Anda di halaman 1dari 16

MODUL IMUNOLOGI

(PSF 215)

MODUL 1
Konsep dan Sejarah Imunologi

DISUSUN OLEH
INHERNI MARTI ABNA S.Si, M.Si

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 0 / 16
I. Pendahuluan

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa memahami :
1. Menguraikan visi dan misi Universitas Esa Unggul
2. Merinci topik-topik perkuliahan imunologi
3. Mengetahui referensi dan komponen penilaian
4. Memahami definisi imunologi
B. Uraian dan Contoh
1. Visi dan Misi
Universitas Esa Unggul mempunyai visi menjadi perguruan tinggi kelas dunia
berbasis intelektualitas, kreatifitas dan kewirausahaan, yang unggul dalam mutu pengelolaan
dan hasil pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi.
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka Universitas Esa Unggul menetapkan misi- misi
sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang bermutu dan relevan
b. Menciptakan suasana akademik yang kondusif
c. Memberikan pelayanan prima kepada seluruh pemangku kepentingan

2. Topik Perkuliahan
Imunologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang sistem kekebalan tubuh
manusia. Ilmu ini membahas apa yang terjadi terhadap kekebalan tubuh pada saat manusia
sehat maupun sakit. Imunologi menjadi dasar ilmu dalam menegakkan diagnosis terhadap
suatu penyakit melalui berbagai pemeriksaan imun. Mata kuliah imunologi akan dibagi dalam
dua bagian yaitu sebelum UTS dan setelah UTS.
Adapun topik-topik perkuliahan sebelum UTS adalah :
1. Konsep dan Sejarah Imunologi
2. Organ dan Sel Sistem Imun
3. Imunogen/Antigen
4. Antibodi/Imunoglobulin
5. Komplemen-Sitokin
6. Reaksi Antigen-Antibodi

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 1 / 16
7. Toleransi Imunologi
Untuk topik-topik perkuliahan setelah UTS adalah :
8. Reaksi Hipersensitivitas dan Autoimun
9. Defisiensi Imun
10. Imunologi Infeksi
11. Imunologi Tumor/Kanker
12. Imunisasi/Imunoprofilaksis
13. Transfusi Darah dan Transplantasi Organ
14. Farmako Imunologi

3. Buku Referensi dan Komponen Penilaian


Mata kuliah imunologi menggunakan berbagai buku referensi tentang filsafat
keilmuan. Ada beberapa buku yang direkomendasikan untuk dipelajari, yakni :
a. Baratawidjaja K. G, 2004, Imunologi Dasar, edisi ke-6, FKUI, Jakarta
b. Kresna B, Dasar Imunologi Klinik, FKUI, Jakarta
c. Abbas AK, Lichtman AH, Pober JS, 2013, Cellule r and Molecular Imunology,
Philadelpia, WB Saunders Company
d. Roit, I., 1997, Essential Imunologi, 9th, Blackwell Co., London.
Untuk penilaian akhir, komponen nilai yang digunakan terdiri dari kehadiran, UTS,
UAS dan penugasan. Dalam kuliah online komponen penugasan ditambah dengan kuis,
sedangkan komponen kehadiran tidak diperhitungkan karena ditekankan pada aspek aktivitas
di website. Adapun proporsi penilaiannya sebagai berikut :
a. UTS = 30 %
b. UAS = 30 %
c. Kuis = 20 %
d. Tugas = 20 %

4. Definisi Imunologi
Kata Immunology berasal dari bahasa latin Immunos + Logos. Jadi Imunologi
(Immunology) yaitu studi tentang mekanisme biologis dari seluler, molekular serta fungsional
sistim imun. Sedangkan Sistim Imun (Immune System) adalah: Sistim yang terdiri dari
molekuler, seluler, jaringan dan organ yang berperan dalam proteksi/ kekebalan tubuh. Kata
imunitas (immunity) sendiri mempunyai pengertian sebagai proteks i dari penyakit infeksi

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 2 / 16
atau daya tahan tubuh untuk melawan penyakit dan melawan infeksi. Tanggap (respon)
terhadap substansi asing yang masuk ke dalam tubuh, secara kolektif disebut respon imun .
Definisi spesifik : imunitas adalah reaksi untuk melawan substansi asing yang masuk
ke dalam tubuh seperti mikroorganisme (bakteri, virus, parasit) & molekul besar (protein,
polisakharida). Reaksi yang terjadi meliputi reaksi seluler dan molekul. Sistem kekebalan
tubuh (sistem imun) merupakan sistem perlindungan dari pengaruh luar biologis yang
dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme sehingga tidak mudah terkena
penyakit. Contoh: Perlindungan terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel
kanker dan zat asing lain dalam tubuh.
Imunitas adalah kekebalan tubuh manusia terhadap penyakit. Imunitas sendiri terdapat
dua jenis, yaitu spesifik dan non spesifik. Imunitas non spesifik disebut juga dengan imunitas
bawaan ialah pertahanan tubuh pertama yang dimiliki oleh manusia sejak lahir. Pada
umumnya, imunitas bawaan dapat melawan semua benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Imunitas bawaan terdiri atas “benteng” tubuh, seperti kulit, air mata, lendir dan air ludah yang
bekerja dengan baik ketika jaringan tubuh terinfeksi atau terluka. Mekanisme kerja imunitas
bawaan adalah mencegah atau menghindari masuk dan menyebarnya penyakit.
Pada dasarnya sistem imun dibagi menjadi 2 :
1. Sistem Imun Non Spesifik (SIN) :
• Fisik/mekanik : kulit, selaput lendir, silia, batuk bersin
• Larut : Biokimia (asam lambung, lisozim, laktoferin, asam neuraminik, dll), Humoral
(komplemen, Interferon, C Reactive Protein (CRP))
• Seluler : Fagosit (Mono Nuklear, PMN), Sel Nol (Sel NK, Sel K), Sel Mediator
(Basofil dan mastosit, trombosit)
2. Sistem Imun Spesifik (SIS) :
• Humoral/Sel B
• Seluler/Sel T
Jika makhluk atau benda asing penginvasi (yang datang masuk) dapat melewati
pertahanan tubuh yang pertama, sel-sel, molekul- molekul dan organ-organ dalam sistem
imunitas akan melakukan perlawanan khusus untuk menghancurkan para pengivasi tersebut.
Sistem imunitas tersebut dapat dipanggil kembali jika pada masa yang akan datang, para
penginvasi menyerang tubuh kembali. Sistem imunitas ini disebut dengan imunitas spesifik
atau imunitas adaptif. Dengan demikian, ciri imunitas adaptif ialah kemampuannya dalam
mempelajari, menyesuaikan dan mengingat suatu benda asing yang masuk ke dalam tubuh.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 3 / 16
Imunitas adaptif memiliki empat cara merespon yang berbeda. Pertama, imunitas
adaptif yang hanya merespon setelah para penginvasi datang. Kedua, imunitas adaptif yang
sangat spesifik, setiap respon sangat disesuaikan dengan jenis penginvasi yang datang. Ketiga,
imunitas adaptif yang membuka memorinya dan merespon jauh lebih baik dibandingkan
ketika serangan pertama, walaupun serangan kedua terjadi bertahun-tahun kemudian.
Keempat, imunitas adaptif biasanya tidak menyerang komponen-komponen tubuh yang
normal.
Pada respon imunitas sel yang dimediasi, sel-sel yang dapat menghancurkan sel-sel
lain akan diaktifkan. Aktivitas penghancuran tersebut terbatas pada sel-sel yang terinfeksi
atau menghasilkan suatu antigen spesifik. Respon imunitas sel yang dimediasi dihasilkan di
dalam sel tubuh untuk melawan penginvasi, seperti virus. Selain itu, respon imunitas sel yang
dimediasi juga dapat menghancurkan sel-sel mutan, seperti sel-sel kanker.
Fungsi sistem imun secara khusus adalah sebagai berikut:
• Melindungi tubuh dari serangan benda asing atau bibit penyakit yang masuk ke dalam
tubuh.
• Menghilangkan jaringan sel yang mati atau rusak (debris cell) untuk perbaikan
jaringan.
• Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
• Menjaga keseimbangan homeostatis dalam tubuh.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 4 / 16
C. Latihan Soal
1. Sebutkan buku-buku referensi yang digunakan pada mata kuliah imunologi.
2. Apakah yang dimaksud dengan sistem imun?
3. Sebutkan fungi sistim imun tubuh

D. Kunci Jawaban
1. a. Baratawidjaja K. G, 2004, Imunologi Dasar, edisi ke-6, FKUI, Jakarta
b. Kresna B, Dasar Imunologi Klinik, FKUI, Jakarta
c. Abbas AK, Lichtman AH, Pober JS, 2013, Celluler and Molecular Imunology,
Philadelpia, WB Saunders Company
d. Roit, I., 1997, Essential Imunologi, 9th, Blackwell Co., London.
2. Sistim Imun (Immune System) adalah: Sistim yang terdiri dari Molekuler, Seluler,
Jaringan dan Organ yang berperan dalam proteksi/ kekebalan tubuh
3. Fungsi sistem imun adalah sebagai berikut:
• Melindungi tubuh dari serangan benda asing atau bibit penyakit yang masuk ke
dalam tubuh.
• Menghilangkan jaringan sel yang mati atau rusak (debris cell) untuk perbaikan
jaringan.
• Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
• Menjaga keseimbangan homeostatis dalam tubuh.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 5 / 16
II. Sejarah dan Penggolongan Imunologi

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1. Memahami sejarah perjalanan imunologi
2. Memahami penggolongan imunologi

B. Uraian dan Contoh


1. Sejarah Imunologi
Pada mulanya imunologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari respons
tubuh, terutama respons kekebalan, terhadap penyakit infeksi. Pada tahun 1546, Girolamo
Fracastoro mengajukan teori kontagion yang menyatakan bahwa pada penyakit infeksi
terdapat suatu zat yang dapat memindahkan penyakit tersebut dari satu individu ke individu
lain, tetapi zat tersebut sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata dan pada waktu
itu belum dapat diidentifikasi. Berikut adalah beberapa ilmuwan yang berperan penting dalam
dunia imunologi:
1. Edwar Jenner
Pada tahun 1798, Edward Jenner mengamati bahwa seseorang dapat terhindar dari
infeksi variola secara alamiah, bila ia telah terpajan sebelumnya dengan cacar sapi (cow pox).
Sejak saat itu, mulai dipakailah vaksin cacar walaupun pada waktu itu belum diketahui
bagaimana mekanisme yang sebenarnya terjadi. Memang imunologi tidak akan maju bila
tidak diiringi dengan kemajuan dalam bidang teknologi, terutama teknologi kedokteran.
Dengan ditemukannya mikroskop maka kemajuan dalam bidang mikrobiologi meningkat dan
mulai dapat ditelusuri penyebab penyakit infeksi. Penelitian ilmiah mengenai imunologi baru
dimulai setelah Louis Pasteur pada tahun 1880 menemukan penyebab penyakit infeksi dan
dapat membiakkan mikroorganisme serta menetapkan teori kuman (germ theory) penyakit.
Penemuan ini kemudian dilanjutkan dengan diperolehnya vaksin rabies pada manusia tahun
1885. Hasil karya Pasteur ini kemudian merupakan dasar perkembangan vaksin selanjutnya
yang merupakan pencapaian gemilang di bidang imunologi yang memberi dampak positif
pada penurunan morbiditas dan mortalitas penyakit infeksi pada anak.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 6 / 16
2. Robert Koch
Pada tahun 1880, Robert Koch menemukan kuman penyebab penyakit tuberkulosis.
Dalam rangka mencari vaksin terhadap tuberkulosis ini, ia mengamati adanya reaksi
tuberkulin (1891) yang merupakan reaksi hiperse nsitivitas lambat pada kulit terhadap kuman
tuberkulosis. Reaksi tuberkulin ini kemudian oleh Mantoux (1908) dipakai untuk
mendiagnosis penyakit tuberkulosis pada anak. Imunologi mulai dipakai untuk menegakkan
diagnosis penyakit pada anak. Vaksin terhadap tuberkulosis ditemukan pada tahun 1921 oleh
Calmette dan Guerin yang dikenal dengan vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin).
Kemudian diketahui bahwa tidak hanya mikroorganisme hidup yang dapat menimbulkan
kekebalan, bahan yang tidak hidup pun dapat menginduksi kekebalan.

3. Alexander Yersin Dan Roux


Setelah Roux dan Yersin menemukan toksin difteri pada tahun 1885, Von Behring dan
Kitasato menemukan antitoksin difteri pada binatang (1890). Sejak itu dimulailah pengobatan
dengan serum kebal yang diperoleh dari kuda dan imunologi diterapkan dalam pengobatan
penyakit infeksi pada anak. Pengobatan dengan serum kebal ini di kemudian hari berkembang
menjadi pengobatan dengan imunoglobulin spesifik atau globulin gama yang diperoleh dari
manusia.

4. Clemens von pirquet


Dengan pemakaian serum kebal, muncullah secara klinis kelainan akibat pemberian
serum ini. Dua orang dokter anak, Clemens von pirquet dari Austria dan Bela Shick dari
Hongaria melaporkan pada tahun 1905, bahwa anak yang mendapat suntikan serum keb al
berasal dari kuda terkadang menderita panas, pembesaran kelenjar, dan eritema yang
dinamakan penyakit serum (serum sickness). Selain itu peneliti Perancis, Charles Richet dan
Paul Portier (1901) menemukan bahwa reaksi kekebalan yang diharapkan timbul de ngan
menyuntikkan zat toksin pada anjing tidak terjadi, bahkan yang terjadi adalah keadaan
sebaliknya yaitu kematian sehingga dinamakan dengan istilah anafilaksis (tanpa pencegahan).
Mulailah imunologi dilibatkan dalam reaksi lain dari kekebalan akibat pemberian toksin atau
antitoksin. Clemens von pirquet dari Austria (1906) memakai istilah reaksi alergi untuk reaksi
imunologi ini. Pada tahun 1873 Charles Blackley mempelajari penyakit hay fever, yaitu
penyakit dengan gejala klinis konjungtivitis dan rinitis, serta melihat bahwa ada hubungan
antara penyakit ini dengan serbuk sari (pollen). Oleh Wolf Eisner (1906) dan Meltzer (1910),
penyakit ini dinamakan anafilaksis pada manusia (human anaphylaxis).

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 7 / 16
Pada tahun 1911-1914, Noon dan Freeman mencoba mengobati penyakit hay fever
dengan cara terapi imun yaitu menyuntikkan serbuk sari subkutan sedikit demi sedikit.
Dasarnya pada waktu itu dianggap bahwa serbuk sari mengeluarkan toksin, dengan harapan
agar terbentuk antitoksin netralisasi. Sejak itu cara tersebut masih dipakai untuk mengobati
penyakit alergi terhadap antigen tertentu yang dikenal dengan cara desensitisasi. Akan tetapi
mekanisme yang sekarang dianut adalah berdasarkan pembentukan antibodi penghambat
(blocking antibody).
Dengan penemuan reaksi tuberkulin, Schloss (1912) dan von Pirquet (1915)
melakukan uji gores (scratch test) pada kulit untuk diagnosis penyakit alergi pada anak.
Talbot (1914), seorang dokter anak, dengan uji gores melihat adanya hubungan antara asma
anak dengan telur. Cooke (1915) memodifikasi uji gores dengan uji intrakutan, dan
melaporkan juga bahwa faktor keturunan memegang peranan pada penyakit alergi. Pada tahun
1913, Shick juga memperkenalkan uji kulit untuk menentukan kepekaan seseorang terhadap
kuman difteri, sehingga makin banyak fenomena imun diterapkan dalam uji diagnostik
penyakit anak.
Pada tahun 1923, Cooke dan Coca mengajukan konsep atopi (strange disease)
terhadap sekumpulan penyakit alergi yang secara klinis mempunyai manifestasi sebagai hay
fever, asma, dermatitis, dan mempunyai predisposisi diturunkan. Mulailah ilmu alergi-
imunologi diterapkan dalam kelainan dan penelitian di bidang alergi klinis. Rackemann
(1918) melihat bahwa sebagian besar asma pada anak mempunyai dasar alergi dan dinamakan
asma tipe ekstrinsik. Prausnitz dan Kustner (1921) menyatakan bahwa zat yang menimbulkan
sensitisasi kulit pada uji kulit dapat ditransfer melalui serum penderita. Memang pada waktu
itu mekanisme alergi yang tepat belum diketahui. Kini berkat penelitian yang telah dilakukan,
proses selular dan molekular yang terjadi pada penyakit alergi dapat dijabarkan. Berbagai
macam bentuk kelainan klinis berdasarkan reaksi alergi- imunologi makin banyak ditemukan,
terutama dengan bertambah banyaknya obat yang dipakai untuk pengobatan dan diagnosis
penyakit.
Dengan ditemukannya komplemen oleh Bordet (1894), uji diagnostik yang memakai
fenomena imun berkembang lagi dengan uji fiksasi komplemen (1901), seperti pada penyakit
sifilis. Pada tahun 1896, Widal secara in vitro mendemonstrasikan bahwa serum penderita
demam tifoid dapat mengaglutinasi basil tifoid.
Setelah Landsteiner (1900) menemukan golongan darah ABO, dan disusul dengan
golongan darah rhesus oleh Levine dan Stenson (1940) , maka kelainan klinis berdasarkan
reaksi imun semakin dikenal. Pada masa itu, fenomena imun yang terjadi baru dapat

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 8 / 16
dijabarkan dengan istilah imunologi saja. Baru pada tahun 1939, 141 tahun setelah penemuan
Jenner, Tiselius dan Kabat menemukan secara elektroforesis bahwa antibodi terletak dalam
spektrum globulin gama yang kemudian dinamakan imunoglobulin (Ig). Dengan cara
imunoelektroforesis diketahui bahwa imunoglobulin terdiri atas 5 kelas yang diberi nama IgA,
IgG, IgM, IgD dan IgE (WHO, 1964), dan kemudian diketahui bahwa masing- masing kelas
tersebut mempunyai subkelas. Pada tahun 1959 Porter dan Edelman menemukan struktur
imunoglobulin, dan tahun 1969 Edelman pertama kali melaporkan urutan asam amino
molekul imunoglobulin yang lengkap. Reagin, yaitu faktor yang dianggap berperan pada
penyakit alergi, baru ditemukan strukturnya oleh Kimishige dan Teneko Ishizaka pada tahun
1967 dan merupakan kelas imunoglobulin E (IgE). Sekarang banyak penelitian dilakukan
mengenai regulasi sintesis IgE, dengan harapan dapat menerapkannya dalam mengendalikan
penyakit atopi.

5. Metchnikoff
Pada tahun 1883, Metchnikoff sebenarnya telah mengatakan bahwa pertahanan tubuh
tidak saja diperankan oleh faktor humoral, tetapi leukosit juga berperan dalam pertahanan
tubuh terhadap penyakit infeksi. Pada waktu itu peran leukosit baru dikenal fungsi
fagositosisnya. Beliaulah yang menemukan sel makrofag. Sekarang kita mengetahui bahwa
sel makrofag aktif berperan pada imunitas selular untuk eliminasi antigen. Baru pada tahun
1964, Cooper dan Good dari penelitiannya pada ayam menyatakan bahwa siste m limfosit
terdiri atas 2 populasi, yaitu populasi yang perkembangannya bergantung pada timus dan
dinamakan limfosit T, serta populasi yang perkembangannya bergantung pada bursa fabricius
dan dinamakan limfosit B. Tetapi pada waktu itu belum dapat dibedaka n antara limfosit T dan
limfosit B. Limfosit T berperan dalam hipersensitivitas lambat pada kulit dan penolakan
jaringan, sedangkan limfosit B dalam produksi antibodi.

2. Penggolongan Imunologi
Imunologi digolongkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan cara mempertahankan diri dari penyakit
a. Sistem pertahanan tubuh non spesifik: Tidak membedakan mikrobia patogen yang
satu dengan yang lainnya.
b. Sistem pertahanan tubuh spesifik : Pertahanan tubuh terhadap patogen tertentu yang
masuk dalam tubuh
2. Berdasarkan cara memperoleh

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 9 / 16
a. Kekebalan aktif : dihasilkan oleh tubuh itu sendiri.
b. Kekebalan pasif : diperoleh setelah menerima antibodi dari luar tubuh.
3. Berdasarkan mekanisme kerja
a. Kekebalan humoral : Melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar dalam
aliran darah.
b. Kekebalan seluler : Melibatkan sel T yang berfungsi menyerang sel-sel asing atau
jaringan tubuh yang terinfeksi secara langsung.

Berdasarkan cara mempertahankan diri dari penyakit sistem imun dibagi 2:


1. Sistem Imun Non Spesifik (SIN) :
Fisik/mekanik : kulit, selaput lendir, silia, batuk bersin
Larut : Biokimia (asam lambung, lisozim, laktoferin, asam neuraminik, dll), Humoral
(komplemen, Interferon, C Reactive Protein (CRP))
Seluler : Fagosit (Mono Nuklear, PMN), Sel Nol (Sel NK, Sel K), Sel Mediator
(Basofil dan mastosit, trombosit)
2. Sistem Imun Spesifik (SIS) :
-Humoral/Sel B
-Seluler/Sel T

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 10 /
16
Gambar 1: Perbedaan Respon Imun Spesifik dan Non Spesifik

a. Sistem Imun Non Spesifik


Sistem imun ini merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan
mikroorganisme. Respon bersifat langsung terhadap antigen. Disebut non spesifik karena
tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir.
Disebut juga sebutan komponen nonadaptif atau juga innate, atau juga imunitas alamiah, yang
merupakan suatu mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk 1 jenis antigen,
namun untuk segala macam antigen. Imunitas alamiah ini sudah ada sejak bayi lahir serta juga
terdiri atas segala macam elemen non spesifik. Jadi hal ini bukan merupakan pertahanan
khusus untuk antigen tertentu. Penjelasan mengenai klasifikasi sistem imun dengan
berdasarkan pertahanan non spesfik diantaranya :
1. Pertahanan Fisik
Pertahanan fisik ini merupakan pertahanan yang terdapat diluar tubuh seperti halnya
kulit serta juga membran mukosa yang memiliki tugas yakni sebagai pertahanan utama di
dalam mencegah masuknya patogen itu ke dalam tubuh. Di mana seperti yang sudah atau
telah kita ketahui bahwa kulit tersebut terdiri atas sel-sel yang sangat rapat sehingga
kemudian sangat menyulitkan untuk patogen itu untuk masuk kedalamnya.
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 11 /
16
Di kulit juga terdapat keratin serta sedikit air untuk kemudian menghambat
pertumbuhan serta jugaperkembangbiakkan sebuah mikroba. Sementara itu membran mukosa
tersebut bisa ditemukan di saluran utama tubuh seperti misalnya sistem pernapasan pada
manusia, pencernaan serta juga kelamin. Membran ini me miliki tugas untuk menjadi benteng
pertahanan kedua agar patogen tersebut tidak masuk ke dalam tubuh.
2. Pertahanan Mekanis
Pertahanan mekanis ini ialah pertahanan yang bisa atau dapat ditemukan di bagian
hidung serta trakea kita, yakni rambut serta silia . Rambut rambut halus yang terdapat di
hidung memiliki fungsi yakni sebagai filter atau penyaring udara yang masuk dari luar
menuju ke dalam tubuh, sementara untuk silia memiliki fungsi sebagai sapu untuk kemudian
menangkap partikel yang berbahaya di dalam lendir, sehingga nantinya bisa atau dapat
dikeluarkan lagi.
3. Pertahanan Kimiawi
Pertahanan kimiawi ini ialah pertahanan yang berasal dari membran moksa serta juga
kulit dengan menghasilkan senyawa sekret. Sekret ini merupakan zat yang tersusun dari
senyawa kimia yang bisa atau dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Dalam hal ini, kulit
kita yang menghasilkan minyak dan juga keringat tersebut kemudian akan memberikan pH 3-
5 yang bisa atau dapat menghambat pertumbuhan dan juga perkembangan mikroorganisme d i
kulit kita. Kemudian, air lur, air mata serta jugasekresi mukosa yang mengandung enzim
lisozim tersebut memiliki/mempunyai fungsi untuk dapat memberantas bakteri itu dengan
cara hidrolosis dinding selnya itu sampai bakteri itu mati.
4. Pertahanan Biologis
Pertahanan Biologis ini merupakan pertahanan yang dilakukan oleh beberapa bakteri
yang hidup di kulit tetapi tidak berbahaya. Adanya bakteri di dalam kulit tersebut dapat atau
bisa memberikan benteng pertahanan agar bakteri patogen itu tidak masuk dan j uga tidak
mendapatkan nutrisi.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap respon imun non spesifik yaitu:
1. Spesies
2. Perbedaan individu dan pengaruh usia
3. Suhu
4. Pengaruh hormon
5. Faktor nutrisi
6. Flora bakteri normal

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 12 /
16
b. Sistem Imun Spesifik
Pertahanan spesifik ini merupakan imunitas diperantarai antibodi untuk kemudian
respon imun yang diperantarai antibodi, limfosit B memiliki peran di dalam proses ini, yang
mana limfosit B ini akan melalui 2 proses yakni respon imun primer serta respon imun
sekunder. Apabila sel limfosit B bertemu dengan antigen serta kemudian cocok, maka limfosit
B tersebut akan membelah secara mitosis serta kemudian menghasilkan beberapa sel limfosit
B. Seluruh Limfosit B tersebut segera melepaskan antibodi yang mereka punya serta
kemudian merangsang sel Mast untuk kemudian menghancurkan antigen atau juga sel yang
sudah atau telah terserang antigen untuk kemudian mengeluarkan histamin. Penjelasan
mengenai klasifikasi sistem imun dengan berdasarkan pertahanan spesfik diantaranya :
1. Limfosit
Merupakan salah satu dari bagian dari sistem pertahanan spesifik. Limfosit disistem
ini terbagi atas 2 jenis diantaranya, yakni limfosit B dikenal dengan sel B serta juga limfosit T
dikenal dengan sel T. Berbeda dengan sel B yang pada proses pembentukan serta juga pada
pematangannya itu semuanya terjadi di sumsum tulang, sel T tersebut pembentukannya
terdaoat di sumsum tulang, namun pematangannya itu di kelenjar timus.
a. Limsofit B atau Sel B
Sel B yang memiliki fungsi yakni sebagai pembentuk antibodi terseb ut ternyata
terbagi atas 3 macam, diantaranya sebagai berikut :
-Sel B pengingat ini merupakan sel B yang memiliki tugas untuk mengingat seluruh antigen
yang sudah pernah masuk ke dalam tubuh serta juga kemudian menstimulasi pembentukan sel
B plasma apabila terjadi infeksi selanjutnya.
-Sel B pembelah ini merupakan sel B yang tugasnya ialah untuk membentuk sel B pengingat
dan juga sel B plasma.
-Sel B plasma ini merupakan sel B yang memiliki tugas utama yakni untuk membentuk
antibodi.
b. Limsofit T atau Sel T
Bila sel B tersebut mempunyai tugas yakni sebagai pembentuk antibodi, maka sel T
sendiri tugasnya ialah sebagai pembentuk kekebalan seluler, selain dari itu terdapat tugas lain
seperti ikut membantu di dalam proses produksi antibodi tersebut bersamaan dengan sel B
plasma. Sel T tersebut juga terbagi atas 3 jenis, diantaranya ialah sebagai berikut :
-Sel T supersor ini merupakan sel T yang memiliki tugas untuk menghentikan dan juga untuk
menurunkan respon imun dengan cara mengurangi aktivitas atau kegiatan dari sel T

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 13 /
16
pembunuh serta kemudian menurunkan produksi antibodi pada seseorang. Biasanya sel
tersebut juga bekerja apabila infeksi sudah tertangani.
-Sel T pembunuh ini merupakan sel T yang memiliki tugas untuk menyerang patogen yang
sudah masuk dalam tubuh, sel kanker serta juga sel tubuh yang kemudian pernah terinfeksi
bakteri.
-Sel T pembantu ini merupakan sel T yang memiliki tugas untuk dapat menstimulasi
pembentukan sel B serta sel T.

2. Antibodi
Antibodi atau disebut dengan immunoglobulin ini ada lah suatu sistem pertahanan
yang akan dibentuk pada saat terdapat antigen yang masuk atau biasa disebut juga sebagai
serumnya antigen. Antigen merupakan sejenis patogen, mereka ini sama sama berbahaya
jika/apabila tidak dicegah. Antigen ini adalah senyawa kimia berupa protein yang bisa
ditemukan di sel kanker atau pun juga sel asing yang masuk.
Cara kerja dari antibodi ini ialah dengan mengikat langsung antigen tersebut, setelah
itu kemudian akan diproses lebih lanjut oleh makrofag untuk kemudian dihancurkan.
Disebabkan karna antibodi tertentu akan bekerja dipenyakit spesifik, maka kemudian harus
banyak antibodi untuk dapat menangani segala macam jenis penyakit yang masuk juga.
Antibodi tersebut juga tersusun atas 2 gugus rantai polipeptida, diantaranya 2 rantai
berat serta 2 rantai ringan. tiap-tiap rantai tersebut nantinya akan saling
berkaitan/berhubungan antara satu sama lain serta kemudianmembentuk kromosom Y. Yang
mana disetiap lengan yang terdapat pada kromosom tersebut kemudian dipakai yakni sebagai
tempat pengikat antigen.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 14 /
16
C. Latihan Soal
1. Apakah yang dimaksud pertahanan fisik?
2. Sebutkan Penggolongan Imunologi
3. Apakah yang dimaksud sistem imun spesifik?
D. Kunci Jawaban
1. Pertahanan fisik ini merupakan pertahanan yang terdapat diluar tubuh seperti halnya kulit
serta juga membran moksa yang memiliki tugas yakni sebagai pertahanan utama didalam
mencegah masuknya patogen itu ke dalam tubuh.
2. Imunologi digolongkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan cara mempertahankan diri dari penyakit
a. Sistem pertahanan tubuh non spesifik: Tidak membedakan mikrobia patogen yang
satu dengan yang lainnya.
b. Sistem pertahanan tubuh spesifik : Pertahanan tubuh terhadap patogen tertentu yang
masuk dalam tubuh
2. Berdasarkan cara memperoleh
a. Kekebalan aktif : dihasilkan oleh tubuh itu sendiri.
b. Kekebalan pasif : diperoleh setelah menerima antibodi dari luar tubuh.
3. Berdasarkan mekanisme kerja
a. Kekebalan humoral : Melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar dalam
aliran darah.
b. Kekebalan seluler : Melibatkan sel T yang berfungsi menyerang sel-sel asing atau
jaringan tubuh yang terinfeksi secara langsung.
3. Sistem imun spesifik adalah imunitas yang diperantarai antibodi untuk kemudian respon
imun yang diperantarai antibodi, limfosit B memiliki peran di dalam proses ini, yang mana
limfosit B ini akan melalui 2 proses yakni respon imun primer serta respon imun sekunder.

E. Daftar Pustaka
a. Baratawidjaja K. G, Imunologi Dasar, edisi ke-6, FKUI, Jakarta, 2004
b. Kresna B, Dasar Imunologi Klinik, FKUI, Jakarta, 2004
c. Abbas AK, Lichtman AH, Pober JS, Celluler and Molecular Imunology, Philadelpia,
WB Saunders Company, 2013
d. Roit, I., Essential Imunologi, 9th, Blackwell Co., London, 1997

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 15 /
16

Anda mungkin juga menyukai