Anda di halaman 1dari 14

Nama

: Leo Saputra S
NIM. 06121010030
Mata Kuliah : Ikatan Kimia
Dosen Pengasuh
: Drs. M. Hadeli L, M.Si

Teori Molekul Orbital


Teori orbital molekular atau teori molekul orbital mengandaikan bahwa apabila
dua atom atau lebih bergabung membentuk suatu spesies, maka spesies ini tidak lagi
memiliki sifat orbital atomik secara individual, melainkan membentuk orbital molekular
baru. Orbital molekular adalah hasil tumpang-tindih dan penggabungan orbital atomik
pada molekul.Menurut pendekatan lurus (linear combination), jumlah molekuler yang
bergabung sama dengan orbital atomik yang bergabung. Bila dua atom yang bergabung
masing-masing menyediakan satu orbital atomik maka dihasilkan dua orbital molekuler,
salah satu merupakan kombinasi jumlahan kedua orbital atomik yang saling
menguatkan dan lainnya kombinasi kurangan yang saling meniadakan. Kombinasi
jumlahan menghasilkan orbital molekuler ikat (bonding) yang mempunyai energi lebih
rendah, dan kombinasi kurangan menghasilkan orbital molekuler antiikat (antibonding).
Orbital molekuler ikat (bonding) yaitu orbital dengan rapatan elektron ikat
terpusat mendekat pada daerah antara kedua inti atom yang bergabung dan dengan
demikian

menghasilkan

situasi

yang

lebih

stabil.Orbital

molekuler

antiikat

(antibonding) yaitu orbital dengan rapatan elektron ikat terpusat menjauh dari daerah
antara inti atom yang bergabung dan menghasilkan situasi kurang stabil.Penempatan
elektron dalam orbital molekul ikatan menghasilkan ikatan kovalen yang stabil,
sedangkan penempatan elektron dalam orbital molekul antiikatan menghasilkan ikatan
kovalen yang tidak stabil. Jika pada daerah tumpang-tindih ada orbital atomik yang
tidak bereaksi dalam pembentukan ikatan, orbital ikatan yang dihasilkan disebut orbital
nonikat (nonbonding).
Dalam orbital molekul ikatan kerapatan elektron lebih besar di antara inti atom
yang berikatan. Sementara, dalam orbital molekul antiikatan, kerapatan elektron
mendekati nol diantara inti. Perbedaan ini dapat dipahami bila kita mengingat sifat
gelombang pada elektron. Gelombang dapat berinteraksi sedemikian rupa dengan
gelombang lain membentuk interferensi konstruktif yang memperbesar amplitudo, dan
juga interferensi destruktif yang meniadakan amplitudo.Pembentukan orbital molekul

ikatan berkaitan dengan interferensi konstruktif, sementara pembentukan orbital


molekul antiikatan berkaitan dengan interferensi destruktif. Jadi, interaksi konstruktif
dan interaksi destruktif antara dua orbital 1s dalam molekul H2 mengarah pada
pembentukan ikatan sigma (1s) dan pembentukan antiikatan sigma (*1s), (Chang, R,
2004).

(a)

(b)
Gambar 2.1 (a) interaksi konstruktif yang menghasilkan orbital molekul ikatan sigma
(b) interaksi destruktif yang menghasilkan orbital molekul antiikatan sigma.
Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa pada orbital molekul antiikatan sigma
terdapat simpul (node) yang menyatakan kerapatan elektron nol, sehingga kedua inti
positif saling tolak-menolak.

Gambar 2.2 Tingkat energi orbital molekul ikatan dan antiikatan molekul H2

Penggunaan teori orbital molekul ini dapat diterapkan pada molekul-molekul lain
selain molekul H2. Hanya saja, jika dalam molekul H 2 kita hanya perlu memikirkan
orbital 1s saja, maka pada molekul lain akan lebih rumit karena kita perlu memikirkan
orbital atom lainnya juga. Untuk orbital p, prosesnya akan lebih rumit karena orbital ini
dapat berinteraksi satu sama lain dengan cara yang berbeda. Misalnya, dua orbital 2p
dapat saling mendekat satu sama lain ujung keujung untuk menghasilkan sebuah orbital
molekul ikatan sigma dan orbital molekul antiikatan sigma. Selain itu, kedua orbital p
dapat saling tumpang tindih secara menyimpang untuk menghasilkan orbital molekul pi
(2p) dan orbital molekul antiikatan pi (*2p).

(a)

(b)
Gambar 2.3(a) pembentukan satu orital molekul ikatan sigma dan satu orbital molekul
antiikatan sigma ketika orbital p saling tumpang tindih ujung-ke-ujung. (b) ketika

orbital p saling tumpang tindih menyamping, terbentuk suatu orbital molekul pi dan
suatu orbital molekul antiikatan pi.
Dalam orbital molekul sigma (sigma moleculer orbital) (ikatan atau antiikatan,
kerapatan elektron terkonsentrasi secara simetris di seputar garis antara kedua inti
atom-atom yang berikatan. Dua elektron dalam orbital molekul sigam membentuk
ikatan sigma. Dalam orbital molekul pi (ikatan atau antiikatan), kerapatan elektron
terkonsentrasi di atas dan di bawah garis imajineryang menghubungkan kedua inti atom
yang berikatan. Dua elektron dalam orbital molekul pi membentuk ikatan pi. Ikatan
rangkap duahampir selalu terdiri atas ikatan sigma dan ikatan pi, ikatan rangkap selalu
berupa ikatan sigma dengan dua ikatan pi (Chang, R, 1987).
Fungsi gelombang elektron dalam suatu atom disebut orbital atom. Karena
kebolehjadian menemukan elektron dalam orbital molekul sebanding dengan kuadrat
fungsi gelombang, peta elektron nampak seperti fungsi gelombang. Suatu fungsi
gelombang mempunyai daerah beramplitudo positif dan negatif yang disebut cuping
(lobes). Tumpang tindih cuping positif dengan positif atau negatif dengan negatif dalam
molekul akan memperkuat satu sama lain membentuk ikatan, tetapi cuping positif
dengan negatif akan meniadakan satu sama lain tidak membentuk ikatan. Besarnya efek
interferensi ini mempengaruhi besarnya integral tumpang tindih dalam kimia kuantum.
Pembentukan Orbital Molekul
Dalam pembentukan molekul, orbital atom bertumpang tindih menghasilkan
orbital molekul yakni fungsi gelombang elektron dalam molekul. Jumlah orbital
molekul adalah jumlah atom, dan orbital molekul ini diklasifikasikan menjadi orbital
molekul ikatan, non-ikatan, atau antiikatan sesuai dengan besarnya partisipasi orbital itu
dalam ikatan antar atom. Syarat pembentukan orbital molekul ikatan sebagai berikut:
1. Cuping orbital atom penyusunnya cocok untuk tumpang tindih.
2. Tanda positif atau negatif cuping yang bertumpang tindih sama.
3. Tingkat energi orbital-orbital atomnya dekat.
Kasus paling sederhana adalah orbital molekul yang dibentuk dari orbital atom A
dan B dan akan dijelaskan di sini. Orbital molekul ikatan dibentuk antara A dan B bila
syarat-syarat di atas dipenuhi, tetapi bila tanda salah satu orbital atom dibalik, syarat ke-

2 tidak dipenuhi dan orbital molekul anti ikatan yang memiliki cuping yang bertumpang
tindih dengan tanda berlawanan yang akan dihasilkan (Gambar 2.4).

Gambar 2.4 Pembentukan orbital molekul


Tingkat energi orbital molekul ikatan lebih rendah, sementara tingkat energi
orbital molekul anti ikatan lebih tinggi dari tingkat energi orbital atom
penyusunnya.Semakin besar selisih energi orbital ikatan dan anti ikatan, semakin kuat
ikatan. Bila tidak ada interaksi ikatan dan anti ikatan antara A dan B, orbital molekul
yang dihasilkan adalah orbital non ikatan. Elektron menempati orbital molekul dari
energi terendah ke energi yang tertinggi. Orbital molekul terisi dan berenergi tertinggi
disebut HOMO (highest occupied molekuler orbital) dan orbital molekul kosong
berenergi terendah disebut LUMO (lowest unoccupied molekulerorbital).
Dua atau lebih orbital molekul yang berenergi sama disebut orbital terdegenerasi
(degenerate). Orbital-orbital itu dinamakan sigma () atau pi() sesuai dengan karakter
orbitalnya. Suatu orbital sigma mempunyai simetri rotasi sekeliling sumbu ikatan, dan
orbital pi memiliki bidang simpul. Oleh karena itu, ikatan sigma dibentuk oleh tumpang
tindih orbital s-s, p-p, s-d, p-d, dan d-d (Gambar 2.5) dan ikatan pi dibentuk oleh
tumpang tindih orbital p-p, p-d, dan dd (Gambar 2.6).

Bila dua fungsi gelombang dari dua atom dinyatakan dengan A dan B, orbital
molekul adalah kombinasi linear orbital atom (linear combination of the atomic orbitals
(LCAO) diungkapkan sebagai :

Menurut Bird, T (1987), pendekatan orbital molekuler memiliki beberapa prinsip


dasar yang harus dipenuhi. Prinsip dasar itu adalah:
a. Jumlah molekuler yang terbentuk sama dengan jumlah orbital atomik yang
berinteraksi.
b. Jumlah orbital antiikatan yang terbentuk sama dengan jumlah orbital ikatan.
c. Tiap orbital molekuler dapat menampung dua elektron yang harus memiliki spin
yang berlawanan.
d. Elektron-elektron yang terdapat pada orbital molekuler juga mengikuti aturan Hund
dan prinsip Pauli.
e. Untuk membentuk ikatan yang stabil, jumlah elektron dalam orbital ikatan harus
lebih besar daripada jumlah elektron dalam orbital antiikatan.
Untuk memahami sifat-sifat molekul, kita harus mengetahui bagaimana elektronelektron terdistribusi di antara orbital-orbital molekul. Prosedur untuk menentukan
konfigurasi elektron suatu molekul analog dengan prosedur yang digunakan untuk
menentukan konfigurasi elektron atom. Chang, R (1987) membuat aturan konfigurasi
elektron untuk membantu memahmi kestabilan orbital molekul. Aturan tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
a. Jumlah orbital molekul yang terbentuk selalu sama dengan jumlah orbital atom yang
bergabung.
b. Semakin stabil orbital molekul ikatan, semakin kurang stabil orbital molekul
antiikatan yang berkaitan.
c. Pengisian orbital molekul dimulai dari energi rendah ke energi tinggi. Dalam
molekul stabil, jumlah elektron dalam orbital molekul ikatan selalu lebih banyak
daripada dalam orbital molekul antiikatan karena kita selalu menempatkan elektron
dalam orbital molekul ikatan yang berenergi lebih rendah terlebih dahulu.
d. Ketika elektron ditambahkan ke orbital molekul dengan energi yang sama, susunan
yang paling stabil diramalkan aoleh aturan Hund, yaitu elektron memasuki ke
orbital-orbital molekul ini dengan spin sejajar.

e. Jumlah elektron dalam orbital molekul sama dengan jumlah semua elektron pada
atom-atom yang berikatan.
1. Teori Orbital Molekul pada Senyawa Diatomik Homointi
Senyawa diatomik homointi terdiri dari dua unsur yang memiliki inti atom yang
identik. Atom-atom yang sama akan memiliki tingkat energi yang sama pula. Dalam
molekul hidrogen (H2) tumpang tindih orbital 1s masing-masing atom hidrogen
membentuk orbital ikatan g bila cupingnya mempunyai tanda yang sama dan antiikatan
u bila bertanda berlawanan, dan dua elektron mengisi orbital ikatan g (Gambar 2.7).

Gambar 2.7 Orbital molekul H2, tanda panah mengindikasikan spin elektronnya.
Terbentuknya orbital molekuler pada molekul H2 dapat didekati dengan metoda
KLOA (Kombinasi Linear Orbital Atomik) sebagai berikut:
= N (x + y)
* = N (x + y)
= fungsi gelombang untuk orbital molekuler
= fungsi gelombang untuk orbital molekuler
x dany

= fungsi gelombang orbital 1s hidrogen untuk atom x dan y

= konstanta normaliasi

N mempunyai nilai sedemikian sehingga:


2

x + y dt

2
dt =1=

x y 2 dt

dt=1=
dan

Dimana dt adalah volume unsur dalam tiga dimensi yaitu: dt = dx.dy.dz. dari persamaan
dapat diperoleh peluang menemukan sebuah elektron dengan jalan mengkuadratkan
persamaan gelombang .
2 = N2 (x2 + y2 + 2x y)
x2 menunjukkan peluang menemukan elektron di sekeliling atom x
y2 menunjukkan peluang menemukan elektron di sekeliling atom y
2x + y menunjukkan peningkatan elektron pada daerah antara kedua inti
Untuk persamaan gelombang * peluang untuk menemukan sebuah elektron dinyatakan
dalam:
*2 = N2 (x2 + y2 - 2xy)
-2x ymenyatakan penurunan kepekatan elektron pada daerah antara kedua inti (Bird,
T, 1987).
Untuk molekul oksigen (O2) dengan konfigurasi 8O= 1s2 2s2 2p4.

Gambar 2.8 Orbital molekul O2


Dari Gambar 2.8 dapat diketahui bahwa selain adanya orbital atom (samping), ada
juga orbital molekul (Tengah). Elektron-elektron pada orbital molekul merupakan
jumlah dari elektron-elektron yang terdapat di dalam masing-masing orbital kulit
valensi unsur penyusunnya. Orbital s akan membentuk ikatan sigma dan orbital p akan
membentuk ikatan pi. Orbital dengan tanda asterik (*) berarti merupakan orbital anti
pengikatan, suatu molekul menjadi tidak stabil. Semakin banyak elektron pada orbital
anti pengikatan, suatu molekul akan semakin tidak stabil. Dari gambar tersebut dapat
diketahui bahwa gas O2 merupakan gas paramagnetik karena elektron tidak mengisi

orbital *px dan *py secara penuh/ sehingga konfigurasi elektron valensi molekul O 2
adalah:
(2s)2(*2s)2(2pz)2( 2px)2(2py)2(*2px)1(*2py)1 atau (2s)2(*2s)2(2p)2( 2p)4(*2p)2
Kita dapat menuliskan seperti bentuk kedua karena orientasi x, y, z tidak menjadi
masalah berarti.

Gambar 2.9 Orbital molekul N2


Orde ikatan antar atom adalah separuh dari jumlah elektron yang ada di orbital
ikatan dikurangi dengan jumlah yang ada di orbital anti ikatan. Misalnya, dalam N 2 atau
CO, orde ikatannya adalah (8 2)/2= 3 dan nilai ini konsisten dengan struktur
Lewisnya.
2. Teori Orbital Molekul pada Senyawa Diatomik Heterointi
Atom-atom pada senyawa ini memiliki keelektronegativitas yang berbeda, maka
tentu atom-atom memiliki tingkat energi yang berbeda pula. Orbital molekul dua atom
yang berbeda dibentuk dengan tumpang tindih orbital atom yang tingkat energinya
berbeda. Tingkat energi atom yang lebih elektronegatif umumnya lebih rendah, dan
orbital molekul lebih dekat sifatnya pada orbital atom yang tingkat energinya lebih
dekat.

Oleh

karena

itu,

orbital

ikatan

mempunyai

karakter

atom

dengan

keelektronegatifan lebih besar, dan orbital anti ikatan mempunyai karakter atom dengan
keelektronegatifan lebih kecil.

Misalnya, lima orbital molekul dalam hidrogen fluorida, HF, dibentuk dari orbital
1s hidrogen dan orbital 2s dan 2p fluor, sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 2.21.
Orbital ikatan 1 mempunyai karakter fluorin, dan orbital 3 anti ikatan memiliki
karakter 1s hidrogen. Karena hidrogen hanya memiliki satu orbital 1s, tumpang tindih
dengan orbital 2p fluor dengan karakter tidak efektif, dan orbital 2p fluor menjadi
orbital nonikatan. Karena HF memiliki delapan elektron valensi, orbital nonikatan ini
menjadi HOMO.

Gambar 2.10 Orbital molekul HF


Dalam karbon monoksida, CO, karbon dan oksigen memiliki orbital 2s dan 2p
yang menghasilkan baik ikatan sigma dan pi, dan ikatan rangkap tiga dibentuk antar
atomnya. Walaupun 8 orbital molekulnya dalam kasus ini secara kualitatif sama dengan
yang dimiliki molekul yang isoelektronik yakni N 2 dan 10 elektron menempati orbital
sampai 3, tingkat energi setiap orbital berbeda dari tingkat energi molekul nitrogen.
Orbital ikatan 1 memiliki karakter 2s oksigen sebab oksigen memiliki keelektronegativan lebih besar. Orbital antiikatan 2 dan 4 memiliki karakter 2p karbon
(Gambar 2.11).

Gambar 2.11 Orbital molekul CO


Konfigurasi elektron valensi molekul CO adalah (2s)2(*2s)2(2p)4(2p)2. Pada molekul
diatomik heterointi, energi orbital 2p lebih rendah dibanding 2p, sehingga letak orbital
2p berada di atas 2p, berbeda dengan letak orbital kedua orbital tersebut pada molekul
diatomik homointi.
Molekul HCl merupakan molekul heterointi, dimana kedua atom berasal dari
unsur yang berbeda. Atom Cl memiliki nomor atom 17 dengan konfigurasi elektron: 1s2
2s2 2p6 3s2 3p5, sedangkan atom H memiliki nomor atom 1 dengan konfigurasi elektron:
1s1. Atom Cl lebih elektronegatif daripada atom H. Diagram korelasi orbital molekul
menunjukkan bahwa tingkat-tingkat energy dari atom Cl yang lebih elektronegatif
bergeser ke arah bawah, karena atom Cl menarik elektron-elektron valensi lebih kuat
dari pada atom H seperti gambar 2.12.

Gambar2.12.OrbitalmolekulHCl
Orbital-orbital atom bercampur secara signifikan membentuk orbital molekul
hanya jika energi orbital-orbital ini cukup berdekatan dan mempunyai simetri yang
benar. Pada molekul HCl, orbital 1s dari atom Cl energinya terlalu rendah untuk bias
bercampur dengan orbital 1s dari atom H. Hal yang sama juga terjadi untuk orbital 2s
atom Cl. Berdasarkan teori hibridisasi sebelum atom Cl berikatan dengan atom H
membentuk molekul maka akan terjadi hibridisasi orbital atau pencampuran orbital
atom Cl. Pada atom Cl dapat dilihat bahwa orbital 3s bercampur dengan orbital 3p
(karena berada dalam satu kulit) sebelum membentuk orbital molekul. Hal ini
dikarenakan semua electron pada kulit terluar memiliki kesempatan yang sama untuk
berikatan dengan electron pada atom H, sehingga terjadi pencampuran orbital 3s dan 3p
pada atom Cl.
Interaksi antara 3s pada atom Cl membentuk ikatan sigma, biasanya apabila
terjadi interaksi membentuk ikatan maka akan terbentuk 2 orbital yaitu orbital dan *.
Namun, karena orbital ikatan 4sb lebih rendah energinya dari non bonding maka tidak
terbentuk ikatan anti sigma (*). Tumpang tindih total dari orbital 1s hydrogen dengan
orbital 3Px atau 3Py (terletak di atas 5sb pada gambar 4) atom Cl adalah nol, sebab fasa

positif dan negative dari fungsi gelombang gabungan bila dijumlahkan menjadi nol.
Atom Cl hanya meninggalkan orbital 3Pz (4sb), yang bergabung dengan orbital 1s
hydrogen menghasilkan orbital dan *.
Dari gambar 2.12 dapat dilihat bahwa orbital 3Px (2nb), dan 3Py (2nb) dari klor
tidak bercampur dengan orbital 1s dari hydrogen dan dengan demikian tetap berada
dalam keadaan atomic (non pengikatan). Elektron-elektron dalam orbital ini tidak
berkontribusi secara signifkan dalam pengikatan kimia. Karena klor lebih elektronegatif
dari pada hidrogen, energi orbital 3p nya terletak dibawah energi orbital 1s dari
hidrogen. Bila kedelapan electron valensi digunakan untuk HCl, maka konfigurasi
orbital molekul yang dihasilkanadalah:
(3sCl)2 ()2 (3pCl)4
Orde ikatan totalnya adalah 1 sebab elektron-elektron dalam orbital atom non
pengikatan tidak mempengaruhi orde ikatan. Elektron-elektron dalam orbital akan
lebih cenderung ditemukan dekat dengan atom klorin dari pada di dekat atom hidrogen,
dan dengan demikian HCl memiliki momen dipole H+Cl -.

Orde Ikatan (bond order)


Untuk menentukan seberapa stabil suatu molekul diatomik, kita tentu
membutuhkan patokan kuantitatifnya. Disini dapat digunakan orde ikatan sebagai nilai
kestabilan tersebut. Semakin besar nilai orde ikatan, semakin stabil molekul tersebut.
Orde ikatan=

elektron ikatan elektron anti ikatan


2

Dari rumus tersebut, dapat disimpulkan semakin banyak elektron pada orbital anti
ikatan, semakin tidak stabil molekul tersebut.
Sebagai contoh urutan kestabilan H2+, H2, He2+, dan He.

Dengan menggunakan rumus di atas, kita dapat mengurutkan spesi-spesi di atas


berdasarkan tingkat kestabilannya:
H2>H2+>He2+> He.

Anda mungkin juga menyukai