Anda di halaman 1dari 22

TUGAS BIOKIMIA

IMUNOLOGI

Dosen Pengampu : Bapak Ngakan Putu Ds

Nama : Nur Siti Desy Rianingsih

NIM : 6411414153

ROMBEL :6

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015
TUGAS BIOKIMIA

IMUNOLOGI

Dosen Pengampu : Bapak Ngakan Putu Ds

Nama : Nur Siti Desy Rianingsih

NIM : 6411414153

ROMBEL :6

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah biokimia tentang imunologi
dan penyakitnya dengan baik.
Adapun makalah biokimia tentang imunologi dan penyakitnya ini
telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka
selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin member saran dan kritik kepada
kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah biokimia ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah biokimia tentang


imunologi dan penyakitnya ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya
sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Semarang, April 2015

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDULi

KATA PENGANTARii

DAFTAR ISI..iii

DAFTAR TABEL..iv

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG..........1
B. TUJUAN..1
C. RUMUSAN MASALAH..2
D. METODE PENULISAN.2
E. SISTEMATIKA PENULISAN....2

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN IMUNOLOGI3
B. JENIS KEKEBALAN TUBUH.4
C. MANFAAT SISTEM IMUN..9
D. TIPE PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH IMUNOLOGI
KHUSUSNYA HIPERSENSITIVITAS10
E. PENGOBATAN HIPERSENSITIVITAS14

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN15
B. SARAN15
DAFTAR PUSTAKA....16

iii
DAFTAR TABEL

TABEL 111
TABEL 213
TABEL 314
iv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tubuh manusia pastilah selalu terancam dengan enyakit yang


bersumber dari linkungannya ataupun dari dalam diri manusia itu
sendiri. Imunologi sangat penting dan sangat berperan dalam sistem
kekebalan tubuh. Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu
biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun
(kekebalan). Sistem imun inilah yang menjaga dan melidungi tubuh
dari berbagai macam hal yang bersifat patogen dan membahayakan
kesehatan manusia. Sistem imun ini yang bekerja pada saat ada
antign asing yang masuk ke dalam tubuh manusia. Sistem imun ini
bekerja secara spesifik yang memiliki kekebalan bawaan dan
kekebalan adaptif. Jadi antigen asing seperti bakteri, virus, dan
mikroba jenis lainnya tidak bisa langsung masuk ke dalam tubuh
karena tubuh memiliki kekebalan yang berlapis.
Namun tak dapat dipungkiri pula bahwa sistem imun atau
kekebalan tubuh akan mengalami gangguan. Gangguan ini terjadi
karena sistem imun yang melemah, atau karena sistem imun salah
mengartikan kode dari bakteri yang merugikan, atau bisa pula karena
sistem imun sudah tidak dapat menjaga tubuh sesuai dengan
fungsinya karena terlalu banyaknya virus, bakteri, atau
mikroorganisme lain yang bersifat patogen atau menyebabkan
penyakit untuk tubuh.

B. Tujuan

1. Mengetahui definisi imunologi

2. Mengetahui jenis-jenis kekebalan tubuh

3. Mengetahui manfaat sistem imun

4. Mengetahui tipe Penyakit yang disebabkan oleh imunologi


khususnya Hipersensitivitas
1
5. Mengetahui cara pengobatan Hipersensitivitas

C. Rumusan Masalah

1. Apa definisi imunologi?

2. Apa sajakah jenis-jenis dari kekebalan tubuh?

3. Apa sajakah manfaat dari sistem imun?


4. Apa saja tipe penyakit yang disebabkan oleh imunologi khususnya
Hipersensitivitas

5. Bagaimana cara mengobati Hipersensitivitas?

D. Metode Penulisan

Dalam pengumpulan data untuk penulisan makalah ini, penulis


menggunakan beberapa metode Studi literature yang terdapat dalam
buku-buku maupun yang terdapat dari sumber internet (Jurnal).

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari tiga Bab yang disusun
sebagai berikut :

BAB I = Pendahuluan

BAB II = Pembahasan

BAB III = Penutup

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Imunologi

Dalam pengertian yang paling luas, imunologi mengacu pada


semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi tubuh untuk
memerangi ancaman invasi asing (Buku Biologi edisi kedua).
Imunologi berasal dari kata imun yang berarti kebal dan logos yang
berarti ilmu (Buku Biologi SMA kelas XI jilid 2). Imunitas adalah
perlindungan dari penyakit, khususnya penyakit infeksi (Buku Biologi
SMA kelas XI jilid 2). Sel-sel dan molekul-molekul yang terlibat di
dalam perlindungan membentuk sistem imun (Buku biologi SMA
kelas XI jilid 2). Sedangkan respon untuk menyambut agen asing
disebut respon imun. Jadi, agen asing atau antigen adalah substansi
yang dapat menyebabkan terjadinya respon imun, misalnya virus.
Tidak semua respon imun melindungi dari penyakit. Beberapa agen
asing seperti allergen yang ditemukan pada debu, bulu kucing dll.
dapat menyebabkan penyakit sebagai konsekuensi akibat
menginduksi respon imun.

Kulit dan struktur-struktur yang menyertainya merupakan


penghalang yang hebat bagi pertumbuhan dan penetrasi virus dan
bakteri. Jadi untuk memasuki tubuh bakteri atau virus sudah trhalag
olehberbagai lapisan yang ada di kulit dan dibawahnya. Apalagi kulit
akan mengeluarkan keringat. Dimana keringat dan sekresi-sekresi
lainnya cenderung menjaga pH yang rendah dibawah permukaan
epidermis, sehingga mencegah propagasi berbagai jenis pathogen
(organisme yang menyebakan penyakit). Flora alamiah ialah bakteri-
bakteri yang secara alamiah tumbuh di permukaan kulit serta di
dalam lekukan-lekukan di tubuh. (Buku Biologi edisi kedua) .

System imun pada manusia bekerja secara spesifik menurut


pertahanan masing-masing. System pertahanan iu mencakup
pembuluh-pembukuh limfe, dan nodus limfe respon, sel-sel darah
putih, sumsum tulang dan kelenjar timus. Respon imun tersebut
sebagian besar dipegang oleh dua jenis limfosit yaitu limfosit B dan
limfosit T. Kedua jenis limfosit ini berasal dari sumsum tulang, dimana
limfosit T terdapt di Timus dan limfosit B terdapa di sumsum tulang
atau bone marrow). Limfosit B membentuk antibody karena terlibat
dalam pembentukan protein-protein globular yang disebut dengan
proses respon humoral. Kemudian limfosit T yang menyerang zat-zat
asing tersebut (Buku Biologi SMA kelas XI jilid 2).

B. Jenis Kekebalan Tubuh

System kekebalan sendiri terdiri dari dua jenis yaitu kekebalan


bawaan dan kekebalan adaptif.

1. Kekebalan bawaan merupakan bagian dari tubuh setiap manusia,


karena kekebalan bawaanlah yang menghalangi pertama kali
apabila terdapat gangguan atau ancaman dari luar yang bersifat
pathogen ataupun benda asing. Hal ini dikarenakan kekebalan
bawaan adalah kekebalan yang dibawa oleh manusia sejak
manusia itu lahir. Kekebalan bawaan juga memiliki bagian yaitu :

a. Perlindungan Permukaan

Perlindungan permukaan ini dilakukan oleh kulit dan


membrane mukosa yang merupakan pertahanan yang
pertama. Kulit akan sulit ditembus oleh mikroba apabila
epitelim yang berlapis keratin ini tidak rusak. Keratin yang
melapisi epithelium ini tahan terhadap asam dan basa lemah
serta racun dan enzim bakteri. Jika mikroba dapat menembus
kulit, maka membrane mukosa akan mengeluarkan lender
guna menjerat mikroba tersebut. Perlindungan yang dihasilkan
oleh kulit dan membrane mukosa berupa :

- Hasil sekresi kulit cenderung bersifat asam (pH 3-5) yang


menghambat pertumbuhan bakteri. Minyak (sebum) pada
kulit mengandung zat kimia yang bersifat racun bagi
bakteri.
- Mukosa lambung mengandung larutan HCl dan pencerna
protein dan enzim pencerna protein yang keduanya data
membunuh mikroorganisme. Hal ini terjadi karena larutan
HCl dan enzim pencerna protein bersifat asam yang dapat
bersifat racun bagi mikroorganisme tersebut.

- Ludah dan air mata mengandung lisozim, lisozim


merupakan enzim penghancur bakteri.

- Lender yang lengket dapat memerangkap mikroorganisme


yang akan memasuki saluran pencernaan ataupun saluran
pernafasan.

(Buku Biologi SMA kelas XI jilid 2)

b. Kekebalan dalam Tubuh

Kekebalan dalam tubuh terjadi apabila mikroba berhasil


melewati pertahanan yang berada di luar tubuh. Setelah
berhasil melewati kekebalan yang berada di permukaan
tubuh, mikroba tidak bisa langsung masuk ke dalam tubuh
akan tetapi mikroba akan berhadapan dengan pertahanan
yang berada di dalam tubuh. Perlindungan dalam tubuh
tersebut bersifat nonspesifik. Nonspesifik artinya penghalang
tersebut melawan semua pathogen tanpa membeda-
bedakannya. Perlindungan non spesifik ini meliputi fagositosit,
sel natural killer (sel NK), dan protein antimikroba (Buku
Biologi SMA kelas XI jilid 2).

- Fagositosit
Sel yang termasuk fagositosis (sel pemakan) misalnya
makrofag, neutrofil, dan eosinofil. Makrofag berasal dari
monosit yang merupakan bagian dari sel darah putih.
Neutrofil dan eosinofil juga mrupakan bagian dari se darah
putih. Monosit, neutrofil,dan eosinofil dihasikan di sumsum
darah merah yang bersifat fagositik dan masuk ke jaringan
yang terinfeksi. Eosinofil merupakan fagosit yang lemah,
tetapi berperan dalam pertahanan tubuh saat melawan
cacing parasit (Buku Biologi SMA kelas XI jilid 2).

Mekanisme fagositosis

Sel yang dirusak oleh mikroba akan menghasilkan signal


kimiawi yang berfungsi memanggil neutrofil. Neutrofil
akan mendatangi sel-sel yang rusak ini dan masuk ke
jaringan yan terinfeksi. Caranya, neutrofil akan keluar dari
pembuluh darah dengan menembus dinding kapiler.
Netrofil akan menelan menghancurkan mikroba tersebut.
Satu neutrofil mampu memfagosit 5-20 bakteri. Saat
neutrofil menjalankan tugasnya melawan benda asing,
maka monosit akan mendatangi daerah luka. Monosit yang
dihasilkan oleh sumsum darah merah akan masuk kedalam
peredaran darah. Monosit merupakan sel yang belum
masak dan kurang bersifat fagosit. Dalam waktu 12 jam
setelah monosit meninggalkan darah dan masuk ke
jaringan, monosit akan membesar dan akan banyak
menghasilkan lisosom. Lisosom akan berkembang
menghasilkan makrofag. Makrofag aka menggantikan
fungsi neutrofil alam pertempuran melaan benda asing.
Majrofag mampu memfagosit sampai dengan 100 bakeri
dengan cara menempel ke bakteri menggunakan kaki
pseudopodiumnya kemuidan merusaknya (Buku Biologi
SMA kelas XI jilid 2).

- Sel Natural Killer (Sel NK)


Sel NK berjaga di system peredaran darah sisemik. Sel NK
merupakan sel pertahanan yang mampu melisis dan
membunuh sel-sel kanker serta sel tubuh yang terinfeksi
virus sebelum diaktifkannya system kekebalan tubuh
adaptif. Sel NK tidak bersifat fagositik. Sel-sel ini
membunuh dengan cara menyarang membrane sel target
dan melepaskan senyawa kimia yang disebut perforin
(Buku Biologi SMA kelas XI jilid 2).
- Protein Antimikroba
Protein antimikroba meningkatkan pertahanan dalam tubuh
dengan melawan mikroorganisme secara langsung atau
dengan menghalangi kemampuannya untuk bereproduksi.
Protein antimikroba yang penting adalah interferon dan
protein komplemen. Interferon merupakan suatu protein
yang dihasilkan oleh sel tubuh yang terinfeksi virus untuk
melindungi bagian sel lain disekitarnya. Interferon mampu
menghambat perbanyakan sel-sel yang terinfeksi, namun
dapat meningkatkan deferensiasi sel-sel. Protein
komplemen adalah sekelompok plasma protein yang
bersirkulasi di darah dalam keadaan tidak aktif. Protein
komplemen dapat diaktifkan oleh munculnya ikatan antigen
dan antibody atau jika protein komplemen bertemu dengan
molekul polisakarida dipermukaan tubuh mikroorganisme
(Buku Biologi SMA kelas XI jilid 2).

2. Kekebalan tubuh adaptif diaktifkan oleh kekebalan tubuh


bawaan(Buku Biologi SMA kelas XI jilid 2). Kekebalan adaptif
mampu mengingat dan mengenali patogen spesifik sehigga bisa
bersiap bila terjadi infeksi dengan pathogen yang sama di
kemudian hari. Salah satu contoh adalah limfosit.

Ada 5 kelas antibodi atau immunoglobulin yaitu:


1. IgG (immunoglobulin G) dengan proporsi 76%
IgG memiliki rantai berat gamma, yang bedakan menjadi 4
subkelas yaitu IgG1, IgG2, IgG3 dan IgG4. IgG memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Merupakan imunoglobulin terbanyak pada serum
b. Merupakan imunoglobulin terbanyak pada daerah
ekstravaskuler
c. Transfer plasental. IgG adalah satu-satunya Ig yang dapat
menembus barier plasenta menuju janin dan memberikan
imunitas pada masa-masa awal kehidupan bayi.
d. Mengikat komplemen.
e. Berikatan dengan sel. Makrofag, monosit, netrofil dan
beberapa limfosit memiliki Fc reseptor yang berikatan
dengan regio Fc pada IgG. Sel-sel yang terikat IgG akan
lebih mengenal antigen. Ig menyiapkan antigen agar lebih
mudah ditelan oleh fagosit. Opsonin merupakan substansi
yang memicu fagositosis.
2. IgM (immunoglobulin G) dengan proporsi 8%

IgM memiliki rantai berat Mu, dengan karakteristik sebagai


berikut:

a. Merupakan imunoglobulin terbanyak ketiga dalam serum


b. IgM adalah imunoglobulin yang dibuat pertama kali oleh
fetus. Imunoglobulin pertama dibuat oleh sel B virgin saat
distimulasi oleh antigen.
c. Pengikat komplemen terbaik karena berstruktur pentamer.
Oleh karena itu IgM sangat efisien untuk melisiskan
mikroorganisme
d. Memiliki fungsi aglutinasi terbaik karena berstruktur
pentamer. Oleh karena itu IgM sangat membantu untuk
menggumpalkan mikroorganisme untuk dikeluarkan
e. Berikatan dengan beberapa sel
8
f. Merupakan imunoglobulin pada permukaan sel B sebagai
reseptor antigen.
3. IgA (immunoglobulin G) dengan proporsi 15%
IgA memiliki rantai berat alfa, yang bedakan menjadi 2
subkelas yaitu IgA1 dan IgA2. IgA memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Merupakan imunoglobulin terbanyak kedua dalam serum
b. Merupakan imunoglobulin terbanyak pada sekresi (air
mata, saliva, kolostrum, mukus). IgA penting untuk
imunitas lokal.
c. Tidak mengikat komplemen
d. Berikatan dengan beberapa sel (netrofil dan limfosit)
4. IgD (immunoglobulin G) dengan proporsi 1%
IgD memiliki rantai berat delta. Imunoglobulin D memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Ditemukan dengan jumlah sedikit dalam serum
b. Secara primer IgD ditemukan pada permukaan sel B
sebagai reseptor antigen.
c. Tidak mengikat komplemen.
5. IgE (immunoglobulin G) dengan proporsi 0,002%
IgE memiliki rantai berat epsilon. Imunoglobulin E memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Paling sedikit terdapat dalam serum. Antibodi ini terikat
sangat kuat dengan Fc reseptor basofil dan mast cell
sebelum berinteraksi dengan antigen.
b. Terlibat dalam reaksi alergi. Akibat terikat kuat dengan
basofil dan mast cell, IgE terlibat dalam reaksi alergi.
Pengikatan alergen ke IgE pada sel menimbulkan
pelepasan berbagai mediator yang mengakibatkan gejala
alergi.
c. Berperan dalam melawan parasit cacing. Eosinofil
berikatan dengan IgE kemudian menyelubungi cacing lalu
membunuhnya.
d. Tidak mengikat komplemen
(Buku Biologi edisi kedua)
9
C. Manfaat sistem imun
1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit, menghancurkan,
dan menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri,
parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk kedalam tubuh.
2. Menghilangkan jaringan atau sel mati atau rusak untuk perbaikan
jaringan.
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal sasaran utama :
bakteri patogen dan virus. Leukosit merupakan sel imun utama
disamping sel plasma, makrofag, dan sel mast (Buku Biologi SMA
kelas XI jilid 2).

D. Tipe penyakit yang disebabkan oleh imunologi khususnya


Hipersensitivitas
Banyak jenis penyakit yang disebabkan oleh imun. Hal ini dapat
terjadi karena melemahnya system imun atau sistem imun yang
salah mengartikan antara mikroba jahat dengan sel yang ada pada
diri sendiri karena ada suatu kemiripan, atau bahkan
ketidakmampuan system imun dalam melawan mikroba yang
melawan tubuh. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai
hipersensitivitas. Hipersensitifitas adalah reaksi tak diinginkan
(kerusakan, ketidaknyamanan dan kadang-kadang fatal) akibat
sistem imun normal. Antigen yang memicu reaksi alergi dinamakan
alergen. Reaksi alergi digolongkan menjadi 4 macam yaitu tipe I, tipe
II, tipe II dan tipe IV didasarkan pada mekanisme yang terlibat dan
waktu terjadinya reaksi. Biasanya kondisi klinik khusus (penyakit)
terlibat dalam lebih dari satu tipe alergi (Buku patologi umum edisi
ketiga).

Hipersensitifitas tipe I

Alergi Tipe pertama ini dinamakan juga hipersensitif segera atau


anafilaktik. Reaksi melibatkan kulit (urtikaria dan eksema), mata
(konjungtivitis), nasofaring (rhinore, rhinitis), jaringan
bronkhopulmoner (asthma) dan saluran pencernaan (gastroenteritis).

10

Reaksi dapat menyebabkan gejala minor sampai dengan kematian.


Reaksi biasanya memerlukan 15-30 menit setelah terpapar antigen,
meski kadang-kadang lambat (10-12 jam). Alergi ini diperantarai oleh
IgE. Sel-sel primer yang terlibat adalah mast cell atau basofil. Reaksi
dilipatgandakan oleh platelet, netrofil dan eosinofil. Ikatan IgE dengan
mast cell dan basofil akan memicu pelepasan mediator farmakologik
oleh sel (Buku patologi umum edisi ketiga). Mediator-mediator ini
akan memberikan efek sebagaimana tertera pada tabel berikut:

Tabel 1

Mediator Farmakologik pada Hipersensitifitas Tipe I

Mediator awal
bronchoconstriction, mucus secretion,
Histamine
vasodilatation, vascular permeability

Tryptase Proteolysis

kinins and vasodilatation, vascular


Kininogenase
permeability, edema

attract eosinophil and neutrophils


ECF-A
(tetrapeptides)

Mediator baru

leukotriene B4 basophil attractant

leukotriene C4, D4 same as histamine but 1000x more potent

prostaglandins D2 edema and pain

platelet aggregation and heparin release:


PAF
microthrombi

Pengobatan untuk alergi tipe I adalah dengan pemberian antihistamin


(Jurnal Kedokteran Brawijaya oleh Hariwati Moehariadi dan Yasmine
Yasmine).

11

Hipersensitifitas tipe II

Alergi tipe kedua ini dinamakan juga hipersensitifitas sitotoksik.


Reaksi melibatkan berbagai organ dan jaringan. Antigen biasanya
endogen meskipun juga ada bahan kimia eksogen (hapten) yang
menempel pada membran sel. Contoh dari alergi jenis ini adalah
anemia hemolitik akibat obat-obatan, granulositopenia dan
trombositopenia. Reaksi terjadi dalam beberapa menit sampai
beberapa jam. Alergi jenis ini melibatkan IgM atau IgG, komplemen,
fagosit dan sel K. Lesi mengandung antibodi, komplemen dan netrofil
(Buku patologi umum edisi ketiga).

Pengobatan alergi tipe II adalah dengan pemberian anti inflamasi


serta agen imunosupresif.

Hipersensitifitas tipe III

Alergi tipe ketiga ini dinamakan juga hipersensitifitas kompleks imun.


Reaksi biasanya sistemik atau melibatkan berbagai organ antara lain
kulit (contoh: SLE/systemic lupus erythematosus), ginjal (contoh:
lupus nefritis), paru (aspergillosis), pembuluh darah (poliarteritis),
sendi (rheumatoid arthritis) serta organ lainnya. Reaksi ini mungkin
mekanisme patogenik penyakit akibat mikroorganisme (Buku patologi
umum edisi ketiga).

Reaksi alergi terjadi 3-10 jam setelah terpapar oleh antigen. Ini
diperantarai oleh kompleks imun yang larut. Mediator terbanyak
adalah IgG, meskipun IgM juga dapat terlibat. Antigen dapat eksogen
(infeksi kronik virus, bakteri atau parasit) dapat pula endogen
(autoimunitas spesifik non-organ misalnya SLE). Antigen adalah larut
dan tak terikat dengan organ yang terlibat. Komponen utama adalah
kompleks imun yang larut dan komplemen. Kerusakan diakibatkan
oleh platelet dan netrofil. Lesi mengandung netrofil dan endapan
kompleks imun dan komplemen. Infiltrasi makrofag pada tahap
berikutnya mungkin terlibat dalam proses penyembuhan.

Pengobatan alergi tipe III menggunakan anti inflamasi.

Hipersensitifitas tipe IV

Alergi tipe keempat ini dinamakan juga hipersensitifitas diperantarai


sel atau hipersensitifitas tipe lambat. Contoh dari alergi jenis ini
adalah reaksi tuberkulin (Mantoux) 48 jam setelah injeksi antigen
(PPD atau tuberkulin lama). Lesi berupa indurasi dan eritema.

Hipersensitifitas tipe IV terlibat dalam patogenesis beberapa


penyakit autoimun dan infeksi (TBC, lepra, blastomikosis,
histoplasmosis, toksoplasmosis, leishmaniasis dll.), granuloma dan
antigen asing. Bentuk lain dari alergi tipe ini adalah dermatitis kontak
(bahan kimia, logam berat dll.) dengan lesi papuler. Alergi jenis ini
dikelompokkan menjadi 3 tergantung onset dan tanda klinis dan
histologis, sebagaimana tertera pada tabel berikut
12Tabel 2

Reaksi Hipersensitifitas tipe IV

Waktu
Tanda Histolog Antigen
Tipe Reaks
Klinis i dan lokasi
i

Limfosit
epidermal
diikuti
( kimia
makrofa
48-72 organik,
Kontak Eksema g,
jam racun ivy,
edema
logam berat
epidermi
dll.)
s

Limfosit, intradermal
48-72 Indurasi monosit, (tuberculin,
Tuberculin
jam local makrofa lepromin,
g dll.)

Makrofa antigen atau


g, benda asing
Granulom 21-28 Pengerasa epiteloid, secara
a hari n sel persisten
raksasa, (tuberculosi
fibrosis s, lepra)

Mekanisme kerusakan melibatkan limfosit T dan monosit dan/atau


makrofag. Sel T sitotoksik (Killer) menyebabkan kerusakan langsung
ketika sel T Helper mengeluarkan sitokin yang mengaktifkan sel T
sitotoksik serta merekrut dan mengaktifkan monosit dan makrofag,
yang menyebabkan kerusakan besar. Lesi umumnya mengandung
monosit dan sedikit sel T. limfokin utama yang terlibat antara lain
faktor kemotaktik monosit, IL-2, interferon-gamma, TNF alfa/beta dll.

Pengobatan menggunakan kortikosteroid dan agen imunosupresif


lainnya.
13
Perbandingan antara keempat tipe alergi, digambarkan dalam tabel
berikut.

Tabel 3

Perbandingan keempat tipe hipersensitifitas

tipe-I tipe-III tipe-IV


Karakteri tipe-II
(anafilakti (komple (tipe
stik (sitotoksik)
kc) ks imun) lambat)

Antibody IgE IgG, IgM IgG, IgM None

Permukaan Jaringan
Antigen Eksogen larut
sel & organ

Waktu 15-30
Menit-jam 3-8 jam 48-72 jam
respon menit

eritema
eritema
Bilur & lisis and dan
Tanda and
terang nekrosis edema,
indurasi
nekrosis

complem monocyte
basophils antibody
ent and s and
Histologi and and
neutrophi lymphocy
eosinophil complement
ls tes

Ditransfer
Antibody Antibody antibody T-cells
dengan

Contoh allergic Erythroblast SLE, tuberculin


asthma, osis fetalis, farmer's test,
hay fever Goodpastur lung poison
e's nephritis disease ivy,
granulom
a

E. Pengobatan Hipersensitivitas
a. Hipersensitivitas tipe I pemberian obat antihistamin (Jurnal
Kedokteran Brawijaya oleh Hariwati Moehariadi dan Yasmine
Yasmine)
b. Hipersensitivitas tipe II dengan pemberian anti inflamasi serta
agen imunosupresif.
c. Hipersensitivitas tipe III menggunakan anti inflamasi.
d. Hipersensitivitas tipe IV dengan menggunakan kortikosteroid dan
agen imunosupresif lainnya.

14

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Imunologi merupakan suatu kekebalan tubuh yang digunakan
untuk membentengi tubuh dari substansi-substansi asing seperti
bakteri dan virus, jamur, ataupun mikrooranisme lainnya yang bersifat
patogen dan berbahaya bagi tubuh Sel imun bekerja secara spesifik
tergantung jenisnya. Kekebalan tubuh ada dua macam yaitu
kekebalan bawaan dan kekebalan adaptif. Dimana kkebalan bawan
adalah kekebalan yang dibawa sejak lahir dan biasanya melindungi
bagian luar seperti kulit dan membran mukosa. Sedangkan
kekebalan adaptif merupakan kekebalan yang diaktifkan oleh
kekebalan bawaan.
Sistem imun sangat bermanfaat bagi manusia. Hal ini
dikarenakan sistem imun lah yang menjaga ketahanan tubuh
terhadap substansi asing yang membahayakan tubuh. Sistem imun
Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit, menghancurkan,
dan menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri,
parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk kedalam tubuh.
Menghilangkan jaringan atau sel mati atau rusak untuk perbaikan
jaringan. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal sasaran
utama : bakteri patogen dan virus. Leukosit merupakansel imun
utama disamping sel plasma, makrofag, dan sel mast.

B. SARAN
1. Olahraga dan istirhat yang cukup
2. Apabila sistem imun melemah, bantu dengan suplemen atau Vit C
agar sistem imun terbantu.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. D.A Pratiwi, et al. 2006. Biologi SMA jilid 2 untuk Kelas XI.
Jakarta: Erlangga
2. Spector, W.G. 1977. Pengantar Patologi Umum Edisi ketiga.
Terjemahan Soetjipto NS, dkk. 1993. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
3. H. Fried, George, dan George J. Hademenos. 1999. Schaums
Outlines Biologi Edisi kedua. Jakarta: Erlangga
4. Hariwati Moehariadi dan Yasmine Yasmine. Perbandingan
Konsentrasi IgE Air Mata Penderita Alergi Okuli dengan
Pemberian Pemorolast Pottasium 0,1% an Sodium
Cromoglycate 4%. Malang. Vol 27/no. 2/Agustus, 2012
5. Dicky Andirsa, dkk. Infeksi Ccing, Imunitas, dan alergi. Kalsel.
Vol 4/no. 1/Juni, 2012:47-52
6. Simson Taringan. Dermatopathology of Caprine Scabies and
Protective Immunity in Sensitised Goats Against Sarcoptes
scabiei Reinfestation. Bogor. Vol 7/no. 2/th 2002
16

Anda mungkin juga menyukai