Nim A1C122049
Kimia anorganik I
Sifat magnet dan sifat-sifat molekul yang lain dapat dijelaskan lebih baik
dengan menggunakan pendekatan mekanika kuantum yang lain yang disebut
sebagai teori orbital molekul (OM), yang menggambarkan ikatan kovalen melalui
istilah orbital molekul yang dihasilkan dari interaksi orbital-orbital atom dari
atom-atom yang berikatan dan yang terkait dengan molekul secara keseluruhan.
Menurut teori OM, tumpang tindih orbital 1s dua atom hidrogen mengarah
pada pembentukan dua orbital molekul, satu orbital molekul ikatan dan satu
orbital molekul antiikatan. Orbital molekul ikatan memiliki energi yang lebih
rendah dan kestabilan yang lebih besar dibandingkan dengan orbital atom
pembentuknya. Orbital molekul antiikatan memiliki energi yang lebih besar dan
kestabilan yang lebih rendah dibandingkan dengan orbital atom pembentuknya.
Penempatan elektron dalam orbital molekul ikatan menghasilkan ikatan kovalen
yang stabil, sedangkan penempatan elektron dalam orbital molekul antiikatan
menghasilkan ikatan kovalen yang tidak stabil.
Dalam orbital molekul ikatan kerapatan elektron lebh besar di antara inti
atom yang berikatan. Sementara, dalam orbital molekul antiikatan, kerapatan
elektron mendekati nol diantara inti. Perbedaa ini dapat dipahami bila kita
mengingat sifat gelombang pada elektron. Gelombang dapat berinteraksi
sedemikian rupa dengan gelombang lain membentuk interferensi konstruktif yang
memperbesar amplitudo, dan juga interferensi destruktif yang meniadakan
amplitudo.
(2) Tanda positif atau negatif cuping yang bertumpang tindih sama.
Dua atau lebih orbital molekul yang berenergi sama disebut orbital
terdegenerasi (degenerate). Simbol orbital yang tidak terdegenerasi adalah a atau
b, yang terdegenerasi ganda e, dan yang terdegenerasi rangkap tiga t. Simbol g
(gerade) ditambahkan sebagai akhiran pada orbital yang sentrosimetrik dan u
(ungerade) pada orbital yang berubah tanda dengan inversi di titik pusat inversi.
Bilangan sebelum simbol simetri digunakan dalam urutan energi untuk
membedakan orbital yang sama degenarasinya. Selain itu, orbital-orbital itu
dinamakan sigma (σ) atau pi(π) sesuai dengan karakter orbitalnya. Suatu orbital
sigma mempunyai simetri rotasi sekeliling sumbu ikatan, dan orbital pi memiliki
bidang simpul. Oleh karena itu, ikatan sigma dibentuk oleh tumpang tindih orbital
s-s, p-p, s-d, p-d, dan d-d dan ikatan pi dibentuk oleh tumpang tindih orbital p-p,
p-d, dan d-d.
PEMBENTUKAN ORBITAL σ
Pembentukan ikatan melalui orbital σ yang paling sederhana dapat
dicontohkan dalam pembentukan ikatan antar atom hidrogen dalam molekul H2.
1s 1s
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa tiap atom H memiliki masing-
masing satu buah elektron pada orbital 1s. kedua orbital atom H tersebut
kemudian bergabung membentuk orbital molekul σ, sehingga terbentuk dua
macam orbital, orbital σ yang merupakan orbital bonding, dan orbital σ* yang
merupakan orbital antibonding. Sesuai dengan aturan Hund, maka mula-mula
elektron dari salah satu atom H mengisi orbital molekul σ yang terbentuk,
kemudian elektron dari atom H yang lain juga mengisi orbital σ tersebut. Dengan
terbentuknya orbital molekul yang diisi oleh elektron dari kedua atom H, maka
terbentuklah ikatan antar atom H tersebut menjadi molekul H 2. Molekul H2 ini
merupakan molekul yang stabil, karena elektron-elektronnya berada pada orbital
molekul σ yang tingkat energinya lebih rendah dibandingkan tingkat energi orbital
atom pembentuknya.
1s 1s
Orbital molekul dua atom yang berbeda dibentuk dengan tumpang tindih
orbital atom yang tingkat energinya berbeda. Tingkat energi atom yang lebih
elektronegatif umumnya lebih rendah, dan orbital molekul lebih dekat sifatnya
pada orbital atom yang tingkat energinya lebih dekat. Oleh karena itu, orbital
ikatan mempunyai karakter atom dengan ke-elektronegativan lebih besar, dan
orbital anti ikatan mempunyai karakter atom dengan ke-elektronegativan lebih
kecil.
Misalnya, lima orbital molekul dalam hidrogen fluorida, HF, dibentuk dari
orbital 1s hidrogen dan orbital 2s dan 2p fluor, sebagaimana diperlihatkan dalam
Gambar 2.21. Orbital ikatan 1σ mempunyai karakter fluorin, dan orbital 3σ anti
ikatan memiliki karakter 1s hidrogen. Karena hidrogen hanya memiliki satu
orbital 1s, tumpang tindih dengan orbital 2p fluor dengan karakter π tidak efektif,
dan orbital 2p fluor menjadi orbital nonikatan. Karena HF memiliki delapan
elektron valensi, orbital nonikatan ini menjadi HOMO.
Dalam karbon monoksida, CO, karbon dan oksigen memiliki orbital 2s
dan 2p yang menghasilkan baik ikatan sigma dan pi, dan ikatan rangkap tiga
dibentuk antar atomnya. Walaupun 8 orbital molekulnya dalam kasus ini secara
kualitatif sama dengan yang dimiliki molekul yang isoelektronik yakni N2 dan 10
elektron menempati orbital sampai 3σ, tingkat energi setiap orbital berbeda dari
tingkat energi molekul nitrogen. Orbital ikatan 1σ memiliki karakter 2s oksigen
sebab oksigen memiliki ke-elektronegativan lebih besar. Orbital antiikatan 2π dan
4σmemiliki karakter 2p karbon.
Orde ikatan antar atom adalah separuh dari jumlah elektron yang ada di
orbital ikatan dikurangi dengan jumlah yang ada di orbital anti ikatan. Misalnya,
dalam N2 atau CO, orde ikatannya adalah (8 – 2)/2= 3 dan nilai ini konsisten
dengan struktur Lewisnya.
1. Tentukan jumlah elektron dalam molekul. Jumlah elektron per atom diperoleh
dari nomor atom pada tabel periodik (Jumlah total elektron buakn hanya elektron
valensi)
2. Isi orbital molekul dari bawah hingga ke atas sampai semua elektron terisi.
3. Orbital harus terisi dengan spin yang sejajar sebelum elektron nya mulai
berpasangan (Kaidah Hund)
Kemudain stabil tidak nya suatu molekul ditentukan melalui orde ikatan
(Bond Order)
1. Jika bond order suatu molekul sama dengan nol (0) maka molekul tersebut
tidak stabil
2. Jika bond order lebih dari nol (0) maka molekul tersebut stabil
3. Semakin besar nilai dari bond order, semakin stabi ikatan dalam molekul
Sumber Referensi