Anda di halaman 1dari 36

BAB 4.

IKATAN KIMIA

Ikatan kimia adalah ikatan yang terbentuk antar atom atau antar molekul dengan cara :
a. Atom yang satu melepaskan elektron, sedangkan atom yang lain menerima elektron
(serah terima elektron)
b. Penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari masing-masing atom yang
berikatan
c. Penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah satu atom yang berikatan

Tujuan pembentukan ikatan kimia adalah untuk pencapaian kestabilan suatu unsur.
Kestabilan unsur terjadi apabila suatu unsur mengikuti aturan oktet.
Aturan Oktet adalah kecenderungan unsur-unsur untuk menjadikan konfigurasi elektronnnya
sama seperti gas mulia.
 Elektron yang berperan pada pembentukan ikatan kimia adalah elektron valensi dari
suatu atom/unsur yang terlibat.
 Salah 1 petunjuk dalam pembentukan ikatan kimia adalah adanya 1 golongan unsur yang
stabil yaitu golongan VIIIA atau golongan 18 (gas mulia).
 Maka dari itu, dalam pembentukan ikatan kimia; atom-atom akan membentuk konfigurasi
elektron seperti pada unsur gas mulia.
 Unsur gas mulia (Gol VIII A) mempunyai elektron valensi sebanyak 8 (oktet) atau 2
(duplet, yaitu atom Helium).

 Unsur gas mulia mempunyai elektron valensi sebanyak 8 (oktet) atau 2 (duplet, yaitu
atom Helium).

Nomor
Periode Unsur K L M N O P
Atom
1 He 2 2
2 Ne 10 2 8
3 Ar 18 2 8 8
4 Kr 36 2 8 18 8
5 Xe 54 2 8 18 18 8
6 Rn 86 2 8 18 32 18 8
 Kecenderungan unsur-unsur untuk menjadikan konfigurasi elektronnya sama seperti gas
mulia terdekat dikenal dengan istilah Aturan Oktet

Konfigurasi Elektron
Sebelum mengetahui jenis-jenis ikatan kimia, kita harus mengetahui apa itu konfigurasi
elektron. Konfigurasi elektron adalah susunan elektron-elektron pada sebuah unsur. Susunan
elektron berbentuk sub kulit-sub kulit, yang masing-masing sub kulit terdiri dari elektron yang
berbeda. Kulit K : 2, L : 8, M : 8, N : 8. Dengan adanya konfigurasi elektron, kita dapat
mengetahui letak unsur disistem periodik (periode dan golongan).
Contoh : Buat konfigurasi elektron Na
Na : 2, 8, 1  artinya, unsur Na terletak pada golongan 1, periode ke tiga.
11

Namun, di dalam terdapat sub kulit, maka untuk golongan B pada sistem periodik,
konfigurasi elektron dibuat berdasarkan Asas Afbau. Karena untuk unsur yang berada di
golongan B, konfigurasi elektron menggunakan prinsip kulit K,L,M,N tidak bisa digunakan
(Hanya untuk golongan A), tetapi Asas Afbau dapat digunakan untuk di semua golongan (A dan
B).

Berdasarkan perubahan konfigurasi elektron yang terjadi pada pembentukan ikatan kimia,
maka dari itulah ikatan kimia dibedakan menjadi ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen
koordinasi, dan ikatan logam.

B. JENIS – JENIS IKATAN KIMIA

Berdasarkan perubahan konfigurasi elektron yang terjadi pada pembentukan ikatan, maka
ikatan kimia dibedakan menjadi 4 yaitu : ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinat /
koordinasi / dativ dan ikatan logam.

1. Ikatan Ion
Ikatan ion (elektrovalen), adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya perpindahan (serah-
terima) elektron dari satu unsur ke unsur yang lain. Kedua ikatan tersebut berikatan dengan
adanya gaya elektrostatis.
Unsur yang cenderung melepaskan elektron adala unsur logam sedangkan unsur yang
cenderung menerima elektron adalah unsur nonlogam.
“Ikatan yang terbentuk apabila unsur logam melepas elektron dan diikuti dengan unsur
nonlogam yang menerima elektron”

Dengan kata lain, satu memberi dan satu menerima


Contoh ikatan ion adalah :
Unsur Na dengan Cl yang membentuk senyawa NaCl.
Na : 2,8,1  Na+
11

Cl : 2,8,7  Cl-
17

Na+ + Cl-  NaCl

Unsur Na melepaskan 1 elektron valensinya sehingga konfigurasi elektronnya sama dengan gas
mulia (8), dan unsur Cl menerima 1 elektron pada kulit terluarnya sehingga konfigurasi
elektronnya sama dengan gas mulia (8). Jika unsur melepaskan elektron, maka unsur tersebut
bermuatan positif, namun jika unsur menerima elektron, maka unsur tersebut bermuatan negatif.

Senyawa yang mempunyai ikatan ion antara lain :


 Golongan alkali (IA) [kecuali atom H] dengan golongan halogen (VIIA). Contoh : NaF,
KI, dan CsF
 Golongan alkali (IA) [kecuali atom H] dengan golongan oksigen (VIA). Contoh : Na2S,
Rb2S, Na2O
 Golongan alkali tanah (IIA) dengan golongan oksigen (VIA). Contoh “ CaO, BaO, MgS
Sifat umum senyawa ionik :
1) Titik didih dan titik lelehnya tinggi
2) Keras, tetapi mudah patah
3) Penghantar panas yang baik
4) Lelehan maupun larutannya dapat menghantarkan listrik (elektrolit)
5) Larut dalam air
6) Tidak larut dalam pelarut/senyawa organik (misal : alkohol, eter, benzena)

2. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi karena pemakaian pasangan elektron secara
bersama oleh dua atom yang beikatan.
- Ikatan kovalen terjadi akibat ketidakmampuan salah satu atom yang akan berikatan untuk
melepaskan elektron, yang dalam pembentukannya, masing-masing atom mempunyai orbital
pada kulit terluar yang berisi elektron tunggal. Dan kedua orbial tersebut saling tumpang-
tindih (overlap) sehingga sebuah pasangan elektron terbentuk, kemudian dipakai secara
bersama oleh kedua atom.
- Ikatan kovalen terbentuk oleh sesama unsur non logam.
- Ikatan kovalen terbentuk dari atom-atom unsur yang memiliki afinitas elektron tinggi serta
beda keelektronegatifannya lebih kecil dibandingkan ikatan ion.
- Atom non logam cenderung untuk menerima elektron sehingga jika tiap-tiap atom non logam
berikatan maka ikatan yang terbentuk dapat dilakukan dengan cara mempersekutukan
elektronnya dan akhirnya terbentuk pasangan elektron yang dipakai secara bersama.
- Pembentukan ikatan kovalen dengan cara pemakaian bersama pasangan elektron tersebut
harus sesuai dengan konfigurasi elektron pada unsur gas mulia yaitu 8 elektron (kecuali He
berjumlah 2 elektron).
“ikatan yang terbentuk akibat adanya pemakaian elektrom bersama-sama antara unsur non
logam”
Dengan kata lain, sama-sama memberi dan menerima

Contoh ikatan kovalen :


Unsur H dengan N membentuk senyawa NH3
1 H:1  H+
7 N : 2, 5  N-3
H+ + N-3  NH3
Unsur H membutuhkan 1 elektron untuk memenuhi aturan oktet, sedangkan unsur N
membutuhkan 3 elektron untuk memenuhi aturan oktet. Oleh karena itu, kedua unsur tersebut
sama-sama memberi dan menerima (saling memakai)

Jenis – jenis ikatan kovalen

a. Berdasarkan jumlah pasangan elektronnya, ikatan kovalen dibagi menjadi :


 Ikatan kovalen tunggal, adalah ikatan kovalen yang menggunakan satu pasang elektron.
Contoh: H-Cl, H-H
 Ikatan kovalen rangkap dua, adalah ikatan kovalen yang menggunakan dua pasang
elektron. Contoh: O=O
 Ikatan kovalen rangkap tiga, adalah ikatan kovalen yang menggunakan tiga pasang
elektron. Contoh: HC = CH

Berdasarkan kepolarannya, ikatan kovalen dibagi menjadi :


 Ikatan kovalen polar, terjadi antara dua atom dengan keelektronegatifan berdeda (unsur
yang berbeda). Contoh : ikatan H-Cl, H-F, N-H
 Ikatan kovalen nonpolar, terjadi antara dua atom dengan keelektronegatifan sama
(unsur yang sama). Contoh: ikatan H-H, O=O, Cl-Cl

3. Ikatan Kovalen Koordinasi/koordinat/Dativ/semipolar


Ikatan Kovalen Koordinasi adalah ikatan yang terbentuk dengan cara penggunaan
bersama pasangan elektron yang berasal dari salah satu atom yang berikatan [Pasangan
Elektron Bebas (PEB)], sedangkan atom yang lain hanya bisa menerima pasangan elektron
yang digunakan bersama.
Pasangan elektron ikatan (PEI) yang menyatakan ikatan dativ digambarkan dengan
tanda anak panah kecil yang arahnya dari atom donor menuju akseptor pasangan elektron.
“Ikatan yang terbentuk apabila pasangan elektron yang dipakai bersama hanya berasal dari
salah satu unsur yang berikatan”

Dengan kata lain, ada satu menerima, dan ada yang tidak menerima
Contoh kovalen koordinasi :
Senyawa NH3 dengan H+ membentuk NH4+

4. Ikatan Logam
Ikatan logam adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya gara tarik menarik yang terjadi
antara muatan pisitif dari ion-ion logam dengan muatan negatif dari elektron-elektron yang bebas
bergerak. Atom-atom logam dapat diibaratkan bola ping-pong yang terjejal rapat satu sama lain.
Atom logam mempunyai sedikit elektron valensi, sehingga sangat mudah untuk dilepaskan dan
membentuk ion positif.
Maka dari itu kulit terluar atom logam relatif longgar 9terdapat banyak tempat kosong)
sehingga elektron dapat berpindah dari satu atom ke atom lain. Mobilitas elektron dalam logam
sedemikian bebas, sehingga elektron valensi logam mengalami delokalisasi yaitu suatu keadaan
dimana elektron valensi tersebut tidak tetap posisinya pada satu atom, tetapi senantiasa
berpindah-pindah dari satu atom ke atom lain. Elektron-elektron valensi tersebut berbaur
membentuk awan elektron yang menyelimuti ion-ion positif logam.

Pengecualian dan Kegagalan Aturan Oktet


1. Pengecualian Aturan Oktet
a Senyawa yang tidak mencapai aturan oktet
Meliputi senyawa kovalen biner sederhana dari Be, B dan Al yaitu atom-atom yang
elektron valensinya kurang dari empat (4).
Contoh : BeCl2, BCl3 dan AlBr3
b. Senyawa dengan jumlah elektron valensi ganjil
Contohnya : NO2 mempunyai jumlah elektron valensi (5 + 6 + 6) = 17
c. Senyawa dengan oktet berkembang
Unsur-unsur periode 3 atau lebih dapat membentuk senyawa yang melampaui aturan
oktet / lebih dari 8 elektron pada kulit terluar (karena kulit terluarnya M, N dst dapat
menampung 18 elektron atau lebih).
Contohnya : PCl5, SF6, ClF3, IF7 dan SbCl5

2. Kegagalan Aturan Oktet


Aturan oktet gagal meramalkan rumus kimia senyawa dari unsur transisi maupun post
transisi.
Contoh :
Atom Sn mempunyai 4 elektron valensi tetapi senyawanya lebih banyak dengan tingkat
oksidasi +2
Atom Bi mempunyai 5 elektron valensi tetapi senyawanya lebih banyak dengan tingkat
oksidasi +1 dan +3

Penyimpangan dari Aturan Oktet dapat berupa :


1) Tidak mencapai oktet
2) Melampaui oktet ( oktet berkembang )

LAMBANG LEWIS

Adalah lambang atom yang dilengkapi dengan elektron valensinya.


 Lambang Lewis gas mulia menunjukkan 8 elektron valensi (4 pasang).
 Lambang Lewis unsur dari golongan lain menunjukkan adanya elektron tunggal (belum
berpasangan).

PENULISAN STRUKTUR LEWIS

Langkah-langkahnya :
1) Semua elektron valensi harus muncul dalam struktur Lewis
2) Semua elektron dalam struktur Lewis umumnya berpasangan
3) Semua atom umumnya mencapai konfigurasi oktet (khusus untuk H, duplet)
4) Kadang-kadang terdapat ikatan rangkap 2 atau 3 (umumnya ikatan rangkap 2 atau 3 hanya
dibentuk oleh atom C, N, O, P dan S)

Langkah alternatif : ( syarat utama : kerangka molekul / ion sudah diketahui )


1) Hitung jumlah elektron valensi dari semua atom dalam molekul / ion
2) Berikan masing-masing sepasang elektron untuk setiap ikatan
3) Sisa elektron digunakan untuk membuat semua atom terminal mencapai oktet
4) Tambahkan sisa elektron (jika masih ada), kepada atom pusat
5) Jika atom pusat belum oktet, tarik PEB dari atom terminal untuk membentuk ikatan
rangkap dengan atom pusat

Resonansi
1. Suatu molekul atau ion tidak dapat dinyatakan hanya dengan satu struktur Lewis.
2. Kemungkinan-kemungkinan struktur Lewis yang ekivalen untuk suatu molekul atau ion
disebut Struktur Resonansi.
Contoh :
1. Dalam molekul SO2 terdapat 2 jenis ikatan yaitu 1 ikatan tunggal (S) dan 1 ikatan
rangkap (O).
2. Berdasarkan konsep resonansi, kedua ikatan dalam molekul SO2 adalah ekivalen.
3. Dalam molekul SO2 itu, ikatan rangkap tidak tetap antara atom S dengan salah 1 dari 2
atom O dalam molekul itu, tetapi silih berganti.
Tidak satupun di antara ke-2 struktur di atas yang benar untuk SO2, yang benar adalah gabungan
atau hibrid dari ke-2 struktur resonansi tersebut
BAB 7. STOIKIOMETRI

Stoikiometri berasal dari kata “stoicheion” dalam bahasa Yunani yang berarti mengukur.
Dalam ilmu kimia, stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas suatu zat dalam reaksi kimia.
Zat-zat tersebut meliputi massa, jumlah mol, volume, dan jumlah partikel. Tak hanya itu, stoikiometri
juga diartikan sebagai perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam
reaksi.
Suatu reaksi kimia dapat dikatakan sebagai reaksi stoikiometri apabila reaktan dalam reaksi habis
seluruhnya.

Adapun rumus-rumus yang biasa digunakan dalam menyelesaikan materi Kimia Stoikiometri adalah
sebagai berikut:

Angka 22,4 L merupakan volume gas ideal dalam keadaan STP (Standard Temperature and
Pressure), dengan tekanan gas (P) = 1 atm, dan suhu (T) = 273 K. Sementara angka 6,02 x
1023 merupakan besaran tetapan Avogadro. Jadi, 1 mol zat apa pun memiliki jumlah partikel
yang sama yaitu sebanyak 6,02 x 1023 partikel.
Hukum Dasar Kimia untuk Stoikiometri
Ada beberapa hukum dasar kimia yang digunakan untuk stoikiometri, yaitu
1. hukum kekekalan massa,
2. hukum perbandingan tetap,
3. hukum perbandingan berganda,
4. hukum Boyle, hukum Gay Lussac, dan
5. Hipotesis Avogadro.

Hukum Kekekalan Massa

Hukum ini menyatakan massa total suatu bahan sesudah reaksi kimia sama dengan massa total
bahan sebelum reaksi.
Contoh : massa kayu yang belum dibakar memiliki massa yang sama dengan hasil
pembakarannya.

Hukum Perbandingan Tetap

Hukum yang dicetuskan oleh Joseph Proust pada tahun 1799 ini menyatakan perbandingan
massa unsur-unsur penyusun suatu senyawa selalu tetap.

Contoh: perbandingan massa Hidrogen dan Oksigen dalam air adalah 1:8, tidak
bergantung pada jumlah air yang dianalisis.

Hukum Perbandingan Berganda

Hukum perbandingan berganda yang dikemukakan oleh John Dalton pada tahun 1803
yaitu apabila ada dua unsur yang dapat membentuk lebih dari satu senyawa,
perbandingan massa unsur yang satu, yang bersenyawa dengan unsur lain yang tertentu
massanya adalah bilangan bulat dan sederhana.

Contoh: jika Hidrogen yang bereaksi masing-masing 1 gram, H2O (air) yang terbentuk
akan mengandung 4 gram oksigen, dan 8 gram pada H2O2 (Hidrogen Peroksida).

Hukum Gay Lussac

Hukum Gay Lussac atau yang dikenal juga dengan Hukum Perbandingan Volume
dicetuskan oleh ilmuwan asal Prancis, yaitu Joseph Gay Lussac. Berdasarkan
penelitiannya, Lussac mengambil kesimpulan bahwa perubahan volume gas dipengaruhi
oleh suhu dan tekanan.

Contoh : pada suhu dan tekanan tertentu, 1 liter gas Nitrogen bisa bereaksi dengan 3 liter
gas Hidrogen, hingga menghasilkan 2 liter gas amonia (2NH3).

Hipotesis Avogadro

Hipotesis Avogadro ini melengkapi hukum dasar kimia yang digunakan untuk stoikiometri.
Seorang ilmuwan asal Italia, Amadeo Avogadro menyatakan bahwa partikel unsur tidak
selalu berupa atom yang berdiri sendiri, melainkan bisa berbentuk molekul unsur.
Contohnya, H2, O2, N2, dan P4.
Berdasarkan pemikiran tersebut, Avogadro berhasil menjelaskan hukum Gay Lussac dan
membuat hipotesis, yaitu pada tekanan dan suhu yang sama, perbandingan gas yang
memiliki jumlah volume sama akan mempunyai jumlah molekul yang sama pula.

KONSEP KIMIA DALAM STOIKIOMETRI

Untuk mempelajari materi Kimia Stoikiometri terdapat konsep-konsep kimia berikut ini:

Massa Atom Relatif (Ar)

Massa atom relatif merupakan perbandingan massa suatu atom dengan 1/12 kali massa suatu
atom isotop karbon-12 atau C-12. Isotop C-12 ini digunakan sebagai standar karena mempunyai
kestabilan inti yang inert dibandingkan dengan atom lainnya.

Massa Molekul Relatif (Mr)

Berbeda dengan atom relatif, massa molekul relatif digunakan untuk mencari perbandingan
massa satu molekul senyawa dengan 1/12 kali massa satu atom isotop karbon-12 atau C-12.
Dalam hal ini, molekul merupakan gabungan dari atom-atom suatu unsur. Jadi, Mr merupakan
jumlah Ar atom-atom penyusunnya, atau dapat dirumuskan dengan Mr = ΣAr.

KONSEP MOL

Dalam konsep mol, satu mol suatu zat dinyatakan sebagai banyaknya zat tersebut yang
mengandung 6,02 x 1023 buah partikel. Hubungan mol dan jumlah partikel tersebut
ditetapkan sesuai hipotesis Avogadro. Selain itu, massa satu mol suatu zat tersebut sama
dengan Ar atau Mr yang dinyatakan dalam gram. Contohnya, Ar C = 12 sma, maka massa
molar karbon = 12 gram/mol.

MOLARITAS
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam setiap 1 liter larutan. Konsep molaritas ini
sering dikaitkan dengan stoikiometri larutan. Umumnya, molaritas dirumuskan dengan M =
n/V (volume).

Jenis-Jenis Stoikiometri Kimia

Ada tiga macam stoikiometri dalam ilmu Kimia, antara lain stoikiometri reaksi, komposisi
(senyawa), dan stoikiometri gas

1. Stoikiometri reaksi:

Membahas tentang hubungan kuantitatif antara zat yang terlibat dalam suatu reaksi kimia.
Stoikiometri reaksi sering digunakan untuk menyetarakan persamaan reaksi.

2. Stoikiometri komposisi:

Membahas tentang hubungan kuantitatif massa atau jumlah zat antar unsur dalam suatu senyawa.

Dalam penerapannya, stoikiometri ini sering digunakan untuk menggambarkan jumlah zat
Nitrogen dan Hidrogen yang bergabung menjadi amonia kompleks (NH3).

3. Stoikiometri gas:

Jenis stoikiometri ini berkaitan dengan reaksi kimia yang melibatkan gas, di mana gas pada suhu,
tekanan, dan volume tertentu dianggap sebagai gas ideal.

Persamaan gas ideal sering dirumuskan dengan PV = nRT

(P = tekanan dalam satuan atm, V = volume gas dalam satuan liter, n = jumlah mol, R = tetapan
gas 0,082 L atm/mol K, dan T = suhu 273 K).

Contoh penerapan stoikiometri dalam kehidupan sehari-hari

1. Desain Kantung udara


Kantung udara atau Airbag adalah fitur keselamatan di dalam kendaraan yang akan mengurangi
dampak tabrakan pada pengemudi dan penumpang dalam suatu kecelakaan.
Pengaturan waktu adalah faktor penting dalam kemampuan kantong udara untuk menyelamatkan
nyawa dalam benturan langsung. Pengoperasian kantung udara yang efektif memerlukannya
untuk mengembang dengan cepat dengan jumlah (volume) gas yang sesuai dan dalam milidetik
sejak tumbukan awal

2 Penggerak Roket
eksplorasi ruang angkasa merupakan tantangan yang cukup berat. Saat berpikir untuk mengirim
pesawat ruang angkasa ke planet lain atau ke luar angkasa, untuk dapat melepaskan roket
tersebut dilakukan dengan bantuan stoikiometri.

3. Peran di Bidang Industri


Beberapa produk yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti sabun, parfum, pasta
gigi, dan lain-lain, diolah dari beberapa reaksi kimia yang dilakukan di industri. dalam
mensintesis produk tersebut dalam skala besar, stoikiometri memainkan peran dalam
menentukan komposisi bahan-bahan pembentuknya
BAB 8. GAS

Pengertian Gas :

Gas adalah keadaan materi yang terdiri dari partikel-partikel yang tidak memiliki volume
atau bentuk yang pasti. Ini adalah salah satu dari empat wujud mendasar materi, yang lainnya
yaitu padatan, cairan, dan plasma. Dalam kondisi biasa, gas berupa materi yang bentuknya antara
wujud cair dan plasma.

Gas murni dapat terdiri dari atom individu (misalnya Gas mulia seperti neon), molekul unsur
yang terbuat dari satu jenis atom (mis. Oksigen), atau molekul senyawa yang dibuat dari
berbagai atom (misisalnya Karbon dioksida).

Contoh Gas
Berikut ini beberapa contoh gas, antara lain:
1. Gas Beracun
Karbon monoksida adalah salah satu gas beracun yang membahayakan manusia dan hewan
dengan mendorong oksigen ke atas. Dikenal dengan rumus CO, ia memiliki kerapatan yang lebih
rendah daripada oksigen dan karenanya lebih mudah diakses tetapi tidak menyediakan oksigen
yang cukup untuk bernafas.
2. Gas Elemental (Gas Unsur)
Sebelas unsur – hidrogen, nitrogen, oksigen, fluor, klor, helium, neon, argon, kripton, xenon, dan
radon – ada sebagai gas di bawah tekanan dan suhu standar. Tergantung pada elemennya, ketika
suhu atau tekanan dinaikkan atau diturunkan, maka gas-gas tersebut akan beralih ke keadaan
lain.
3. Gas Murni
Gas murni tidak memiliki molekul gas lain yang bercampur dengannya. Salah satu contohnya
adalah oksigen murni. Meskipun kita tidak menghirup oksigen murni karena atmosfer kita terdiri
dari berbagai gas, pasien rumah sakit dengan kesulitan bernapas akan bernapas dengan oksigen
murni untuk membantu paru-paru mereka mentransfer oksigen ke aliran darah secara lebih
efisien.
4. Gas dalam Industri
Sejumlah gas campuran melayani keperluan industri di bidang manufaktur seperti pengelasan,
produksi baja, pendinginan, propelan, dan banyak lagi. Asetilena, butana, propana, dan banyak
gas lainnya bahkan digunakan dalam aplikasi rumah tangga sebagai sumber panas bersuhu
tinggi.
Maka, itutadi artikel yang bisa kami tuliskan kepada segenap pembaca terkait dengan pengertian
gas dalam fisika menurut para ahli, sifat, ciri, rumus, dan contohnya

SIFAT – SIFAT GAS

Benda gas kebanyakan tidak bisa kita lihat keberadaanya tetapi ada juga sebagian yang
bisa kita rasakan keberadaannya. Gas merupakan salah satu faktor penting pendukung kehidupan
yang ada di bumi ini.
Pemanfaatan gas oleh manusia sangat beragam mulai dari untuk menyalakan kompor
yang berbahan bakar gas elpiji, membuat balon terbang, untuk bahan bakar kendaraan, mengisi
ban dalam kendaraan serta yang paling utama adalah untuk bernafas ( gas oksigen ). Sedangkan
pada tumbuhan gas karbondioksida membantu mereka dalam proses fotosintesis.
Gas merupakan satu dari tiga wujud zat dan walaupun wujud ini merupakan bagian tak
terpisahkan dari studi kimia .Sifat fisik gas bergantung pada struktur molekul gasnya dan sifat
kimia gas juga bergantung pada strukturnya.
Perilaku gas yang ada sebagai molekul tunggal adalah contoh yang baik kebergantungan sifat
makroskopik pada struktur mikroskopik

Sifat-sifat gas dapat dirangkumkan sebagai berikut :


1. Gas terdistribusi merata dalam ruang apapun bentuk ruangnya.
2. Gas dalam ruang akan memberikan tekanan ke dinding.
3. Volume sejumlah gas sama dengan volume wadahnya.
4. Bila gas tidak diwadahi, volume gas akan menjadi tak hingga besarnya, dan tekanannya akan menjadi
tak hingga kecilnya.
5. Gas berdifusi ke segala arah tidak peduli ada atau tidak tekanan luar.
6. Bila dua atau lebih gas bercampur, gas-gas itu akan terdistribusi merata.
7. Gas dapat ditekan dengan tekanan luar. Bila tekanan luar dikurangi, gas akan mengembang.
8. Bila dipanaskan gas akan mengembang, bila didinginkan akan mengkerut.

Dari berbagai sifat di atas, yang paling penting adalah tekanan gas. Misalkan suatu cairan
memenuhi wadah. Bila cairan didinginkan dan volumenya berkurang, cairan itu tidak akan
memenuhi wadah lagi. Namun, gas selalu akan memenuhi ruang tidak peduli berapapun
suhunya. Yang akan berubah adalah tekanannya.

Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan gas adalah manometer. Prototipe alat pengukur
tekanan atmosfer, barometer, diciptakan oleh Torricelli. Tekanan didefinisikan gaya per satuan
luas, jadi tekanan = gaya / luas.

Dalam SI, satuan gaya adalah Newton (N), satuan luas m2, dan satuan tekanan adalah Pascal
(Pa). 1 atm kira-kira sama dengan tekanan 1013 hPa. 1 atm = 1,01325 x 105 Pa = 1013,25 hPa
Namun, dalam satuan non-SI unit, Torr, kira-kira 1/760 dari 1 atm, sering digunakan untuk
mengukur perubahan tekanan dalam reaksi kimia.

VOLUME DAN TEKANAN

Fakta bahwa volume gas berubah bila tekanannya berubah telah diamati sejak abad 17
oleh Torricelli dan filsuf / saintis Perancis Blase Pascal (1623-1662). Boyle mengamati bahwa
dengan mengenakan tekanan dengan sejumlah volume tertentu merkuri, volume gas, yang
terjebak dalam tabung delas yang tertutup di salah satu ujungnya, akan berkurang. Dalam
percobaan ini, volume gas diukur pada tekanan lebih besar dari 1 atm.
Boyle membuat pompa vakum menggunakan teknik tercangih yang ada waktu itu, dan ia
mengamati bahwa gas pada tekanan di bawah 1 atm akan mengembang. Setelah ia melakukan
banyak percobaan, Boyle mengusulkan persamaan untuk menggambarkan hubungan antara
volume V dan tekanan P gas.
Hubungan ini disebut dengan Hukum Boyle.

VOLUME
Volume atau bisa juga disebut isi/kapasitas adalah penghitungan seberapa banyak ruang yang
bisa ditempati dalam suatu objek. Objek itu bisa berupa benda yang beraturan ataupun benda
yang tidak beraturan. Benda yang beraturan misalnya kubus, balok, silinder, limas, kerucut, dan
bola. Benda yang tidak beraturan misalnya batu yang ditemukan di jalan. Volume digunakan
untuk menentukan massa jenis suatu benda

HUKUM – HUKUM TENTANG GAS


A. HUKUM BOYLE
Hukum Boyle, yaitu hukum fisika yang menjelaskan bagaimana kaitan antara tekanan
dan volume suatu gas. Penemu hukum boyle adalah Robert Boyle (1627-1691), dia melakukan
penelitian untuk mengetahui hubungan antara tekanan dan volume gas pada suhu yang konstan.
Dari hasil penelitiannya, Robet Boyle menemukan bahwa hasil kali tekanan dan volume gas
dalam ruangan tertutup adalah tetap/konstan.
Hukum Boyle berbunyi :
“Pada suhu tetap, tekanan gas di dalam ruang tertutup berbanding terbalik dengan volumenya”
Dari hukum Boyle tersebut berarti hasil kali tekanan dan volume gas dalam ruang tertutup adalah
konstan (tetap) asalkan suhu gas tetap.
Pernyataan tersebut bila ditulis dalam bentuk rumus :
P.V=C

Dimana c = bilangan tetap (konstanta)


Bila tekanan diubah maka volum gas juga berubah maka rumus di atas dapat ditulis sebagai
berikut.
P1 . V1 = P2 . V2
Keterangan:
P1 = tekanan gas mula-mula (atm, cm Hg, N/m2, Pa)
P2 = tekanan gas akhir (atm, cm Hg, N/m2, Pa)
V1 = volum gas mula-mula (m3, cm3)
V2 = volum gas akhir (m3, cm3)

Penerapan Hukum Boyle


Penerapan Hukum Boyle terdapat pada prinsip kerja pompa. Pompa adalah alat yang digunakan
untuk memindahkan gas atau zat cair. Berdasarkan prinsip kerja ini, pompa dikelompokkan
menjadi dua jenis, yaitu pompa hisap dan pompa tekan.

Peralatan Dengan Prinsip Hukum Boyle


Saat penghisap ditarik, maka volume udara dalam pompa membesar dan udara tidak dapat masuk
ke ban sebab harus masuk melalui katup (ventil) dari karet. Jika pengisap ditekan maka volume
udara dalam pompa mengecil dan udara dapat masuk ke ban melalui ventil karena tekanannya
membesar.

Contoh Soal Terkait Hukum Boyle


Suatu ruangan tertutup mengandung gas dengan volume 200 ml. Jika tekanan ruangan tersebut
adalah 60 cmHg, hitunglah tekanan gas pada ruangan yang volumenya 150 ml?
Diketahui: V1 = 200 mL ; P1 = 60 cmHg ; V2 = 150 ml
Ditanya : P2 ?
Jawab :

Jadi, tekanan gas pada ruangan yang volumenya 150 ml berdasarkan hukum boyle adalah 80
cmHg.

B.HUKUM CHARLES
Hukum Charles juga dikenal sebagai hukum volume, menjelaskan bagaimana gas cenderung
mengembang saat dipanaskan, yang pertama kali diterbitkan oleh filsuf alam Joseph Louis
Lussac pada tahun 1802, tetapi hal tersebut tidak dipublikasikan oleh Jacques Charles.
Sekitar 1787 Charles melakukan percobaan dengan mengisi 5 balon untuk volume yang sama
dengan gas yang berbeda. Dia kemudian menaikkan suhu balon sampai 80 ° C, semua volume
balon meningkat dengan jumlah yang sama. Penelitian ini direferensikan oleh Gay-Lussac pada
tahun 1802 ketika ia menerbitkan sebuah makalah tentang hubungan yang tepat antara volume
dan temperatur gas.
Hukum Charles menyatakan bahwa di bawah tekanan konstan, sebuah gas dengan volume ideal
sebanding dengan suhu mutlak. Volume gas pada tekanan konstan meningkat secara linear
dengan suhu gas mutlak. Rumus yang ia ciptakan adalah V 1 / T 1 = V 2 / T 2.

Seratus tahun setelah Boyle menemukan hubungan antara volume dan tekanan, seorang ilmuwan
berkebangsaan Perancis yang bernama Jacques Charles (1746-1823) menyelidiki hubungan
antara suhu dan volume gas. Berdasarkan hasil percobaannya, om Cale menemukan bahwa
apabila tekanan gas dijaga agar selalu konstan, maka ketika suhu mutlak gas bertambah, volume
gas pun ikt2an bertambah, sebaliknya ketika suhu mutlak gas berkurang, volume gas juga
ikut2an berkurang. Hubungan ini dikenal dengan julukan hukum Charles.
Hukum Charles dapat dinyatakan sebagai jika wadah ditempati oleh sampel gas pada tekanan
konstan maka volume berbanding lurus dengan suhu.
V / T = konstan
V adalah volume
T adalah temperatur (diukur dalam Kelvin)

Hukum Charles dapat disusun kembali menjadi dua persamaan berguna lainnya.
V1 / T1 = V2 / T2
V1 adalah volume awal
T1 adalah suhu awal
V2 adalah volume akhir
T2 adalah suhu akhir

V2 = V1 (T2 / T1)
V2 adalah volume akhir
T2 adalah suhu akhir
V1 adalah volume awal
T1 adalah suhu awal
BAB 9. THERMOKIMIA

Dosen : Ratna Komala

Thermokimia adalah : ilmu yang mempelajari perubahan panas (kalor) pada reaksi kimia.
Satuan untuk menyatakkan panas adalah kalor

Kalor (Q)
Q = m.c.ΔT
= massa
C = kalor jenis
m.c = kapasitas kalor
T = suhu

Panas merupakan salah satu bentuk Energi. Sesuai dengan Hukum kekekalan energi yang
berbunyi : energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan , namun hanya bisa diubah
menjadi bentuk lain, sehingga dalam reaksi kimia akan terjadi pertukaran energi/kalor antara
system dengan lingkungan.
Implikasi hukum ini pada energi dalam sistem, yaitu perubahan energi dalam, ΔE sama dengan
penjumlahan kalor (q) yang diserap atau dilepas sistem dengan kerja (w) yang dilakukan atau
diterima sistem.

SISTEM DAN LINGKUNGAN


Sistem adalah sesuatu yang menjadi objek pengamatan
Lingkungan adalah sesuatu yang ada di luar system, tetapi masih berhubunga dengan system
Misalnya : dalam segelas air , yang dimaksud system adalah air didalam gelas , sedangnkan
gelasnya dan udara di luar gelas adalah lingkungan

Terdapat 3 jenis system yaitu :


1. Sistem terbuka yaitu antara sistem dan lingkungan memungkinkan terjadi pertukaran
energi (kalor) dan pertukaran materi (zat). Contohnya dapat kita lihat pada air panas
dalam gelas terbuka, terjadi pelepasan energi/kalor ke lingkungan dan perpindahan materi
ke lingkungan dalam bentuk uap air.
2. Sistem tertutup yaitu antara sistem dan lingkungan hanya terjadi pertukaran energi/kalor
saja, tetapi tidak terjadi pertukaran materi/zat. Contohnya dapat kita lihat pada air panas
dalam gelas tertutup. Air didalam gelas tidak mengalami perpindahan, tetapi panasnya
tetap dilepas ke lingkungan yang ditandai dengan dinding gelas yang panas saat
dipegang.
3. Sistem terisolasi yaitu antara sistem dan lingkungan tidak terjadi pertukaran baik materi
maupun energi. Contohnya air panas dalam termos yang tertutup rapat. Air dalam termos
tidak berpindah kelingkungan dan energi/kalor nya pun tetap tersimpan dalam sistem.

HUBUNGAN ANTARA ENERGI, KALOR DAN KERJA


Kalor dan kerja sama-sama berdmensi tenaga (energi)
Kalor merupakan tenaga yang dipindahkan (ditransfer) dari suatu benda ke benda yang lain
karena adanya perbedaan temperatur.
Pertukaran energi antara sistem dan lingkungan selain dalam bentuk kalor adalah KERJA
Jadi Bila transfer tenaga tersebut tidak dengan perbedan temperatur, disebut kerja (work)

Satuan kalor adalah kalori(kal),


Kalori adalah jumlah kalor (panas) yang dibutuhkan untuk menaikan suhu dari 1 gram air
sebesar 1 derajat celcius (tepatnya dari 14,5 Co menjadi 15,5 Co )
Satuan kalor untuk sistem British adalah Btu ( Brtish thermal unit = satuan termal Inggris)
1 Btu = Jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu 1 pound air sebesar 1 derajat
Fahrenheit
(tepatnya dari 63 Fo menjadi 64 Fo)

Dari hasil percobaan diketahui bahwa usha/kerja sebesar 4,186 Joule setara dengan 1 kalori kalor
1 kalori = 4,186 Joule
1 kkal = 1000 kalori = 4186 Joule
1 Btu = 778 ft.lb = 252 kalori = 1055 Joule
(1 kalori =4,186 Joule dan kkal = 4186, dikenal dengan sebutan Tara kalor mekanik)
Kalori bukan satuan sistem internasional
Satuan sistem inertnasional untuk kalor adalah JOULE

Kalor dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu :


a. Kalor yang digunakan untuk menaikan suhu
b. Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud
Dalam pembahsan kalor ada 2 konsep yang hampir sama tetapi berbeda yaitu :
a. Kapasitas kalor (H)
b. Kalor jenis (C)

ENTALPI (H)
Entalpi adalah energi yang terkandung dalam suatu zat pada tekanan yang tetap. Zat yang
menyimpan energi banyak disebut memiliki entalpi tinggi/besar, sedangkan zat yang menyimpan
energi sedikit dikatakan memiliki entalpi rendah.
Karena entalpi masing-masing zat berbeda, maka setiap reaksi kimia selau disertai perubahan
entalpi.
Entalpi tidak bisa diukur, yang bisa dihitung adalah perubahannya. Secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut :
ΔH = ΔU + PΔV
Dimana : H = entalpi sistem (joule)
U = energi internal (joule)
P = tekanan dari sistem (Pa)
V = volume sistem (m3)
PERUBAHAN ENTALPI (ΔH)
Perubahan entalpi adalah perubahan panas dari reaksi ada suhu dan tekanan yang tetap , yaitu
selisish antara entalpi zat-zat hasil dikurangi zat-zat reaktan
Rumus : ΔH = Hh – Hr

(ΔH) = Perubahan entalpi


Hh = Entalpi hasil reaksi
Hr = Entalpi zat reaktan

Kalor Reaksi (ΔH)


Kalor reaksi = kalor yang diserap (diperlukan) atau dilepaskan (dihasilkan) dalam reaksi.
Atau dikenal sebagai = Perubahan entalpi (ΔH).

Pada thermokimia dikenal beberapa hukum antara lain :


1. Hukum Laplace (Marquis de Laplace)
ΔH reaksi ke kiri = – ΔH reaksi ke kanan
Sehingga: ΔH penguraian = – ΔH pembentukan

contoh , ΔH pembentukan standar CO2 (g) = – 94,1 kkal/mol.

ΔH penguraian standar CO2 (g) = – (– 94,1 kkal/mol) = + 94,1 kkal/mol.

2. Hukum Hess (Germain Hess)


ΔH reaksi tidak bergantung pada jalanya/tahapan reaksi, ΔH reaksi hanya
bergantung pada keadaan awal (sebelum reaksi) dan keadaan akhir (setelah
reaksi).

Jenis reaksi pada Thermokimia


1. Reaksi Eksoterm reaksi dimana terjadi perpindahan kalor dari system ke lingkungan
atau pada reaki tersebut dikeluarkan panas
reaksi eksoterm (menghasilkan kalor). Biasanya dituliskan:
2 H2 (g) + O2 (g) —→ 2 H2O (l) ΔH = – 136,6 kkal

1. Reaksi Endoterm, reaksi dimana terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke system dan
reaksi tersebut dibutuhkan pans
Reaksi reaksi endoterm (memerlukan kalor).

2 H2O (l) —→ 2 H2 (g) + O2 (g) ΔH = + 136,6 kkal

JENIS-JENIS ENTALPI REAKSI

1. ΔH Pembentukan Standar
Adalah ΔH untuk membentuk 1 mol suatu senyawa dari unsur-unsur penyusunnya pada
keadaan standar.
C(s) + O2 (g) —→ CO2 (g) ΔH = – 94,1 kkal

ΔH pembentukan standar CO2 (g) = – 94,1 kkal/mol.

Umumnya dituliskan ΔHf 0 CO2 (g) = – 94,1 kkal/mol.

2. ΔH Penguraian Standar
Adalah ΔH untuk menguraikan 1 mol suatu senyawa menjadi unsur-unsur penyusunnya pada
keadaan standar.
CO2 (g) —→ C(s) + O2 (g) ΔH = + 94,1 kkal

= ΔH penguraian standar CO2 (g)

CO2 (g) —→ CO(g) + ½ O2 (g) ΔH = + 26,4 kkal


≠ ΔH penguraian standar CO2 (g)

3. ΔH Pembakaran Standar
Adalah ΔH dalam pembakaran sempurna 1 mol suatu senyawa pada keadaan standar.
CH4 (g) + 2 O2 (g) —→ CO2 (g) + 2 H2O (l) ΔH = – 212,4 kkal

= ΔH pembakaran CH4 (g)

CH4 (g) + 3/2 O2 (g) —→ CO (g) + 2 H2O (l) ΔH = – 135,1 kkal

≠ ΔH pembakaran CH4 (g)

Energi Ikatan (Entalpi Ikatan) (D)


Entalpi reaksi dapat diestimasi dari total energi ikatan dari ikatan yang putus dikurangi total
energi ikatan dari ikatan yang terbentuk.
Energi ikatan Adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan 1 mol ikatan senyawa dalam
wujud gas pada keadaan standar menjadi atom-atom gasnya.
H2 (g) —→ 2 H (g) ΔH = + 435 kJ

Energi ikatan H—H = + 435 kJ/mol


CH4 (g) —→ C (g) + 4 H (g) ΔH = + 1 656 Kj

ARAH PROSES REAKSI


Proses reaksi dapat berlangsung spontan ataupun tidak spontan. Ciri-cirinya:
Spontan jika:
ΔH < 0
ΔS > 0
ΔG < 0
Proses spotan adalah satu proses yang berlangsung satu arah system di lingkungan tidak berada
dalam ke setimbangan. proses yang dapat berlangsung dengan sendirinya dan tidak dapat balik
tanpa pengaruh dari luar

Contoh:
a. Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah,
b. Panas selalu mengalir dari temperatur tinggi ke temperatur rendah
c. Gas mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah
d. Spirtus kebakar

Tidak spontan jika:, Ciri cirinya :


ΔH > 0
ΔS < 0
ΔG > 0

Keterangan :
H = entalpi = energi yang dikandung dalam sistem
S = entropi = derajad ketidakaturan sistem.
G = energi bebas (energi yang tidak digunakan untuk kerja).
ΔG = ΔH – T . ΔS

Proses tidak spotan adalah suatu proses yang dapat berlangsung karena adanya pengaruh dari
luar system. proses yang tidak dapat berlangsung tanpa pengaruh dari luar. System dan
lingkungan selalu berada dalam keadaan kesetimbangan.

Contoh:

a. Air membeku
b. Panas tak dapat mengalir dari suhu rendah ke suhu tinggi tanpa pengaruh dari luar.
BAB 10. LARUTAN

Larutan : adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat
atau lebih.
Larutan disebut juga campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah.
Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-
bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.

Fase larutan dapat berwujud :


a. Larutan gas misalnya udara.
b. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain.
c. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain.

Komponen larutan, terdiri dari :


a. pelarut (solvent)
b. zat terlarut (solute).

Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan

alcohol. Umumnya komponen larutan yang jumlahnya lebih banyak disebut sebagai pelarut.

Kelarutan
Kelarutan adalah Banyaknya solute yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu untuk
menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan (solubility)
Umumnya dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 mL pelarut, atau per 100 gram pelarut pada
temperatur yang tertentu

Jenis larutan berdasarkan kelarutannya yaitu :


1. Larutan jenuh, adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan
untuk adanya kesetimbangan antara solute yang terlarut dan yang tak terlarut (larutan
seimbang)
2. larutannya disebut tak jenuh (unsaturated). Jika jumlah solute yang terlarut kurang dari
kelarutannya, maka Larutan tak jenuh lebih encer (kurang pekat) dibandingkan dengan
larutan jenuh.
3. maka larutannya disebut lewat jenuh (supersaturated). Jika jumlah solute yang terlarut lebih
banyak dari kelarutannya, Larutan lewat jenuh lebih pekat daripada larutan jenuh.

Pengaruh Temperatur pada Kelarutan


Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya jika air
dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang
terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang

Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Ada
beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi, misalnya natrium
sulfat dan serium sulfat

Pengaruh tekanan pada kelarutan

Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau padat. Perubahan tekanan
sebesar 500 atm hanya merubah kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl sekitar 5,1 %. Kelarutan

gas sebanding dengan tekanan partial gas itu

Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam sejumlah tertentu larutan. Secara
fisika konsentrasi dapat dinyatakan dalam % (persen) atau ppm (part per million) = bpj (bagian
per juta). Dalam kimia konsentrasi larutan dinyatakan dalam molar (M), molal (m) atau normal
(N).

a. Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap liter larutan.
b. Molalitas (m)
Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap kilo gram (1 000 gram) pelarut.
c. Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut dalam setiap liter larutan.

Massa ekuivalen adalah massa zat yang diperlukan untuk menangkap atau melepaskan 1 mol
elektron dalam reaksi (reaksi redoks).

Contoh soal:
Sebanyak 1,11 g CuCl2 dilarutkan ke dalam 100 g air. Jika massa jenis air 1 g/mL, massa atom

relatif Cu = 40 dan massa atom relatif Cl = 35,5, maka hitunglah konsentrasi larutan tersebut
dalam:
a. Molar
b. Molal
c. Normal

Jawab:
Massa molar CuCl2 = 40 + (2 x 35,5) = 111 g/mol
Volume air = massa : massa jenis = 100 g : 1 g/mL = 100 mL
Mol CuCl2 = massa : massa molar = 1,11 g : 111 g/mol = 0,01 mol
Jika volume larutan = volume air, maka

a. M CuCl2 = (mol : mL) x 1000 mL/L = (0,01 mol : 100 mL) x 1000 mL/L = 0,1 M
b. m CuCl2 = (mol : g) x 1000 g/kg = (0,01 mol : 100 g) x 1000 g/kg = 0,1 m

c. CuC l2 (aq) ⎯→ Cu 2+(aq) + 2 Cl− (aq)


2+
Cu (aq) + 2 e ⎯→ Cu (s)

2 mol elektron ekuivalen dengan 1 mol CuCl2. Jadi n = 2 ek/mol.


N CuCl2 = n x mol : L = 2 ek/mol x 0,001 mol : 0,1 L = 0,2 N

Larutan Elektrolit dan Non elektrolit


Berdasarkan daya hantarnya larutan terbagi 2, yaitu larutan elektrolit dan nonelektrolit1.
1. LARUTAN ELEKTROLIT
adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik. Ini terjadi karena dalam larutan
mengalami ionisasi. Contohnya NaCl, HCl, NaOH dan lain lain
Larutan elektrolit terdiri dari
a. elektrolit kuat
b. elektrolit lemah

Perbedaan antar elektrolit kuat dan lemah seperti terlihat pada tabel berikut :
No Elektrolit kuat Elektrolit lemah

1 Dalam air terionisasi sempurna Dalam air terionisasi sebagian

2 Daya hantar lisreik kuat Daya hantar listrik lemah

3 Dalam alat uji elektrolit ditandai : Dalam alat uji elektrolit

a. Lampu nyala terang a. Lampu nyala redup/mati


b. Banyak gelembung gas b. Gelembung gas sedikit
4 Derajat ionisasi α=1 Derajat ionisai (0 < α < 1 )
5 Contoh : Contoh :

Asamida (HCl. HBr, HI) Sebagin asam selain yang kuat


(CH3COOH)
Asam oksi (H2SO4, HNO3,HClO4)
Sebagian basa selain yang kuat
Basa (NaOH, KOH)
(NH4OH2, Al(OH)3
Garam yang terlarut dalam air (NaCl,
Sebagian kecil garam, seperti
K2SO4)
garam rangkap (K2SO4,
Al2(SO4)3

Contoh

Garam :

(NaCl, KCl, CuSO4 dan KNO3), Contoh :

Asam Kuat : Asam Lemah :

(HCl, HI, HBr, H2SO4 dan HNO3) (HCN, H3PO4, CH3COOH, dan
C2O3)
Basa Kuat :
Basa Lemah :
(NaOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2 dan
KOH) (NH4OH, Al(OH3), dan Fe(OH)3).

Reaksi penguraian elektrolit kuat


ditulis dengan tanda anak panah
tunggal ke kanan. Contoh reaksi
elektrolit kuat :

NaCl (aq) → Na+ (aq) + Cl– (aq)

H2SO4 (aq) → 2 H+ (aq) + SO4 2-


(aq)

NaOH (aq) → Na+ (aq) + OH– (aq)


2. LARUTAN NON-ELEKTROLIT
adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik sehingga dalam larutannya tidak
terjadi ionisasi.
Contohnya larutan Gula, Urea, Alkohol dan lain lain
Larutan non-elektrolit merupakan larutan yang tidak bisa menghantarkan arus listrik. Larutan-
larutan non-elektrolit terdiri atas zat-zat yang terlarut dalam air namun tidak terurai menjadi ion
(tidak terionisasi). Dalam larutan, zat not-elektrolit tetap seperti molekul yang tidak bermuatan
listrik. Itulah mengapa larutan ini tidak dapat menghantarkan arus listrik.

Ciri-Ciri Larutan Non Elektrolit


Tidak dapat terionisasi
Tidak dapat menghantarkan arus listrik atau isolator
Tetapan atau derajat ionisasi (a) a = 0
Jika diuji, Larutan Non Elektrolit, tidak menyala dan tidak muncul gelembung gas.
Contoh Larutan Non Elektrolit
Urea = CO (NH2)2
Glukosa = C6H12O6
Sukrosa = C12H22O11
Etanol = C2H2OH

Larutan Asam dan Basa


Asam adalah semua zat baik dalam bentuk molekul atau ion yang dapat memberikan proton
(donor proton).
Basa adalah semua zat baik dalam bentuk molekul maupun ion yang dapat menerima proton
(akseptor proton)
Larutan Asam
Berdasarkan kekuatan asamnya, larutan dibagi menjadi 2, yaitu asam kuat dan asam lemah
a. Asam Kuat
Asam yang seluruh molekulnya terurai menjadi ion. Contohnya:
HCl → H+ + Cl–
H2SO4 → 2H+ + SO42-
b. asam lemah
Asam yang hanya sebagian molekulnya terurai menjadi ion. contohnya :
CH3COOH → CH3COO– + H+
HCN → H+ + CN–
Larutan Basa
Terdiri dari basa kuat dan basa lemah , contoh
a. Basa Kuat
NaOH → Na+ + OH–
Mg(OH)2 → 2 Mg+ + 2 OH–
b. Basa Lemah
NH3 → NH4+ + OH–

Tabel perbedaan larutan asam, larutan basa dan larutan netral

No Larutan Asam Larutan Basa Larutan Netral

1 Rasa asam Rasa pahit Rasa bervariasi

2 Merubah lakmus biru Merubah lakmus merah Tidak merubah warna


menjadi merah menjadi biru kertas lakmus

3 [H+] > [OH-] [H]+ < [OH-] [H+] = [OH-]

4 Terurai menjadi ion [H+] Terurai menjadi ion Terurai menjadi [H+]
dan ion negatif sisa asam positif logam dan ion dan [OH-]
[OH-]

5 Bersifat korosif, contoh : Bersifat melarutkan kulit, Tidak bersifat korosih.


cuka, air aki contoh : air kapur, air Contoh : alkohol,
sabun NaCl, urea

Derajat Keasaman (pH)


Derajat keasaman merupakan konsentrasi ion H+ dalam larutan.
p = berasal dari kata ‘potenz’ yang berarti pangkat
H = menyatakan atom Hidrogen
Larutan netral pH = pOH = 7
Larutan asam pH<7
Larutan basa pH > 7

Cara Pengukuran pH

a. Menggunakan Indikator
Indikator mempunyai trayek peruabahan warna yang berbeda-beda. Dari uji larutan
dengan beberapa indikator diperoleh daerah irisan pH larutan.

b. Menggunakan Indikator Universal


Indikator universal merupakan gabungan dari beberapa indikator. Indikator universal yang
biasa digunakan adalah metal jingga, metal merah, bromtimol biru, dan fenolftalein.
c. Menggunakan pH-meter
Merupakan alat pengukur pH dengan ketelitian yang tinggi. pH-meter dapat menentukan pH
larutan sampai 2 angka desimal.

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)


Larytan penyangga adalah Larutan yang berfungsi untuk mempertahankan pH meskipun pH
ditambahkan sedikit asam, basa ataupun pengenceran.
Larutan penyangga (buffer) terdiri dari:
1. Buffer Asam
Buffer asam merupakan campuran asam lemah dengan garam (basa konjugasi) yang berasal
dari basa kuat.
2. Buffer Basa
Buffer basa merupakan campuran antara basa lemah dengan garam (asam konjugasi) yang
berasal dari asam kuat.

Fungsi larutan penyangga, yaitu:


a. Di dalam tubuh untuk menjaga pH darah agar sesuai dengan karakteristik reaksi enzim.
b. menjaga pH dalam makanan kaleng agar tidak mudah rusak oleh bakteri.
c. Menjaga pH pada plasma darah supaya berada pada pH berkisar 7,35 – 7,45 ,yaitu dari ion
HCO3- denganion Na+
d. Menjaga pH cairan tubuh supaya ekskresi ion H+ pada ginjal tidak terganggu, yakni asam
dihidrogen posphat (H2PO4-) dengan basa monohidrogen posphat (HPO42-)

Jenis-Jenis Larutan Buffer


Larutan buffer dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa konjugasinya atau basa
lemah dan asam konjugasinya.
Berdasarkan asam basa penyusunnya, larutan buffer dibedakan menjadi 2, yakni sebagai berikut :
1. Larutan buffer asam
yaitu larutan penyangga yang terbentuk dari asam lemah dan basa konjugasinya. Larutan
penyangga asam mempunyai pH kurang dari 7.
Contoh: CH₃COOH (asam lemah) dan CH₃COO– (basa konjugasinya).
2. Larutan penyangga basa
Larutan buffer basa merupakan larutan penyangga yang terbentuk dari basa lemah dan asam
konjugasinya. Larutan penyangga basa mempauanyai pH lebih besar dari 7.
Contoh: NH₃ (basa lemah) dan NH₄+ (asam konjugasinya).

Anda mungkin juga menyukai