ii
BAB I
PENDAHULUA
Teori orbital molekul merupakan teori yang paling lengkap karena menyangkut baik
interaksi elektrostatik maupun interaksi kovalen. Berdasarkan teori orbital molekul,
pada pembentukan senyawa kompleks, orbital-orbital dari atom pusat dengan orbital-
orbital dari ligan akan saling berinteraksi membentuk orbital-orbital molekul. Teori
orbital molekul mempertimbangkan interaksi elektrostatik dan interaksi kovalen antara
atom pusat dengan ligan. Orbital-orbital pada atom pusat dengan orbital-orbital dari
ligan saling berinteraksi membentuk orbital-orbital molekul lain.
Meskipun teori medan Kristal dapat menjelaskan sejumlah besar fakta tentang
senyawa kompleks, teori ini mempunyai cacat yang serius, yaitu anggapan bahwa
interaksi antara ion pusat dengan ligan-ligan hanya merupakan interaksi elektrostatik
adalah tidak tepat. Bila pembentukan suatu kompleks hanya melibatkan interaksi
elektrostatik. Maka senyawa-senyawa kompleks seperti [Ni(CO)4], [fe(CO)5], dan
[CR(CO)6] tidak mungkin terbentuk karena baik atom pusat maupun ligannya adalah
tidak bermuatan. Dalam kenyataan diperoleh bahwa senyawa-senyawa kompelks
1
tersebut bersifat stabil. Di samping itu, medan yang ditimbulkan oleh ligan-ligan netral,
misalnya pada kompleks [Co(H2O)6]3+ adalah lebih besar dibandingkan kekuatan
medan Kristal [CoF6]3+. Hasil eksperimen dengan metode resonansi spin electron
menunjukkan adanya pemakaian bersama pasangan elektron oleh atom pusat dengan
ligan. Hal ini menunjukkan bahwa pada pembentukan senyawa kompleks di samping
terjadi interaksi elektrostatik atau interaksi ionik, juga terjadi interaksi kovalen.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui teori orbital molekul?
1.3.2 Untuk mengetahui contoh-contoh dari teori orbital molekul?
1.3.3 Untuk mengetahui π back bonding dalam teori orbital molekul?
1.3.4 Untuk mengetahui ligan π donor?
1.3.5 Untuk mengetahui ligan π akseptor?
1.4 Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk:
1.4.1 Mengetahui teori orbital molekul?
1.4.2 Mengetahui contoh-contoh dari teori orbital molekul?
1.4.3 Mengetahui π back bonding dalam teori orbital molekul?
1.4.4 Mengetahui ligan π donor?
1.4.5 Mengetahui ligan π akseptor?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi teori orbital molekul
Teori orbital molekul didasarkan atas asumsi, yaitu pada pembentukan senyawa
kompleks terjadi interaksi antara orbital-orbital dari atom pusat dengan orbital-orbital
dari ligan membentuk orbital molekul. Orbital molekul senyawa kompleks dapat
diperoleh dari kombinasi linear orbital-orbital dari atom pusat dengan orbital-orbital
dari ligan-ligan. Interaksi antara atom pusat dengan ligan-ligan merupakan gabungan
dari interaksi elektrostatis (ionik) dan interaksi kovalen.
Teori orbital molekul merupakan teori yang paling lengkap karena menyangkut
baik interaksi elektrostatik maupun interaksi kovalen. Berdasarkan teori orbital molekul,
pada pembentukan senyawa kompleks, orbital-orbital dari atom pusat dengan orbital-
orbital dari ligan akan saling berinteraksi membentuk orbital-orbital molekul.
Berdasarkan pendekatan kombinasi liniear, orbital-orbital molekul senyawa kompleks
dianggap merupakan kombinasi linear dari orbital-orbital atom pusat dan orbital-orbital
ligan.karena kombinasi linear dari orbital-orbital atom pusat dan orbital-orbital ligan
yang perbedaan tingkat energinya besar dapat diabaikan, maka dalam menggambarkan
orbital molekul senyawa kompleks cukup digambarkan orbital-orbital valensinya.
Untuk memudahkan dalam mepelajari pembentukan orbital molekul senyawa kompleks,
perlu diawali dengan penjelasan tentang pembentukan orbital molekul kompleks
hipotetik. [AB]+berikut. Seandainya suatu basa Lewis B yang memiliki satu pasangan
elektron bebas, dan asam Lewis A+ yang memiliki dua orbital hibrida sp dan sebuah
elektron,, bereaksi membentuk Kompleks [AB]+.
Berdasarkan teori medan Kristal akibat interaksi tersebut dua orbital hibrida sp
dari asam lewis A+akan mengalami kenaikan tingkat energy. Bila dua orbital sp tersebut
disebut orbital A1 dan orbital A2, dan dalam pengisian kedua elektron orbital tersebut
3
dinyatakan dengan garis mendatar (-), maka dua orbital tersebut akan mengalami
pemisahan seperti gambar berikut.
ᴪh, = A1 + B
ᴪa= A1 – B
orbitalA2 yang tidak digunakan dalam pembentukan ikatan akan menjadi orbital
nonbonding (orbital bukan ikatan) ᴪa, diagram orbital molekul kompleks hipotetik
[AB]* diberikan pada gambar berikutnya.
Tingkat energi [AB]+ adalah minimal apabila distribusi elektron pada kompleks
tersebut adalah ᴪb2ᴪn1ᴪa0. Transisi elektron dengan energi terendah adalah dari orbital
4
nonbonding ᴪn1 ke orbital antibonding, ᴪa, dengan energy transisi sebesar ∆E2.
5
Berdasarkan teori orbital molekul, maka pembentukan [AB]+ akan melibatkan
baik interaksi elektrostatik maupun interaksi kovalen. Pada waktu asam lewis A+
brinteraksi dengan basa lewis B maka interaksi yang pertama terjadi dapat dianggap
interaksi elektrostatik. Interaksi tersebut menyebabkan dua orbital hibrida A1dan A2 dan
asam lewis A+akan mengalami kenaikan tingkat energy sedangkan orbital A2 mengalami
penurunan tingkat energi.
Transisi elektron dengan energi terendah adalah dari orbital nonbonding ᴪn ke
orbital bonding ᴪa dengan energy transisi sebesar ∆E seperti pada ga,bar berikut.
6
Jika orbital s bercampur, akan terbentuk orbital molekul yang direpresentasikan
dengan σ (sigma) dan σ* (sigma bintang). Gambar 3.1 memperlihatkan kerapatan
elektron dan orbital atom yang menghasilkan orbital molekul.
7
2.1.1 Orbital molekul diatomic
Spesis diatomik paling sederhana dibentuk dari satu atom hidrogen dan satu ion
hidrogen, yaitu ion molekulel H2+.
8
Gambar di atas menunjukkan tingkat energi molekul hidrogen, H2., dengan
Konfigurasi elektronnya (σ1s)2∗.Orbital molekul ikatan memiliki 2 elektron, sementara
elektron di orbital molekul antiikatan tidak ada, sehingga orde ikatan H 2 adalah 1. Orde
ikatan ini lebih besar dari orde ikatan H 2+, sehingga ikatannya akan lebih kuat dan
panjang ikatannya aakan pendek. Hal ini sesuai dengan hasil ekperimen, panjang
ikatannya 74 pm dan kekuatan ikatannya 436 kJ.mol-1.
Gambar diagram orbital molekul orbital atom 2s molekul Li2 (fasa gas)
Molekul periode dua yang lain adalah oksigen (O 2). Berdasarkan gambar di atas dapat
kita amati, berdasarkan aturan Hund, terdapat 2 elektron tidak berpasangan. Terdapat 2
orde ikatan [3-(2 × ½)], berkesesuaian dengan pengukuran panjang ikatan dan energi
ikat.
9
Pada molekul periode kedua yang lain, difluorin (F2), lebih dari dua elektron
menempati orbital antibonding (Gambar 5.6). orde ikatan menunjukan ikatan bersih
yang berasal dari 3 orbital bonding yang terisi dan 2 orbital antibonding.
Konfigurasi elektron valensinya, (σ2s)2(𝜋2p)4(𝜋*2p)4
10
orbital molekul antibonding diturunkan dari orbital atom karbon berenergi tinggi.
Terdapat dua orbital molekul yang dihasilkan dari kontribusi orbital atom berergi
rendah dari oksigen dan berenergi tinggi dari karbon, yaitu orbital molekul nonbonding
(σNB), tidak berkontribusi signifikan terhadap ikatan. Untuk menentukan orde ikatan
karbon monoksida, jumlah pasangan antibonding (0) telah dikurangi dari jumlah
pasangan bonding (3), perhitungan ini mengarah pada prediksi ikatan rangkap tiga
(triple bond).Energi ikat paling tinggi sebesar 1072 kJ.mol-1.
2.2 Contoh-contoh diagram orbital molekul senyawa kompleks
2.2.1 Kompleks octahedral
Diagram orbital molekul kompleks oktahedral yang melibatkan baik interaksi
kovalen diberikan pada gambar berikut dimana (a) merupakan orbital atom atau ion
logam pada keadaan bebas atau sebelum ada interaksi dengan ligan-ligan. (b)
merupakan orbital atom atau ion logam pada kompleks octahedral bila interaksi antara
atom pusat dengan ligan-ligan hanya interaksi elektrostatik. (c), merupakan orbital-
orbital dari ligan sebelum terjadi interaksi dengan orbital-orbital atom logam, disebut
dengan orbital-orbital kelompok ligan (ligan group orbitals). (d) orbital molekul
kompleks oktahedral yang melibatkan baik interaksi elektrostatik maupun interaksi
kovalen.
Pada waktu atom logam mengadakan interaksi elektrostatik dengan ligan-ligan
maka semua orbital yang ada mengalami kenaikan tingkat energy tiga orbital p
meskipun mengalami kenaikan tingkat energi tetapi tetap dalam keadaan degenerat
karena interaksi ligan-ligan dengan tiga orbital p tersebut adalah sama kuat. Lima
orbital d dari atom logam atau ion logam mengalami pemisahan menjadi orbital t 2g dan
eg seperti diterangkan pada pembahasan teori medan Kristal di muka. Setelah
mengalami kenaikan energy orbital-orbital dari atom logam atau ion logam mengadakan
kombinasi linear dengan orbital-orbital dari ligan membentuk orbital molekul kompleks
octahedral. Dengan menggunakan diagram yang ditunjukkan pada gambar berikut.
11
Gambar diagram orbital-orbital molekul kompleks octahedral
adalah sebagai berikut. Pertama, mengisikan 6 pasang elektron pada orbital-orbital a1g,
t1h, dan eg. Kedua, mengisikan 6 elektron yang tersisa pada orbital t2g, secara
berpasangan karena kompleks [Co(NH3)6]3+merupakan kompleks dengan medan
kuat,
12
harga 10Dq>P . Sifat diamagnetik dari ion kompleks [Co(NH 3)6]3+. Ditunjukkan
dengan berpangannya semua elektron yang terdapat pada orbital molekul kompleks
tersebut.
Pada waktu atom logam atau ion logam mengadakan interaksi elektrostatik
dengan ligan-ligan maka semua orbital yang ada mengalami kenaikan tingkat energi.
Lima orbital d dari atom logam atau ion logam mengalami pemisahan menjadi orbital t 2
dan eseperti diterangkan pada teori pembahasan medan Kristal. Setelah mengalami
kenaikan tingkat energi, orbital-orbital dari atom logam atau ion logam mengadakan
kombinasi linear dengan orbital-orbital dari ligan membentuk orbital molekul-molekul
tetrahedral. Kompleks tetrahedral merupakan kompleks dengan medan lemah, harga
10Dq<P.
Contoh [NiCl4]2-
Fakta eksperimen menunjukkan bahwa ion kompleks [NiCl 4]2-memiliki bentuk
tetrahedral dan bersifat paramagnetic dengan kemagnetan setara dengan adanya dua
elektron tak berpasangan.Atom ion kompleks tersebut adalah Ni 2+ dengan konfigurasi
elektron [Ar] 3d8.Jumlah elektron pada orbital 3d atom pusat dan elektron-elektron yang
13
didonorkan oleh 4 ligan Cl- adalah 16 elektron.Enam belas elektron tersebut diisikan
pada orbital molekul kompleks tetrahedral seperti diberikan pada gambar berikut.
14
t2,kedua mengisikan dua elektron pada orbital t2 karena ion kompleks [NiCl4]2-
merupakan komppleks dengan medan lemah, harga 10Dq<P. ketiga,memasangkan dua
elektron yang tersisa dengan dua elektron yang terdapat pada orbital e dan satu
elektron yang tersisa pada elektron t2.Sifat paramagnetik dari ion kompleks [NiCl4]2-
ditunjukkan dengan adanya dua elektron tak berpasangan pada orbital molekul
kompleks tersebut.
2.3 π back bonding dalam teori orbital molekul
Pi (π) back bonding atau biasa disebut pengikatan balik pi (π) juga dikenal
donasi balik pi (π) adalah suatu konsep dalam ikatan kimia dimana electron berpindah
dari satu orbital atom suatu atom ke orbital anti-ikatan π* pada ligan penerimaan- π.
Electron dari logam digunakan untuk berikatan dengan ligan, dalam prosesnya ini akan
membebaskan logam dari muatan negatif yang berlebihan. Senyawa dimana terdapat
pengikatan balik π meliputi Ni(CO)4 dan garam Zeise. IUPAC mengeluarkan definisi
pengikatan balik sebagai berikut : “uraian tentang ikatan ligan berikatan terkonjugasi π
ke logam transisi yang melibatkan proses sinergis dengan sumbangan electron dari
oorbital π atau orbital pasangan electron sunyi pada ligan ke dalam orbital kosong pada
logam (ikatan akseptor-donor), disertai dengan pelepasan (sumbangan balik) electron
dari orbital nd pada logam (yang merupakan π-simetri sesuai dengan sumbu logam-
ligan) ke dalam orbital π*- antipengikaatan yang kosong pada ligan.
15
Electron ini berasal dari orbital d logam dan biasanya akan berpindah ke orbital
molekul anti-ikat ligan, menyebabkan derajat ikat ligan menurun. Ini akan
mengakibatkan penurunan frekuensi vibrasi ikatan yang dapat terpantau pada
spektroskopi inframerah. Walaupun derajat ikat antar atom ligan menurun, derajat ikat
logam-ligan meningkat.
Dalam kimia koordinasi, ligan π-donor adalah jenis ligan yang dianugerahi orbital
non-ikatan penuh yang tumpang tindih dengan orbital berbasis logam. Interaksi mereka
saling melengkapi dengan perilaku ligan π-akseptor. Keberadaan terminal oxo ligan
untuk logam transisi awal adalah salah satu konsekuensi dari ikatan semacam ini. Ligan
π-donor klasik adalah oksida (O2-), nitrat (N3-), amida (RN2- ), alkoksida (RO-), amida
(R2N-), dan fluoride. Untuk logam transisi akhir, donor π yang kuat membentuk
interaksi anti-ikatan dengan tingkat-d yang terisi, dengan kosenkuensi untuk keadaan
putaran, potensi redoks, dan nilai tukar ligan. Ligan π -donor rendah dalam seri
spektrokimia.
Sejumlah ligan tertentu memiliki orbital yang telah terisi elektron dan
menglami overlap orbital t2g, dari logam, menghasilkan ikatan t2g, π. Rapatan elektron
akan di transfer dari ligan menuju logam melalui ikatan π. Ini. Selain dari ikatan π.
Yang terbentuk tadi,transfer elektron dari ligan ke logam juga terjadi melalui ikatan δ.
Interaksi semacam ini lebih sering terjadi pada kompleks dari logam dengan bilangan
oksidasi yang tinggi, sehingga logam tersebut “kekurangan elektron”. Orbital π. Dari
16
ligan biasanya memiliki tingkat energi yang lebih rendah dibandingkan orbital t2g,
logam, sehingga delokalisasi elektron π dari ligan melalui cara ini akan memperkecil
harga ∆0. Ligan yang merupakan donor π terletak terletak disebelah kiri dari deret
spektrokimia.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori orbital molekul merupakan teori yang paling lengkap karena menyangkut
baik interaksi elektrostatik maupun interaksi kovalen. Berdasarkan teori orbital molekul,
pada pembentukan senyawa kompleks, orbital-orbital dari atom pusat dengan orbital-
orbital dari ligan akan saling berinteraksi membentuk orbital-orbital molekul.
18
DAFTAR PUSTAKA
Effendi. 2007. Kimia Koordinasi Jilid 1. Malang : Jurusan Kimia Fakultas MIPA. UNM
Ismunandar. 2006. Modul dan PR Struktur dan Kereaktifan Kimia Anorganik. Bandung
: ITB
La Kilo, A. 2018. Kimia Anorganik Struktur dan Kereaktifan. Gorontalo. UNG Press
Ramlawati. 2005. Kimia Anorganik Fisik. Makasar: Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Negeri Makassar.
Sukarjo, 1985.Ikatan kimia. Jakarta: Rineka Cipta
19