Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya
yang telah di limpahkan sehingga Kelompok dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Anatomi Fisiologi Sistem Imun “ makalah ini di susun untuk memenuhi
tugas Keperawatan Medikal Bedah II.

Adapun makalah ini dari buku. Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas
dari adanya bantuan dari pihak tertentu, oleh karena itu kami tidak lupa mengucapkan banyak
trimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahanya serta
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu harapan kami agar tulisan ini dapat di terima dan
berguna bagi semua pihak. Untuk itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Garut , Mei 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................1
DAFTAR ISI ........................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG .................................................................................. 3
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................. 3
C. TUJUAN ....................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 4
A. PENGERTIAN ............................................................................................ 4
B. FUNGSI SISTEM KEKEBALAN TUBUH ................................................ 4
C. PENGGOLONGAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH ............................. 4
D. GANGGUAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH...................................... 11
E. CARA MEMPERTAHANKAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH ......... 14
F. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.................................................... 15
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 26
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 26
B. SARAN ...................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 28

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung
mikroba pathigen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit
infeksi pada manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks.
Oleh karena itu respon imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba
patogen juga berbeda. Umumnya gambaran biologic spesific mikroba menentukan
mekanisme imun mana yang berperan untuk proteksi. Begitu juga respon imun
terhadap bakteri khususnya bakteri ekstraseluler mempunyai karakterisitik tertentu
pula.

Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit,
radiasi matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah
tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita diloindungi
oleh sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag dan cukup
lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negatif,
bagaimanapun dapat menekan sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, dan
mengakibatkan berbagai penyakit fatal.

Respon imun yang alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil,


monosit serta makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam dinding bakteri Gram
negative dapat mengativasi komplemen jalur alternative tanpa adanya antibody.
Kerusakan yang terjadi ini adalah akibat efek samping dari mekanisme pertahanan
tubuh untuk mengeliminasi bakteri. Sitokin juga merangsang demam dan sintesis
protein.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan sistem kekebalan tubuh?
2. Apa sajakah fungi imun ?
3. Apa saja jenis-jenis kekebalan tubuh pada manusia?
4. Apa saja gangguan yang dapat terjadi pada sistem kekebalan tubuh manusia?
5. Apa saja yang dapat dilakukan untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh
manusia?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian sistem kekebalan tubuh
2. Mengetahui fungsi imun tubuh manusia
3. Memahami jenis-jenis kekebalan tubuh pada manusia
4. Mengetahui gangguan apa saja yang dapat mengenai system kekebalan tubuh
manusia.
5. Memahami cara mempertahankan system kekebalan tubuh manusia.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari
pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu
organisme sehingga tidak mudah terkena penyakit. Jika sistem imun bekerja dengan
benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Sebaliknya, jika sistem
imun melemah, maka kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang,
sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus penyebab demam dan flu,dapat
berkembang dalam tubuh. Sistem imun juga memberikan pengawasan terhadap
pertumbuhan sel tumor. Terhambatnya mekanisme kerja sistem imun telah dilaporkan
dapat meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

B. FUNGSI SISTEM KEKEBALAN TUBUH


a. Melindungi tubuh dari serangan benda asing atau bibit penyakit yang masuk ke dalam
tubuh.
b. Menghilangkan jaringan sel yang mati atau rusak (debris cell) untuk perbaikan
jaringan.
c. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
d. Menjaga keseimbangan homeostatis dalam tubuh.

C. PENGGOLONGAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH


Berdasarkan Cara Mempertahankan Diri dari Penyakit

a. Sistem Pertahanan Tubuh Non Spesifik


Sistem Pertahanan Tubuh Non Spesifik merupakan pertahanan tubuh yang tidak
membedakan mikrobia patogen satu dengan yang lainnya. Ciri-cirinya :
1. Tidak selektif
2. Tidak mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
3. Eksposur menyebabkan respon maksimal segera
4. Memiliki komponen yang mampu menangkal benda untuk masuk ke dalam tubuh

Sistem pertahanan ini diperoleh melalui beberapa cara, yaitu :

1) Pertahanan yang Terdapat di Permukaan Tubuh


a. Pertahanan Fisik

Pertahanan secara fisik dilakukan oleh lapisan terluar tubuh, yaitu kulit dan
membran mukosa, yang berfungsi menghalangi jalan masuknya patogen ke dalam
tubuh. Lapisan terluar kulit terdiri atas sel-sel epitel yang tersusun rapat sehingga sulit
ditembus oleh patogen. Lapisan terluar kulit mengandung keratin dan sedikit air

4
sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Sedangkan membran mukosa
yang terdapat pada saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan saluran kelamin
berfungsi menghalangi masuknya patogen ke dalam tubuh.

b. Pertahanan Mekanis

Pertahanan secara mekanis dilakukan oleh rambut hidung dan silia pada
trakea. Rambut hidung berfungsi menyaring udara yang dihirup dari berbagai partikel
berbahaya dan mikrobia. Sedangkan silia berfungsi menyapu partikel berbahaya yang
terperangkap dalam lendir untuk kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh.

c. Pertahanan Kimiawi

Pertahanan secara kimiawi dilakukan oleh sekret yang dihasilkan oleh kulit
dan membran mukosa. Sekret tersebut mengandung zat-zat kimia yang dapat
menghambat pertumbuhan mikrobia. Contoh dari sekret tersebut adalah minyak dan
keringat. Minyak dan keringat memberikan suasana asam (pH 3-5) sehingga dapat
mencegah pertumbuhan mikroorganisme di kulit. Sedangkan air liur (saliva), air mata,
dan sekresi mukosa (mukus) mengandung enzim lisozim yang dapat membunuh
bakteri dengan cara menghidrolisis dinding sel bakteri hingga pecah sehingga bakteri
mati.

d. Pertahanan Biologis

Pertahanan secara biologi dilakukan oleh populasi bakteri tidak berbahaya


yang hidup di kulit dan membran mukosa. Bakteri tersebut melindungi tubuh dengan
cara berkompetisi dengan bakteri patogen dalam memperoleh nutrisi.

2) Respons Peradangan (Inflamasi)


a. Inflamasi

Merupakan respons tubuh terhadap kerusakan jaringan, misalnya akibat


tergores atau benturan keras. Proses inflamasi merupakan kumpulan dari empat gejala
sekaligus, yakni dolor (nyeri), rubor (kemerahan), calor(panas), dan tumor (bengkak).
Inflamasi berfungsi mencegah penyebaran infeksi dan mempercepat penyembuhan
luka. Reaksi inflamasi juga berfungsi sebagai sinyal bahaya dan sebagai perintah agar
sel darah putih (neutrofil dan monosit) melakukan fagositosis terhadap mikrobia yang
menginfeksi tubuh. Mekanisme inflamasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

i. Adanya kerusakan jaringan sebagai akibat dari luka,sehingga mengakibatkan


patogen mampu melewati pertahanan tubuh dan menginfeksi sel-sel tubuh.
ii. Jaringan yang terinfeksi akan merangsang mastosit untuk mengekskresikan
histamin dan prostaglandin.
iii. Terjadi pelebaran pembuluh darah yang meningkatkan kecepatan aliran darah
sehingga permeabilitas pembuluh darah meningkat.
iv. Terjadi perpindahan sel-sel fagosit (neutrofil dan monosit) menuju jaringan
yang terinfeksi.

5
v. Sel-sel fagosit memakan patogen.

3) Fagositosis

Fagositosis adalah mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh sel-sel fagosit


dengan cara mencerna mikrobia/partikel asing. Sel fagosit terdiri dari dua jenis, yaitu
fagosit mononuklear dan fagosit polimorfonuklear. Contoh fagosit mononuklear adalah
monosit (di dalam darah) dan jika bermigrasi ke jaringan akan berperan sebagai
makrofag. Contoh fagosit polimorfonuklear adalah granulosit, yaitu neutrofil, eosinofil,
basofil, dan cell mast(mastosit). Sel-sel fagosit akan bekerja sama setelah memperoleh
sinyal kimiawi dari jaringan yang terinfeksi patogen. Berikut ini adalah proses
fagositosis:

1. Pengenalan (recognition), mikrobia atau partikel asing terdeteksi oleh sel-sel fagosit.
2. Pergerakan (chemotaxis), pergerakan sel fagosit menuju patogen yang telah
terdeteksi. Pergerakan sel fagosit dipacu oleh zat yang dihasilkan oleh patogen.
3. Perlekatan (adhesion), partikel melekat dengan reseptor pada membran sel fagosit.
4. Penelanan (ingestion), membran sel fagosit menyelubungi seluruh permukaan patogen
dan menelannya ke dalam sitoplasma yang terletak dalam fagosom.
5. Pencernaan (digestion), lisosom yang berisi enzim-enzim bergabung dengan fagosom
membentuk fagolisosom dan mencerna seluruh permukaan patogen hingga hancur.
Setelah infeksi hilang, sel fagosit akan mati bersama dengan sel tubuh dan patogen.
Hal ini ditandai dengan terbentuknya nanah.
6. Pengeluaran (releasing), produk sisa patogen yang tidak dicerna akan dikeluarkan
oleh sel fagosit

4) Protein Antimikrobia

Protein yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh non spesifik adalah protein
komplemen dan interferon. Protein komplemen membunuh patogen dengan cara
membentuk lubang pada dinding sel dan membran plasma bakteri tersebut. Hal ini
menyebabkan ion Ca2+ keluar dari sel, sementara cairan dan garam-garam dari luar
bakteri akan masuk ke dalamnya dan menyebabkan hancurnya sel bakteri tersebut.

Interferon dihasilkan oleh sel yang terinfeksi virus. Interferon dihasilkan saat virus
memasuki tubuh melalui kulit dan selaput lendir. Selanjutnya, interferon akan berikatan
dengan sel yang tidak terinfeksi. Sel yang berikatan ini kemudian membentuk zat yang
mampu mencegah replikasi virus sehingga serangan virus dapat dicegah.

b. Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik

Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik merupakan pertahanan tubuh terhadap


patogen tertentu yang masuk ke dalam tubuh. Sistem ini bekerja apabila patogen telah
berhasil melewati sistem pertahanan tubuh non spesifik. Ciri-cirinya :

6
1. Bersifat selektif
2. Tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis benda asing
3. Mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
4. Melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia (antibodi)
5. Perlambatan waktu antara eksposur dan respons maksimal

Sistem pertahanan tubuh spesifik terdiri atas beberapa komponen, yaitu:


1) Limfosit
a) Limfosit B (Sel B)

Proses pembentukan dan pematangan sel B terjadi di sumsum tulang. Sel B


berperan dalam pembentukan kekebalan humoral dengan membentuk antibodi. Sel B
dapat dibedakan menjadi :

1. Sel B plasma, berfungsi membentuk antibodi.


2. Sel B pengingant, berfungsi mengingat antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh
serta menstimulasi pembentukan sel B plasma jika terjadi infeksi kedua.
3. Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B pengingat.

b) Limfosit T (Sel T)

Proses pembentukan sel T terjadi di sumsum tulang, sedangkan proses


pematangannya terjadi di kelenjar timus. Sel T berperan dalam pembentukan
kekebalan seluler, yaitu dengan cara menyerang sel penghasil antigen secara
langsung. Sel T juga membantu produksi antibodi oleh sel B plasma.

Sel T dapat dibedakan menjadi :

1. Sel T pembunuh, berfungsi menyerang patogen yang masuk dalam tubuh, sel tubuh
yang terinfeksi, dan sel kanker secara langsung.
2. Sel T pembantu, berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan sel T lainya
serta mengaktivasi makrofag untuk melakukan fagositosis.
3. Sel T supresor, berfungsi menurunkan dan menghentikan respons imun dengan cara
menurunkan produksi antibodi dan mengurangi aktivitas sel T pembunuh. Sel T
supresor akan bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.

5) Antibodi (Immunoglobulin/Ig)

Antibodiakan dibentuk saat ada antigen yang masuk ke dalam tubuh. Antigen
adalah senyawa protein yang ada pada patogen sel asing atau sel kanker. Antibodi disebut
juga immunoglobulin atau serum protein globulin, karena berfungsi untuk melindungi
tubuh melalui proses kekebalan (immune). Antibodi merupakan senyawa protein yang
berfungsi melawan antigen dengan cara mengikatnya, untuk selanjutnya ditangkap dan
dihancurkan oleh makrofag. Suatu antibodi bekerja secara spesifik untuk antigen tertentu.
Karena jenis antigen pada setiap kuman penyakit bersifat spesifik, maka diperlukan

7
antibodi yang berbeda untuk jenis kuman yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan
berbagai jenis antibodi untuk melindungi tubuh dari berbagai kuman penyakit.

Antibodi tersusun dari dua rantai polipeptida yang identik, yaitu dua rantai ringan
dan dua rantai berat. Keempat rantai tersebut dihubungkan satu sama lain oleh ikatan
disulfida dan bentuk molekulnya seperti huruf Y. Setiap lengan dari molekul tersebut
memiliki tempat pengikatan antigen. Beberapa cara kerja antibodi dalam menginaktivasi
antigen yaitu :

1. Netralisasi (menghalangi tempat pengikatan virus, membungkus bakteri dan atau


opsonisasi)
2. Aglutinasi partikel yang mengandung antigen, seperti mikrobia
3. Presipitasi (pengendapan) antigen yang dapat larut
4. Fiksasi komplemen (aktivasi komplemen)
5. Antibodi dibedakan menjadi lima tipe seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel Tipe-Tipe Antibodi Beserta Karakteristiknya

No. Tipe Antibodi Karakteristik

Pertama kali dilepaskan ke aliran darah pada saat


1. IgM terjadi infeksi yang pertama kali (respons
kekebalan primer)

Paling banyak terdapat dalam darah dan


diproduksi saat terjadi infeksi kedua (respons
2. IgG kekebalan sekunder). Mengalir melalui plasenta
dan memberi kekebalan pasif dari ibu kepada
janin.

Ditemukan dalam air mata, air ludah, keringat, dan


membran mukosa. Berfungsi mencegah infeksi
3. IgA pada permukaan epitelium. Terdapat dalam
kolostrum yang berfungsi untuk mencegah
kematian bayi akibat infeksi saluran pencernaan

Ditemukan pada permukaan limfosit B sebagai


4. IgD reseptor dan berfungsi merangsang pembentukan
antibodi oleh sel B plasma.

Ditemukan terikat pada basofil dalam sirkulasi


darah dan cell mast (mastosit) di dalam jaringan
5. IgE yang berfungsi memengaruhi sel untuk
melepaskan histamin dan terlibat dalam reaksi
alergi.

8
Dari penjelasan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa sistem kekebalan tubuh
berdasarkan cara mempertahankan diri dari penyakit terdiri atas beberapa lapis seperti
terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel Beberapa Lapis Pertahanan Tubuh terhadap Penyakit

Pertahanan Tubuh
Pertahanan Tubuh Non Spesifik
Spesifik

Pertahanan Pertama Pertahanan Kedua Pertahanan Ketiga

1. Kulit 1. Inflamasi 1. Limfosit


2. Membran mukosa 2. Sel-sel 2. Antibodi
3. Rambut hidung dan silia fagosit
pada trakea 3. Protein
4. Cairan sekresi dari kulit antimikrobia
dan membran mukosa

b) Berdasarkan Mekanisme Kerja


1. Kekebalan Humoral

Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar


dalam cairan darah dan limfe. Ketika antigen masuk ke dalam tubuh untuk pertama
kali, sel B pembelah akan membentuk sel B pengingat dan sel B plasma. Sel B plasma
akan menghasilkan antibodi yang mengikat antigen sehingga makrofag akan mudah
menangkap dan menghancurkan patogen. Setelah infeksi berakhir, sel B pengingat
akan tetap hidup dalam waktu lama. Serangkaian respons ini disebut respons
kekebalan primer.

Apabila antigen yang sama masuk kembali dalam tubuh, sel B pengingat akan
mengenalinya dan menstimulasi pembentukan sel Bplasma yang akan memproduksi
antibodi. Respons tersebut dinamakan respons kekebalan sekunder.

Respons kekebalan sekunder terjadi lebih cepat dan konsentrasi antibodi yang
dihasilkan lebih besar daripada respons kekebalan primer. Hal ini disebabkan adanya
memori imunologi, yaitu kemampuan sistem imun untuk mengenali antigen yang
pernah masuk ke dalam tubuh.

2. Kekebalan Seluler

Kekebalan seluler melibatkan sel T yang bertugas menyerang sel asing atau
jaringan tubuh yang terifeksi secara langsung. Ketika sel T pembunuh terkena antigen
pada permukaan sel asing, sel T pembunuh akan menyerang dan menghancurkan sel
tersebut dengan cara merusak membran sel asing. Apabila infeksi berhasil ditangani,
sel T supresor akan mengehentikan respons kekebalan dengan cara menghambat
aktivitas sel T pembunuh dan membatasi produksi antibodi.

9
c) Berdasarkan Cara Memperolehnya

1) Kekebalan Aktif

Kekebalan aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri.
Kekebalan aktif dapat diperoleh secara alami maupun buatan.

a. Kekebalan Aktif Alami

Kekebalan aktif alami diperoleh seseorang setelah mengalami sakit akibat


infeksi suatu kuman penyakit. Setelah sembuh, orang tersebut akan menjadi kebal
terhadap penyakit itu. Misalnya, seseorang yang pernah sakit campak tidak akan
terkena penyakit tersebut untuk kedua kalinya.

b. Kekebalan Aktif Buatan

Kekebalan aktif buatan diperoleh melalui vaksinasi atau imunisasi. Vaksinasi


adalah proses pemberian vaksin ke dalam tubuh. Vaksin merupakan siapan antigen
yang dierikan secara oral (melalui mulut) atau melalui suntikan untuk merangsang
mekanisme pertahanan tubuh terhadap patogen. Vaksin dapat berupa suspensi
mikroorganisme yang telah dilemahkan atau dimatikan. Vaksin juga dapat berupa
toksoid atau ekstrak antigen dari suatu patogen yang telah dilemahkan. Vaksin yang
dimasukkan ke dalam tubuh akan menstimulasi pembentukan antibodi untuk melawan
antigen sehingga tubuh menjadi kebal terhadap penyakit yang menyerangnya.

Kekebalan karena vaksinasi biasanya memiliki jangka waktu tertentu,


sehingga permberian vaksin harus diulang lagi setelah beberapa lama. Hal ini
dilakukan karena jumlah antibodi dalam tubuh semakin berkurang sehingga imunitas
tubuh juga menurun. Beberapa jenis penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi
antara lain cacar, tuberkulosis, dipteri, hepatitis B, pertusis, tetanus, polio, tifus,
campak, dan demam kuning. Vaksin untuk penyakit tersebut biasanya diproduksi
dalam skala besar sehingga harganya dapat terjangkau oleh masyarakat.

Secara garis besar, vaksin dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu:


1. Vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG), polio jenis sabin, dan campak. Vaksin ini
terbuat dari mikroorganisme yang telah dilemahkan.
2. Vaksin pertusis dan polio jenis salk. Vaksin ini berasal dari mikroorganisme yang
telah dimatikan.
3. Vaksin tetanus toksoid dan difteri. Vaksin ini berasal dari toksin (racun)
mikrooganisme yang telah dilemahkan/diencerkan konsentrasinya.
4. Vaksin hepatitis B. Vaksin ini terbuat dari protein mikroorganisme.

2) Kekebalan Pasif

Kekebalan pasif merupakan kebalikan dari kekebalan aktif. Kekebalan pasif


diperoleh setelah menerima antibodi dari luar tubuh, baik secara alami maupun buatan.

10
a. Kekebalan Pasif Alami

Kekebalan pasif alami dapat ditemukan pada bayi setelah menerima antibodi dari
ibunya melalui plasenta saat masih berada di dalam kandungan. Kekebalan ini juga dapat
diperoleh dengan pemberian ASI pertama (kolostrum) yang mengandung banyak
antibodi.

b. Kekebalan Pasif Buatan

Kekebalan pasif buatan diperoleh dengan cara menyuntikkan antibodi yang


diekstrak dari suatu individu ke tubuh orang lain sebagai serum. Kekebalan ini
berlangsung singkat, tetapi mampu menyembuhkan dengan cepat. Contohnya adalah
pemberian serum antibisa ular kepada orang yang dipatuk ular berbisa.

D. GANGGUAN PADA SISTEM KEKEBALAN TUBUH


1. Alergi

Alergi atau hipersensivitas adalah respons imun yang berlebihan terhadap


senyawa yang masuk ke dalam tubuh. Senyawa tersebut dinamakan alergen. Alergen
dapat berupa debu, serbuk sari, gigitan serangga, rambut kucing, dan jenis makanan
tertentu, misalnya udang.

Proses terjadinya alergi diawali dengan masuknya alergen ke dalam tubuh yang
kemudian merangsang sel B plasma untuk menyekresikan antibod IgE. Alergen yang
pertama kali masuk ke dalam tubuh tidak akan menimbulkan alergi, namun IgE yang
terbentuk akan berikatan dengan mastosit. Akibatnya, ketika alergen masuk ke dalam
tubuh untuk kedua kalinya, alergen akan terikat pada IgE yang telah berikatan dengan
mastosit. Mastosit kemudian melepaskan histamin yang berperan dalam proses inflamasi.
Respons inflamasi ini mengakibatkan timbulnya gejala alergi seperti bersin, kulit terasa
gatal, mata berair, hidung berlendir, dan kesulitan bernapas. Gejala alergi dapat
dihentikan dengan pemberian antihistamin.

2. Autoimunitas

Autoimunitas merupakan gangguan pada sistem kekebalan tubuh saat antibodi


yang diproduksi justru menyerang sel-sel tubuh sendiri karena tidak mampu membedakan
sel tubuh sendiri dengan sel asing. Autoimunitas dapat disebabkan oleh gagalnya proses
pematangan sel T di kelenjar timus. Autoimunitas menyebabkan beberapa kelainan, yaitu:

a. Diabetes mellitus

Diabetes mellitus disebabkan oleh antibodi yang menyerang sel-sel beta di


pankreas yang berfungsi menghasilkan hormon insulin. Hal ini mengakibatkan tubuh
kekurangan hormon insulin sehingga kadar gula darah meningkat.

11
b. Myasthenia gravis

Myasthenia gravis disebabkan oleh antibodi yang menyerang otot lurik sehingga
otot lurik mengalami kerusakan.

c. Addison’s disease

Addison’s disease disebabkan oleh antibodi yang menyerang kelenjar adrenal. Hal
ini mengakibatkan berat badan menurun, kadargula darah menurun, mudah lelah, dan
pigmentasi kulit meningkat.

d. Lupus

Lupus disebabkan oleh antibodi yang menyerang tubuh sendiri. Pada penderita
lupus, antibodi menyerang tubuh dengan dua cara, yaitu :

1) Antibodi menyerang jaringan tubuh secara langsung. Misalnya, antibodi yang


menyerang sel darah merah sehingga menyebabkan anemia.
2) Antibodi bergabung dengan antigen sehingga membentuk ikatan yang
dianamakan kompleks imun. Dalam kondisi normal, sel asing yang antigennya
telah diikat oleh antibodi selanjutnya akan ditangkap dan dihancurkan oleh
sel-sel fagosit. Namun, pada penderita lupus, sel-sel asing ini tidak dapat
dihancurkan oleh sel-sel fagosit dengan baik. Jumlah sel fagosit justru akan
semakin bertambah sambil mengeluarkan senyawa yang menimbulkan
inflamasi. Proses inflamasi ini akan menimbulkan berbagai gejala penyakit
lupus. Jika terjadi dalam jangka panjang, fungsi organ tubuh akan terganggu.
e. Radang sendi (artritis reumatoid)

Radang sendi merupakan penyakit autoimunitas yang menyebabkan peradangan


dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini biasanya mengenai banyak sendi dan ditandai
dengan radang pada membransinovial dan struktur sendi, atrofi otot, serta penipisan
tulang.

3. AIDS

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan berbagai


penyakit yang disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan tubuh. Penyakit ini
disebabkan oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang sel T
pembantu yang berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan jenis sel T
lainnya. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan tubuh dalam melawan
berbagai kuman penyakit.

Sel T pembantu menjadi target utama HIV karena pada permukaan sel tersebut
terdapat molekul CD4 sebagai reseptor. Infeksi dimulai ketika molekul glikoprotein pada
permukaan HIV menempel ke reseptor CD4 pada permukaan sel T pembantu.
Selanjutnya, HIV masuk ke dalam sel T pembantu secara endositosis dan mulai

12
memperbanyak diri. Kemudian, virus-virus baru keluar dari sel T yang terinfeksi secara
eksositosis atau melisiskan sel.

Jumlah sel T pada orang normal sekitar 1.000 sel/mm3 darah, sedangkan pada
penderita AIDS, jumlah sel T-nya hanya sekitar 200 sel/mm3. Kondisi ini menyebabkan
penderita AIDS mudah terserang berbagai penyakit seperti TBC, meningitis, kanker
darah, dan melemahnya ingatan.

Penderita HIV positif umumnya masih dapat hidup dengan normal dan tampak
sehat,tetapi dapat menularkan virus HIV.Penderita AIDS adalah penderitaHIV positif
yang telah menunjukkan gejala penyakit AIDS. Waktu yang dibutuhkan seorang
penderita HIV positif untuk menjadi penderita AIDS relatif lama,yaitu antara 5-10
tahun.Bahkan ada penderita HIV positif yang seumur hidupnya tidak menjadi penderita
AIDS.Hal tersebut dikarenakan virus HIV didalam tubuh membutuhkan waktu untuk
menghancurkan sistem kekebalan tubuh penderita. Ketika sistem kekebalan tubuh sudah
hancur, penderita HIV positif akan menunjukkan gejala penyakit AIDS. Penderita yang
telah mengalami gejala AIDS atau penderita AIDS umumnya hanya mampu bertahan
hidup selama dua tahun.

Gejala-gejala penyakit AIDS yaitu :


b) Gangguan pada sistem saraf
c) Penurunan libido
d) Sakit kepala
e) Demam
f) Berkeringat pada malam hari selama berbulan-bulan
g) Diare
h) Terdapat bintik-bintik berwarna hitam atau keunguan pada sekujur tubuh
i) Terdapat banyak bekas luka yang belum sembuh total
j) Terjadi penurunan berat badan secara drastis
k) Cara penularan virus HIV/AIDS :
l) Hubungan seks dengan penderita HIV/AIDS
m) Pemakaian jarum suntik bersama-sama dengan penderita
n) Transfusi darah yang terinfeksi HIV/AIDS
o) Bayi yang minum ASI penderita HIV/AIDS atau dilahirkan dari seorang ibu penderita
HIV/AIDS

Cara mencegah penularan HIV/AIDS :

b) Menghindari hubungan seks di luar nikah


c) Memakai jarum suntik yang steril
d) Menghindari kontak langsung dengan penderita HIV/AIDS yang terluka
e) Menerima transfusi darah yang tidak terinfeksi HIV/AIDS

13
E. CARA MEMPERTAHANKAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH
1. Nutrisi yang sempurna

Setiap makanan yang kita makan harus mencakup berbagai nutrisi untuk tubuh
kita karena nutrisi dan sistem imun saling berkaitan. Oleh karena itu, penting bagi kita
untuk memakan makanan yang mengandung :

a. Protein

Protein diperlukan untuk menghasilkan immunoglobulin dan berbagai antibodi.


Protein dapat diperoleh dari daging, ikan, telur, dan kacang-kacangan.

b. Vitamin dan mineral


Vitamin dan mineral dapat diperoleh dari berbagai jenis sayuran dan buah.
c. Teh hijau

Teh hijau mengandung antioksidan flavonoid yang dapat membantu


meningkatkan sistem imun. Para ahli sains menemukan bahwa kandungan theanine pada
daun teh dapat membantu sel imun badan dalam melawan bakteri dan virus.

d. Aloevera

Aloevera mengandung zat aktif seperti asam amino dan vitamin yang dapat
membantu badan dalam mengeluarkan toksin, memulihkan jaringan yang terluka, dan
meningkatkan sistem imun badan dengan cepat.

2. Olahraga yang sesuai

Olahraga minimal 15 menit setiap hari secara berkelanjutan dapat meningkatkan


ketahanan tubuh. Olahraga seperti jogging, berenang, berjalan, dan yoga dapat
meningkatkan peredaran darah, menguatkan jantung, dan meningkatkan sistem imun
dalam tubuh.

3. Senantiasa gembira dan bijak menangani tekanan

Tekanan psikologi yang berkepanjangan dapat mengganggu mekanisme sistem


imun dalam tubuh. Apabila otak merasa tertekan, otak akan menghasilkan hormon
kortisol yang jika berlebihan akan berdampak negatif bagi sistem kekebalan tubuh kita.

14
F. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Imunobiologi

1.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
1) Nama pasien :
2) Jenis kelamin :
3) Umur : Pada rinitis alergik lebih sering penderita bayi.
4) Alamat : Lingkungan yang terpapar oleh alergen seperti
lingkungan tempat tinggal yang kotor seperti diperkotaan yang dipenuhi
dengan debu dan asap, selain itu lingkungan yang sanitasinya kurang sehat
dan tempat tinggal yang tidak mempunyai ventilasi atau pertukaran udara
yang baik merupakan awal dari timbulnya gangguan pada sistem imunitas.
Cuaca, suhu dingin di tempat tinggal tertentu juga merupakan penyakit
rhinitis alergi.
5) Suku bangsa :
6) Pekerjaan : mempunyai hubungan langsung sebab akibat
terjadinya serangan rhinitis alergi. Hal ini berkaitan dengan dimana dia
bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri
tekstil, polisi lalu lintas.
7) Agama :
8) Diagnosa medis :
9) Tanggal MRS :

Yang bertanggung jawab

1) Nama :
2) Pekerjaan :
3) Alamat :
4) Agama :
5) Pendidikan :
6) Hub dengan pasien :
2. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung
gatal.
15
2) Riwayat penyakit terdahulu
Pasien pernah menderita penyakit THT.
3) Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengungkapkan bahwa dahulu pernah mengalami hal yang sama dengan
penderita.
3. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Klien lemah dan demam.
2) Kesadaran : Composmentis.
3) Cek TTV :
1) RR.
2) Suhu (meningkat).
3) Nadi.
4) TD.
4) Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala
Bentuk kepala bulat, warna rambut hitam, tidak ada benjolan, kulit kepala
bersih.
2. Mata
Simetris, tidak ada sekret, konjungtiva merah, sklera merah, mata berair.
3. Hidung
Simetris, ada sekret (hidung buntu), tidak ada pernafasan cuping hidung,
tidak polip.
4. Telinga
Simetris, tidak ada benjolan, lubang telinga bersih, tidak ada serumen.
5. Leher
Tidak ada pembesara kelenjar tiroid, limfe, tidak ada bendungan vena
jugularis, tidak ada kaku kuduk.
6. Dada
Inspeksi : Dada simetris, bentuk bulat datar, pergerakan dinding dada
simetris, tidak ada retraksi otot bantu pernapasan.
Palpasi : Tidak ada benjolan mencurigakan.
Perkusi : Paru-paru sonor, jantung dullens.
Auskultasi : Irama nafas teratur, suara napas vesikuler, tidak ada suara
napas tambahan.

16
7. Perut
Inspeksi : Simetris.
Auskultasi : Peristaltik meningkat 40x/menit.
Palpasi : turgor kulit tidak langsung kembali dalam 1 detik.
Perkusi : Hipertimpan, perut kembung.

1.2 Diagnosa Keperawatan

Tanggal Data Etiologi Problem


DS : Pasien Obstruksi atau Ketidakefektifan
mengatakan hidung adanya sekret yang jalan napas.
tersumbat dan hidung mengental.
terasa gatal.
DO : Mulut pasien
selalu terbuka agar
bisa bernapas.
DS : Pasien Kurangnya suplai
mengatakan nyeri oksigen.
kepala (pusing). Gangguan rasa nyeri
DO : Pasien terlihat dikepala
menyeringai
kesakitan.
P : Nyeri saat jalan
napas tidak efektif
atau saat beraktivitas.
Q : Nyeri seperti
tercengkram.
R : Dibagian kepala.
S : Skala nyeri >5.
T : Nyeri hilang
timbul.
TTV : Suhu 38°C,

17
TD 90/70 mmHg, RR
25x/menit, Nadi
110x/menit
DS : Pasien Intake yang tidak Gangguan
mengatakan kurang adekuat. pemenuhan
nafsu makan dan kebutuhan nutrisi
kurang tertarik kurang dari
terhadap makanan. kebutuhan tubuh.
DO : Pasien tidak
nafsu makan.
A : BB SMRS = 47
kg, BB MRS = 45
kg.
B : Hasil
pemeriksaan
laboratorium,
penurunan kadar
protein dalam darah
tidak dalam batas
normal (<3,5 mg/dl),
Hb menurun (<1
mg/dl).
C : Turgor kulit
menurun (kembali >
2 detik) mukosa bibir
kering.
D. Penurunan nafsu
makan, porsi makan
tidak habis

Diagnosa :

1) Ketidakefektifan jalan napas b.d obstruksi atau adanya sekret yang berlebihan.

18
2) Gangguan rasa nyeri dikepala b.d kurang suplai oksigen.
3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
intake yang tidak adekuat.

1.3 Perencanaan

No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Bersihan jalan napas kembali 1) Auskultasi bunyi napas. 1) Obstruksi jalan
efektif dan normal. Catat adanya bunyi napas dan dapat atau
Kriteria hasil : Menunjukkan napas. Misal mengi, tak di
perilaku untuk memperbaiki kerkels, ronki. manifestasikan
bersihan jalan napas. 2) Kaji atau pantau adanya bunyi napas
Misal : Mengeluarkan sekret. frekuensi pernapasan. adventisius.
3) Kaji pasien untuk 2) Adanya beberapa
posisi yang nyaman. derajat dan dapat
Misal : peninggian ditemukan pada
kepala tempat tidur, penerimaan atau
duduk pada selama stres atau
persandaran tempat adanya infeksi akut.
tidur. Pernapasan dapat
4) Pertahankan polusi melambat dan
lingkungan minimum. frekuensi ekspirasi
Misal : debu, asap dan memanjang inspirasi
bulu bantal yang memendek.
berhubungan dengan 3) Peninggian kepala
kondisi pasien. tempat tidur
5) Tingkatkan masukan mempermudah fungsi
cairan 3000/ hari sesuai pernapasan dengan
dengan keadaan menggunakan
jantung, memberikan gravitasi.
air hangat. 4) Pencetus tipe reaksi
alergi pernapasan
yang dapat mentreger

19
episode akut.
5) Hidrasi membantu
menurunkan
kekentalan sekret,
mempermudah
pengeluaran.
2. Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji nyeri, lokasi, 1) Untuk membantu
keperawatan selama 1x24 jam karakteristik, dan meringankan
diharapkan nyeri dapat integritas nyeri tingkat nyeri
berkurang atau hilang. dengan skala 0-10 diberikan edukasi.
Kriteria hasil : ditanyakan kepada 2) Cek tanda vital
1) Klien dapat pasien nyerinya apakah ada
mengetahui terjadinya urutan ke skala indikator terhadap
gangguan rasa berapa. Kaji tanda- nyeri yang timbul.
nyaman yang tanda vital. 3) Meningkatkan
berhubungan dengan 2) Lakukan masase pada kenaikan kadar
nyeri kepala. daerah nyeri. oksigen dalam
2) Klien mengatasi nyeri 3) Ajarkan teknit ottak untuk
tanpa bantuan. relaksasi misalnya meredakan rasa
3) Pasien dapat napas dalam. nyeri di kepala.
mengatasi sekret 4) Kolaborasi dengan 4) Kolaborasi dengan
tanpa bantuan. dokter dalam tenaga kesehatan
4) Klien dapat bergerak pemberian obat. lainnya untuk
dengan leluasa. memberikan oba
5) Tanda-tanda vital analgetik untuk
dalam batas normal. meningkatkan
tingkat
kenyamanan klien.
3. Nutrisi terpenuhi sesuai 1. Jelasakn tentang 1. Dengan
dengan kebutuhan tubuh. manfaat makan bila pemahaman klien
Kriteria hasil : dikatikan dengan akan lebih
1) Nafsu makan kondisi klien saat ini. kooperatif
membaik. 2. Anjurkan agar klien mengikuti aturan.

20
2) Keadaan umum mengkonsumsi 2. Untuk menghindari
membaik. makanan yang makanan yang
3) Klien tampak mau disediakan di rumah justru dapat
makan. sakit. mengganggu
3. Lakukan dan ajarkan proses
perawatan mulut penyembuhan
sebelum dan sesudah klien.
makan serta sebelum 3. Higiene oral yang
dan sesudah baik akan
intervensi atau meningkatkan
periksaan peoral. nafsu makan klien.
4. Tingkatkan 4. Makanan adalah
lingkungan yang bagian dari
menenangkan untuk peristiwa sosial,
makan dengan teman dan nafsu makan
jika memungkinkan. dapat meningkat
5. Berikan makanan dengan sosialisasi.
dalam keadaan 5. Makanan hangat
hangat. dapat
6. Berikan makanan meningkatkan
selinga (Mis. Keju, nafsu makan.
biskuit, buah-buahan) 6. Membantu
yang tersedia dalam memenuhi
24 jam. kebutuhan dan
7. Kolabrasi tentang meningkatkan
pemenuhan diet klien. pemasukan.
7. Meningkatkan
pengetahuan sesuai
dengan kondisi
klien.

21
1.4 Implementasi

Tanggal/jam No. diagnosa Implementasi Respon pasien


18 April 2015 1,2,3 1. Observasi tanda- DS : Pasien
(09.00) tanda vital dan kaji mengatakan bersedia
nyeri, lokasi, untuk diperiksa
karaktristik, dan DO : Pasien tampak
integritas nyeri tenang.
dengan skala 0-10. DO : Pasien
2. Memberikan jalan menerima tindakan
napas. yang diberikan.
3. Memberikan posisi DS : Napas pasien
yang lebih nyaman lebih efektif.
bisa dengan semi DS : Pasien bersedia
fowler. Agar melaksanakan nya.
mudah bernapas. DO : Pasien terlihat
4. Memberikan obat nyaman dan tenang.
sesuai hasil DO : Obat telah
kolaborasi, diminum, pusing (-),
monitor obat dan suhu berangsur-
respon angsur turun dan
sampingnya. normal.
DS : Pasien
kooperatif untuk
minum obat.
18 April 2015 2,3 1. Kaji nyeri, DS : Klien sudah
(11.00) karakteristik, dan tidak mengeluh
integritas nyeri nyeri. Klien
dengan skala (0-10). mengatakan skala
2. Mengkaji nutrisi nyeri pada skala 0.
pasien. DO : Klien tidak
3. Memberikan terlihat meringis
makanan dalam kesakitan.

22
porsi kecil dan DS : Pasien
frekuensi sedang. kooperatif dalam
4. Menjelaskan pada tindakan.
pasien dan keluarga DO : Berat badan
tentang manfaat berangsur-angsur
makanan bernutrisi. meningkat dan
pasien merasa segar
dan tidak lemas.
DS : Pasien tenang
selama makan.
DO : Pasien
menghabiskan
setengah porsi.
DS : Pasien
meneirma
penyuluhan yang
diberikan.
DO : Pasien mampu
menghindari
makanan yang
berisiko untuknya.
18 April 2015 2,3 1. Mengajarkan DS : Pasien dapat
(13.00) teknik relaksasi melakukan teknik
misalnya napas napas dalam.
dalam. DO : Pasien terlihat
2. Memberikan semangat.
antasida dana DS : Pasien
pemberian kooperatif untuk
nutrisi minum obat.
parenteral. DO : Pasien tidak
3. Memberikan meringis kesakitan.
posisi yang DS : Pasien bersedia
nyaman. melaksanakannya.

23
DO : Pasien terlihat
nyaman dan tenang.

1.5 Evaluasi

Tanggal No. Diagnosa Evaluasi Ttd


18 April 2015 1. S : Pasien
mengatakan sekret
mulai hilang dan
jalan napas lebih
efektif.
O : Pasien tidak
membuka mulutnya
lagi untuk benapas.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi di
hentikan.
18 April 2015 2. S : Pasien
mengatakan
kepalanya sudah
tidak nyeri lagi.
O : Klien tidak
terlihat meringis
kesakitan.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi
dihentikan.
18 April 2015 3. S : Pasien
mengatakan tidak
merasa lemas.
O : Wajah pasien

24
tidak tampak pucat
lagi.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi
dihentikan.

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem kekebalan tubuh (imunitas) adalah sistem mekanisme pada organisme


yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuh patogen.

Sistem kekebalan tubuh dapat diklasifikasikan berdasarkan :

a. Cara mempertahankan diri dari penyakit


1. Sistem pertahanan tubuh non spesifik

Tidak membedakan mikrobia patogen yang satu dengan yang lainnya.

2. Sistem pertahanan tubuh spesifik

Pertahanan tubuh terhadap patogen tertentu yang masuk dalam tubuh

b. Cara memperoleh
1. Kekebalan aktif

Kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri.

2. Kekebalan pasif

Kekebalan yang diperoleh setelah menerima antibodi dari luar tubuh.

c. Mekanisme kerja
1. Kekebalan humoral

Melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar dalam aliran darah.

2. Kekebalan seluler

Melibatkan sel T yang berfungsi menyerang sel-sel asing atau jaringan tubuh yang
terinfeksi secara langsung.

Sistem kekebalan tubuh kita dapat mengalami gangguan, antara lain :

a. Alergi

Respons imun yang berlebihan terhadap suatu senyawa yang masuk ke dalam tubuh.

b. Autoimunitas

Antibodi yang diproduksi menyerang sel-sel tubuh sendiri karena tidak mampu
membedakan antara sel tubuh sendiri dengan sel asing yang masuk ke dalam tubuh.

26
c. AIDS

Kumpulan berbagai penyakit yang disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan


tubuh karena infeksi virus HIV.

Untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh, kita harus menjaga kesehatan tubuh
kita dengan cara :

1. Memakan makanan yang bernutrisi


2. Berolahraga yang teratur
3. Senantiasa gembira dan bijak dalam menghadapi tekanan

B. Saran
Supaya makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi pembaca, maka
penulis menyarankan :

1. Jagalah pola hidup yang sehat agar tidak mudah terserang penyakit
2. Perhatikanlah setiap makanan yang akan dikonsumsi
3. Jagalah kebersihan lingkungan sekitar

27
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/7537645/MAKALAH_BIOLOGI_SISTEM_IMUNITAS_
PADA_TUBUH_MANUSIA

http://rendezvous-point.blogspot.com/p/imunitas.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_kekebalan

http://kidungkawan.blogspot.com/2013/10/pengertian-fungsi-dan-mekanisme-
sistem.html

28

Anda mungkin juga menyukai