Anda di halaman 1dari 20

Modul

KONSEP INTI KIMIA DASAR I UNTUK SAIN S

IKATAN KIMIA

Tujuan
1. Menjelaskan pengertian ikatan kimia
2. Menjelaskan jenis-jenis ikatan kimia.
3. Menjelaskan pengertian ikatan kimia teori ikatan valensi dan
contohnya
4. Menjelaskan pengertian ikatan kimia teori VSEPR dan
contohnya
5. Meramalkan bentuk molekul dari suatu senyawa dengan
menerapkan model VSEPR
6. Menjelaskan pengertian ikatan kimia teori orbital molekul dan
contohnya
7. Menjelaskan teori hibridisasi

Kegiatan belajar 1. IKATAN KIMIA

I. SUB BAB I: PENGERTIAN IKATAN KIMIA


Ikatan kimia adalah gaya tarik menerik antara atom-atom sehingga
atom-atom tersebut tetap berada bersama-sama dan terkombinasi dalam
senyawaan. Ikatan kimia terbentuk karena unsur-unsur cenderung
membentuk struktur elektron stabil. Struktur elektron stabil yaitu struktur
elektron gas mulia ( Golongan VIII A ) Seperti dalam tabel 3.1 berikut.
Nomor
Unsur K L N M O P
Atom
He 2
Ne 10 8
8
Ar 18 18 8
222222 88888 18 8
Kr 36 18 18
32
Xe 54 18
Rn 86

Walter Kossel dan Gilbert Lewis pada tahun 1916 menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara stabilnya gas mulia dengan cara atom berikatan.

Modul : Konsep Kimia Dasar I untuk Sains 1


Mereka mengemukakan bahwa jumlah elektron terluar dari dua atom yang
berikatan, akan berubah sedemikian rupa sehingga susunan kedua elektron
kedua atom tersebut sama dengan susunan gas mulia. Kecenderungan atom
atom untuk memiliki struktur atau konfigurasi elektron gas mulia atau 8
elektron pada kulit terluar disebut kaidah Oktet. Contoh: Br + Br Br Br Atau Br
– Br. Sementara itu, atom-atom yang mempunyai nomor atom kecil dari
hidrogen sampai dengan boron cenderung memiliki konfigurasi elektron gas
helium atau mengikuti kaidah Duplet. Elektron yang berperan dalam reaksi
kimia yaitu elektron pada kulit terluar atau elektron valensi. Elektron valensi
menunjukan kemampuan suatu atom untuk berikan dengan atom lain. Contoh
elektron valensi dari beberapa unsur dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 3.2 Elektron Valensi Beberapa Unsur
Unsur Susunan electron Elektron valensi
6C 2.4
8O 2.6
12Mg 2.8.2
462357
13Al 2.8.3
15P 2.8.5
17Cl 2.8.7

Unsur – unsur dari golongan alkali dan alkali tanah, untuk menyamai
kestabilan cenderung melepaskan elektron terluarnya sehingga membentuk
ion positif. Unsur – unsur yang mempunyai kecenderungan membentuk ion
positif termasuk unsur elektropositif. Unsur – unsur dari golongan halogen
dan khalkhogen mempunyai kecenderungan menangkap elektron untuk
mencapai kestabilan sehingga membentuk ion negatif. Unsur - unsur yang
demikian termasuk unsur elektronegatif.

❖ Penyimpangan Aturan Oktet


Ikatan kovalen terbentuk antara atom nonlogam dan atom nonlogam lainnya
dengan cara pemakaian elektron bersama sehingga setiap atom yang terlibat
memenuhi kaidah oktet/duplet. Akan tetapi, aturan itu ternyata banyak
dilanggar dan gagal dalam meramalkan rumus kimia senyawa dari unsur-unsur
transisi dan postransisi.
Pengecualian aturan oktet dapat dibagi dalam tiga kelompok sebagai berikut:
1. Senyawa yang tidak mencapai aturan oktet.
Senyawa yang atom pusatnya mempunyai elektron valensi kurang dari 4
termasuk dalam kelompok ini. Hal ini menyebabkan setelah semua
elektron valensinya dipasangkan tetap belum mencapai oktet. Contohnya
adalah BeCl2, BCl3, dan AlBr3.

2. Senyawa dengan jumlah elektron valensi ganjil.

Modul : Konsep Kimia Dasar I untuk Sains 2


Contohnya adalah NO2, yang mempunyai elektron valensi (5 + 6 + 6)= 17.

3. Senyawa yang melampaui aturan oktet.


Ini terjadi pada unsur-unsur periode 3 atau lebih yang dapat menampung
lebih dari 8 elektron pada kulit terluarnya (ingat, kulit M dapat
menampung hingga 18 elektron). Beberapa contoh adalah PCl5, SF6, ClF3,
IF7, dan SbCl5.

II. SUB BAB II: JENIS-JENIS IKATAN KIMIA


1. IKATAN ANTAR ATOM
a. Ikatan ion = heteropolar
Ikatan ionik adalah sebuah gaya elektrostatik yang mempersatukan ion-
ion dalam suatu senyawa ionik. Ion-ion yang diikat oleh ikatan kimia ini terdiri
dari kation dan juga anion. Kation terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki
energi ionisasi rendah dan biasanya terdiri dari logam-logam alkali dan alkali
tanah. Sementara itu, anion cenderung terbentuk dari unsur-unsur yang
memiliki afinitas elektron tinggi, dalam hal ini unsur-unsur golongan halogen
dan oksigen. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ikatan ion sangat
dipengaruhi oleh besarnya beda keelektronegatifan dari atom-atom
pembentuk senyawa tersebut.
Semakin besar beda keelektronegatifannya, maka ikatan ionik yang
dihasilkan akan semakin kuat. Ikatan ionik tergolong ikatan kuat, dalam hal ini
memiliki energi ikatan yang kuat sebagai akibat dari perbedaan
keelektronegatifan ion penyusunnya. Pembentukan ikatan ionik dilakukan
dengan cara transfer elektron. Dalam hal ini, kation terionisasi dan melepaskan
sejumlah elektron hingga mencapai jumlah oktet yang disyaratkan dalam
aturan Lewis.
❖ Sifat-Sifat ikatan ionik adalah:
a. Bersifat polar sehingga larut dalam pelarut polar
b. Memiliki titik leleh yang tinggi
c. Baik larutan maupun lelehannya bersifat elektrolit
Contoh : Pembentukan NaCl

Modul : Konsep Kimia Dasar I untuk Sains 3


b. Ikatan kovalen = homopolar
Ikatan kovalen merupakan ikatan kimia yang terbentuk dari pemakaian
electron bersama oleh atom-atom pembentuk ikatan. Ikatan kovalen biasanya
terbentuk dari unsur-unsur non logam.
Dalam ikatan kovalen, setiap elektron dalam pasangan tertarik ke dalam
nukleus kedua atom. Tarik menarik elektron inilah yang menyebabkan kedua
atom terikat bersama. Ikatan kovalen terjadi ketika masing-masing atom dalam
ikatan tidak mampu memenuhi aturan oktet, dengan pemakaian elektron
bersama dalam ikatan kovalen, masing-masing atom memenuhi jumlah
oktetnya. Hal ini mendapat pengecualian untuk atom H yang
menyesuaikan diri dengan konfigurasi atom dari yang tidak terlibat dalam
ikatan kovalen disebut elektron bebas. Elektron bebas ini berpengaruh dalam
menentukan bentuk dan geometri molekul.
Ada beberapa jenis ikatan kovalen yang semuanya bergantung pada
jumlah pasangan elektron yang terlibat dalam ikatan kovalen.
•Ikatan tunggal merupakan ikatan kovalen yang terbentuk 1 pasangan
elektron.
Contoh dari Ikatan Kovalen Tunggal, pembentukan molekul hidrogen :

•Ikatan rangkap 2 merupakan ikatan kovalen yang terbentuk dari dua


pasangan elektron. Contohnya pembentukan molekul O2

Modul : Konsep Kimia Dasar I untuk Sains 4


•Ikatan rangkap 3 yang terdiri dari 3 pasangan elektron. Contohnya
pembentukan N2 (gas nitrogen).

Ikatan rangkap memiliki panjang ikatan yang lebih pendek daripada


ikatan tunggal. Selain itu terdapat juga bermacam-macam jenis ikatan kovalen
lain seperti ikatan sigma , pi, delta dan lain-lain. Senyawa kovalen dapat dibagi
mejadi senyawa kovalen polardan non polar.Pada senyawa kovalen polar,
atom-atom pembentuknya mempunyai gaya tarik yang tidak sama terhadap
elektron pasangan persekutuannya. Hal ini terjadi karena beda
keelektronegatifan antara atom-atom penyusunnya. Akibatnya terjadi
pemisahan kutub positif dan negatif.
Sementara itu pada senyawa kovalen non-polar titik muatan negatif elekton
persekutuan berhimpit karena beda keelektronegatifan yang kecil atau tidak
ada.
Contoh :

c. Ikatan kovalen koordinasi = semipolar


Ikatan kovalen koordinasi merupakan ikatan kimia yang terjadi apabila
pasangan elektron bersama yang dipakai oleh kedua atom disumbangkan oleh
salah satu atom saja. Sementara itu atom yang lain hanya berfungsi sebagai
penerima elektron berpasangan saja. Syarat-syarat terbentuknya ikatan
kovalen koordinasi :
•Salah satu atom memiliki pasangan electron bebas
•Atom yang lainnya memiliki orbital kosong
Susunan ikatan kovalen koordinasi sepintas mirip dengan ikatan ion,
namun kedua ikatan ini berbeda oleh karena beda keelektronegatifan yang
kecil pada ikatan kovalen koordinasi sehingga menghasilkan ikatan yang
cenderung mirip kovalen. Contohnya Pembentukan NH4+

Modul : Konsep Kimia Dasar I untuk Sains 5


d.Ikatan Logam.
Ikatan logam merupakan salah satu ciri khusus dari logam, pada ikatan
logam ini elektron tidak hanya menjadi miliki satu atau dua atom saja,
melainkan menjadi milik dari semua atom yang ada dalam ikatan logam
tersebut. Elektronelektron dapat terdelokalisasi sehingga dapat bergerak bebas
dalam awan electron yang mengelilingi atom-atom logam. Akibat dari elektron
yang dapat bergerak bebas ini adalah sifat logam yang dapat menghantarkan
listrik dengan mudah. Ikatan logam ini hanya ditemui pada ikatan yang
seluruhnya terdiri dari atom unsur-unsur logam semata. Contohnya :

2. IKATAN ANTAR MOLEKUL


a. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan gaya tarik menarik antara atom H dengan
atom lain yang mempunyai keelektronegatifan besar pada satu molekul dari
senyawa yang sama. Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang paling kuat
dibandingkan dengan ikatan antar molekul lain, namun ikatan ini masih lebih
lemah dibandingkan dengan ikatan kovalen maupun ikatan ion. Ikatan
hidrogen ini terjadi pada ikatan antara atom H dengan atom N, O, dan F yang
memiliki pasangan elektron bebas. Hidrogen dari molekul lain akan bereaksi
dengan pasangan electron bebas ini membentuk suatu ikatan hidrogen
dengan besar ikatan bervariasi. Kekuatan ikatan hidrogen ini dipengaruhi
oleh beda keelektronegatifan dari atom-atom penyusunnya. Semakin besar
perbedaannya semakin besar pula ikatan hidrogen yang dibentuknya.
Kekuatan ikatan hidrogen ini akan mempengaruhi titik didih dari
senyawa tersebut. Semakin besar perbedaan keelektronegatifannya maka
akan semakin besar titik didih dari senyawa tersebut. Namun, terdapat
pengecualian untuk H2O yang memiliki dua ikatan hidrogen tiap molekulnya.
Akibatnya, titik didihnya paling besar dibanding senyawa dengan ikatan
hidrogen lain, bahkan lebih tinggi dari HF yang memiliki beda
keelektronegatifan terbesar.

Modul : Konsep Kimia Dasar I untuk Sains 6


Contohnya :

b. Ikatan van der walls


Gaya Van Der Walls dahulu dipakai untuk menunjukan semua jenis gaya
tarik menarik antar molekul. Namun kini merujuk pada gaya-gaya yang
timbul dari polarisasi molekul menjadi dipol seketika. Ikatan ini merupakan
jenis ikatan antar molekul yang terlemah, namun sering dijumpai diantara
semua zat kimia terutama gas. Pada saat tertentu, molekul-molekul dapat
berada dalam fase dipol seketika ketika salah satu muatan negative berada di
sisi tertentu. Dalam keadaan dipol ini, molekul dapat menarik atau menolak
elektron lain dan menyebabkan atom lain menjadi dipol. Gaya tarik menarik
yang muncul sesaat ini merupakan gaya Van der Walls.

III. SUB BAB III: TEORI IKATAN KIMIA


1. TEORI VSEPR
Teori VSEPR (Valence Shell Electron-Pair Repulsion) atau Tolakan
Pasangan Elektron Kulit Valensi memungkinkan para ahli kimia untuk
meramalkan geometri molekul dari molekul-molekul. Teori ini
mengasumsikan bahwa pasangan elektron di sekitar atom, baik itu bonding
pair maupun lone pair (nonbonding pair), akan berada dalam jarak sejauh
mungkin untuk meminimalkan gaya tolakan di antara elektron tersebut.
Geometri pasangan elektron (domain elektron) adalah susunan pasangan
elektron, baik bonding pair maupun lone pair di sekitar atom pusat.
Berdasarkan jumlah domain elektron, kita dapat meramalkan bentuk
molekul. Satu ikatan baik itu tunggal, rangkap dua maupun tiga juga dianggap
satu domain elektron. Dari total domain inilah didapatkan bentuk-bentuk
dasar untuk berbagai molekul sebagai berikut :

Modul : Konsep Kimia Dasar I untuk Sains 7


❖ Selain itu prinsip-prinsip dasar dari teori domain elektron adalah
sebagai berikut :
a. Antardomain elektron pada kulit luar atom pusat saling tolak-
menolak, sehingga domain elektron akan mengatur diri sedemikian
rupa untuk meminimalisir gaya tolak-menolak ini.
b. Pasangan elektron bebas (PEB) mempunyai gaya tolak yang sedikit
lebih kuat daripada pasangan elektron ikatan.
Hal itu terjadi karena pasangan elektron bebas hanya terikat pada satu
atom, sehingga gerakannya lebih leluasa. Urutan kekuatan tolak-
menolak diantara pasangan elektron adalah sebagai berikut.
Tolakan antar PEB > tolakan antara PEB dan pasangan elektron ikatan >
tolakan antar pasangan elektron ikatan

❖ Untuk menentukan geometri molekul ikuti langkah-langkah berikut ini:


1. Menentukan tipe molekul
Atom pusat dilambangkan dengan A, elektron ikatan dengan X dan
setiap domain elektron bebas dinyatakan dengan E. Caranya berbeda
tergantung jenis molekul/senyawanya.
a. Senyawa biner berikatan tunggal, maka setiap ikatan hanya
menggunakan satu elektron dari atom pusat. Maka, jumlah
PEB (E) dapat ditentukan:
E=(EV−X)
2
Dimana EV = jumlah elektron valensi atom pusat
X = jumlah atom yang terikat pada atom pusat
b. Senyawa biner berikatan rangkap atau kovalen koordinat
E= EV−X′
2
Dimana X’ : jumlah elektron yang digunakan atom pusat
2. Menentukan geometri domain-domain elektron di sekitar atom
pusat yang memberi tolakan minimum
3. Menetapkan domain elektron terikat dengan menuliskan lambang
atom yang bersangkutan
4. Menentukan geometri molekul setelah mempertimbangkan
pengaruh pasangan elektron bebas
❖ Sehingga bila dirangkum, berikut bentuk molekul dengan adanya PEB:
a. Untuk jumlah domain 2 hingga 4
Berikut bentuk molekul dengan adanya PEB untuk jumlah domain 2
hingga 4

Modul : Konsep Kimia Dasar I untuk Sains 8


b. Untuk jumlah domain 5 dan 6 :
Berikut bentuk molekul dengan adanya PEB untuk jumlah domain 5
hingga 6

Modul : Konsep Kimia Dasar I untuk Sains 9


2. TEORI IKATAN VALENSI
Teori ikatan valensi merupakan teori ikatan yang menjelaskan bahwa
atom-atom saling berikatan melalui tumpang tindih antara orbital terluar
(orbital valensi). Dua atom yang saling berdekatan masing-masing memiliki
orbital valensi dan satu elektron. Orbital valensi ini saling tumpang tindih
(overlap) sehingga elektron yang terletak pada masing-masing orbital valensi
saling berpasangan. Sesuai dengan larangan Pauli, maka kedua elektron yang
berpasangan tersebut harus memiliki spin yang berlawanan karena berada
pada satu orbital. Dua buah elektron ditarik oleh inti masing-masing atom
sehingga terbentuk ikatan kovalen. Orbital dari dua buah atom yang saling
tumpah tindih harus memiliki tingkat energi atau perbedaan tingkat energi
yang sama.
Teori ikatan valensi terdapat istilah orbital atom dan orbital hibrida.
Orbital hibrida terbentuk dari proses hibridisasi yaitu pembentukan orbital-
orbital dengan tingkat energi yang sama (orbital hibrid) dari orbital-orbital
dengan tingkat energi yang berbeda. Geometri molekul dapat ditentukan
dengan menggunakan konsep hibridisasi yang dapat dilihat dari susunan
dalam ruang orbital hibrid yang terbentuk. Berikut beberapa hukum dasar
mengenai teori ikatan valensi yaitu:
1. Ikatan valensi terjadi karena adanya gaya tarik-menarik pada elektron-
elektron yang tidak berpasangan pada atom-atom yang berdekatan.
2. Elektron-elektron yang berpasangan memiliki arah spin yang
berlawanan.
3. Elektron-elektron yang berpasangan tidak dapat membentuk ikatan lagi
dengan elektron-elektron yang lain.
4. Kombinasi elektron dalam ikatan hanya dapat diwakili oleh satu
persamaan gelombang untuk setiap atomnya.
5. Elektron-elektron yang berada pada tingkat energi paling rendah akan
membuat pasangan ikatan-ikatan yang paling kuat.
6. Dua orbital dari sebuah atom, orbital dengan kemampuan bertumpang
tindih paling banyaklah yang akan membentuk ikatan paling kuat dan
cenderung berada pada orbital yang terkonsentrasi itu.

Teori ikatan valensi yang ditekankan yaitu pada fungsi gelombang


elektron-elektron berpasangan yang dibentuk dari tumpang tindih fungsi
gelombang pada masing-masing orbital dari atom-atom yang berkontribusi
dan saling terpisah. Misalnya ikatan valensi pada molekul hidrogen, dimana
apabila terdapat satu elektron pada masing-masing dua atom H yang
berlainan maka kemungkinan fungsi gelombang pada sistem adalah sebagai
berikut:

• Ψ = χA(1)χB(2) ………………………………………….. (1)


• Ψ = χA(2)χB(1) ………………………………………….. (2)

dengan keterangan bahwa χA dan χB adalah orbital-orbital 1s pada atom A


dan B, sementara angka 1 dan 2 menunjukkan elektron yang berikatan
dengan proton pada masing-masing atom A dan B. Kedua atom H ketika

Modul : Konsep Kimia Dasar I untuk Sains 10


berada pada keadaan yang sangat dekat, tidak dapat diketahui apakah
elektron 1 terikat pada atom A dan elektron 2 terikat pada atom B atau justru
sebaliknya, sehingga perlu membuat dua fungsi gelombang pada kedua
sistem yang mungkin terjadi. Saat kedua kemungkinan ini disatukan dalam
gelombang superposisi, maka terbentuk kombinasi linear dari keduanya.

• Ψ = χA(1)χB(2) + χA(2)χB(1) …………………………………… (3)

Fungsi di atas merupakan fungsi gelombang untuk ikatan H-H. Kedua


fungsi ini berinterferensi konstruktif sehingga terjadi kenaikkan amplitudo di
daerah fungsi gelombang dalam nukleus (inti). Berdasarkan penjabaran di
atas dapat disimpulkan bahwa pada teori ikatan valensi, fungsi gelombang
dibentuk oleh pasangan spin dari elektron-elektron pada kedua orbital atom-
atom yang berikatan. Ikatan yang terjadi dari tumpang tindih ini adalah
ikatan sigma (б). Contoh ikatan sigma dari orbital s dan p yang saling
tumpang tindih dapat dituliskan sebagai berikut:

Teori ikatan valensi dapat juga diterapkan dalam molekul poliatomik


dengan teori hibridisasi molekul. Penerapan teori ikatan valensi untuk
menjelaskan tentang hibridisasi sp3 misalnya pada molekul metana (CH4).
Metana memiliki atom pusat karbon (C) yang berkoordinasi secara
terahedral. Oleh karena itu, atom karbon pusat memiliki orbital-orbital yang
simetri tepat dengan 4 atom hidrogen. Konfigurasi dari karbon adalah sebagai
berikut:

Modul : Konsep Kimia Dasar I untuk Sains 11


Molekul CH4 berbentuk tetrahedral. Hal ini disebabkan adanya tumpang
tindih 4 orbital hibrida sp3 dari atom C dengan 4 orbital 1s dari 4 atom H
yang mengarah pada pojok-pojok tetrahdral.
3. TEORI ORBITAL ATOM
Teori Ikatan Valensi mampu secara kualitatif menjelaskan kestabilan
ikatan kovalen sebagai akibat tumpang-tindih orbital-orbital atom. Dengan
konsep hibridisasi pun dapat, sayangnya dalam beberapa kasus, teori ikatan
valensi tidak dapat menjelaskan sifat-sifat molekul yang tramati secara
memuaskan. Contohnya adalah molekul oksigen, yang struktur Lewisnya
sebagai berikut.

Menurut gambaran struktur Lewis Oksigen di atas, semua elektron pada


O2 berpasangan dan molekulnya seharusnya bersifat diamagnetik, namun
kenyataannya, menurut hasil percobaan diketahui bahwa Oksigen bersifat
paramagnetik dengan dua elektron tidak berpasangan. Temuan ini
membuktikan adanya kekurangan mendasar dalam teori ikatan valensi. Sifat
magnet dan sifat-sifat molekul yang lain dapat dijelaskan lebih baik dengan
menggunakan pendekatan mekanika kuantum yang lain yang disebut sebagai
teori orbital molekul (OM), yang menggambarkan ikatan kovalen melalui
istilah orbital molekul yang dihasilkan dari interaksi orbital-orbital atom dari
atom-atom yang berikatan dan yang terkait dengan molekul secara
keseluruhan.
Menurut teori orbital molekular , tumpang tindih orbital 1s dua atom
hidrogen mengarah pada pembentukan dua orbital molekul, satu orbital
molekul ikatan dan satu orbital molekul antiikatan. Orbital molekul ikatan
memiliki energi yang lebih rendah dan kestabilan yang lebih besar
dibandingkan dengan orbital atom pembentuknya. Orbital molekul antiikatan
memiliki energi yang lebih besar dan kestabilan yang lebih rendah
dibandingkan dengan orbital atom pembentuknya. Penempatan elektron
dalam orbital molekul ikatan menghasilkan ikatan kovalen yang stabil,
sedangkan penempatan elektron dalam orbital molekul anti ikatan
menghasilkan ikatan kovalen yang tidak stabil. Dalam orbital molekul ikatan
kerapatan elektron lebih besar di antara inti atom yang berikatan. Sementara,
dalam orbital molekul antiikatan, kerapatan elektron mendekati nol diantara
inti. Perbedaan ini dapat dipahami bila kita mengingat sifat gelombang pada
elektron. Gelombang dapat berinteraksi sedemikian rupa dengan gelombang
lain membentuk interferensi konstruktif yang memperbesar amplitudo, dan
juga interferensi destruktif yang meniadakan amplitudo.
Pembentukan orbital molekul ikatan berkaitan dengan interferensi
konstruktif, sementara pembentukan orbital molekul antiikatan berkaitan

Modul : Konsep Kimia Dasar I untuk Sains 12


dengan interferensi destruktif. Jadi, interaksi konstruktif dan interaksi
destruktif antara dua orbital 1s dalam molekul H2 mengarah pada
pembentukan ikatan sigma (σ1s) dan pembentukan antiikatan sigma (σ*1s).
❖ Aturan konfigurasi elektron yang dapat digunakan untuk memahami
kestabilan orbital molekul adalah sebagai berikut:
1. Jumlah orbital molekul yang terbentuk selalu sama dengan jumlah orbital
atom yang bergabung.
2. Semakin stabil orbital molekul ikatan, semakin kurang stabil orbital
molekul anti-ikatan yang berkaitan.
3. Pengisian orbital molekul dimulai dari tingkat energi rendah ke tingkat
energi tinggi. Molekul yang stabil, jumlah elektron dalam orbital molekul
ikatannya selalu lebih banyak daripada dalam orbital molekul anti-ikatan
karena pengisian elektron dalam orbital molekul ikatan yang dimulai dari
yang energi lebih rendah terlebih dahulu.
4. Elektron ketika ditambahkan ke orbital molekul dengan energi yang
sama, susunan yang paling stabil diramalkan aoleh aturan Hund, yaitu
elektron memasuki ke orbital-orbital molekul ini dengan spin sejajar.
5. Jumlah elektron dalam orbital molekul sama dengan jumlah semua
elektron pada atom-atom yang berikatan.

❖ Terbentuknya orbital molekuler pada molekul H2 dengan metoda


kombinasi linear orbital atomik (linear combination of the atomic
orbitals (LCAO) adalah sebagai berikut:
• Ψ = N (Ψx + Ψy) ………………………………………….. (4)
• Ψ* = N (Ψx + Ψy) …………………………………………. (5)
Dimana:
Ψ = fungsi gelombang untuk orbital molekuler
Ψx danΨy = fungsi gelombang orbital 1s hidrogen untuk atom x dan y
N = konstanta normaliasi
❖ Berdasarkan persamaan tersebut dapat diperoleh peluang
ditemukannya sebuah elektron dengan cara mengkuadratkan
persamaan gelombang Ψ.
• Ψ2 = N2 (Ψx2 + Ψy2 + 2Ψx Ψy…………………………………………(6)
Dimana:
Ψx2 = menunjukkan peluang menemukan elektron di sekeliling atom x
Ψy2 = menunjukkan peluang menemukan elektron di sekeliling atom y
2Ψx + Ψy = menunjukkan peningkatan elektron pada daerah antara kedua
inti
Molekul oksigen (O2) dengan konfigurasi 8O= 1s2 2s2 2p4.

Modul : Konsep Kimia Dasar I untuk Sains 13


Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa selain adanya orbital
atom (samping), terdapat juga orbital molekul (tengah). Elektron-elektron
pada orbital molekul merupakan jumlah dari elektron-elektron yang terdapat
di dalam masing-masing orbital kulit valensi unsur penyusunnya. Orbital s
akan membentuk ikatan sigma dan orbital p akan membentuk ikatan pi.
Orbital dengan tanda asterik (*) merupakan orbital anti-ikatan sehingga suatu
molekul menjadi tidak stabil. Semakin banyak elektron pada orbital anti-
ikatan, maka suatu molekul akan semakin tidak stabil. Dari gambar tersebut
dapat diketahui bahwa gas O2 merupakan gas paramagnetik karena terdapat
elektron yang tidak mengisi orbital π*px dan π*py secara penuh, sehingga
konfigurasi elektron valensi molekul O2 adalah:
(σ2s)2(σ*2s)2(σ2pz)2(π2px)2(π2py)2(π*2px)1(π*2py)1
atau
(σ2s)2(σ*2s)2(σ2p)2( π2p)4(π*2p)2

4. HIBRIDISASI
Dalam kimia, hibridisasi adalah sebuah konsep bersatunya orbital-
orbital atom membentuk orbital hibrid yang baru yang sesuai dengan
penjelasan kualitatif sifat ikatan atom. Konsep orbital-orbital yang
terhibridisasi sangatlah berguna dalam menjelaskan bentuk orbital molekul
dari sebuah molekul. Konsep ini adalah bagian tak terpisahkan dari teori
ikatan valensi. Walaupun kadang-kadang diajarkan bersamaan dengan teori
VSEPR, teori ikatan valensi dan hibridisasi sebenarnya tidak ada
hubungannya sama sekali dengan teori VSEPR.
a. Sejarah perkembangan
Teori hibridisasi dipromosikan oleh kimiawan Linus Pauling, dalam
menjelaskan struktur molekul seperti metana (CH4). Secara historis, konsep
ini dikembangkan untuk sistem-sistem kimia yang sederhana, namun
pendekatan ini selanjutnya diaplikasikan lebih luas, dan sekarang ini
dianggap sebagai sebuah heuristik yang efektif untuk merasionalkan struktur
senyawa organik.
Teori hibridisasi tidaklah sepraktis teori orbital molekul dalam hal
perhitungan kuantitatif. Masalah-masalah pada hibridisasi terlihat jelas pada
ikatan yang melibatkan orbital d, seperti yang terdapat pada kimia koordinasi

Modul : Konsep Kimia Dasar I untuk Sains 14


dan kimia organologam. Walaupun skema hibridisasi pada logam transisi
dapat digunakan, ia umumnya tidak akurat. Sangatlah penting untuk dicatat
bahwa orbital adalah sebuah model representasi dari tingkah laku elektron-
elektron dalam molekul. Dalam kasus hibridisasi yang sederhana, pendekatan
ini didasarkan pada orbital-orbital atom hidrogen. Orbital-orbital yang
terhibridisasikan diasumsikan sebagai gabungan dari orbital-orbital atom
yang bertumpang tindih satu sama lainnya dengan proporsi yang bervariasi.
Orbital-orbital hidrogen digunakan sebagai dasar skema hibridisasi
karena ia adalah salah satu dari sedikit orbital yang persamaan
Schrödingernya memiliki penyelesaian analitis yang diketahui. Orbital-orbital
ini kemudian diasumsikan terdistorsi sedikit untuk atom-atom yang lebih
berat seperti karbon, nitrogen, dan oksigen. Dengan asumsi-asumsi ini, teori
hibridisasi barulah dapat diaplikasikan. Perlu dicatat bahwa kita tidak
memerlukan hibridisasi untuk menjelaskan molekul, namun untuk molekul-
molekul yang terdiri dari karbon,nitrogen, dan oksigen, teori hibridisasi
menjadikan penjelasan strukturnya lebih mudah. Teori hibridisasi sering
digunakan dalam kimia organik, biasanya digunakan untuk menjelaskan
molekul yang terdiri dari atom C, N, dan O (kadang kala juga P dan S).

b. Teori hibridisasi vs. Teori orbital molekul


Teori hibridisasi adalah bagian yang tak terpisahkan dari kimia organik dan
secara umum didiskusikan bersama dengan teori orbital molekul dalam buku
pelajaran kimia organik tingkat lanjut. Walaupun teori ini masih digunakan
secara luas dalam kimia organik, teori hibridisasi secara luas telah
ditinggalkan pada kebanyakan cabang kimia lainnya. Masalah dengan teori
hibridisasi ini adalah kegagalan teori ini dalam memprediksikan spektra
fotoelektron dari kebanyakan molekul, meliputi senyawa yang paling dasar
seperti air dan metana. Dari sudut pandang pedagogi, pendekatan hibridisasi
ini cenderung terlalu menekankan lokalisasi elektron-elektron ikatan dan
tidak secara efektif mencakup simetri molekul seperti yang ada pada teori
orbital molekul.

c. Contoh hibridisasi dan tabelnya

Modul : Konsep Kimia Dasar I untuk Sains 15


Rangkuman

1. Ikatan kimia adalah gaya tarik menerik antara atom-atom sehingga atom-atom tersebut
tetap berada bersama-sama dan terkombinasi dalam senyawaan.
2. Kecenderungan atom-atom untuk memiliki struktur atau konfigurasi elektron gas mulia
atau 8 elektron pada kulit terluar disebut kaidah Oktet.
3. Jenis-jenis ikatan kimia berdasarkan ikatan antar atom : ikatan ion, ikatan kovalen,
ikatan kovalen koordinasi, ikatan logam.
4. Jenis-jenis ikatan kimia berdasarkan ikatan antar molekul : ikatan hidrogen, ikatan van
deer walls
5. Teori VSEPR (Valence Shell Electron-Pair Repulsion) atau Tolakan Pasangan Elektron
Kulit Valensi mengasumsikan bahwa pasangan elektron di sekitar atom, baik itu bonding
pair maupun lone pair (nonbonding pair), akan berada dalam jarak sejauh mungkin
untuk meminimalkan gaya tolakan di antara elektron tersebut.
6. Teori ikatan valensi merupakan teori ikatan yang menjelaskan bahwa atom-atom saling
berikatan melalui tumpang tindih antara orbital terluar (orbital valensi).
7. Teori orbital molekul menjelaskan sifat magnet dan sifat-sifat molekul yang lain dapat
dijelaskan lebih baik dengan menggunakan pendekatan mekanika kuantum yang lain
dan menggambarkan ikatan kovalen melalui istilah orbital molekul yang dihasilkan dari
interaksi orbital-orbital atom dari atom-atom yang berikatan dan yang terkait dengan
molekul secara keseluruhan.
8. Hibridisasi adalah sebuah konsep bersatunya orbital-orbital atom membentuk orbital
hibrid yang baru yang sesuai dengan penjelasan kualitatif sifat ikatan atom.

Modul : Konsep Kimia Dasar I untuk Sains 16


Evaluasi

I. Soal Formatif

Jawablah soal evaluasi di bawah ini dengan tepat sebagai refleksi pendalaman materi
anda
1. Diketahui senyawa 11A, 14B, 17 C dan 20D. Atom-atom yang dapat membentuk ikatan
kovalen adalah ....
a. A dan B
b. B dan C
c. C dan D
d. A dan D
e. B dan D

2. Ikatan yang terbentuk karena masing-masing atom menyumbangkan satu elektronnya


dinamakan ....
a. Ikatan kovalen rangkap dua
b. Ikatan ion
c. Ikatan kovalen tunggal
d. Ikatan kovalen koordinasi
e. Ikatan rangkap tiga

3. Diantara senyawa berikut yang memiliki ikatan kovalen rangkap tiga adalah ....
a. CH4
b. NH3
c. CO2
d. N2
e. O2

Modul : Konsep Kimia Dasar I untuk Sains 17


4. Diantara senyawa berikut yang paling memungkinkan membentuk ikatan kovalen
koordinasi adalah ....
a. CH4
b. NH3
c. CO2
d. HF
e. CCl4

5. Susunan elektron valensi gas mulia di bawah ini adalah oktet, kecuali ….
a Ar
b. Ne
c. Kr
d. Xe
e. He

6. Geometri molekul yang tepat untuk Cl2O adalah


a. Tetrahedral dan membentuk V
b. Jungkat-jungkit
c. Bipiramidal terdistorsi
d. Bipiramidal Trigonal
e. Tetrahedral terdistorsi

7. Geometri molekul yang tepat untuk XeF2 adalah


a. Tetrahedral dan membentuk V
b. Jungkat-jungkit
c. Bipiramidal terdistorsi
d. Bipiramidal Trigonal bentuk T
e. Tetrahedral terdistorsi

8. Manakah di antara pernyataan berikut yang kurang tepat?


a. Geometri suatu molekul berhubungan dengan hibridisasi atom pusatnya
b. Teori domain elektron dapat menjelaskan bagaimana suatu molekul memperoleh
bentuknya
c. Bila terdapat 5 domain elektron, maka terdapat 2 posisi yang tidak ekivalen yakni
aksial dan ekuatorial
d. Bila terdapat 5 domain elektron, maka pasangan elektron bebas akan menempati
posisi ekuatorial
e. Semua benar

9. BeCl2 memiliki bentuk molekul …


a. Bentuk V
b. BentukT
c. Linier
d. Trigonal planar
e. Trigonal piramida

Modul : Konsep Kimia Dasar I untuk Sains 18


10. Geometri bentuk suatu molekul dipengaruhi oleh hal-hal berikut, kecuali …
a. Jumlah atom unsur penyusun molekul
b. Elektronegativitas atom unsur penyusun molekul
c. Ukuran atom unsur penyusun molekul
d. Jumlah pasangan elektron bebas molekul
e. Jumlah elektron yang berikatan

II. Tugas
Untuk memperdalam pemahaman Anda tentang materi yang telah dipelajari pada Kegiatan
Belajar 1 maka buatlah peta konsep dari bab ini, yaitu ikatan kimia.

................................................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................................

KUNCI JAWABAN

1. (B) B dan C
2. (C) Ikatan kovalen tunggal
3. (D) N2
4. (B) NH3
5. (E) He, karena He mempunyai 2 elektron valensi. Sedangkan Ne Ar Kr Xe Rn mempunyai 8
elektron valensi (memenuhi kaidah octet).
6. (A) Tetrahedral dan membentuk V
Pembahasan : Cl2O memiliki tipe AX2E2
Jumlah domain : 2+2=42+2=4
Bentuk dasar tetrahedral, bentuk molekul yang paling tepat adalah
tekuk/bengkok/bentuk V
7. (D) Bipiramidal Trigonal bentuk T
Pembahasan : Jumlah domain : 2+3=5
Bentuk dasar trigonal bipirmaidal, bentuk molekul yang paling tepat
adalah bentuk T, dimana PEB diletakkan pada posisi ekuatorial untuk
mengurangi tolakan.
8. (B) Teori domain elektron dapat menjelaskan bagaimana suatu molekul memperoleh
bentuknya
9. (C) Linier
10. (B) Elektronegativitas atom unsur penyusun molekul

Modul : Konsep Kimia Dasar I untuk Sains 19


DAFTAR PUSTAKA

http://kimiaku.wordpress.com/materi-belajar/ikatan-kimia/
http://kimlemoet.wordpress.com/2013/11/10/ikatan-kimia-kelas-x/
http://upsipa15.wordpress.com//2016/15/teori-ikatan-valensi-dan-teori-orbital-
molekul
James E. Brady, Kimia Universitas, Binarupa Aksara, 2002
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. 2017. Kimia Paket C Tingkatan V
Nauli, Tanda. 2019. Kimia Dasar 1. Ikatan Kimia .Universitas Bengkulu
Wardaya.college. 2017belajar-kimia./teori ikatan kimia.

Modul : Konsep Kimia Dasar I untuk Sains 20

Anda mungkin juga menyukai