Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dari struktur atom dan sifat susunan berkala unsur diketahui bahwa
elektron valensi atau elektron dalam kulit terluar menentukan sifat kimia suatu
unsur. Bila suatu atom mengadakan ikatan dengan atom lain, maka terjadi
penyusunan ulang dari elektron valensinya dan elektron-elektron inilah yang
membentuk ikatan kimia.Eksperimen menunjukkan bahwa ada tiga macam ikatan
kimia yang pokok, yaitu ikatan ion atau ikatan elektrovalen, ikatan kovalen dan
ikatan logam. Jika atom berusaha memiliki 8 elektron valensi, atom disebut
mengikuti aturan oktet. Unsur-unsur dengan nomor atom kecil berusaha
mempunyai elektron valensi 2 seperti He disebut mengikuti aturan duplet. Cara
yang diambil unsur agar dapat mengikuti gas mulia, yaitu :
1. Melepas atau menerima elektron
2. Pemakaian bersama pasangan elektron

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana isi materi mengenai ikatan ion terhadap buku Ikatan Kimia, dan
Dasar-Dasar Ilmu Kimia ?
2. Bagaimana perbandingan ketiga buku tersebut mengenai materi ikatan ion?
3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari ketiga buku tersebut mengenai
materi ikatan ion?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui materi mengenai ikatan ion terhadap buku ikatan kimia dan
dasar-dasar ilmu kimia
2. Mengetahui perbandingan ketiga buku tersebut mengenai materi ikatan ion
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari ketiga buku tersebut mengenai
materi ikatan ion
BAB II

RINGKASAN MATERI

2.1 Identitas Buku

2.1.1 Buku I
Judul buku : Ikatan Kimia
Pengarang : Dr.Iis Siti Jahro, M.Si
Ratna Sari Dewi, S.Si., M.Si
Penerbit : Unimed Press
Kota Terbit : Medan

2.1.2 Buku II
Judul buku : Dasar-Dasar Ilmu Kimia
Pengarang : Staf Kimia Dasar ITB
Penerbit : Yayasan Karyawan Kimia ITB
Tahun terbit : 1969
Kota terbit : Bandung
ISBN :-

2.1.3 Buku III


Judul buku : Ikatan Kimia
Pengarang : Audrey L. Companion
Penerbit : ITB
Tahun terbit : 1991
Kota terbit : Bandung
ISBN : 979-8001-47-8
2.1 Ringkasan Buku

2.1.1 Ringkasan Buku I


2.1 Definisi Ikatan Ion
Ikatan ion merupakan ikatan yang terjadi antara ion positif (+) dengan ion
negatif (-) melalui gaya elektrostatik.
 Ikatan yang terjadi di antara atom-atom melalui serah terima elektron
 Ikatan yang terjadi diantara atom-atom yang memiliki perbedaan harga
elektronegatifitas besar
 Ikatan yang terjadi diantara atom-atom yang memiliki perbedaan afinitas
elektron besar
 Ikatan yang terjadi diantara atom yang memiliki energi ionisasi kecil
dengan atom yang memiliki afinitas elektron besar
 Ikatan yang terjadi diantara atom-atom unsur logam dengan unsur non
logam

2.2 stuktur Lewis Molekul Senyawa Ion


Secara sederhana proses pembentukan ikatan ion di antara atom – atom
dapat digambarkan dengan struktur lewis sebagai berikut :
Misal ada pembentukan ikatan ion di antara atom 20Ca dengan atom 16S
Berdasarkan konfigurasi elektron pada kulit masing-masing atom, yakni :
20Ca :2 8 8 2
16S :2 8 6
Atom 20Ca untuk mencapai keadaan stabil dengan konfigurasi oktet harus
melepaskan 2 elektron valensinya. Sementara itu atom 16S untuk mencapai
keadaan stabil dengan konfigurasi oktet harus menambah 2 elektron pada elektron
valensinya.
2.3 Mekanisme Reaksi Pembentukan Senyawa Ion
Secara kimia, pembentukan senyawa ionik berlangsung dengan
mekanisme reaksi redoks sebagai berikut:
Contoh pembentukan senyawa ion CaS dari atom 20Ca dengan atom 16S
Berdasarkan konfigurasi elektron pada kulit masing-masing atom, yakni :
20Ca :2 8 8 2
16S :2 8 6
Atom 20Ca untuk mencapai keadaan stabil harus melepaskan 2 elektron valensinya
melalui reaksi oksidasi. Sementara itu atom 16S untuk mencapai keadaan stabil
harus menangkap 2 elektron melalui reaksi reduksi. Oleh karena itu, mekanisme
reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut :

2+
R. Oksidasi : 𝐶𝑎(𝑠) + 𝐸 → 𝐶𝑎(𝑔) + 2𝑒
2−
R. Reduksi : 𝑆(𝑠) + 2𝑒 → 𝑆(𝑔) + 𝐸
+
2+ 2−
R.Redoks : 𝐶𝑎(𝑠) + 𝑆(𝑠) → 𝐶𝑎(𝑔) + 𝑆(𝑔) + ∆𝐸

Melalui gaya elektrostatik


membentuk molekul CaS(s)
Mekanisme reaksi pembentukan senyawa ion yang dituliskan di atas
merupakan mekanisme reaksi sederhana.

2.4 Siklus Born-Haber


Siklus Born-Haber biasa digunakan untuk :
1. Penentuan besarnya energi kisi
2. Menghitung afinitas elektron yang sulit ditentukan secara eksperiment
3. Memprediksi kemungkinan terbentuk tidaknya suatu senyawa ionic
Berdasarkan siklus Born-haber diperoleh rumusan:
∆𝐻𝑎𝑡𝑜𝑚 + ∆𝐻𝑖𝑜𝑛 − ∆𝐻𝑙 − ∆𝐻𝑓 = 0 … … … … … . . (1)
Dimana:
∆𝐻𝑎𝑡𝑜𝑚 adalah perubahan entalpi atomisasi yang meliputi entalpi sublimasi dan
atomisasi
∆𝐻𝑖𝑜𝑛 adalah perubahan entalpi ionisasi yang meliputi entalpi pembentukan ion
positif ( energi ionisasi) dan entalpi pembentukan ion negatif (afinitas
elektron)
∆𝐻𝑙 adalah perubahan entalpi pada saat ion-ion gas membentuk padatan kristal
ionik atau energi yang dibebaskan pada saat ion-ion dalam keadaan gas
bergabung membentuk padatan kristal ionik
∆𝐻𝑓 adalah perubahan entalpi pembentukan
Untuk pembentukan senyawa LiF rumusan lengkapnya menjadi:
∆𝐻𝑠𝑢𝑏𝑙𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 𝐿𝑖 + ∆𝐻𝑎𝑡𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐹2 + ∆𝐻𝑖𝑜𝑛𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐿𝑖 + − ∆𝐻𝑖𝑜𝑛𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐹 − − ∆𝐻𝑘𝑖𝑠𝑖
− ∆𝐻𝑓 = 0. (2)
2.5 Energi Kisi
 Semakin mudah ion-ion bergabung dan disusun menjadi kristal ionik,
semakin besar energi kisi
Ada 2 faktor yang memperngaruhi besar kecilnya enrgi kisi, yakni :
1. Jari-jari atau ukuran ion
- Semakin besar ukuran ion, semakin sulit ion disusun atau ditata
menjadi kristal sehingga semakin kecil energi kisi.
- Semakin kecil ukuran ion, semakin mudah ion bergabung dan disusun
atau ditata menjadi kristal sehingga semakin besar energi kisi.
2. Muatan ion
Semakin besar muatan ion, semakin besar gaya elektrostatik sehingga
semakin mudah ion bergabung maka semakin besar enrgi kisi dan
sebaliknya.
DATA ENERGI KISI
2.6 Karakteristik Senyawa Ionik
1. Kristalnya kaku dan keras
2. Titik lelehnya tinggi
3. Padatannya tidak menghantarkan arus listrik
4. Lelehan dan larutannya dapat menghantarkan arus listrik. Daya hantar
listrik larutannya lebih besar daripada lelehannya
5. Larut dalam air dan pelarut-pelarut polar

2.1.2 Ringkasan Buku II

1.1 konfigurasi yang stabil


 konfigurasi gas mulia merupakan konfigurasi dengan 8 elektron pada kulit
terluar dan ternyata merupakan konfigurasi elektron yang stabil ( He, Ne,
Ar, Kr ).
 Kaidah oktet menyatakan bahwa struktur yang stabil adalah struktur
dengan 8 elektron dalam kulit terluar
a. Pembentukan ion positif
Ion positif terjadi dengan pengeluaran elektron valeni
b. Pembentukan ion negatif
Ion negatif terjadi dengan penarikan elektron valensi.
 Penggunaan kaidah oktet hanya terbatas pada unsur-unsur dengan nomor
atom yang berbeda 3 sampai 4 satuan dari unsur-unsur gas mulia.kaidah
oktet pun terbatas penggunaannya dalam menerangkan senyawa-senyawa
yang mempunyai ikatan kovalen, sehingga kaidah oktet tak dapat
merupakan pegangan mutlak.
1.2 Pembentukan Ikatan Ion
 Ikatan ion terjadi antara atom-atom yang mempunyai afinitas elektron
yang tinggi dan atom-atom yang mempunyai potensial ionisasi yang
rendah.
 Sebagai contoh dapat diambil reaksi antara atom cesium dan atom chlor.
Bila atom Cs dan atom Cl disatukan dalam suatu reaksi kimia, maka satu
elektron dipindahkan dari Cs ke Cl. Ion Cs yang bermuatan positif akan
menarik ion 𝐶𝑙 − yang bermuatan negatif. Tarik menarik antara kedua ion
ini disebut ikatan ion.
𝐶𝑠 (5𝑠 2 5𝑝6 6𝑠1 ) → 𝐶𝑠 + (5𝑠 2 5𝑝6 )
𝐶𝑙 ( 3𝑠 2 3𝑝5 ) + 𝑒 → 𝐶𝑙 − (3𝑠 2 3𝑝6 )
Dalam pembentukan senyawa dengan cara perpindahan elektron ini, maka
banyaknya elektron yang dilepaskan harus sama dengan banyaknya
elektron yang ditarik dan ion-ion yang terbentuk biasanya mempunyai
konfigurasi gas mulia.
 Pada umumnya unsur-unsur yang ada pada bagian kiri susunan berkala
mempunyai potensial ionisasi yang rendah dan unsur-unsur yang ada pada
bagian kanan susunan berkala mempunyai afinitas elektron yang tinggi,
sehingga ikatan ion akan terbentuk antara unsur-unsur ini .
 Unsur-unsur logam alkali ( golongan I) akan bereaksi dengan unsur
halogen (golongan VII) untuk membentuk senyawa ion. Demikian pula
unsur golongan II dapat membentuk senyawa ion dengan unsur halogen
atau unsur-unsur dari golongan VI.
 Senyawa ion pada umumnya menyerupai NaCl, yaitu dalam bentuk padat
berwarna putih, mudah larut dalam air dan leleh pada suhu yang tinggi.
Lelehan senyawa-senyawa ion dapat menghantarkan arus listrik, karena
lelehan ini terdiri dari ion-ion.

2.1.3 Ringkasan Buku III


3.1 Ikatan Ion ; pemantapan ion dalam kristal
 Kemantapan luar biasa dari konfigurasi gas mulia memungkinkan kita
menganggap ion sebagai bulatan kertas, imbangan antara tarikan dan
tolakan elektrostatik oleh elektron menyebabkan ada kesetimbangan jarak
antar ion, seperti halnya jarak keseimbangan antara atom dalam molekul.
 Energi pemantapan disebut sebagai energi kisi padatan dan selalu
dikaitkan dengan istilah Am(tetapan Madelug), bilangan avogadro N, dan
energi satu pasang ion .
 Energi kisi menyatakan penaksiran awal energi pengikatan ion dalam
kristal. Besarnya energi kisi mempunyai pengaruh nyata pada sifat fisika
padatan,misalnya titik leleh dan kelarutannya.
 Perbedaan kelarutan berbagai garam dapat dikaitkan dengan perbedaan
energi kisi dan yang disebut energi hidrasi dari ion dalam larutan.

3.2 Kecenderungan dalam jari-jari ion


 Untuk anggota deret isoelektron ( deret ion yang sama jumlah elektronnya)
jari-jari ion menurun dengan meningkatnya nomor atom.hal ini disebabkan
hanya oleh pengaruh meningkatnya tarikan inti terhadap awan elektron.
 Jari-jari ion dalam satu golongan tabel berkala semakin meningkat, jika
kita bergerak ke bawah kolom, yaitu sebagai akibat bertambahnya elektron
dengan peluang lebih besar untuk menjauh inti
 Untuk kation dari unsur yang sama, jari-jari menurun dengan
meningkatnya muatan ion karena jumlah elektron yang semakin berkurang
untuk saling tolak menolak dan melebarkan muatan awannya.
 Ion logam transisi yang muatannya sama (misalnya 𝑇𝑖 2+ − 𝑁𝑖 2+ )
menujukkan perubahan jari-jari yang kurang mencolok dengan
meningkatnya nomor atom.

3.3 Potensial ion dan kovalen parsial


 Kation dengan potensial ion yang besar memiliki daya polarisasi yang
besar sekali, atau kemampuan untuk menggeser awan elektron tetangga ke
arahnya, sehingga mengimbas sifat kovalen parsial. Misalnya oksida
natrium, 𝑁𝑎2 𝑂, dianggap lebih bersifat ion dibandingkan tetangganya ,
MgO.
BAB III

KEUNGGULAN ISI BUKU

3.1 Keterkaitan antar konsep atau antar sub pokok bahasan


Dari ketiga buku tersebut, buku yang mempunyai keterkaitan antar sub
pokok bahsan terlihat jelas pada Buku 1,disebabkan uraian materi yang dijelaskan
sangat jelas , terstruktur dan mudah dipahami bagi para pembaca. Setiap sub
pokok bahasan saling terkait antara setiap materinya serta ditambah penjelasan
yang rinci dan disertai contoh dalam hal pembuktian nya.

3.2 Kemutakhiran Uraian Materi


Uraian materi mengenai ikatan ion yang dapat terlihat kemutakhirannya
juga terdapat pada buku 1, dikarenakan di dalam buku ini hampir keseluruhannya
merupakan hal yang baru sehingga dapat dipahami dan dipelajari oleh para
pembaca dengan baik. Di dalam buku ini juga setiap ulasan materinya tersusun
secara sistematis dan terurut sehingga memudahkan pembaca dalam
mempelajarinya.
BAB IV

KELEMAHAN ISI BUKU


4.1 Keterkaitan antar konsep atau antar sub pokok bahasan
Pada buku 2 dan 3 ,pembahasan uraian materi tentang ikatan ion sangat
ringkas dan sulit untuk dipahami bagi pembaca dikarenakan kurang
keterkaitannya antar konsep sub pokok bahasan tersebut. di dalam kedua buku
tersebut juga sangat sedikit menerangkan contoh dari ulasan materi tersebut
sehingga para pembaca tidak bisa melatih dirinya seperti halnya energi kisi. Di
dalam buku 1 dijelaskan mengenai energi kisi tersebut, tetapi pada buku 2 dan 3
sangat sedikit menyinggung permasalahan energi tersebut.

4.2 Kemutakhiran Uraian Materi


Pada buku 2 dan 3, materi yang dipaparkan bukanlah hal yang baru lagi,
dikarenakan kedua buku tersebut hasil cetakan yang lama bukan yang
terbaharukan, sehingga uraian materi di dalam kedua buku tersebut pun tidak yang
terbaharukan. Berbeda hal nya dengan buku 1, yang menjelaskan setiap ulasan
materi ikatan ion berdasarkan keadaan sesungguhnya di alam.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari ketiga buku tersebut, dapat disimpulkan bahwasannya buku yang
mudah untuk digunakan sebagai bahan ajar yaitu buku ke 1 yang berjudul Ikatan
Kimia, karena di dalam buku ini setiap materi di bahas secara ringkas, jelas dan
padat di sertai dengan contoh sebagai bahan pendukung dari uraian materi
tersebut. Di dalam buku ini juga penjelasan setiap materi disusun secara
sitsematis tidak seperti pada buku 2 dan 3 yang hanya sedikit membahas materi
tentang ikatan ion.

5.2 Saran
Saran saya untuk penulis buku 2 dan 3 yaitu di dalam setiap penjelasan
dari uraian materi tersebut hendaknya disertai contoh sehingga para pembaca
dapat melatih diri agar lebih mampu memahami materi tersebut. serta dalam
pemaparan seharusnya dilakukan secara sitematis seperti pada buku 1 sehingga
pembaca lebih mudah dalam memahami isi buku tersebut.

Anda mungkin juga menyukai