MOLEKUL
Nama : Ianatul Khafidlah
Kelas : KB 2017
NIM : 17030234038
Kimia Fisika
Pendahuluan
IKATAN KIMIA
TEORI I
TEORI IKATAN VALENSI
(Dapat Menjelaskan bentuk geometri tetapi tidak dapatmenjelaskan warna senyawa/ion
kompleks, gaya spektraelektronik dan beberapa pengecualian dalam bentuk geometri)
TEORI II
TEORI MEDAN KRISTAL
(dapat menjelaskan kelemahan teori ikatan valensi tetapi tidakdapat menjelaskan beberapa
fakta eksperimen yang tidaksesuai dengan anggapan bahwa antara ion pusat dan
liganterdapat ikatan ion yang murni)
TEORI III
TEORI ORBITAL MOLEKUL
(menjelaskan fakta bahwa ikatan antara ion logam dan liganbukan hanya merupakan ikatan ion
yang murni tetapi juga adaikatan kovalen pada ion/senyawa kompleks
KELEMAHAN TEORI MEDAN KRISTAL anggapan yang tidak sesuai
dengan beberapa fakta
eksperimen
Menurut teori medan kristal, antara ion pusat dan ligan terdapat ikatan ion yang murni namun
berdasarkan eksperimen :besarnya energi yang dilepaskan bila ion kompleks terbentuk,
menunjukkan bahwa terdapat sifat ikatan kovalen dalam ion kompleks tersebut.
Sejumlah senyawa dengan tingkat oksidasi nol (misalnya padakompleks [Ni(CO)4] tidak
mengalami gaya tarik-menarik elektrostatikantara logam dengan ligan, sehingga dapat
dipastikan bahwa ikatan yang terbentuk dalam kompleks merupakan suatu ikatan kovalen
Bukti dari spektrum resonansi magnetik inti dan resonansi spin elektron menunjukkan
keberadaan densitas elektron tidak berpasangan padaligan, hal ini mengindikasikan adanya
pembagian elektronbersama, sehingga dapat diasumsikan terjadi kovalensi dalamkompleks.
Interaksi Antara Dua Atau
Lebih Orbital Atom
Teori Orbital Molekul (pendekatan delokalisasi Ikatan)
Model ikatan terlokalisasi yang telah dibahas (Lewis and VBT)
mengasumsikan semua elektron terisolasi pada ikatan diantara atom-
atom atau dalam “lone pairs”. Pendekatan delokalisasi menempatkan
elektron-elektron dalam orbital molekul, orbital yang meliputi
keseluruhan molekul dan tak terkait dengan setiap bagian ikatan
diantara kedua atom. Teori MO menghasilkan gambaran lebih tepat
dari struktur elektronik molekul dan menghasilkan informasi lebih
baik terhadap sifat kimia (reaktivitas).
Ikatan terdelokalisasi
Ikatan terlokalisasi
sp 1s
2
H Be H
N ( A B) *1s
2 N 2 A2 B 2 2 AB
1s1 1s
1s
kerapatan untuk orbital anti ikatan
2 N 2 A2 B 2 2 AB
Untuk Molekul H2 Untuk Molekul He2+
1s 2 1s1
1 1
1s 1s
Molekul He2 ?
1s 2 1s 2
TEORI ORBITAL MOLEKUL
Sifat simetri dan energi relatif orbital atom menentukan bagaimana mereka berinteraksi
untuk membentuk orbital molekul. Orbital molekul ini kemudian diisi dengan elektron
tersedia sesuai dengan aturan yang sama yang digunakan untuk orbital atom, dan energi
total elektron dalam orbital molekul dibandingkan dengan total awal energi elektron
dalam orbital atom.
Jika energi total elektron dalam molekul orbital kurang dari dalam orbital atom, molekul
stabil dibandingkan dengan atom; jika tidak, molekul tidak stabil dan senyawa tidak
terbentuk.
Dalam kasus orbital atom, persamaan Schrodinger dapat ia ditulis untuk elektron dalam
molekul. Perkiraan solusi untuk persamaan Schrodinger molekul ini dapat dibangun dari
kombinasi linear orbital atom (LCAO), yang jumlah dan perbedaan fungsi gelombang
atom. Untuk molekul diatomik seperti H2. seperti fungsi gelombang memiliki bentuk
Ψ = ca Ψa + cb Ψb
dimana:
Ψ adalah fungsi gelombang molekul,
Ψa, dan Ψb adalah fungsi atom gelombang,
ca, dan cb adalah koefisien disesuaikan.
TEORI ORBITAL MOLEKUL
Dimana:
x,y dan z = Posisi dalam tiga dimensi
Y = Fungsi gelombang
m = massa
ђ = h/2p dimana, h = konstanta plank dan p = 3,14
E = Energi total
V = Energi potensial
Setiap atom Helium memiliki dua elektron pada setiap orbital 1s. saat orbital-orbital
atom 1s dari kedua atom Helium tersebut membentuk orbital molekul, terbentuk 2
macam orbital molekul pula, orbital σ dan σ*. Elektron-elektron mula-mula mengisi
orbital bonding σ yang tingkat energinya lebih rendah, kemudian mengisi orbital
antibonding σ*. Karena baik orbital bonding maupun orbital antibonding sama-sama
terisi elektron, maka keduanya akan saling meniadakan, sehingga molekul He2 menjadi
sangat tidak stabil. Hal ini dapat dijelaskan dengan interaksi orbital HOMO – LUMO.
Orbital HOMO dan LUMO adalah sepasang orbital yang terletak secara berdekatan
dan memiliki energi dari dua atom yang saling membentuk sehingga memberikan
ikatan yang sangat kuat dan disebut interaksi orbital “penuh-kosong” HOMO – LUMO.
Molekul Diatomik
Sistem Diatomik
Homonuklir
Heteronuklir
contoh
contoh
H2,Li2,Be2,
B2,O2,N2,F2,
CO &
Ne2, & C2
NO
Homonuklir
Molekul diatom
homonuklir
Simetris
Non polar
Diagram korelasi untuk molekul Homo-Diatomik
Diagram korelasi molekul H2
Diagram korelasi untuk molekul Homo-Diatomik
Diagram korelasi molekul He2
Diagram korelasi dan ordo ikatan untuk molekul Homo-Diatomik
Diagram korelasi molekul Li2
Diagram korelasi dan ordo ikatan untuk molekul Homo-Diatomik
Diagram korelasi molekul Be2
Diagram korelasi dan ordo ikatan untuk molekul Homo-Diatomik
Diagram korelasi molekul N2
Diagram korelasi dan ordo ikatan untuk molekul Homo-Diatomik
Diagram korelasi molekul O2
Heteronuklir
Molekul diatom
heteronuklir
Asimetris
Polar
Diagram korelasi dan orde-ikatan untuk molekul diatomik
Heteronuklir
Heteronuklir
Perbedaan kelektronegatifan
dari masing – masing atom
penyusun molekul
PENDAHULUAN
Secara umum:
senyawa yang pembentukannya melibatkan pembentukan ikatan kovalen koordinasi
dianggap sebagai senyawa koordinasi
Dalam konteks lebih khusus:
senyawa koordinasi adalah senyawa yang pembentukannya melibatkan pembentukan
ikatan kavalen koordinasi antara ion logam atom logam dengan atom nonlogam
Menurut Teori Orbital
Teori orbital molekul merupakan teori yang paling lengkap karena menyangkut baik
interaksi elektrostatik maupun interaksi kovalen. Ikatan pada Senyawa Koordinasi Teori
Orbital Molekul (MOT)
MOT Kompleks Oktahedral [Co(NH3)6]3+
Fakta eksperimen menunjukkan bahwa ion kompleks [CoF6]3- memiliki bentuk oktahedral dan
bersifat paramagnetik
Terimakasih