Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MATA KULIAH IMUNSEROLOGI

IMUNITAS TERHADAP PROTOZOA

Dibuat oleh
Jihan Nabilla ( P1337434318023)

SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATURIUM MEDIS


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLTEKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
segala kuasa-Nyalah penulis akhirnya bisa menyusun tugas akhir mata kuliah Plebotomi yang
berjudul “Komplikasi Pengambilan Darah Arteri ” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada ibu Hj.Nurul Qomariyah S.Pd.,M.pd selaku dosen
pengampu mata kuliah yang telah memberikan banyak pelajaran serta saran yang sangat
bermanfaat dalam proses penyelesaian tugas akhir. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah turut serta membantu menyumbangkan pikirannya yang tidak
bisa penulis sebutkan satu-per satu.
Penulis sangat berharap agar makalah ini memberi banyak manfaat bagi para pembaca terutama
pada para penderita meningitis sehingga mereka pun memiliki jalan keluar atas permasalahan
yang tengah dihadapinya.
Penulis juga sangat mengharapkan masukan, kritikan serta saran dari semua pihak agar karya
tulis ini bisa menjadi lebih sempurna.
Daftar Isi

COVER 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI3
BAB I PENDAHULUAN 4
A. LATAR BELAKANG 4
B. RUMUSAN MASALAH .4
C. TUJUAN………………………………………………………………………………………..……4
D. METODE …………………………………………………………………………………….….…..4
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………………..…….…5

1. Hasil Penelitian dari ‘Arterial Puncture Phlebotomy In Whole-Blood donors’ dan


‘Complications Related To Blood Donation: A Population-Based Study’ ……………......5
2. PENGERTIAN Pembuluh Darah Arteri........................................................................................5
3. Komplikasi Pengambilan Darah melalui pembuluh arteri ……………………………….......6
BAB III PENUTUP
A. SIMPULAN …………………………………………………………………………….………...10
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………………..11
Bab I
Pendahuluan

A. Latar belakang

Sistem imun atau sistem kekebalan adalah sel-sel dan banyak struktur biologis lainnya
yang bertanggung jawab atas imunitas, yaitu pertahanan pada organisme untuk
melindungi tubuh dari pengaruh biologis luar dengan mengenali dan membunuh patogen.
Sementara itu, respons kolektif dan terkoordinasi dari sistem imun tubuh terhadap
pengenalan zat asing disebut respons imun. Agar dapat berfungsi dengan baik, sistem ini
akan mengidentifikasi berbagai macam pengaruh biologis luar seperti dari infeksi, bakteri,
virus sampai parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka
dari sel dan jaringan organisme yang sehat agar tetap berfungsi secara normal. Manusia
dan vertebrata berahang lainnya memiliki mekanisme pertahanan yang kompleks, yang
dapat dibagi menjadi sistem imun bawaan dan sistem imun adaptif. Sistem imun bawaan
merupakan bentuk pertahanan awal yang melibatkan penghalang permukaan, reaksi
peradangan, sistem komplemen, dan komponen seluler. Sistem imun adaptif berkembang
karena diaktifkan oleh sistem imun bawaan dan memerlukan waktu untuk dapat
mengerahkan respons pertahanan yang lebih kuat dan spesifik. Imunitas adaptif (atau
dapatan) membentuk memori imunologis setelah respons awal terhadap patogen dan
membuat perlindungan yang lebih ditingatkan pada pertemuan dengan patogen yang sama
berikutnya. Proses imunitas dapatan ini menjadi dasar dari vaksinasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mekanisme respon imun terhadap protozoa ?
2. Apa saja jenis protozoa ?
3. Apa saja upaya protozoa untuk menghindari system imun ?

C. Tujuan

- Untuk mengetahui mekanisme respon imun terhadap protozoa


- Untuk mengetahui jenis protozoa
- Untuk mengetahui upaya protozoa untuk menghindari system imun
Bab II
Pembahasan

1. Mekanisme respon imun terhadap protozoa


Secara khas infeksi parasit merangsang lebih dari satu mekanisme pertahanan imunologik, yaitu
respons imun humoral dan seluler.
Infeksi parasit pada umunya bersifat khronis maka dalam tubuh selalu terdapat antigen parasit
yang beredar sehingga terjadi perangsangan terus menerus maka terbentuklah kompleks imun.
Kemudian terjadinya adaptasi yang sangat erat antara parasit dan inang, maka terciptalah suatu
keseimbangan hubungan antara keduannya.
Dalam inang yang alami tidak ada mekanisme efektor yang bekerja sendiri, maka untuk
menghadapi ini, parasit dalam perkembangannya selalu berusaha untuk menghindarkan diri.
Tetapi pada umumnya respons imun seluler lebih efektif untuk menghadapi protozoa yang hidup
intraseluler,
Sebaliknya antibody lebih efektif untuk parasit ekstraseluler baik dalam darah maupun dalam
cairan jaringan

2. Jenis – jenis protozoa

STRUKTUR PROTOZOA
• Kingdom protista sebagai filum protozoa
• Bersel tunggal
• Organisme eukariota.
• Dinding sel (-).
• Ukuran: 3 – 1000 mikron - (organisme mikroskopis bersifat aerob dan heterotrof).
• Alat gerak : flagellum, silium, pseudopodium atau bergerak menggunakan gerakan selnya.
• Bentuk : berbeda-beda pada fase yang berbeda dalam siklus hidupnya, (oval, panjang dan bulat)
tergantung pada umur dan perubahan lingkungan.
Berdasarkan alat gerak protozoa dibedakan atas 4 filum :
a.) Fillum Mastigophora atau Flagellata

• memiliki alat gerak berupa Flagellum.


• Bersifat parasit: genus Trypanosoma dan genus Trichomonas.

b.) Sarcodina: Amoeba


• Bergerak menggunakan pseudopodia (kaki semu).
• Tubuh bagian luar terdapat membran sel (membran plasma)
• Bagian dalam terdapat sitoplasma yang dibedakan menjadi ektoplasma (bagian luar) dan
endoplama (bagian dalam).
Habitat:
 hidup bebas di tanah yang berair- Amoeba proteus
 Parasit: dirongga mulut cth: Entamoeba ginggivalis ,
di dalam usus manusia cth: Entamoeba histolytica.

c.) Cilliata
Alat gerak berupa silia (rambut getar)
Menangkap makanan dengan cara menggetarkan rambut (silianya)
Memiliki dua jenis inti: Makronukleus dan Mikronukleus  (inti reproduktif).
Cara reproduksi:
a. aseksual -membelah diri
b. seksual-konyugasi
Cth: Paramecium

d.) Sporozoa
Tidak memiliki alat gerak khusus.
Berkembangbiak dengan spora.
Bersifat parasit, tubuh berbentuk bulat atau panjang.
Siklus hidupnya dapat dibagi atas tiga stadium:
a. Schizogonia
b. Sporogoni
c. Gamogoni
3. Upaya protozoa untuk menghindari sistem imun

Ada beberapa cara menolak atau menghindar dari sistem imun yang dilakukanoleh parasit
1 Keanekaragaman antigenic (antigenic variation)
2 Belajar hidup dalam sel makrofag Ada 3 tahap penolakan pembunuhan parasit oleh makrofag apabila
diamati pd percobaan in vitro
• Kegagalan fusi lisosom dan fagosom. Cth:Toxoplasma gondii
• Tahap terhadap pembunuhan. Cth: Leishmania spp.
• Menghindar dari lisosom. Cth: Trypanosoma cruzi
3 Supresi respon imun Parasit dapat merusak secara langsung sel-sel dan jaringan limfoid seperti
Schistosoma dapat melepaskan bahan yang memecah molekul IgG sehingga mengakibatkan hambatan
respon imun seluler

4. Subversi Sistem Imun

Ada 2 jenis parasit yang cukup baik sebagai contoh mekanisme pengelakan sistem imun secara subversi
yaitu Babesia dan Theileria parva .
• hidup sebagai parasit darah dalam sel-sel darah merah dan berlindung dari sistem imun.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Sistem imunitas atau sering juga disebut kekebalan tubuh, merupakan pertahanan tubuh menghadapi
organisme dan kuman-kuman berbahaya. Sistem imunitas merupakan hasil kerjasama dari rangkaian sel,
jaringan, protein, dan organ tubuh bisa juga disebabkan oleh protozoa .
Daftar Pustaka
https://www.alodokter.com/peran-imunitas-anak-untuk-tumbuh-kembang-yang-optimal
https://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id/sumberbelajar/tampil/Sistem-Imunitas-
2016-2016/index.html
• Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan. Edisi 16.
Alih Bahasa: Gerard Bonang. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Cetakan V, 1995.
• Kresno SB. Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Edisi 4. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. Cetakan II, 2003.
• Levinson W. Medical Microbiology & Immunology: examination & board review 8th ed.
New York: Lange Medical Books, 2004; 342-60.
• Subowo. Imunologi Klinik. Bandung: Penerbit Angkasa, 1993; 139-150. 

Anda mungkin juga menyukai