Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIKUM

SIFAT-SIFAT UNSUR

Disusun oleh :

Nama : Widya Anastasya


Stambuk : 09320220029
Kelas/Kelompok : C1/4(Empat)

Asisten

(Virginia Mutiara Hendrik)

LABORATORIUM KIMIA DASAR


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Ilmu Kimia
Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang
mempelajari tentang sifat, struktur materi, komposisi materi, perubahan, dan
energi yang menyertai perubahan energi. Dalam ilmu kimia terdapat dua jenis
penguasaan yang harus dikuasai oleh siswa, yaitu penguasaan konseptual dan
penguasaan algoritmik. Penguasaan konseptual merupakan penguasaan tentang
hal-hal yang berhubungan dengan konsep, yaitu arti, sifat, dan uraian suatu
konsep dan juga kemampuan dalarn menjelaskan teks, diagram, dan (fenomena
yang melibatkan konsep-konsep pokok yang bersifat abstrak dan teori-teori dasar
sains). Penguasaan algoritmik merupakan penguasaan tentang prosedur atau
serangkaian peraturan yang melibatkan perhitungan matematika untuk
memecahkan suatu masalah.
Ikatan kovalen terjadi karena pemakaian bersama pasangan elektron oleh
atom-atom yang berikatan. Pasangan elektron yang dipakai bersama disebut
pasangan elektronikatan (PEI) dan pasangan elektron valensi yang tidak terlibat
dalam pembentukan ikatan kovalen disebut pasangan elektron bebas (PEB).
Ikatan kovalen umumnya terjadi antara atom-atom unsur nonlogam, bisa sejenis
(contoh: H2, N2, O2, Cl2, F2, Br2, I2) dan berbeda jenis (contoh: H2O, CO2, dan
lain-lain). Senyawa yang hanya mengandung ikatan kovalen disebut senyawa
kovalen.
Senyawa kompleks terdiri dari ion kompleks dan counter ion pembuat
netral. Ion kompleks mempunyai atom pusat yang mengikat ligan berupa molekul
netral atau anion dimana memiliki satu atau lebih atom penyumbang untuk
berpasangan. Bentuk senyawa kompleks yang paling sering dijumpai adalah
octahedral. Rumus kimia dan penamaan dari senyawa kompleks mengikuti aturan
yang ditetapkan. Alfred Werner adalah orang yang pertama kali menemukan
struktur dari senyawa kompleks. Senyawa kompleks dapat memperlihatkan
fenomena isomerisasi, dimana bisa berupa stereoisomer ataupun constitutional
isomers (Himawan, 2017).
1.2 Tujuan Percobaan
Membedakan Reaksi senyawa-senyawa berikut:
1. Senyawa yang berkaitan elektrovalen dan ikatan kovalen
2. Reaksi pembentukan senyawa kompleks dan non kompleks
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Materi
Kimia adalah ikatan yang terjadi karena adanya gaya tarik antar partkel-
partikel yang berikatan. Atom unsur yang sangat elektropositif dapat melepaskan
1 atau 2 elektron yang terdapat pada kulit terluarnya dan atom unsur yang
elektronegatif dapat menerima 1 atau 2 elektron yang dilepaskan oleh atom unsur
yang elektropositif. Istilah polar kadang-kadang dipergunakan sebagai penggani
istilah elektrovalen. Menurut Lagmuir, senyawa yang terbentuk karena adanya
serah terima elektron pada atom-atom pembentuknya disebut senyawa
elektrovalen atau senyawa ionis, dan ikatan pada senyawa tersebut dinamakan
ikatan elektrovalen, atau ikatan ionis. Untuk memahami konsep kimia secara utuh
seorang siswa harus memiliki kemampuan menghubungkan ketiga level
representsi kimia. Pada suhu kamar, senyawa ionis terdapat dalam bentuk kristal
yang disebut kristal ion. Kristal ion tersebut terdiri dari ionion positif dan ion- ion
negative.
Menurut Lewis, Langmuir, Kosel, suatu atom berikatan dengan atom-
atom lain dan membentuk senyawa, maka atom-atom tersebut mengalami
perubahan yang sedemikian rupa sehingga mempunyai konfigurasi elektron yang
menyerupai konfigurasi elektron yang menyerupai elektron gas mulia
(Syarifuddin, 2018).
Walter Kossel dan Gilbert Lewis pada tahun 1916 menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara stabilnya gas mulia dengan cara atom berikatan. Mereka
mengemukakan bahwa jumlah elektron terluar dari dua atom yang berikatan, akan
berubah sedemikian rupa sehingga susunan kedua elektron kedua atom tersebut
sama dengan susunan gas mulia. . Ikatan kimia merupakan materi yang abstrak
karena sangat jauh dari kehidupan sehari-hari peserta didik. Sifat abstrak ini juga
ditambah dengan ketidakmampuan kita dalam melihat atom, struktur dan
bagaimana atom saling bereaksi satu dengan lainnya (Ritonga, 2018).
Kecenderungan atom-atom untuk memiliki struktur atau konfigurasi elektron gas
mulia atau 8 elektron pada kulit terluar disebut kaidah octet.
Contoh: Br + Br Br Br Atau Br - Br.
Sementara itu, atom-atom yang mempunyai nomor atom kecil dari hydrogen
sampai dengan boron cenderung memiliki konvegurasi elektron gas helium atau
mengikuti kaidah Duplet.
Elektron yang berperan dalam reaksi kimia yaitu elektron pada kulit terluar
atau elektron valensi. Elektron valensi menunjukan kemampuan suatu atom untuk
berikan dengan atom lain. Contoh elektron valensi dari beberapa unsur dapat
dilihat dalam tabel berikut.
Antara dua atom atau lebih dapat saling berinteraksi dan membentuk
molekul. Interaksi ini selalu disertai dengan pelepasan energi. Adapun gaya-gaya
yang menahan atom-atom dalam molekul merupakan suatu ikatan yang
dinamakan ikatan kimia. Ikatan kimia terbentuk karena unsure-unsur cenderung
membentuk struktur elektron stabil. Struktur elektron stabil yaitu struktur elektron
gas mulia Golongan VIII A)

Unsur No Atom K L N M O P
He 2 2
Ne 10 2 8
Ar 18 2 8 8
Kr 36 2 8 18 8
Xe 54 2 8 18 18 8
Rn 86 2 8 18 32 18 8
Tabel 2.1 Konfigurasi Elektron Unsur-unsur Gas Mulia

Tabel 2.2 Elektron Valensi Beberapa Unsur


Unsur Susunan electron Elektron valensi
6C 2. 4 4
8O 2.6 6
12Mg 2.8.2 2
13Al 2.8.3 3
15P 2.8.5 5
17Cl 2.8.7 7
Unsnr-unsur dari golongan alkali dan alkali tanah, untuk menyapai
kestabilan cenderung melepaskan elektron terluarnya sehingga membentuk ion
positif unsnr-unsnr yang mempunyai kecendrungan membentuk ion positif
termasuk unsur elektro positif. Unsur-unsur dari golongan halogen
dan khalkhogen mempunyai kecendrungan menangkap elektron untuk mencapai
kestabilan sehingga membentuk ion negative. Unsur-unsur yang demikian
termasuk unsur elektronnegative.
A. Jenis-Jenis Ikatan Kimia
Ikatan kimia merupakan sebuah proses fisika yang bertanggungung jawab
dalam gaya interaksi tarik menarik antara dua atom atau molekul yang
menyebabkan suatu senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil. Secara
umum, ikatan kimia dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Ikatan antar atom
a. Ikatan ion (heteropolar)
Ikatan ionik adalah sebuah gaya elektrostatik yang mempersatukan ion-ion
dalam suatu senyawa ionik. Ion-ion yang diikat oleh ikatan kimia ini terdiri dari
ka2tion dan juga anion. Kation terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki energi
ionisasi rendah dan biasanya terdiri dari logam-logam alkali dan alkali tanah.
Sementara itu, anion cenderung terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki afinitas
elektron tinggi, dalam hal ini unsur-unsur golongan halogen dan oksigen.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ikatan ion sangat dipengaruhi
oleh besarnya beda keelektronegatifan dari atom-atom pembentuk senyawa
tersebut. Semakin besar beda keelektronegatifannya, maka ikatan ionik yang
dihasilkan akan semakin kuat. Ikatan ionik tergolong ikatan kuat, dalam hal ini
memiliki energi ikatan yang kuat sebagai akibat dari perbedaan keelektronegatifan
ion penyusunnya. Pembentukan ikatan ionik dilakukan dengan cara transfer
elektron. Dalam hal ini, kation terionisasi dan melepaskan sejumlah elektron
hingga mencapai jumlah oktet yang disyaratkan dalam aturan Lewis:
Sifat-Sifat ikatan ionik adalah:
1) Bersifat polar sehingga larut dalam pelarut polar
2) Memiliki titik leleh yang tinggi
3) Baik larutan maupun lelehannya bersifat elektrolit
b. Ikatan kovalen (homopolar)
Ikatan kovalen merupakan ikatan kimia yang terbentuk dari pemakaian
elektron bersama oleh atom-atom pembentuk ikatan. Ikatan kovalen biasanya
terbentuk dari unsur-unsur non logam. Dalam ikatan kovalen, setiap elektron
dalam pasangan tertarik ke dalam nukleus kedua atom. Tarik menarik elektron
inilah yang menyebabkan kedua atom terikat Bersama Ikatan kovalen terjadi
ketika masing-masing atom dalam ikatan tidak mampu memenuhi aturan oktet,
dengan pemakaian elektron bersama dalam ikatan kovalen, masing-masing atom
memenuhi jumlah oktetnya. Hal ini mendapat pengecualian untuk atom H yang
menyesuaikan diri dengan konfigurasi atom dari yang tidak terlibat dalam ikatan
kovalen disebut elektron bebas. Elektron bebas ini berpengaruh dalam
menentukan bentuk dan geometri molekul.
Ada beberapa jenis ikatan kovalen yang semuanya bergantung pada
jumlah pasangan elektron yang terlibat dalam ikatan kovalen. Ikatan tunggal
merupakan ikatan kovalen yang terbentuk 1 pasangan elektron. Ikatan rangkap 2
merupakan ikatan kovalen yang terbentuk dari dua pasangan elektron, beitu juga
dengan ikatan rangkap 3 yang terdiri dari 3 pasangan elektron. Ikatan rangkap
memiliki panjang ikatan yang lebih pendek daripada ikatan tunggal. Selain itu
terdapat juga bermacam-macam jenis ikatan kovalen lain seperti ikatan sigma, pi,
delta, dan lain-lain.
Senyawa kovalen dapat dibagi mejadi senyawa kovalen polar dan non
polar. Pada senyawa kovalen polar, atom-atom pembentuknya mempunyai gaya
tarik yang tidak sama terhadap elektron pasangan persekutuannya. Hal ini terjadi
karena beda keelektronegatifan antara atom-atom penyusunnya. Akibatnya terjadi
pemisahan kutub positif dan negatif. Sementara itu pada senyawa kovalen non-
polar titik muatan negatif elekton persekutuan berhimpit karena beda
keelektronegatifan yang kecil atau tidak ada.
c. Ikatan kovalen koordinasi (semipolar)
Ikatan kovalen koordinat merupakan ikatan kimia yang terjadi apabila
pasangan elektron bersama yang dipakai oleh kedua atom disumbangkan oleh sala
satu atom saja. Sementara itu atom yang lain hanya berfungsi sebagai penerima
elektron berpasangan saja.
Syarat-syarat terbentuknya ikatan kovalen koordinat:
1) Salah satu atom memiliki pasangan elektron bebas
2) Atom yang lainnya memiliki orbital kosong
Susunan ikatan kovalen koordinat sepintas mirip dengan ikatan ion, namun
kedua ikatan ini berbeda oleh karena beda keelektronegatifan yang kecil pada
ikatan kovalen koordinat sehingga menghasilkan ikatan yang cenderung mirip
kovalen.
d. Ikatan Logam
Ikatan logam merupakan salah satu ciri khusus dari logam, pada ikatan
logam ini elektron tidak hanya menjadi miliki satu atau dua atom saja, melainkan
menjadi milik dari semua atom yang ada dalam ikatan logam tersebut. Elektron-
elektron dapat terdelokalisasi sehingga dapat bergerak bebas dalam awan elektron
yang mengelilingi atom-atom logam. Akibat dari elektron yang dapat bergerak
bebas ini adalah sifat logam yang dapat menghantarkan listrik dengan mudah.
Ikatan logam ini hanya ditemui pada ikatan yang seluruhnya terdiri dari atom
unsur-unsur logam semata
2. Ikatan Antara Molekul
a. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan gaya tarik menarik antara atom H dengan atom
lain yang mempunyai keelektronegatifan besar pada satu molekul dari senyawa
yang sama. Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang paling kuat dibandingkan
dengan ikatan antar molekul lain, namun ikatan ini masih lebih lemah
dibandingkan dengan ikatan kovalen maupun ikatan ion.
Ikatan hidrogen ini terjadi pada ikatan antara atom H dengan atom N, O,
dan F yang memiliki pasangan elektron bebas. Hidrogen dari molekul lain akan
bereaksi dengan pasangan elektron bebas ini membentuk suatu ikatan hidrogen
dengan besar ikatan bervariasi. Kekuatan ikatan hidrogen ini dipengaruhi oleh
beda keelektronegatifan dari atom-atom penyusunnya. Semakin besar
perbedaannya semakin besar pula ikatan hidrogen yang dibentuknya.
Kekuatan ikatan hidrogen ini akan mempengaruhi titik didih dari senyawa
tersebut. Semakin besar perbedaan keelektronegatifannya maka akan semakin
besar titik didih dari senyawa tersebut. Namun, terdapat pengecualian untuk H2O
yang memiliki dua ikatan hidrogen tiap molekulnya. Akibatnya, titik didihnya
paling besar dibanding senyawa dengan ikatan hidrogen lain, bahkan lebih tinggi
dari HF yang memiliki beda keelektronegatifan terbesar.
b. Ikatan van der walls
Gaya Van Der Walls dahulu dipakai untuk menunjukan semua jenis gaya
tarik menarik antar molekul. Namun kini merujuk pada gaya-gaya yang timbul
dari polarisasi molekul menjadi dipol seketika. Ikatan ini merupakan jenis ikatan
antar molekul yang terlemah, namun sering dijumpai diantara semua zat kimia
terutama gas. Pada saat tertentu, molekul-molekul dapat berada dalam fase dipol
seketika ketika salah satu muatan negatif berada di sisi tertentu. Dalam keadaa
dipol ini, molekul dapat menarik atau menolak elektron lain dan menyebabkan
atom lain menjadi dipol. Gaya tarik menarik yang muncul sesaat ini merupakan
gaya Van der Walls.
B. Teori Orbital Molekul
Teori Ikatan Valensi mampu secara kualitatif menjelaskan kestabilan ikatan
kovalen sebagai akibat tumpang-tindih orbital-orbital atom. Dengan konsep
hibridisasi pun dapat sayangnya dalam beberapa kasus, teori ikatan valensi tidak
dapat menjelaskan sifat-sifat molekul yang tramati secara memuaskan. Contohnya
adalah molekul oksigen, yang struktur Lewisnya sebagai berikut.
Menurut gambaran struktur Lewis Oksigen di atas, semua elektron pada O2
berpasangan dan molekulnya seharusnya bersifat diamagnetik, namun
kenyataanya, menurut hasil percobaan diketahui bahwa Oksigen bersifat
paramagnetik dengan dua elektron tidak berpasangan. Temuan ini membuktikan
adanya kekurangan mendasar dalam teori ikatan valensi.
Sifat magnet dan sifat-sifat molekul yang lain dapat dijelaskan lebih baik
dengan menggunakan pendekatan mekanika kuantum yang lain yang disebut
sebagai teori orbital molekul (OM), yang menggambarkan ikatan kovalen melalui
istilah orbital molekul yang dihasilkan dari interaksi orbital-orbital atom dari
atom-atom yang berikatan dan yang terkait dengan molekul secara keseluruhan.
Menurut teori OM, tumpang tindih orbital 1s dua atom hidrogen mengarah
pada pembentukan dua orbital molekul, satu orbital molekul ikatan dan satu
orbital molekul antiikatan. Orbital molekul ikatan memiliki energi yang lebih
rendah dan kestabilan yang lebih besar dibandingkan dengan orbital atom
pembentuknya. Orbital molekul antiikatan memiliki energi yang lebih besar dan
kestabilan yang lebih rendah dibandingkan dengan orbital atom pembentuknya.
Penempatan elektron dalam orbital molekul ikatan menghasilkan ikatan kovalen
yang stabil, sedangkan penempatan elektron dalam orbital molekul antiikatan
menghasilkan ikatan kovalen yang tidak stabil.
Dalam orbital molekul ikatan kerapatan elektron lebh besar di antara inti
atom yang berikatan. Sementara, dalam orbital molekul antiikatan, kerapatan
elektron mendekati nol diantara inti. Perbedaa ini dapat dipahami bila kita
mengingat sifat gelombang pada elektron. Gelombang dapat berinteraksi
sedemikian rupa dengan gelombang lain membentuk interferensi konstruktif yang
memperbesar amplitudo, dan juga interferensi destruktif yang meniadakan
amplitudo.
Pembentukan orbital molekul ikatan berkaitan dengan interferensi
konstruktif, sementara pembentukan orbital molekul antiikatan berkaitan dengan
interferensi destruktif. Jadi, interaksi konstruktif dan interaksi destruktif antara
dua orbital 1s dalam molekul H2 mengarah pada pembentukan ikatan sigma (σ1s)
dan pembentukan anti ikatan sigma.
C. Hibridisasi
Dalam kimia, hibridisasi adalah sebuah konsep bersatunya orbital-orbital
atom membentuk orbital hibrid yang baru yang sesuai dengan penjelasan kualitatif
sifat ikatan atom. Konsep orbital-orbital yang terhibridisasi sangatlah berguna
dalam menjelaskan bentuk orbital molekul dari sebuah molekul. Konsep ini
adalah bagian tak terpisahkan dari teori ikatan valensi. Walaupun kadang-kadang
diajarkan bersamaan dengan teori VSEPR, teori ikatan valensi dan hibridisasi
sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan teori VSEPR.
1. Sejarah perkembangan Teori hibridisasi dipromosikan oleh kimiawan Linus
Pauling dalam menjelaskan struktur molekul seperti metana (CH4). Secara
historis, konsep ini dikembangkan untuk sistem-sistem kimia yang sederhana,
namun pendekatan ini selanjutnya diaplikasikan lebih luas, dan sekarang ini
dianggap sebagai sebuah heuristik yang efektif untuk merasionalkan struktur
senyawa organik.
Teori hibridisasi tidaklah sepraktis teori orbital molekul dalam hal
perhitungan kuantitatif. Masalah-masalah pada hibridisasi terlihat jelas pada
ikatan yang melibatkan orbital d, seperti yang terdapat pada kimia koordinasi dan
kimia organologam. Walaupun skema hibridisasi pada logam transisi dapat
digunakan, ia umumnya tidak akurat.
Sangatlah penting untuk dicatat bahwa orbital adalah sebuah model
representasi dari tingkah laku elektron-elektron dalam molekul. Dalam kasus
hibridisasi yang sederhana, pendekatan ini didasarkan pada orbital-orbital atom
hidrogen. Orbital-orbital yang terhibridisasikan diasumsikan sebagai gabungan
dari orbital-orbital atom yang bertumpang tindih satu sama lainnya dengan
proporsi yang bervariasi. Orbital-orbital hidrogen digunakan sebagai dasar skema
hibridisasi karena ia adalah salah satu dari sedikit orbital yang persamaan
Schrödingernya memiliki penyelesaian analitis yang diketahui. Orbital-orbital ini
kemudian diasumsikan terdistorsi sedikit untuk atom-atom yang lebih berat
seperti karbon, nitrogen, dan oksigen. Dengan asumsi-asumsi ini, teori hibridisasi
barulah dapat diaplikasikan. Perlu dicatat bahwa kita tidak memerlukan hibridisasi
untuk menjelaskan molekul, namun untuk molekul-molekul yang terdiri dari
karbon, nitrogen, dan oksigen, teori hibridisasi menjadikan penjelasan strukturnya
lebih mudah.
Teori hibridisasi sering digunakan dalam kimia organik, biasanya digunakan
untuk menjelaskan molekul yang terdiri dari atom C, N, dan O (kadang kala juga
P dan S). Penjelasannya dimulai dari bagaimana sebuah ikatan terorganisasikan
dalam metana.
Hibridisasi menjelaskan atom-atom yang berikatan dari sudut pandang
sebuah atom. Untuk sebuah karbon yang berkoordinasi secara tetrahedal (seperti
metana, CH4), maka karbon haruslah memiliki orbital-orbital yang memiliki
simetri yang tepat dengan 4 atom hidrogen. Konfigurasi keadaan dasar karbon
adalah 1s2 2s2 2p2.
2. Teori hibridisasi vs. Teori orbital molekul
Teori hibridisasi adalah bagian yang tak terpisahkan dari kimia organik dan
secara umum didiskusikan bersama dengan teori orbital molekul dalam buku
pelajaran kimia organik tingkat lanjut. Walaupun teori ini masih digunakan secara
luas dalam kimia organik, teori hibridisasi secara luas telah ditinggalkan pada
kebanyakan cabang kimia lainnya. Masalah dengan teori hibridisasi ini adalah
kegagalan teori ini dalam memprediksikan spektra fotoelektron dari kebanyakan
molekul, meliputi senyawa yang paling dasar seperti air dan metana. Dari sudut
pandang pedagogi, pendekatan hibridisasi ini cenderung terlalu menekankan
lokalisasi elektron-elektron ikatan dan tidak secara efektif mencakup simetri
molekul seperti yang ada pada teori orbital molekul.

2.2 Kestabilan Unsur


Unsur-unsur di alam cenderung ingin mencapai suatu kestabilan. Kestabilan
diperoleh dengan cara bergabung dengan unsur lain, lalu membentuk suatu
molekul. atau senyawa yang stabil. Kemampuan bergabung tersebut terjadi karena
gaya tarik-menarik antar unsur (atom). Dengan demikian, setiap atom atau unsur
dapat membentuk senyawa yang khas dan berbeda, karena kekuatan daya tarik-
menarik antar atom mempengaruhi sifat senyawa yang terbentuk. Daya tarik-
menarik antar atom membentuk suatu senyawa kimia disebut ikatan kimia. Ikatan
kimia ditemukan pertama kali oleh ilmuwan asal Amerika Serikat bernama
Gilbert Newton Lewis pada tahun 1916. Konsep ikatan kimia yang dikemukakan
oleh keduanya sebagai berikut:
1. Gas mulia (He, Ne, Ar, Xe, dan Rn) sukar membentuk senyawa karena gas
mulia memiliki susunan elektron yang stabil (tidak melepas dan menerima
elektron di kulit terluarnya), sehingga disebut inert.
2. Setiap atom ingin memiliki susunan elektron yang stabil dengan cara
melepaskan atau menangkap elektron.
3. Susunan elektron yang stabil dicapai dengan cara berikatan antar atom lain.

2.3 Konfigurasi Gas Elektron


Atom-atom dapat dikelompokkan menjadi atom logam, nonlogam, metaloid,
dan gas mulia. Dibandingkan dengan unsur-unsur lain, unsur gas mulia
merupakan unsur yang paling stabil. Kestabilan ini disebabkan karena kulit
terluarnya terisi penuh oleh elektron. Kulit terluar atom-atom gas mulia terisi
penuh oleh 2 elektron (untuk He) dan 8 elektron (untuk atom gas mulia lainnya).
Susunan gas mulia disebut susunan duplet (untuk He) dan susunan oktet (untuk
gas mulia selain He).
Gas mulia lebih stabil dalam bentuk unsurnya sendiri, sedangkan unsur lain
lebih stabil bila berikatan. kestabilandapat dicapai dengan melepas, menerima,
atau pemakaian pasangan elektron bersama.
a. Melepas elektron
Unsur yang energi ionisasinya kecil akan melepas elektron dan membentuk
ion positif seperti pada unsur-unsur golongan alkali (gol IA) dan alkali tanah (gol
IIA). Pada unsur golongan IA cenderung melepas satu elektron, sedangkan unsur
golongan IIA cenderung melepas dua elektron supaya mempunya konfigurasi
elektron seperti gas mulia.
b. Menerima elektron
Unsur yang energi ionisasinya besar akan menerima elektron dan membentuk
ion negatif seperti pada unsur-unsur golongan oksigen (VIA) dan halogen (VIIA).
Pada unsur golongan oksigen cenderung menerima dua elektron, sedangkan unsur
golongan halogen cenderung menerima satu elektron supaya mempunyai
konfigurasi elektron seperti gas mulia.
c. Pemakaian pasangan elektron bersama
Pasangan elektron yang dipakai bersama terbentuk oleh atom-atom yang
berikatan, dapat berasal dari kedua atom yang bergabung atau dapat pula berasal
dari salah satu atom yang bergabung. Cara ini terjadi pada unsur-unsur yang
memiliki kelektronegatifan tinggi karena unsur-unsur yang sama cenderung untuk
menarik elektron. Konfigurasi elektron dapat lebih stabil dicapai dengan cara
memasangkan elektron valensinya. Jumlah elektron yang dipasangkan sesuai
dengan keadaan paling stabil yang mungkin dicapai.

2.4 Struktur Lewis


Struktur Lewis dikembangkan oleh Gilbert N. Lewis, menyatakan cara
menggambarkan bagaimana atom-atom berikatan dalam membentuk molekul
dengan menggunakan lambang Lewis dalam rangka mencapai kestabilan elektron
yang lebih stabil. Lambang Lewis dilambangkan dengan gambar titik, silang, dan
lain-lain. Pada struktur Lewis terdapat pasangan elektron ikatan (PEI) dan
pasangan elektron bebas (PEB).
Perhatikan bahwa jumlah elektron valensi dalam setiap atom, kecuali
helium, sama dengan letak golongan dari unsur tersebut. Sebagai contoh, Li
termasuk dalam unsur golongan IA memiliki satu elektron valensi yang
digambarkan dengan satu titik; Be unsur golongan IIA memiliki dua elektron
valensi (dua titik); dan seterusnya. Unsur-unsur dalam satu golongan yang sama
mempunyai konfigurasi elektron valensi terluar yang mirip sehingga memiliki
lambang titik Lewis yang mirip. Logam transisi, lantanida, dan aktinida
mempunyai kulit dalam yang tidak terisi penuh, sehingga secara umum lambang
titik Lewis dari unsur-unsur ini tidak dapat dituliskan secara sederhana.
Adapun prasyarat yang harus diketahui sebelum menggambarkan simbol
Lewis dari suatu atom yaitu:
a. Konfigurasi elektron
Konfigurasi elektron yaitu menggambarkan penataan elektron-elektron dalam
suatu atom. Konfigurasi elektron ini berfungsi untuk mengetahui jumlah kulit
yang dimiliki sebuah atom dan elektron valensinya.
b. Elektron valensi
Elektron valensi adalah jumlah elektron pada kulit terluar dari suatu atom
netral. Elektron valensi ini dapat berikatan dengan elektron-elektron valensi dari
atom lain untuk membentuk ikatan kimia. Elektron valensi juga dapat
menentukan bagaimana ciri-ciri kimia unsur tersebut.
Langkah-langkah untuk menggambarkan struktur Lewis adalah sebagai berikut:
a. Semua elektron valensi harus muncul dalam struktur Lewis.
b. Semua elektron dalam struktur Lewis umumnya berpasangan.
c. Semua atom umumnya mencapai konfigurasi oktet (khusus untuk H
adalah duplet).
d. Kadang-kadang terdapat ikatan rangkap 2 atau 3 (umumnya ikatan
e. rangkap 2 atau 3 hanya dibentuk oleh atom C, N, O, P, dan S).

2.5 Ikatan Ion


Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi karena adanya gaya tarik-menarik
elektrostatik antara ion positif dan ion negatif. Ikatan ion terjadi antara atom-atom
yang mempunyai energi ionisasi yang rendah dengan atom-atom yang
mempunyai afinitas elektron yang besar. Unsur-unsur logam umumnya
mempunyai energi ionisasi yang rendah sedangkan unsur-unsur non-logam
mempunyai afinitas elektron yang tinggi. Oleh karena itu, ikatan ion dapat terjadi
antara unsur-unsur logam dan non-logam.

Gambar 2.1 Ikatan antara atom


1. Pembentukan Ikatan Ion
Ikatan ion terjadi karena atom-atom yang mempunyai energi ionisasi rendah
(mudah melepas elektron) akan melepas elektronnya dan membentuk ion positif.
Elektron yang dilepas akan ditangkap oleh atom yang mempunyai afinitas
elektron besar (mudah menarik elektron) untuk membentuk ion negatif. Ion
positif dan ion negatif yang terbentuk akan saling tarik-menarik dengan gaya
elektrostatis membentuk senyawa yang netral. Jumlah ion negatif dan positif
dalam senyawa yang terbentuk mempunyai perbandingan sedemikian rupa
sehingga akan membentuk senyawa netral.
Adanya gaya elektrostatis menyebabkan ion positif dan ion negatif tarik-
menarik sehingga membentuk ikatan ion atau ikatan elektrovalen. Setiap ion
positif akan terikat dengan ion negatif. Ion negatif akan terikat dengan ion positif
membentuk kristal ion (padat) yang kokoh. Sejumlah energi kisi dibebaskan pada
pembentukan kristal ini. Umumnya, ikatan ion terjadi antara atom logam yang
cenderung melepaskan elektron dengan atom nonlogam yang cenderung
menerima elektron.
2. Sifat-sifat senyawa ion
a. Senyawa ion berwujud padat pada temperatur kamar.
b. Kristal senyawa ion keras tetapi rapuh. Apabila senyawa ion dipukul, akan
terjadi pergeseran posisi ion positif dan negatif, dari yang semula berselang-seling
menjadi berhadapan langsung. Hal ini menyebabkan ion positif bertemu muka
dengan ion positif dan terjadi gaya tolak menolak dan menyebabkan senyawa ion
rapuh.
c. Senyawa ion larut dalam pelarut polar (seperti air dan amonia)
d. Senyawa ion dapat menghantarkan arus listrik dikarenakan dalam bentuk
cairan atau lelehan, ion-ionnya dapat bergerak bebas sehingga dapat
menghantarkan arus listrik, sedangkan dalam wujud padat, senyawa ion tidak
dapat menghantarkan arus listrik dikarenakan ion-ionnya tidak dapat bergerak
bebas. Senyawa ion juga dapat menghantarkan listrik jika dilarutkan dalam
pelarut polar (seperti air) karena terionisasi.
e. Senyawa ion mempunyai titik lebur dan titik didih yang tinggi. Senyawa ion
memiliki gaya elektrostatis yang kuat antara ion positif dan ion negatif sehingga
memiliki titik lebur dan titik didih yang tinggi.
1. Contoh ikatan ion
Ikatan ion umumnya terjadi pada atom logam dan non logam. Atom
logam seperti golongan IA dan IIA akan berperan sebagai kation sedangan
atom-atom non logam seperti golongan VIIA dan VIA akan berperan
sebagai anionnya. Contoh senyawa yang mengandung ikatan ion yaitu:
a. KF memiliki ikatan ionik, karena K termasuk logam (golongan IA)
dan F termasuk non logam (golongan VIIA).
b. K2O memiliki ikatan ionik, karena K termasuk logam (golongan IA)
dan O termasuk non logam (golongan VIA).
c. MgCl2 memiliki ikatan ionik, karena Mg termasuk logam (golongan
IIA) dan Cl termasuk non logam (golongan VIIA)
d. BaCl2 memiliki ikatan ionik, karena Ba termasuk logam (golongan IIA)
dan Cl termasuk non logam (golongan VIIA)
e. LiF memiliki ikatan ionik, karena Li termasuk logam (golongan IA)
dan F termasuk non logam (golongan VIIA)

2.6 Ikatan Kovalen


Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi karena penggunaan pasangan
elektron bersama. Kekuatan ikatan merupakan hasil tarik-menarik antara elektron
yang di pakai bersama dan inti yang positif dari atom membentuk ikatan.
Berdasarkan jumlah PEI-nya 12 ikatan kovalen dibagi tiga bagian yaitu ikatan
kovalen tunggal, ikatan kovalen rangkap dua dan ikatan kovalen rangkap tiga
sedangkan berdasarkan kepolaran ikatan, ikatan kovalen dibagi dua bagian yaitu
Ikatan kovalen polar dan Ikatan kovalen non polar (Zulfadhli 2018).

Gambar 2.2 Contoh ikatan-ikatan


1. Pembentukan Ikatan Kovalen
Pembentukan ikatan kovalen digambarkan dengan struktur lewis
sebagaimana peranan elektron valensi dalam membentuk ikatan. Gabungan atom-
atom melalui ikatan kovalen akan membentuk molekul. Ikatan kovalen dibedakan
menjadi ikatan kovalen tunggal, rangkap dua dan rangkap tiga.

Gambar 2.3 Geometri molekul dan kepolaran ikatan kovalen


a. Ikatan Kovalen Tunggal
Ikatan kovalen tunggal merupakan ikatan kovalen yang melibatkan
pemakaian bersama satu pasang elektron oleh 2 atom yang berikatan. Ikatan
kovalen yang terbentuk dilambangkan dengan garis tunggal (-)
b. Ikatan Kovalen Rangkap Dua
Ikatan kovalen rangkap dua merupakan ikatan kovalen yang melibatkan
pemakaian bersama dua pasang elektron oleh 2 atom yang berikatan. Ikatan
kovalen yang terbentuk dilambangkan dengan garis rangkap dua (=).
c. Ikatan Kovalen Rangkap Tiga
Ikatan kovalen rangkap tiga merupakan ikatan kovalen yang melibatkan
pemakaian bersama tiga pasang elektron oleh 2 atom yang berikatan. Ikatan
kovalen yang terbentuk dilambangkan dengan garis rangkap tiga (≡).
2. Sifat-sifat senyawa kovalen
a. Senyawa kovalen sederhana cenderung memiliki titik didih
rendahsehingga larutannya bersifat volatil (mudah menguap) karena tarik
menarik antar molekulnya lemah.
b. Senyawa kovalen dapat berwujud padat (SiO2), cair (H2O), dan gas (O2)
pada temperatur kamar.
c. Melarut dalam pelarut nonpolar, seperti benzena dan beberapa diantaranya
dapat larut dalam pelarut polar.
d. Senyawa kovalen umumnya merupakan penghantar listrik dan panas yang
kurang baik.

2.7 Kepolaran
Kepolaran senyawa kovalen dapat ditentukan berdasarkan perbedaan
keelektronegatifan atom-atom yang membentuk senyawa dan bentuk molekul
senyawa kovalen. Senyawa kovalen dapat deibedakan menjadi senyawa kovalen
nonpolar dan senyawa kovalen polar.

Gambar 2.4 Kepolaran (polan dan nonpolar)


2.6.1 Senyawa Kovalen Nonpolar
Senyawa kovalen nonpolar terjadi jika kedua atom mempunyai perbedaan
keelektronegatifan (daya tarik elektron ke inti) yang sama besarnya. Hal ini
menyebabkan pasangan elektron milik bersama terletak pada jarak atom
nonlogam sejenis atau dua atom nonlogam yang mempunyai keelektronegatifan
yang sama untuk saling membentuk molekul. Akibatnya, pada ikatan tersebut
tidak terjadi polarisasi. Kedua atom H dan Cl mempunyai daya tarik elektron
yang sama besarnya sehingga pada ikatan H — H dan Cl — Cl tidak terjadi
polarisasi. Posisi pasangan elektron milik bersama tersebut dalam keadaan
simetris.
2.6.2 Senyawa Kovalen Polar
Senyawa kovalen polar terjadi pada atom-atom nonlogam yang tidak sejenis
atau atom-atom yang mempunyai perbedaan keelektronegatifan besar. Pada
molekul kovalen polar, pasangan elektron milik bersama terletak lebih dekat pada
inti atom yang mempunyai keelektronegatifan lebih besar. Hal ini disebabkan
daya tarik elektron yang mempunyai keelektronegatifan besar akan lebih kuat.
Akibatnya, pada ikatan tersebut terjadi polarisasi sehingga atom yang mempunyai
keelektonegatifan besar membentuk kutub bermuatan negatif. Atom yang
mempunyai keelektronegatifan kecil menjadi kutub bermuatan positif atau dalam
molekul terdapat dua kutub (dwi kutub).
2.6.4 Faktor yang Mempengaruhi Kepolaran

a. Selisih Keeletronegatifan
Elektron akan cenderung lebih tertarik ke atom yang lebih elektronegatif.
Semakin besar selisih keelektronegatifan atom penyusun molekul, semakin polar
molekul tersebut.
b. Bentuk Geometri Molekul
Selain keelektronegatifan, kepolaran molekul dipengaruhi oleh bentuk
geometri molekulnya. Secara umum, bentuk geometri molekul dapat dibedakan
menjadi simetris dan asimetris.
Molekul yang bentuk geometrinya simetris akan bersifat nonpolar. Hal itu
disebabkan ikatan kovalen polar yang terbentuk saling meniadakan. Adapun
molekul yang bentuk geometrinya asimetris bersifat polar.
2.6.5 Menguji Kepolaran Suatu Zat
Perbedaan antara ikatan kovalen polar dan ikatan kovalen nonpolar adalah
ikatan kovalen nonpolar adalah ikatan kovalen polar akan terpolarisasi
membentuk muatan parsial. Karena bermuatan, senyawa polar tentu dapat
menarik elektron. Medan magnet dan medan listrik mempunyai muatan juga sifat
itu dapat digunakan untuk menyelidiki kepolaran beberapa senyawa.
Kita dapat menguji kepolaran suatu zat dengan cara mengalirkan zat
tersebut atau larutannya, kemudian mendekatkannya dengan sepotong magnet.
Jika dihasilkan aliran zat yang membelok, artinya zat tersebut bersifat polar.
Sebaliknya, jika dihasilkan aliran zat yang tetap vertikal, artinya zat tersebut
bersifat nonpolar.
2.6.6 Ikatan Kovalen Koordinasi
Pada beberapa molekul, pasangan elektron yang digunakan untuk berikatan
kovalen hanya berasal dari salah satu atom. Sementara itu, atom atau molekul
yang lain tidak memberikan electron ikatan kovalen yang terbentuk dengan cara
seperti itu dinamakan ikatan kovalen koordinasi.
Pasangan elektron yang dipakai bersama berasal dari salah satu pihak
(Atom) sehingga kepemilikan elektron cenderung kepada atom asalnya. Atom
yang menjadi penyumbang pasangan elektron merupakan atom donor pasangan
elektron, sedangkan atom yang kekurangan pasangan elektron menjadi atom
akseptor pasangan elektron. Pasangan elektron koordinasi digambarkan dengan
anak panah yang diarahkan menuju atom yang menerima pasangan elektron.
2.6.7 Pengecualian Aturan Oktet
Beberapa molekul mempunyai struktur lewis yang tidak oktet atau duplet.
Struktur demikian dibenarkan karena menunjukan adanya senyawa tersebut.
Pengecualian aturan oktet terbagi menjadi tiga kategori, yaitu senyawa yang tidak
mencapai aturan oktet, senyawa dengan jumlah electron valensi ganji, dan
senyawa yang melampaui aturan oktet.
1. Senyawa yang tidak mencapai aturan oktet.
Pada beberapa senyawa, jumlah elektron di sekitar atom pusat dalam suatu
molekul stabil bias kurang dari delapan. Senyawa yang atom pusatnya
mempunyai elektron valensi kurang dari 4 tidak dapat mencapai aturan oktet.
2. Senyawa dengan jumlah elektron valensi ganjil.
Beberapa senyawa memiliki jumlah elektron yang ganjil. Aturan oktet tidak
mungkin dipenuhi pada senyawa dengan jumlah elektron valensi ganjil, karena
untuk memenuhi aturan oktet diperlukan pasangan elektron yang lengkap
(delapan elektron) yang merupakan bilangan genap.
3. Senyawa yang melampaui aturan oktet
Jumlah elektron valensi yang lebih besar dari delapan disekitar satu atom
bisa ditemui dalam beberapa senyawa. Senyawa yang melampaui aturan oktet
terjadi pada unsur-unsur periode 3 atau lebih yang data menampung lebih dari 8
elektron pada kulit terluarnya.
2.8 Ikatan Logam
Sebagian besar unsur dalam sistem periodik adalah logam. Atom logam
dapat berikatan ke segala arah sehingga menjadi molekul yang besar sekali. Satu
atom akan berikatan dengan beberapa atom lain disekitarnya. Akibatnya, atom
tersebut terikat kuat dan menjadikan logam berwujud padat serta pada umumnya
keras. Ikatan yang mungkin terbentuk antaratom logam dinamakan ikatan logam.
Ikatan logam mempunyai ciri khas tersendiri yang berbeda dengan ikatan ion dan
ikatan kovalen. Atom logam cenderung melepaskan elektron dan bemuatan positif
antaratom logam dapat saling berikatan akibat gaya tarik menarik antara ion
bermuatan positif dengan elektron valensi yang bermuatan negatif. Elektron-
elektron valensi tersebut dapat bergerak bebas di sela-sela ruang antaratom logam
dan membentuk suatu lautan elektron.

Gambar 2.5 Ikatan Logam


1. Sifat Fisis Logam
Unsur logam menunjukkan sifat khas akibat adanya gaya-gaya yang
mempersatukan atom-atom dalam logam. Atom-atom logam dapat diilustrasikan
dengan bola-bola pingpong atau kelereng yang terjejal dalam sebuah kotak atau
susunan lain yang setiap atomnya bersentuhan dengan beberapa atom lain.
Unsur-unsur logam mempunyai sifat-sifat khas, antara lain:
a. Penghantar listrik atau panas yang baik (konduktor).
Arus listrik adalah arus elektron. Jika sebatang logam diberi beda potensial
akan terjadi aliran listrik, tetapi atom-atom logam tidak berpindah. Hal ini
menunjukkan bahwa elektron-elektron pada logam sangat mudah berpindah
atau bergerak Saat arus listrik dialirkan ke logam, elektron akan berpindah
sekaligus menghantarkan listrik darikutub negatif ke kutub positif.
b. Mempunyai kemampuan mengubah bentuk tanpa retak (dapat ditempa) dan
dapat diulur. Beberapa logam juga mempunyai sifat dapat ditempa dan
menjadi ikatan kovalen tunggal, rangkap dua dan rangkap tiga. diulur tanpa
harus menghancurkannya terlebih dahulu. Contoh logam yang dapat ditempa,
diantaranya aluminium, tembaga, timbal, emas, dan perak. Adapun logam
yang dapat diulur adalah nikel krom, dan besi.
c. Mempunyai kemampuan mengubah bentuk tanpa retak (dapat ditempa) dan
dapat diulur. Beberapa logam juga mempunyai sifat dapat ditempa dan
menjadi ikatan kovalen tunggal, rangkap dua dan rangkap tiga. diulur tanpa
harus menghancurkannya terlebih dahulu. Contoh logam yang dapat ditempa,
diantaranya aluminium, tembaga, timbal, emas, dan perak. Adapun logam
yang dapat diulur adalah nikel krom, dan besi

G
ambar
. 2.6

Aliminium ditempa menjadi lempengan atau golongan

Mempunyai kemampuan mengubah bentuk tanpa retak (dapat ditempa) dan


dapat diulur. Beberapa logam juga mempunyai sifat dapat ditempa dan
menjadi ikatan kovalen tunggal, rangkap dua dan rangkap tiga. diulur tanpa
harus menghancurkannya terlebih dahulu. Contoh logam yang dapat ditempa,
diantaranya aluminium, tembaga, timbal, emas, dan perak. Adapun logam
yang dapat diulur adalah nikel krom, dan besi.
Gambar 2.7 Merkuri
d. Mengilap jika digosok (terkena sinar) Logam mengilap karena cahaya yang
mengenai permukaan logam dipantulkan oleh elektron.
e. Mempunyai titik didih dan titik leleh yang tingi.
Gaya tarik-menarik yang terjadi antara kation logam dan elektron valensi
cukup kuat. Untuk memutuskan ikatan tersebut diperlukan energi yang sangat
besar pula. Itulah yang menyebabkan titik didih dan titik leleh suatu logam sangat
tinggi.
2. Elektron dalam Ikatan Logam
Unsur atom logam mempunyai sedikit elektron valensi sehingga pada kulit
luar atom banyak terdapat orbital yang kosong. Hal tersebut memungkinkan
elektron valensi unsur logam dapat bergerak bebas, berpindah dari satu orbital ke
orbital yang lain dalam satu atom atau antaratom. Jadi, elektron valensi atom
logam membaur membentuk awan (lautan) elektron yang menyelimuti semua
atom (terdelokalisasi).
Dalam suatu molekul kemungkinan terdapat pasangan elektron ikatan (PEI)
dan pasangan elektron bebas (PEB). Pasangan elektron ikatan (PEI) adalah
pasangan elektron yang digunakan untuk berkatan dan pasangan elektron bebas
(PEB) adalah pasangan elektron yang tidak digunakan untuk berikatan. Sebagian
referensi menyebutkan pasangan elektron ikatan (PEI) adalah domain elektron
ikatan (DEI) dan pasangan elektron bebas (PEB) adalah domain elektron bebas
(DEB). Prinsip-prinsip dasar teori domain elektron adalah sebagai berikut:
1) Antardomain elektron pada kulit luar atom pusat saling tolak-menolak,
sehingga domain elektron akan mengatur diri (mengambil formasi) sedemikian
rupa sehingga tolak-menolak di antaranya menjadi minimum.
2) Pasangan elektron bebas mempunyai gaya tolak yang sedikit lebih kuat dari
pasangan elektron ikatan. Hal tersebut terjadi karena pasangan elektron bebas
hanya terikat pada pada satu atom, sehingga gerakannya lebih leluasa. Urutan
kekuatan tolak menolak di antara pasangan electron adalah sebagai berikut.
PEB-PEB > PEB-PEI > PEI-PEI
Akibat dari perbedaan daya tolak tersebut adalah mengecilnya sudut ikatan
karena desakan dari pasangan elektron bebas. Sama halnya dengan domain yang
terdiri dari dua atau tiga pasangan elektron (ikatan rangkap dua atau rangkap tiga),
tentu mempunyai daya tolak yang lebih besar daripada domain yang hanya terdiri
dari sepasang elektron.

2.9 Teori Tolakan Pasangan Elektron Valensi (VSEPR)


Bentuk molekul menyatakan posisi atom-atom dalam molekul. Bentuk
suatu molekul ditentukan oleh jumlah atom dan struktur atom-atom penyusun
molekul tersebut. Bentuk molekul dapat divisualisasikan dalam model fisik untuk
memahami karakter molekul.
Secara umum bentuk molekul ditentukan lewat percobaan. Tetapi, terdapat
cara sederhana yang memungkinkan untuk meramalkan bentuk molekul jika
diketahui jumlah elektron disekitar atom pusat dalam struktur Lewis-nya. Dasar
pendekatan ini adalah asumsi bahwa pasangan elektron di kulit valensi suatu
atom saling bertolakan satu sama lain. Tolak-menolak antara elektron-elektron
dalam pasangan ikatan yang berbeda menyebabkan pasangan tersebut berada
sejauh mungkin satu sama lain. Bentuk yang dipilih suatu molekul meminimalkan
tolakan. Pendekatan ini disebut model VSEPR (Valence Shell Electron Pair
Repultion).
Menurut VSEPR, meskipun kedudukan pasangan elektron dapat tersebar di
antara atom-atom tersebut tetapi secara umum terdapat pola dasar kedudukan
pasaangan-pasangan elektron akibat adanya gaya tolak- meenolak yang terjadi
antara pasangan elektron tersebut. Atom-atom di dalam berikatan untuk
membentuk pasangan elektron bersama. Oleh sebab itu, bentuk molekul
ditentukan oleh kedudukan pasangan-pasangan elektron.
2.9.1 Teori Domain Elektron
Teori domain elektron adalah suatu cara meramalkan geometri molekul
berdasarakan tolak-menolak elektron-elektron pada kulit luar atom pusat. Teori
ini merupakan penyempurnaan dari teori VSEPR (valence shell electron pair
repulsion). Domain elektron berarti kedudukan elektron atau daerah keberadaan
elektron.
Jumlah domain elektron ditentukan sebagai berikut.
1) Setiap elektron ikatan (ikatan tunggal, rangkap, atau rangkap tiga)
merupakan satu domain
2) Setiap pasangan elektron bebas merupakan satu domain.

2.9.2 Teori Hibridisasi Elektron

Teori domain elektron dapat digunakan untuk meramalkan bentuk molekul,


tetapi teori ini tidak dapat digunakan untuk mengetahui penyebab suatu
molekuldapat berbentuk seperti itu. Sebagai contoh, teori domain elektron
meramalkanmolekul metana (CH4) berbentuk tetrahedron dengan 4 ikatan C-H
yangekuivalen dan fakta eksperimen juga sesuai dengan ramalan tersebut,
akantetapi mengapa molekul CH4 dapat berbentuk tetrahedron.
Namun demikian, keempat elektron tersebut tidaklah ekuivalen dengansatu
pada satu orbital 2s dan tiga pada orbital 2p, sehingga tidak dapat menjelaskan
penyebab C pada CH4 dapat membentuk 4 ikatan ekuivalen yang equivalen.
Untuk menjelaskan hal ini, maka dikatakan bahwa ketika atom karbon
membentuk ikatan kovalen dengan H membentuk CH 4, orbital 2s dan ketiga
orbital 2p mengalami hibridisasi membentuk 4 orbital yang setingkat. Orbital
hibridanya ditandai dengan sp3 untuk menyatakan asalnya, yaitu satuorbital s dan
tiga orbital p.
Cara Meramalkan Bentuk Molekul
Tipe molekul merupakan suatu notasi yang menyatakan jumlah domain
(pasangan elektron) di sekitar atom pusat dari suatu molekul, baik domian ikatan
maupun domain bebas.

2.10 Gaya Van Der Waals


Gaya Van Der Waals terjadi antarmolekul dimana molekul polar memiliki
ujung-ujung yang muatannya berlawanan. Ketika dikumpulkan, maka molekul
polar akan mengatur dirinya (membentuk formasi) sedemikian hingga ujung yang
bermuatan positif akan berdekatan dengan ujung yang bermuatan negatif dari
molekul lain dengan formasi yang tidak tetap karena molekul selalu bergerak dan
bertumbukan/tabrakan.
Gaya Van Der Waals diusulkan pertama kali oleh Johannes Van der Waals
(1837-1923). Konsep gaya tarik antarmolekul ini digunakan untuk menurunkan
persamaan-persamaannya tentang zat-zat yang berada dalam fase gas. Kejadian
ini disebabkan adanya gaya tarik-menarik antara inti atom dengan elektron atom
lain yang disebut gaya tarik-menarik elektrostatis (gaya coulumb). Umumnya
terdapat pada senyawa polar.
Gaya Van Der Waals ini bekerja bila jarak antar-molekul sudah sangat
dekat, tetapi tidak melibatkan terjadinya pembentukan ikatan antaratom.
Misalnya, pada suhu -160 oC molekul Cl2 akan mengkristal dalam lapisanlapisan
tipis dan gaya yang bekerja untuk menahan lapisan-lapisan tersebut adalah gaya
Van Der Waals. Paling sedikit terdapat tiga gaya antarmolekul yang berperan
dalam terjadinya gaya Van Der Waals, yaitu gaya orientasi, gaya imbas, dan gaya
dispersi.
2.9.1 Gaya Orientasi
Gaya orientasi terjadi pada molekul-molekul yang mempunyai dipol
permanen atau molekul polar. Interaksi antara kutub positif dari satu molekul
dengan kutub negatif dari molekul yang lain akan menimbulkan gaya tarik-
menarik yang relatif lemah. Gaya ini memberi sumbangan yang relatif kecil
terhadap gaya Van Der Waals, secara keseluruhan. Kekuatan gaya orientasi ini
akan semakin besar bila molekulmolekul tersebut mengalami penataan dengan
ujung positif suatu molekul mengarah ke ujung negatif dari molekul yang lain.
Misalnya, pada molekul-molekul HCl.
2.9.2 Gaya Imbas

Gaya imbas terjadi bila terdapat molekul dengan dipol permanen,


berinteraksi dengan molekul dipol sesaat. Adanya molekul-molekulpolar dengan
dipol permanen akan menyebabkan imbasan dari kutub molekul polar kepada
molekul nonpolar, sehingga elektron-elektron dari molekul nonpolar tersebut
mengumpul pada salah satu sisi molekul (terdorong atau tertarik), yang
menimbulkan terjadinya dipol sesaat pada molekul nonpolar tersebut.
2.9.3 Gaya London
Gaya London adalah gaya tarik menarik antarmolekul nonpolar yang
lemah akibat terbentuknya dipol sesaat karena adanya aliran elektron. Suatu
getaran dalam sebuah molekul mengimbas (menginduksi) suatu geseran elektron-
elektron suatu molekul disebelahnya. Jadi urutannya molekul polarisasi, gaya
London. Contoh: Br2, I2, dan H2.
Dipol-dipol yang berlawanan ini saling berikatan, walau sifatnya lemah.
Adanya gaya-gaya ini terutama terdapat pada molekul-molekul nonpolar yang
dikemukakan pertama kalinya oleh Fritz London.

2.11 Ikatan Hidrogen


Ikatan Hidrogen adalah ikatan yang terjadi antara atom hidrogen pada suatu
molekul dengan atom nitrogen (N), oksigen (O), atau fluor (F) pada molekul yang
lain. Gaya tarik dipol yang kuat terjadi antara molekul-molekul tersebut. Gaya
Tarik antar molekul yang terjadi memiliki kekuatan 5 sampai 10% dari ikatan
kovalen. Ikatan hidrogen dilambangkan dengan titik-titik (...). Contoh: HF, H2O,
NH3 CH3OH, dan C2H5OH.
Sebagai contoh yaitu ikatan yang terjadi dalam molekul air. Di dalam
molekul air, atom O bersifat sangat elektronegatif sehingga pasangan elektron
antara atom O dan H lebih tertarik ke arah atom O. Dengan demikian terbentuk
suatu dipol. Gaya tarik-menarik antardipol ini yang melalui atom hidrogen disebut
ikatan hidrogen.
Senyawa yang didalamnya terdapat ikatan hidrogen umumnya memiliki titik
didih yang lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa lain yang segolongan.
Sebab untuk memutuskan ikatan hidrogen yang terbentuk diperlukan energi lebih
besar dibandingkan senyawa yang sejenis, tetapi tanpa adanya ikatan hidrogen.
H2O dengan struktur H-O-H dan senyawa yang mempunyai gugus O-H
sepertialkohol (R-OH) terutama yang jumlah atom C-nya kecil, senyawa tersebut
akan bersifat polar dan mempunyai ikatan hidrogen.
Unsur hidrida unsur-unsur golongan VIA (H2O, H2S, H2Se, dan H2Te)
terdapat penyimpangan yang sangat mencolok pada H2O. Penyimpangan yang
sama juga terdapat pada NH3 dengan hidrida unsur-unsur golongan VA lain
(PH3, AsH3, dan SbH3) dan juga pada HF dengan hidrida unsur-unsur golongan
VIIA lainnya (HCl, HBr, HI, dan Hat). Sifat yang abnormal dari HF, H2O, dan
NH3 tersebut dijelaskan dengan konsep ikatan hidrogen.
Seperti kita ketahui, F, O, dan N adalah unsur-unsur yang sangat
elektronegatif. Oleh karena itu, ikatan F—H, O—H, dan N—H adalah ikatan-
ikatan yang sangat polar. Dalam HF, H2O, NH3 dan senyawasenyawa lain yang
mengandung ikatan F — H, O—H, atau N—H, atom H sangat positif. Dalam
senyawa–senyawa seperti itu terdapat suatu ikatan, yang disebut ikatan hidrogen,
yaitu ikatan karena gaya tarik-menarik elektrostatik antara atom hidrogen yang
terikat pada atom berkeelektronegatifan besar.
a. Pengaruh Gaya London Terhadap Titik Didih dan Titik Leleh
Seperti halnya ikatan hidrogen, kekuatan gaya London berbanding lurus dengan
titik didih dan titik leleh. Semakin besar gaya London suatu senyawa, titik didih
dan titik lelehnya akan semakin tinggi.

Gambar 2.8 titik didih dan titik leleh


Selain Ar atau Mr, faktor lain yang mempengaruhi kekuatan gaya London
adalah jumlah cabang suatu molekul. n-pentana, 2-metil-butana, dan 2,2-dimetil-
propana merupakan molekul nonpolar sehingga senyawa-senyawa tersebut
mempunyai gaya London. Jika kita mengamati rumus molekul, Mr dan struktur
molekulnya, ketiga molekul tersebut mempunyai rumus molekul dan Mr yang
sama, tetapi struktur molekul yang berbeda. Dengan demikian n-pentana, 2-metil-
butana, dan 2,2-dimetil-propana merupakan isomer.
Semakin sedikit jumlah cabang, titik didih dan titik lebur zat akan semakin
tinggi. hal tersebut disebabkan karena pada molekul yang berisomer,
terbentuknya dipol terinduksi ditentukan oleh luas permukaan sentuh
antarmolekul. Semakin luas permukaan sentuh, penginduksian semakin mudah
terjadi sehingga dipol terinduksi akan lebih mudah terbentuk. Luas permukaan
sentuh n-pentana lebih besar daripada 2-metil-butana dan 2,2-dimetil-propana.
Adapun luas permukaan sentuh 2-metil-butana lebih besar daripada 2,2-dimetil-
propana.
b. Pengaruh Gaya Antarmolekul terhadap Wujud Gas Nitrogen
Pada suhu rendah, gas nitrogen berwujud cair. Sebaliknya pada suhu tinggi,
gas nitrogen berwujud gas. Fenomena ini tidak terlepas dari ikatan kimia yang
dimiliki gas nitrogen. Gas nitrogen tersusun dari molekul-molekul nitrogen
(N2). Atom-atom N pada molekul N2 diikat oleh ikatan intramolekul yang sangat
kuat, yaitu ikatan kovalen. Antar molekul N2 berinteraksi satu sama lain pada
suhu rendah melalui gaya antar molekul yang sangat lemah . hal tersebut
menyebabkan gas nitrogen berwujud cair pada suhu rendah. Pada suhu tinggi
gaya antar molekul tidak dapat mempertahankan jarak antarmolekul N2 agar tetap
berdekatan. Akibat jarak yang merenggang, gas N2 berubah wujud menjadi gas.

Kekentalan cairan merupakan ukuran halangan suatu zat untuk mengalir.


Zat yang mudah mengalir memiliki kekentalan yang rendah, sedangkan zat yang
sulit mengalir memiliki kekentalan yang tinggi. Air lebih muda mengalir daripada
oli karena air memiliki kekentalan yang lebih rendah dibandingkan oli.
Kemudahan zat untuk mengalir berhubungan langsung dengan kekuatan gaya
antarmolekulnya. Semakin kuat gaya antarmolekul, zat akan semakin sulit
mengalir sehingga kekentalannya semakin tinggi. kekentalan suatu zat akan
berkurang bila dipanaskan. Kenaikan suhu akan memperbesar jarak antar molekul
dan kekentalan akan berkurang.
c. Pengaruh Gaya Antarmolekul terhadap Kelarutan
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat terlarut bercampur secara homogen
dalam zat pelarut. Zat terlarut dapat berwujud cair, dapat juga berwujud padat.
Kelarutan suatu zat terlarut dipengaruhi oleh kekuatan gaya antarmolekul. Jika
kita mencampurkan air dan etanol, kedua cairan tersebut akan melarut. Lain
halnya jika kita mencampurkan air dan benzena, kedua cairan tersebut tidak akan
larut dan membentuk dua fase. Struktur molekul yang dimiliki etanol
memungkinkan untuk membentuk ikkatan hidogen dengan atom O dan H dari
molekul air. Ketika air dan etanol dicampurkan, akan membentuk tiga gaya tarik,
yaitu gaya tarik antara terlarut dengan pelarut (etanol dan air), gaya tarik antarzat
terlarut (etanol dan etanol), dan gaya tarik antarpelarut (air dan air). Ketiga gaya
tarik tersebut sama kuat,sehingga air dan etanol larut sempurna.
Ketika airdan benzena dicampurkan, akan terbentuk tiga gaya tarik, yaitu
gaya tarik antara terlarut dengan pelarut (benzena dan air), gaya tarik antar zat
terlarut (benzena dan benzena), dan gaya tarik antarpelarut (air dan air). Gaya
tarik antarbenzena menghasilkan gaya London, sedangkan gaya tarik antarair
menghasilkan ikatn hidrogen. Gaya tarik antar benzena dan air lebih lemah
daripada gaya tarik benzena-benzena dan gaya tarik air-air sehingga air dan
benzena tidak larut.
d. Pengaruh Gaya Antarmolekul terhadap Bentuk Permukaan Cairan
Jika suatu cairan dimasukkan dalam satu wadah, maka akan ada dua
kemungkinan fenomena yang terjadi. Fenomena pertama, permukaan cairan
berbentuk cekung, sedangkan fenomena kedua permukaan cairan berbentuk
cembung. Kedua fenomena tersebut diakibatkan oleh pengaruh gaya
antarmolekul.
Interaksi antarmolekul yang berbeda (interaksi cairan dengan wadah yang
ditempati) disebut adhesi, sedangkan interaksi antara molekul yang sama
(interaksi antarmolekul cairan) disebut gaya kohesi. Jika gaya adhesi lebih kuat
daripada gaya kohesi, maka permukaan cairan berbentuk cekung. Sebaliknya, jika
gaya kohesi lebih kuat daripada gaya adhesi maka permukaan cairan berbentuk
cembung.

2.12 Pengertian Analisa Kuantitatif


Analisa Kuantitatif adalah penetapan berapa banyak jumlah suatu zat dalam
sampel. Larutan baku adalah larutan pereaksi yang digunakan untuk penentuan
volumetri. Larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti disebut
dengan larutan standar yang digunakan sebagai larutan penentu dalam
pelaksanaan titrasi. Konsentrasi larutan standar dapat dinyatakan dengan
bermacam cara, yaitu molaritas (M), molalitas (m), persen berat, part per million
(ppm), dan part per billion (ppb) (Fernando dan Ryan, 2018).
Biasanya untuk mengukur volume larutan standar tersebut, larutan standar
harus ditambahkan melalui alat yang disebut Buret. Proses penambahan larutan
standar kedalam ruang yang ditentukan sampai terjadi reaksi yang sempurna
disebut titrasi, menitrasi atau menitri. Karena reaksi harus sempurna, maka saat
reaksi sempurna sudah tercapai disebut saat ekuivalen atau saat stoikiometri yang
biasanya dapat diketahui karena ada sesuatu yang tampak dalam larutan ini, yaitu
perubahan warna atau terjadinya suatu endapan yang disebabkan oleh larutan
standarnya itu sendiri atau karena adanya penambahan suatu larutan penunjuk
atau indikator. Saat dimana proses titrasi harus dihentikan disebut saat akhir
titrasi. Diharapkan saat ekuivalen sama dengan saat akhir titrasi. Tetapi pada
kenyataanya, kedua saat tersebut sulit dicapai secara bersamaan. Selisih waktu
tersebut menyebabkan salah titrasi (Keenan et. al., 1990).
Selain reaksi harus kuantitatif juga harus berjalan cepat, sebab bila
reaksinya lambat titik ekuivalen sulit diamati. Reaksi dapat dipercepat dengan
pemanasan, pengadukan atau penambahan katalisator (Day dan Underwood,
2017). Faktor yang menyebabkan ketidaktepatan adalah kurangnya ketelitian
dalam memperhatikan perubahan warna indikator yang terjadi (Khopkar, 2019).
2.2.1 Macam-macam Analisa Kuantitatif
Teknik laboratorium dalam analisis kuantitatif digolongkan ke dalam
tirimetri (volumetri), grafimetri dan instrumental. Analisa titrimetri berkaitan
dengan pengukuran volume suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui
yang diperlukan untuk bereaksi dengan analit. Analisa gravimetri pengukuran
menyangkut pengukuran berat. Istilah analisa instrumental berhubungan dengan
pemakaian peralatan khusus pada langkah pengukuran (Day dan Underwood,
2002). Analisa kuantitatif ada beberapa macam diantaranya volumetri, grafimetri
dan presipitimetri
Volumetri merupakan suatu metode analisa kuantitatif yang dilakukan
dengan cara mengukur volume larutan yang konsentrasinya telah diketahui
dengan teliti, lalu mereaksikannya telah diketahui dengan larutan yang akan
ditentukan konsentrsainya (Keenan et al. , 2019).
Analisis kuantitatif terdiri dari 5 tahapan, yaitu pengambilan sampel,
melarutkan sampel, mengubah analit menjadi bentuk yang dapat diukur,
pengukuran, perhitungan dan penafsiran pengukuran (Day dan Underwood,
2020).
Gravimetri adalah suatu teknik pengukuran kadar dalam suatu larutanyang
biasa berupa garam-garam klorida. Salah satu cara dalam pengukuran gravimetri
yaitu dengan cara evaluasi, yaitu bahan direaksikan sehingga timbul suatu gas.
Caranya yaitu dengan memasang bahan atau mereaksikan dengan suatu pereaksi
sehingga yang dicari adalah banyaknya gas (Keenan et. al, 2018). Presipitrimetri
yaitu titrasi dimana terbentuk endapan. Semakin kecil kelarutan endapan, semakin
sempurna reaksinya. Titrasi presipitrimetri yang menyangkut larutan perak
disebut argentometri (Day dan Underwood, 2020). Titik akhir titrasi ditetapkan
dengan bantuan perubahan warna indikator asam basa yang sesuai. (Oxtoby et al.,
2021)

2.12 Pengertian Karbohidrat


Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen dan oksigen yang
terdapat di alam. Karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O misalnya, rumu
smolekul glukosa ialah C6H12O6 (enam kali CH2O). Tahun 1880-an disadari
bahwa gagasan hidrat dari karbon merupakan gagasan yang salah dan karbohidrat
sebenarnya adalah polihidroksi aldehid dan keton atau turunan mereka
(Fessenden dan Fessenden, 1986). Banyak karbohidrat yang merupakan polimer
yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta
bercabang- cabang. Karbohidrat merupakan bahan makanan penting dan sumber
tenaga yang terdapat dalam tumbuhan dan daging hewan. Selain itu, karbohidrat
juga menjadi komponen struktur penting pada makhluk hidup dalam serat (fiber),
seperti selulosa, pektin serta lignin (William et al., 2020).

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat

a b

c f

Gambar 3.1 Peralatan Ikatan Kimia


(a) Tabung reaksi (b) Pipet tetes (c) Rak tabung (d) Pipet skala

3.1.1 Bahan-bahan
a. NaCl h. AgNO3
b. CH3COOH i. C2H3OH
c. CuSO4 j. FeCl3
d. CCL4 k. K3Fe(CN)6
e. K4Fe(CN)6 l. Aquadest
f. NH4OH
g. BaCl2

3.2 Cara Kerja


1. Ikatan elektrovalen dan ikatan kovalen.bn
Pertama adalah siapkan tiga buah tabung reaksi ,Setelah itu Masing-masing
tabung reaksi diisi dengan 1 mL AgNO 3 0,1 M Kemudian,Tabung reaksi (1)
ditetesi dengan NaCl, tabung reaksi (2) dengan CCl 4 dan tabung reaksi (3)
dengan C2H5OH masing-masing sebanyak 3-6 tetes,dan yang terakhir adalah
perhatikan dan dicatat perubahan yang terjadi.

2. Ikatan kompleks dan non kompleks


Pertama-tama siapkan dua buah tabung reaksi ,kemudiam Masing-masing
tabung reaksi diisi dengan 1mL CuSO4, Tabung reaksi (1) ditetesi dengan
BaCl2 tabung reaksi (2) dengan larutan K 4Fe(CN)6 masing-masing sebanyak
3-6 tetes,emudian perhatikan dan dicatat perubahan yang terjadi. setelah
dicatatan kedua tabung rekasi tersebut ditambahkan dengan larutan NH4OH.

3. Ikatan kompleks dan non kompleks


siapkan tiga buah tabung reaksi,setelah itu masing-masing tabung reaksi
diisi dengan 1 mL KCNS ,tabung reaksi (1) ditetesi dengan FeCl 3, tabung
reaksi (2) dengan K3Fe(CN)6 masing-masing sebanyak 3-6 tetes,dan yang
terakhir adalah perhatikan dan dicatat perubahan yang terjadi.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan


a. Ikatan kovalen dan ikatan elektrokovalen
Pereaksi Larutan AgNO3 Keterangan
NaCL Bereaksi Endapan Putih
CHCl Breaksi Tidak ada endapan
C2H5OH Tidak breaksi Tidak ada endapan

b. Ikatan kompleks dan non kompleks


Pereaksi Larutan CuSO4 Larutan CuSO4 Keterangan
+ NH4OH
BaCl2 Toska Endapan keruh Bereaksi
K4Fe(N)6 Coklat Endapan Merah Bereaksi
kemerahan
Tua

c. Ikatan kompleks dan non kompleks


Pereaksi Larutan CCL3 Keterangan
FeCl3 Tidak ada Endapan Tidak breaksi
( orange )
K3Fe(CN)6 Tidak ada Endapan Tidak breaksi
( kuning)

4.2 Reaksi
a. Ikatan Elektrovalen dan ikatan kovalen
NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3

CCl4 + AgNO3 AgCl + Ccl3NO3

C2H5OH + AgNO3 AgOH + C2H5NO3

b. Ikatan kompleks dan non kompleks


CuSO4 + N H4OH Cu (OH)2 + (NH)2SO4

(a) + BaCl2 Ba(OH)2+ CuCl2

(b) + K4Fe(N)6 (NH4)2(N) +K4FeSO4

c. Ikatan kompleks dan non kompleks


NaCl + AgNO3 AgCl + NaNo3
CCl4 + AgNO3 AgCl + CCl3No

4.3 Pengamatan dan Pembahasan

a. Ikatan elektrovalen dan ikatan kovalen


Garam NaCl direaksikan dengan AgNO3 akan membentuk endapan
AgCl berbentuk didih dan putih dari hasil percobaan tersebut telah sesuai
dengan teori(vogel,bagian 1,1985) senyawa CCl ketika direaksikan
dengan AgNO3 dan membentuk larutan yang berminyak. Hal ini sesuai
dengan teori (Vogel,bagian I,1985).Senyawa C2H5OH ketika direaksikan
dengan AgNO3 tidak akan mengalami reaksi dan tidak terbentuk
endapan. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang mungkin disebabkan
karena adanya kontaminasi dan kurang telitinya praktikan dalam
percobaan.

b. Ikatan kompleks dan non Kompleks Langkah I, II dan


III
Garam BaCl₂ ketika direaksikan dengan larutan CuSO, akan
membentuk endapan BaSO: pada percobaan yang dilakukan telah sesuai
dengan (vogel, bagian 1, 1985). K,Fe(CN), ketika direaksikan akan
membentuk senyawa kompleks dan membentuk endapan merah tua, Hal
ini tidak sesuai dengan teori yang mungkin disebabkan karena adanya
kontaminasi dan kurang telitinya praktikan dalam percobaan. Langkah III
Garam FeCl, ketika direaksikan dengan KCNS akan mengalami
perubahan menjadi merah tua. Hal ini telah sesuai dengan teori (vogel,
bagian 1, 1985), Senyawa K Fe(CN), ketika direaksikan dengan KCNS
akan membentuk senyawa kompleks akan tetapi tidak terbentuk
endapan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dalam hal ini, kation terionisasi dan melepaskan sejumlah elektron
hingga mencapai jumlah oktet yang disyaratkan dalam aturan Lewis:
Sifat-Sifat ikatan ionik adalah: 1) Bersifat polar sehingga larut dalam
pelarut polar 2) Memiliki titik leleh yang tinggi 3) Baik larutan maupun
lelehannya bersifat elektrolit b. Ikatan kovalen = homopolar Ikatan kovalen
merupakan ikatan kimia yang terbentuk dari pemakaian elektron bersama
oleh atom-atom pembentuk ikatan.
Syarat-syarat terbentuknya ikatan kovalen koordinat: 1) Salah satu
atom memiliki pasangan elektron bebas 2) Atom yang lainnya memiliki
orbital kosong Susunan ikatan kovalen koordinat sepintas mirip dengan
ikatan ion, namun kedua ikatan ini berbeda oleh karena beda
keelektronegatifan yang kecil pada ikatan kovalen koordinat sehingga
menghasilkan ikatan yang cenderung mirip kovalen.
Sifat magnet dan sifat-sifat molekul yang lain dapat dijelaskan lebih
baik dengan menggunakan pendekatan mekanika kuantum yang lain yang
disebut sebagai teori orbital molekul (OM), yang menggambarkan ikatan
kovalen melalui istilah orbital molekul yang dihasilkan dari interaksi
orbital-orbital atom dari atom-atom yang berikatan dan yang terkait dengan
molekul secara keseluruhan.

5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Laboratorium
Sirkulasi udara di laboratorium kurang baik dan kurang
nyaman harapan kedepannya mungkin sarana dan prasarana seperti
kipas angin atau AC mungkin bisa ditambahkan di laboratorium.
5.2.2 Saran untuk Asisten
Tetap meningkatkan metode pembelajaran kepada praktikan
agar praktikan dapat memahami dengan mudah semua yang
diajarkan. dan kami berharap Asisten dapat selalu membimbing
kami dalam menyelesaikan laporan laporan kami dengan baik dan
selesai dengan tepat waktu.
AYAT YANG BERHUBUNGAN

Ayat yang berhubungan ( Q.S Yassin : 36 ) yang artinya:


“Maha suci Allah yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan baik dari
apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri sendiri, maupun dari apa yang
tidak mereka ketahui.” (QS. Yassin: 36).

Penjelasan : Dalam surat yasin ayat 36 menjelaskan bahwa Allah menciptakan


semua makhluknya berpasangan dengan adanya suatu ikatan dari apa yang
diketahui darinya maupun yang tidak diketahui (dalam halnya ini tidak terlihat
oleh mata). Sama seperti halnya atom yang merupakan bagian terkecil dari suatu
partikel. Pada ilmu kimia, sifat terpenting yang dimiliki oleh hampir semua jenis
atom adalah kemampuan bergabung dengan atom lain untuk membentuk senyawa,
dalam setiap senyawa atom-atom terjalin secara stabil oleh suatu bentuk ikatan
antara yang disebut ikatan kimia.
DAFTAR PUSTAKA

Day, R A, dan Underwood, A L., (2002), Analsis Kimia Kuantitatif Edisi


Keenam, Erlangga, Jakarta.
Himawan, (2018). Sintesis dan Karakteristik Senyawa Kompleks.
Keenan, Charles. W. (1990). Ilmu kimia untuk Universitas. Cetakan II. Jakarta:
Erlangga.
Khopkar, (2019). Konsep Dasar Kimia Analitik.
Oxtoby, David W., et al. (20019). Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta :
Erlangga.
Ritongan, (2018). Unsur Transisi dan Senyawa Koordinasi.
Syarifuddin, (2018). Viliditas dan Praktikalitas Modul Kesetimbangan Ion dan
pH.
William et,.al (2020). Metode Spektroskopi dalam Kimia Organik.
Zulfadhil, (2018). Kesetimbangan Kimia dan Pergeseran Kesetimbangan, Asam
Basa, Kesetimbangan Ion dan pH.

Anda mungkin juga menyukai