Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN SENYAWA ANORGANIK


(VBT, Hibridisasi, Spontanitas Reaksi, Entalpi, Entropi, Energi Bebas Gibbs, dan
Penamaan IUPAC)

Dosen Pengampu :
Khairil Arif, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 2

1. Hid Azizah (21231127)


2. Maisyahratul Jannnah (21231075)
3. Neha Grasia (21231081)
4. Raisa Azizah (21231139)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin.Pertama tama kami panjatkan puji dan syukur atas


kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-NYA, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuloah
Struktur dan Kereaktifan Senyawa Anorganik dengan judul materi “VBT, Hibridisasi,
Spontanitas Reaksi, Entalpi, Entropi, Energi Bebas Gibbs, dan Penamaan IUPAC”

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada pihak pihak yang terkait
dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini tidak terlepas
dari banyak pihak yang memberikan bantuan yang tulus memberikan doa, kritik, dan saran
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa dalam  makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang membangun dari berbagai
pihak. Kami berharap makalah ini dapat digunakan dan memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Padang Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikatan kimia adalah salah satu topik materi yang penting. Ikatan kimia yaitu ilmu
yang mempelajari cara atom bergabung membentuk molekul atau gabungan ion-ion.
Dengan adanya ikatan kimia baik sifat kimia maupun sifat fisika dari senyawa,seperti
dapat menghantarkan listrik, kepolaran, kereaktifan, bentuk molekul, warna, sifat
magnet, titik didih yang tinggi dapat dijelaskan melalui berbagai teori ikatan kimia.
Ikatan kimia dibagi menjadi dua kategori yaitu ikatan ion dan ikatan kovalen.
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi karena pemakaian pasangan elektron
secara bersama oleh dua atom yang berikatan. Ikatan kovalen terjadi akibat ketidak
mampuan salah satu atom yang akan berikatan untuk melepaskan elektron, biasanya ini
terjadi pada atom-atom non logam. Pembentukan ikatan kovalen dapat dijelaskan
menggunakan dua teori yaitu teori ikatan valensi dan teori orbital molekul.
Berdasarkan teori ikatan valensi, ikatan kovalen dapat terbentuk jika terjadi
tumpang tindih orbital valensi dari atom yang berikatan. Orbital valensi merupakan
orbital terluar dari suatu atom dan merupakan tempat terletaknya elektron valensi. Orbital
valensi inilah yang digunakan pada ikatan kimia.
Dalam kimia, teori ikatan valensi menjelaskan sifat ikatan kimia dalam suatu
molekul dari sudut valensi atom. Teori ini menyimpulkan suatu aturan bahwa atom pusat
dalam suatu molekul cenderung untuk membentuk ikatan elektron ganda sesuai dengan
batasan geometri seperti kurang lebih ditentukan oleh aturan oktet.
Spontanitas reaksi didefenisikan sebagai reaksi yang terjadi dalam serangkaian
kondisi yang disediakan tanpa bantuan dari luar. Agar reaksi berlangsung dengan spontan
harus ada perubahan entropi positif untul entalpi, perubahannya harus negative. Dalam
spontanitas reaksi biasanya dipengaruhi oleh tiga faktor diantarnya yaitu suhu
konsentrasi dan tekanan.
Dalam ilmu kimia juga ada yang dikenal dengan termodinamika, yang merupakan
materi yang membahas mengenai perubahan energy panas menjadi energi lain. Dalam
termodinamika juga dikenal istila entalpi, entropi dan energi bebas gibbs. Entalpi adalah
istilah yang ditemukan di dalam termodinamika yang menyatakan jumlah energi internal
yang terdapat di dalam sebuah sistem termodinamika ditambah entropi adalah sebuah

1
besaran termodinamika yang berfungsi untuk mengukur energi dalam satuan temperatur
yang tidak dapat digunakan untuk melakukan usahadengan jumlah energi yang
digunakan untuk melakukan aktifitas pada suatu materi. Energi Bebas Gibbs adalah salah
satu dari parameter termodinamika yang menyatakan apakah kelangsungan suatu reaksi
terjadi secara spontan atau tidak spontan.
Seiring dengan perkembangan teknologi para ilmuan selalu mengkaji persoalan
yang terjadi baik dalam lingkungan maupun secara alami keseluruhan. Dalam hal
tersebut banyak ditemukan senyawa baru yang belum di berinama. Maka dala penulisan
nama senyawa baru ilmuan harus menggunakan aturan yaitu International Union Of
Pure and Applied Chemistry ( IUPAC)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Valence Bond Theory (VBT)
2. Apa yang dimaksud dengan hibridisasi?
3. Apa yang dimaksud dengan spontanitas reaksi?
4. Apa yang dimaksud dengan perubahan entalpi, entropi, dan energ bebas gibbs?
5. Bagaimana cara menentukan tata nama senyawa kovalen menurut IUPAC?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Valence Bond Theory (VBT).
2. Dapat menjelaskan konsep hibridisasi.
3. Dapat menjelaskan konsep spontanitas reaksi.
4. Dapat menjelaskan perubahan entalpi, entropi dan energy bebas gibbs.
5. Dapat menentukan tata nama senyawa kovalen menurut IUPAC

2
BAB II
PEMBAHASAN

3.1 Valence Bond Theory (VBT)


Setelah struktur Lewis dan teori VSEPR menjelaskan terkait dengan ikatan
kovalen, muncullah beberapa pertanyaan, hal ini disebabkan karena:
a. Karena struktur lewis tidak menjelaskan mengapa ikatan kovalen terbentuk atau
bagaimana elektron dapat digunakan bersama di antara atom-atom yang berikatan
kovalen
b. Karena VSEPR tidak menjelaskan mengapa elektron mengelompokkan diri
menjadi dominan elektron sehingga domain elektron ini dapat menentukan bentuk
molekul.
Karena kekurangan dari dua teori tersebut maka dibutuhkan sebuah teori baru yang
mampu menjelaskan lebih lengkap ikatan kovalen dan faktor yang menentukan geometri
molekul. Untuk melengkapi penjelasan tersebut dua teori baru yaitu Teori Ikatan
Valensi (Valence Bond Theory) atau disingkat dengan Teori VB, dan Teori Orbital
Molekul (Molecular Orbital Theory) atau disingkat dengan Teori MO

a. Pengertian Teori Ikatan Valensi


Teori ikatan valensi merupakan teori pembentukan senyawa kompleks dari atom
pusat yang memiliki orbital kosongdan ligan (ligan yang memiliki pasangan elektron
bebas melaluiikatan kovalen koordinasi. Teori ikatan valensi hanyamemperhatikan
elektron terluar (elektron valensi) dari atom pusat sehingga geometri molekul dari
senyawa kompleks yang dibentuk dapat diketahui. Beberapa dalil dasar dari teori
ikatan valensi yaitu:
 Bila dua atom mem!entuk ikatan kovalen, orbital salahsatu atom overlap
dengan orbital atom lainnya
 Dua elektron yang berputar berpasangan dapat dibagidi antara kedua orbital
yang tumpang tindih, kepadatanelektron terkonsentrasi diantara inti atom yang
membentuk ikatan
 Kekuatan ikatan kovalen, yang diukur dalam bentuk sejumlah energi bila
dipecah, sebanding dengan jumlah orbital yang overlap (bertambah besar
derajat overlapnya, bertambah kuat ikatannya dan bertambah sedikit energy
potensial atom bila ikatan terbentuk

3
Teori ikatan valensi VBT atau Valence Bond Theory mengasumsikan bahwa
sebuah ikatan kimia terbentuk ketika dua valensi elektron bekerja dan menjaga dua
inti atom bersama oleh karena efek penurunan energi sistem, teori ini berlaku dengan
baik pada molekul diatomik. Pada teori ikatan valensi ini, elektron (elektron dalam
molekul menempati orbital (orbital atom dari masing-masing atom. Ini
memungkinkan kita untuk mempertahankan gambaran masing-masing atom yang
mengambil peranan dalam pembentukan ikatan.
Pada pembentukkan senyawa biasa, ikatan kovalen dapat terjadi saat atom pusat
memiliki elektron yang belum berpasangan sehingga atom lain dapat memberikan
elektronnya (arah spin yang berlawanan) dan terjadi peristiwa tumpang tindih.
Sedangkan pada pembentukkan senyawa kompleks, ikatan kovalen terjadi jika atom
pusat menyediakan orbital kosong agar pasangan elektron dari ligan-ligan dapat
masuk dansenyawa kompleks dapat terbentuk.

b. Ikatan Kovalen Menutut VBT


Menurut teori ini, ikatan kovalen antara dua atom terbentuk ketika dua elektron
dengan spin berpasangan dipakai bersama oleh orbital atom overlap (tumpang tindih)
dan setiap atom menyumbang satu elektron (atau satu orbital) membentuk satu ikatan.
Sebenarnya konsep dari ikatan valensi didasarkan pada konsep lewis yang
menyatakan bahwa ikatan dihasilkan melalui pemakaian bersama pasangan elektron
antara atom yang berdekatan. Pendekatan Lewis dipakai dan dibahas dalam konteks
mekanika kuantum untuk menghasilkan konsep ikatan kovalen (Valence Bond),
konsep ikatan valensi disempurnakan oleh Linus Pauling melalui konsep Hibridisasi
Orbital.
Model mekanika kuantum menyatakan bahwa orbital adalah kebolehjadian
menemukan elektron disekitar atom, maka overlap orbital berarti bahwa kedua orbital
yang overlap memakai ruang yang sama diantara kedua atom (ada kebolehjadian
menemukan elektron di ruang diantara kedua atom)

c. Konsep Utama VBT Menjelasakn Ikatan Kovalen


 Suatu ikatan kovalen terjadi karena elektron tak berpasangan dari atom-atom
yang diberikan akan berpasangan (pairing of unpaired electrons) melalui
overlap orbital.

4
 Spin kedua elektron yang berpasangan dari atom-atom yang berikatan harus
antiparalel (spin berlawanan)
 Agar atom pusat dapat menyediakan jumlah elektron tak berpasangan yang
cukup untuk pembentukan ikatan, maka elektron-elektron dapat tereksitasi ke
orbital kosong dengan energi lebih tinggi selama pembentukan ikatan.
 Bentuk molekul yang dihasilkan ditentukan oleh arah ruang orbital atom pusat.

d. Pembentukan Molekul Diatomik Menurut VBT


Pembentukan molekul kovalen diatomik terjadi melalui overlap orbital dua atom
yang berikatan. Molekul diatomik dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a) Pembentukan Molekul Homointi (Homonuclear)
Salah satu contoh dari pembentukan molekul H2. Ikatan kovalen pada
molekul H2 berdasarkan struktur lewis (Lewis dot-structure) digambarkan
sebagai pemakaian bersama sepasang elektron (sepasang titik) Menurut teori VB
ketika dua atom saling mendekat satu sama lain, orbital 1s mulai ber-overlap
dan melebur ketika kedua elektron menyebar ke kedua orbital sehingga
menghasilkan ikatan H – H

b) Pembentukan Molekul Heterointi


Teori VB menggambarkan molekul heterointi menggunakan overlap
orbital valensi atom atom-atom yang berikatan. Contohnya adalah molekul HF.
Simbol lewis molekul HF menunjukkan bahwa ikatan dibentuk oleh pasangan
elektron yang masing-masing berasal dari hidrogen dan dari fluor. Untuk
menjelaskan pembentukan molekul HF ada dua orbital valensi dengan satu
elektron dari setiap atom. Atom H menyediakan orbital tersisa satu elektron 1s 1
dan atom F menyediakan orbital terisi satu elektron 2p1 yang berpasangan ketika
terjadi overlap orbital

5
Overlap orbital menjadi sarana untuk berbagi elektron, sehingga
memungkinkan setiap atom untuk melengkapi kulit valensinya. Dalam diagram
orbital diperlihatkan bagaimana pada molekul HF subkulit 2p atom fluor akan
terisi penuh setelah memperoleh elektron dari atom hidrogen setelah overlap
orbital 1s hidrogen dan 2p flour.
Catatan: Tidak perlu dispesifikan orbital 2p mana yang terlibat pada
pembentukan ikatan karena ketiga orbital terdegenerasi (berenergi sama)

e. VBT Dalam Menjelaskan Sudut Ikatan


Pembentukan molekul hidrogen sulfida, H2S dapat digunakan sebagai contoh
bagaimana teori VB menjelaskan sudut ikatan dalam molekul. Hasil eksperimen
bentuk molekul dan sudut ikatan menunjukkan bahwa molekul H 2S adalah molekul
nonlinier dengan sudut ikatan 920C. Struktur lewis dan bentuk molekul menurut teori
VSEPR menggambarkan molekul H2S sebagai berikut

Simbol lewis menunjukkan bahwa setiap ikatan H-S terbentuk melalui


pemakaian bersama pasangan elektron, dimana satu elektron berasal dari atom H dan
stu berasal dari atom S. Dengan demikian untuk membentuk dua ikatan H-S
diperlukan dua orbital atom sulfur yang masing-masing berisi satu elektron untuk
membentuk dua ikatan terpisah dengan H, seperti diperlihatkan diagram orbital kulit
valensi atom sulfur dan atom hidrogen berikut

6
Atom sulfur memiliki dua orbital 3p yang masing-masing berisi satu elektron.
Setiap orbital ini dapat overlap dengan orbital 1s dari atom H.

Overlap ini menghasilkan orbital 3p yang terisi penuh karena ada sumbnagan
dari satu elektron dari masing-masing dari atom hidrogen. Dengan demikian Teori VB
dapat menjelaskan geometri molekul hidrogen sulfida dengan cukup baik. Teori VB
juga sejalan dengan struktur lewis bahwa pembentukan dua ikatan H-S membuat kulit
valensi atom S terisi penuh dengan delapan elektron (kaidah oktet). Oleh karena itu
hubungan struktur lewis dengan teori VB adalah: Secara kualitatif struktur lewis
adalah notasi singkat gambar molekul berdasarkan teori VB.

3.2 Hibridisasi
Hibridisasi adalah pencampuran orbital-orbital atom untuk membentuk orbital baru
dengan tingkat energi yang sama di antara orbital-orbital yang dicampurkan. orbital hasil
pencampuran tersebut dinamakan orbital hibrida. Atau sederhananya hibridisasi
merupakan proses bergabungnya orbital atom pusat dengan orbital atom lainnya sehingga
terbentuk orbital hibrida. Orbital hibrida yang terbentuk memiliki panjang ikatan, sudut,
dan tingkat energi yang berbeda dengan orbital pembentuknya. Keberadaan orbital
hibrida ini mampu menjelaskan mengenai bentuk molekul dan ikatan atom-atom
didalamnya.
Teori hibridisasi pertama kali dipromosikan oleh seorang kimiawan yang bernama
Linus Pauling yang berasal dari Amerika Serikat pada tahun 1931 untuk menjelaskan
struktur molekul seperti metana (CH4). Mario Raimondi (1994), mengatakan hibridasi
merupakan sebuah konsep pengenalan terkait bersatunya orbital-orbital atom dalam
usaha membentuk orbital hibrida yang baru dengan terjadi kesesuaian terkait dengan
kualitatif sifat ikatan atom. Tujuan dari hibridisasi adalah untuk mencapai keadaan stabil

7
dengan cara promosi elektron, selain itu hibridisasi orbital juga berguna untuk
menjelaskan struktur molekuler ketika teori ikatan valensi gagal untuk dijelaskan.
Pada teori hibridisasi ada 5 bentuk molekul yang bisa diketahui melalui keberadaan
orbital hibrida yaitu orbital yang bentuknya linear, trigonal planar, tetrahedral, segitiga
bipiramida, dan oktahedral.

Jenis Orbital Orbital Hibrida Bentuk Molekul Contoh

s dan p Sp Linear BeCL2

s dan p sp2 Segitiga planar BF3

s dan p sp3 Tetrahedral CH4

s, p, dan d sp3d Bipiramida trigonal PCl5

s, p, dan d sp3d2 Oktahedral SF6

8
Dari tabel tersebut diketahui bahwa adanya bentuk molekul tetrahedral, oktahedral,
segitiga planar, linear, dan sebagainya. Bentuk molekul tersebut dapat di diketahui

9
dengan menghitung jumlah elektron yang terlibat dalam pembentukan ikatan. Adapun
langkah-langkah untuk meramalkan bentuk molekul, yaitu:
 Menentukan jumlah elektron atom valensi pusat.
 Menentukan jumlah elektron dari atom lain yang digunakan dalam ikatan.
 Menentukan jumlah PEI dan PEB.
 Menentukan bentuk molekul

Contoh:
1. Senyawa BeCl2
 Atom pusat : Be→ elektron valensi = 2
 Atom lain : 2Cl→ 2 x in 1e- = in 2e-, artinya PEI = 2
 Sisa elektron = 0, artinya PEB = 0
 Bentuk molekul dengan PEI =2 dan PEB = 0 adalah linear

2. Senyawa BeCl3
 Atom pusat : Be→ elektron valensi = 3
 Atom lain : 3Cl→ 3 x in 1e- = in 3e-, artinya PEI = 3
 Sisa elektron = 0, artinya PEB = 0
 Bentuk molekul dengan PEI =3 dan PEB = 0 adalah trigonal planar/segitiga
datar

3. NH4
 Atom pusat : N→ elektron valensi = 5
 Atom lain : 3H→ 3 x in 1e- = in 3e-, artinya PEI = 3
 Sisa elektron = 2(1 pasang), artinya PEB = 1
 Bentuk molekul dengan PEI =3 dan PEB = 1 adalah trigonal
piramidal/segitiga piramida

Selain menentukan bentuk molekul, kita juga harus paham mengenai cara
menentukan tipe molekul. Tipe molekul merupakan notasi untuk menyatakan banyaknya
pasangan elektron di sekitar atom pusat. Berikut rumus yang digunakan dalam
menentukan tipe molekul, yaitu:

AX N E M

10
Keterangan:
A : Atom pusat
X : Pasangan elektron ikatan (PEI)
n : Jumlah PEI
E : Pasangan elektron bebas (PEB)
M : Jumlah PEB

Contoh:
1. BCl3
 Jumlah PEI = 3
 Jumlah PEB = 0
 Tipe molekul = AX3
 Sifat = non polar karena tidak memiliki PEB

2. CH4
 Jumlah PEI = 4
 Jumlah PEB = 0
 Tipe molekul = AX4
 Sifat = non polar karena tidak memiliki PEB

3. NH3
 Jumlah PEI = 3
 Jumlah PEB = 1
 Tipe molekul = AX3E
 Sifat = polar karena memiliki PEB

Hibridisasi dan bentuk molekul bergantung pada jumlah pasangan dari elektron
(PE) di sekitar atom pusat. Pasangan elektron terdiri atas pasangan elektron ikatan dan
pasangan elektron bebas. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam menentukan
hibridisasi, diantaranya:

Menentukan hibridisasi dengan cara biasa (Umum)


Langkah-langkah menentukan hibrinasi dengan cara umum yaitu:
 Menggambarkan diagram elektron valensi atom pusat pada keadaan dasar.
11
 Menggambarkan kembali diagram orbital namun dalam keadaan tereksitasi
sehingga bisa berpasangan dengan elektron dari atom lainnya.
 Menentukan orbital hibrida (orbital baru) dengan melihat orbital-orbital yang
terlibat.

Contoh:
1. BeCl2
 Atom pusat : Be→ elektron valensi = 2 elektron
 Atom lain : 2Cl→ 2 x in e- = 2 elektron
 Total elektron = 4 elektron = 2 pasang elektron
 Karena dihasilkan 2 pasang elektron, maka hibridisasinya sp

2. SF6
 Atom pusat : S→ elektron valensi = 6 elektron
 Atom lain : 6F→ 6 x in e- = 6 elektron
 Total elektron = 12 elektron = 6 pasang elektron
 Karena dihasilkan 6 pasang elektron, maka hibridisasinya sp3d2.

2.3 Spontanitas Reaksi


Secara singkat reaksi merupakan proses perubahan dari reaktan yang menghasilkan
produk. Agar dapat terjadi, atom yang awalnya tergabung satu sama lain menjadi terpisah
dengan cara dan dalam batas waktu tertentu dan dapat digabung kembali menjadi sebuah
produk.
Semua proses cenderung terjadi secara alami dalam satu arah dan pada kondisi
tertentu. Proses “spontan” merupakan suatu potensi untuk memproses tanpa bantuan
energi eksternal. Misalnya sebuah bola akan menggelinding menuruni bidang miring.
Reaksi spontan adalah reaksi yang mendukung pembentukan produk pada kondisi
dimana reaksi terjadi.
Reaksi dikatakan spontan bila reaksi eksoterm (∆H negatif) dan menghasilkan
peningkatan sistem entropi (∆S positif). Faktor yang mendukung reaksi spontan adalah
entalpi dan entropi, perubahan entalpi dan entropi harus positif agar reaksi dapat
berlangsung secara alami.

12
Spontanitas reaksi didefinisikan sebagai reaksi yang terjadi dalam serangkaian
kondisi yang disediakan tanpa bantuan dari luar. Agar reaksi berlangsung spontan harus
ada perubahan entropi positif dan untuk entalpi, perubahannya harus negative,
(∆H<0,∆S>P).
Reaksi spontan adalah reaksi yang berjalan dengan kecenderungan entropi
keseluruhan. Reaksi-reaksi ini dapat diprediksi mengalami peningkatan entropi dengan
berfokus pada perubahan fasa, perubahan jumlah mol, perubahan suhu, dan peningkatan
volume. Untuk mengetahui bahwa reaksinya spontan, kita ikuti persamaan energi bebas
Gibb

Keterangan:
∆G = Energi bebas gibb
∆H = Perubahan entalpi
∆ = Perubahan entropi
T = Suhu
Salah satu contoh reaksi spontan adalah api unggun yang mengaum. Dalam hal ini,
energi sistem berkurang karena pelepasan energi ke lingkungan dalam bentuk panas dan
oleh karena itu, api mungkin bersifat eksotermik. Dalam sebagian besar reaksi
pembakaran, entropi sistem meningkat karena produk yang terbentuk dari api sebagian
besar terdiri dari gas seperti karbon dioksida.

a) Penentuan Spontanitas Dengan Menggunakan Energi Bebas


Pada tekanan dan suhu konstan, kespontanan reaksi dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan energi bebas Gibbs:

Tanda dari ∆ G tergantung pada tanda-tandanya ∆ H dan ∆ S. Itu bisa positif,


negative atau nol. Berikut kasus yang menunjukkan sifat proses dari tanda-tanda ∆
G
 Jika ∆ G negatif, maka prosesnya dikatakan spontan dan prosesnya
kontinyu ke arah depan seperti yang sudah dituliskan.

13
 Jika ∆ G positif, prosesnya dikatakan tidak spontan. Jika kita
membalikkan arah reaksi, reaksi itu mungkin mulai berlaku secara
spontan.
 Jika ∆ G nol, proses dikatakan dalam kesetimbangan. Tidak akan ada
perubahan bersih dalam reaksi. Reaksi akan tetap seperti biasa tanpa
ada perubahan.

b) Hukum Kedua Termodinamika


Hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa untuk setiap proses spontan,
keseluruhan harus lebih besar dari atau sama dengan nol'. Hukum ini membantu
dalam memprediksi hubungan antara entropi dan spontanitas. Entropi total sistem
terbuka dan tertutup dalam bentuk gabungan dan entropi sekitarnya adalah sebagai
berikut dan harus meningkat.

Jika perubahan entropi keseluruhan positif, ini menghasilkan reaksi spontan.


Itu tidak berarti bahwa entropi sistem dan sekitarnya harus selalu positif. Karena,
entropi positif dari salah satu sistem atau sekitarnya membayar kembali perubahan
entropi negatif dari yang lain, maka reaksinya spontan.

c) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spontanitas Suatu Reaksi


Ada tiga faktor yang mempengaruhi kespontanan reaksi yaitu suhu,
konsentrasi dan tekanan.
 Suhu: Dengan mengubah kondisi reaksi, seringkali mengubah arah
terjadinya secara spontan.

14
Dalam kasus 1 dan kasus, ∆ H dan ∆ S memiliki tanda yang berlawanan
sehingga tidak mungkin untuk membalikkan arah spontanitas hanya dengan
mengubah suhu.
Dalam kasus 3 dan 4, keduanya ∆ H dan ∆ S memiliki tanda yang sama
pada suhu rendah, reaksi eksoterm terjadi dan ketika suhu T ∆ S meningkat,
istiah meningkat dalam besarnya melampaui ∆ H.

 Tekanan dan Konsentrasi: Dalam kondisi apa pun, hubungan umum


untuk perubahan energi bebas adalah valid.

−3 kJ
R adalah konstanta gas 8 x 10
k
Istilah yang digunakan untuk Q adalah arbitrer dan tekanan parsial gas
diukur dalam atm. Larutan diambil dalam konsentrasi molar dan cairan atau
padatan murni tidak muncul dan bahkan tidak ada pelarut yang larut dalam
larutan encer.

2.4 Entalpi
a. Persamaan Termodinamika
Persamaan termokimia adalah persamaan reaksi yang dilengkapi dengan harga
perubahan entalpi (ΔH). Persamaan termokimia selain menyatakan jumlah mol
reaktan dan jumlah mol produk juga menyatakan jumlah kalor yang dibebaskan
atau yang diserap pada reaksi tersebut. Untuk menyatakan besarnya perubahan

15
entalpi yang terjadi pada reaksi kimia, digunakan satuan kJ. Perubahan entalpi
dalam molar digunakan satuan kJ/mol (kJ mol-1).

b. Entalpi (H)
Entalpi (H) adalah jumlah dari semua bentuk energi dalam suatu materi.
Entalpi akan tetap konstan selama tidak ada energi yang masuk atau keluar dari zat.
besarnya entalpi tidak dapat ditentukan, yang dapat ditentukan adalah perubahan
entalpi (ΔH). Perubahan entalpi (ΔH) adalah perubahan kalor yang terjadi pada
suatu reaksi kimia. (ΔH) merupakan selisih antara enatalpi produk dengan entalpi
reaktan yang dirumuskan dengan :

Keterangan:
(ΔH) = Perubahan entalpi
HP = Entalpi produk
HR = Entalpi reaktan
Jika H produk lebih kecil daripada H reaktan maka akan terjadi pembebasan
kalor. Harga ΔH negatif atau lebih kecil daripada nol.
Contoh:
2 H2 (g) + O2 (g) 2 H2O (l) + kalor atau
2 H2 (g) + O2 (g) 2 H2O (l) ΔH = -
Jika H produk lebih besar daripada H reaktan maka akan terjadi penyerapan
kalor. Harga ΔH positif atau lebih besar daripada nol
Contoh:
2 H2O (l) + 2 H2 (g) + O2 (g) - kalor atau
2 H2O (l) + 2 H2 (g) + O2 (g) ΔH = +

c. Perubahan Entalpi
Perubahan entalpi yang menyertai suatu reaksi selalu dipengaruhi oleh suhu
dan tekanan. Apabila suhu zat semakin tinggi, perubahan entalpinya semakin besar.
Data termokimia pada umumnya ditetapkan pada tekanan 1 atm dan suhu 25°C.
Kondisi ini dikenal sebagai kondisi standar. Oleh karena itu, penentuan perubahan
entalpi (ΔH) juga ditukar pada kondisi standar dan dikenal dengan perubahan

16
entalpi standar. Berdasarkan jenis reaksinya, perubahan entalpi standar dapat
dibedakan sebagai berikut.

d. Perubahan Entalpi Standar


Perubahan entalpi standar adalah perubahan entalpi yang berada pada kondisi
standar, yaitu pada tekanan satu bar atau yang setara dengan satu atm dan juga suhu
250C. Pengukuran entalpi pada kondisi standar bertujuan untuk menghindari
perubahan entalpi karna perbedaan suhu, dengan kondisi standar pengukuran
entalpi menjadi lebih akurat. Perubahan entalpi standar dibagi berdasarkan
perubahan kimianya menjadi reaksi pembentukan, penguraian, pembakaran, dan
netralisasi. Macam-macam perubahan entalpi:
1) Perubahan Entalpi Pembentukan Standar (ΔH°f)

Perubahan entalpi pembentukan standar (ΔH°f) yaitu perubahan entalpi


yang diperlukan atau dilepaskan pada pembentukan satu mol senyawa dari
unsur-unsurnya pada suhu dan keadaan standar (250C atau 298 K dan 1 atm).
Jika tidak diukur pada keadaan standar, perubahan entalpi pembentukan
dinotasikan ΔH°f. Perubahan entalpi pembentukan disebut juga kalor
pembentukan.
Hal yang perlu diperhatikan pada pengukuran entalpi pembentukan
standar:

17
1) Diukur dalam energi per satuan unit substansidengan satuan yang
sering dipakai kilojoule per mol (kJ mol−1), tetapi juga dapat diukur
dalam satuan kalori per mol, joule per mol, atau kilokalori per mol.
2) Unsur mempunyai bentuk alotropi. Jika terdapat beberapa bentuk
alotropi dipilih yang paling stabil yaitu dalam keadaan 298 K, 1atm.
Misal karbon memiliki tiga bentuk alotropi yaitu intan, grafit dan
fulleren. Akan tetapi grafit merupakan bentuk yang paling stabil dari
karbon sehingga grafit adalah bentuk standar dari karbon.
3) Semua elemen kimia dalam keadaan standar memiliki nilai entalpi
pembentukan standar nol, tidak ada perubahan energi pada
pembentukannya.
4) Senyawa pada entalpi pembentukan bertanda negatif. Tanda negatif
menunjukan kestabilan unsur. Besar ΔH tetap sama ketika reaksinya
dibalik, yang berubah adalah tandanya.
5) Reaksi yang disetarakan dengan bilangan pengali maka yang
dikaliakan adalah keseluruhan termasuk besaran ΔH juga harus
dikalikan dengan bilangan pengali yang sama.
6) Perubahan entalpi reaksi dapat dihitung dari entalpi pembentukan
reaktan dan produknya.

Ketentuan membuat persamaan termokimia reaksi pembentukan standar:


 Zat yang terbentuk selalu ada di bagian produk (kanan)
 Koefisien zat yang dibentuk selalu bernilai satu, untuk mengubahnya
dengan mengubah koefisien zat di bagian reaktan (sebelah kiri)
 Mengidentifikasi atom penyusun senyawa, kemudian dibuat unsur
pembentuknya sesuai dengan yang ada di alam.
Contoh Reaksi pembentukan standar:

Contoh Soal:

18
Tentukan perubahan entalpi pada reaksi antara karbon monoksida (CO)
dengan hydrogen (H2) untuk menghasilkan methanol (CH3OH)!.

Jawab:
Persamaan reaksi:

2) Perubahan Entalpi Penguraian Standar (ΔH°d)


Perubahan entalpi peruraian standar (Standard Enthalpy of Decomposition)
adalah perubahan entalpi yang terjadi pada peruraian 1 mol suatu senyawa
menjadi unsur-unsurnya yang paling stabil pada keadaan standar. Pada
dasarnya, perubahan entalpi perubahan entalpi standar merupakan kebalikan
dari perubahan entalpi pembentukan standar, makan nilainya akan
berlawanan tandanya.

Contoh:
Jika ΔHfθ H2O(g) = -240kJ mol-1, maka ∆Hd H2O = +240 kJ mol-1 dan
persamaan termokimianya adalah:
 H2O(l)  → H2(g)  + ½ O2(g)   ∆H = +240 kJ

3) Perubahan Entalpi Pembakaran Standar (ΔH°C)


Perubahan entalpi pembakaran stadar adalah jumlah kalor yang dilepaskan
pada reaksi pembakaran sempurna 1 mol zat (unsur atau senyawa) dalam

19
keadaan stabil pada keadaan standar (25°C atau 298 K dan 1 atm). Reaksi
pembakaran tergantung pada jumlah oksigen yang bereaksi.
Perubahan entalpi pembakaran standar (Standard Enthalpy ogf Combustion)
adalah perubahan entalpi yang terjadi pada pembakaran 1 mol suatu zat
secara sempurna.Pembakaran merupakan reaksi suatu zat dengan oksigen,
contohnya:
 C(s) + O2(g) → CO2(g)

 H2(g) +  ½ O2(g) → H2O(g)

 S(s) +  O2(g)  → SO2(g)

 N2(g)  + O2(g)  → 2NO(g)

Contoh soal
1. Nilai perubahan entalpi pembakaran standar (ΔHcθ) metanol (CH3OH)
adalah -638,5 kJ/mol. Tuliskan persamaan termokimianya!
Jawab:
 CH3OH(l) + 3/2 O2(g) → CO2(g)  + 2H2O(g)   ∆H = -638,5 kJ

2. Jika diketahui ΔHcθ C = -393,5 kJ mol-1, berapa kalor yang terjadi pada


pembakaran 1 kg arang, jika dianggap bahwa arang mengandung 48% karbon
dan Ar C =12?
Jawab:
Diketahui:
ΔHcθ C   = -393,5 kJ mol-1
Massa C = (48/100) x 1.000 gram
                = 480 gram
Ditanya: q ?
Penyelesaian:
Pada pembakaran 1 mol karbon dibebaskan kalor 393,5 kJ maka pada
pembakaran (480 g / 12 g/mol) karbon dihasilkan kalor sebanyak:
 ∆H = (480 g / 12 g/mol ) x 393,5 kJ/mol = 15.740 kJ

20
4) Perubahan Entalpi Netralisasi Standar (ΔH°n)
Terakhir adalah jenis perubahan entalpi penetralan atau netralisasi (ΔHn),
yaitu besarnya perubahan entalpi reaksi penetralan 1 mol asam oleh basa
ataupun sebaliknya.

Contoh :

 ΔHn= -63kJ
HCl (aq) + NaOH (aq)→ NaCl (aq) + H2O (l)

5) Perubahan Entalpi Penguapan Standar (ΔH° ) vap

Perubahan entalpi penguapan standar yaitu perubahan entalpi yang


diperlukan atau dilepaskan pada saat 1 mol zat dalam fase cair berubah
menjadi fase gas pada keadaan standar.

6) Perubahan Entalpi Peleburan Standar (ΔH°fus)


Perubahan entalpi peleburan standar yaitu perubahan entalpi yang
diperlukan atau dilepaskan pada saat 1 mol zat fase padat berubah menjadi
fase cair pada keadaan standar.

7) Perubahan Entalpi Sublimasi Standar (AH° ) sub

Perubahan entalpi sublimasi standar yaitu perubahan entalpi yang


diperlukan atau dilepaskan pada saat 1 mol zat fase padat berubah menjadi
fase gas pada keadaan standar.

8) Perubahan Entalpi Pelarutan Standar  (ΔH° ) sol

Perubahan entalpi pelarutan standar yaitu perubahan entalpi yang


diperlukan atau dilepaskan ketika 1 mol zat pelarut dalam suatu pelarut pada
keadaan standar.

e. Perubahan Entalpi dan Spontanitas Reaksi

a. Penentuan Perubahan Entalpi (ΔH)

21
1. Penentuan harga perubahan entalpi dengan kalorimeter

Kalorimeter adalah suatu alat untuk mengukur jumlah kalor yang


diserap atau dibebaskan sistem. Data ΔH reaksi yang terdapat pada
tabel–tabel pada umumnya ditentukan secara kalorimetris.

Data yang diperlukan untuk menghitung kalor yang diserap atau yang
dikeluarkan oleh sistem reaksi adalah :

a) Perubahan temperatur sebelum dan sesudah reaksi (ΔT= ta-tm), dimana


ta = temperatur akhir dan

Tm = temperatur mula - mula

b) Massa total larutan (m)

c) Kalor jenis larutan ©

Jumlah kalor yang diserap atau dilepaskan dirumuskan sebagai berikut :

Q = m. c. Δt

Keterangan :

Q = Kalor yang diserap atau dilepaskan (J)

M = Massa larutan (gram)

Δt = Perubahan temperatur (K)

C = Kalor jenis larutan (J/gram K)

2. Penentuan harga perubahan entalpi dengan menggunakan hukum Hess

Pada tahun 1840, Henri Germain Hess menyatakan bahwa perubahan


entalpi reaksi hanya tergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir,
tidak tergantung pada jalannya reaksi. Pernyataan tersebut dikenal
dengan hukum Hess. Contoh :

22
½ N2(g) + O2(g) NO2(g) ΔH1= x kJ = + 33,85 kJ/mol 1 Tahap

½ N2(g) + ½ O2(g) NO(g) ΔH2 = y kJ = 90,37kJ/mol 2 Tahap

NO(g) + ½ O2(g) NO2(g) ΔH3 = Z kJ = - 56,52


kJ/mol

—---------------------------------------------------------------------------------- +

½ N2(g) + O2(g) NO2(g) ΔH1= ΔH2 + ΔH3 X=y+z

Menurut Hukum Hess : ΔH1= ΔH2 + ΔH3 atau x = y + z

3. Penentuan harga perubahan entalpi reaksi dengan menggunakan entalpi


pembentukan

Kalor dari suatu reaksi juga dapat ditentukan dari data entalpi
pembentukan (ΔH0F) zat–zat pereaksi dan zat–zat hasil reaksi.

ΔHreaksi = ΣΔH0F produk - ΣΔH0F reaktan

b. Energi ikatan dan entalpi reaksi

1. Energi Ikatan

Energi ikatan adalah banyaknya energi yang berikatan dengan satu ikatan
dalam senyawa kimia. Besarnya energi ikatan diperoleh dari kalor

23
pengatoman. Misalnya, dalam metana energi ikatan C-H adalah seperempat
dari entalpi pada proses.

CH4(g) C(g) + 4 H(g)

Energi ikatan dapat dihitung dari entalpi pembentukan standar untuk


senyawa itu dan dari entalpi pengatoman unsur– unsurnya. Energi yang
dihitung dengan cara ini disebut dengan energi ikatan rata–rata.

CH4(g) C(g) + 4 H(g) ΔH0 =74,8 kJ

Jadi, energi ikatan C-H = x 74,8 kJ = 18,7 kJ

2. Perhitungan harga perubahan entalpi reaksi berdasarkan energi ikatan

Reaksi kimia terjadi karena adanya pemutusan ikatan dan pembentukan


ikatan yang baru. Ikatan–ikatan pada reaktan akan putus dan terjadi ikatan
yang baru pada produk. Oleh karena itu, perubahan entalpi dapat dicari dari
selisih antara ΔH pemutusan ikatan dan ΔH pembentukan ikatan.

ΔH = ΔH pemutusan ikatan – ΔH pembentukan ikatan

Ikatan Energi Ikatan Energi Ikatan Energi


(kJ/mol) (kJ/mol) (kJ/mol)

H–H 435 O–O 140 C=O 745

C–H 415 C–N 305 C=N 615

N–H 390 C–O 360 N=O 594

O–H 464 C – Cl 330 N=N 418

Cl – H 431 Cl – Cl 240 C=C 828

Br – H 370 Br – Br 195 C=N 891

I–H 300 Br – Br 150 N=N 964

24
C–C 350 O=O 498

N–N 160 C=C 611

1. Perubahan Energi Bebas Gibbs dan Spontanitas Reaksi

Josiah Willard Gibbs (11 Februari 1839 – 28 April 1903) adalah


fisikawan matematika Amerika Serikat yang menyumbang banyak pada
pendirian teoretis termodinamika kimia. Energi bebas Gibbs merupakan fungsi
keadaan sehingga besaran ini memiliki nilai pada keadaan standar, seperti
halnya dengan entalpi. Hasil pengukuran standar untuk Energi bebas Gibbs
dilakukan pada keadaan 25 °C dan dengan tekanan 1 atm.

Energi bebas Gibbs pembentukan standar memiliki arti perubahan


energi bebas yang menyertai reaksi pembentukan satu mol senyawa dari unsur-
unsur penyusunnya. Energi Bebas Gibbs (AG) berguna untuk menggambarkan
perubahan energi sistem pada temperatur dan tekanan konstan, dan untuk
mengetahui apakah suatu reaksi akan berjalan secara spontan atau tidak serta
menunjukkan perubahan entropi total dari sistem.

Hubungan antara Energi Bebas Gibbs dan Entropi

Hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa reaksi spontan akan


meningkatkan entropi semesta, artinya, ∆Suniv ˃ 0. Namun untuk
menetapkan tanda ∆Suniv suatu reaksi, juga perlu menghitung baik ∆Ssis
maupun ∆Ssurr. Untuk itu, perlu memakai fungsi termodinamika lain untuk
membantu menetapkan apakah reaksi akan terjadi spontan dengan hanya
melihat sistem itu sendiri.

Dari persamaan proses spontan, kita mengetahui bahwa untuk proses


spontan, kita mempunyai persamaan:

∆Suniv = ∆Ssis + ∆Ssur > 0

25
Dengan mensubstitusikan -∆Hsis /T pada ∆Ssurr kita tuliskan: ∆Suniv =
∆Ssis > 0

Dengan mengalikan kedua sisi persan ∆Hsis / T an-T akan dihasilkan :


∆Gsis = ∆Hsis - T∆Ssis < 0

Dengan mensubstitusikan ∆Gsis = ∆Hsis - T∆Ssis. akan dihasilkan: -T∆Suniv


= ∆Gsis

Persamaan ini menyatakan bahwa untuk proses yang dilaksanakan pada


tekanan konstan dan suhu T, jika perubahan entalpi dan entropi sistem itu
sedemikian rupa sehingga∆Hsis - T∆Ssis. lebih kecil daripada nol, maka
proses itu haruslah spontan.

Untuk menyatakan kespontanan reaksi secara lebih langsung, dapat


menggunakan satu fungsi termodinamika lain yang disebut Energi Bebas
Gibbs (G), atau lebih singkatnya energi bebas (dari nama fisikawan
Amerika Josiah Willard Gibbs):

G=H-TS

Semua kuantitas dalam Persamaan di atas, berhubungan dengan sistem,


dan l'adalah suhu sistem. Dapat dilihat bahwa G mempunyai satuan energi
(baik H maupun TS adalah dalam satuan energi). Sama seperti H dan S, G
adalah fungsi keadaan

a. Perubahan energi bebas (∆G) suatu sistem pada suhu tetap ialah
∆G=∆H-T∆S
b. Perubahan energi bebas (∆G) suatu sistem pada tekanan tetap
ialah ∆G=-T∆S

Dalam konteks ini, energi bebas adalah energi yang tersedia untuk
melakukan kerja. Jadi, jika suatu reaksi diiringi dengan pelepasan energi
yang berguna (dengan kata lain, jika AG negatif), kenyataan ini sendiri saja
sudah menjamin bahwa reaksinya spontan, dan tak perlu mengkhawatirkan
bagian lain dari semesta.

26
Syarat-syarat untuk kespontanan dan kesetimbangan pada suhu dan
tekanan tetap dari segi AG:

a. ∆G < 0 Reaksi spontan


b. ∆G > 0 Reaksi non spontan. Reaksi ini spontan pada arah yang
berlawanan.
c.∆G = 0 Sistem berada pada kesetimbangan. Tidak ada perubahan
bersih.

Perubahan Energi Bebas Standar

Energi bebas reaksi standar (∆G) ialah perubahan energi bebas untuk
reaksi bila reaksi itu terjadi pada kondisi keadaan standar, artinya, bila
reaktan berada dalam keadaan standarnya diubah menjadi produk dalam
keadaan standarnya.

Untuk menghitung ∆G orxn, mulai dengan persamaan aA+bB cC + dD

Perubahan energi bebas standar untuk reaksi ini ialah

∆G orxn = ( c∆Gof (C) + d∆Gof (D) ) - ( a∆Gof (A) + b∆Gof (B) )

(Atau, secara umum, ∆G orxn = ∑n∆Gof (produk) - ∑m∆Gof (reaktan)

Di mana dan “n” adalah koefisien stoikiometri. Suku AG, adalah energi
bebas pembentukan standar dari senyawa, artinya, perubahan energi-bebas
yang terjadi bila 1 mol senyawa disintesis dari unsur-unsurnya dalam
keadaan standarnya.

2. Perubahan Entropi dan Spontanitas Reaksi

Entropi
Entropi adalah ukuran ketidakteraturan atau keacakan. Keacakan ini bisa
berkaitan dengan seluruh alam semesta atau reaksi kimia sederhana atau
sesuatu yang sederhana seperti pertukaran panas dan perpindahan panas.
Istilah gangguan menunjukkan ketidakteraturan atau kurangnya
keseragaman dari sistem termodinamika.

27
Entropi dilambangkan dengan 'S' dan merupakan sifat ekstensif karena
nilai entropi atau Perubahan Entropi bergantung pada zat yang ada dalam
sistem termodinamika. Entropi adalah konsep yang menarik karena
menantang kepercayaan perpindahan panas yang lengkap. Ini membantu
mendefinisikan kembali hukum kedua termodinamika

Entropi berkaitan dengan spontanitas yaitu; semakin spontanitas dalam


proses termodinamika, semakin tinggi entropi atau derajat
ketidakteraturannya. Dengan kata yang lebih sederhana, entropi memberi
kita gambaran tentang bagian energi yang tidak diubah menjadi kerja yang
dilakukan dan malah menambah ketidakteraturan sistem. Karena energi
memberikan kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan, praktis tidak
mungkin semua energi digunakan untuk melakukan pekerjaan. Entropi
memberi kita ukuran untuk itu.

Sebagaimana jelas dari hukum termodinamika bahwa energi tidak dapat


diciptakan atau dimusnahkan tetapi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk
lainnya, entropi tidak mungkin dilambangkan pada satu titik, dan
karenanya, dapat diukur sebagai perubahan.

Perubahan Entropi
Perubahan Entropi dapat didefinisikan sebagai perubahan keadaan
gangguan sistem termodinamika yang dikaitkan dengan konversi panas atau
entalpi menjadi kerja. Suatu sistem dengan tingkat ketidakteraturan yang
tinggi memiliki lebih banyak entropi.

Entropi adalah faktor fungsi keadaan yaitu, nilainya tidak bergantung


pada jalur proses termodinamika dan hanya bertindak sebagai penentu
keadaan awal dan akhir sistem. Dalam kaidah reaksi kimia, perubahan
entropi terjadi sebagai akibat penataan ulang atom dan molekul yang
mengubah orde awal sistem. Ini dapat menyebabkan peningkatan atau
penurunan keacakan sistem dan karenanya, akan menyebabkan peningkatan
atau penurunan masing-masing entropi.

28
Perubahan Termodinamika Rumus Entropi
Perubahan Entropi dari sistem termodinamika direpresentasikan sebagai
ΔS. Kita dapat menghitung Perubahan Entropi suatu reaksi kimia atau suatu
sistem dengan menggunakan rumus perubahan entropi:

ΔS = (Q/T) rev

Di mana,

Q adalah perpindahan panas ke atau dari sistem termodinamika

T adalah suhu absolut.

Satuan SI dari Perubahan Entropi adalah J/Kmol


Contoh:
Entropi penguapan air dapat dihitung dengan membagi panas penguapan
dengan titik didih yaitu 100 0 C atau 373 K

Contoh soal:
1. Diketahui sebanyak 1 mol air (H2O) memiliki suhu 100 dengan
kalor 40,7 J/mol. Hitunglah nilai perubahan entropi untuk proses penguapan
air tersebut.
Jawab :

Suhu 100 diubah dalam bentuk kelvin menjadi 373 K

ΔS = Q / T

ΔS = 40,07 / 373K

ΔS = 109,1 J / K mol

2. Sebanyak 5 gram gas oksigen mengalami ekspansi dengan suhu


25 pada volume 1 L hingga 2 L. Dari data tersebut, hitunglah perubahan
entropi yang terjadi pada proses tersebut.
Jawab :

29
W = – n R T ln V2/V1

W = – 5/32 x 8,314 x 298 x ln 2/1

W = -268 J dalam hal ini -W dianggap sama dengan Q

Perubahan entropi :

ΔS = Q / T

ΔS = -W/T

ΔS = -(-268)/298

ΔS = 0.9 J/K
Fisikawan Clausius menemukan konsep entropi dengan bantuan mesin
uap dan dia menciptakan istilah entropi karena kedengarannya mirip dengan
kata energi.
Rumus Perubahan Entropi alam semesta dapat dinyatakan melalui
perubahan persamaan entropi berikut:

ΔS alam semesta = ΔS sistem + ΔS sekitarnya

Rumus perubahan entropi ini memberikan gambaran tentang spontanitas


suatu proses atau reaksi kimia. Untuk proses spontan, ada peningkatan
entropi yang menyebabkan ΔS total lebih besar dari nol. Sekarang mari kita
bahas lebih lanjut bagaimana perubahan entropi bervariasi dengan proses
dan kondisi yang berbeda:

Perubahan Entropi dengan Suhu:


Mempertimbangkan rumus Perubahan Entropi, jelas untuk
menyimpulkan bahwa perubahan entropi meningkat ketika perpindahan

30
panas terjadi pada suhu yang lebih rendah dan Perubahan Entropi lebih
sama pada suhu yang lebih tinggi.

Perubahan Entropi dalam Proses Reversibel:


Secara konseptual, definisi Perubahan Entropi berlaku untuk proses yang
dapat dibalik. Dengan demikian, perubahan entropi dari proses reversibel
sama seperti yang dijelaskan di atas.

Perubahan Entropi dalam Proses Irreversible:

Dari sudut pandang praktis, tidak ada proses yang dianggap sebagai
proses yang tidak dapat diubah. Seperti dibahas di atas, entropi hanya
bergantung pada keadaan awal dan akhir sistem terlepas dari jalur proses
termodinamika

Dengan demikian, perubahan entropi adalah sama untuk proses


ireversibel dan reversibel karena tidak bergantung pada jalurnya. Konsep ini
juga digunakan dalam menentukan Perubahan Entropi untuk gas ideal
karena merupakan proses non-kuasi statis yang ireversibel.

Karakteristik Entropi
Karakteristik penting dari entropi sistem termodinamika adalah sebagai
berikut:

● Entropi menunjukkan kecenderungan alam semesta untuk bergerak


menuju ketidakteraturan atau keacakan.
● Entropi dapat dilambangkan sebagai fungsi dari entalpi atau panas
yang dapat diubah menjadi kerja.
● Entropi tergantung pada massa sistem termodinamika. Itu tidak
tergantung pada jalur pertukaran panas atau konversi panas dan itulah
mengapa itu adalah properti yang luas.
● Entropi alam semesta terus meningkat
● Perubahan entropi untuk proses adiabatik adalah nol sehingga memiliki
entropi konstan.

31
Itu dilambangkan dengan 'S' dan telah dirumuskan menggunakan hukum
kedua termodinamika. Ketika proses spontan terjadi maka ini menyebabkan
peningkatan ketidakteraturan atau keacakan molekul yang ada dalam
sistem. Dengan demikian, entropi dapat dikatakan meningkat pada semua
proses yang terjadi secara spontan. Secara sederhana, entropi adalah ukuran
keacakan atau ketidakteraturan molekul yang terjadi dalam suatu sistem.

Lebih lanjut tentang Entropi


Entropi dapat didefinisikan sebagai ketidakteraturan atau keacakan yang
terjadi dalam suatu sistem yang ada di alam. Ini pertama kali dijelaskan oleh
ilmuwan Clausius pada tahun 1850 dan telah digunakan secara luas dalam
bidang kimia. Kita akan mempelajari lebih dalam tentang konsep entropy
dan Entropy Changes pada Vedantu dan juga mempelajari permasalahan
yang berkaitan dengan hal tersebut.
Ketika kita berbicara tentang entropi dalam termodinamika, kita melihat
perilakunya daripada detail lainnya. Ini terkait dengan sifat termodinamika
lainnya seperti tekanan, suhu, dan panas. Semua faktor lain
dipertimbangkan untuk keadaan kesetimbangan sistem. Fenomena entropi
juga dijelaskan dalam statistik. Ini digunakan untuk menentukan gerakan
molekuler yang terjadi dalam suatu sistem. Jadi, dalam definisi statistik, ini
adalah ukuran gangguan molekuler.

Ketika ada sistem yang terisolasi maka entropi juga hadir pada tingkat
yang lebih tinggi sehingga terjadi peningkatan keacakan atau
ketidakteraturan dalam sistem. Sistem terisolasi adalah sistem tertutup di
mana tidak ada transfer energi di sekitar batasnya. Dengan demikian, tidak
ada interaksi antara sistem dengan lingkungannya. Harus diingat bahwa
ketika ada suhu tinggi dalam sistem maka ada lebih banyak keacakan yaitu
entropi dibandingkan dengan sistem di mana ada suhu rendah. Ini berarti
bahwa entropi meningkat dengan penurunan keteraturan. Selain itu, ketika
reaksi terjadi maka kami mengamati bahwa ada penguraian reaktan ini
menjadi produk dan ini menyebabkan peningkatan entropi. Urutan entropi
adalah: entropi tertinggi dalam gas, diikuti oleh cairan dan terakhir padatan.

32
D. Tata Nama Senyawa Kovalen

Sejak zaman dahulu para ilmuan kimia sudah menentukan beberapa nama pada
senyawa yang berhasil ditemukan dan diidentifikasikan. Namun penamaan belum
bersifat baku dan internasional.Pada tahun 1892 perhimpunan kimiawi internasional
melakukan pertemuan di Swiss untuk merumuskan aturan penamaan senyawa
kimia.Tata nama yang dirumuskan disebut dengan tata nama IUPAC( International
Union of Pure and Applied Chemistry) .Aturan IUPAC digunakan dalam penamaan
senyawa kimia organik dan Anorganik

Senyawa Kovalen merupakan senyawa yang terbentuk oleh dua unsur non logam
melalui ikatan kovalen .Dalam penamaan senyawa kovalen disusun berdasarkan
aturan,penamaan senyawa kovalen digunakan awalan yang menunjukkan jumlah
relatif setiap jenis atom dalam molekul.Awalan yang digunakan dapat berupa:

mono 1(satu)

di 2 ( dua)

tri 3 (tiga)

tetra 4 (empat)

penta 5 (lima)

heksa 6 (enam)

hepta 7 (tujuh)

okta 8 (delapan)

nona 9 (sembilan)

deka 10 (sepuluh)

Secara garis besar aturan penamaan senyawa kovalen adalah :

33
1. Terdiri dari dua kata
2. Tiap kata mewakili nama unsur yang diberi awalan seperti
mono,di,tri,tetra,dst. sesuai dengan jumlah atom pada molekulnya
3. Untuk kata pertama,awalan mono tidak diikutsertakan
4. Kata kedua terakhir diikuti akhiran -ida.

Contoh :

SO2 : Belerang dioksida

SO3 : Belerang Trioksida

CCl4 : Karbon tetraklorida

DAFTAR PUSTAKA

34
Prof. Dr. Mukhamad Nurhadi, Msi. 2021.Gas dan Termodinamika. Malang : Media
Nusa Creative

Tyassih, Andjar. 2019. Hibridisasi Kimia Kelas 10 (Pengertian, Tipe, Cara


Menentukan, dan Contoh Soal).
https://www.quipper.com/id/blog/mapel/kimia/hibridisasi-kimia- kelas-10/. Diakses
Pada Juni 2023

SEO Management. 2022. Hibridisasi Kimia: Arti, Teori, jenis, dan Proses Terjadinya.
https://www.sampoernaacademy.sch.id/id/proses-terjadinya-hibridisasi-kimia/. Diakses
Pada Juni 2023

Utami, Silmi Nurul. 2020. Perubahan Entalpi Standard dan Contoh Soalnya. Jakarta:
Kompas.com.

35

Anda mungkin juga menyukai