Anda di halaman 1dari 34

TUGAS MAKALAH

IKATAN KIMIA
“Teori Ikatan Valensi dan Orbital Molekul”

Disusun Oleh :
Nurma Yunita
Sintia Martina Lubis

Dosen Pengampu:
Dr. Albaiti, S.Pd, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kebaikan
serta petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini
disusun bertujuan untuk memenuhi tugas.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan “terima kasih”, kepada Dosen pengajar mata
kuliah Ikatan Kimia, ibu Dr. Albaiti, S.Pd., M.Pd yang dengan kerelaannya menyempatkan
dan meluangkan waktu untuk mengajar dan membimbing kami mahasiswa/i pendidikan
kimia.

Demikian makalah ini, harapan kami semoga makalah ini bermanfaat untuk kita
semua, kritik dan saran yang membangun selalu kami nantikan demi perbaikan dalam
makalah kami.

Jayapura, 16 Oktober 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................................................. 4
BAB II........................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6
A. Pengantar......................................................................................................................... 6
B. Teori Ikatan Valensi ........................................................................................................ 6
C. Teori Orbital Molekul ................................................................................................... 13
1. Orbital Bonding dan Orbital Antibonding .................................................................... 14
Pembentukan Orbital Molekul ............................................................................................. 18
Orde Ikatan (bond order) .................................................................................................... 25
BAB III .................................................................................................................................... 30
PENUTUP................................................................................................................................ 30
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………….29

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan mekanika kuantum dimungkinkan untuk memahami sifat ikatan kimia,


dapat meramalkan struktur, dan sifat dari molekul sederhana. Ide mengenai ikatan
kovalen kembali muncul pada tahun 1916, ketika Lewis menggambarkan pasangan
elektron bebas antara atom-atom. Pasangan elektron dimiliki bersama-sama oleh dua
atom yang dianggap efektif dalam melengkapi kestabilan konfigurasi elektron untuk
setiap atom. Pendekatan ini hanya memberikan gambaran kualitatif mengenai ikatan
kimia, yaitu apa yang menyebabkan atom dapat saling berikatan menjadi molekul.
Berdasarkan jenis ikatan antara atom-atom, secara garis besar dikenal ikatan kovalen, ion,
gaya interaksi vanderwaals dan ikatan logam.

Dalam hal ini akan dibahas mengenai ikatan kovalen. Dikenal dua jenis
pendekatan mengenai ikatan kovalen yaitu teori Orbital Molekul (teori MO) dan teori
ikatan valensi (teori VB). Teori molekul orbital mengandaikan suatu system molekul
yang stabil, dengan berbagai inti yang ada dalam keadaan seimbang serta menghasilkan
fungsi gelombang molekul yang mengambarkan tingkaat energy molekula atau orbital
molekul. Ke dalam orbital molekul ini dimasukkan electron-elektron. Orbitsl molekul
dapat dibentuk dari orbital atom dengan cara kombinasi linier dari orbital-orbital atom
(cara LCAO). Model MO dapat menerangkan terjadinya spectrum dari senyawa serta
kekuatan ikatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi teori ikatan valensi?
2. Bagaimana pembentukan molekul dengan teori valensi dan hibridisasi?
3. Apa definisi teori molekul orbital?
4. Bagaimana pembentukan molekul orbital?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi teori ikatan valensi.
2. Untuk mengetahui pembentukan ikatan valensi.
3. Untuk mengetahui definisi teori molekul orbital.
4. Untuk mengetahui pembentukan molekul orbital.

4
5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengantar
Terjadinya ikatan kovalen mula-mula dijelaskan dengan sangat sederhana
memakai teori ikatan valensi (valence bond theory/VBT) yang dipelopori oleh Lewis
(1916) dan disempurnakan oleh Heitler dan London. Menurut teori medan kristal atau
crystal field theory (CFT), ikatan antara ion pusat dengan ligan di dalam kompleks,
berupa ikatan ion murni. Jadi, tidak memperhitungkan adanya ikatan kovalen. Hal ini
tidak cocok dengan kenyataan yang menyatakan bahwa ikatan dalam kompleks sebagian
bersifat kovalen. Ikatan ini ternyata berupa ikatan σ dan atau ikatan π antara ion pusat
molekul dengan ligan.
Menurut teori orbital molekul atau molecular orbital theory (MOT), ikatan
kovalen itu dapat dipikirkan akibat terjadinya orbital molekul dalam kompleks, yaitu
orbital yang terjadi dari kombinasi orbital atom ion pusat dan orbital atom ligan. Seperti
pada pembentukan orbital molekul untuk molekul-molekul sederhana, dalam hal ini juga
terbentuk orbital bonding dan anti bonding, untuk tiap gabungan dua orbital atom. Di
samping itu, orbital molekul tidak terarah atau delocalized, merupakan milik kompleks
sebagai keseluruhan, bukan milik ikatan tertentu. Dari ketiga teori, yaitu VBT, CFT, dan
MOT masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Ketiga teori ini, satu sama
lain saling melengkapi. Namun demikian, sebenarnya MOT merupakan teori yang paling
lengkap, tetapi juga yang paling sukar. Oleh karena itu, perlu adanya pembahasan
mengenai molecular orbital theory (Teori Orbital Molekul) dan juga valence bond theory/
VBT (Teori ikatan valensi).

B. Teori Ikatan Valensi


Berdasarkan Teori Ikatan Valensi (TIV) atau Valence Bond Theory (VBT), ikatan
kovalen dapat terbentuk jika terjadi tumpang tindih (overlapping) antara orbital valensi
dari atom yang berikatan. Orbital valensi merupakan orbital terluar dari suatu atom dan
merupakan tempat terletaknya elektron valensi. Orbital valensi inilah yang digunakan
pada pembentukan ikatan kimia.
Dua atom yang saling mendekati masing-masing memiliki orbital valensi dan satu
elektron. Orbital valensi ini saling tumpang tindih sehingga elektron yang terletak pada
masing-masing orbital valensi saling berpasangan. Sesuai larangan Pauli maka kedua

6
elektron yang berpasangan tersebut harus memiliki spin (s) yang berlawanan karena
berada pada satu orbital. Dua buah elektron ditarik oleh inti masing-masing atom
sehingga terbentuk ikatan kovalen. Orbital dari dua buah atom yang saling tumpah tindih
harus memiliki tingkat energi yang sama. Ada 2 cara orbital saling bertumpang tindih
yaitu: tumpang tindih ujung-ujung, menghasilkan orbital molekul sigma, ikatannya
disebut ikatan sigma(σ), sedangkan, tumpang tindih sisi-sisi, menghasilkan orbital
molekul pi (ℼ), ikatannya disebut ikatan pi (ℼ). Pada pembentukan ikatan terjadi
hibridisasi. Hibridisasi adalah penggabungan beberapa orbital dari atom – atom yg
berikatan dan ditataulang sehingga membentuk orbital baru dengan tingkat energi yg
sama.
Ada dua jenis orbital yang digunakan dalam pembentukan ikatan kovalen yaitu
orbital asli dan orbital hibridisai. Jenis orbital yang digunakan dalam pembentukan ikatan
kovalen dapat diramalkan berdasarkan geometri, terutama besar sudut ikatan yang ada
disekitar atom pusat.

 Contoh pembentukan ikatan kovalen dengan menggunakan orbital asli H2S


dengan konfigurasi elektron

↑↓ ↑↓ ↑ ↑
atom S (keadaan dasar) : [Ne]
3𝑠 3𝑝𝑥 3𝑝𝑦 3𝑝𝑧


atom H (keadaan dasar) : 1𝑠

↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓
atom S (dalam senyawaan, H2S) : 3𝑠 3𝑝𝑥 3𝑝𝑦 3𝑝𝑧

Dari konfigurasi elektron atom S pada keadaan dasar dapat diketahui bahwa pada
orbital 2py dan orbital 2pz masing-masing masih kekurangan satu elektron, demikian pula
pada atom H masih kekurangan satu elektron pada orbital 1s. Oleh sebab itu dalam
pembentukan H2S, dua elektron yang terletak pada orbital 3p berpasangan dengan dengan
dua elektron pada orbital 1s dari dua atom hidrogen.
Besarnya sudut ikatan dua buah orbital p adalah 90°. Berdasarkan eksperimen
diperoleh besarnya sudut ikatan H-S-H sebesar 92°. Perbedaan sudut ikatan disebabkan
oleh tolakan antara dua inti atom hidrogen yang berdekatan. Karena perbedaan sudut
ikatan tidak begitu jauh maka pembentukan ikatan H-S, atom S dianggap menggunakan
orbital-orbital asli.

7
Gambar tumpang tindih orbital-orbital pada pembentukan ikatan H-S dalam molekul H2S

1. Hibridisasi

Sebagaian besar molekul dalam pembentukan ikatan kovalen, menggunakan


orbital-orbital hibrida yang terbentuk melalui proses hibridisasi yang pertama kali
dijelaskan oleh Lewis dan Langmuir. Proses hibridisasi merupakan suatu proses
penggabungan orbital-orbital asli yang tingkat energinya berbeda menjadi prbital-
orbital baru yang tingkat energtfinya sama. Orbital-orbital baru yang terbentuk
disebut orbital hibrida.

Sebelum terjadi hibridisasi, didahului dengan terjadinya eksitasi elektron dari


keadaan dasar ke keadaan terksitasi, sehingga diperlukan sejumlah energi agar
terjadinya eksitasi. Tingkat elektronik pada keadaan tereksitasi lebih tinggi
dibandingkan tingkat energi elektronik pada keadaan dasar.

Hibridisasi sp3

 Contohnya pembentukan molekul CH4.

Berdasarkan eksperimen diperoleh panjang dan sudut semua ikatan sama besar
(109,8º). Hal ini membuktikan bahwa semua ikatan C-H dalam molekul CH4
adalah ekivalen. Untuk menjelaskan hal ini maka diperlukan konsep hibridisasi.
Berikut konfigurasi elektron atom C pada keadaan dasar.

↑↓ ↑ ↑
atom C (keadaan dasar) :[He] 2𝑠 2𝑝𝑥 2𝑝𝑦 2𝑝𝑧

Dari konfigurasi elektron atom karbon pada keadaan dasar diketahui bahwa, jika
atom karbon menggunakan orbital asli pada pembentukan ikatan maka hanya
terbentuk CH2, yakni tumpang tindih antara orbital 2px dan 2py dari atom karbon

8
dengan 2 orbital 1s dari 2 atom hidrogen. Namun, pada kenyataannya dijumpai
lebih stabil CH4 dibanding CH2.

Oleh sebab itu, agar 4 atom hidrogen semuanya berikatan kovalen dengan atom
karbon, maka diperlukan 4 buah elektron tidak berpasangan dari atom karbon. Hal
ini dapat diperoleh melalui proses eksitasi atau promosi elektron dari keadaan
dasar menuju keadaan tereksitasi. Konfigurasi elektron setelah tertjadi eksitasi
sebagai berikut.

↑ ↑ ↑ ↑
atom C (keadaan tereksitasi) : [He] 2𝑠 2𝑝𝑥 2𝑝𝑦 2𝑝𝑧

Setelah tereksitasi, dilanjutkan dengan proses hibridisasi untuk membentuk


orbital-orbital hibrid. Berikut konfigurasi elektron setelah terjadi proses
hibridisasi.

↑ ↑ ↑ ↑
atom C (hibridisasi) : [He] 𝑠𝑝3 𝑠𝑝3 𝑠𝑝3 𝑠𝑝3

4 orbital hibrida sp3

Perhatikan, setelah terjadi proses hibridisasi orbital 2s dan 3p dari atom karbon
tidak memilki jarak atau pemisahan. Hal ini disebabkan tingkat elektronik kedua
orbital tersebut telah setara. Orbital-orbital yang telah mengalami hibridisasi
ditulis sebagai 4 orbital hibrida sp3 , biasanya hanya disebut sp3 . Dengan adanya
4 elektron yang belum berpasangan dari atom karbon, maka CH4 dapat terbentuk
melalui tumpang tindih orbital sp3 dengan 4 orbital 1s dari 4 atom H, berikut
konfigurasi elektron atom C dalam CH4 dan tumpang tindih orbital-orbital hibrida
sp3 atom karbon dengan orbital 1s atom hidrogen, ikatan yang terjadi yaitu ikatan
sigma (σ). ditunjukan pada Gambar

↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓
atom C (dalam senyawaan, CH4): [He] 𝑠𝑝3 𝑠𝑝3 𝑠𝑝3 𝑠𝑝3

9
skema hibridisasi sp3

Gambar Tumpang tindih 4 orbital hibrida sp3 dari atom C dengan 4 orbital 1s dari 4 atom H dan
terbentuk 4 ikatan σ.

Molekul CH4 berbentuk tetrahedral. Hal ini disebabkan tumpang tindih 4 orbital
hibrida sp3 dari atom C dengan 4 orbital 1s dari 4 atom H mengarah pada pojok-
pojok tetrahdral. Perlu diketahui bahwa, bentuk terahedral dari molekul CH4 telah
lama diketahui sebelum konsep hibridisasi dikemukakan.

Hibridisasi sp2

Pembentukan orbital sp2, berasal dari kombinasi satu orbital s dan 2 orbital p
sehingga terbentuk orbital hibridisasi sp2. 1 orbital p tersisa atau tidak
terhibridisasi sehingga dapat bertumpang tindih membentuk ikatan pi (ℼ).
Masing-masing orbital sp2 mempunyai bentuk yang sama seperti orbital sp3 dan
mengandung satu elektron yang dapat digunakan untuk ikatan. Skema hibridisasi
sp2 terlihat pada gambar berikut.

10
Dalam etilena (CH2CH2) tumpang tidih satu orbital sp2 dari masing-masing atom
karbon membentuk sigma C-C, dua orbital sp2 yang lain tumpan gtidih dengan
orbital 1s dan hydrogen membentuk ikatan sigma C-H. Setiap orbital p
membentuk 2 cuping mengandung 1 electron, tumpang tindih sisi terhadap sisi
membentuk orbital ikatan yang merupakan ikatan phi. Ikatan yang terbentuk dari
molekul etilena dapat dilihat pada gambar berikut.

Hibridisasi sp

Bila atom C dihubungkan hanya terhadap dua atom lainnya, seperti dalam
asetilena (H-C≡C-H), keadaan hibridisasinya adalah sp.

Dalam hal ini tinggal dua orbital p yang tidak terhibridisasi, masing-masing
dengan satu electron, dua buah orbital p ini membentuk 2 ikatan ℼ. Sedangkan,
kedua orbital sp terletak sejauh mungkin, dalam garis lurus dengan sudut180o

11
diantaranya. Orbital p saling tegak lurus dan tegak lurus terhadap garis orbital sp.
Dalam asetilena, kedua atom karbon dihubungkan oleh ikatan sigma sp-sp.
Masing-masing terikat terhadap atom hydrogen oleh ikatan sigma sp-s. Kedua
orbital p dari satu karbon bertumpang tindih dengan kedua orbital p dari karbon
lain untuk membentuk dua ikatan phi.

2. Kelebihan dan kekurangan Teori Ikatan Valensi

Teori Ikatan Valensi mampu secara kualitatif menjelaskan kestabilan ikatan


kovalen sebagai akibat tumpang-tindih orbital-orbital atom. Dengan konsep
hibridisasi pun dapat dijelaskan geometri molekul sebagaimana yang diramalkan
dalam teori VSEPR, dapat dilihat pada table berikut.

Hibridisasi Orbital atom yang terlibat Geometri orbital hibrida


Sp 1 orbital s dan 1 orbital p Linear
sp2 1 orbital s dan 2 orbital p Segitiga datar
sp3 1 orbital s dan 3 orbital p Tetrahedral
dsp2 1 orbital d, 1 orbital s dan 2 orbital p Bujursangkar
3 3
dsp atau sp d 1 orbital d, 1 orbital s dan 3 orbital p Trigonal bipiramida
d2sp3 atau sp3d2 2 orbital d, 1 orbital s dan 3 orbital p Octahedral

Namun teori ikatan valensi memiliki kelemahan yaitu: ketidakmampuan


menjelaskan kemampuan suatu atom membentuk ikatan sejumlah elktron valensi.
(diatasi dengan hibridisasi). Dan juga tidak bisa memprediksikan sifat magnetic dari
senyawa kompleks. Pendekatan Lewis dan Teori ikatan valensi meramalkan bahwa
O2 bersifat diamagnetik, pada kenyataannya O2 bersifat paramagnetic.

12
C. Teori Orbital Molekul
Teori orbital moleku / molecular orbital theory (MOT), tidak mempersoalkan
suatu molekul terbentuk. MOT hanya melihat bahwa suatu molekul merupakan kumpulan
dari inti-inti atom yang dikelilingi oleh elektron-elektron yang menempati orbital-orbital
molekul, yang terbentuk dari orbital-orbital atom-atom yang berikatan. Di dalam atom,
setiap elektron dipengaruhi oleh inti dari atom yang bersangkutan, sedangkan di dalam
molekul setiap elektron dipengaruhi oleh inti dari atom-atom yang membentuk molekul
tersebut. Jadi, setiap saat masing-masing elektron mengadakan interaksi dengan inti dari
atom-atom yang terdapat dalam molekul. Dengan memperhitungkan semua interaksi
tersebut ke dalam persamaan Schrodinger, dan kemudian mencari penyelesaiannya maka
diperoleh fungsi gelombang tertentu Ψ yang menggambarkan tingkat energi elektron atau
tingkat energi orbital molekul tersebut. Karena setiap fungsi gelombang menggambarkan
orbital dari elektron disekeliling inti dalam molekul maka orbital tersebut dinamakan
orbital molekul. Sama halnya dengan orbital-orbital atom, orbital-orbital molekul juga
mempunyai energi dan bentuk tertentu dan kemungkinan menemukan elektron di sekitar
inti juga ditentukan oleh harga |Ψ|2. Untuk lambang orbital molekul dipergunakan notasi
σ, π, dan δ sesuai dengan lambang s, p, dan d untuk orbital atom.

Teori orbital molekular mengandaikan bahwa apabila dua atom atau lebih
bergabung membentuk suatu spesies, maka spesies ini tidak lagi memiliki sifat orbital
atomik secara individual, melainkan membentuk orbital molekular “baru”. Orbital
molekular adalah hasil tumpang-tindih dan penggabungan orbital atomik pada molekul.
Menurut pendekatan lurus (linear combination), jumlah molekuler yang bergabung sama
dengan orbital atomik yang bergabung. Bila dua atom yang bergabung masing-masing
menyediakan satu orbital atomik maka dihasilkan dua orbital molekuler, salah satu
merupakan kombinasi jumlahan kedua orbital atomik yang saling menguatkan dan
lainnya kombinasi kurangan yang saling meniadakan. Kombinasi jumlahan menghasilkan
orbital molekuler ikat (bonding) yang mempunyai energi lebih rendah, dan kombinasi
kurangan menghasilkan orbital molekuler anti ikat (anti bonding).
Orbital molekuler ikat (bonding) yaitu orbital dengan rapatan elektron ikat
terpusat mendekat pada daerah antara kedua inti atom yang bergabung dan dengan
demikian menghasilkan situasi yang lebih stabil. Orbital molekuler anti ikat (antibonding)
yaitu orbital dengan rapatan elektron ikat terpusat menjauh dari daerah antara inti atom
yang bergabung dan menghasilkan situasi kurang stabil. Penempatan elektron dalam

13
orbital molekul ikatan menghasilkan ikatan kovalen yang stabil, sedangkan penempatan
elektron dalam orbital molekul anti ikatan menghasilkan ikatan kovalen yang tidak stabil.
Jika pada daerah tumpang-tindih ada orbital atomik yang tidak bereaksi dalam
pembentukan ikatan, orbital ikatan yang dihasilkan disebut orbital nonikat (nonbonding).

Orbital Bonding dan Orbital Antibonding


Fungsi gelombang Ψ yang menggambarkan tingkat energi orbital molekul,
dapat diperoleh dengan cara pendekatan yang disebut LCAO (Linear Combination of
Atomic Orbital). Pendekatan secara kualitatif dengan cara LCAO untuk molekul yang
terdiri dari dua atom yang homonuklir (misalnya molekul H2) adalah sebagai berikut.
Bila elektron berada di dekat inti dari atom A maka keadaan elektron tersebut dapat
digambarkan oleh fungsi gelombang orbital ФA, dan bila elektron berada di dekat inti
dari atom B maka keadaan elektron dapat digambarkan oleh fungsi gelombang ФB.
Fungsi gelombang ФA dan ФB yang merupakan penyelesaian persamaan Schrodinger
untuk elektron pada kedua inti atom, tidak dapat menggambarkan keadaan elektron
dengan energi paling rendah. Karena orbital molekul merupakan kombinasi dari
kedua orbital atom, dan untuk memperoleh fungsi gelombang yang dapat
menggambarkan keadaan elektron dengan energi paling rendah maka perlu dilakukan
pendekatan LCAO pada fungsi gelombang ФA dan ФB. Fungsi gelombang yang
diperoleh adalah:

Ψ = N (CAФA + CBФB)

Di mana CA dan CB merupakan bilangan sederhana dan N merupakan tetapan


normalisasi yang harganya dipilih sedemikian rupa sehingga |ψ|2dv yang diambil
untuk seluruh ruangan, harganya adalah satu. Untuk memperoleh harga CA dan CB
dipergunakan metode variansi sebagai berikut: Bila fungsi gelombang Ψ1, Ψ2, Ψ3,….
Ψn mempunyai energi E1, E2, E3….En, maka fungsi gelombang yang dapat diterima
adalah hasil pendekatan LCAO yang memberikan energi paling rendah, yang secara
matematika dinyatakan sebagai:

14
Penyelesaian persamaan di atas akan menghasilkan 2 harga, yaitu CA = ±CB, atau CA = CB
dan CA = -CB. Hasil yang diperoleh dengan pendekatan LCAO adalah fungsi gelombang
yang menggambarkan orbital molekul, yaitu

ΨS = NCA (ФA + ФB)

ΨA = NCA (ФA - ФB)

Bila Ea dan Eb adalah energi orbital molekul yang masing-masing digambarkan fungsi
gelombang Ψa dan Ψs, dan E1 adalah energi orbital atom pada atom A dan pada atom B yang
homonuklir dalam keadaan terpisah maka

Ea = E1 + β

Eb = E1 - β

Β adalah besaran positif yang harganya bergantung pada jarak antara atom A dan atom B.
Karena β berharga positif maka energi orbital molekul Eb yang digambarkan fungsi
gelombang Ψs adalah lebih rendah dari energi pada keadaan manakala kedua atom dalam
keadaan terpisah. Sementara itu, energi orbital molekul Ea yang digambarkan fungsi
gelombang ΨA adalah lebih tinggi dari energi pada keadaan manakala kedua atom masih
terpisah. Orbital molekul yang digambarkan fungsi gelombang Ψs disebut orbital bonding.
Bila kedua elektron dari atom A dan B menempati orbital bonding tersebut, ikatan yang
terjadi adalah stabil karena energi orbital bonding lebih rendah dari energi atom-atom dalam
keadaan terpisah. Sebaliknya, orbital molekul yang digambarkan fungsi gelombang disebut
ΨA orbital antibonding karena kestabilan ikatan dapat berkurang atau tidak ada ikatan bila
kedua elektron dari atom A dan B menempati orbital tersebut.

Ditinjau dari distribusi dalam ruang (Gambar 4.10a), elektron-elektron pada orbital bonding,
menempati suatu volume dalam ruang pada daerah antara inti. Rapat elektron yang

15
terkonsentrasi di daerah antar inti, akan memperkecil gaya tolak antar inti-inti yang
bermuatan positif sehingga ikatan antar atom dapat terbentuk. Pada orbital anti bonding
(Gambar 4.10b), rapat elektron di daerah antar inti sangat rendah, terdapat bidang simpul
manakala rapat elektronnya sama dengan nol. Rapat elektron yang terkonsentrasi pada daerah
antar inti, tidak efektif untuk mengurangi gaya tolak antar inti sehingga ikatan antar atom
sulit terbentuk. Untuk menggambarkan orbital bonding dapat dipergunakan lambang fungsi
gelombang Ψ+, Ψg (g = grade = genap) dan lambang fungsi gelombang Ψ-, Ψu (u = ungrade
= ganjil) untuk orbital antibonding. Pembentukan orbital molekul dari orbital-orbital atom
dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Pada umumnya, kombinasi n orbital atom akan menghasilkan n orbital molekul yang terdiri
dari ½n orbital bonding dan ½n orbital antibonding. Dengan menggunakan lambang orbital
molekul σ, π, dan δ, orbital molekul yang merupakan kombinasi dari orbital atom
pembentuknya dapat digambarkan sebagai berikut.

Pembentukan orbital molekul σ s dan σ*s

Gambar 4.12
Pembentukan Orbital Molekul σ s dan σ*s

16
Pembentukan orbital molekul σ 2s, σ*2p dan π 2s, π*2p

Gambar 4.13
Pembentukan Orbital Molekul σ 2s, σ*2p dan π 2s, π*2p

Bila yang membentuk orbital molekul adalah orbital 1s maka lambang untuk orbital
bonding adalah σ1s dan untuk orbital antibonding adalah σ*1s. Demikian juga halnya, orbital
2s akan membentuk orbital σ 2s dan orbital molekul anti bonding σ*2s. Orbital atom 2p
terdiri dari orbital-orbital 2px, 2py, dan 2pz yang ekuivalen dan saling tegak lurus satu sama
lain. Dua orbital 2px membentuk orbital molekul bonding σ2p dan orbital molekul anti
bondingnya σ*2p yang simetrik sepanjang sumbunya. Hubungan energi orbital molekul dan
energi orbital atom-atom pembentukannya dapat dilihat pada diagram tingkat energi. Untuk
menggambarkan konfigurasi elektron dalam molekul, perlu diketahui urutan tingkat energi
orbital-orbital molekul. Dari data spektroskopi, energi orbital molekul dapat diurutkan
sebagai berikut:
σ 1s < σ*1s < σ 2s < σ*2s < σ 2p < πy2p = πz2p <πy*2p = πz*2p <σ*2p

17
Gambar 4.14
Diagram Tingkat Energi
Pembentukan Orbital Molekul

Dalam pembentukan molekul, orbital atom bertumpang tindih menghasilkan orbital


molekul yakni fungsi gelombang elektron dalam molekul. Jumlah orbital molekul adalah
jumlah atom, dan orbital molekul ini diklasifikasikan menjadi orbital molekul ikatan, non-
ikatan, atau antiikatan sesuai dengan besarnya partisipasi orbital itu dalam ikatan antar atom.
Syarat pembentukan orbital molekul ikatan sebagai berikut:
Penggabungan orbital atom s dan p membentuk orbital molekul σ dan π, diperlukan syarat-
syarat sebagai berikut:

 Energi orbital atom harus setingkat. Pembentukan molekul atom diatomik A2 tidak
dapat terjadi dari penggabungan orbital atom 1s dan 2s atau orbital s dan p karena
perbedaan energi antara keduanya sangat besar. Namun demikian, hal ini dapat terjadi
pada molekul-molekul heteronuklir AB.
 Orbital molekul terbentuk dari overlap orbital.
 Orbital atom yang bergabung, harus mempunyai simetri yang sama pada poros
molekul. Ini berarti orbital-orbital atom dengan energi setingkat belum tentu dapat
membentuk ikatan

Kasus paling sederhana adalah orbital molekul yang dibentuk dari orbital atom A dan B
dan akan dijelaskan di sini. Orbital molekul ikatan dibentuk antara A dan B bila syarat-syarat
di atas dipenuhi, tetapi bila tanda salah satu orbital atom dibalik, syarat ke-2 tidak dipenuhi

18
dan orbital molekul anti ikatan yang memiliki cuping yang bertumpang tindih dengan tanda
berlawanan yang akan dihasilkan (Gambar).

Gambar Pembentukan orbital molekul


Tingkat energi orbital molekul ikatan lebih rendah, sementara tingkat energi orbital
molekul anti ikatan lebih tinggi dari tingkat energi orbital atom penyusunnya.Semakin besar
selisih energi orbital ikatan dan anti ikatan, semakin kuat ikatan. Bila tidak ada interaksi
ikatan dan anti ikatan antara A dan B, orbital molekul yang dihasilkan adalah orbital non
ikatan. Elektron menempati orbital molekul dari energi terendah ke energi yang tertinggi.
Orbital molekul terisi dan berenergi tertinggi disebut HOMO (highest occupied molekuler
orbital) dan orbital molekul kosong berenergi terendah disebut LUMO (lowest unoccupied
molekulerorbital).
Menurut Bird, T (1987), pendekatan orbital molekuler memiliki beberapa prinsip dasar
yang harus dipenuhi. Prinsip dasar itu adalah:
a. Jumlah molekuler yang terbentuk sama dengan jumlah orbital atomik yang berinteraksi.
b. Jumlah orbital antiikatan yang terbentuk sama dengan jumlah orbital ikatan.
c. Tiap orbital molekuler dapat menampung dua elektron yang harus memiliki spin yang
berlawanan.
d. Elektron-elektron yang terdapat pada orbital molekuler juga mengikuti aturan Hund dan
prinsip Pauli.
e. Untuk membentuk ikatan yang stabil, jumlah elektron dalam orbital ikatan harus lebih
besar daripada jumlah elektron dalam orbital antiikatan.
Untuk memahami sifat-sifat molekul, kita harus mengetahui bagaimana elektron-
elektron terdistribusi di antara orbital-orbital molekul. Prosedur untuk menentukan
konfigurasi elektron suatu molekul analog dengan prosedur yang digunakan untuk
menentukan konfigurasi elektron atom. Chang, R (1987) membuat aturan konfigurasi
elektron untuk membantu memahmi kestabilan orbital molekul. Aturan tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
a. Jumlah orbital molekul yang terbentuk selalu sama dengan jumlah orbital atom yang
bergabung.

19
b. Semakin stabil orbital molekul ikatan, semakin kurang stabil orbital molekul antiikatan
yang berkaitan.
c. Pengisian orbital molekul dimulai dari energi rendah ke energi tinggi. Dalam molekul
stabil, jumlah elektron dalam orbital molekul ikatan selalu lebih banyak daripada dalam
orbital molekul anti ikatan karena kita selalu menempatkan elektron dalam orbital
molekul ikatan yang berenergi lebih rendah terlebih dahulu.
d. Ketika elektron ditambahkan ke orbital molekul dengan energi yang sama, susunan yang
paling stabil diramalkan oleh aturan Hund, yaitu elektron memasuki ke orbital-orbital
molekul ini dengan spin sejajar.
e. Jumlah elektron dalam orbital molekul sama dengan jumlah semua elektron pada atom-
atom yang berikatan.

Orbital atom s tidak akan membentuk orbital molekul dengan orbital atom 2pz atau
2py, demikian pula orbital pz dengan orbital px dan py dari atom lain.

(a) (b)

Orbital 2pz tidak dapat bergabung dengan orbital s 2px akan bergabung
dengan orbital s

Pada gambar (a) poros molekul AB terdapat pada sumbu x. Simetri orbital s dan 2px tidak
sama, hingga tidak terjadi ikatan. Pada gambar (b) orbital s dapat bergabung dengan orbital
2px membentuk orbital molekul σ. Dari segi simetri dapat diambil kesimpulan bahwa orbital
atom yang dapat membentuk orbital molekul adalah sebagai berikut:

20
Dari tabel di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada tiga jenis orbital molekul, yaitu
orbital σ, π, dan δ. Perbedaannya pada orbital molekul σ tidak ada nodal plane, pada orbital
molekul π ada satu, dan pada orbital molekul δ ada dua nodal plane. Gambar berikut adalah
orbital molekul σ, π, dan δ dilihat dari ujung.

Gambar 4.18
Orbital σ; (b) Orbital π; dan (c) Orbital δ
Dalam pembentukan senyawa logam non transisi, yang penting adalah orbital s dan p. Orbital
d penting pada pembentukan senyawa logam-logam transisi, orbital molekul yang terjadi
adalah orbital σ dan π.

Molekul Diatom Homonuklir


Aturan Aufbau, prinsip Pauli dan aturan Hund yang diterapkan dalam penempatan
elektron pada orbital atom, juga berlaku pada pengisian orbital orbital molekul. Jadi terlebih
dahulu elektron menempati orbital molekul yang energinya paling rendah, setiap orbital
molekul ditempati oleh maksimum 2 elektron, dan setiap orbital molekul yang energinya
sama akan ditempati sebuah elektron, sebelum ditempati elektron yang berpasangan.
Senyawa diatomik homointi terdiri dari dua unsur yang memiliki inti atom yang identik.

21
Atom-atom yang sama akan memiliki tingkat energi yang sama pula. Berikut contoh-
contohnya:
a. Konfigurasi elektron molekul H2

Konfigurasi elektron molekul H2 adalah H2[σ1s]2

b. Konfigurasi elektron molekul N2


N : 1s2 2s2 2px1 2py1 2pz1

Orbital (σ1s)2 dan (σ*1s)2 yang tidak diperlihatkan pada gambar di atas dapat diganti dengan
KK, karena kedua orbital tersebut berasal dari orbital 1s yang terdapat pada kulit K.
Konfigurasi elektron molekul N2 adalah N2[KK(σ2s)2(σ*2s)2(σ2p)2(πy2p = πz2p)4] atau
N2[KK(zσ)2(yσ)2(xσ)2(wπ)4]

c. Konfigurasi elektron molekul O2


O : 1s2 2s2 2px2 2py1 2pz1

22
Konfigurasi elektron molekul O2 adalah O2[KK(σ2s)2(σ*2s)2(σ2p)2(πy2p = πz2p)4(πy*2p =
πz*2p)]2 atau O2[KK(zσ)2(yσ)2(xσ)2(wπ)4(vπ)2] Dibandingkan dengan molekul N2 dapat
diketahui bahwa molekul O2 mempunyai kelebihan 2 elektron yang mengisi orbital molekul
anti bonding (vπ), molekul O2 memiliki sifat paramagnetik.

Molekul Diatom Heteronuklir


Atom-atom pada senyawa ini memiliki keelektronegativitas yang berbeda, maka tentu
atom-atom memiliki tingkat energi yang berbeda pula. Orbital molekul dua atom yang
berbeda dibentuk dengan tumpang tindih orbital atom yang tingkat energinya berbeda.
Tingkat energi atom yang lebih elektronegatif umumnya lebih rendah, dan orbital molekul
lebih dekat sifatnya pada orbital atom yang tingkat energinya lebih dekat. Oleh karena itu,
orbital ikatan mempunyai karakter atom dengan keelektronegatifan lebih besar, dan orbital
anti ikatan mempunyai karakter atom dengan keelektronegatifan lebih kecil. Agar orbital
molekul dapat terbentuk secara efektif maka orbital-orbital atom pembentuknya perlu
memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Mempunyai energi yang sama atau hampir sama
2. Mempunyai awan muatan yang dapat tumpang tindih semaksimal mungkin.
3. Mempunyai sifat simetri yang sama terhadap sumbu A-B (antar inti).
Prinsip di atas dapat diterapkan pada molekul HF yang merupakan molekul diatom
heteronuklir. Konfigurasi atom H dan atom F ialah:
H : 1s1
F : 1s2 2s2 2px* 2py2 2pz1
Elektron 1s dan 2s pada atom F tidak turut serta dalam membentuk ikatan. Elektron pada
orbital 1s dan 2s tersebut dinamakan elektron nonbonding dan tetap berada dalam atom

23
orbital atom. Jadi, yang dapat membentuk ikatan elektron pada orbital 2p dari ketiga orbital
2p (2px, 2py, 2pz) yang memenuhi syarat hanya satu, yaitu orbital sepanjang sumbu ikatan
HF yang dapat dimisalkan orbital 2pz.

Gambar (a) menunjukkan tumpang tindih orbital 2px dan orbital 1s dalam molekul HF.
Gambar (b) menunjukkan tumpang tindih orbital 2py dan orbital 1s dalam molekul HF.
Ikatan antara atom H dan atom F dibentuk oleh elektron pada orbital 1s dari atom H dan
elektron pada orbital 2pz dari atom F. Konfigurasi elektron HF adalah: H(1s)1 + F(1s2, 2s2,
2px2, 2py2, 2pz1) → HF : K (2s)2 (2pxσ)2 (2py)2 (2px)2

Selain itu, Molekul HCl merupakan molekul hetero inti, dimana kedua atom berasal
dari unsur yang berbeda. Atom Cl memiliki nomor atom 17 dengan konfigurasi elektron: 1s2
2s2 2p6 3s2 3p5, sedangkan atom H memiliki nomor atom 1 dengan konfigurasi elektron: 1s1.
Atom Cl lebih elektronegatif dari pada atom H. Diagram korelasi orbital molekul
menunjukkan bahwa tingkat-tingkat energy dari atom Cl yang lebih elektronegatif bergeser
kearah bawah, karena atom Cl menarik elektron-elektron valensi lebih kuat dari pada atom H
seperti gambar:

24
Orbital-orbital atom bercampur secara signifikan membentuk orbital molekul hanya
jika energi orbital-orbital ini cukup berdekatan dan mempunyai simetri yang benar. Pada
molekul HCl, orbital 1s dari atom Cl energinya terlalu rendah untuk bisa bercampur dengan
orbital 1s dari atom H. Hal yang sama juga terjadi untuk orbital 2s atom Cl. Berdasarkan teori
hibridisasi sebelum atom Cl berikatan dengan atom H membentuk molekul maka akan terjadi
hibridisasi orbital atau pencampuran orbital atom Cl. Pada atom Cl dapat dilihat bahwa
orbital 3s bercampur dengan orbital 3p (karena berada dalam satu kulit) sebelum membentuk
orbital molekul. Hal ini dikarenakan semua electron pada kulit terluar memiliki kesempatan
yang sama untuk berikatan dengan electron pada atom H, sehingga terjadi pencampuran
orbital 3s dan 3p pada atom Cl.
Interaksi antara 3s pada atom Cl membentuk ikatan sigma, biasanya apa bila terjadi
interaksi membentuk ikatan maka akan terbentuk 2 orbital yaitu orbital σ dan σ*. Namun,
karena orbital ikatan 4sb lebih rendah energinya dari nonbonding maka tidak terbentuk ikatan
anti sigma (σ*).Tumpang tindih total dari orbital 1s hydrogen dengan orbital 3Px atau 3Py
(terletak di atas 5sbpada gambar ) atom Cl adalah nol, sebab fasa positif dan negative dari
fungsi gelombang gabungan bila dijumlahkan menjadi nol. Atom Cl hanya meninggalkan
orbital 3Pz (4sb), yang bergabung dengan orbital 1s hydrogen menghasilkan orbital σ dan σ*.
Dari gambar dapat dilihat bahwa orbital 3Px (2πnb), dan 3Py(2πnb) dari klor tidak
bercampur dengan orbital 1s dari hydrogen dan dengan demikian tetap berada dalam keadaan
atomc (non pengikatan). Elektron-elektron dalam orbital ini tidak berkontribusi secara
signifkan dalam pengikatan kimia. Karena klor lebih elektronegatif dari pada hidrogen,
energi orbital 3p nya terletak dibawah energi orbital 1s dari hidrogen. Bila kedelapan electron
valensi digunakan untuk HCl, maka konfigurasi orbital molekul yang dihasilkan adalah:
(3sCl)2 (σ)2 (3pCl)4

Orde Ikatan (bond order)

Untuk menentukan seberapa stabil suatu molekul diatomik, kita tentu membutuhkan patokan
kuantitatifnya. Disini dapat digunakan orde ikatan sebagai nilai kestabilan tersebut. Semakin
besar nilai orde ikatan, semakin stabil molekul tersebut

25
Dari rumus tersebut, dapat disimpulkan semakin banyak elektron pada orbital anti ikatan,
semakin tidak stabil molekul tersebut. DI digunakan untuk meramalkan kestabilan molekul

1. Jika DI suatu molekul sama dengan nol (0) maka molekul tersebut tidak stabil
2. Jika DI lebih dari nol (0) maka molekul tersebut stabil
3. Semakin besar nilai dari DI, semakin stabil ikatan dalam molekul
Sebagai contoh berikut diagram orde ikatan beberapa ikatan:
Diagram Korelasi Molekul Li2
Konfigurasi elektron Atom 3Li = 1s2 2s1

Orbital atom Li Orbital molekul Orbital atom Li


Li2

σ*2s
2s 2s

σ2s

σ*2s
1s 1s

σ2s

Li2 yang konfigurasi elekron (σ1s)2 (σ*1s)2 (σ2s)2

Jumlah ikatan di orbital ikatan = (σ1s)2(σ2s)2 = 4

Jumlah ikatan di orbital non ikatan = (σ*1s)2 = 2

DI = ½ (n-n*)

DI = ½ (4-2) = 1

Sifat : Stabil

Diagram Korelasi Molekul Ne2

Konfigurasi elektron Atom 10Ne = 1s2 2s2 2p6

σ*2pz

π*2px π*2py

2p 2p
2px 2py 2pz 2pz 2py 2px

π2px π2py

σ2pz

σ*2s
2s 2s

σ2s

σ*1s
1s 1s
26
σ1s
Ne2 yang konfigurasi elekron:
(σ1s)2(σ*1s)2(σ2s)2(σ*2s)2(σ2p)2(π2p)4(π*2p)4(σ*2p)2
n = (σ1s)2(σ2s)2(π2p)4(σ2p)2= 10
n* = (σ*1s)2(σ*2s)2(π*2p)4(σ*2p)2= 10
P = ½ (n-n*)
P = ½ (10-10) = 0
Sifat : Tidak Stabil

Diagram Korelasi Molekul CO


Konfigurasi elektron Atom 6C = 1s2 2s2 2p2
Konfigurasi elektron Atom 8O = 1s2 2s2 2p4

σ*2pz

π*2px π*2py

2p 2p
2px 2py 2pz

2pz 2py 2px


σ2pz

π2px π2py
Energi

σ*2s
2s
2s

σ2s

σ*1s
1s
1s

σ1s

CO yang konfigurasi elekron:


(σ1s)2(σ*1s)2(σ2s)2(σ*2s)2 (π2p)4(σ2p)2
n = (σ1s)2(σ2s)2(π2p)4(σ2p)2= 10
n* = (σ*1s)2(σ*2s)2 = 4
P = ½ (n-n*)
P = ½ (10-4) = 3
Sifat: Stabil

27
Orbital Mixing
Ketika dua orbital molekul dari simetri yang sama memiliki energi yang sama,
mereka berinteraksi untuk menurunkan energi orbital yang lebih rendah dan meningkatkan
energi yang lebih tinggi. Berikut contoh, di diatomics homonuclear, σg (2s) dan σg (2p)
orbital keduanya memiliki σg simetri (simetris rotasi tak terbatas dan invcrsion); orbital ini
berinteraksi untuk menurunkan energi dari σg (2s) dan untuk meningkatkan energi dari σg
(2p).

Demikian pula, σu*(2s) dan σu* (2p) orbital berinteraksi untuk menurunkan energi
dari itu, σu* (2s) dan untuk meningkatkan energi σu* (2p). Fenomena ini disebut
pencampuran. Pencampuran membutuhkan memperhitungkan bahwa orbital molekul dengan
energi setara berinteraksi jika mereka memiliki tepat simetri, faktor yang telah diabaikan
dalam Gambar 5-5. Ketika dua orbital molekul campuran simetri yang sama, satu dengan
energi yang lebih tinggi bergerak masih lebih tinggi dan satu dengan energi yang lebih rendah
bergerak lebih rendah dalam energi.Atau, kita dapat mempertimbangkan bahwa empat orbital
molekul (Mos )hasil dari menggabungkan empat orbital atom (dua 2s dan dua 2PJ yang
memiliki energi yang sama. Akan menghasilkan orbital molekul yang memiliki bentuk umum
berikut(dimana a dan b mengidentifikasi dua atom):

Untuk molekul homonuclear, c1=c2 dan c3 = c4 di masing-masing empat MOs. MO


energi terendah memiliki nilai yang lebih besar dari c1 dan c2, yang tertinggi memiliki nilai

28
yang lebih besar dari c3dan c4, dan dua MOs menengah memiliki nilai menengah untuk
semua empat koefisien. Simetri dari keempat orbital adalah sama dengan yang tanpa
pencampuran, tetapi bentuk mereka agak berubah dengan memiliki campuran s dan p
karakter. Selain itu, energi adalah bergeser, lebih tinggi selama dua atas dan bawah untuk dua
orbital energi yang lebih rendah.
Seperti yang akan kita lihat, sp pencampuran dapat memiliki pengaruh penting pada energi
dari molekul orbital. Misalnya, di bagian awal dari periode kedua ((Li2 keN2),yang σg orbital
terbentuk dari orbital 2p lebih tinggi pada energi daripada πu, orbital terbentuk dari orbital 2p
lainnya. Ini adalah perintah terbalik dari yang diharapkan tanpa pencampuran (Gambar 5-6).
Untuk B2 dan C2, ini mempengaruhi sifat magnetik molekul. Selain itu, pencampuran
mengubah sifat ikatan-antibonding dari beberapa orbital. Orbital dengan energi menengah
mungkin memiliki baik sedikit ikatan atau sedikit antibonding karakter dan berkontribusi
dengan cara kecil untuk ikatan, namun dalam beberapa kasus mungkin dianggap orbital
dasarnya nonbonding karena kontribusi mereka yang kecil dan energi menengah. Setiap
orbital harus dipertimbangkan secara terpisah atas dasar energi dan distribusi elektron yang
sebenarnya.

29
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan Teori Ikatan Valensi (TIV) atau Valence Bond Theory (VBT), ikatan
kovalen dapat terbentuk jika terjadi tumpang tindih (overlapping) antara orbital valensi
dari atom yang berikatan. Orbital valensi merupakan orbital terluar dari suatu atom dan
merupakan tempat terletaknya elektron valensi. Orbital valensi inilah yang digunakan
pada pembentukan ikatan kimia.
Teori orbital moleku / molecular orbital theory (MOT), tidak mempersoalkan
suatu molekul terbentuk. MOT hanya melihat bahwa suatu molekul merupakan kumpulan
dari inti-inti atom yang dikelilingi oleh elektron-elektron yang menempati orbital-orbital
molekul, yang terbentuk dari orbital-orbital atom-atom yang berikatan. Di dalam atom,
setiap elektron dipengaruhi oleh inti dari atom yang bersangkutan, sedangkan di dalam
molekul setiap elektron dipengaruhi oleh inti dari atom-atom yang membentuk molekul
tersebut. Jadi, setiap saat masing-masing elektron mengadakan interaksi dengan inti dari
atom-atom yang terdapat dalam molekul.

30
DAFTAR PUSTAKA

https://wanibesak.files.wordpress.com/2011/07/teori-ikatan-valensi-dan-teori-orbital-
molekul.pdf
https://docplayer.info/29948902-Ikatan-kimia-bagian-2-dr-yuni-k-krisnandi.html
http://apridepasionis.blogspot.com/2013/03/makalah-teori-ikatan-valensi.html
http://ardibudianto.web.unej.ac.id/2015/04/05/teori-ikatan-valensi-dan-teori-orbital-molekul/
https://id.scribd.com/doc/88440876/III-Teori-Ikatan-Valensi

31
Pertanyaan dalam diskusi:
1. Gambarkan orbital molekul untuk H2O?
Jawaban :

2. Berikan contoh hibridisasi dari geometri oktahedral?

Jawaban: contoh senyawa SeF6 dimana Se memiliki electron valensi 6 yang semuanya
terlibat dalam ikatan dan F memiliki electron valensi 1. Dengan konfigurasi
Se : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d104s2 4p4 4d0
   

Dalam senyawa SeF6 , 1 atom Se mengikat 6 atom F. ikatan ini hanya akan terjadi
bila masing-masing 1 elektron pada orbital 4s dan 4p mempromosikan electron nya
ke orbital 4d sehingga setiap orbital hanya terisi 1 elektron dan bisa di isi oleh
electron dari 6 atom F.
Keadaan dasar: 4s 4p 4d
   
Keadaan tereksitasi
     
3 2
Keadaan terhibridisasi: sp d
     
Setelah itu masing-masing electron berwarna merah) pada 6 atom F memasuki orbital
sp3d2
     
Dari hibridisasi di atas maka di prediksikan molekul SeF6 berbentuk oktahedral

3. Kenapa energi untuk ikatan bonding lebih rendah daripada ikatan antibonding

32
Jawaban:
Karena Orbital molekuler ikat (bonding) rapatan elektron ikat terpusat mendekat pada
daerah antara kedua inti atom yang akan bergabung sehingga, dengan demikian
menghasilkan situasi yang lebih stabil atau energinya lebih rendah untuk berikatan.
sedangkan Orbital molekuler anti ikat (antibonding) yaitu orbital dengan rapatan
elektron ikat terpusat menjauh dari daerah antara inti atom yang akan bergabung dan
menghasilkan situasi kurang stabil.

4. Jelaskan bagaimana pengisian elektron pada orbital molekul O2


Jadi terlebih dahulu kita buat konfigurasi elektron utuk atom O
O8 : 1s2 2s2 2px2 2py1 2pz1 kemudian pengisiannya juga dimualai dari orbital yang
energinya terendah yaitu bonding kemudian mengisi orbital antibondingnya. berikut
gambar orbital molekul untuk O2

Maka Konfigurasi O2[(σ2s)2(σ*2s)2(σ2p)2(πy2p = πz2p)4(πy*2p = πz*2p)]2 .

5. Jelaskan contohnya untuk point: Orbital molekul dua atom yang berbeda dibentuk dengan
tumpang tindih orbital atom yang tingkat energinya berbeda.
Jawaban:
karena elektonegativitas dari kedua atom tersebut berbeda, maka tentu mereka
memiliki tingkat energi yang berbeda contohnya pada molekul CO.

Dapat dilihat dari gambar orbitalnya terjadi tumpang tindih antara orbilat atom O dan
atom C Karena Atom O lebih elektronegatif dibandingkan atom C sehingga:

33
o Energi dari orbital atom 2s O lebih rendah dibandingkan dengan orbital atom
2s C;
o Tingkat 2p di O berada pada energi yang lebih rendah daripada di C;

6. Jelaskan kenapa orbital molekul O2 dan N2 mempunyai bentuk orbital molekul yang
berbeda. Pada orbital molekul O2 ikatan σ dibawah kemudian ikatan π diatas sedangkan
sebaliknya pada orbital molekul N2 ikatan π dibawah kemudian ikatan σ diatas :

Jawaban : Hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah nomor atom (z) dari kedua unsur tersebut.
Dimana, untuk unsur yang mempunyai nomor atom lebih besar atau sama dengan atau dari
delapan ( z ≥ 8) maka orbital ikatan σ di bagian bawah kemudian ikatan π diatas sedangkan
untuk unsur yang mempunyai nomor atom lebih kecil sama dengan tujuh ( z ≤ 7) maka
orbital ikatan π dibagian bawah kemudian ikatan σ diatas. Sehingga, dilihat dari nomor
atomnya unsur O mempunyai nomor atom 8 sehingga bentuk orbitalnya yaitu orbital ikatan
σ di bagian bawah kemudian orbital ikatan π diatas sedangkan untuk unsur N mempunyai
nomor atom 7 sehingga, orbital ikatan π dibagian bawah kemudian ikatan σ dibagian atasnya.
Gambarnya dapat dilihat dibawah ini:

σ*2pz

π*2px π*2py

2p 2p
2px 2py 2pz 2pz 2py 2px

σ2pz

π2px π2py

σ*2s
2s 2s

σ2s

σ*1s
1s 1s

σ1s

Gambar : Orbital Molekul O2 Gambar : Orbital Molekul N2

34

Anda mungkin juga menyukai