Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

MODEL IKATAN KIMIA


(VBT, MOT & VSEPR)

OLEH:

SARTIANA UDIN

G2L122002

JURUSAN S2-KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU


PENEGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO


KENDARI
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………. ii


BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………... 3
A. Latar Belakang …………………………………………………………………… 3
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………4
C. Tujuan ………………………………………………………………………………4
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………… 5
A. Pengertian Ikatan Kimia…………………………………………………………. 5
B. Jenis-Jenis Ikatan Kimia……………………………………………………….. 6
C. Teori Ikatan Valensi (VBT)……….………………………………………………. 12
D. Teori Orbital Molekul (MOT)……………………………………………………. 21
E. Model Tolakan Pasangan Elektron Kulit Valensi (VSEPR)………………………. 24
BAB III KESIMPULAN ………………………………………………………………. 33
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….. 34

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita menerima begitu saja dunia sekitar kita

beserta  perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya tanpa mempertanyakan misalnya,

apa itu air, apa itu bensin, mengapa bensin bias terbakar sedangkan air tidak? Apakah arti

tarbakar? Mengapa besi dapat berkarat sedangkan emas tidak? Apa itu karet dan bagaimana

membuat karet tiruan?

Pertanyaan-pertanyaan diatas adalah sebagian dari masalah yang dibahas dalam

dalam ilmu kimia. Oleh karena itu, ilmu kimia dapat di definisikan sebagai ilmu yang

mempelajari segala sesuatu tentang materi, seperti hakekat, susunan, sifat-sifat, perubahan

serta energi yang menyertai perubahannya. Suatu atom bergabung dengan atom lainnya

melalui ikatan kimia sehingga dapat membentuk senyawa, baik senyawa kovalen maupun

senyawa ion. Senyawa ion terbentuk melalui ikatan ion, yaitu ikatan yang terjadi antara ion

positif [atom yang melepaskan elektron] dan ion negative [atom yang menangkap elektron].

Akibatnya, senyawa ion yang terbentuk bersifat polar.

Dalam setiap senyawa, atom-atom terjalin secara terpadu oleh suatu bentuk ikatan

antaratom yang deiebut ikatan kimia. Seorang ahli kimia dari Amerika serikat, yaitu Gilbert

Newton Lewis ( 1875- 1946) dan Albrecht Kosel dari Jerman ( 1853- 1972) menerangkan

tentang konsep ikatan kimia.Dimana,Unsur- unsur gas mulia ( golongan VIIA) sukar

membentuk senyawa karena konfigurasi electronnya memeliki susunan electron yang

stabil.Setiap unsur berusaha memeliki konfigurasi electron seperti yang di meliki oleh

unsure gas mulia, yaitu dengan cara melepaskan electron atau menangkap electron.Jika

suatu unsure melepaskan electron, artinya unsure itu electron pada unsure lain. Sebaliknya,
jika unsure itu menangkap elektron, artinya menerima elektron dari unsure lain. Jadi

susunan yang  stabil tercapai jika berikatan dengan atom unsure lain. Kecenderungan atom-

atom unsure untuk memiliki delapan elektron di kulit terluar di sebut kaida octet.

B. Rumusan Masalah

1.      Apakah yang dimaksud dengan ikatan kimia?

2.      Apa yang dimaksud dengan ikatan ion dan ikatan kovalen?

3.      Apa saja jenis-jenis ikatan kimia?

4.      Bagaimanakah prinsip teori ikatan valensi dan teori orbital molekul?

5.      Apa yang dapat mempengaruhi bentuk suatu molekul?

6.      Mengapa hibridisasi dapat mempengaruhi bentuk suatu molekul?

7.      Bagaimana kepolaran dari suatu ikatan atom atau molekul?

C. Tujuan

1.      Untuk mengetahui bagaimana terjadi ikatan kimia

2.      Untuk mempelajari berbagai jenis ikatan kimia

3.      Untuk mempelajari teori-teori ikatan kimia

4.      Untuk mengetahui bentuk molekul

5.      Untuk mengetahui kepolaran ikatan


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ikatan Kimia

Ikatan adalah sesuatu yang menghubungkan sesuatu hal dengan hal yang lain. Ikatan

Kimia adalah ikatan yang terjadi antar atom atau antar molekul dengan cara sebagai berikut.

1. Atom yang 1 melepaskan elektron, sedangkan atom yang lain menerima elektron (serah
terima elektron).
2. Penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari masing-masing atom yang
berikatan.
3. Penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah 1 atom yang berikatan.
Ikatan kimia terbentuk karena unsure-unsur cenderung membentuk struktur elektron

stabil. Struktur elektron stabil yaitu struktur elektron gas mulia ( Golongan VIII A ) Seperti

dalam tabel  berikut :

Unsu No
K L M N O P
r Atom

He 2 2

Ne 10 2 8

Ar 18 2 8 8

Kr 36 2 8 18 8

Xe 54 2 8 18 18 8

Rn 86 2 8 18 32 18 8
Walter Kossel dan Gilbert Lewis pada tahun 1916 menyatakan bahwa terdapat

hubungan antara stabilnya gas mulia dengan cara atom berikatan. Mereka mengemukakan

bahwa jumlah elektron terluar dari dua atom yang berikatan, akan berubah sedemikian rupa

sehingga susunan kedua elektron kedua atom tersebut sama dengan susunan gas mulia.

Kecenderungan atom-atom untuk memiliki struktur atau konfigurasi elektron gas mulia atau

8 elektron pada kulit terluar disebut kaidah oktet.

B. Jenis-Jenis Ikatan Kimia

Ikatan kimia merupakan sebuah proses fisika yang bertanggungung  jawab dalam

gaya interaksi tarik menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan suatu

senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil. Secara umum, ikatan kimia dapat

digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:

1. ikatan antar atom


a. Ikatan ion = heteropolar

        Ikatan ionik adalah ikatan antara ion positif dan negatif, karena partikel yang

muatannya berlawanan tarik menarik. Kation terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki

energi ionisasi rendah dan biasanya terdiri dari logam-logam alkali dan alkali tanah.

Sementara itu, anion cenderung terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki afinitas elektron

tinggi, dalam hal ini unsur-unsur golongan halogen dan oksigen. Oleh karena itu, dapat

dikatakan bahwa ikatan ion sangat dipengaruhi oleh besarnya beda keelektronegatifan dari

atom-atom pembentuk senyawa tersebut. Semakin besar beda keelektronegatifannya, maka

ikatan ionik yang dihasilkan akan semakin kuat. Ikatan ionik tergolong ikatan kuat, dalam

hal ini memiliki energi ikatan yang kuat sebagai akibat dari perbedaan keelektronegatifan

ion penyusunnya.
       Pembentukan ikatan ionik dilakukan dengan cara transfer elektron. Dalam hal ini,

kation terionisasi dan melepaskan sejumlah elektron hingga mencapai jumlah oktet yang

disyaratkan dalam aturan Lewis. Sifat-Sifat ikatan ionik adalah bersifat polar sehingga larut

dalam pelarut polar, memiliki titik leleh yang tinggi dan baik larutan maupun lelehannya

bersifat elektrolit.

b. Ikatan kovalen = homopolar

Ikatan kovalen adalah ikatan kimia yang terjadi akibat pemakaian bersama pasangan

elektron oleh dua buah atom. Ikatan Kovalen terjadi karena adanya valensi dari masing-

masing atom. Ikatan kovalen biasanya terbentuk dari unsur-unsur non logam. Dalam ikatan

kovalen, setiap elektron dalam pasangan tertarik ke dalam nukleus kedua atom. Tarik

menarik elektron inilah yang menyebabkan kedua atom terikat bersama.

Pada umumnya ikatan kovalen terjadi antara atom-atom bukan logam yang

mempunyai perbedaan elektronegativitas rendah atau nol. Seperti misalnya : H 2, CH 4, Cl 2,

N 2, C 6 H 6, HCl dan sebagainya. Berdasarkan jumlah pasangan elektron yang dipergunakan

bersama, maka ikatan kovalen dapat dibedakan menjadi:

 Ikatan Kovalen tunggal adalah ikatan kovalen yang melibatkan sepasang elektron dan

dilambangkan dengan satu garis ikatan.

 Ikatan kovalen rangkap adalah ikatan kovalen yang melibatkan lebih dari sepasang

elektron. Ikatan kovalen yang melibatkan  2 pasang elektron disebut ikatan rangkap

dua, dan ikatan kovalen yang melibatkan 3 pasang elektron disebut ikatan rangkap 3.

a) Pembentukan Ikatan Kovalen


Ikatan  kovalen  biasanya terjadi  antar  unsur  nonlogam  yakni antar unsur yang

mempunyai keelektronegatifan relatif besar. Ikata kovalen juga terbentuk karena proses

serah terima elektron tidak mungkin terjadi. Hidrogen klorida merupakan contoh lazim

pembentukan ikatan kovalen dari atom hidrogen dan atom klorin. Hidrogen dan klorin

merupakan unsur non logam dengan harga keeloktronegatifan masing-masing 2,.1 dan 3,0.

konfigurasi elektron atom hidrogen dan atom klorin adalah :

H          : 1

Cl         : 2        8   7

Berdasarkan aturan oktet yang telah diketahui maka atom hidrogen kekurangan 1

elektron dan atom klorin memerlukan 1 elektron untuk membentuk konfigurasi stabil

golongan gas mulia. Apabila dilihat dari segi keelektronegatifan, klorin mempunyai harga

keelektronegatifan yang  lebih  besar  dari  hidrogen  tetapi  hal  ini  tidak  serta  merta

membuat klorin mampu menarik elektron hidrogen karena hidrogen juga mempunyai harga

keelektronegatifan   yang   tidak   kecil.Konfigurasi   stabil   dapat   tercapai   dengan  

pemakaianelektron bersama.Atom hidrogen dan atom klorin    masing-masing

menyumbangkan satu elektron untuk membentuk pasangan elektron milik bersama.

b) Pembagian ikatan kovalen

 Ikatan Kovalen Polar

Atom-atom pembentuknya mempunyai gaya tarik yang tidak sama terhadap

pasangan elektron persekutuannya. Hal ini terjadi karena beda keelektronegatifan kedua

atomnya. Elektron persekutuan akan bergeser ke arah atom yang lebih elektronegatif

akibatnya terjadi pemisahan kutub positif dan negatif. Atau dengan kata lain ikatan
kovalen terjadi jika pasangan elektron terikat tertarik lebih kuat ke salah satu atom,

dimana momen dipolnya besar dari nol.

Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa ia dapat

terdisosiasi (terionisasi) melepaskan satu H+ (sebuah proton tunggal) hanya sekali. Dalam

larutan asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium, H:

HCl + H → H + Cl.

Dalam senyawa HCl ini, Cl mempunyai keelektronegatifan yang lebih besar dari

H. sehingga pasangan elektron lebih tertarik ke arah Cl, akibatnya H relatif lebih

elektropositif sedangkan Cl relatif menjadi elektronegatif.

Pemisahan muatan ini menjadikan molekul itu bersifat polar dan memiliki "momen dipol"

sebesar:

T=n.l

dimana :

T = momen dipol
n = kelebihan muatan pada masing-masing atom
l  = jarak antara kedua inti atom

Diantara beberapa contoh ikatan kovalen polar: HCl, N2O, NH3, HCN.

Dalam pembentukan molekul HF, kedua elektron dalam ikatan kovalen digunakan tidak

seimbang oleh inti atom H dan inti atom F sehingga terjadi pengutuban atau polarisasi

muatan.
Contoh senyawa kovalen polar adalah NH3,PCl3, H2O, dan Cl2O. Perhatikan struktur

Lewis untuk senyawa PCl3 dan H2O berikut:

Ikatan Kovalen non Polar

Titik muatan negatif elektron persekutuan berhimpit, sehingga pada molekul

pembentukuya tidak terjadi momen dipol, dengan perkataan lain bahwa elektron

persekutuan mendapat gaya tarik yang sama.

Misalnya pada Iodine (I). Dalam pembentukan molekul I2, kedua elektron dalam

ikatan kovalen digunakan secara seimbang oleh kedua inti atom iodin tersebut. Oleh

karena itu, tidak akan terbentuk muatan (tidak terjadi pengutuban atau polarisasi muatan).
Contoh senyawa lain yang memiliki bentuk molekul simetris dan bersifat

nonpolar adalah CH4, BH3, BCl3, PCl5, dan CO2. Perhatikan struktur salah satu ikatan

kovalen non Polar dari CH4 berikut:

Ikatan Kovalen Koordinasi

Ikatan kovalen koordinat merupakan ikatan kimia yang terjadi apabila pasangan

elektron bersama yang dipakai oleh kedua atom disumbangkan oleh salah satu atom saja.

Atau dengan kata lain yang lebih sederhana, Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan yang

terjadi apabila pasangan elektron yang dipakai bersama berasal dari salah satu atom yang

membentuknya. Sehingga dalam suatu ikatan Kovalen koordinasi terdapat satu atom

pemberi pasangan elektron bebas (elektron sunyi), sedangkan atom lain sebagai

penerimanya.

Syarat-syarat pembentukan ikatan kovalen koordinasi antara lain adalah:

1) Salah satu atom memiliki pasangan elektron bebas

2) Atom yang lainnya memiliki orbital kosong

Misalnya dalam ion Hidronium (H3O+), ikatan H+ dengan O adalah ikatan

koordinasi dan ikatan O – H yang lain adalah kovalen. Sifat ketiga ikatan O – H itu sama,

yang berbeda hanya cara terbentuknya. Demikian juga dalam ion Amonium (NH4+),

keempay ikatan N – H sama sifatnya antara yang koordinasi dengan yang lainnya.

c) Ikatan Logam
            Ikatan logam merupakan salah satu ciri khusus dari logam, pada ikatan logam ini

elektron tidak hanya menjadi miliki satu atau dua atom saja, melainkan menjadi milik dari

semua atom yang ada dalam ikatan logam tersebut. Elektron-elektron dapat terdelokalisasi

sehingga dapat bergerak bebas dalam awan elektron yang mengelilingi atom-atom logam.

Akibat dari elektron yang dapat bergerak bebas ini adalah sifat logam yang dapat

menghantarkan listrik dengan mudah. Ikatan logam ini hanya ditemui pada ikatan yang

seluruhnya terdiri dari atom unsur-unsur logam semata.

2. Ikatan Antara Molekul

a. Ikatan Hidrogen

          Ikatan hidrogen merupakan gaya tarik menarik antara atom H dengan atom lain yang

mempunyai keelektronegatifan besar pada satu molekul dari senyawa yang sama. Ikatan

hidrogen merupakan ikatan yang paling kuat dibandingkan dengan ikatan antar molekul lain,

namun ikatan ini masih lebih lemah dibandingkan dengan ikatan kovalen maupun ikatan

ion.

         Ikatan hidrogen ini terjadi pada ikatan antara atom H dengan atom N, O, dan F yang

memiliki pasangan elektron bebas. Hidrogen dari molekul lain akan bereaksi dengan

pasangan elektron bebas ini membentuk suatu ikatan hidrogen dengan besar ikatan

bervariasi. Kekuatan ikatan hidrogen ini dipengaruhi oleh beda keelektronegatifan dari

atom-atom penyusunnya. Semakin besar perbedaannya semakin besar pula ikatan hidrogen

yang dibentuknya.

         Kekuatan ikatan hidrogen ini akan mempengaruhi titik didih dari senyawa tersebut.

Semakin besar perbedaan keelektronegatifannya maka akan semakin besar titik didih dari

senyawa tersebut. Namun, terdapat pengecualian untuk H2O yang memiliki dua ikatan
hidrogen tiap molekulnya. Akibatnya, titik didihnya paling besar dibanding senyawa dengan

ikatan hidrogen lain, bahkan lebih tinggi dari HF yang memiliki beda keelektronegatifan

terbesar.

b. Ikatan Van Der Walls

Gaya Van Der Walls dahulu dipakai untuk menunjukan semua jenis gaya tarik

menarik antar molekul. Namun kini merujuk pada gaya-gaya yang timbul dari polarisasi

molekul menjadi dipol seketika. Ikatan ini merupakan jenis ikatan antar molekul yang

terlemah, namun sering dijumpai diantara semua zat kimia terutama gas. Pada saat tertentu,

molekul-molekul dapat berada dalam fase dipol seketika ketika salah satu muatan negatif

berada di sisi tertentu. Dalam keadaa dipol ini, molekul dapat menarik atau menolak

elektron lain dan menyebabkan atom lain menjadi dipol. Gaya tarik menarik yang muncul

sesaat ini merupakan gaya Van der Walls.

C. Teori Ikatan Valensi

Teori ikatan valensi merupakan teori mekanika kuantum pertama yang muncul pada

masa awal penelitian ikatan kimia yang didasarkan pada percobaan W. Heitler dan F.

London pada tahun 1927 mengenai pembentukkan ikatan pada molekul hidrogen.

Selanjutnya, teori ini kembali diteliti dan dikembangkan oleh Linus Pauling pada tahun

1931 sehingga dipublikasikan dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul “On the Nature of the

Chemical Bond”. Dalam jurnal ini dikupas hasil kerja Lewis dan teori ikatan valensi oleh

Heitler dan London sehingga menghasilkan teori ikatan valensi yang lebih sempurna dengan

beberapa postulat dasarnya, sebagai berikut:

1. Ikatan valensi terjadi karena adanya gaya tarik pada elektron-elektron yang tidak
berpasangan pada atom-atom.
2. Elektron - elektron yang berpasangan memiliki arah spin yang berlawanan.

3. Elektron-elektron yang telah berpasangan tidak dapat membentuk ikatan lagi dengan
elektron-elektron yang lain.

4. Kombinasi elektron dalam ikatan hanya dapat diwakili oleh satu persamaan gelombang
untuk setiap atomnya.

5. Elektron-elektron yang berada pada tingkat energi paling rendah akan membuat
pasangan ikatan-ikatan yang paling kuat.

6. Pada dua orbital dari sebuah atom, orbital dengan kemampuan bertumpang tindih paling
banyaklah yang akan membentuk ikatan paling kuat dan cenderung berada pada orbital
yang terkonsentrasi itu.

Ke enam postulat dasar di atas disimpulkan dari sejumlah penelitian terhadap

pembentukkan ikatan pada molekul hidrogen berdasarkan persamaan fungsi gelombang

elektron pada masing-masing orbital yang berikatan.

Struktur elektronik molekul poliatom dapat juga digambarkan dengan metoda

orbital molekular LCAO (Linear Combination of Atomic Orbital = KLOA), tetapi

dengan metoda ini energi elektronik akan bergantung pada sudut dan jarak antar inti. Oleh

karena itu, dengan menemukan kesetimbangan geometrinya dan dengan meminimalkan

energi (dihitung dengan metoda variasi) berkenaan dengan semua koordinaty merupakan

proses yang sulit dan memakan waktu. Perhitungan seperti ini lebih bersifat rutin daripada

dengan adanya komputerenergi yang lebih bermanfaat. Ketepatan perhitungan bergantung

pada jumlah orbital atom yang digunakan. Jika digunakan sejumlah besar orbital atom

atau sekelompok orbital dasar, maka jarak antar inti dan sudut ikatan molekul kecil (kurang

dari ~ 6 atom) dapat dihitung setepat pengukuran (jaraknya beberapa pikometer dan sudut

ikatan sampai derajat dua). Bagaimanapun, energi biasanya tidak dapat dihitung cukup

akurat untuk dapat digunakan dalam perhitungan thermodinamika.


Karena energi ikatan kimia merupakan perbedaan diantara sejumlah besar energi

(orde energi orbital 1s pada atom hidrogen ~ 1300 kJmol-1) maka kita harus menghitung

energi yang besar ini seakurat mungkin untuk memperoleh akurasi sifat kimia dalam

perbedaan energinya.

Oleh karena itu adalah penting untuk memperoleh cara sederhana untuk

memikirkan ikatan kimia dan struktur molekul yang, walaupun tidak akurat, memberikan

gambaran kualitatif dengan sedikit pekerjaan numeric/angka-angka. Metoda ini

diperkenalkan oleh Heitler dan London untuk H2 seiring munculnya mekanika kuantum,

yang disebut dengan Metoda Ikatan Valensi. Metoda ini dipaparkan dalam gambaran

kualitatif dalam sub bab ini.

Metoda ikatan valensi didasarkan atas ide bahwa ikatan kimia akan terbentuk jika

terjadi overlap yang baik dari orbital-orbital atom dari atom-atom yang terlibat. Jika ide

orbital hibrida ditambahkan dalam kasus ini, maka akan diperoleh penjelasan mengenai

sudut ikatan dalam molekul sederhana. Orbital hibrida merupakan kombinasi linear orbital

atom pada atom tunggal dengan sudut tertentu yang berhubungan diantara mereka. Ide ini

akan diilustrasikan dengan mengambil contoh molekul BeH2, BH3, CH4, NH3, dan H2O.

Sudut ikatan H ─ Be ─ H adalah 180°. Konfigurasi elektron tingkat dasar atom

Berellium adalah 1s2 2s2. Untuk menyatakan hubungan langsung ikatan BeH2 dan fakta

bahwa mereka equivqlen, dua orbital hibrida Berillium terbentuk oleh kombinasi linear

orbital 2s dan satu orbital 2p, tetapi untuk ini diperoleh energi yang lebih dari cukup jika

terbentuk senyawa kimia stabil dengan dua ikatan.

Terbentuk dengan cara ini dua orbital sp, yaitu :


ψsp(i) = 2-1/2 (2s + 2px)..........................................................................................(45)

ψsp(ii) = 2-1/2 (2s - 2px)...........................................................................................(46)


dimana orbital-orbital ini telah ternormalisasi dengan cara seperti biasa. Ada dua

orbital hibrida sebab digunakan dua orbital Berellium. Jika orbital s terhibridisasi dengan

orbital px positif di salah satu sisi inti dan negative di sisi lainnya. Simpul (node) dalam

fungsi jejari untuk orbital 2s, di bagian dalam orbital harganya negatif dan di sebelah luar

orbital harganya positif , dapat diabaikan karena permukaan simpul ( nodal surface) sangat

dekat dengan inti dan kontribusi daerah ini terhadap ikatan adalah kecil. Dalam ψ sp(i)

amplitudonya cenderung mengkansel (menghapus) satu sisi dari inti dan menambah bagian

yang lain seperti ditunjukkan dalam Gambar…. Orbital ψsp(ii) adalah equivalen tetapi

mengarah pa da arah yang berlawanan. Cuping orbital ini mengembang luas sejauh aksis x

daripada orbital-orbital 2s dan 2p sehingga mengakibatkan lebih overlap dengan orbital 1s

dengan dua atom hidrogen dalam BeH2.

Dua ikatan Be ─ H digambarkan dengan mengkombinasikan orbital 1s A dan

1sB untuk dua proton dengan orbital hibrida ini untuk memperoleh dua orbital ikatan.

ψ = c11sA + c2 ψsp(i)...................................................................... (47)

ψ′ = c1′1sB + c2′ ψsp(ii)................................................................….(48)

Menurut teori ikatan valensi BeH2 distablisasi oleh overlap oleh dua orbital

sp Berillium dan dua orbital 1s hidrogen. Elektron 1s2 Berillium tidak terlibat.
Gambar 13 Dua orbital hibrida sp terbentuk dari orbital s dan orbital p. Satu hibrida
ditunjukkan dengan garis solid dan yang lainnya dengan garis putus-
putus.

Tiga ikatan B ─ H dalam BH 3 terletak dalam bidang dengan sudut H ─ B ─ H


adalah 120° . Atom Boron mempunyai konfigurasi 1s 2 2s2 2p. Ketiga orbital hibrida Boron
berikut, dikonstruksi untuk Tiga ikatan B ─ H dalam BH3 terletak dalam bidang dengan sudut H
─ B ─ H adalah 120° . Atom Boron mempunyai konfigurasi 1s 2 2s2 2p. Ketiga orbital hibrida
Boron berikut, dikonstruksi untuk menghitung tiga ikatan equivalen dalam BH3.
Fungsi gelombang ini telah ternormalisasi dan orthogonal. Dengan

mensubstitusikan pernyataan untuk bagian angular (sudut) dari orbital pz dan px,

terlihat bahwa orbital sp2 terletak pada bidang dengan cuping terarah yang

dipisahkan dengan sudut 120°, seperti ditunjukkan dalam Gambar 14.

Atom karbon mempunyai konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p2 dan empat

elektron valensi digunakan untuk membentuk orbital hibrida sp3.


Gambar 14 Tiga orbital hibrida sp2 terbentuk dari orbital s dan dua orbital p.

Gambar 15 Arah empat hibrida sp3 terbentuk dari orbital s dan tiga orbital p.

Orbital ortonormal ini terletak dalam arah yang ditunjukkan dalam Gambar 15
yang sesuai dengan struktur tetrahedral metana, dan dengan geometri alkana.

Jika kita sampai pada NH3, kita harus memperkenalkan ide pasangan elektron
sunyi. Kita menggunakan konfigurasi 2s2 2px′ 2py′ 2pz′ pada N untuk membentuk
empat hibrida sp3 sama halnya dalam karbon. Sekarang kita harus menaruh dua
elektron valensi dari N pada satu orbital ini, dengan menyisakan tiga yang ada untuk
ikatan dengan hidrogen. Hal ini mengarah pada struktur tetrahedral NH3 (sudut ikatan
109°) dengan satu puncak tetrahedron mengandung pasangan elektron sunyi,
ditunjukkan dalam Gambar….. (Secara eksperimental teramati sudut ikatannya
107°). Pasangan elektron sunyi ini tersedia untuk berikatan dengan, sebagai contoh,
proton H+ untuk membentuk NH +.

Molekul air dapat diperlakukan dengan cara yang sama, kecuali bahwa

sekarang kita mempunyai dua pasangan elektron sunyi, seperti ditunjukkan dalam

Gambar……Hal ini meramalkan bahwa sudut ikatan dalam H2O adalah sudut

tetrahedral 109° dibandingkan secara eksperimental sudut ikatan diamati besarnya

104°. Perbedaan kecil ini dapat diperhitungkan dengan menambahkan beberapa term

pada fungsi gelombang. Pasangan elektron sunyi pada H2O tersedia untuk berikatan

dengan atom lain. Teristimewa, interaksi antara atom hidrogen terhadap molekul air

lainnya dan pasangan elektron sunyi menaikkan ikatan hidrogen dan sifat-sifat tidak

lazim dari H2O.


Gambar 16 (a) Pasangan elektron sunyi NH3

(b) Pasangan elektron sunyi H2O

Contoh 1.

Kita ingin mengkonstruksi orbital hibrida (tersusun oleh orbital 2p x, 2py, 2pz, dan 2s)
yang terletak pada arah tertentu dalam ruang. Kita gunakan contoh sederhana, kita
akan mengkonstruksi dua orbital equivqlen dalam bidang xy, kita hanya perlu
memperhatikan arah sepanjang garis membentuk sudut χ dengan aksis x dan yang
lain terletak sepanjang garis membentuk sudut ─ χ dengan aksis x. Karena mereka
terletak pada bidang xy, maka kita hanya perlu memperhatikan orbital 2px, 2py, dan
2s. Pertama kali kita membentuk kombinasi linear orbital p yang terletak pada arah
tertentu.

ϕ(1) = (cos χ) ϕ2py + (sinχ)

ϕ2px ϕ(2) = (cos χ) ϕ2px ─

(sinχ) ϕ2py

Perhatikan bahwa orbital ini tidak orthogonal kecuali kalau 2χ = 90°

∫ dν ϕ(1) ϕ(2) = cos2χ ─ sin2χ = cos2χ................................................................(51)

Sekarang kita dapat membentuk kombinasi linear ϕ(1) , ϕ(2) dan ϕ2s yang
orthogonal dengan menggunakan persamaan berikut (perhatikan bahwa koefisiennya
sama sehingga orbitalnya equivalen) :

ΦI = c1 ϕ2s + c2 ϕ(1) ΦII = c1 ϕ2s + c2 ϕ(2)

Untuk memperoleh c1 dan c2, dan ΦI dan ΦII ternormalisasi dan orthogonal :

Normalisasi : c12 + c22 = 1...............................................................................(52)

Ortogonalitas : c 12 + c22 cos2χ = 0.....................................................................(53)


Jadi :

Dalam Gambar 17, c12 (kontribusi 2s) dan c22 (kontribusi 2p) diplot versus 2χ

(Perhatikan bahwa 2χ ˃ 90°. Kenapa?). Orbital orthogonal ketiga terhadap keduanya

ini dapat dikonstruksi yang mengarah sepanjang aksis negative x.

ΦIII = d1 ϕ2s ─ d2 ϕ2px

Dengan d12 + d22 = 1 untuk normalisasi dan d1c1 = ─ d2c2 cos 2χ untuk

ortogonalitas. Setelah mengkuadratkan persamaan terakhir dan menggunakan

hasilnya untuk c12 dan c22 kita memperoleh :

Hal ini diplot dalam Gambar 17. Perhatikan bahwa ΦIII equivalen dengan ΦI dan ΦII

(yaitu d12 = c12 ) hanya jika 2χ = 120°. Untuk nilai χ, ΦI, ΦII, dan ΦIII ini adalah orbital

hibrida sp2 dari Persamaan 49.


Gambar 17 Kontribusi 2s (c12) dan 2p (c22) terhadap orbital hibrida sebagai fungsi
sudut χ.

Gambar 18 Kontribusi 2s (d12) dan 2p (d22) terhadap orbital hibrida ke tiga sebagai
fungsi sudu
D. Teori Orbital Molekul

            Seperti yang telah dijelaskan pada pendahuluan bahwa  memberikan deskripsi yang

lebih tepat pada spektrokopi, ionisasi, dan sifat-sifat magnetik molekul  (Wikipedia, 2010).

Teori orbital molekul (OM) menggambarkan ikatan kovalen melalui istilah orbital molekul

yang dihasilkan dari interaksi orbital-orbital atom dari atom-atom yang berikatan dan yang

terkait dengan molekul secara keseluruhan (lischerb, 2009). Konstruksi orbital molekul

dari orbital atom, ibagian dalam pembentukan molekul. Separuh dari orbital molekul

mempunyai energi yang lebih besar daripada energi orbital atom. Orbital yang dibentuk

yaitu orbital molekul pengikatan (bonding) dan orbital molekul antiikatan (anti bonding).

Elektron yang tidak mengambil bagian dalam pengikatan disebut elektron tidak berikatan

(nonbonding) dan mempunyai energy yang sama dengan energy yang dimiliki atom-atom

yang terpisah. Energi –energi relatif dari setiap jenis orbital secara umum terlihat pada

gambar 2 berikut ini (Dogra, 1990):

Gambar 2. Kombinasi orbital atom yang membentuk orbital atom

Orbital atom yang mengambil bagian dalam pembentukan orbital molekul harus memenuhi

persyaratan sebgai berikut:

1. Orbital atom yang membentuk orbital molekulm harus mempunyai energi yang dapat
dibandingkan.
2. Fungsi gelombang dari masing-masing orbital atom harus bertumpang tindih dalam
ruangan sebanyak mungkin.

3. Fungsi gelombang orbital atom harus mempunyai simetri yang relatif sama dengan
sumbu molekul.

Yang paling umum membentuk orbital molekul adalah σ (sigma) dan orbital π (pi). Orbital

sigma simetris disekitar sumbu antarnuklir. Penampang tegak lurus terhadap sumbu nuklir

(biasanya sumbu x) memberikan suatu bentuk elips. Ini terbentuk dari orbital s maupun

dari p dan orbital d yang mempunyai telinga sepanjang sumbu antar nuklir. Orbital π

terbentuk ketika orbital p pada setiap atom mengarah tegak lurus terhadap sumbu

antarnuklir. Daerah tumpang tindih ada di atas dan di bawah sumbu ikatan (lihat gambar

3).

Gambar 3. Bentuk orbital molekul yang terbentuk dari orbital atom

Dalam orbital molekul terdapat orbital bonding dan anti-bonding. Orbital molekul

bonding adalah orbital dengan rapatan elektron ikatan terpusat mendekat pada

daerah antara kedua inti atom yang bergabung dan akan lebih stabil. Orbital

molekul anti-bonding adalah orbital rapatan elektron ikatan terpusat yang

menjauh dari daerah antara inti atom yang bergabung dan bersifat kurang stabil.

• Diagram orbital molekul H2


• Diagram orbital molekul N2 dan O2

• Orde ikatan

Dalam teori orbital molekul, kestabilan ikatan kovalen berhubungan dengan

orde ikatan. Jika nilai orde ikatan lebih besar dari 0, berarti molekul tersebut

stabil sedangkan jika nilai orde ikatan sama dengan 0, maka molekul tersebut

tidak stabil. Orde ikatan sebanding dengan ukuran stabilitas termal.

Contoh menentukan orde ikatan pada O2


E. Model Tolakan Pasangan Elektron Kulit Valensi (VSEPR)

VESPR singkatan dari valance shell elektron pair repulsion. Dalam molekul atau

ion atom pusat dikelilingi oleh pasngan elektron (ikatan pasangan dan pasangan sendiri).

Pasangan elektron saling tolak menolak. Untuk meminimalkan tolakan pasangan elektron

ini tetap terpisah sejauh mungkin. Hasil ini menjadi pengaturan geometris tertentu

pasangan elektron sekitar atom pusat yang mengarah ke struktur yang pasti.

Model ini didasari gagasan sederhana bahwa elektron-elektron disekeliling atom

pusat X akan membentuk pasangan dan pasangan-pasangan tersebut akan cenderung sejauh

mungkin saling berjauhan agar tolakan elektrostatik sesamanya sekecil-kecilnya

Pasangan Elektron Ikatan (PEI) ; Pasangan Elektron Bebas (PEB), sehingga kekuatan

tolakan antara PEI vs PEI< PEI vsPEB < PEB vs PEB.


Σ Σ
elektron ikatan —elektron anti ikatan
orde ikatan = 2

Dari Tabel tabel diatas dapat dijelaskan bahwa apabila dalam membentuk ikatan

terdapat 2 pasang elektron, maka bentuk molekul yang stabil adalah linear, hal ini karena
pada molekul tersebut tolakan minimum terjadi pada sudut 1800. Sedangkan apabila terdapat

3 pasang elektron tolakan minimum terjadi apabila  sudut ikatan yang dibentuk adalah 1200,

atau dengan kata lain bentuk molekul yang terbentuk adalah segitiga. Untuk menggambarkan

bentuk molekul tersebut gunakan malam dan lidi atau atau jarum pentol (yg berwarna).

Bentuk linear dibentuk dengan cara buatlah bentuk bola dan ambilah 2 jarum. Tancapkan

jarum pada bola yang terbuat dari malam, apbila ada 2 pasang maka bentuk yang stabil

adalah linear.

Jika terdapat 3 pasang elektron ikatan maka ambilah 3 jarum dan bentuk molekul yang stabil

adalah segitiga sama sisi. 

Untuk molekul yang terbentuk dengan 4 pasang elektron, bentuk molekul yang

terbentuk adalah tetrahedral, hal ini karena apabila pada 3 pasang elektron bentuknya adalah

segitiga, dan apabila terdapat 1 pasang lagi ditambahkan, 1 pasang elektron tersebut akan

masuk dari atas atau bawah sehingga membentuk tetrahedral dengan susut ikatan 109,50.

Dengan bentuk tetrahedral ini tolakan yang kan terjadi pada molekul akan minimum. Hal ini

ditampilkan pada dalam gambar berikut ini


Pada pembentukan molekul dengan 5 pasang maka bentuk tetrahedral (4 pasang

elektron) ditambahkan 1 pasang elektron dari arah atas atau bawah sehingga akan terbentuk

trigonal bipiramida (tolakan anatar pasangan elektron mimimum), begitipula untuk

pembentuka molekul dengan 6 pasang dapat dijelaskan dengan bentuk trigonal bipiramida (5

pasang elektron) ditambah dengan  pasang elektron dari arah (sumbu) horisontal sehingga

akan membentuk oktahedral(tolakan pasanga elektron miminum).

Pengaruh PEB dapat dijelaskan  sebagi berikut : 


Bandingkan Bentuk Molekul CH4 ,  NH3  dan  H2O

 Bentuk Molekul CH4

Atom Pusatnya adalah atom C

Elektron Valensi dari C  = 4

Ada 4 x 1 elektron dari atom  H = 4

Jumlah  8 elektron PEI  = 4, PEB = 0, sehingga pasangan elektron = 4

Bentuk dasar         : Tetrahedral

Bentuk Molekul    : Tetrahedral

 Bentuk Molekul NH3

Atom Pusatnya adalah atom N

Elektron Valensi dari N = 5

Ada 3 x 1 elektron dari atom  H  = 3


Jumlah 8 elektron PEI  = 3, PEB = 1, sehingga pasangan elektron = 4

bentuk dasar : Tetrahedral, karena ada 1 PEB sehingga ada satu ikatan yang tidak terlihat
(imajiner), sehingga  : 

Bentuk Molekul : Segitiga piramidal

 Bentuk Molekul H2O

Atom Pusatnya adalah atom O

Elektron Valensi dari O = 6

Ada 3 x 1 elektron dari atom  H = 2

Jumlah 8 elektron PEI  = 2, PEB = 2, sehingga pasangan elektron = 4

Bentuk dasar : Tetrahedral, karena ada 2 PEB sehingga ada dua ikatan yang tidak terlihat
(imajiner), sehingga 

Bentuk Molekul : Bentuk V

Dengan demikian bentuk molekul dari H2O bukan linear tetapi bentuk V karena bentuk

dasar dari pembentukan H2O adalah tetrahedral, karena ada 2 PEB yang menyebabkan 2 ikatan

tidak terlihat (pada tetrahedral ada 4 ikatan), maka bentuk molekul dari H2O adalah bentuk V.
BAB III
KESIMPULAN

1. Ikatan ion adalah ikatan yang terbentuk antar logam dan non logam dan menghasilkan

senyawa polar berupa ion-ion dengan muatan yang berbeda. Sedangkan ikatan kovalen

adalah ikatan yang terbentuk antar non logam yang menghasilkan senyawa non polar.

2. jenis-jenis ikatan kimia yaitu ikatan ionik, ikatan kovalen, ikatan logam, ikatan hidrogen.

3. Teori orbital molekul memperhatikan semua elektron dalam pendistribusian energi untuk

menentukan ikatan suatu senyawa diamagnetik atau paramagnetik. Jika dibandingkan

dengan teori ikatan valensi yang hanya memperhatikan elektron yang berada di kulit

terluarnya teori orbital molekul lebih valid . Hal ini dapat dilihat pada penentuan

ikatan oksigen (O2). Teori ikatan valensi menunjukan bahwa oksigen bersifat diamagnetik

karena semua elektron pada kulit terluarnya berpasangan. Pada kenyataannya oksigen

merupakan paramagnetik. Pendekatan orbital molekul dapat menjelaskan mengapa oksigen

paramagnetik karena terdapat elektron yang tidak berpasangan pada pendistribusian energi.

4. Berdasarkan teori VSEPR, bentuk molekul suatu zat tergantung pada jumlah pasangan

elektron ikatan dan pasangan elektron bebas. Bentuk-bentuk dasar molekul tersebut dapat

diturunkan menjadi bentuk molekul lainnya tergantung pada komposisi jumlah PEI dan

PEB.

5. Peramalan geometri suatu molekul juga dapat dijelaskan menggunakan teori hibridasi.

Teori ini menyatakan bahwa ikatan terjadi akubat terbentuknya orbital hibrida. Orbital

hibrida yaitu orbital-orbital yang terbentuk sebagai hasil penggolongan dua atau lebih

orbital atom. Dari teori ini, muncul 5 bentuk molekul, antara lain linear (sp), trigonal planar

(sp2), tetrahedral (sp3), segitiga bipiramida (sp3d), oktahedral (sp3d2).


6. Dalam kimia, polaritas (atau kepolaran) adalah pemisahan muatan listrik yang mengarah

pada molekul atau gugus kimia yang memiliki momen listrik dipol atau multipol. Molekul

polar harus mengandung ikatan kimia polar karena perbedaan elektronegativitas antara

atom yang berikatan. Molekul polar dengan dua atau lebih ikatan kutub harus

memiliki geometri asimetris sehingga momen ikatan tidak saling meniadakan. Molekul

polar berinteraksi melalui gaya antarmolekul dipol-dipol dan ikatan hidrogen. Polaritas

mendasari sejumlah sifat fisik termasuk tegangan permukaan, kelarutan,[3] serta titik

leleh dan titik didih.
DAFTAR PUSTAKA

Brady, James. 1999 . Kimia Universitas. Binarupa Aksara:Jakarta.

Fessenden dan Fessenden. 1986. Kimia Ikatan. Erlangga:Jakarta.

Pire, Stanley. 1988. Kimia Ikatan 1. ITB:Bandung.

Respati. 1987. Pengantar Kimia Ikatan Jilid 3.Aksara Baru: Jakarta

Suminar, Hart.1990. Kimia Ikatan Suatu Kuliah Singkat. Erlangga:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai