DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPU:
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
PAPUA
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis telah menyelesaikan Makalah Ikatan Kimia yang berjudul
“Gaya Antaraksi Antarmolekul & Ikatan Ion".
Makalah ini di susun berdasarkan pengumpulan informasi baik dari makalah, media
cetak maupun elektronik.
Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada Dosen Pengampuh Mata Kuliah Ikatan
Kimia, ibu Dr. Albaiti, S.Pd., M.Pd serta rekan kerja yang turut memberikan masukan yang
sangat membantu terselesainya penyusunan makalah ini.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan sehingga
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari rekan-rekan semua demi penyempurnaan
makalah ini, agar menjadi bahan diskusi yang menarik dan dapat memberi manfaat bagi kami
semua.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
A. GAYA ANTARMOLEKUL........................................................................................... 8
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Gaya Antarmolekul
Suatu kelompok tertentu dari molekul yang berikatan secara kimia dapat
berbentuk padat, cair, atau gas. Penentuan bentuk tersebut tidak hanya bergantung
pada ikatan yang ada di dalam masing-masing molekul (gaya intramolekul), tetapi
juga bergantung pada adanya dan jenis ikatan antarmolekul (gaya antarmolekul).
Gaya antarmolekul adalah gaya tarik-menarik antarmolekul. Umumnya, gaya
antarmolekul jauh lebih lemah dibandingkan gaya intramolekul, karena energi
yang dibutuhkan untuk sekedar merenggangkan jarak ikatan antarmolekul lebih
sedikit daripada energi yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan dalam suatu
molekul. Sebagai contoh, dibutuhkan energi sebesar 16 kJ untuk menguapkan 1
mol asam klorida pada titik didihnya; tetapi dibutuhkan energi sebesar 431 kJ
untuk memutuskan ikatan kovalen H – Cl dalam 1 molekul asam klorida.
Banyak sifat fisik dari cairan, termasuk titik didih, yang mencerminkan
kekuatan gaya antarmolekul. Pada saat mencapai titik didih, dibutuhkan energi
yang cukup untuk mengalahkan gaya antarmolekul sebelum molekul tersebut
dapat memasuki fase gas. Semakin kuat gaya antarmolekul, maka semakin banyak
energy yang dibutuhkan untuk melemahkan ikatan antarmolekul, sehingga titik
didihnya makin tinggi. Prinsip yang sama juga diterapkan pada titik leleh suatu zat
padat. Semakin kuat gaya antarmolekul, maka semakin banyak energi yang
dibutuhkan untuk melemahkan ikatan antarmolekul sebelum molekul tersebut
dapat memasuki fase cair, sehingga titik leburnya makin tinggi.
4
Ada beberapa jenis gaya antarmolekul, yang kesemuanya memiliki persamaan
yaitu timbul dari gaya elektrostatik atau gaya tarik-menarik antara muatan listrik
yang berlawanan. Secara kolektif, gaya antarmolekul berupa gaya van der Waals,
yang ditemukan oleh Johannes Diderik van der Waals, seorang ilmuwan Belanda
yang mempelajari perilaku nonideal gas nyata. Gaya van der Waals terdiri dari
gaya dipol-dipol, ion-dipol, ion-dipol terinduksi, gaya dispersi London, dan ikatan
hidrogen.
2. Ikatan Ion
Perkembangan munculnya teori ionisasi mendorong pemahaman adanya
senyawa ionik dan senyawa kovalen atau non ionik. Senyawa ionik sederhana
terbentuk hanya antara unsur-unsur metalik dan non metalik yang keduanya
sangat aktif. Dua persyaratan penting, yaitu energi ionisasi untuk membentuk
kation dan afinitas elektron untuk membentuk anion, harus lebih menguntungkan
(favourable) ditinjau dari pertimbangan energi. Ini bukan berarti kedua reaksi
pembentukan ion-ion tersebut harus eksotermik, tetapi lebih berarti bahwa reaksi
tidak membutuhkan energi yang terlalu besar.
Jadi, persyaratan untuk membentuk ikatan ionik adalalah salah satu atom
unsur harus mampu melepas satu atau dua elektron (jarang tiga elektron) tanpa
memerlukan banyak energi, dan atom unsure lain harus mampu menerima satu
atau dua elektron (hampir tidak pernah tiga elektron) tanpa memerlukan banyak
energi. Oleh karena itu ikatan ionik banyak dijumpai pada senyawa pada logam
golongan 1, 2 sebagian 3 dan beberapa logam transisi dengan bilangan oksidasi
rendah, dan non logam golongan halogen,oksigen dan nitrogen. Semua energi
ionisasi adalah endotermik, dan afinitas elektron untuk halogen adalah
eksotermik, tetapi untuk oksigen dan nitrogen sedikit endotermik.
Jenis ikatan atom-atom dengan contoh unsur-unsur periode ketiga, dan
senyawanya dapat dipahami dengan mudah menurut model “segitiga ikatan”
(segitiga Van Arkel-Ketelaar). Pada garis dasr segitiga, dari kiri kekanan (dari Na
ke Cl) atom-atom unsur tersusun dari sifat dominasi iatan metalik kesifat ikatan
kovalen. Sifat paling logam dimiliki oleh unsur paling kiri (Na) dan sifat paling
kovalen atau non logam dimiliki oleh unsure paling kanan dalam periode,
sedangkan diantaranya memberikan sifat logam amfoterik dan semi konduktor.
Ikatan antara kedua atom unsur paling ujung ini menghasilkan senyawa dengan
5
ikatan ionik yang digambarkan sebagai titik puncak segitiga. Senyawa diantarana
menghasilkan sifat ikatan dari sifat metalik kesifat ionik yaitu unsur senyawa
NaX(X= Mg,Al,Si,P,S) dan dari sifat kovalen kesifat ionik yaitu untuk senyawa
XCl(X=S,P,Si,Al,Mg), yang keduanya digambarkan sebagai sisi-sisi miring
segitiga. Akhirnya dapat dipahami bahwa MgS dan AlP merupakan senyawa yang
mempunyai karakteristika ketiga macam ikatan secara serentak. Dari model
segitiga ikatan ini dapat dipahami banyaknya senyawa yang mempunyai karakter
ionik dan kovalen secara serentak dengan derajat ionik-kovalen yang berbeda-
beda.
6
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Gaya Antarmolekul ?
2. Apa jenis-jenis Gaya Antarmolekul ?
3. Apa yang dimaksud dengan Ikatan Ion ?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui maksud dari Gaya Antarmolekul.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis Antarmolekul.
3. Untuk mengetahui maksud dari Ikatan Ion.
7
BAB II
PEMBAHASAN
A. GAYA ANTARMOLEKUL
Gaya antarmolekul adalah gaya aksi di antara molekul-molekul yang
menimbulkan tarikan antarmolekul dengan berbagai tingkat kekuatan. Pada suhu
tertentu, kekuatan tarikan antarmolekul menentukan wujud zat, yaitu gas, cair, atau
padat. Umumnya, gaya antarmolekul jauh lebih lemah dibandingkan gaya
intramolekul, karena energi yang dibutuhkan untuk sekedar merenggangkan jarak
ikatan antarmolekul lebih sedikit daripada energi yang dibutuhkan untuk memutuskan
ikatan dalam suatu molekul. Sebagai contoh, dibutuhkan energi sebesar 16 kJ untuk
menguapkan 1 mol asam klorida pada titik didihnya; tetapi dibutuhkan energi sebesar
431 kJ untuk memutuskan ikatan kovalen H – Cl dalam 1 molekul asam klorida.
Banyak sifat fisik dari cairan, termasuk titik didih, yang mencerminkan
kekuatan gaya antarmolekul. Pada saat mencapai titik didih, dibutuhkan energi yang
cukup untuk mengalahkan gaya antarmolekul sebelum molekul tersebut dapat
memasuki fase gas. Semakin kuat gaya antarmolekul, maka semakin banyak energy
yang dibutuhkan untuk melemahkan ikatan antarmolekul, sehingga titik didihnya
makin tinggi. Prinsip yang sama juga diterapkan pada titik leleh suatu zat padat.
Semakin kuat gaya antarmolekul, maka semakin banyak energi yang dibutuhkan
untuk melemahkan ikatan antarmolekul sebelum molekul tersebut dapat memasuki
fase cair, sehingga titik leburnya makin tinggi.
8
1. Gaya van der Waals
Gaya van der Wals dapat terjadi pada molekul-molekul polar dan molekul-
molekul non-polar, yang ditemukan oleh Johannes Diderik van der Waals, seorang
ilmuwan Belanda yang mempelajari perilaku nonideal gas nyata. Gaya van der Waals
terdiri dari gaya dipol-dipol, ion-dipol, ion-dipol terinduksi, gaya dispersi London,
dan ikatan hidrogen.
a. Gaya Dipol-dipol
Gaya dipol-dipol adalah gaya tarik-menarik antara molekul polar, yaitu antara
molekul yang memiliki momen dipol permanen. Gaya ini berasal dari gaya
elektrostatik antara ujung molekul yang bermuatan parsial positif (δ+) dengan
ujung molekul lainnya yang bermuatan parsial negative (δ-). Karena gaya ini
terjadi antara muatan parsial, maka gaya dipol-dipol jauh lebih lemah
dibandingkan ikatan kovalen (gaya intramolekul), kekuatannya hanya sekitar 1-
4% dari ikatan kovalen. Gaya dipol-dipol hanya efektif ketika dua molekul
terletak sangat berdekatan. Gaya dipol-dipol menurun seiring dengan
bertambahnya jarak. Energi yang dibutuhkan untuk memisahkan sepasang dipol
sebanding dengan 1⁄𝑑3 , di mana 𝑑 adalah jarak antar dipol. Contohnya adalah
Pada molekul hidrogen klorida. Terjadi ikatan kovalen dengan struktur lewis
sebagai berikut:
9
Atom klor lebih elektronegatif daripada hidrogen maka pasangan
elekstrooncenderung tertarik oleh Cl. Molekul HCl jadi memiliki dipol
Dua molekul yang masing-masing memiliki dipol akan saling tarik menarikd
dengan posisi (-) berdekatan dengan posisi (+).
b. Gaya Ion-dipol
Gaya ion-dipol adalah gaya tarik-menarik antara suatu ion (kation atau anion)
dengan molekul polar.
Kekuatan dari gaya ini bergantung pada muatan dan ukuran ion serta kekuatan
momen dipol dan ukuran molekul. Muatan dari kation pada umumnya lebih
terkonsentrasi, karena kation biasanya berukuran lebih kecil daripada anion.
Sehingga, kation berinteraksi lebih kuat dengan dipol dibandingkan anion yang
memiliki muatan sama.
Contohnya, pada reaksi hidrasi, yaitu interaksi antara ion Na+ dan Mg2+
dengan molekul air yang mempunyai momen dipol 1,87 D. Karena ion Mg2+
memiliki muatan yang lebih besar dan jari-jari ionik yang lebih kecil
dibandingkan ion Na+, ion Mg2+ berinteraksi lebih kuat dengan molekul air.
Akibatnya, kalor hidrasi ion Na+ sebesar 2405 kJ/mol danan kalor hidrasi ion
10
Mg2+ sebesar 21926 kJ/mol. Hal serupa juga terjadi untuk anion yang memiliki
perbedaan muatan dan ukuran.
Gaya ion-dipol merupakan gaya yang penting dalam larutan ion-ion, karena
kekuatan dari gaya ini memungkinkan senyawa ion dapat larut dalam pelarut
polar.
11
lingkungannya. Molekul-molekul besar memiliki elektron valensi yang mudah
berpindah-pindah sehingga memiliki polarisabilitas lebih besar daripada molekul
yang kecil. Makin besar polarisabilitas molekul, makin besar gaya dispersi yang
terbentuk. Hal inilah yang menyebabkan ikatan antarmolekul I2 lebih kuat
daripada ikatan antarmolekul F2 (Gambar 4.1 (b)).
Luas permukaan molekul berpengaruh terhadap kekuatan gaya dispersi. Makin
besar luas permukaan molekul, makin kuat gaya dispersi antarmolekul. Untuk
molekul-molekul dengan massa dan rumus sama, molekul yang bentuknya
memanjang memiliki gaya dispersi yang lebih kuat daripada molekul yang lebih
pendek. Hal ini ditunjukkan oleh fakta bahwa titik didih molekul yang bentuknya
memanjang lebih tinggi daripada molekul yang lebih pendek, seperti halnya
pentana dan neopantana. Pentana dan neopentana keduanya memiliki rumus
molekul C5H12. Namun, karena luas permukaan pentana lebih besar daripada
neopentana, ikatan antarmolekul pentana lebih kuat daripada ikatan antarmolekul
neopentana. Hal ini digambarkan dengan model pada Gambar 4.4.
12
didih lebih tinggi daripada fluorometana. Kedua fakta ini digambarkan dengan
model seperti pada Gambar 4.8.
2. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan gaya dipol-dipol khusus. Ikatan hidrogen secara
khusus terjadi jika atom-atom hidrogen yang terikat pada atom N, O dan F tertarik
secara elektrostatik ke pasangan elektron bebas pada atom N, O dan F dari
molekul lain. Jadi, ikatan hidrogen terjadi pada molekul-molekul polar yang
mengandung gugus OH, NH dan FH. Contohnya adalah ikatan yang
terjadi antarmolekul H2O (Gambar 4.6).
13
Pada molekul air, oksigen lebih elektronegatif daripada hidrogen. Oksigen
yang bersifat cenderung negatif dapat pula menarik hidrogen yang cenderung
bermuatan positif dari molekul air yang lain sehingga antar molekul-molekul air
terjadi tarik-menarik. Ikatan yang terjadi disebut ikatan hidrogen.
B. IKATAN ION
Ikatan ion adalah suatu ikatan yang terjadi pada atom yang mempunyai
muatan yang besarnya sama namun memiliki muatan yang berlawanan tanda. Ikatan
ion terbentuk sebagai akibat adanya gaya tarik menarik antara ion positif dan ion
negatif. Ion positif terbentuk karena unsure logam melepaskan elektronnya,
sedangkan ion negatif terbentuk karena unsur nonlogam menerima elektron. Ikatan
ion terjadi karena adanya serah terima elektron. Atom-atom membentuk ikatan ion
karena masing-masing atom ingin mencapai keseimbangan/kestabilan seperti struktur
elektron gas mulia. Ikatan Ion (Elektrovalen) adalah ikatan yang terjadi karena adanya
gaya tarik-menarik elektrostatik antara Ion Positif (+) dan dan Ion Negatif (-).
Atom unsur logam cenderung melepas elektron membentuk ion positif, dan
atom unsur nonlogam cenderung menangkap elektron membentuk ion negatif.
Contoh: NaCl, MgO, CaF2, Li2O, AlF3, dan lain-lain.
14
1. Sifat-sifat Ikatan Ion
Pada temperatur kamar, senyawa kovalen dapat berwujud padat,cair, dan gas,
tetapi senyawa ionik berwujud padat dan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
Senyawa ionik cenderung mempunyai konduktivitas listrik sangat rendah
dalam bentuk padatan, tetapi penghantar listrik sangat baik pada keadaan
leburnya. Daya hantar listrik ini diasosiasikan dengan adanya ion-ion
positif dan negatif yang bergerak bebas karena pengaruh listrik. Dalam
keadaan padat, ion-ion ini diikat kuat dalam kisi, tidak mengalami migrasi
atau perpindahan, dan juga tidak membawa arus listrik.
Senyawa ionik cenderung mempunyai titik leleh tinggi, ikatan ionik
biasanya sangat kuat dan terarah ke segala arah. Ini bukan berarti bahwa
ikatan ionik lebih kuat dari pada ikatan kovalen, melaikan karena sebaran
arah ikatan ke segala arah, dan inilah yang merupakan faktor penting
dalam kaitannya dengan titik leleh yang tinggi.
Senyawa ionik biasanya sangat keras tetapi rapuh. Kekerasan senyawa
ionik sesuai dengan argumen diatas, sekalipun perlakuannya melalui
pemisahan secara mekanik ketimbang pemisahan secara termal terhadap
gaya-gaya tarik-menarik antar ion. Kecenderungan kerapuhan merupakan
akibat sifat alami ikatan ionik. Jika cukup gaya untuk menggeser sedikit
ion-ion (misalnya dalam unit sel NaCl, panjang ikatan menjadi memendek
separuhnya), maka gaya yang semula tarik-menarik akan berubah menjadi
gaya tolak-menolak karena kontak antar anion dan antar kation menjadi
15
lebih signifikan. Akibatnya, Kristal menjadi mudah terpecah-belah, dan
hal inilah yang banyak ditemui pada banyak mineral.
Senyawa ionik biasanya larut dalam pelarut polar dengan permitivitas
(tetapan dielektrikum) tinggi. Energy interaksi dua partikel bermuatan
dinyatakan dengan rumus E= , dalam hal ini q+ dan q– adalah muatan
listrik partikel, r adalah jarak pisah kedua partikel dan = permitivitas atau
tetapan dielektrikum medium; untuk mediu hampa, o=8,85x 10-12 C2m-
1J-1. Pelarut polar umumnya memiliki tetapan dielektrikum tinggi,
misalnya untuk air =7,25 x 10-10 C2m-1J-1,asetonitril =2,9 x 10-10 C2m-
1J-1 dan untuk ammonia =2,2 x 10-10 C2m-1J-1, atau (H2O) = 82 o ,
(CH3CN) = 33 o , (NH3) = 25 o . Oleh karena permitivitas amonia 25 kali
permitivitas hampa, maka dapat dimengerti bahwa gaya tarik ion-ion
terlarut dalam amonia hanyalah sebesar 4% daripada gaya yang sama
tanpa pelarut; semakin tinggi tinggi permitivitas pelarut semakin besar
pengaruhnya.
18
sedangkan Karbonat CO3- adalah nonlogam. Penggunaan Kalsium Karbonat
ini adalah pada pengembang roti, atau soda kue
e. KBr (Kalium Bromida)
Senyawa Kalium Bromida terdiri dari satu atom Kalium K dan satu atom
Bromida Br. Karakteristik dari unsur Kalium ialah logam sedangkan Brom
merupakan unsur nonlogam sehingga KBr merupakan contoh senyawa ionik.
Penggunaan dari senyawa Kalium Bromida terdapat dalam industri kertas dan
fotografi.
19
BAB III
PENUTUP
20
DAFTAR PUSTAKA
21