Tugas Makalah:
OLEH:
AISA
(A1C2 09 006)
KATA PENGANTAR
Pertama-tama Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
pertolongan-Nya yang telah memberikan kemudahan pada kami sehingga penyusunan makalah
ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan. Penyusun juga menyampaikan terima kasih
kepada segala pihak yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada teman-
teman mahasiswa Pendidikan Biologi Angkatan 2009 yang secara bersama-sama saling
memberikan motivasi untuk tetap berjuang. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tak
terhingga tak lupa pula kami sampaikan kepada bapak Drs. Hittah Wahi Sudrajat, M.Kes. selaku
dosen pembimbing mata kuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia yang telah memberikan petunjuk
dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini kami susun dengan maksud menambah informasi dan pengetahuan kita mengenai
Sistem Imun. Dengan demikian, jika kita telah terjun dalam dunia pengajaran, kita dapat
mengaplikasikan pengetahuan kita terhadap anak didik yang menjadi tanggung jawab kita.
Akhir kata, kami menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada segala pihak
jika dalam makalah ini terdapat kekeliruan atau ada kata yang tidak berkenan di hati pembaca.
Sebagai manusia biasa, penyusun tentu tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun penyusun sangat harapkan untuk kesempurnaan
penyusunan selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul………………………………………………… i
Kata Pengantar…………………………………………………… ii
Daftar Isi………………………………………………………….. iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang………………………………………………..
B. Rumusan Masalah……………………………………………..
C. Tujuan Penulisan………………………………………………
D. Manfaat Penulisan……………………………………………..
Bab II Pembahasan
A. Sejarah Imunologi……….………………..……..………..……
B. Pengertian Sistem Imun………………..……….……..……….
C. Fungsi Sistem Imun……………..………….……..……………
D. Respon Imun……………..………..………..………..………..
E. Pembagian Pertahanan Tubuh..………………..……….………
F. Mekanisme Imunitas..……………..…………..……….………
G. Hubungan Imunitas dengan Imunisasi..………………..………
H. Interaksi Antibody-Antigen…..……..………………..……….
I. Sel Polimorfonuklear (PMN)..………………..…………………
J. Interaksi Mikroba dan Fagosit..………………..……….………
K. Kelainan dan Penyakit pada Sistem Kekebalan Tubuh..………
Bab III Penutup
A. Kesimpulan………………………………………………………
B. Saran……………………………………………………………….
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu sistem terpenting yang terus menerus melakukan tugas dan kegiatan dan tidak pernah
melalaikan tugas-nya adalah sistem kekebalan tubuh atau biasa kita sebut dengan sistem imun.
Sistem ini melindungi tubuh sepanjang waktu dari semua jenis penyerang yang berpotensi
menimbulkan penyakit pada tubuh kita. Ia bekerja bagi tubuh bagaikan pasukan tempur yang
mempunyai persenjataan lengkap. Setiap sistem, organ, atau kelompok sel di dalam tubuh
mewakili keseluruhan di dalam suatu pembagian kerja yang sempurna. Setiap kegagalan dalam
sistem akan menghancurkan tatanan ini. Sistem imun sangat diperlukan bagi tubuh kita.
System imun diperlukan sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi. Berbagai komponen system
imun bekerja sama dalam sebuah respon imun. Apabila seseorang secara imunologis terpapar
pertama kali dengan antigen kemudian terpapar lagi dengan antigen yang sama, maka akan
timbul respon imun sekunder yang lebih efektif. Reaksi tersebut dapat berlebihan dan menjurus
ke kerusakan individu mempunyai respon imun yang menyimpang. Kelainan yang disebabkan
oleh respon imun tersebut disebut hipersensitivitas.
Oleh karena itu, untuk dapat lebih memahami tentang sistem imun ini dan berbagai komponen
penyusun yang ada di dalamnya, maka kami membuat makalah ini, makalah yang akan
menambah pengetahuan kita tentang peranan sistem imun dalam tubuh manusia yang
mempunyai peranan penting dalam sistem mempertahankan kesehatan dan daya tahan tubuh
seseorang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan diangkat dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sejarah imunologi itu?
2. Apa yang dimaksud dengan sistem imun?
3. Apa sajakah fungsi dari sistem imun?
4. Apakah yang dimaksud dengan respon imun?
5. Pembagian pertahanan tubuh pada manusia?
6. Bagaimanakah kemanisme imunitas?
7. Bagaimanakah hubungan imunitas dengan imunisasi?
8. Bagaimanakah interaksisi antibody-antigen?
9. Apa itu sel polimorfonuklear (PMN)?
10. Bagaimanakah interaksi mikroba dan fagosit?
11. Bagaimanakah kelainan dan penyakit pada sistem kekebalan tubuh?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengatahui sejarah dari imunologi.
2. Mengetahui pengertian sistem imun.
3. Mengetahui fungsi dari sistem imun.
4. Mengatahui pengertian dari respon imun.
5. Mengetahui pembagian dari sistem pertahanan tubuh.
6. Mengetahui mekanisme imunitas.
7. Memahami hubungan imunitas dengan imunisasi.
8. Mengetahui interaksi antibody-antigen
9. Memahami apa sel polimorfonuklear (PMN) itu.
10. Memahani interaksi mikroba dan fagosit.
11. Mengetahui kelainan dan penyakit pada sistem kekebalan tubuh.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai sumber informasi yang sangat berguna dalam menambah pengetahuan dan wawasan (
aspek teoritis ).
2. Sebagai sumber informasi yang sangat penting untuk dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari ( aspek praktis ).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Imunologi
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi imunitas. Imunologi berasal dari
ilmu kedokteran dan penelitian awal akibat dari imunitas sampai penyakit. Sebutan imunitas
yang pertama kali diketahui adalah selama wabah Athena tahun 430 SM. Thucydides mencatat
bahwa orang yang sembuh dari penyakit sebelumnya dapat mengobati penyakit tanpa terkena
penyakit sekali lagi. Observasi imunitas nantinya diteliti oleh Louis Pasteur pada perkembangan
vaksinasi dan teori penyakit kuman. Teori Pasteur merupakan perlawanan dari teori penyakit saat
itu, seperti teori penyakit miasma. Robert Koch membuktikan teori ini pada tahun 1891, untuk
itu ia diberikan hadiah nobel pada tahun 1905. Ia membuktikan bahwa mikroorganisme
merupakan penyebab dari penyakit infeksi. Virus dikonfirmasi sebagai patogen manusia pada
tahun 1901 dengan penemuan virus demam kuning oleh Walter Reed.
Imunologi membuat perkembangan hebat pada akhir abad ke-19 melalui perkembangan cepat
pada penelitian imunitas humoral dan imunitas selular. Paul Ehrlich mengusulkan teori rantai-sisi
yang menjelaskan spesifisitas reaksi antigen-antibodi. Kontribusinya pada pengertian imunitas
humoral diakui dengan penghargaan hadiah nobel pada tahun 1908, yang bersamaan dengan
penghargaan untuk pendiri imunologi selular, Elie Metchnikoff.
(http://www.irwanashari.com/377/sistem-imun-dan-gangguan-imun.html)
D. Respon Imun
Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap
antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons imun ini dapat melibatkan berbagai
macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit, komplemen, dansitokin yang saling
berinteraksi secara kompleks.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Imunitas).
Dilihat dari beberapa kali pajanan antigen maka dapat dikenal dua macam respon imun yaitu:
1. Respons imun primer
Respons imun primer adalah respon imun yang terjadi pada pajanan yang pertama kalinya
dengan antibodi. Antibodi yang terbentuk pada respons imun ini kebanyakan adalah IgM dengan
titer yang lebih rendah dibanding dengan respons imun sekunder, demikian pula daya
afinitasnya. Waktu antara antigen masuk sampai timbul antibodi (lag phase) lebih lama bila
disbanding dengan respons imun sekunder.
2. Respons imun sekunder
Pada respons imun ini, antibodi yang dibentuk terutama adalah IgG, dengan titer dan afinitas
lebih tinggi, serta fase lag lebih pendek dibanding respons imun primer. Hal ini disebabkan oleh
karena sel memori yang yang terbentuk pada respons imun primer akancepat mengalami
transformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan antibodi.
Demikian pula dengan imunitas seluler, sel limfosit T akan lebih cepat mengalami transformasi
blast dan berdeferensiasi menjadi sel T aktif sehingga lebih banyak terbentuk sel efektor dan sel
memori (Ranuh, 2001).
Pertahanan tubuh ada 2 yaitu pertahanan tubuh spesifik dan pertahanan tubuh non spesifik.
1. Pertahanan tubuh spesifik
Dikatakan spesifik karena hanya terbatas pada satu mikro organisme dan tidak memberikan
proteksi terhadap mikro organisme yang tidak berkaitan.
Pertahanan ini di dapat melalui pejanan terhadap agen infeksius spesifik sehingga jaringan tubuh
membentuk sistem imun.
Imunitas
Kemampuan tubuh untuk pertahanan diri melawan infeksi dan berupaya untuk membawanya
kedalam sel dari orang atau hewan lain.
Karakteristik sistem imun
– Spesifitas, dapat membedakan berbagai zat asing.
– Memikro organismeri dan amplifikasi, mengingat kembali kontak sebelumnya.
– Pengenalan bagian diri, membedakan agen asing dan sel tubuh sendiri.
Komponen respon imun
– Antigen, yaitu zat yang menyebabkan respon imun spesifik.
– Antibody, yaitu suatu protein yang dihasilkan oleh sistem imun sebagai respon terhadap
keadaan antigen.
2. Pertahanan tubuh non spesifik
Dikatakan tidak spesifik karena berlaku untuk semua organisme dan memberikan perlindungan
umum terhadap berbagai jenis agens. Secara umum pertahanan tubuh non spesifik ini terbagi
menjadi pertahanan fisik, mekanik dan kimiawi.
Pertahanan fisik
Pertahanan tubuh non spesifik dengan pertahanan fisik dalam tubuh manusia antara lain adalah:
a. kulit, kulit yang utuh menjadi salah satu garis pertahanan pertama karena sifatnya yang
permeabel terhadap infeksi berbagai organisme.
b. asam laktat, dalam keringat dan sekresi sebasea dalam mempertahankan pH kulit tetap rendah,
sehingga sebagian besar mikro organisme tidak mampu bertahan hidup dalam kondisi ini.
c. cilia, mikro organisme yang masuk saluran nafas diangkut keluar oleh gerakan silia yang
melekat pada sel epitel.
d. mukus, membran mukosa mensekresi mukus untuk menjebak mikroba dan partikel asing
lainnya serta menutup masuk jalurnya bakteri/virus.
e. granulosit, mengenali mikroba organisme sebagai musuh dan menelan serta menghancurkan
mereka.
f. proses inflamasi, invasi jaringan oleh mikro organisme merangsang respon inflamasi pada
tubuh dengan tanda inflamasi yaitu kemerahan, panas, pembengkakan, nyeri, hilangnya fungsi
dan granulosit dan mikro organismenosit keluar.
Pertahanan mekanik
Pertahanan tubuh non spesifik dengan cara pertahanan mekanik antara lain adalah:
a. Bersin, reaksi tubuh karena ada benda asing (bakteri, virus, benda dan lain-lain yang masuk
hidung) reaksi tubuh untuk mengeluarkan dengan bersin.
b. Bilasan air mata, saat ada benda asing produksi air mata berlebih untuk mengeluarkan benda
tersebut.
c. Bilasan saliva, kalau ada zat berbahaya produksi saliva berlebih untuk menetralkan
d. Urin dan feses, jika berlebih maka respon tubuh untuk segera mengeluarkannya.
Pertahanan kimiawi
Pertahanan tubuh non spesifik dengan cara kimiawi antara lain adalah:
a. Enzim dan asam dalam cairan pencernaan berfungsi sebagai pelindung bagi tubuh.
b. HCL lambung, membunuh bakteri yang tidak tahan asam.
c. Asiditas vagina, membunuh bakteri yang tidak tahan asam.
d. Cairan empedu, membunuh bakteri yang tidak tahan asam (Setiadi, 2007: 204-245).
F. Mekanisme Imunitas
Langkah pertama dalam memusnahkan patogen atau sel asing adalah mengenal antigen sebagai
bahan asing. Baik sel T maupun sel B mampu melakukan hal ini, namun mekanisme immunya
diaktivasi dengan sangat baik, bila pengenalan ini dilakukan oleh makrofag dan kelompok
khusus limfosit T yang disebut sel T helper.
Antigen asing difagosit oleh suatu makrofag, dan bagian-bagian dipresentasi pada membran sel
makrofag. Pada membran makrofag juga terdapat antigen “ self ” yang merupakan representasi
semua antigen yang terdapat di semua sel individu. Oleh karena itu, sel T helper yang bertemu
makrofag ini tersaji tidak hanya bersama antigen “ self ” sebagai pembandingnya. Sel T helper
sekarang menjadi tersensitisasi dan spesifik bagi antigen asing. Satu hal yang tidak dimiliki
tubuh. Pengenalan antigen sebagai benda asing mengawali satu atau kedua mekanisme imunitas.
Mekanisme tersebut adalah imunitas selular, yang dalamnya sel T dan makrofag berpartisipasi
dan imunitas humoral (dengan perantara antibodi) yang melibatkan dalam sel T, sel B dan
makrofag.
1. Imunitas Selular
Mekanisme imunitas ini tidak menghasilkan antibodi, tetapi tetap efektif melawan patogen
intrasel (misalnya virus), fungi , sel-sel ganas, dan tandur jaringan asing. Setelah pengenalan
antigen asing oleh makrofag dan sel T helper yang menjadi teraktivasi dan spesifik kemudian
membelah berkali-kali membentuk sel T memori dan sel T sitotoksik (killer). Sel T memori akan
mengingat antigen asing yang spesifik dan menjadi aktif bila antigen tersebut masuk lagi ke
dalam tubuh. Sel T sitotoksik secar kimiawi mampu merusak antigen asing dengan mengoyak
membran sel. Dengan cara ini, sel T sitotoksik merusak sel-sel yang terinfeksi oleh virus, dan
mencegah virus berepsroduksi. Sel T ini juga memproduksi sitokinin, yang secara kimiawi
menarik makrofag menuju area tersebut dan mengaktifkan makrofag untuk memfagosit antigen
asing. Sel T teraktivitasi lainnya menjadi sel T supresor, yang akan menghentikan respons imun
ketika antigen asing telah dirusak. Namun, sel T memori secara cepat akan melakukan respons
imun selular begitu terjadi pajanan selanjutnya terhadap antigen.
2. Imunitas Humoral
Mekanisme imunitas ini tidak melibatkan produksi antibodi. Tahap pertama yaitu pengenalan
antigen asing, yang kali ini dilakukan oleh sel B serta makrofag dan sel T helper. Sel T helper
yang tersensitisasi menyajikan antigen asing pada sel B, yang memberikan stimulus kuat bagi
aktivasi sel B yang spesifik untuk antigen ini. Sel B teraktivasi mulai membelah berkali-kali dan
membentuk dua jenis sel. Beberapa sel B baru yang dihasilkan adalah sel-sel B memori, yang
akan mengingat antigen spesifik. Sel-sel B lain menjadi sel-sel plasma yang menghasilkan
antibodi spesifik bagi antigen asing yang satu ini. Antibodi kemudian berikatan dengan antigen,
membentuk kompleks antigen-antibodi. Ikatan kompleks ini menyebabkan opsonisasi yang
berarti bahwa antigen sekarang “ dilabel “ untuk di fagosit oleh makrofag atau neutrofil.
Kompleks antigen antibodi juga menstimulasi proses fiksasi komplemen.
Komplemen adalah suatu kelompok yang terdiri atas 20 protein plasma yang bersirkulasi dalam
darah sampai teraktivasi atau terfiksasi oleh suatu kompleks antigen-antibodi. Fiksasi
komplemen bisa komplet atau parsial. Jika antigen asingnya seluler, protein komplemen
mengikat kompleks antigen-antibodi, lalu slaing berikatan satu dengan lainnya, dan menyusun
cincin enzimatik yang membentuk satu lubang dalam sel, yang dapat menyebabkan kematian sel.
Ini adlaha fiksasi komplemen komplet ( menyeluruh) dan merupakan keadaan yang terjadi pada
sel-sel bakteri (yang bisa terjadi pada reaksi transfusi, juga dapat meyebabkan hemolisis).
Apabila antigen asing bukan sel, misalnya virus, maka akan berlangsung fiksasi, komplemen
parsial, yakni beberpa protein komplemen berikatan dengan kompleks antigen-antibodi. Hal ini
merupakan faktor kemotaktik. Kemotaksit berarti “ Pergerakan kimiawi “ dan sebenarnya
merupakan penanda yang menarik makrofag untuk memangsa dan merusak antigen asing. Bila
antigen asing telah dirusak, sel T supresor tersensitisasi untuk menghentikan respon imun. Hal
ini penting dalam membatasi produksi antibodi sampai jumlah yang diperlukan untuk
mengeliminasi patogen tanpa memicu respons tanpa memicu respons autoimun (Scanlon, 2006:
305-306).
G. Hubungan Imunitas dengan Imunisasi
Ditinjau dari cara memperolehnya, imunitas dibagi menjadi:
a. Imunitas aktif, yaitu bila seseorang secara aktif membentuk sendiri imunitasnya terhadap suatu
penyakit.
b. Imunitas pasif, yaitu bila imunitas itu berasal dari luar yang kemudian masuk atau dimasukkan
ke dalam tubuh.
1. Imunitas aktif
Imunitas aktif dibedakan menjadi “di dapat secara alamiah” dan dimasukkan secara buatan”.
a) Imuniats aktif di dapat secara alamiah
Imunitas ini di dapatkan bila seseorang terserang suatu bibit penyakit terutama mikroorganisme,
kemudian menjadi sakit ringan ataupun berat. Sementara itu di dalam tubuhnya dikembangkan
imunitas humoral dan imunitas seluler terhadap bibit penyakit tersebut. Bila imunitasnya dapat
mengatasi bibit penyakit, maka orang ini akan sembuh dan menjadi kebal khusus terhadap
penyakit tersebut. Contohnya yaitu “ Di negara-negara berkembang lebih dari 90% anak-anak
pada usia 7 tahun sudah memiliki antibody terhadap virus poliomielitis. Mungkin sebagian besar
anak-anak di atas usia 10 tahun sudah memiliki imunitas terhadap dipteri. Hal ini terjadi karena
anak-anak itu sudah terserang penyakit, sebagian besar dalam bentuk ringan, kemudian sembuh
dan menjadi kebal (imun). Hanya sebagian kecil dari anak-anak tersebut yang oleh suatu sebab
menderita sakit berat dan membahayakan “.
b) Imunitas aktif dimasukkan secara buatan
Pada akhir abad ke-18, saat penyakit cacar sedang melanda dunia. Edward Jenner menemukan
bahwa seseorang yang telah ditulari dan telah menderita penyakit cacar lembu yang jinak dan
tidak berbahaya dapat menjadi kebal terhadap penyakit cacar yang ganas. Dengan dasar ini,
maka para ahli berlomba membuat berbagai antigen yang aman untuk dimasukkan ke dalam
tubuh dengan tujuan agar tubuh dan membentuk antibody (imunitas) tetapi tidak mengalami sakit
yang berat. Antigen-antigen tersebut dapat berupa:
– Vaksin adalah suatu suspensi mikroorganisme atau bagian mikroorganisme (virus, riketsia,
bakteri) yang telah mati atau dilemahkan.
– Toksoid adalah toksin yang telah dilemahkan.
Reaksi dari sistem imunitas tubuh terhadap vaksin dan toksin biasanya lemah dan lambat karena
antigen yang dimasukkan sedikit-sedikit dan telah dilemahkan. Agar kekebalan yang cukup
dapat diperoleh maka diperlukan ulangan-ulangan dengan maksud mendapatkan respon sekunder
(amamnestik) yang kuat.
2. Imunitas pasif
Imunitas pasif dibedakan juga menjadi “didapat secara alamiah” dan “dimasukkan secara
buatan” (Irianto, 2004: 310-311).
H. Interaksi Antibody-Antigen
Sisi pengikat antigen pada regio variabel antibodi akan berikatan dengan sisi penghubung
determinan antigenik pada antigen untuk membentuk kompleks antigen-antibodi (atau imun).
Pengikatan ini memungkinkan inaktivasi antigen melalui proses fiksasi, netralisasi, aglutinasi,
atau presipitasi.
a. Fiksasi komplemen terjadi jika bagian molekul antibodi mengikat komplemen. Ikatan molekul
komplemen diaktivasi melalui “jalur klasik”, yang memicu efek cascade untuk mencegah
terjadinya kerusakan akibat organisme atau toksin npenyusup. Efek yang paling penting meliputi
:
1. Opsonisasi
Partikel antigen diselubungi antibodi atau komponen komplemen yang memfasilitasi proses
fagositosisi partikel.
2. Sitolisis
Kombinasi dari nfaktor-faktor komplemen multipel mengakibatkan rupturnya membran plasma
bakteri atau penyusup lain dan menyebabkan isi selular keluar.
3. Inflamasi
Produk komplemen berkontribusi dalam inflamasi akut melalui aktivasi sel mast, basofil, dan
trombosit darah.
b. Netralisasi terjadi saat antibodi menutup sisi toksik antigen dan menjadikannya tidak
berbahaya.
c. Aglutinasi (penggumpalan) terjadi jiak antigen adalah materi partikulat, seperti bakteri atau
sel-sel merah.
d. Presipitasi terjadi jika antigen dapat larut. Kompleks imun menjadi besar akibat hubungan
silang molekul antigen sehingga tidak dapat larut dan berpresipitasi. Reaksi presipitasi antara
antigen dan antibodi dapat dipakai secara klinis untuk mendeteksi dan mengukur salah satu
komponen berikut.
1. Imunoelektroforesis adalah suatu metode untuk menganalisis campuran antigen (protein) dan
antibodinya.protein digerakkan pada bidang listrik (elektroforesis) untuk dipisahkan dan
kemudian dibiarkan berdifusi dalam jeli agar tempat setiap protein membentuk garis presipitin
dengan antibodinya.
2. Radioimunoassai (RIA) didasarkan pada pengikatan kompetitif secara radioaktif antara
antigen berlabel dan antigen tanpa label untuk sejumlah kecil antibodi. Metode ini
memungkinkan dilakukannya anlisis terhadap antigen, antibodi, atau kompleks dalam jumlah
yang sangat kecil melalui pengukuran radioaktivitasnya bukan melalui cara kimia (Sloane, 2003:
257).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Imunologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi imunitas. Imunologi berasal dari
ilmu kedokteran dan penelitian awal akibat dari imunitas sampai penyakit. Sebutan imunitas
yang pertama kali diketahui adalah selama wabah Athena tahun 430 SM. Thucydides mencatat
bahwa orang yang sembuh dari penyakit sebelumnya dapat mengobati penyakit tanpa terkena
penyakit sekali lagi.
2. Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang
dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme.
3. Sistem imun berfungsi sebagai pelindung tubuh dari invasi penyebab penyakit,
menghancurkan dan menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit,
jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh.
4. Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap
antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Dilihat dari beberapa kali pajanan antigen maka
dapat dikenal dua macam respon imun yaitu respons imun primer dan respons imun sekunder.
5. Pertahanan tubuh ada 2 yaitu pertahanan tubuh spesifik dan pertahanan tubuh non spesifik.
6. Mekanisme imunitas meliputi imunitas selular, yang dalamnya sel T dan makrofag
berpartisipasi dan imunitas humoral (dengan perantara antibodi) yang melibatkan dalam sel T,
sel B dan makrofag.
7. Ditinjau dari cara memperolehnya, imunitas dibagi menjadi dua yaitu imunitas aktif, yaitu bila
seseorang secara aktif membentuk sendiri imunitasnya terhadap suatu penyakit dan imunitas
pasif, yaitu bila imunitas itu berasal dari luar yang kemudian masuk atau dimasukkan ke dalam
tubuh.
8. Sisi pengikat antigen pada regio variabel antibodi akan berikatan dengan sisi penghubung
determinan antigenik pada antigen untuk membentuk kompleks antigen-antibodi (atau imun).
Pengikatan ini memungkinkan inaktivasi antigen melalui proses fiksasi, netralisasi, aglutinasi,
atau presipitasi.
9. Sel-sel polimorfonuklear ( PMN ) berasal dari sel induk mieloid, dan merupakan 60%-70%
dari jumlah leukosit dalam sirkulasi darah, walaupun sel-sel itu dapat juga dijumpai
ekstravaskuler. Sel PMN mempunyai inti yang terbagi atas beberapa lobul, dan dalam sitoplasma
terdapat 3 macam granula yaitu granula primer, sekunder, dan tertier.
10. Antimikroba dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri dalam tubuh, namun
antimikroba juga berpengaruh terhadap sistem fagosit baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Pengaruh tersebut ada yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan terutama
untuk penderita yang telah mengalami gangguan fungsi imunitas. Kebanyakan antimikroba
golongan quinolone dan b-laktam ternyata dapat meningkatkan fungsi fagosit.
11. Kelainan dan penyakit pada system kekebalan tubuh yaitu alergi dan AIDS.
B. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan dalam makalah ini yaitu untuk pembaca diharapkan dalam
membaca makalah ini dapat lebih tahu dan memahami tentang pentingnya Sistem Imun sehingga
pemahaman itu dapat diinformasikan kepada orang awam dan dapat diaplikasikan untuk diri
sendiri dan dilingkungan. Selain itu penulis mengharapkan saran yang membangun yang dapat
menjadi motivasi dalam pembuatan makalah-makalah berikutnya sehingga dalam pembuatan
makalah berikutnya penulis lebih teliti dan lebih baik lagi dalam menyampaikan informasi dalam
bentuk tertulis seperti makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Gould, Dinah, dkk., 2003. Mikrobiologi Terapan Untuk Perawat. EGC. Jakarta.
Irianto, Kus, 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Yrama Widya.
Bandung.
Kresno, Siti Boedina. 2003. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Ranuh, I., dkk., 2001. Buku Imunisasi di Indonesia Edisi Pertama. SI-IDAI. Jakarta.
Scanlon, Valerie C., 2006. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Edisi 3. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Setiadi, 2007. Anatomi Fisiologi Manusia. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sloane, Ethel, 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
http://www.irwanashari.com/377/sistem-imun-dan-gangguan-imun.html. Diakses Tanggal 26
Mei 2012.
http://www.stimuno.com/index.php?mod=article&id=113. Diakses Tanggal 26 Mei 2012.
http://id.wikipedia.org/wiki/Imunitas. Diakses Tanggal 26 Mei 2012.
http://www.bugisbagus.com/2009/02/sistem-pertahanan-tubuh-imun.html. Diakses Tanggal 27
Mei 2012.
http://www.scribd.com/doc/53733129/Makalah-Anatomi-Dan-Fisiologi-Manusia. Diakses
Tanggal 27 Mei 2012.
http://www.scribd.com/doc/25327338/Makalah-Biologi-sistem-Kekebalan-Tubuh. Diakses
Tanggal 27 Mei 2012.