: Leo Saputra S
NIM. 06121010030
Mata Kuliah : Ikatan Kimia
Dosen Pengasuh
: Drs. M. Hadeli L, M.Si
menghasilkan
situasi
yang
lebih
stabil.Orbital
molekuler
antiikat
(antibonding) yaitu orbital dengan rapatan elektron ikat terpusat menjauh dari daerah
antara inti atom yang bergabung dan menghasilkan situasi kurang stabil.Penempatan
elektron dalam orbital molekul ikatan menghasilkan ikatan kovalen yang stabil,
sedangkan penempatan elektron dalam orbital molekul antiikatan menghasilkan ikatan
kovalen yang tidak stabil. Jika pada daerah tumpang-tindih ada orbital atomik yang
tidak bereaksi dalam pembentukan ikatan, orbital ikatan yang dihasilkan disebut orbital
nonikat (nonbonding).
Dalam orbital molekul ikatan kerapatan elektron lebih besar di antara inti atom
yang berikatan. Sementara, dalam orbital molekul antiikatan, kerapatan elektron
mendekati nol diantara inti. Perbedaan ini dapat dipahami bila kita mengingat sifat
gelombang pada elektron. Gelombang dapat berinteraksi sedemikian rupa dengan
gelombang lain membentuk interferensi konstruktif yang memperbesar amplitudo, dan
juga interferensi destruktif yang meniadakan amplitudo.Pembentukan orbital molekul
(a)
(b)
Gambar 2.1 (a) interaksi konstruktif yang menghasilkan orbital molekul ikatan sigma
(b) interaksi destruktif yang menghasilkan orbital molekul antiikatan sigma.
Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa pada orbital molekul antiikatan sigma
terdapat simpul (node) yang menyatakan kerapatan elektron nol, sehingga kedua inti
positif saling tolak-menolak.
Gambar 2.2 Tingkat energi orbital molekul ikatan dan antiikatan molekul H2
Penggunaan teori orbital molekul ini dapat diterapkan pada molekul-molekul lain
selain molekul H2. Hanya saja, jika dalam molekul H 2 kita hanya perlu memikirkan
orbital 1s saja, maka pada molekul lain akan lebih rumit karena kita perlu memikirkan
orbital atom lainnya juga. Untuk orbital p, prosesnya akan lebih rumit karena orbital ini
dapat berinteraksi satu sama lain dengan cara yang berbeda. Misalnya, dua orbital 2p
dapat saling mendekat satu sama lain ujung keujung untuk menghasilkan sebuah orbital
molekul ikatan sigma dan orbital molekul antiikatan sigma. Selain itu, kedua orbital p
dapat saling tumpang tindih secara menyimpang untuk menghasilkan orbital molekul pi
(2p) dan orbital molekul antiikatan pi (*2p).
(a)
(b)
Gambar 2.3(a) pembentukan satu orital molekul ikatan sigma dan satu orbital molekul
antiikatan sigma ketika orbital p saling tumpang tindih ujung-ke-ujung. (b) ketika
orbital p saling tumpang tindih menyamping, terbentuk suatu orbital molekul pi dan
suatu orbital molekul antiikatan pi.
Dalam orbital molekul sigma (sigma moleculer orbital) (ikatan atau antiikatan,
kerapatan elektron terkonsentrasi secara simetris di seputar garis antara kedua inti
atom-atom yang berikatan. Dua elektron dalam orbital molekul sigam membentuk
ikatan sigma. Dalam orbital molekul pi (ikatan atau antiikatan), kerapatan elektron
terkonsentrasi di atas dan di bawah garis imajineryang menghubungkan kedua inti atom
yang berikatan. Dua elektron dalam orbital molekul pi membentuk ikatan pi. Ikatan
rangkap duahampir selalu terdiri atas ikatan sigma dan ikatan pi, ikatan rangkap selalu
berupa ikatan sigma dengan dua ikatan pi (Chang, R, 1987).
Fungsi gelombang elektron dalam suatu atom disebut orbital atom. Karena
kebolehjadian menemukan elektron dalam orbital molekul sebanding dengan kuadrat
fungsi gelombang, peta elektron nampak seperti fungsi gelombang. Suatu fungsi
gelombang mempunyai daerah beramplitudo positif dan negatif yang disebut cuping
(lobes). Tumpang tindih cuping positif dengan positif atau negatif dengan negatif dalam
molekul akan memperkuat satu sama lain membentuk ikatan, tetapi cuping positif
dengan negatif akan meniadakan satu sama lain tidak membentuk ikatan. Besarnya efek
interferensi ini mempengaruhi besarnya integral tumpang tindih dalam kimia kuantum.
Pembentukan Orbital Molekul
Dalam pembentukan molekul, orbital atom bertumpang tindih menghasilkan
orbital molekul yakni fungsi gelombang elektron dalam molekul. Jumlah orbital
molekul adalah jumlah atom, dan orbital molekul ini diklasifikasikan menjadi orbital
molekul ikatan, non-ikatan, atau antiikatan sesuai dengan besarnya partisipasi orbital itu
dalam ikatan antar atom. Syarat pembentukan orbital molekul ikatan sebagai berikut:
1. Cuping orbital atom penyusunnya cocok untuk tumpang tindih.
2. Tanda positif atau negatif cuping yang bertumpang tindih sama.
3. Tingkat energi orbital-orbital atomnya dekat.
Kasus paling sederhana adalah orbital molekul yang dibentuk dari orbital atom A
dan B dan akan dijelaskan di sini. Orbital molekul ikatan dibentuk antara A dan B bila
syarat-syarat di atas dipenuhi, tetapi bila tanda salah satu orbital atom dibalik, syarat ke-
2 tidak dipenuhi dan orbital molekul anti ikatan yang memiliki cuping yang bertumpang
tindih dengan tanda berlawanan yang akan dihasilkan (Gambar 2.4).
Bila dua fungsi gelombang dari dua atom dinyatakan dengan A dan B, orbital
molekul adalah kombinasi linear orbital atom (linear combination of the atomic orbitals
(LCAO) diungkapkan sebagai :
e. Jumlah elektron dalam orbital molekul sama dengan jumlah semua elektron pada
atom-atom yang berikatan.
1. Teori Orbital Molekul pada Senyawa Diatomik Homointi
Senyawa diatomik homointi terdiri dari dua unsur yang memiliki inti atom yang
identik. Atom-atom yang sama akan memiliki tingkat energi yang sama pula. Dalam
molekul hidrogen (H2) tumpang tindih orbital 1s masing-masing atom hidrogen
membentuk orbital ikatan g bila cupingnya mempunyai tanda yang sama dan antiikatan
u bila bertanda berlawanan, dan dua elektron mengisi orbital ikatan g (Gambar 2.7).
Gambar 2.7 Orbital molekul H2, tanda panah mengindikasikan spin elektronnya.
Terbentuknya orbital molekuler pada molekul H2 dapat didekati dengan metoda
KLOA (Kombinasi Linear Orbital Atomik) sebagai berikut:
= N (x + y)
* = N (x + y)
= fungsi gelombang untuk orbital molekuler
= fungsi gelombang untuk orbital molekuler
x dany
= konstanta normaliasi
x + y dt
2
dt =1=
x y 2 dt
dt=1=
dan
Dimana dt adalah volume unsur dalam tiga dimensi yaitu: dt = dx.dy.dz. dari persamaan
dapat diperoleh peluang menemukan sebuah elektron dengan jalan mengkuadratkan
persamaan gelombang .
2 = N2 (x2 + y2 + 2x y)
x2 menunjukkan peluang menemukan elektron di sekeliling atom x
y2 menunjukkan peluang menemukan elektron di sekeliling atom y
2x + y menunjukkan peningkatan elektron pada daerah antara kedua inti
Untuk persamaan gelombang * peluang untuk menemukan sebuah elektron dinyatakan
dalam:
*2 = N2 (x2 + y2 - 2xy)
-2x ymenyatakan penurunan kepekatan elektron pada daerah antara kedua inti (Bird,
T, 1987).
Untuk molekul oksigen (O2) dengan konfigurasi 8O= 1s2 2s2 2p4.
orbital *px dan *py secara penuh/ sehingga konfigurasi elektron valensi molekul O 2
adalah:
(2s)2(*2s)2(2pz)2( 2px)2(2py)2(*2px)1(*2py)1 atau (2s)2(*2s)2(2p)2( 2p)4(*2p)2
Kita dapat menuliskan seperti bentuk kedua karena orientasi x, y, z tidak menjadi
masalah berarti.
Oleh
karena
itu,
orbital
ikatan
mempunyai
karakter
atom
dengan
keelektronegatifan lebih besar, dan orbital anti ikatan mempunyai karakter atom dengan
keelektronegatifan lebih kecil.
Misalnya, lima orbital molekul dalam hidrogen fluorida, HF, dibentuk dari orbital
1s hidrogen dan orbital 2s dan 2p fluor, sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 2.21.
Orbital ikatan 1 mempunyai karakter fluorin, dan orbital 3 anti ikatan memiliki
karakter 1s hidrogen. Karena hidrogen hanya memiliki satu orbital 1s, tumpang tindih
dengan orbital 2p fluor dengan karakter tidak efektif, dan orbital 2p fluor menjadi
orbital nonikatan. Karena HF memiliki delapan elektron valensi, orbital nonikatan ini
menjadi HOMO.
Gambar2.12.OrbitalmolekulHCl
Orbital-orbital atom bercampur secara signifikan membentuk orbital molekul
hanya jika energi orbital-orbital ini cukup berdekatan dan mempunyai simetri yang
benar. Pada molekul HCl, orbital 1s dari atom Cl energinya terlalu rendah untuk bias
bercampur dengan orbital 1s dari atom H. Hal yang sama juga terjadi untuk orbital 2s
atom Cl. Berdasarkan teori hibridisasi sebelum atom Cl berikatan dengan atom H
membentuk molekul maka akan terjadi hibridisasi orbital atau pencampuran orbital
atom Cl. Pada atom Cl dapat dilihat bahwa orbital 3s bercampur dengan orbital 3p
(karena berada dalam satu kulit) sebelum membentuk orbital molekul. Hal ini
dikarenakan semua electron pada kulit terluar memiliki kesempatan yang sama untuk
berikatan dengan electron pada atom H, sehingga terjadi pencampuran orbital 3s dan 3p
pada atom Cl.
Interaksi antara 3s pada atom Cl membentuk ikatan sigma, biasanya apabila
terjadi interaksi membentuk ikatan maka akan terbentuk 2 orbital yaitu orbital dan *.
Namun, karena orbital ikatan 4sb lebih rendah energinya dari non bonding maka tidak
terbentuk ikatan anti sigma (*). Tumpang tindih total dari orbital 1s hydrogen dengan
orbital 3Px atau 3Py (terletak di atas 5sb pada gambar 4) atom Cl adalah nol, sebab fasa
positif dan negative dari fungsi gelombang gabungan bila dijumlahkan menjadi nol.
Atom Cl hanya meninggalkan orbital 3Pz (4sb), yang bergabung dengan orbital 1s
hydrogen menghasilkan orbital dan *.
Dari gambar 2.12 dapat dilihat bahwa orbital 3Px (2nb), dan 3Py (2nb) dari klor
tidak bercampur dengan orbital 1s dari hydrogen dan dengan demikian tetap berada
dalam keadaan atomic (non pengikatan). Elektron-elektron dalam orbital ini tidak
berkontribusi secara signifkan dalam pengikatan kimia. Karena klor lebih elektronegatif
dari pada hidrogen, energi orbital 3p nya terletak dibawah energi orbital 1s dari
hidrogen. Bila kedelapan electron valensi digunakan untuk HCl, maka konfigurasi
orbital molekul yang dihasilkanadalah:
(3sCl)2 ()2 (3pCl)4
Orde ikatan totalnya adalah 1 sebab elektron-elektron dalam orbital atom non
pengikatan tidak mempengaruhi orde ikatan. Elektron-elektron dalam orbital akan
lebih cenderung ditemukan dekat dengan atom klorin dari pada di dekat atom hidrogen,
dan dengan demikian HCl memiliki momen dipole H+Cl -.
Dari rumus tersebut, dapat disimpulkan semakin banyak elektron pada orbital anti
ikatan, semakin tidak stabil molekul tersebut.
Sebagai contoh urutan kestabilan H2+, H2, He2+, dan He.