), teori Ikatan Valensi, teori Orbital
Molekul, teori Lewis, dan sebagainya. Mengenai ikatan kovalen, dikenal dua jenis
pendekatan yaitu teori Orbital Molekul (teori MO) dan teori ikatan valensi (teori
VB). Berdasarkan teori ikatan valensi, ikatan kovalen dapat terbentuk jika terjadi
tumpang tindih orbital valensi dari atom yang berikatan. Teori Ikatan Valensi mampu
secara kualitatif menjelaskan kestabilan ikatan kovalen sebagai akibat tumpang-tindih
orbital-orbital atom. Dengan konsep hibridisasi pun dapat dijelaskan geometri
molekul sebagaimana yang diramalkan dalam teori VSEPR, tetapi sayangnya dalam
beberapa kasus, teori ikatan valensi tidak dapat menjelaskan sifat-sifat molekul yang
teramati secara memuaskan. Contohnya adalah molekul oksigen, yang struktur
Lewisnya sebagai berikut.

Menurut gambaran struktur Lewis Oksigen di atas, semua elektron pada


O2 berpasangan dan molekulnya seharusnya bersifat diamagnetik, namun
kenyataanya, menurut hasil percobaan diketahui bahwa Oksigen bersifat
paramagnetik dengan dua elektron tidak berpasangan. Temuan ini membuktikan
adanya kekurangan mendasar dalam teori ikatan valensi, sesuatu yang mendorong
pencarian alternatif pendekatan ikatan yang lain yang dapat menjelaskan sifat-sifat
O2 dan molekul-molekul lain yang tidak cocok dengan ramalan teori ikatan valensi.
Untuk menjawab hal tersebut diperlukan teori lain yang dapat mendukung kelemahan
teori ikatan valensi ini yaitu teori Orbital Molekul.

Sifat magnet dan sifat-sifat molekul yang lain dapat dijelaskan lebih baik
dengan menggunakan pendekatan mekanika kuantum yang lain yang disebut sebagai
teori orbital molekul (OM), yang menggambarkan ikatan kovalen melalui istilah
orbital molekul yang dihasilkan dari interaksi orbital-orbital atom dari atom-atom
yang berikatan dan yang terkait dengan molekul secara keseluruhan. Perbedaan antara
orbital molekul dan orbital atom adalah bahwa orbital atom terkait hanya dengan satu
atom. Teori OM menjelaskan bahwa atom-atom individu tidak lagi terdapat dalam
molekul. Menurut Bird, T (1987), atom-atom telah melebur menjadi satu kesatuan
yaitu molekul itu sendiri. Pendekatan dimulai dengan inti-inti atom yang terdapat
dalam molekul pada posisi-posisi tertentu sebagai suatu kesatuan, baru kemudian satu
per satu elektron ditempatkan ke dalam sistem tersebut. Kebalikannya, teori ikatan
valensi lebih mendasarkan pendekatannya pada sudut pandangan kimia dalam arti
bahwa atom-atom secara individu dianggap memang terdapat dalam molekul. Struktur
molekul dianggap sebagai ikatan-ikatan yang terbentuk karena pertumpangtindihan
orbital-orbital atom-atom yang terdapat dalam molekul tersebut.

Teori orbital molekular mengandaikan bahwa apabila dua atomatau lebih


bergabung membentuk suatu spesies, maka spesies ini tidak lagi memiliki sifat
orbital atomiksecara individual, melainkan membentuk orbital molekular
“baru”.Orbital molekular adalah hasil tumpang-tindih dan penggabungan orbital
atomik pada molekul.Menurut pendekatan lurus (linear combination), jumlah
molekuleryang bergabung sama dengan orbital atomikyang bergabung. Bila dua atom
yang bergabung masing-masing menyediakan satu orbital atomikmaka dihasilkan
dua orbital molekuler, salah satu merupakan kombinasi jumlahan kedua orbital
atomikyang saling menguatkan dan lainnya kombinasi kurangan yang
saling meniadakan. Kombinasi jumlahan menghasilkan orbital molekul terikat
(bonding) yang mempunyai energilebih rendah, dan kombinasi kurangan
menghasilkan orbital molekuler antiikat (antibonding).
Orbital molekul terikat (bonding) yaitu orbital dengan rapatan elektron ikat
terpusat mendekat pada daerah antara kedua inti atom yang bergabung dan dengan
demikian menghasilkan situasi yang lebih stabil.Orbital molekulerantiikat
(antibonding) yaitu orbital dengan rapatan elektronikat terpusat menjauh dari
daerah antara inti atom yang bergabung dan menghasilkan situasi kurang
stabil.Penempatan elektron dalam orbital molekul ikatan menghasilkan ikatan
kovalen yang stabil, sedangkan penempatan elektron dalam orbital molekul
antiikatan menghasilkan ikatan kovalen yang tidak stabil. Jika pada daerah
tumpang-tindih ada orbital atomikyang tidak bereaksi dalam pembentukan ikatan,
orbital ikatan yang dihasilkan disebut orbital nonikat (nonbonding).Dalam orbital
molekul ikatan kerapatan elektron lebih besar di antara inti atom yang
berikatan. Sementara, dalam orbital molekul antiikatan,kerapatan elektron
mendekati nol diantara inti. Perbedaanini dapat dipahami bila kita mengingat
sifat gelombang pada elektron. Gelombang dapat berinteraksi sedemikian rupa
dengan gelombang lain membentuk interferensi konstruktif yang memperbesar
amplitudo, dan juga interferensi destruktif yang meniadakan
amplitudo.Pembentukan orbital molekul ikatan berkaitan dengan interferensi
konstruktif, sementara pembentukan orbital molekul antiikatan berkaitan dengan
interferensi destruktif. Jadi, interaksi konstruktif dan interaksi destruktif antara
dua orbital 1sdalam molekul H2 mengarah pada pembentukan ikatan sigma (σ1s) dan
pembentukan antiikatan sigma (σ*1s)

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa pada orbital molekul antiikatan
sigma terdapat simpul (node) yangmenyatakan kerapatan elektron nol, sehingga
kedua inti positif saling tolak-menolak.
Gambar 2.2 Tingkat energi orbital molekul ikatan dan antiikatan molekul H2

Penggunaan teori orbital molekul ini dapat diterapkan pada molekul-


molekul lain selain molekul H2. Hanya saja, jika dalam molekul H2kita hanya
perlu memikirkan orbital 1ssaja, maka pada molekul lain akan lebih rumit karena kita
perlu memikirkan orbital atom lainnya juga. Untuk orbital p, prosesnya akan lebih
rumit karena orbital ini dapat berinteraksi satu sama lain dengan cara yang
berbeda. Misalnya, dua orbital 2pdapat saling mendekat satu sama lain ujung keujung
untuk menghasilkan sebuah orbital molekul ikatan sigma dan orbital molekul
antiikatan sigma. Selain itu, kedua orbital pdapat saling tumpang tindih secara
menyimpang untuk menghasilkan orbital molekul pi (π2p) dan orbital molekul
antiikatan pi (π*2p).
Gambar 2.3(a) pembentukan satu orital molekul ikatan sigma dan satu orbital
molekul antiikatan sigma ketika orbitalp saling tumpang tindih ujung-ke-ujung. (b)
ketika orbital p saling tumpang tindih menyamping, terbentuk suatu orbital molekul pi
dan suatu orbital molekul antiikatan pi

Dalam orbital molekul sigma (sigma moleculer orbital) (ikatan atau


antiikatan, kerapatan elektron terkonsentrasi secara simetris di seputar garis
antara kedua inti atom-atom yang berikatan.Dua elektron dalam orbital molekul sigma
membentuk ikatan sigma. Dalam orbital molekul pi (ikatan atau antiikatan),
kerapatan elektron terkonsentrasi di atas dan di bawah garis imajiner yang
menghubungkan kedua inti atom yang berikatan. Dua elektron dalam orbital
molekul pi membentuk ikatan pi. Ikatan rangkap duahampir selalu terdiri atas
ikatan sigma dan ikatan pi, ikatan rangkap selalu berupa ikatan sigma dengan dua
ikatan pi

Fungsi gelombang elektron dalam suatu atom disebut orbital atom.


Karena kebolehjadian menemukan elektron dalam orbital molekul sebanding
dengan kuadrat fungsi gelombang, peta elektron nampak seperti fungsi gelombang.
Suatu fungsi gelombang mempunyai daerah beramplitudo positif dan negatif
yang disebut cuping (lobes). Tumpang tindih cuping positif dengan positif atau
negatif dengan negatif dalam molekul akan memperkuat satu sama lain
membentuk ikatan, tetapi cuping positif dengan negatif akan meniadakan satu sama
lain tidak membentuk ikatan. Besarnya efek interferensi ini mempengaruhi besarnya
integral tumpang tindih dalam kimia kuantum

B.Pembentukan Orbital Molekul

Dalam pembentukan molekul, orbital atom bertumpang tindih menghasilkan


orbital molekul yakni fungsi gelombang elektron dalam molekul. Jumlah orbital
molekul adalah jumlah atom, dan orbital molekul ini diklasifikasikan menjadi
orbital molekul ikatan, non-ikatan, atau antiikatan sesuai dengan
besarnyapartisipasi orbital itu dalam ikatan antar atom. Syarat pembentukan
orbital molekul ikatansebagai berikut:

1.Cuping orbital atom penyusunnya cocok untuk tumpang tindih.

2.Tanda positif atau negatif cuping yang bertumpang tindih sama.


3.Tingkat energi orbital-orbital atomnya dekat

Kasus paling sederhana adalah orbital molekul yang dibentuk dari orbital
atom A dan B dan akan dijelaskan di sini. Orbital molekul ikatan dibentuk antara
dan B bila syarat-syarat di atas dipenuhi, tetapi bila tanda salah satu orbital
atom dibalik, syarat ke-2 tidak dipenuhi dan orbital molekul anti ikatan yang
memiliki cuping yang bertumpang tindih dengan tanda berlawanan yang akan
dihasilkan (Gambar 2.4).

Gambar 2.4 Pembentukan orbital molekul

Tingkat energi orbital molekul ikatan lebih rendah, sementara tingkat


energi orbital molekul anti ikatan lebih tinggi dari tingkat energi orbital atom
penyusunnya.Semakin besar selisih energi orbital ikatan dan anti ikatan, semakin
kuat ikatan. Bila tidak ada interaksi ikatan dan anti ikatan antara A dan B, orbital
molekul yang dihasilkan adalah orbital non ikatan. Elektron menempati orbital
molekul dari energi terendah ke energi yang tertinggi. Orbital molekul terisi
dan berenergi tertinggi disebut HOMO (highest occupied molekulerorbital) dan
orbital molekul kosong berenergi terendah disebut LUMO (lowest unoccupied
molekulerorbital)

Dua atau lebih orbital molekul yang berenergi sama disebut orbital
terdegenerasi (degenerate). Orbital-orbital itu dinamakan sigma (σ) atau pi(π)
sesuai dengan karakter orbitalnya. Suatu orbital sigma mempunyai simetri
rotasi sekeliling sumbu ikatan, dan orbital pi memiliki bidang simpul. Oleh
karena itu, ikatan sigma dibentuk oleh tumpang tindih orbital s-s, p-p, s-d, p-
d, dan d-d (Gambar 2.5) dan ikatan pi dibentuk oleh tumpang tindih orbital p-p, p-
d, dan dd(Gambar 2.6).
Bila dua fungsi gelombang dari dua atom dinyatakan dengan φA dan φB,
orbital molekul adalah kombinasi linear orbital atom (linear combination of
the atomic orbitals (LCAO)diungkapkan sebagai :

Pendekatan atau pembentukan orbital molekuler memiliki beberapa prinsip


dasar yang harus dipenuhi. Prinsip dasar itu adalah:

a. Jumlah molekuler yang terbentuk sama dengan jumlah orbital atomik


yang berinteraksi.
b. Jumlah orbital antiikatan yang terbentuk sama dengan jumlah orbital ikatan.
c. Tiap orbital molekuler dapat menampung dua elektron yang harus
memiliki spin yang berlawanan
d. Elektron-elektron yang terdapat pada orbital molekuler juga mengikuti aturan
Hund dan prinsip Pauli.
e. Untuk membentuk ikatan yang stabil, jumlah elektron dalam orbital
ikatan harus lebih besar daripada jumlah elektron dalam orbital antiikatan.

Untuk memahami sifat-sifat molekul, kita harus mengetahui bagaimana


elektron-elektron terdistribusidi antara orbital-orbital molekul. Prosedur untuk
menentukan konfigurasi elektron suatu molekul analog dengan prosedur yang
digunakan untuk menentukan konfigurasi elektron atom. Aturan konfigurasi
elektron untuk membantu memahmi kestabilan orbital molekul. Aturan tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
a. Jumlah orbital molekul yang terbentuk selalu sama dengan jumlah
orbital atom yang bergabung.
b. Semakin stabil orbital molekul ikatan, semakin kurang stabil orbital
molekul antiikatan yang berkaitan.
c. Pengisian orbital molekul dimulai dari energi rendah ke energi tinggi.
d. Dalam molekul stabil, jumlah elektron dalam orbital molekul ikatan selalu
lebih banyak daripada dalam orbital molekul antiikatan karena kita
selalu menempatkan elektron dalamorbital molekul ikatan yang berenergi
lebih rendah terlebih dahulu
e. Ketika elektron ditambahkan ke orbital molekul dengan energi yang
sama, susunan yang paling stabil diramalkan aoleh aturan Hund, yaitu
elektron memasuki ke orbital-orbital molekul ini dengan spin sejajar.
f. Jumlah elektron dalam orbital molekul sama dengan jumlah semua
elektron pada atom-atom yang berikatan

Adapun macam-macam pembentukan orbital molekul diantaranya sebagai


berikut:

1. Pembentukan Teori Orbital Molekul pada Senyawa Diatomik Homointi

Senyawa diatomik homointiterdiri dari dua unsur yang memiliki inti


atom yang identik. Atom-atom yang sama akan memiliki tingkat energi yang
sama pula.Dalam molekul hidrogen (H2) tumpang tindih orbital 1s masing-
masing atom hidrogen membentuk orbital ikatan σg bila cupingnya
mempunyai tanda yang sama dan antiikatan σu bila bertanda berlawanan, dan
dua elektron mengisi orbital ikatan σg(Gambar 2.7).

Gambar 2.7 Orbital molekul H2, tanda panah mengindikasikan spin


elektronnya

Terbentuknya orbital molekuler pada molekul H2 dapat didekati dengan


metoda KLOA (Kombinasi Linear Orbital Atomik) sebagai berikut:
Ψ = N (Ψx + Ψy)

Ψ* = N (Ψx + Ψy)

Ψ = fungsi gelombang untuk orbital molekuler

Ψ = fungsi gelombang untuk orbital molekuler

Ψx danΨy = fungsi gelombang orbital 1s hidrogen untuk atom x dan y

N = konstanta normaliasi

N mempunyai nilai sedemikian sehingga:

Dimana dt adalah volume unsur dalam tiga dimensi yaitu: dt = dx.dy.dz. dari
persamaan dapat diperoleh peluang menemukan sebuah elektron dengan jalan
mengkuadratkan persamaan gelombang Ψ.

Ψ2 = N2 (Ψx2 + Ψy2 + 2Ψx Ψy)

Ψx2 menunjukkan peluang menemukan elektron di sekeliling atom x

Ψy2 menunjukkan peluang menemukan elektron di sekeliling atom y

2Ψx + Ψy menunjukkan peningkatan elektron pada daerah antara kedua inti

Untuk persamaan gelombang Ψ* peluang untuk menemukan sebuah elektron


dinyatakan dalam:

Ψ*2 = N2 (Ψx2 + Ψy2 - 2ΨxΨy)

-2Ψx Ψymenyatakan penurunan kepekatan elektron pada daerah antara kedua


inti.

Untuk molekul oksigen (O2) dengan konfigurasi 8O= 1s2 2s2 2p4.
Gambar 2.8 Orbital molekul O2

Dari Gambar 2.8 dapat diketahui bahwa selain adanya orbital atom
(samping), ada juga orbital molekul (Tengah). Elektron-elektron pada orbital
molekul merupakan jumlah dari elektron-elektron yang terdapat di dalam masing-
masing orbital kulit valensi unsur penyusunnya. Orbital s akan membentuk ikatan
sigma dan orbital p akan membentuk ikatan pi. Orbital dengan tanda
asterik (*) berarti merupakan orbital anti pengikatan, suatu molekul menjadi
tidak stabil. Semakin banyak elektron pada orbital anti pengikatan, suatu
molekul akan semakin tidak stabil. Dari gambar tersebut dapat diketahui
bahwa gas O2 merupakan gas paramagnetik karena elektron tidak mengisi
orbital π*pxdan π*py secara penuh/ sehingga konfigurasi elektron valensi
molekul O2adalah: (σ2s)2(σ*2s)2(σ2pz)2( π2px)2(π2py)2(π*2px)1(π*2py)1 atau
(σ2s)2(σ*2s)2(σ2p)2( π2p)4(π*2p)2

Gambar 2.9 Orbital molekul N2

Orde ikatan antar atom adalah separuh dari jumlah elektron yang ada di
orbital ikatan dikurangi dengan jumlah yang ada di orbital anti ikatan.
Misalnya, dalam N2atau CO, orde ikatannya adalah (8 –2)/2= 3 dan nilai ini
konsisten dengan struktur Lewisnya.
2.Teori Orbital Molekul pada Senyawa Diatomik Heterointi

Atom-atom pada senyawa ini memiliki keelektronegativitas yang


berbeda, maka tentu atom-atom memiliki tingkat energi yang berbeda
pula. Orbital molekul dua atom yang berbeda dibentuk dengan tumpang tindih
orbital atom yang tingkat energinya berbeda. Tingkat energi atom yang lebih
elektronegatif umumnya lebih rendah, dan orbital molekul lebih dekat sifatnya pada
orbital atom yang tingkat energinya lebih dekat. Oleh karena itu, orbital ikatan
mempunyai karakter atom dengan keelektronegatifan lebih besar, dan orbital
anti ikatan mempunyai karakter atom dengan keelektronegatifan lebih
kecil.Misalnya, lima orbital molekul dalam hidrogen fluorida, HF, dibentuk
dari orbital 1s hidrogen dan orbital 2s dan 2p fluor, sebagaimana diperlihatkan
dalam Gambar 2.21. Orbital ikatan 1σ mempunyai karakter fluorin, dan orbital 3σ
anti ikatan memiliki karakter 1s hidrogen. Karena hidrogen hanya memiliki
satu orbital 1s, tumpang tindih dengan orbital 2p fluor dengan karakter π tidak
efektif, dan orbital 2p fluor menjadi orbital nonikatan. Karena HF memiliki
delapan elektron valensi, orbital nonikatan ini menjadi HOMO.

Gambar 2.10 Orbital molekul HF BUKU PROF / ss

karbon monoksida, CO, karbon dan oksigen memiliki orbital 2s dan 2p yang
menghasilkan baik ikatan sigma dan pi, dan ikatan rangkap tiga dibentuk antar
atomnya. Walaupun 8 orbital molekulnya dalam kasus ini secara kualitatif
sama dengan yang dimiliki molekul yang isoelektronik yakni N2dan 10
elektron menempati orbital sampai 3σ, tingkat energi setiap orbital berbeda dari
tingkat energi molekul nitrogen. Orbital ikatan 1σ memiliki karakter 2s oksigen
sebab oksigen memiliki ke-elektronegativan lebih besar. Orbital antiikatan 2π dan
4σ memilikikarakter 2p karbon (Gambar 2.11)
Gambar 2.11 Orbital molekul CO

Konfigurasi elektron valensi molekul CO adalah (σ2s)2(σ*2s)2(π2p)4(σ2p)2.


Pada molekul diatomik heterointi, energi orbital π2p lebih rendah dibanding σ2p,
sehingga letak orbital σ2p berada di atas π2p, berbeda dengan letak orbital kedua
orbital tersebut pada molekul diatomik homointi

Molekul HCl merupakan molekul heterointi, dimana kedua atom berasal


dari unsur yang berbeda. Atom Cl memiliki nomor atom 17 dengan
konfigurasi elektron: 1s2 2s2 2p63s23p5, sedangkan atom H memiliki nomor
atom 1 dengan konfigurasi elektron: 1s1. Atom Cl lebih elektronegatif daripada
atom H. Diagram korelasi orbital molekul menunjukkan bahwa tingkat-tingkat
energi dari atom Cl yang lebih elektronegatif bergeser ke arah bawah, karena
atom Cl menarik elektron-elektron valensi lebih kuat dari pada atom H seperti
gambar 2.12
Gambar 2.12. Orbital molekul HCl

Orbital-orbital atom bercampur secara signifikan membentuk orbital


molekul hanya jika energi orbital-orbital ini cukup berdekatan dan mempunyai
simetri yang benar. Pada molekul HCl, orbital 1s dari atom Cl energinya
terlalu rendah untuk bisa bercampur dengan orbital 1s dari atom H. Hal yang sama
juga terjadi untuk orbital 2s atom Cl. Berdasarkan teori hibridisasi sebelum
atom Cl berikatan dengan atom H membentuk molekul maka akan terjadi
hibridisasi orbital atau pencampuran orbital atom Cl. Pada atom Cl dapat
dilihat bahwa orbital 3s bercampur dengan orbital 3p (karena berada dalam
satukulit) sebelum membentuk orbital molekul. Hal ini dikarenakan semua
elektron pada kulit terluar memiliki kesempatan yang sama untuk berikatan
dengan elektron pada atom H, sehingga terjadi pencampuran orbital 3s dan 3p pada
atom Cl.

Interaksi antara 3s pada atom Cl membentuk ikatan sigma, biasanya apabila


terjadi interaksi membentuk ikatan maka akan terbentuk 2 orbital yaitu orbital σ dan
σ*. Namun, karena orbital ikatan 4sb lebih rendah energinya dari nonbonding maka
tidak terbentuk ikatan anti sigma (σ*). Tumpang tindih total dari orbital 1s
hidrogen dengan orbital3Px atau 3Py (terletak di atas 5sbpada gambar 4) atom Cl
adalah nol, sebab fasa positif dan negatif dari fungsi gelombang gabungan
bila dijumlahkan menjadi nol. Atom Cl hanya meninggalkan orbital 3Pz (4s b),
yang bergabung dengan orbital 1s hidrogen menghasilkan orbital σ dan σ*. Dari
gambar 2.12dapat dilihat bahwa orbital 3Px (2πnb), dan 3Py(2πnb) dari klor tidak
bercampur dengan orbital 1s dari hidrogen dan dengan demikian tetap berada
dalam keadaan atomic (nonpengikatan). Elektron-elektron dalam orbital ini tidak
berkontribusi secara signifkan dalam pengikatan kimia. Karena klor lebih
elektronegatif daripada hidrogen, energi orbital 3p nya terletak dibawah energi
orbital 1s darihidrogen. Bila kedelapan elektron valensi digunakan untuk HCl,
maka konfigurasi orbital molekul yang dihasilkan adalah:

(3sCl)2(σ)2(3pCl)4

Orde ikatan totalnya adalah 1 sebab elektron-elektron dalam orbital


atom nonpengikatan tidak mempengaruhi orde ikatan. elektron-elektron dalam
orbital σ akan lebih cenderung ditemukan dekat dengan atom klorin daripada didekat
atom hidrogen, dan dengan demikian HCl memiliki momen dipol Hδ+Clδ-

C. Orde Ikatan (bond order)


Untuk menentukan seberapa stabil suatu molekul diatomik, kita tentu
membutuhkan patokan kuantitatifnya. Disini dapat digunakan orde ikatan sebagai
nilai kestabilan tersebut. Semakin besar nilaiorde ikatan, semakin stabil molekul
tersebut.

Dari rumus tersebut, dapat disimpulkan semakin banyak elektron pada orbital
anti ikatan, semakin tidak stabil molekul tersebut. Selain itu orde ikatan dapat
digunakan untuk mengetahui keberadaan suatu molekul atau eksistensi suatu
molekul dan ion. Molekul ion homodiatomik atau heterodiatomik tidak ada di dunia
apabila memiliki orde ikatan nol. Contohnya apada molekul He2.

GAMBAR DIAGRAM MOLEKUL HE2 PROF


Berdasarkan gambar tersebut diperoleh harga orde ikatan He2 adalah nol. Ini
merupakan penjelasan mengapa molekul He2 tidak ada atau tidak eksis di dunia.
Untuk molekul-molekul H2, F2, O2, N2, HCl dan CO ada di dunia karena molekul-
molekul tersebut harga orde ikatannya tidak nol. Sedangkan untuk molekul Ne2,
Kr2, Rd2, Xe2 tidak ada di dunia karena meiliki orde ikatan nol.
TEORI IKATAN VALENSI
( VALENCE BOND THEORY)
A. TEORI IKATAN VALENSI
Pembentukan ikatan kovalen dapat dijelaskan menggunakan dua teori yaitu
teori ikatan valensi dan teori orbital molekul. Berdasarkan teori ikatan valensi,
ikatan kovalen dapat terbentuk jika terjadi tumpang tindih orbital valensi dari atom
yang berikatan. Orbital valensi merupakan orbital terluar dari suatu atom dan
merupakan tempat terletaknya elektron valensi. Orbital valensi inilah yang
digunakan pada pembentukan ikatan kimia. Dua atom yang saling mendekati
masing-masing memiliki orbital valensi dan satu elektron. Orbital valensi ini saling
tumpang tindih sehingga elektron yang terletak pada masing-masing orbital valensi
saling berpasangan. Sesuai larangan Pauli maka kedua elektron yang berpasangan
tersebut harus memiliki spin yang berlawanankarena berada pada satu orbital.Dua
buah elektronditarik oleh inti masing-masing atom sehingga terbentuk ikatan
kovalen.Untuk penjelasan selanjutnya orbital valensi disebut orbital saja.Orbital dari
dua buah atom yang salIng tumpah tindih harus memiliki tingkat energi yang
sama atau perbedaan tingkat energinya. Teori ikatan valensi terdiri dari dua yaitu
orbital atom (orbital asli) dan orbital hibrida.
1. Pembentukan Ikatan Kovalen Menggunakan Orbital Asli

Dua jenis orbital yang digunakan dalam pembentukan ikatan kovalen yaitu
orbital asli dan orbital hibridisai.jenis orbital yang digunakan dalam pembentukan
ikatan kovalen dapat diramalkan berdasarkan geometri, terutama besar sudut
ikatan yang ada disekitar atom pusat.Berikut beberapa molekul yang
terbentuk menggunakan orbital asli.

Contoh H2S
Dari konfigurasi elektron atom S pada keadaan dasar dapat diketahui
bahwa pada orbital 2py dan orbital 2pz masing-masing masih kekurangan
satu elektron, demikian pula pada atom H masih kekurangan satu elektron
pada orbital 1s. Oleh sebab itu dalam pembentukan H2S, dua elektron
yang terletak pada orbital 3p berpasangan dengan dengan dua elektron pada
orbital 1s dari dua atom hidrogen.

Besarnya sudut ikatan dua buah orbital p adalah 90°.


Berdasarkan eksperimen diperoleh besarnya sudut ikatan H-S-H sebesar
92°. Perbedaan sudut ikatan disebabkan oleh tolakan antara dua inti atom
hidrogen yang berdekatan. Karena perbedaan sudut ikatan tidak begitu
jauh maka pembentukan ikatan H-S, atom S dianggap menggunakan orbital-
orbital asli.

Gambar tumpang tindih orbital-orbital pada pembentukan ikatan


H-S dalam molekul H2S

Contoh HCl
Dari konfigurasi elektron atom Clpada keadaan dasar dapat
diketahui bahwa pada orbital 2pz masih kekurangan satu elektron, demikian
pula pada atom H masih kekurangan satu elektron pada orbital 1s.
Oleh sebab itu dalam pembentukan H2S, dua elektron yang terletak pada
orbital 3p berpasangan dengan dengan dua elektron pada orbital 1s dari dua
atom hidrogen. Oleh sebab itu dalam pembentukan HCl, satu elektron
yang terletak pada orbital 3pz berpasangan dengan dengan satu elektron
pada orbital 1s dari satu atom hidrogen. Molekul HCl berbentuk lenear
dan memiliki sebuah ikatan tunggal, sehingga molekul HCl menggunakan
orbital asli dalam pembentukan ikatan H-Cl.

Gambar tumpang tindih orbital-orbital atom pada pembentukan ikatan


H-Cl dalam molekul HCl

2. Pembentukan Ikatan Kovalen Menggunakan Orbital Hibrida

Sebagaian besar molekul dalam pembentukan ikatan kovalen,


menggunakan orbital-orbital hibrida yang terbentuk melalui proses hibridisasi
yang pertama kali dijelaskan oleh Lewis dan Langmuir. Proses hibridisasi
merupakan suatu proses penggabungan orbital-orbital asli yang tingkat energinya
berbeda menjadi orbital-orbital baru yang tingkat energtinya sama. Orbital-
orbital baru yang terbentuk disebut orbital hibrida. Sebelum terjadi hibridisasi,
didahului dengan terjadinya eksitasi elektron dari keadaan dasar ke keadaan
terksitasi, sehingga diperlukan sejumlah energi agar terjadinya eksitasi.
Tingkat elektronik pada keadaan tereksitasi lebih tinggi dibandingkan tingkat
energi elektronik pada keadaan dasar. Contohnya pembentukan molekul CH4.
Berdasarkan eksperimen diperoleh panjang dan sudut semua ikatan sama besar
(109,8º). Hal ini membuktikan bahwa semua ikatan C-H dalam molekul CH4
adalah ekivalen. Untuk menjelaskan hal ini maka diperlukan konsep hibridisasi.
Berikut konfigurasi elektron atom C pada keadaan dasar.

Dari konfigurasi elektron atom karbon pada keadaan dasar diketahui


bahwa, jika atom karbon menggunakan orbital asli pada pembentukan ikatan
maka hanya terbentuk CH2, yakni tumpang tindih antara orbital 2px dan 2py dari
atom karbon dengan 2 orbital 1s dari 2 atom hidrogen. Namun, pada
kenyataannya dijumpai lebih stabil CH4 dibanding CH2.

Oleh sebab itu, agar 4 atom hidrogen semuanya berikatan kovalen


dengan atom karbon, maka diperlukan 4 buah elektron tidak berpasangan dari
atom karbon.Hal ini dapat diperoleh melalui proses eksitasi atau promosi
elektrondari keadaan dasar menuju keadaan tereksitasi. Konfigurasi elektron
setelah tertjadi eksitasi sebagai berikut.

Setelah tereksitasi, dilanjutkan dengan proses hibridisasi untuk


membentuk orbital-orbital hibrid. Berikut konfigurasi elektron setelah
terjadi proses hibridisasi.

Perhatikan, setelah terjadi proses hibridisasiorbital 2s dan 3p dari


atom karbon tidak memilki jarak atau pemisahan. Hal ini disebabkan tingkat
elektronik kedua orbital tersebut telah setara. Orbital-orbital yang telah
mengalami hibridisasiditulis sebagai 4 orbital hibrida sp3, biasanya hanya disebut
sp3. Dengan adanya4 elektron yang belum berpasangandari atom karbon,
maka CH4 dapat terbentuk melalui tumpang tindih orbital sp3dengan 4 orbital 1s
dari 4 atom H, berikut konfigurasi elektron atom C dalam CH4 dan tumpang tindih
orbital-orbital hibrida sp3 atom karbon dengan orbital 1s atom hidrogen
ditunjukan pada Gambar

Secara ringkas konfigurasi elektrondariatom karbon sebagai atom


pusat pada pembentukan ikatan kovalen dengan 4 atom hidrogen dalam CH4,
sebagai berikut:
Molekul CH4 berbentuk tetrahedral. Hal ini disebabkan tumpang tindih
4 orbital hibrida sp3 dari atom C dengan 4 orbital 1s dari 4 atom H mengarah pada
pojok-pojok tetrahdral. Perlu diketahui bahwa, bentuk terahedral dari molekul
CH4 telah lama diketahui sebelum konsep hibridisasi dikemukakan.

B. Perbedaan Teori Ikatan Valensi dan Teori Orbital Molekul

No. Perbedaan TIV TOM


1. Ikatan Ikatan hanya dibebankan Ikatan dibebankan
pada kedua atom tidak pada pada kedua atom dan
molekul juga molekul
2. Penerapan Menggunakan konsep Tidak ada ruang bagi
hibridisasi dan resonansi penerapan resonansi
3. Hubungan dengan Tidak dapat menjelaskan sifat Dapat menjelaskan
sifat paramagnetik paramagnetik pada Oksigen sifat paramagnetik
Oksigen pada Oksigen
4. Pendekatan kuantitatif Pendekatan dalam Pendekatan dalam
perhitungan memiliki perhitungan cukup
langkah yang cukup rumit dan
sederhana membutuhkan
ketelitian lebih tinggi
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai