Anda di halaman 1dari 22

`

MAKALAH IKATAN KIMIA

“ IKATAN KOVALEN KOORDINASI“

OLEH : KELOMPOK 3
Evi Lestari Sihombing (20160111054022)
Heny Novela Rumbarak (201601110540 )
Rita Marlina Rematobi (201601110540 )
Ratna Anista Andry (201601110540 )
Fachmi Royib (20160111054018)

Dosen Pengampu :

Dr. Albaiti,S.Pd.,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2018

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayah-Nyalah sehingga saya dapat menyelasaikan tugas makalah ini dengan judul
“Ikatan Kovalen Koordinasi”.

Saya menyadari sepenuhnya sebagai manusia biasa, bahwa dalam penyusunan makalah
ini tidak luput dari segala kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini semoga Makalah yang saya
kerjakan ini memiliki arti yang baik dan bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata saya selaku
penulis mengucapkan terima kasih.

Jayapura, November 2018

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita menerima begitu saja dunia sekitar kita
beserta perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya tanpa mempertanyakan misalnya, apa
itu air, apa itu bensin, mengapa bensin bisa terbakar sedangkan air tidak? Apakah arti
terbakar? Mengapa besi dapat berkarat sedangkan emas tidak?Apa itu karet dan bagaimana
membuat karet tiruan?
Pertanyaan-pertanyaan diatas adalah sebagian dari masalah yang dibahas dalam dalam
ilmu kimia.Oleh karena itu, ilmu kimia dapat di definisikan sebagai ilmu yang mempelajari
segala sesuatu tentang materi, seperti hakekat, susunan, sifat-sifat, perubahan serta energi
yang menyertai perubahannya.
Suatu atom bergabung dengan atom lainnya melalui ikatan kimia sehingga dapat
membentuk senyawa, baik senyawa kovalen maupun senyawa ion. Senyawa ion terbentuk
melalui ikatan ion, yaitu ikatan yang terjadi antara ion positif (atom yang melepaskan
electron) dan ion negative (atom yang menangkap electron). Akibatnya, senyawa ion yang
terbentuk bersifat polar.
Dalam setiap senyawa, atom-atom terjalin secara terpadu oleh suatu bentuk ikatan
antaratom yang disebut ikatan kimia. Seorang ahli kimia dari Amerika serikat, yaitu Gilbert
Newton Lewis ( 1875- 1946) dan Albrecht Kosel dari Jerman ( 1853- 1972) menerangkan
tentang konsep ikatan kimia.
Pada umumnya atom tidak berada dalam keadaan bebas tetapi menyatu dengan atom
lain membentuk senyawa. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa atom yang bergabung lebih
stabil daripada yang menyendiri. Penggabungan itu disebut ikatan kimia dan terjadi bila ada
daya tarik satu sama lain sehingga mengeluarkan energi paling kurang 42 kJ per mol atom.
Berdasarkan teori atom modern, para ahli menyelediki cara terbentuknya ikatan kimia. Daya
tarik kedua atom terjadi karena adanya elektron pada kulit terluar. Elektron pada kulit ini
mempunyai kecenderungan menyamai konfigurasi elektron gas mulia, dengan cara menerima
atau memberikan elektron pada atom lain.
Pada makalah ini penulis akan memfokuskan cakupan materi terkait terbentuknya
senyawa melalui ikatan kovalen yang akan penulis paparkan dari segi teori ikatan, hukum,
struktur maupun sifat dan parameternya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penyusun merumuskan masalah yang hendak
dibahas dalam makalah ini ialah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah ikatan Kovalen?
2. Bagaimna Teori Orbital Molekul (Molecular Orbital Theory) Pada Kovalen
Ikatan?
3. Bagaimana pembentukan struktur resonansi pada senyawa kovalen?
4. Bagaimana proses pembentukan ikatan kovalen menurut Hukum Fajans?
5. Bagaimana Jenis, struktur dan sifat senyawa kovalen?
6. Bagaimana pengertian, contoh dan struktur Ikatan kovalen koordinasi?

A. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini ialah sebagai berikut:

1. Untuk memgetahui sejarah ikatan Kovalen


2. Untuk mengetahui Teori Orbital Molekul (Molecular Orbital Theory) Pada
Kovalen Ikatan
3. Untuk mengetahui pembentukan struktur resonansi pada senyawa kovalen
4. Untuk mengetahui proses pembentukan ikatan kovalen menurut Hukum Fajans
5. Untuk mengetahui Jenis, struktur dan sifat senyawa kovalen
6. Untuk mengetahui pengertian, contoh dan struktur ikatan kovalen koordinasi

B. Metode Penulisan

Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menggunakan metode jelajah (browsing)


internet dan studi pustaka. Metode ini merupakan pengumpulan berbagai sumber data dari
internet dan buku referensi yang relevan,lalu menganalisanya, membandingkan dengan sumber
data lainnya (mencari titik temu dari beberapa konsep yang berbeda) dan akhirnya
menginterpretasikan data tersebut dalam bentuk makalah

BAB II

PEMBAHASAN
1. Sejarah Ikatan Kovalen
Gagasan ikatan kovalen dapat ditilik beberapa tahun sebelum 1920 oleh Gilbert N.
Lewis yang pada tahun 1916 menjelaskan pembagian pasangan elektron di antara atom-
atom. Dia memperkenalkan struktur Lewis atau notasi titik elektron atau struktur titik
Lewis yang menggunakan titik-titik di sekitar simbol atom untuk mewakili elektron valensi
terluar atom. Pasangan elektron yang berada di antara atom-atom mewakili ikatan kovalen.
Pasangan berganda mewakili ikatan berganda, seperti ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap
tiga. Terdapat pula bentuk alternatif lainnya di mana ikatan diwakili sebuah garis.

Gambar 1. Konsep awal ikatan kovalen berawal dari gambar molekul metana sejenis ini.
Ikatan kovalen tampak jelas pada struktur Lewis, mengindikasikan
pembagian elektron-elektron di antara atom-atom.

Ketika gagasan pembagian pasangan elektron memberikan gambaran kualitatif yang efektif
akan ikatan kovalen, mekanika kuantum diperlukan untuk mengerti sifat-sifat ikatan seperti ini
dan memprediksikan struktur dan sifat molekul sederhana. Walter Heitler dan Fritz London
sering diberi kredit atas penjelasan mekanika kuantum pertama yang berhasil menjelaskan
ikatan kimia, lebih khususnya ikatan molekul hidrogen pada tahun 1927. Hasil kerja mereka
didasarkan pada model ikatan valensi yang berasumsi bahwa ikatan kimia terbentuk ketika
terdapat tumpang tindih yang baik di antara orbital-orbital atom dari atom-atom yang terlibat.
Orbital-orbital atom ini juga diketahui memiliki hubungan sudut spesifik satu sama lain,
sehingga model ikatan valensi dapat memprediksikan sudut ikatan yang terlihat pada molekul
sederhana dengan sangat baik.

Orde Ikatan

Derajat ikat atau orde ikat adalah sebuah bilangan yang mengindikasikan jumlah
pasangan elektron yang terbagi di antara atom-atom yang membentuk ikatan kovalen. Istilah ini
hanya berlaku pada molekul diatomik. Walaupun demikian, ia juga digunakan untuk
mendeskripsikan ikatan dalam senyawa poliatomik.

Gambar 2. Orde ikatan kovalen

1. Ikatan kovalen yang paling umum adalah ikatan tunggal dengan hanya satu pasang elektron
yang terbagi di antara dua atom. Ia biasanya terdiri dari satu ikatan sigma. Semua ikatan
yang memiliki lebih dari satu pasang elektron disebut sebagai ikatan rangkap atau ikatan
ganda.

2. Ikatan yang berbagi dua pasangan elektron dinamakan ikatan rangkap dua. Contohnya
pada etilena. Ia biasanya terdiri dari satu ikatan sigma dan satu ikatan pi.
3. Ikatan yang berbagi tiga pasang elektron dinamakan ikatan rangkap tiga. Contohnya
pada hidrogen sianida. Ia biasanya terdiri dari satu ikatan sigma dan dua ikatan pi.

Teori Saat Ini

Saat ini model ikatan valensi telah digantikan oleh model orbital molekul. Dalam model
ini, setiap atom yang berdekatan akan memiliki orbital-orbital atom yang saling berinteraksi
membentuk orbital molekul yang merupakan jumlah dan perbedaan linear orbital-orbital atom
tersebut. Orbital-orbital molekul ini merupakan gabungan antara orbital atom semula dan
biasanya berada di antara dua pusat atom yang berikatan.

Dengan menggunakan mekanika kuantum, adalah mungkin untuk menghitung struktur


elektronik, arah energi, sudut energi, jarak ikat, momen dipol, dan spektrum elektromagnetik
dari molekul sederhana dengan akurasi yang sangat tinggi. Jarak dan sudut ikat dapat dihitung
seakurat yang diukur. Untuk molekul-molekul kecil, perhitungan tersebut cukup akurat untuk
digunakan dalam menentukan kalor pembentukan termodinamika dan energi aktivasi kinetika.

2. Teori Orbital Molekul (Molecular Orbital Theory) Pada Ikatan Kovalen.


Teori orbital molekul merupakan teori yang paling lengkap karena menganggap dalam
pembentukan senyawa kompleks melibatkan interaksi elektrostatik maupun interaksi kovalen.
Teori orbirtal molekul menyatakan bahwa pembentukan senyawa kompleks terjadi interaksi
antara orbital-orbital dari atom pusat dengan orbital-orbital dari ligan membentuk orbital-
orbital molekul. Orbital-orbirtal molekul senyawa kompleks dianggap merupakan hasil
kombinasi linear dari orbital-orbital atom pusat dan orbital-orbital ligan yang perbedaan tingkat
energinya besar dapat diabaikan, sehingga dalam menggambarkan orbital molekul senyawa
kompleks cukup digambarkan orbital-orbital elektron valensinya. Teori orbital molekul dapat
menjelaskan fakta-fakta tentang sifat magnetik dan warna senyawa kompleks.
Setiap penggabungan orbital atom menjadi orbital molekul akan menghasilkan orbital
bonding (orbital ikatan) dan orbital antibonding (orbital anti ikatan).

a) Pembentukan Orbital σ
Pembentukan ikatan melalui orbital σ yang paling sederhana dapat dicontohkan dalam
pembentukan ikatan antar atom hidrogen dalam molekul H2.

orbital σ* (orbital molekul antibonding)

1s 1s
H
H
H2
orbital σ (orbital molekul bonding)

Gambar 3. Pembentukan Orbital σ pada molekul H2

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa tiap atom H memiliki masing-masing
satu buah elektron pada orbital 1s. kedua orbital atom H tersebut kemudian bergabung
membentuk orbital molekul σ, sehingga terbentuk dua macam orbital, orbital σ yang
merupakan orbital bonding, dan orbital σ* yang merupakan orbital antibonding. Sesuai
dengan aturan Hund, maka mula-mula elektron dari salah satu atom H mengisi orbital
molekul σ yang terbentuk, kemudian elektron dari atom H yang lain juga mengisi orbital
σ tersebut. Dengan terbentuknya orbital molekul yang diisi oleh elektron dari kedua
atom H, maka terbentuklah ikatan antar atom H tersebut menjadi molekul H2. Molekul
H2 ini merupakan molekul yang stabil, karena elektron-elektronnya berada pada orbital
molekul σ yang tingkat energinya lebih rendah dibandingkan tingkat energi orbital atom
pembentuknya.
Pembentukan orbital molekul ini dapat digunakan untuk menjelaskan
ketidakstabilan dari molekul He2. Perhatikan diagram berikut :

orbital σ* (orbital molekul antibonding)

1s 1s

He He

He2

orbital σ (orbital molekul bonding)

Gambar 4. Pembentukan Orbital σ pada molekul He2

Setiap atom Helium memiliki dua elektron pada setiap orbital 1s. saat orbital-
orbital atom 1s dari kedua atom Helium tersebut membentuk orbital molekul, terbentuk
2 macam orbital molekul pula, orbital σ dan σ*. Elektron-elektron mula-mula mengisi
orbital bonding σ yang tingkat energinya lebih rendah, kemudian mengisi orbital
antibonding σ*. Karena baik orbital bonding maupun orbital antibonding sama-sama
terisi elektron, maka keduanya akan saling meniadakan, sehingga molekul He 2 menjadi
sangat tidak stabil.
contoh diatas menunjukkan pembentukan orbital molekul untuk molekul
diatomik yang heterogen, sehingga orbital atom yang digunakan dalam pembentukan
orbital molekul memiliki tingkat energi yang sama. Pada molekul diatomik yang
heterogen, atom yang lebih elektronegatif orbital atomnya memiliki tingkat energi yang
lebih rendah. Perbedaan tingkat energi antar orbital atom dari dua atom berbeda yang
saling berikatan merupakan ukuran dari sifat ionik ikatan yang terbentuk antara kedua
atom tersebut. Sedangkan perbedaan tingkat energi antara orbital bonding molekul yang
terbentuk dengan orbital atom (dari atom yang tingkat energinya lebih rendah)
merupakan ukuran sifat kovalen ikatan yang terbentuk. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
ilustrasi yang diberikan dalam diagram berikut :
orbital σ*

a
1s
A
1s b
B

orbital σ
AB

Gambar 5. Ilustrasi diagram orbital sifat ikatan kovalen

Pada diagram tersebut, atom B memiliki tingkat energi yang lebih rendah
dibandingkan orbital atom A. Oleh karena itu, orbital molekul (OM) σ yang terbentuk
memiliki karakteristik yang lebih mirip dengan orbital atom B. Selisih energi antara
orbital atom A dan orbital atom B, dinotasikan dengan a, menunjukkan ukuran sifat
ionik ikatan yang terbentuk antara A dan B. Sedangkan selisih energi antara OM σ
dengan orbital atom B, dinotasikan dengan b, menunjukkan sifat kovalen ikatan AB.
b) Pembentukan orbital π
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, orbital σ dapat terbentuk antar orbital
atom dengan simetri yang sama. Adapun orbital π dapat terbentuk antara orbital px, py,
pz, dxy, dxz, dan dyz dari logam dengan orbital atom dari ligan yang tidak searah dengan
orbital logam. Salah satu contoh bagaimana orbital π dapat terbentuk antara orbital atom
dari logam dengan orbital atom yang dimiliki ligan ditunjukkan dalam gambar berikut :

- +

- - + +

+ + - -
+ -
- +

- - + +

+ + - -
+ -

Gambar 6. Kombinasi orbital dxz dari logam dengan orbital py dan pz dari ligan

Dari Gambar (6) di atas dapat dilihat bahwa orbital dxz berada sejajar dengan
orbital py dan pz dari ligan, sehingga kombinasi dari orbital atom logam dan orbital atom
ligan tersebut dapat menghasilkan orbital molekul π.
Selain dari penggabungan orbital dxz dari logam dengan orbital py dan pz, orbital
molekul π juga dapat terbentuk dari penggabungan antara orbital p z dari logam dengan
orbital pz dari ligan. Ilustrasi kedua orbital atom tersebut dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
+
+ + +
+ -
- - -
-
Gambar 7. Posisi orbital atom pz dari logam dan orbital pz ligan berada dalam posisi yang
sejajar, sehingga juga dapat bergabung dan menghasilkan orbital molekul π.

Adanya ikatan π akan memperkuat ikatan antara logam dengan ligan, sehingga
meningkatkan kestabilan kompleks. Selain itu, konsep mengenai pembentukan ikatan π
juga dapat menjelaskan urutan kekuatan ligan dalam Deret Spektrokimia.

3. Pembentukan struktur resonansi pada senyawa kovalen


Resonansi adalah delokalisasi elektron pada molekul atau ion poliatomik tertentu
dimana ikatannya tidak dapat dituliskan dalam satu struktur Lewis. Kebanyakan ikatan dapat
dideskripsikan dengan menggunakan lebih dari satu struktur Lewis yang benar (misalnya
pada ozon, O3). Dalam diagram lewis (LDS: Lewis dot structure) O3, atom pusat akan
memiliki ikatan tunggal dengan satu atom dan ikatan rangkap dua dengan satu atom lainnya.
Diagram LDS tidak dapat memberitahukan kita atom mana yang berikatan rangkap; atom
pertama dan kedua yang berikatan dengan atom pusat memiliki probabilitas yang sama untuk
memiliki ikatan rangkap. Dua struktur yang memungkinkan ini disebut sebagai struktur
resonansi. Pada kenyataannya, struktur ozon adalah hibrid resonansi antara dua struktur
resonansi yang memungkinkan. Daripada satu ikatan tunggal dan satu ikatan rangkap dua,
sebenarnya terdapat dua ikatan 1,5 dengan kira-kira tiga elektron pada setiap atom.

Kasus resonansi yang khusus terlihat pada atom-atom yang membentuk cincin
aromatik (contohnya benzena). Cincin aromatik terdiri dari atom-atom yang tersusun
menjadi lingkaran (dihubungkan dengan ikatan kovalen) dan menurut LDS akan memiliki
ikatan tunggal dan rangkap dua yang saling bergantian. Dalam kenyataannya, elektron-
elektron cenderung secara merata berada di seluruh ruang cincin. Pembagian elektron pada
struktur aromatik seringkali diwakili dengan cincin di dalam lingkaran atom. Resonansi
dalam kimia diberi simbol garis dengan dua arah panah (↔).

Gambar 8. Struktur resonansi ozon


Pada ozon, terdapat perpindahan elektron antar inti yang dijelaskan dengan anak panah.

Gambar 9. Perpindahan elektron antar inti

a) Sifat umum resonansi


Molekul atau ion yang dapat beresonansi mempunyai sifat-sifat berikut:

1. Dapat dituliskan dalam beberapa struktur Lewis yang disebut dengan struktur
resonan. Tetapi tidak satupun struktur tersebut melambangkan bentuk asli molekul
yang bersangkutan.
2. Di antara struktur yang saling beresonansi bukanlah isomer. Perbedaan antar
struktur hanyalah pada posisi elektron, bukan posisi inti.
3. Masing-masing struktur Lewis harus mempunyai jumlah elektron valensi dan
elektron tak berpasangan. yang sama.
4. Ikatan yang mempunyai orde ikatan yang berbeda pada masing-masing struktur
tidak mempunyai panjang ikatan yang khas.
5. Struktur yang sebenarnya mempunyai energi yang lebih rendah dibandingkan energi
masing-masing struktur resonan

4. Proses pembentukan ikatan kovalen menurut Hukum Fajans

a) Polarisasi menurut Aturan Fajans


Pada umumnya, senyawa yang terbentuk akibat penggabungan antar logam dengan
nonlogam memiliki sifat senyawa ionik. Akan tetapi, tidak semua senyawa dari
penggabungan ini bersifat ionik. Senyawa ini dapat lebih mengarah ke sifat kovalen ketika
elektron terluar dari anion ditarik kuat oleh kation, sehingga rapatan anion akan
mengalami distorsi/penyimpangan terhadap kation. Distorsi ini dapat dilihat dari rapatan
elektron yang mulanya digambarkan seperti bola akan menjadi lonjong (elektron terluar
dari anion ditarik kuat oleh kation).

Gambar 10.

Akibat dari distorsi ini maka senyawa yang mulanya bersifat ionik akan berubah menjadi
kovalen dan akan terjadi polarisasi. Semakin besar sifat polarisasinya maka semakin besar
pula derajat ikatan kovalensinya. Menurut Kasimir Fajans, ahli kimia, terdapat beberapa
aturan perihal polarisasi tersebut, antara lain :
 Suatu kation akan lebih mudah mengalami polarisasi ketika ukuran kation tersebut
kecil dengan muatan positif yang besar.Mn2O7 memiliki muatan positif lebih besar
dibandingkan dengan muatan positif pada MnO sehingga Mn 2O7 lebih bersifat
kovalen polar daripada bersifat ionik.
 Suatu anion akan lebih mudah mengalami polarisasi ketika ukuran dan muatan
negatif yang dimiliki anion tersebut besar.AlI3 memiliki muatan negatif yang sama
namun dengan ukuran anion yang lebih besar jika dibandingkan dengan AlF 3sehingga
AlI3 lebih mengarah untuk membentuk ikatan kovalen yang polar dibandingkan
dengan AlF3 yang tidak bersifat polar.
 Kation yang tidak memiliki konfigurasi gas mulia lebih mudah mengalami polarisasi.
Kation K+ pada senyawa KCl memiliki konfigurasi gas mulia yaitu [Ar] sedangkan
kation Ag+ pada AgCl tidak memiliki konfigurasi gas mulia yaitu [Kr]4d 10, sehingga
kation Ag+ lebih mudah mengalami polarisasi daripada kation K+.

Salah satu cara yang paling mudah untuk membedakan sifat ionik dari sifat kovalen
suatu spesies yaitu dengan membandingkan titik lelehnya; senyawa ionik (dan juga jaringan
senyawa kovalen) cenderung mempunyai titik leleh tinggi, dan senyawa kovalen sederhana
mempunyai titk leleh rendah. Sebagai contoh, senyawa AlF3 dan AlI3, masing-masing
mempunyai titik leleh yang sangat berbeda yaitu secara berurutan 1290 dan 190 0C. Ion
fluorida mempunyai jari-jari ionik 117 pm, jauh lebih kecil daripada jari-jari ionik iodida,
206. Data jari-jari ini menghasilkan ukuran volume anion iodida sebesar kira-kira 5 ½
atau 2063/1173 kali volume ion fluorida. Tingginya titik leleh aluminium fluorida
menyarankan bahwa senyawa ini lebih bersifat ionik, dan ini berarti bahwa ion fluorida
karena kecilnya ukuran tidak atau sukar terpolarisasi oleh ion Al 3+, sehingga senyawa yang
terbentuk, yaitu AlI3, lebih bersifat kovalen dengan titik leleh yang jauh lebih rendah.
Bandingkan dengan titik leleh senyawa KI (6850C), demikian pula KF (8570C).

Karena jari-jari ionik dengan sendirinya bergantung pada muatan ionnya, maka
besarnya muatan kation yang sering merupakan petunjuk yang baik untuk menentukan
derajat kovalensi spesies (sederhana) yang bersangkutan. Kation dengan muatan +1 dan +2,
biasanya mendominasi sifat ionik, sedangkan kation dengan muatan +3 membentuk senyawa
ionik hanya dengan anion yang sangat sukar terpolarisasi seperti ion fluorida. Kation dengan
muatan teoritik +4 atau yang lebih tinggi sesungguhnya tidak dikenal sebagai ion, dan
senyawanya sering diperhitungkan sebagai senyawa yang didominasi oleh sifat kovalen.
Sebagai contoh, MnO mempunyai titik leleh 17850C tetapi Mn2O, berupa cair pada
temperatur kamar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mn(II) membentuk kisi kristal ionik
dalam MnO, tetapi Mn(VII) membentuk molekul kovalen dalam Mn 2O7. Perhitungan rapatan
muatan menghasilkan harga 84 C mm-3 untuk ion Mn2+ dan 1240 C mm-3 untuk ion
Mn7+ (andaikata ion ini ada). Ion ini (Mn7+) sangat tinggi (rapatan) muatan positifnya,
demikian juga ukurannya tentu jauh lebih kecil daripada ukuran ion Mn 2+, sehingga
mempunyai daya mempolarisasi yang sangat kuat terhadap anion oksida; akibatnya,
senyawaan yang terbentuk bersifat kovalen sebagaimana ditunjukkan oleh rendahnya titik
leleh.

Aturan Fajans yang ke tiga, berkaitan dengan kationn yang mempunyai konfigurasi
elektronik bukan gas mulia. Sebagai contoh yaitu kation Ag + (dengan konfigurasi [Ar] 4d10),
demikian juga Cu+, Sn2+, dan Pb2+. Senyawaan perak halida, AgF, AgCl, AgBr, dan AgI,
masing-masing mempunyai titik leleh 435, 455, 430, dan 5580C, yang secara berurutan lebih
rendah kira-kira 3000C dari pada titik leleh kalium halida. Dengan demikian, kation perak
mempunyai daya mempolarisasi yang lebih kuat daripada kation K+, sehingga senyawaan
perak halida lebih bersifat kovalen dari pada senyawaan kalium halida. Petunjuk lain perihal
sifat kovalensi halida perak yaitu kenyataannya bahwa halida perak (kecuali fluorida) sukar
larut dalam air. Proses pelatutan dalam pelerut polar disebabkan adanya interaksi antara
molekul air (polar) dengan muatan ion; menurunnya sifat ionik atau naiknya sifat kovalen
halida perak mengakibatkan melemahnya interaksi tersebut hingga cenderung sukar larut.
Untuk perak fluorida, kecilnya ukuran ion fluorida menyebabkan kurangnya sifat
terpolarisasi oleh kation perak hingga senyawa ini paling bersifsat ionik daripada halida
perak yang lain, dan akibatnya mudah larut dalam air.

Contoh lain yaitu perbandingan sifat oksida- dan sulfida- natrium dengan tembaga (I).
Kedua kation ini mempunyai jari – jari yang hampir sama. Oksida maupun sulfida natrium
bersifat ionik dan larut bereaksi dengan air, tetapi oksida dan sulfida tembaga (I) tidak larut
dalam air. Menurut aturan Fajans ke tiga, kation Cu)I) dengan konfigurasi elektronik bukan
gas mulia mempunyai daya daya mempolarisasi yang lebih kuat hingga mempunyai
kecenderungan lebih kovalen. Hal ini paralel dengan besarnya perbedaan elektronegativitas
yaitu ~2,5 untuk natrium oksida yang berarti lebih bersifat ionik, dan ~1,5 untuk tembaga (I)
oksida yang berarti lebih bersifat kovalen.

5. Jenis, struktur dan sifat ikatan kovalen


Penggunaan bersama pasangan electron digambarkan oleh Lewis menggunakan
titik electron. Rumus Lewis merupakan tanda atom yang di sekeklilingnya terdapat titik
(.), silang (x), atau bulatan kecil (º). Tanda ini menggambarkan electron valensi atom
yang bersangkutan. Oleh karena itu, rumus ini sering disebut sebagai rumus electron
atau titik electron.

a) Berdasarkan bentuk ikatannya, ikatan kovalen dibedakan menjadi empat, yaitu:


1. Ikatan kovalen tunggal
Kovalen tunggal terbentuk apabila maisng-masing atom yang berikatan memberikan
maisng-masing satu electron. Contohnya ikatan kovalen, Ikatan dalam molekul
hydrogen (H2), masing-masing atom H memberikan 1 elektron yang digunakan untuk
berpasangan.
Gambar 11. Struktur ikatan Kovalen H2
2. Ikatan kovalen rangkap dua
Ikatan kovalen rangkap dua terbentuk karena masing-masing atom yang beirkatan
memberikan dua eletronnya untuk berikatan.

Contoh ikatan kovalen molekul oksigen (O2)

3. Ikatan kovalen rangkap tiga


Ikatan kovalen rangkap tiga terbentuk karena masing-masing atom yang yang berikatan
memberikan tiga elektronnya untuk digunakna bersama .

Contoh ikatan kovalen dalam molekul N2.


4. Ikatan kovalen koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan yang dibentuk dari pemakaian pasangan
electron bersama, tetapi pasangan electron tersebut berasal hanya dari salah satu atom
yang berikatan, sedangkan atom atau gugus yang lain tidak memberikan electron.

Contoh senyawa kovalen koordinasi terdapat dalam molekul NH3BF3.

b) Berdasarkan polaritasnya, ikatan kovalen dibagi menjadi dua jenis


Berdasarkan polaritasnya ikatan kovalen dibagi menjadi 2 jenis yaitu ikatan kovalen polar
dan non polar. Perbedaan keelektronegatifan dua atom menimbulkan kepolaran
senyawa.Adanya perbedaan keelektronegatifan tersebut menyebabkan pasangan electron
ikatan lebih tertarik kesalah satu unsur sehingga membentuk dipol. Adanya dipolinilah yang
menyebabkan senyawa menjadi polar.
Pada senyawa HCl, pasangan electron milik bersama akan lebih dekat pada Cl karena
daya tarik terhadap elektronnya lebih besar dibanding H. Hal itu menyebabkan polarisasi
pada ikatan H – Cl. Atom Cl lebih negative dari pada atom H, hal tersebut menyebabkan
terjadinya ikatankovalen polar.
Contoh :
1. Senyawa kovalen polar :HCl, HBr, HI, HF, H2O, NH3.
2. Senyawa kovalen non polar : H2, O2, Cl2, N2, CH4, C6H6, BF3.

Pada ikatan kovalen yang terdiri lebih dari dua unsur ,kepolaran senyawanya
ditentukan beberapa hal berikut.
1. Jumlah momendipol
Jika jumlah momen dipol = 0, senyawanya bersifat non polar. Jika momen dipol tidak
sama dengan 0 maka senyawanya bersifat polar. Besarnya momen dipol suatu senyawa
dapat diketahui dengan :
keterangan :
µ = momen dipol dalam Debye (D)
µ=dxl d = muatan dalam satuan elektrostatis (ses)
l = jarak dalam cm
2. Bentukmolekul.
Jika bentuk molekulnya simetris maka senyawanya bersifat nonpolar, sedangkan jika
bentuk molekulnya tidak simetris maka biasanya senyawanya bersifat polar.
3. Jika molekul terdiri atas dua buah unsur.
o Jika kedua unsure itu sejenis, ikatannya non polar. Contoh : H2, O2

o Jika kedua unsur itu tidak sejenis, biasanya ikatannya polar. Contoh :HCl, HBr
4. Jika molekul terdiri atas tiga buah atau lebih unsur yang berbeda.
o Jika atom yang berada di tengah molekul (atom pusat) mempunyai pasangan

electron bebas sehingga pasangan electron berikatan akan tertarik kesalah satu
atom, ikatannya polar. Contoh : H2O, NH3
o Jika atom pusat tidak mempunyai pasangan electron bebas sehingga pasangan
elektron ikatan tertarik sama kuat keseluruh atom, ikatannya nonpolar. Contoh :
CH4, CO2

c) Sifat-sifat senyawa kovalen


Sifat-sifat Senyawa Kovalen :
 Pada suhu kamar umumnya berupa gas (missal H2, O2, N2, Cl2, dan CO2), cair
(missal H2O dan HCl), atau pun berupa padatan.
 Titik didih dan titik lelehnya relati rendah, karena gaya tarik menarik antar
molekulnya lemah meskipun ikatan antar atomnya kuat.
 Larut dalam pelarut nonpolar, dan bebera pada pelaut berinteraksi dengan pelarut
polar.
 Larutannya dalam air ada yang menghantarkan arus listrik (missal HCl) tetapi
sebagian besar tidak dapat menghantarkan arus listrik, baik padatan, leburan, atau
larutannya.

6. Pengertian, contoh dan struktur Ikatan kovalen koordinasi

Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen di mana pasangan elektron yang
dipakai bersama hanya disumbangkan oleh satu atom, sedangkan atom yang satu lagi
tidak menyumbangkan elektron. Ikatan kovalen koordinasi hanya dapat terjadi jika salah
satu atom mempunyai pasangan elektron bebas (PEB). Ikatan kovalen koordinasi adalah
ikatan yang dibentuk dari pemakaian pasangan electron bersama, tetapi pasangan
electron tersebut berasal hanya dari salah satu atom yang berikatan, sedangkan atom atau
gugus yang lain tidak memberikan electron.

 Contoh senyawa kovalen koordinasi terdapat dalam molekul NH3BF3.

 Atom N pada molekul amonia, NH3, mempunyai satu PEB. Oleh karena itu
molekul NH3 dapat mengikat ion H+ melalui ikatan kovalen koordinasi,sehingga
menghasilkan ion amonium, NH4+. Dalam ion NH4+ terkandungempat ikatan,
yaitu tiga ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

 Gagasan ikatan kovalen dapat ditilik beberapa tahun sebelum 1920 oleh Gilbert N.
Lewis yang pada tahun 1916 menjelaskan pembagian pasangan elektron di antara atom-
atom. Dia memperkenalkan struktur Lewis atau notasi titik elektron atau struktur titik
Lewis yang menggunakan titik-titik di sekitar simbol atom untuk mewakili elektron
valensi terluar atom.
 Teori orbital molekul merupakan teori yang paling lengkap karena menganggap dalam
pembentukan senyawa kompleks melibatkan interaksi elektrostatik maupun interaksi
kovalen. sehingga dalam menggambarkan orbital molekul senyawa kompleks cukup
digambarkan orbital-orbital elektron valensinya.
 Resonansi adalah delokalisasi elektron pada molekul atau ion poliatomik tertentu
dimana ikatannya tidak dapat dituliskan dalam satu struktur Lewis. Kebanyakan ikatan
dapat dideskripsikan dengan menggunakan lebih dari satu struktur Lewis yang benar
(misalnya pada ozon, O3).
 Senyawa ini dapat lebih mengarah ke sifat kovalen ketika elektron terluar dari anion
ditarik kuat oleh kation, sehingga rapatan anion akan mengalami distorsi/penyimpangan
terhadap kation. Distorsi ini dapat dilihat dari rapatan elektron yang mulanya
digambarkan seperti bola akan menjadi lonjong (elektron terluar dari anion ditarik kuat
oleh kation). Akibat dari distorsi ini maka senyawa yang mulanya bersifat ionik akan
berubah menjadi kovalen dan akan terjadi polarisasi
 Jenis ikatan kovalen
1. Berdasarkan bentuk ikatannya, ikatan kovalen dibedakan menjadi empat, yaitu:
o Ikatan kovalen tunggal
o Ikatan kovalen rangkap dua
o Ikatan kovalen rangkap tiga
o Ikatan kovalen koordinasi
2. Berdasarkan polaritas terdiri dua yaitu:
o Ikatan kovalen polar
o Ikatan kovalen noopolar

 Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen di mana pasangan elektron yang
dipakai bersama hanya disumbangkan oleh satu atom, sedangkan atom yang satu lagi
tidak menyumbangkan elektron. Ikatan kovalen koordinasi hanya dapat terjadi jika salah
satu atom mempunyai pasangan elektron bebas (PEB). Ikatan kovalen koordinasi adalah
ikatan yang dibentuk dari pemakaian pasangan electron bersama, tetapi pasangan
electron tersebut berasal hanya dari salah satu atom yang berikatan, sedangkan atom atau
gugus yang lain tidak memberikan electron.Contoh senyawa kovalen koordinasi terdapat
dalam molekul NH3BF3

DAFTAR PUSTAKA

Effendy. (2008) Teori VSEPR, Kepolaran, dan Gaya Antarmolekul, p. 159

G. L. Miessler and D. A. Tarr “Inorganic Chemistry” 3rd Ed, Pearson/PrentButt holes suckice
Hall publisher. ISBN 0-13-035471-6.
House, J. E dan Kathleen A. House. (2010) Descriptive Inorganic Chemistry Second Edition, p.
64

Langmuir, I. (1919). J. Am. Chem. Soc.; 1919; 41; 868-934.

March, J. “Advanced Organic Chemistry” 4th Ed. J. Wiley and Sons, 1991: New York. ISBN 0-
471-60180-2.

Merriam-Webster - Collegiate Dictionary (2000).

Rayner, Geoff dan Tina Overton (2010). Descriptive Inorganic Chemistry Fifth Edition, p.96

W. Heitler and F. London, Zeitschrift für Physik, vol. 44, p. 455 (1927). English translation in
H. Hettema, Quantum Chemistry, Classic Scientific Papers, World Scientific, Singapore (2000).

http://www.ilmukimia.org/2013/05/resonansi.html Diakses pada hari Jumat, 23 November 2018,


pukul 23.00 WIT

Anda mungkin juga menyukai