Anda di halaman 1dari 75

BAHAN KULIAH KIMIA ORGANIK

STRUKTUR
& IKATAN

Bidang Kajian Ilmu Kimia Farmasi


Program Studi D-III Farmasi
STIKes Karsa Husada Garut
Struktur Atom
Atom terdiri dari :
 Nukleus
 muatan positif
 memiliki diameter sangat kecil dan padat (10-14 - 10-15 m)
 terdiri dari proton (muatan positif) dan neutron (netral)
 berperan penting terhadap semua massa dari atom
 Elektron
 bermuatan negatif yang mengelilingi nukleus (diameter 10-10 m)
 Diameter suatu atom kira-kira 2 Angstroms (Å)
 1 angstrom = 10-10 m = 100 pm
 Diameter atom dalam satuan SI = 2  10-10 m (200 picometers (pm))
Nomor Atom dan Nomor Massa
Nomor Atom (Z)
 Jumlah proton dalam inti atom (nukleus)
Nomor Massa (A)
 Jumlah proton + neutron dalam inti atom (nukleus)
Setiap atom dalam senyawa apapun memiliki nomor atom tetap
Isotop
 Atom-atom yang memiliki nomor atom sama tetapi nomor massa
berbeda.
Orbital Atom
 Berdasarkan model mekanika kuantum, perilaku spesifik dari
suatu atom dapat dijelaskan menggunakan persamaan
gelombang.
• Persamaan tersebut pada awalnya digunakan untuk
menjelaskan pergerakan gelombang pada benda cair.
• Penyelesaian persamaan tersebut disebut fungsi
gelombang atau orbital, dilambangkan dengan huruf
Yunani psi (ψ).
 Ketika fungsi gelombang dikuadratkan (ψ2), orbital
menjelaskan volume ruang di sekeliling inti di mana elektron
paling mungkin ditemukan.
 Awan elektron tidak dapat dipastikan dengan jelas, tetapi kita
dapat membuat batasan bahwa orbital menggambarkan
daerah di mana elektron dapat ditemukan dengan
probabilitas 90-95%.
Terdapat empat macam orbital yang berbeda
 Dilambangkan s, p, d, dan f
 Orbital s dan p paling penting dalam kimia organik
 Orbital s
 berbentuk sferis (bola), dengan inti berada di pusat
 Orbital p
 berbentuk halter, dengan inti di tengah
 Orbital d
 empat dari lima berbentuk daun semanggi
 orbital kelima berbentuk halter yang diperpanjang dengan
bentuk donat mengelilingi pada bagian tengahnya
 Orbital elektron diatur dalam sel-sel yang berbeda,
didasarkan pada peningkatan ukuran dan energi.
 Sel yang berbeda mengandung jumlah dan macam orbital
yang berbeda pula.
 Masing-masing orbital berisi sepasang elektron.
 Sel pertama mengandung orbital s saja, diberi lambang 1s, artinya pada sel ini
hanya terdapat 2 elektron.
 Sel kedua mengandung 4 orbital, 1 orbital s (2s) dan 3 orbital p (2p), sehingga
ada 8 elektron yang dapat mengisi sel ini.
 Sel ketiga mengandung 9 orbital, 1 orbital s (3s), 3 orbital p (3p), dan 5 orbital
d (3d), jadi total ada 18 elektron.
Konfigurasi Elektron dalam Atom
Konfigurasi elektron menggambarkan penataan energi terendah
dari suatu atom. Dengan kata lain, memperlihatkan bagaimana
pengisian elektron dalam orbital.
Elektron yang tersedia diisikan ke dalam orbital dengan mengikuti
tiga aturan:
1. Orbital dengan energi paling rendah
diisi pertama kali (prinsip Aufbau)
2. Hanya ada dua elektron yang dapat  
mengisi orbital yang sama,
dan keduanya harus memiliki spin
yang berlawanan (larangan Pauli) 
3. Jika ada dua atau lebih orbital pada
tingkat energi yang sama, satu
elektron mengisi masing-masing 
orbital secara paralel hingga semua
orbital setengah penuh (aturan
Hund)
Ikatan Kimia

Atom membentuk ikatan karena senyawa yang dihasilkan


lebih stabil dan energi rendah dibandingkan atom tunggal.
 Energi selalu dilepaskan dari sistem ketika dibentuk suatu
ikatan kimia.
 Energi dibutuhkan oleh sistem ketika ikatan terputus.

Elektron Valensi
Elektron di dalam sel terluar dari atom
• 8 elektron di dalam sel terluar (elektron oktet) memiliki
stabilitas seperti gas mulia, golongan 8A dalam tabel
periodik unsur.

Ne (2 + 8), Ar (2 + 8 + 8), Kr (2 + 8 + 18 + 8).


• Oleh karena konfigurasi gas mulia paling stabil maka semua
unsur memiliki tendensi untuk membentuk konfigurasi gas
mulia.
• Sebagai contoh, logam-logam alkali pada golongan I,
memiliki elektron tunggal di orbital terluarnya, dengan
melepaskan 1 elektron tersebut mereka dapat
membentuk konfigurasi gas mulia.
• Ukuran kecencerungan melepaskan elektron disebut dengan
Energi Ionisasi dengan satuan kilokalori per mol (kkal/mol).
• Logam alkali memiliki energi ionisasi rendah, sehingga
dapat dikatakan bersifat elektropositif.
• Atom-atom pada bagian tengah dan kanan dalam tabel
periodik memiliki kecenderungan yang lemah untuk
melepaskan elektron, artinya memiliki energi ionisasi yang
tinggi.
• Unsur-unsur halogen memiliki tendensi membentuk ion
negatif dengan menarik elektron.
• Ukuran kecenderungan menarik elektron disebut Afinitas
Elektron (satuannya juga kkal/mol).
• Unsur-unsur pada sisi kanan dalam tabel periodik memiliki
afinitas elektron yang tinggi dan disebut unsur-unsur
elektronegatif.
• Ikatan yang dapat dibentuk oleh unsur yang memiliki energi
ionisasi rendah dengan unsur yang memiliki afinitas
elektron tinggi disebut ikatan ionik.
• Contohnya adalah natrium klorida (NaCl).
Di dalam molekul NaCl, ion Na+ dan Cl- berikatan melalui
gaya elektrostatik.

Na + Cl Na + Cl
Ikatan Kovalen
• Apabila sepasang elektron digunakan bersama antara dua
atom disebut ikatan kovalen.
• Diperkenalkan pertama kali oleh G.N Lewis pada tahun
1916.
• Dapat digambarkan dengan struktur lewis, dimana elektron
terluar digambarkan sebagai titik. Contohnya hidrogen
mempunyai 1 titik, karbon 4 titik, oksigen 6 titik, dan
sebagainya.
• Molekul stabil menghasilkan konfigurasi gas mulia pada
masing-masing atomnya. Contohnya adalah sebagai berikut:
• Model penggambaran lain adalah menggunakan struktur
Kekule, di mana ikatan digambarkan sebagai sebuah
garis.
• Dengan demikian dalam sebuah ikatan (garis) terdapat
sepasang elektron.
• Pada struktur Kekule, pasangan elektron bebas pada kulit
terluar dapat diabaikan.

• Atom dengan kelektronegatifan yang sama atau hampir sama


akan membentuk ikatan kovalen nonpolar, contoh : H2, N2, CH4,
C2H6.
• Bila keelektronegatifan antar atom yang membentuk ikatan
berbeda maka akan terbentuk ikatan kovalen polar yaitu suatu
ikatan dengan distribusi rapat elektron yang tidak merata.
• Distribusi elektron dalam molekul polar dapat dilambangkan oleh
muatan parsial + dan - contoh : H+ - Cl- atau H – Cl
Dari uraian di atas dapat diketahui, bahwa :
1. Ikatan ion dihasilkan dari perpindahan elektron
dari satu atom ke atom lain.
2. Ikatan kovalen dihasilkan dari penggunaan
bersama-sama sepasang elektron oleh dua atom
3. Atom memindahkan atau membuat pasangan
elektron untuk mencapai konfigurasi gas mulia.
Konfigurasi ini biasanya adalah delapan elektron
dalam kulit terluar. Teori ini disebut aturan oktet.
Teori Orbital Molekul
 Teori orbital molekul menggabungkan kecenderungan
atom untuk mengisi konfigurasi oktet dengan cara berbagi
elektron (model Lewis) dengan sifat elektron sebagai
gelombang.
 Menurut teori orbital molekul, ikatan kovalen terbentuk
akibat penggabungan orbital-orbital atom menjadi orbital
molekul, yaitu orbital yang dimiliki oleh molekul, bukan oleh
individu atom.
 Orbital molekul menggambarkan volume ruangan/space
yang melingkupi molekul dimana probabilitas untuk
menemukan elektron sangat besar.
 Orbital molekul memiliki ukuran, bentuk, dan energi
tertentu.
 Stabilitas ikatan kovalen disebabkan oleh adanya
densitas elektron yang besar di bonding region.
 Di daerah ini elektron berada dekat dengan kedua
inti atom, sehingga menurunkan keseluruhan energi.
 Bonding electron tersebut juga menghalangi kedua
inti atom yang bermuatan positif sehingga keduanya
tidak saling menolak.
 Jika kedua inti berjarak terlalu jauh, maka gaya tarik
dengan bonding elektron menjadi sangat kecil atau
bahkan hilang.
 Jika keduanya terlalu dekat, maka gaya tolak
elektrostatik akan menyebabkan keduanya saling
menjauh.
 Jadi ada jarak antarnukleus yang optimum dari
suatu ikatan kovalen, dimana gaya tarik seimbang
dengan gaya tolak.
 Pada jarak optimum, energi senyawa yang
terbentuk minimum (ikatan terkuat).
 Jarak optimum ini disebut panjang ikatan.
IKATAN SIGMA

• Jika kedua atom saling mendekat, maka kedua fungsi


gelombang 1s dapat bergabung secara konstruktif sehingga
keduanya saling menguatkan ketika terjadi overlap dan
dihasilkan bonding molecular orbital (bonding MO).
• Ikatan yang dihasilkan memiliki elektron yang terkonsentrasi
disepanjang garis penghubung kedua inti atom.
• Ikatan tipe ini disebut ikatan simetris silinder atau ikatan
sigma ().
IKATAN PI
• Ikatan pi () terbentuk
karena adanya overlap
antara 2 orbital p dengan
orientasi tegak lurus garis
penghubung kedua nukleus.
• Kedua orbital yang sejajar
ini overlap sisi dengan sisi,
densitas elektronnya
terpusat diatas dan dibawah
garis penghubung kedua
nukleus.
• Overlap ini paralel, bukan
linier (sebagaimana pada
ikatan sigma), sehingga Overlap sisi-dengan-sisi antara 2 orbital p
orbital molekular pi tidak membentuk satu  bonding molecular orbital
simetris silinder. dan satu * antibonding molecular orbital.
Orbital Hibrida

Hibridisasi orbital (L. Pauling)


Kombinasi dari dua atau lebih orbital atomik
membentuk serangkaian orbital atomik baru,
disebut orbital hibrida

Ada 3 tipe orbital hibrida


 sp3 (satu orbital s + tiga orbital p)
 sp2 (satu orbital s + dua orbital p)
 sp (satu orbital s + satu orbital p)
ORBITAL HIBRIDA sp3

Bagaimana bentuk orbital sp3?

 Seperti halnya orbital p, orbital sp3 berbentuk lobe.


 Orbital s akan memperbesar satu lobe dari orbital p,
tapi akan memperkecil satu lobe lainnya (yang fasenya
berlawanan), sehingga ukuran kedua lobe orbital sp3
menjadi tidak sama.
 Orbital sp3 lebih stabil daripada orbital p, tapi kurang
stabil dibandingkan orbital s.
 Lobe orbital sp3 yang lebih besar digunakan dalam
pembentukan ikatan kovalen.
 Orbital hibrida sp3 terjadi karena adanya
penggabungan 1 orbital s dan 3 orbital p, sehingga
orbital hibrida yang dihasilkan berjumlah 4.
 Ujung dari keempat orbital hibrida sp3 akan saling
menjauh dan akan mengarah ke sudut-sudut
tetrahedron beraturan dengan sudut 109,5°.
IKATAN DALAM METANA
 Metana memiliki 4 ikatan kovalen.
 Ke-4 ikatan memiliki panjang dan sudut yang sama
 Ke-4 ikatan identik.
Bagaimana pembentukan ikatan dalam CH4?

• Struktur elektron karbon:


1s2 2s2 2px1 2py1
berarti hanya ada 2 elektron yang tidak
berpasangan yang dapat di-share
dengan hidrogen, bukan 4!
• Supaya jelas, digunakan notasi
electrons-in-boxes.
• Hanya elektron level 2 yang digambar,
karena elektron 1s2 letaknya terlalu
dalam untuk bisa terlibat dalam
pembentukan ikatan.
• Elektron yang tersedia untuk sharing
adalah elektron 2p.
• Mengapa metana bukan CH2?
• Pada saat ikatan terbentuk, energi
dilepaskan dan sistem menjadi lebih
stabil.
• Jika karbon membentuk 2 ikatan, energi
yang dilepaskan adalah 210 kkal/mol.
• Hanya ada sedikit beda energi antara
orbital 2s dan 2p, sehingga karbon
hanya memerlukan sedikit energi (96
kkal/mol) untuk meningkatkan (promosi)
satu elektron dari 2s ke tempat kosong di
2p sehingga dihasilkan 4 elektron yang
tak berpasangan.
• Energi yang dilepas pada saat
pembentukan 4 ikatan = 420 kkal/mol.
• Dengan hanya menggunakan 96
kkal/mol, energi yang dilepaskan
bertambah 210 kkal/mol.
Dalam senyawa metana, semua ikatan karbon-hidrogen
identik, tapi elektron berada dalam 2 orbital yang berbeda
(2s dan 2p)

• Elektron mengatur lagi dirinya dalam satu proses yang


disebut hibridisasi.
• Proses ini akan mengatur kembali elektron-elektron
menjadi 4 orbital hibrida yang identik yang disebut
hibrida sp3.

• Setiap orbital sp3 memiliki 25% karakter s dan 75% karakter p.


• Keempat orbital sp3 memiliki energi yang sama.
Keempat orbital hibrida sp3
mengatur dirinya dalam ruangan
sedemikian rupa sehingga
masing-masing berjarak sejauh
mungkin.

Kita dapat menggambar inti atom


sebagai pusat dari satu
tetrahedron (piramid dengan alas
segitiga) dengan orbital yang
mengarah ke sudut-sudut
tetrahedron.

Keempat ikatan dalam metana


terbentuk akibat overlap orbital sp3
dari C dengan orbital s dari H.
IKATAN DALAM ETANA
• Kedua atom karbon dalam etana adalah tetrahedral.
• Tiap karbon menggunakan 4 orbital sp3 untuk
membentuk 4 ikatan kovalen:

• Satu orbital sp3 dari atom satu C overlap dengan orbital sp3
dari atom C yang lain membentuk ikatan C–C (ikatan ).
• Ketiga orbital sp3 yang lain dari masing-masing atom C
overlap dengan orbital s dari atom H membentuk ikatan C–H
(ikatan ).
Gambar orbital dari etana. Ikatan C–C terbentuk karena overlap sp3–sp3,
dan tiap ikatan C–H terbentuk karena overlap sp3–s

• Semua ikatan dalam metana dan etana adalah ikatan sigma () karena
semuanya terbentuk akibat overlap orbital atomik ujung-dengan-ujung
• Semua ikatan tunggal dalam senyawa organik adalah ikatan sigma.
ORBITAL HIBRIDA sp2
Bagaimana bentuk orbital sp2?

• Untuk meminimalkan gaya tolak elektron, ketiga orbital


harus saling menjauh.
• Sumbu ketiga orbital terletak pada satu bidang datar,
mengarah ke ujung-ujung segitiga sama sisi dengan atom
C sebagai pusatnya.
• Hal ini berarti bahwa sudut ikatan mendekati 120°.
 Sumbu dari tiga orbital hibrida sp2 terletak pada satu
bidang datar dan mengarah ke sudut-sudut segitiga
sama kaki.
 Orbital 2p yang tak terhibridisasi terletak tegak lurus
pada bidang datar tersebut
• Karena atom C yang terhibridisasi terikat pada tiga
atom yang membentuk bidang datar, maka atom C
tersebut dinamakan trigonal planar carbon.
• Orbital p yang tak terhibridisasi tegak lurus terhadap
bidang yang terbentuk oleh ketiga orbital.
IKATAN DALAM ETENA

 Tiap atom karbon dalam etena membentuk 4 ikatan,


tapi masing-masing hanya terikat dengan 3 atom.

 Agar terikat pada 3 atom, tiap atom karbon


menghibridisasi 3 orbital atomiknya  terbentuk
orbital hibrida sp2.
 Setelah hibridisasi, masing-masing atom C memiliki
3 orbital hibrida sp2 dan satu orbital p.
• Kedua orbital p yang overlap untuk membentuk ikatan harus saling sejajar
agar terjadi overlap maksimum.
• Ini akan mendorong segitiga yang terbentuk oleh 1 C dan 2 H terletak
pada bidang datar yang sama dengan segitiga lain yang terbentuk oleh 1
C dan 2 H.
• Electrostatic potential map untuk etena menunjukkan bahwa etena
merupakan senyawa nonpolar dengan akumulasi muatan negatif (daerah
berwarna orange) berada diatas kedua atom C.

• Empat elektron mengikat 2 atom karbon dengan ikatan rangkap C-C,


sedangkan dua elektron mengikat 2 atom karbon dgn ikatan tunggal C-C.
• Ikatan rangkap lebih kuat (152 kkal/mol) daripada ikatan tunggal (88
kkal/mol).
• Ikatan rangkap lebih pendek (1,33 Å) daripada ikatan tunggal (1,54 Å).
ORBITAL HIBRIDA sp
Bagaimana bentuk orbital sp?
• Dua lobe yang ukurannya tidak sama pada sudut 180°
• Orbital 2p yang tak terhibridisasi saling tegak lurus dan
tegak lurus pada garis yang terbentuk oleh sumbu-
sumbu dari dua orbital hibrida sp
IKATAN DALAM ETUNA

• Tiap atom karbon dalam etuna (asetilena) hanya


terikat dengan 2 atom: H dan C lainnya.

• Karena tiap atom karbon membentuk ikatan


kovalen dengan 2 atom, maka hanya ada 2 orbital
(satu s dan satu p) yang terhibridisasi menjadi 2
orbital hibrida.
• Jadi tiap atom karbon dalam senyawa etuna
memiliki 2 orbital hibrida sp dan 2 orbital p tak
terhibridisasi.
• Satu orbital sp dari satu atom karbon overlap dengan satu
orbital sp dari atom karbon yang lain membentuk ikatan 
karbon–karbon.
• Orbital sp yang lain dari masing-masingatom karbon overlap
dengan orbital s dari atom hidrogen membentuk ikatan .
• Untuk meminimumkan gaya tolak antara elektron, kedua
orbital spmengarah pada 2 arah yang berlawanan 
membentuk sudut 180°.
• Kedua orbital p yang tak terhibridisasi saling tegak lurus,
dan masing-masing juga tegak lurus dengan orbital sp.
• Masing-masing orbital p yang tak terhibridisasi overlap sisi-
dengan-sisi dengan orbital p yang sejajardari atom lainnya,
sehingga dihasilkan 2 ikatan .
• Hasil secara keseluruhan adalah ikatan rangkap 3.
• Ikatan rangkap 3 terdiri dari 1 ikatan  dan 2 ikatan .
• Karena kedua orbital p yang tak terhibridisasi saling tegak lurus,
maka ada daerah dengan densitas elektron yang besar diatas dan
bawah, serta didepan dan belakang sumbu molekul (internuclear
axis).
• Potential map untuk ethyne menunjukkan bahwa muatan negatif
terakumulasi pada silinder yang membungkus molekul yang
berbentuk telur.
• Karena 2 atom karbon dalam suatu ikatan rangkap 3 diikat oleh 6
elektron, maka ikatan rangkap 3 lebih kuat (220 kkal/mol) dan lebih
pendek (1,2 Å) daripada ikatan rangkap 2.
Rumus Kimia Organik
 Rumus Empiris
Beberapa jenis rumus kimia
 Rumus Molekul
dalam kimia organik
 Rumus Struktur
Rumus menunjukkan jenis atom suatu molekul dan
Empiris komposisinya dalam perbandingan paling sederhana.
Contoh:
 molekul butana mempunyai 2 jenis atom  C dan H
 perbandingan paling sederhana C & H  2 : 5
 rumus empirisnya  C2H5

Rumus menunjukkan jenis atom suatu molekul dan


Molekul komposisinya dalam jumlah yang sesungguhnya.
Contoh:
 molekul butana  4 atom C dan 10 atom H
 rumus molekulnya  C4H10
Rumus menunjukkan struktur dari molekul  tata letak
Struktur penggabungan atom-atom penyusun molekul
Struktur senyawa organik dapat digambarkan dengan rumus struktur yang
berbeda-beda, di antaranya :
 Rumus titik dikenal pula sebagai struktur Lewis
 Rumus garis dikenal pula sebagai struktur Kekule
 Rumus termampatkan
(rumus ringkas)
 Penggambaran molekul organik dengan menggambarkan garis
ikatannya saja, tetapi mengabaikan semua penulisan karbon
dan hidrogen, dan hanya menampilkan penulisan heteroatom
saja (misalnya O, N, Cl).
 Penyederhanaan seperti ini dikenal dengan rumus garis-ikatan
 Setiap potongan atau ujung garis mewakili satu karbon dengan
sejumlah tertentu hidrogen.
Klasifikasi Senyawa Organik

Senyawa Organik

Senyawa Senyawa
asiklik siklik

Jenuh Tak Jenuh Homosiklik Heterosiklik

Alisiklik Aromatik Alisiklik Aromatik

Benzenoid Non-benzenoid
 Senyawa jenuh memiliki ikatan C-C tunggal.
Contoh: CH4, CH3–CH3, CH3–CH2–CH3
 Senyawa tak jenuh memiliki sedidaknya satu ikatan rangkap
C-C (= atau ≡)
Contoh: CH2=CH2, HC≡CH, HC≡C–CH3, H2C=CH–CH3,
CH2=C=CH2, CH2=CH–C≡CH, HC≡C–C≡CH
 Senyawa homosiklik memiliki jenis atom yang sama dalam
kerangka siklis (cincin).
 Senyawa heterosiklik memiliki setidaknya satu atom yang
berbeda (O, S, N) dalam kerangka siklis (cincin).
 Alisiklik = Alifatik + homo/heterosiklik
 Senyawa aromatik berbau harum (aroma), beresonansi pada
siklis, dan memenuhi aturan Hückel:  elektron  = (4n + 2); n
= 0, 1, 2, ...
Gugus Fungsional
Gugus bagian dari molekul senyawa
fungsional organik yang merupakan pusat
kereaktifan dan sifat molekul.

Memudahkan untuk mempelajari senyawa organik yang


begitu banyak dan beragam

Semut merah penghasil asam Komponen utama spiritus 


formiat (HCOOH), molekul metanol (CH3OH), molekul
sederhana dari kelompok asam sederhana dari kelompok
karboksilat (–COOH) alkohol (–OH)
Gugus fungsional : Hidrokarbon
Gugus fungsional : Heteroatom

Nitril (sianida) R-C≡N


Gugus fungsional : Gugus Karbonil
Prioritas tata nama gugus fungsional
Latihan Soal
Sifat Senyawa Organik
Gaya antarmolekul
 Kekuatan gaya tarik antar molekul mempengaruhi titik leleh (mp),
titik didih (bp) dan kelarutan senyawa.
 Terdapat empat jenis gaya antar molekul:

Jenis senyawa yang


Nama interaksi Asal interaksi
memiliki interaksi
1. Gaya Van der Waals/ Gerak tidak beraturan elektron pada
Semua senyawa (zat)
dispersi/London atom dan molekul
Gaya elektrostatik antara kutub Semua senyawa yang
2. Interaksi dipol-dipol
positif dan kutub negatif molekul memiliki ikatan kovalen polar
Interaksi dipol-dipol khusus antara Molekul-molekul yang
gugus-gugus yang mengandung memiliki atom hidrogen yang
3. Ikatan hidrogen
atom dan atom berelektronegativitas berikatan kovalen dengan
yang besar (N, O, dan F) atom N, O, dan F
4. Ikatan ionik Interaksi antara ion positif dan ion Senyawa-senyawa yang
(elektrostatik) negatif memiliki muatan permanen
Ikatan hidrogen

Gaya Van der Waals

Interaksi Dipol–Dipol
Titih leleh dan Titik didih
 Senyawa organik biasanya meleleh dan mendidih jika dipanaskan.
 Titik leleh senyawa organik biasanya memiliki nilai tertentu dan
kadang dapat digunakan untuk mengetahui kemurnian senyawa.
 Titik leleh dan titik didih dipengaruhi oleh faktor berikut:
 Besar interaksi antarmolekul (semakin besar gaya interaksinya,
semakin tinggi titik didihnya): ionik > ikatan hidrogen > dipol-dipol >
gaya dispersi Van der Waals. Pengaruh dari masing-masing gugus
fungsi ini tergantung dari gugus fungsi yang ada pada senyawa.
 Titik didih akan naik dengan meningkatnya jumlah atom karbon
 Percabangan atom karbon akan menurunkan titik didih
Kelarutan
 Senyawa organik cenderung lebih larut pada pelarut organik
 Kelarutan senyawa organik tergantung pada:
 Kepolaran (prinsip like dissolve like)

 Senyawa polar larut pada pelarut polar dan sebaliknya.

 Molekul yang memiliki interaksi yang kuat dengan


pelarutnya akan lebih larut.
 Berat molekul (semakin besar, semakin sulit larut)

Pelarutan senyawa polar dalam pelarut polar


Pelarutan senyawa nonpolar dalam pelarut nonpolar
Reaksi Dasar Senyawa Organik
Jenis tanda panah
Terdapat 4 jenis reaksi umum yang dapat terjadi pada senyawa
organik, yaitu :
1. Reaksi Substitusi
Reaksi dimana suatu atom atau gugus atom digantikan/ditukarkan oleh
atom atau gugus atom lain.
2. Reaksi Adisi
 Reaksi adisi terjadi penambahan molekul lain terhadapa senyawa
organik, tanpa menggantikan atom atau gugus dari senyawa
organik itu sendiri.
 Reaksi adisi hanya terjadi pada senyawa karbon yang memiliki
ikatan rangkap.
3. Reaksi Eliminasi
 Reaksi eliminasi terjadi penghilangan beberapa atom atau gugus
atom yang terikat pada atom-atom karbon yang berdekatan.

4. Reaksi Penataan ulang


 Reaksi penataan ulang dicirikan oleh adanya suatu gugus yang berpindah
dari suatu atom ke atom yang lain yang berdekatan.
5. Reaksi-reaksi lain  Reaksi oksidasi dan reduksi
 Reaksi oksidasi dan reaksi reduksi adalah reaksi yang terjadi berdasarkan
perubahan bilangan oksidasi.
 Reaksi oksidasi  apabila terjadi kenaikan bilangan oksidasi
 Reaksi reduksi  apabila terjadi penurunan bilangan oksidasi
 Dalam reaksi kimia organik :
 Reaksi oksidasi  ditandai dengan bertambahnya jumlah atom oksigen
atau berkurangnya jumlah atom hidrogen.
 Reaksi reduksi  ditandai dengan bertambahnya jumlah atom hidrogen
atau berkurangnya jumlah atom oksigen.

Reaksi oksidasi dan


reaksi oksidasi pada
hidrokarbon

Anda mungkin juga menyukai