Anda di halaman 1dari 16

CRITICAL BOOK REPORT

Pendidikan Agama Islam


“BUSANA WANITA MUSLIMAH”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Matakuliah Pendidikan Agama Islam
DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 15
Ade Pratiwi Maha ( 4161210001 )
Desi Zahirah Hayati ( 4162210003 )
Iin Asparinda ( 4162210004 )
Intan Ayu Safitri ( 4161210006 )

KIMIA NONDIK 2016

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Busana pada zaman modern ini dianggap sebagai urusan pribadi, tetapi sebagai kaum
muslimin kita tidak boleh masa bodoh dengan hal ini. Karena pada kenyataannya busana
yang dikenakan anak muda sekarang dapat menimbulkan rangsangan seks atau kebrutalan
yang bersumber dari mode-mode busana setengah telanjang atau penonjolan aurat, yang
dapat mengarah pada kejahatan.
Masyarakat yang berperadaban modern pada umumnya sangat menyukai mode-mode
busana yang memamerkan atau tidak menutupi aurat wanita. Rok mini atau celana ketat
merupakan gejala yang terpisahkan dari peradaban masa kini. Sesungguhnya kecenderungan
pada mode-mode busana yang tidak senonoh ini menunjukkan kelemahan moral masyarakat.
Pada hakekatnya mode busana mini dan ketat itu dapat merusak kesehatan dan pertumbuhan
mental masyarakat itu sendiri dan juga tidak memiliki nilai tambah sama sekali. Mode yang
semacam ini mempengaruhi cara berfikir dan bertindak mereka yang pada akhirnya akan
mengubah rasa harga diri mereka.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana isi materi mengenai busana wanita muslimah terhadap kedua buku yang
bertemakan fiqih wanita ?
2. Bagaimana perbandingan kedua buku tersebut mengenai busana wanita muslimah ?
3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari kedua buku tersebut mengenai busana
wanita muslimah ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui materi mengenai busana wanita muslimah terhadap kedua buku yang
bertemakan fiqih wanita
2. Mengetahui perbandingan kedua buku tersebut mengenai busana wanita muslimah
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kedua buku tersebut mengenai busana
wanita muslimah
BAB II

RINGKASAN MATERI

2.1 Identitas Buku

2.1.1 Buku I
Nama Buku : Fikih Sunnah Wanita
Pengarang : Abu Malik Kamal Ibn As-Sayyid Salim
Penerbit :Qisthi Perss
Penerjemah : Firdaus Lc.
Judul Asli : Fikih Assunah Li An-Nisa
ISBN : 978-979.1303-66-8
Cetakkan Ke :2
Tahun : 2014
Kota Terbit : Jakarta

2.1.2 Buku II
Judul buku : Fikih Wanita Sepanjang Masa
Pengarang : Ust. Muiz al Bantani
Penerbit : Mulia
Tahun terbit : 2017
Kota terbit : Tangerang Selatan
ISBN : 978-602-61228-6-5

2.2 Ringkasan Buku

2.2.1 Ringkasan Buku I


Kewajiban Menutup Aurat
Allah s.w.t. berfirman: “Hai anak Adam Sesungguhnya kami telah menurunkan
kepadamu pakaian untuk menutup aurat dan pakaian indah untuk perhiasan dan pakaian
takwa itulah yang paling baik yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan
Allah mudah-mudahan mereka selalu ingat” (Q. S Al A'raf 26).
1. Pakaian Wanita Di Hadapan Orang Asing
a) Larangan untuk ber-Tabarruj
Tabarruj : apabila seorang wanita memperlihatkan perhiasannya kecantikannya dan aurat
yang wanita tutupi yang dapat mengundang syahwat kaum laki-laki.
Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu tak bertabarruj atau berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu (QS. Al-Ahzab 33).
b) Syarat- syarat pakaian wanita muslimah
Ada 8 syarat pakaian wanita muslimah yaitu:
 Syarat pertama: harus menutupi seluruh tubuh hanya saja terdapat perbedaan pendapat
mengenai wajah dan Kedua telapak tangan

Allah SWT juga berfirman : “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu anak-anak
perempuan mu dan istri-istri orang mukmin hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal karena itu
mereka tidak diganggu dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang” (QS. Al
Ahzab 59).
o Sebagian ulama berpendapat bahwa seorang wanita wajib menutupi wajah dan Kedua
telapak tangannya dan untuk itu mereka berhujjah dengan sejumlah dalil antara lain:

1. Firman Allah SWT. ”apabila kamu meminta sesuatu atau atau keperluan kepada mereka
istri-istri nabi maka Mintalah dari belakang tabir” (QS. Al-Ahzab 53). Maka para ulama yang
mewajibkan untuk menutup wajah berkata perintah ini juga mencakup seluruh wanita karena
mereka semua memiliki Ilah yang sama dalam ditetapkannya.
2. Firman Allah SWT. “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu anak-anak perempuanmu
dan istri-istri orang mereka melakukan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal karena itu mereka tidak diganggu dan Allah adalah
maha pengampun lagi maha penyayang”. Mereka menafsirkan maksud dari menelurkan di
atas adalah menutupi seluruh tubuh dan hanya menampakan mata yang digunakan untuk
melihat.
3. Hadits dari Ibnu Mas'ud bahwa Nabi SAW. bersabda wanita adalah aurat Jika ia keluar
maka setan akan menampakan nya indah di mata laki-laki.
o sementara itu sekelompok ulama lain berpendapat bahwa dibolehkan untuk membuka
wajah dan Kedua telapak tangan dan menutupi keduanya adalah mustahab atau
dianjurkan dan bukan wajib untuk mereka berhujjah dengan sejumlah dalil
diantaranya:
1. firman Allah SWT. “ Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang
biasanya nampak dari padanya “ (QS An-Nur 31). Mereka berkata kecuali yang biasa nampak
dari padanya maksudnya adalah wajah dan Kedua telapak tangan.
2. Hadits dari Aisyah ra. bahwa Asma binti Abu Bakar masuk menemui Rasulullah SAW
dengan mengenakan pakaian yang tipis maka Rasulullah SAW berpaling darinya dan berkata
Wahai asma sesungguhnya apabila seorang wanita telah mencapai usia haid maka tidak boleh
terlihat dari selain ini dan ini dan beliau menunjukkan kepada wajah dan Kedua telapak
tangannya inilah dalil yang paling jelas dari pendapat ini akan tetapi isnadnya sangat lemah
sekali.
 Syarat kedua: pakaian itu sendiri bukanlah merupakan perhiasan

Berdasarkan firman Allah SWT. “Dan janganlah mereka menampakan perhiasannya


kecuali yang biasa nampak dari padanya” (QS. An Nur 31 ). Dengan umumnya ayat ini juga
mencakup pakaian yang tampak jika pakai itu memiliki perhiasan yang dapat menarik
pandangan laki-laki kepadanya.
Tabarruj : apabila seorang wanita memperlihatkan perhiasannya kecantikannya dan apa-apa
yang wajib ditutupinya dan dapat mengundang syahwat kaum laki-laki tujuan dari perintah
berjilbab adalah untuk menutupi perhiasan wanita sehingga tidak masuk akal jika jilbab itu
sendiri kemudian menjadi perhiasan.
 Syarat ketiga: pakaian itu haruslah tebal dan tidak menampakan apa yang ada di
baliknya

Telah disebutkan sebelumnya sabda Nabi SAW. ada dua golongan ahli neraka yang
belum pernah aku lihat dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang mereka tidak akan
masuk surga dan juga tidak akan mencium baunya padahal sesungguhnya bau surga itu
tercium dari jarak Sekian dan sekian ini maksudnya adalah wanita-wanita yang mengenakan
pakaian tipis yang memperlihatkan tubuh dan tidak menutup minyak secara zhahir mereka
berpakaian namun pada hakekatnya mereka telanjang.
 Syarat keempat: pakaian itu harus lebar dan tidak sempit agar tidak menampakan
lekuk tubuh

 Syarat kelima pakaian itu tidak diberi wewangian atau minyak wangi

Abu Musa al-asy'ari ra berkata Rasulullah SAW. bersabda jika ada seorang wanita
yang memakai minyak wangi lalu ia melewati suatu kaum agar mereka dapat mencium
wanginya maka wanita itu adalah seorang pezina sebab dilarangnya hal ini telah dijelaskan
karena ia dapat menggerakkan syahwat dan para ulama bahkan juga melarang hal-hal yang
dianggap sama dengan ini seperti pakaian yang indah perhiasan yang terletak peringatan yang
mewah dan juga tercampur dengan kaum laki-laki.
 Syarat keenam: tidak menyerupai pakaian laki-laki

Ibnu Abbas ra. berkata Rasulullah SAW. melaknat kaum laki-laki yang menyerupai
wanita dan kaum wanita yang menyerupai laki-laki artinya tidak diperbolehkan bagi kaum
laki-laki untuk menyerupai kaum wanita dalam hal berpakaian dan perhiasan yang khusus
untuk wanita dan begitu pula sebaliknya.
 Syarat ketujuh: tidak menyerupai pakaian wanita-wanita kafir

Dan telah ditetapkan di dalam syariat bahwa tidak diperbolehkan bagi kaum muslimin
baik laki-laki maupun perempuan untuk menyerupai orang-orang kafir baik dalam hal ibadah
hari raya maupun pakaian-pakaian yang khas bagi mereka dan terdapat banyak sekali Ratna
syariat yang menegaskan kaidah ini diantaranya yang berkenaan dengan pakaian adalah
Hadits dari Abdullah Ibnu Umar berkata Rasulullah SAW pernah melihatku 2 pakaian yang
Dicelup dengan warna kuning maka Beliau berkata sesungguhnya ini adalah pakaian orang-
orang kafir maka janganlah engkau makainya.
 Syarat kedelapan bukan pakaian syuhrah

Berdasarkan hadis dari Ibnu Umar ia berkata Rasulullah SAW bersabda barangsiapa
memakai pakaian murah di dalam dunia insya Allah akan memakainya dengan pakaian
kehinaan di akhirat dan kemudian membakarnya dengan api pakaian Ashura di sini
maksudnya adalah setiap baju yang dimaksudkan untuk menjadikan terkenal di antara
manusia baik karena harganya yang mahal yang memakainya untuk membanggakan dunia
dan perhiasannya maupun makanan compang camping untuk menampakan sikap zuhud nya
karena riya.
2. Pakaian Wanita Di Depan Mahramnya
Pertama: para mahram boleh melihat seluruh bagian tubuh wanita selain yang terdapat
di dalam pusar dan lutut. Kedua: para mahram hanya boleh melihat apa-apa yang biasa
terlihat dari wanita seperti bagian-bagian tubuh yang tersentuh wudhu.
3. Pakaian Wanita Dihadapan Wanita Lain
Adapun aurat wanita yang harus ditutupi dari wanita lain adalah sama dengan laki-
laki di depan laki-laki lain dari pusar hingga ke lutut. Maka tidak diperbolehkan bagi seorang
wanita untuk menampakan apa-apa yang ada di dalamku Star hingga lutut di depan wanita
lain sebagaimana yang banyak dilakukan oleh wanita muslimah saat ini umumnya wanita-
wanita itu sama sekali tidak merasa risih untuk membuka aurat mereka atau sebagian
dihadapan ibunya atau saudaranya ataupun putrinya dengan alasan bahwa mereka adalah
kerabat dekatnya maka hendaklah seorang wanita mengetahui bahwa apabila ia telah
mencapai usia 7 tahun maka tidak boleh Bagi ibunya atau saudarinya ataupun putrinya untuk
melihatnya. Nabi SAW. bersabda janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki lain dan
tidak pula seorang wanita melihat aurat wanita lain dan janganlah seorang laki-laki bersama
dengan laki-laki lain di dalam satu kain dan jangan pula seorang wanita bersama dengan
wanita lain dalam satu kain.
4. Pakaian Wanita Dihadapan Budaknya
Sebagian besar ulama berpendapat bahwa budaya yang dimiliki oleh seorang wanita
sama seperti mahramnya di mana ia boleh melihat apa yang boleh dilihat oleh mahramnya
mereka berdalil dengan firman Allah SWT. “Dan janganlah mereka menampakan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka atau Ayah suami mereka atau
putra-putra mereka atau Putra-putra suami mereka atau saudara saudara laki-laki mereka atau
putra-putra saudara laki-laki mereka atau putra-putra saudara perempuan mereka atau wanita-
wanita dari golongan mereka atau budak-budak yang mereka miliki” (QS An Nur 31).
Artinya juga mencakup budak laki-laki dan wanita dan tidak bisa jika hanya diartikan untuk
budak wanita saja karena mereka termasuk dalam FirmanNya yang sebelumnya atau wanita-
wanita dari golongan mereka.
5. Memperlihatkan Perhiasan Di Hadapan Mereka Yang Tidak Mempunyai Keinginan
Terhadap Wanita

Allah SWT. berfirman “Atau pelayan pelayan laki-laki yang tidak mempunyai
keinginan terhadap wanita “(Q.S An Nur 31). Ibnu Katsir berkata orang-orang yang seperti
pelayan atau perut yang tidak sopan dan dan disamping itu mereka juga memiliki kelemahan
di dalam akan mereka dan mereka adalah orang-orang yang tidak mempunyai keinginan
terhadap wanita dan tidak pula memiliki kebutuhan kepada wanita baik karena usianya yang
telah sangat tua atau tingkat yang seperti wanita ataupun karena impoten. Orang-orang seperti
ini diberi keringanan untuk melihat wanita karena hal itu merupakan seorang kubu suatu
kebutuhan yang mendesak dan juga untuk menghilangkan kesulitan Akan tetapi jika
diketahui bahwa banci itu misalnya suka bercerita tentang wanita yang dilihatnya maka ia
tidak diperbolehkan untuk masuk menemui mereka dan melihat mereka.
6. Memperlihatkan Perhiasan Kepada Anak-Anak Yang Belum Memahami Tentang
Wanita Ataupun Aurat Mereka
Allah SWT. berfirman ”Atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita” (QS. An
Nur 31). Maksudnya karena usia mereka yang masih kecil mereka belum mengerti tentang
wanita ataupun aurat mereka dan suara mereka yang merdu dan anak-anak itu juga belum
mengerti tentang kelembutan mereka dalam perjalanan serta gerak gerakan dan sikap dia
mereka jika anak itu masih kecil dan belum memahami semua itu maka tidak ada masalah
jika manusia masuk ke tempat wanita namun jika ia telah memasuki usia pubertas atau
mendekati usia itu di mana ia telah memulai mengerti dan dapat membedakan antara wanita
yang jelek wanita yang cantik maka mereka tidak boleh dibiarkan masuk ke tempat para
wanita.
7. Pakaian Wanita Dan Perhiasan Di Depan Suaminya
Masing-masing dari suami istri boleh melihat seluruh bagian tubuh pasangannya
tanpa larangan baik dengan syahwat maupun tanpa syahwat melihat kemaluan maupun yang
lainnya dan ini merupakan pendapat jumhur ulama di antara Dalil yang menunjukkan itu
adalah:
1. Firman Allah SWT. “Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya kecuali terhadap
istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka dalam
hal ini tidak tercelah“ (QS. Al-Ma'arij 29-30). Ayat ini menunjukkan bahwa yang lebih dari
sekedar memandangnya menyentuh dan mengawali adalah halal diantara mereka dan jika
diperbolehkan bagi seorang suami untuk mengawali serinya maka tentu dibolehkan baginya
untuk melihat auratnya menyentuhnya sebagaimana bagian tubuh yang lain.
2. Aisyah ra berkata aku pernah mandi bersama nabi dari satu bejana dari tembikar yang
disebut Alfara ini merupakan dalil mengenai dibolehkannya bagi seorang laki-laki untuk
melihat aurat istrinya dan sebaliknya.
ADAB BERPAKAIAN
1. Jangan Berlebihan Dalam Berpakaian
Nabi SAW. bersabda “Makanlah minumlah bersedekahlah dan berpakaian les lama
tidak dibarengi dengan sikap berlebihan atau menyombongkan diri”.
2. Apabila Anda Hendak Memakai Pakaian Yang Baru Maka Berdoalah Dengan Doa
Yang Diajarkan Di Dalam Hadis Ini:
Abu Sa'id Al khudri ra berkata apabila Rasulullah SAW. hendak Coba pakaian baru
beliau menyebut namanya pakaian tersebut baik itu sorban atau baju maupun selendang
kemudian Beliau berkata “Ya Allah segala puji Bagimu kaulah yang telah memberikan
pakaian maka aku memohon kebaikan yang kepadamu demi kebaikan yang ditunjukkan
ketika membuatnya dan aku berlindung kepadamu dari keburukannya dan keburukan yang
ditunjukkan ketika membuatnya”.
3. Memulai Lah Dengan Bagian Tubuh Yang Kanan
Pada saat memakai baju Aisyah berkata Nabi SAW suka mendahulukan kanan dalam
memakai sandal berjalan cuci dan di dalam seluruh urusan beliau.
4. Jangan Memakai Pakaian Yang Memiliki Tanda Salib
Dari Aisyah bahwa Nabi SAW. tidak pernah membiarkan siapapun di rumahnya yang
memiliki tanda salib melainkan beliau akan menghancurkannya.
5. Jangan Memakai Pakaian Yang Terbuat Dari Kulit Binatang Buas
Seperti singa harimau macan dan lainnya baik itu untuk pakaian maupun untuk sepatu
berdasarkan sabda Nabi janganlah kalian berkendaraan dengan plan dari sutra atau bulu
harimau dan beliau melarang untuk memakainya karena mengandung unsur perhiasan dan
sikap menyembuhkan diri dan juga Karena itu adalah pakaian orang-orang asing.
6. Jangan Dengan Memakai Satu Sandal
Anak Abu Hurairah berkata bahwa Nabi SAW. bersabda “Janganlah salah salah salah
seorang dari kalian berjalan dengan satu sendal hendaklah ia memiliki keduanya atau
melepaskan keduanya. Hal ini dikuatirkan bawah itu dilakukan untuk mencari cari perhatian
kamera demikian itu dapat menarik perhatian orang lain dan sebelumnya telah disebutkan
mengenai larangan untuk mencari perhatian dan pakaian segala sesuatu yang dimaksudkan
untuk mencari perhatian maka ia harus dihindari

2.2.2 Ringkasan Buku II


A. Syarat-Syarat Pakaian Muslimah
 Pakaian wanita harus menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Ingat,
selain kedua anggota tubuh ini wajib ditutupi termasuk juga telapak kaki.
 Bukan pakaian untuk berhias seperti yang banyak dihiasi dengan gambar bunga
apalagi yang yang warna-warni, atau disertai gambar makhluk bernyawa, atau
gambarnya lambang partai politik.
Allah Ta’ala berfirman :
“ Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu ber-tabaruj seperti
orang-orang jahiliyah pertama”. (QS. Al-Ahzab : 33)
Tabarruj adalah perilaku wanita yang menampilkan perhiasan dan kecantikannya serta
segala sesuatu yang semestinya ditutup karena hal itu dapat menggoda kaum lelaki.
 Pakaian tersebut tidak tipis dan tidak tembus pandang yang dapat menampakkan
bentuk lekuk tubuh. Pakaian muslimah juga harus longgar dan tidak ketat sehingga
tidak menggambarkan bentuk lekuk tubuh.
Dalam sebuah hadist shohih, Rasulullah SAW bersabda “ Dua golongan dari
penduduk mereka yang belum pernah aku lihat, yaitu: suatu kaum yang memiliki cambuk,
seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan para wanita berpakaian tapi telanjang,
berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring, wanita seperti itu tidak
akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama
perjalanan ini dan ini.” (HR.Muslim)
 Tidak diberi wewangian atau parfum
Dari Abu Musa Al Asy’ary bahwasannya ia berkata, Rasulullah SAW bersabda “
perempuan mana saja yang memakai wewangian, lalu melewati kaum pria agar mereka
mendapatkan baunya, maka ia adalah wanita penzina .” (HR. An Nasa’i, Abu Daud,
Tirmidzi dan Ahmad)
 Tidak boleh menyerupai pakaian pria atau pakaian non muslim
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu berkata : “Rasulullah melaknat kaum pria yang
menyerupai kaum wanita dan kaum wanita yang menyerupai kaum pria.” ( HR. Bukhari)
Sungguh meremukkan hati kita, bagaimana kaum wanita masa kini berbondong-
bondong merampas sekian banyak jenis pakaian pria. Hampir tidak ada jenis pakaian pria
satu pun kecuali wanita bebas-bebas saja memakainya, sehingga terkadang seseorang tak
mampu membedakan lagi, mana yang pria dan wanita dikarenakan mengenakan celana
panjang.
 Bukan pakaian untuk mencari ketenaran atau popularitas
Dari Abdullah bin ‘Umar, Rasulullah SAW bersabda , “Barangsiapa mengenakan
pakaian syuhroh di dunia, niscaya allah akan mengenakan pakaian kehinaan padanya pada
hari kiamat, kemudian membakarnya dengan api neraka.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
 Pakaian tersebut terbebas dari salib
Dari Diqroh Ummu Abdirrahman bin Udzainah, dia berkata : “ Dulu kami pernah
berthowaf di Ka’bah bersama Ummul mukminin (Aisyah), lalu beliau melihat wanita yang
mengenakan burdah yang terdapat salib. Ummul mukminin lantas mengatakannya :
“Lepaskanlah salib tersebut. lepaskanlah salib tersebut. sungguh Rasulullah SAW
ketika melihat semacam itu, beliau menghilangkannya.”(HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al
Arnauth)
 Pakaian tersebut tidak terdapat gambar makhluk bernyawa (manusia atau hewan)
gambar makhluk juga termasuk perhiasan.
 Pakaian tersebut berasal dari bahan yang suci dan halal
 Pakaian tersebut bukan pakaian kesombongan
 Pakaian tersebut bukan pakaian pemborosan
 Bukan pakaian yang mencocoki pakaian ahli bid’ah. Seperti mengharuskan memakai
pakaian hitam ketika mendapat musibah sebagaimana yang dilakukan oleh Syi’ah
Rofidhoh pada wanita mereka ketika berada di bulan Muharram. Syaikh Ibnu
Utsaimin mengatakan bahwa pengharusan seperti ini adalah Syi’ar batil yang tidak
ada landasannya.

B. Etika Berpakaian Muslimah


Berpakaian tidak saja merupakan simbol budaya dan peradaban manusia, tetapi lebih
merupakan pelaksanaan ajaran Islam guna mengangkat derajat manusia yang berbeda dengan
makhluk lain seperti hewan. Oleh karena itu, Islam mengatur tata cara berpakaian, adab
kesopanan sebagai etika berpakaian dalam Islam.
 Setiap memulai sesuatu pekerjaan hendaknya membaca “basmallah” agar semua
pekerjaan kita senantiasa diberkahi oleh Allah.
 Membaca doa ketika membuka pakaian atau mengambil pakaian dari tempatnya,
dengan do’a :
“Dengan menyebut nama Allah yang tida Tuhan selain Dia”.
 Membaca do’a ketika memakai pakaian, sebgai berikut :
“ Ya Allah aku mohon kebaikan kepadaMu dari pakaian ini dan dari kebaikan
sesuatu yang terdapat di dalam pakaian ini. Dan aku berlindung kepadaMu dari
kejahatan/keburukan pakaian ini dan dari keburukan sesuatu yang terdapat di dalam
pakaian ini.”
 Membaca do’a ketika memakai pakaian baru, Rasulullah SAW bersabda: “
Barangsiapa yang memakan pakaian lalu berdoa:
“segala puji bagi Allah yang telah memberikan pakaian dan Rizki kepadaku tanpa
jerih payah dan kekuatan dariku.”
- maka akan diampuni segala dosanya yang telah lalu dan yang akan datang”.
(HR.Abu Daud)
 Memulai berpakaian dengan anggota bagian kanan, dan mulai melepaskannya dengan
anggota yang kiri.
 Tidak berpakaian yang menyerupai lawan jenisnya.
 Tidak berpakaian menyerupai orang yang non-Islam. Islam melarang umatnya untuk
memakai pakaian yang menyerupai pakaian, menggunakan simbol-simbol yang
dimiliki oleh orang-orang non-Islam.
 Hendaklah tidak mengenakan wangi-wangian yang menimbulkan fitnah dan
rangsangan nafsu.
 Hendaklah hijab/jilbab/ pakaian tersebut menutup seluruh badan (auratnya). Allah
SWT berfirman :
“Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu dan anak-anak perempuanmu serta
perempuan-perempuan yang beriman, supaya mengulurkan jilbabnya (pakaiannya)
ke seluruh tubuhnya. Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenal, karena itu
mereka tidak diganggu, Dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun, lagi Maha
Penyayang’. (QS. Al-Ahzab:59)
 Hendaklah pakaian itu yang wajar dan beradab, bukan berupa perhiasan yang
menyolok, yang aneh-aneh baik potongannya maupun memiliki warna warni yang
menarik, yang menimbulkan fitnah dan perhatian.
 Hendaklah hijab/jilbab/ pakaian tersebut menutup seluruh badan (auratnya), tidak tipis
transparan, tidak sempit, tidak ketat, tidak menampakkan lekuk tubuh dan aurat.
 Hendaknya tidak memakai pakaian dengan model yang aneh-aneh agar berbeda
dengan kebanyakan orang, dan memakainya dengan perasaan sombong dan takabbur,
karena hal ini dilarang oleh Agama Islam.

C. Bagaimana Hukumnya Muslimah Memakai Perhiasan


Rasulullah SAW bersabda:” kami lihat di dalam surga, maka paling sedikitnya orang-
orang yang ada di dalam surga itu ialah perempuan”. Mengapa demikian ?
Rasulullah menjawab . Pertama, karena perempuan itu suka memakai perhiasan di dunianya.
Kedua, perempuan yang sering menggunakan perhiasan menjadi takabur. Ada pun orang
yang takabur, bangunnya dari kubur seperti semut yang merayap dan diinjak orang lain, tidak
ada harganya. Ketiga, menangisi fakir dan miskin yang tidak punya pakaian atau perhiasan
itu, maka dari itu oleh syariat Islam diharamkan memakai perhiasan”.
Akan tetapi hal tersebut dibatasi dua syarat penting :
 Dia tidak boleh menampakkan perhiasannya kepada seorang pun non mahram. Yang
boleh melihatnya hanya sang suami dan mahramnya saja di tempat-tempat yang boleh
mereka lihat, seperti ditelinga.
 Berhias pada tempat-tempat seperti itu tidak boleh menyerupai orang kafir, fasik atau
ahli maksiat.
Allah menciptakan wanita dengan tabiat senang terhadap perhiasan dan kecantikan.
Allah juga menciptakan pria dengan tabiat senang terhadap perhiasan wanita dan
kecantikannya. Ini adalah dua kutub yang tarik menarik.

Terdapat dalil yang membolehkan ditidiknya telinga anak wanita untuk memakai
perhiasan anting. Demikian pula menurut ahli fiqih Mazhab Hanafi membolehkan penindikan
untuk memakai perhiasan.
BAB III

KEUNGGULAN ISI BUKU

3.1 Keunggulan Isi Buku 1

3.2 Keunggulan Isi Buku 2


BAB IV

KELEMAHAN ISI BUKU

4.1 Kelemahan Isi Buku 1

4.2 Kelemahan Isi Buku 2


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari kedua buku tersebut, dapat disimpulkan bahwasannya buku yang mudah untuk
digunakan sebagai bahan ajar yaitu buku ke-1 yang berjudul Fiqih Wanita, karena di dalam
buku ini setiap materi di bahas secara ringkas, jelas dan padat di sertai dengan dalil yang
lengkap sebagai bahan pendukung dari uraian materi tersebut. Di dalam buku ini juga
penjelasan setiap materi disusun secara sitsematis. Demikian juga yang terdapat pada buku
ke-2 , materi yang dijelaskan sederhana, singkat dan jelas. Dengan penamabahan dalil, hadist
di setiap topik pembahasan. Akan tetapi, lebih mudah untuk memahami buku ajar yang ke-1
yang berjudul Fiqih Wanita di bandingkan buku ajar yang ke-2.

5.2 Saran
Saran saya untuk penulis buku ke-2 yaitu di dalam setiap penjelasan dari uraian
materi tersebut hendaknya disertai contoh serta dalil naqlinya, sehingga para pembaca dapat
melatih diri agar lebih mampu memahami materi tersebut. serta dalam pemaparan seharusnya
dilakukan secara sitematis seperti pada buku 1 sehingga pembaca lebih mudah dalam
memahami isi buku tersebut.

Anda mungkin juga menyukai