Anda di halaman 1dari 212

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SDR.

“S” DENGAN RESIKO


PERILAKU KEKERASAN PADA SKIZOFRENIA TAK TERINCI
DI RUANG NAKULA RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh :
Julia Mar-atul Maslahah
19131010

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN AL-ISLAM
YOGYAKARTA
2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SDR. “S” DENGAN RESIKO
PERILAKU KEKERASAN PADA SKIZOFRENIA TAK TERINCI
DI RUANG NAKULA RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh :
Julia Mar-atul Maslahah
19131010

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN AL-ISLAM
YOGYAKARTA
2016

i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SDR. “S” DENGAN RESIKO
PERILAKU KEKERASAN PADA SKIZOFRENIA TAK TERINCI
DI RUANG NAKULA RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH


Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Menyelesaikan
Pendidikan Program Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh :
Julia Mar-atul Maslahah
19131010

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN AL-ISLAM
YOGYAKARTA
2016

ii
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SDR. “S” DENGAN RESIKO


PERILAKU KEKERASAN PADA SKIZOFRENIA TAK TERINCI
DI RUANG NAKULA RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

iii
MOTTO

“Setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya” (HR. Bukhari Muslim).

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mengerjakan

shalat dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka

dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang

tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan

menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Mensyukuri” (QS. Faathir : 29-30).

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu

sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka” (QS. Ar-ra’du : 11).

“Barang siapa bersungguh-sungguh, maka dia akan berhasil”

iv
LEMBAR PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dipersembahkan untuk :

1. Orang tua saya di Klaten yang selalu mendo’akan, mendidik, dan membimbing

saya dengan keikhlasan dan kesabaran demi kebaikan saya.

2. Abah Endarka Hana, SH dan Ibu Nyai Nurul Isnaini Febriarini, S.Kep., MPH

yang merupakan orang tua saya di PP. Al-Islam Yogyakarta yang mendo’akan,

mendidik, membimbing, dan memotivasi saya dalam menuntut ilmu.

3. Keluarga besar Yayasan Al-Islam yang telah memberikan saya kesempatan

untuk menuntut ilmu dengan maksimal.

4. Bapak Satriya Pranata, S.Kep., Ns selaku pembimbing dalam penulisan Karya

Tulis Ilmiah (KTI) ini.

5. Seluruh keluarga, saudara, dan teman-teman yang selalu memberikan semangat

dan mendo’akan saya.

v
INTISARI

Asuhan Keperawatan pada Klien Sdr. “S” dengan Resiko Perilaku Kekerasan
pada Skizofrenia Tak Terinci di Ruang Nakula Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah
Istimewa Yogyakarta

Julia Mar-atul Maslahah1, Satriya Pranata2


Latar Belakang : Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dilatarbelakangi banyaknya kasus
skizofrenia tak terinci. mulai dari tanggal 16-19 Mei 2016 di Ruang Nakula terdapat
26 orang yang dirawat dengan 20 orang atau 76 % didiagnosa skizofrenia yang 10
diantaranya mengalami masalah keperawatan resiko perilaku kekerasan dengan
diagnosa medis Skizofrenia Tak Terinci (F20.3) atau sebesar 50 %.
Tujuan dan Metode : Tujuan penulisan KTI ini untuk memperoleh pengalaman
nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan resiko perilaku
kekerasan pada skizofrenia tak terinci dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan. Metode yang digunakan dalam penulisan KTI ini adalah deskriptif
dengan pemaparan kasus dan cara pemecahan masalah.
Hasil : Dari hasil pengkajian pada klien Sdr. “S”, ditegakkan 5 diagnosa
keperawatan yaitu resiko perilaku kekerasan dengan tujuan yang akan dicapai
adalah klien mampu mengontrol perilaku kekerasan, kurang pengetahuan dengan
tujuan yang akan dicapai adalah klien mengetahui tentang penyakit dan pencegahan
kekambuhannya, ketidakefektifan koping dengan tujuan yang akan dicapai adalah
klien mampu menentukan mekanisme koping yang efektif, ansietas dengan tujuan
yang akan dicapai adalah klien mampu mengontrol ansietas, dan resiko jatuh
dengan tujuan yang dicapai adalah klien mampu meminimalisir terjadinya jatuh.
Kesimpulan : Pada klien Sdr. “S”, diagnosa keperawatan resiko perilaku
kekerasan, kurang pengetahuan, dan ketidakefektifan koping teratasi. Dua diagnosa
keperawatan yaitu ansietas dan resiko jatuh teratasi sebagian.

Kata Kunci : Skizofrenia Tak Terinci, Resiko Perilaku Kekerasan

1
Mahasiswa STIKES Al-Islam Yogyakarta
2
Dosen Pembimbing STIKES Al-Islam Yogyakarta

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq, dan

hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul

“Asuhan Keperawatan pada Klien Sdr. “S” dengan Resiko Perilaku Kekerasan pada

Skizofrenia Tak Terinci di Ruang Nakula Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah

Istimewa Yogyakarta”. Karya tulis ilmiah ini ditulis untuk memenuhi sebagian

syarat guna menyelesaikan pendidikan program Diploma III Keperawatan di

STIKES Al-Islam Yogyakarta". Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-

pihak yang telah membantu pembuatan karya tulis ilmiah, yaitu :

1. Orang tua yang telah memberi dukungan dan do’a dalam penyusunan KTI.

2. Bapak H. Sutrisno, APP., S.Pd., M.Kes. selaku Ketua STIKES Al-Islam

Yogyakarta sekaligus penguji KTI.

3. Bapak Satriya Pranata, S.Kep., Ns. selaku dosen pembimbing dalam penulisan

KTI sekaligus penguji KTI.

4. Ibu Heni Indarwati, S.Kep., Ns., MMedEd selaku dosen penguji UAP.

5. Bapak Nur Fauzin, S.Kep selaku penguji UAP di rumah sakit.

6. Ibu Pamulatsih Dwi Oktaviani, S.Kep., Ns. selaku dosen penguji UAP di rumah

sakit.

7. Bapak/Ibu dosen pengajar dan staf di STIKES Al-Islam Yogyakarta.

8. Seluruh keluarga, saudara, dan teman-teman yang telah membantu dalam

penyelesaian KTI.

vii
Penulis menyadari bahwa dalam karya tulis ilmiah ini masih terdapat kekurangan.

Oleh karena itu, diharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak untuk

peningkatan kualitas karya tulis ilmiah ini, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Yogyakarta, 15 Juni 2016

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR ........................................................................ i

HALAMAN SAMPUL DALAM .................................... .............................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

MOTTO ........................................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v

INTISARI......................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5

C. Ruang Lingkup ............................................................................................ 5

D. Tujuan .......................................................................................................... 6

E. Manfaat ........................................................................................................ 8

F. Metode ......................................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Skizofrenia ........................................................................... 12

1. Pengertian .............................................................................................. 12

2. Etiologi .................................................................................................. 13

3. Klasifikasi .............................................................................................. 15

ix
4. Patofisiologi........................................................................................... 18

5. Gejala skizofrenia .................................................................................. 19

6. Diagnosis ............................................................................................... 21

7. Penatalaksanaan..................................................................................... 22

B. Konsep Perilaku Kekerasan......................................................................... 26

1. Pengertian .............................................................................................. 26

2. Rentang respon marah ........................................................................... 27

3. Etiologi .................................................................................................. 28

4. Manifestasi klinis .................................................................................. 30

5. Mekanisme koping ................................................................................ 31

6. Penatalaksanaan..................................................................................... 32

C. Konsep Asuhan Keperawatan ..................................................................... 35

1. Pengkajian ............................................................................................. 36

2. Diagnosa keperawatan ........................................................................... 41

3. Perencanaan ........................................................................................... 44

4. Implementasi ......................................................................................... 50

5. Evaluasi ................................................................................................. 51

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian ................................................................................................... 52

B. Diagnosa Keperawatan Prioritas ................................................................. 75

C. Perencanaan Keperawatan ........................................................................... 78

D. Implemetasi dan Evaluasi (Catatan Perkembangan) ................................... 94

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian ................................................................................................... 126

B. Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 130

x
C. Perencanaan Keperawatan ........................................................................... 135

D. Implemetasi ................................................................................................. 138

E. Evaluasi ....................................................................................................... 138

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................. 144

B. Saran ............................................................................................................ 147

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar obat antipsikotik tipikal .......................................................... 23


Tabel 2. Daftar obat antipsikotik atipikal......................................................... 23
Tabel 3. Rencana keperawatan resiko perilaku kekerasan ............................... 48
Tabel 4. Masalah yang pernah dialami klien ................................................... 53
Tabel 5. Kebutuhan persiapan pulang .............................................................. 68
Tabel 6. Hasil pemeriksaan laboratorium ........................................................ 70
Tabel 7. Terapi obat ......................................................................................... 70
Tabel 8. Analisa data ........................................................................................ 73
Tabel 9. Perencanaan keperawatan resiko perilaku kekerasan ........................ 78
Tabel 10. Perencanaan keperawatan kurang pengetauan ................................. 85
Tabel 11. Perencanaan keperawatan ketidakefektifan koping ......................... 87
Tabel 12. Perencanaan keperawatan ansietas................................................... 89
Tabel 13. Perencanaan keperawatan resiko jatuh ............................................ 92
Tabel 14. Catatan perkembangan resiko perilaku kekerasan ........................... 94
Tabel 15. Catatan perkembangan kurang pengetahuan.................................... 104
Tabel 16. Catatan perkembangan ketidakefektifan koping .............................. 109
Tabel 17. Catatan perkembangan ansietas ....................................................... 115
Tabel 18. Catatan perkembangan resiko jatuh ................................................. 121

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Patofisiologi skizofrenia ................................................................. 18


Gambar 2. Rentang respon marah .................................................................... 27
Gambar 3. Pohon masalah resiko perilaku kekerasan ...................................... 35
Gambar 4. Piramida hierarki Maslow .............................................................. 45
Gambar 5. Kekuatan otot ................................................................................. 58
Gambar 6. Genogram ....................................................................................... 59

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penilaian resiko perilaku kekerasan


Lampiran 2. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
Lampiran 3. Tabel penentuan kategori pasien jiwa
Lampiran 4. Strategi pelaksanaan
Lampiran 5. Jadwal Kegiatan Harian Klien
Lampiran 6. Format pengakajian asuhan keperawatan jiwa

xiv
15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang

sangat signifikan di berbagai belahan dunia. Berdasarkan data dari World

Health Organization (WHO) ada sekitar 450 juta orang di dunia yang

mengalami gangguan jiwa (Yosep, 2013). WHO menyatakan setidaknya ada

satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental dan masalah

gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia yang menjadi masalah yang sangat

serius (Yosep, 2013).

Data dari WHO dalam Yosep (2013) menunjukkan hampir 24 juta

orang di seluruh dunia menderita gangguan skizofrenia dengan angka

kejadian 1 per 1000 penduduk. Data yang didapatkan dari WHO

menunjukkan di Amerika Serikat 300.000 orang setiap tahun menderita

skizofrenia dan Eropa berkisar 250.000 orang (VOA, 2016). Hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi

gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi

dan kecemasan di Indonesia sebesar 6% untuk usia 15 tahun

keatas atau sekitar 14 juta orang (Departemen Kesehatan, 2014). Prevalensi

gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau

sekitar 400.000 orang (Departemen Kesehatan, 2014). Menurut Riskesdas

tahun 2013, Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki angka orang gangguan

1
2

jiwa tertinggi di Indonesia yaitu sekitar 16 ribu orang yang hidup dengan

skizofrenia dengan prevalensi skizofrenia 4,6 per 1000 penduduk (Gusti,

2015).

Skizofrenia merupakan gangguan psikis yang ditandai dengan

penyimpangan realitas, penarikan diri dari interaksi sosial, serta disorganisasi

persepsi, pikiran, dan kognitif (Stuart, 2013). Pada klien dengan skizofrenia

akan muncul berbagai gejala yaitu gejala positif, negatif, dan kognituf. Gejala

yang muncul dapat menimbulkan berbagai masalah pada klien. Diagnosa

keperawatan yang muncul pada orang dengan skizofrenia adalah gangguan

persepsi sensori : halusinasi, isolasi sosial, harga diri rendah, ketidakefektifan

koping, dan perilaku kekerasan.

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri

sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007). Perilaku kekerasan juga dapat

diartikan perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk

bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol (Yosep, 2010).

Perilaku kekerasan merupakan hal yang membahayakan diri klien, orang lain,

dan lingkungan klien. Perilaku kekerasan dapat berupa tindakan fisik maupun

secara visual.

Dalam menghadapi masalah kesehatan jiwa diperlukan penanganan

yang tepat termasuk dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa.

Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan

dan mempertahankan perilaku klien yang berperan pada fungsi yang


3

terintegrasi dengan sistem klien atau klien dapat berupa individu, keluarga,

kelompok, organisasi, atau komunitas (Stuart, 2013). Proses keperawatan

pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik

karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung, seperti

pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan bermacam gejala dan

disebabkan berbagai hal (Keliat, 2009). Banyak klien dengan masalah

kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan hal yang dialami. Kemampuan klien

dengan gangguan jiwa dalam menyelesaikan masalah juga bervariasi. Klien

cenderung tidak merasa dirinya sakit serta lebih sering menyalahkan orang

lain disekitarnya. Oleh karena itu, perlu adanya pemberian asuhan

keperawatan secara menyeluruh dengan memaksimalkan peran perawat

sebagai pemberi asuhan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan jiwa

pada klien dengan perilaku kekerasan diberikan secara komprehensif dengan

melibatkan klien, keluarga klien, dan seluruh tim kesehatan yang ada untuk

mempermudah proses pemulihan pada klien. Pada klien dengan perilaku

kekerasan juga memerlukan pengawasan dan pengontrolan dari keluarga

sehingga tidak terjadi kekambuhan pada klien.

Undang-Undang No 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa ditujukan

untuk menjamin setiap orang agar dapat mencapai kualitas hidup yang baik,

serta memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan

berkesinambungan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif (Departemen Kesehatan RI, 2014). Di rumah sakit, perawat harus

mampu menjalankan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.


4

Perawat berperan memberikan penjelasan terkait dengan gangguan jiwa,

bagaimana pencegahan kekambuhan pada orang dengan gangguan jiwa,

melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi medis yang

tepat, serta pemulihan dan perawatan bagi orang dengan gangguan jiwa

(Maramis, 2006). Undang-undang tersebut mengamanatkan tentang perlunya

peran serta masyarakat dalam melindungi dan memberdayakan orang dengan

gangguan jiwa, perlindungan terhadap tindakan kekerasan, menciptakan

lingkungan yang kondusif, memberikan pelatihan keterampilan, dan

mengawasi penyelenggaraan pelayanan di fasilitas yang melayani orang

dengan gangguan jiwa (Departemen Kesehatan RI, 2014).

Data terakhir yang didapatkan dari Rumah Sakit Jiwa Grhasia

Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 terdapat 2897 orang dengan

gangguan jiwa yang dirawat dengan kasus skizofrenia sejumlah 1646 orang

atau 56.8 %. Data yang didapatkan dari Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah

Istimewa Yogyakarta dari bulan Januari sampai September 2015 terdapat

penderita gangguan jiwa dengan diagnosa medis Skizofrenia Tak Terinci

(F20.3) sejumlah 526 orang atau 32 %. Selama pelaksanaan ujian akhir

program mulai dari tanggal 16 sampai 19 Mei 2016 di Ruang Nakula terdapat

26 orang yang dirawat baik yang masuk maupun dipindahkan ke ruangan lain,

20 orang atau 76 % didiagnosa skizofrenia yang 10 diantaranya mengalami

masalah keperawatan resiko perilaku kekerasan dengan diagnosa medis

Skizofrenia Tak Terinci (F20.3) atau sebesar 50 %.


5

Dari uraian di atas, penulis terinspirasi untuk membuat Karya Tulis

Ilmiah (KTI) yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien Sdr. “S”

dengan Resiko Perilaku Kekerasan pada Skizofrenia Tak Terinci di Ruang

Nakula Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, didapatkan rumusan masalah dalam

karya tulis ilmiah ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien

Sdr. “S” dengan Resiko Perilaku Kekerasan pada Skizofrenia Tak Terinci di

Ruang Nakula Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta?”.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup untuk pelaksanaan asuhan keperawatan dalam karya

tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :

1. Ruang lingkup mata ajaran

Karya tulis ilmiah ini membahas tentang Asuhan Keperawatan

Pada Klien Sdr. “S” dengan Resiko Perilaku Kekerasan pada Skizofrenia

Tak Terinci di Ruang Nakula Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa

Yogyakarta yang termasuk dalam mata ajaran keperawatan jiwa (WATT

3.02).
6

2. Ruang lingkup kasus

Ruang lingkup kasus dalam penulisan karya tulis ilmiah ini

meliputi asuhan keperawatan pada klien dengan resiko perilaku kekerasan

pada skizofrenia tak terinci. Asuhan keperawatan ini diberikan pada

klien Sdr. “S” dengan resiko perilaku kekerasan pada skizofrenia tak

terinci di Ruang Nakula Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa

Yogyakarta.

3. Ruang lingkup waktu

Asuhan keperawatan pada klien Sdr. “S” dilakukan 3 x 24 jam,

dimulai dari tanggal 16 Mei 2016 sampai 19 Mei 2016.

4. Ruang lingkup asuhan keperawatan

Asuhan keperawatan pada klien Sdr. “S” diberikan secara

komprehensif meliputi aspek biologis, psikologis, sosial, kultural, dan

spiritual. Asuhan keperawatan pada klien Sdr. “S” dilaksanakan

menggunakan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

D. Tujuan

Pembuatan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk :

1. Tujuan umum

Setelah menyusun karya tulis ilmiah ini, diharapkan mahasiswa

memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan

dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.


7

2. Tujuan khusus

Setelah melakukan penyusunan karya tulis ilmiah tentang

asuhan keperawatan pada klien Sdr. “S” dengan resiko perilaku kekerasan

pada skizofrenia tak terinci di Ruang Nakula Rumah Sakit Jiwa Grhasia

Daerah Istimewa Yogyakarta diharapkan :

a. Mahasiswa mampu menerapkan ilmu keperawatan dalam pemberian

asuhan keperawatan pada klien Sdr. “S” dengan resiko perilaku

kekerasan pada skizofrenia tak terinci (F20.3) dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan

evaluasi.

b. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada

klien Sdr. “S” dengan resiko perilaku kekerasan pada skizofrenia tak

terinci (F20.3) di ruang Nakula Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah

Istimewa Yogyakarta.

c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor

penghambat dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien Sdr.

“S” dengan resiko perilaku kekerasan pada skizofrenia tak terinci

(F20.3) di ruang Nakula Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa

Yogyakarta.
8

E. Manfaat

Penyusunan karya tulis ilmiah tentang asuhan keperawatan pada

klien Sdr. “S” dengan perilaku kekerasan pada skizofrenia tak terinci di

Ruang Nakula Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta

diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu :

1. Bagi profesi keperawatan

Diharapkan karya tulis ini dapat menambah wawasan bagi

perawat dalam pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan

keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien gangguan

jiwa, khususnya klien dengan resiko perilaku kekerasan pada skizofrenia

tak terinci (F20.3).

2. Bagi institusi

a. Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan bahan pertimbangan

dalam pemberian asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan

resiko perilaku kekerasan pada skizofrenia tak terinci (F20.3).

b. STIKES Al-Islam Yogyakarta

Karya tulis ilmiah tentang asuhan keperawatan pada klien Sdr. “S”

dengan perilaku kekerasan pada skizofrenia tak terinci di ruang

Nakula Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta

diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan belajar dan acuan

penerapan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien resiko

perilaku kekerasan pada skizofrenia tak terinci (F20.3).


9

3. Bagi masyarakat

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan penambah

wawasan masyarakat serta memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi

dalam penyelesaian masalah kesehatan jiwa.

F. Metode

1. Metode pembuatan karya tulis ilmiah

Penulisan karya tulis ilmiah tentang asuhan keperawatan pada

klien Sdr. “S” dengan perilaku kekerasan pada skizofrenia tak terinci di

Ruang Nakula Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta

menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode

yang menguraikan permasalahan sekaligus memecahakan masalah yang

terjadi saat itu juga, dengan pemaparan kasus dan menggunakan

pendekatan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi

(Nursalam, 2013). Metode deskriptif merupakan metode yang dilakukan

dengan tujuan untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara

objektif (Nursalam, 2013).

2. Metode pengumpulan data

a. Pengumpulan data primer

Data primer adalah data yang di dapat dari klien. Metode

pengumpulan data primer dilakukan dengan cara :


10

1) Wawancara

Wawancara adalah tanya jawab secara langsung dengan klien atau

dengan keluarga klien untuk menggali status kesehatan klien

dengan menggunakan komunikasi teraupetik (Nursalam, 2013).

Dalam hal ini, perawat membina hubungan saling percaya dengan

klien sebelum mulai wawancara. Tujuan dari wawancara adalah

untuk memperoleh data subjektif yang digunakan sebagai bahan

pembuatan analisa data dan penegakan diagnosa keperawatan

(Nursalam, 2013).

2) Observasi

Observasi merupakan metode yang digunakan dengan cara

pengumpulan informasi melalui pengamatan langsung terhadap

klien. Data yang dikumpulkan berupa data obyektif dan dapat

digunakan sebagai dasar pencocokan antara pernyataan klien dan

kenyataan yang ada (Nursalam, 2013).

3) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan 4 cara yaitu :

inspeksi yang merupakan proses observasi dengan menggunakan

mata untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan

dengan status kesehatan, palpasi yang dilakukan dengan

menggunakan sentuhan/perabaan , perkusi dengan cara mengetuk

untuk mengetahui batas-batas dari organ dalam tubuh, dan

auskultasi dengan menggunakan stetoskop untuk memperjelas


11

pendengaran yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada

perubahan dalam sistem tubuh atau adanya kelainan (Damayanti,

2012).

b. Pengumpulan data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari selain klien, seperti

keluarga klien, orang atau teman terdekat klien, dan tim kesehatan lain

(Damayanti, 2012). Metode pengumpulan data sekunder dapat

diperoleh melalui studi dokumentasi dari catatan rekam medis klien.

Dengan menggunakan status klien untuk mengetahui catatan asuhan

keperawatan yang dibuat oleh perawat maupun hasil-hasil

pemeriksaan, instruksi atau catatan dokter tentang hal-hal yang

berhubungan dengan masalah kesehatan klien (Damayanti, 2012).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Skizofrenia

1. Pengertian

Skizofrenia secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu

“schizo” yang berarti “terpotong” atau “terpecah” dan “phren” yang

berarti “pikiran”, sehingga skizofrenia berarti pikiran yang terpisah

(Maramis, 2006). Arti dari kata-kata tersebut menjelaskan tentang

karakteristik utama dari gangguan skizofrenia, yaitu pemisahan antara

pikiran, emosi, dan perilaku dari orang yang mengalaminya. Skizofrenia

merupakan gangguan psikis yang ditandai dengan penyimpangan realitas,

penarikan diri dari interaksi sosial, serta disorganisasi persepsi, pikiran,

dan kognitif (Stuart, 2013). Skizofrenia juga dapat diartikan terpecahnya

pikiran, perasaan, dan perilaku sehingga yang dilakukan tidak sesuai

dengan pikiran dan perasaan orang yang mengalaminya (Prabowo, 2014).

Berdasarkan pengertian yang diuraikan diatas, dapat

disimpulkan skizofrenia adalah gangguan psikis dengan adanya

pemisahan antara pikiran, emosi, dan perilaku dari orang yang

mengalaminya ditandai dengan penyimpangan realitas, penarikan diri

dari interaksi sosial, serta disorganisasi persepsi, pikiran, dan kognitif.

12
13

2. Etiologi

Skizofrenia adalah penyakit biologis yang disebabkan oleh

faktor-faktor genetik, ketidakseimbangan kimiawi otak, dan berbagai

peristiwa yang dapat memberikan kontribusi terjadinya skizofrenia.

Penyebab munculnya skizofrenia terbagi menjadi pendekatan seperti

pendekatan biologis, teori psikogenik, dan pendekatan gabungan (stree-

vulnerability model) (Prabowo, 2014).

a. Pendekatan biologis

Ada beberapa teori terkait dengan pendekatan biologis terjadinya

skizofrenia, antara lain :

1) Teori genetik

Teori genetik menekankan faktor genetik sangat berperan dalam

proses terjadinya skizofrenia. National Institute of Mental Health

(NIMH) melakukan penelitian pada keluarga penderita skizofrenia

dengan riwayat skizofrenia dalam keluarganya seperti orang tua dan

saudara kandung. Berdasarkan American Journal of Medical

Genetics, menyatakan bahwa apabila kedua orang tuanya menderita

skizofrenia, maka kemungkinan anaknya mengalami skizofrenia

adalah sebesar 40 % (Maramis, 2006).

2) Teori biokimia

Teori biokimia menekankan pada hipotesis dopamin dan serotonin

glutamat. Peningkatan reseptor neuron dopamin pada jalur

mesolimbik menimbulkan gejala positif, sedangkan penurunan


14

reseptor neuron dopamin pada jalur mesokortek dalam kortek

prefrontalis bisa menimbulkan gejala positif (Maramis, 2006). Pada

teori serotonin glutamat disebutkan bahwa penurunan kadar

glutamat akan menyebabkan penurunan regulasi reseptor Nmetyl D

aspartarte (NMDA) sehingga menimbulkan gejala-gejala psikotik

serta defisit kognitif (Maramis, 2006).

3) Teori neurostruktural

Menurut Maramis (2006), orang dengan skizofrenia menunjukkan

tiga tipe abnormalitas struktural, yaitu :

a) Atrofi kortikal

Atrofi kortikal dapat terjadi karena faktor degeneratif atau

progresif, kegagalan otak untuk berkembang normal, dan bisa

juga dikarenakan infeksi virus pada otak dalam kandungan

(Maramis, 2009).

b) Pembesaran ventrikel otak

Pembesaran ventrikel otak pada penderita skizofrenia

diperkirakan 20 sampai 50 %, sehingga dapat menimbulkan

gejala skizofrenia kronis dan tanda negatif (Maramis, 2009).

c) Asimetri serebral yang terbalik

Pada orang dengan skizofrenia terjadi abnormalitas besar sisi

kanan dan kiri otak sehingga menimbulkan adanya perbedaan

pemahaman masalah-masalah kognitif pada klien skizofrenia

(Maramis, 2009).
15

b. Teori psikogenik

Teori psikogenik menyatakan skizofrenia suatu gangguan fungsional

dengan penyebab utama adalah konflik, stres psikologik, dan hubungan

antar manusia yang mengecewakan (Maramis, 2006).

c. Pendekatan gabungan (stree-vulnerability model)

Pendekatan gabungan menyatakan orang dengan latar belakang genetik

rentan terhadap skizofrenia dan tinggal dalam lingkungan yang penuh

dengan stres dapat memberikan kontribusi terjadinya skizofrenia

(Maramis, 2006).

3. Klasifikasi

Skizofrenia dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe

menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III

(PPDGJ III). Adapun pengklasifikasian skizofrenia sebagai berikut :

a. Skizofrenia paranoid (F20.0)

Pedoman diagnostik skizofrenia paranoid antara lain :

1) Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.

2) Halusinasi dan/atau yang menonjol.

3) Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta

gejala katatonik relatif tidak ada.


16

b. Skizofrenia hebefrenik (F20.1)

Pedoman diagnostik skizofrenia hebefrenik antara lain :

1) Memenuhi kriteria umum skizofrenia.

2) Diagnosis hebefrenik hanya ditegakkan pertama kali pada usia

remaja atau dewasa muda (15-25 tahun).

3) Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas pemalu dan senang

menyendiri.

4) Gejala bertahan 2-3 minggu.

5) Afek dangkal dan tidak wajar, senyum sendiri, dan

mengungkapkan sesuatu dengan diulang-ulang.

c. Skizofrenia katatonik (F20.2)

Pedoman diagnostik skizofrenia katatonik antara lain :

1) Memenuhi kriteria umum skizofrenia.

2) Stupor (reaktifitas rendah dan tidak mau berbicara).

3) Gaduh-gelisah (tampak aktivitas motorik yang tidak bertujuan

tanpa stimuli eksternal).

4) Rigiditas (kaku tubuh).

5) Diagnosis katatonik bisa tertunda apabila diagnosis skizofrenia

belum tegak dikarenakan klien tidak komunikatif.


17

d. Skizofrenia tak terinci (F20.3)

Pedoman diagnostik skizofrenia tak terinci antara lain :

1) Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.

2) Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid,

hebefrenik, dan katatonik.

3) Tidak memenuhi diagnosis skizofrenia residual atau depresi

pasca-skizofrenia.

e. Skizofrenia pasca-skizofrenia (F20.4)

Pedoman diagnostik skizofrenia pasca-skizofrenia antara lain :

1) Klien menderita skizofrenia 12 bulan terakhir.

2) Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada namun tidak

mendominasi.

3) Gejala depresif menonjol dan mengganggu.

f. Skizofrenia residual (F20.5)

Pedoman diagnostik skizofrenia residual antara lain :

1) Gejala negatif dari skizofrenia menonjol.

2) Ada riwayat satu episode psikotik.

3) Tidak terdapat demensia atau gangguan otak organik lainnya.

g. Skizofrenia simpleks (F20.6)

Pedoman diagnostik skizofrenia simpleks antara lain :

1) Gejala negatif yang khas tanpa didahului riwayat halusinasi,

waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik.

2) Disertai dengan perubahan perilaku pribadi yang bermakna.


18

h. Skizofrenia lainnya (F20.7)

Skizofrenia lainnya (F20.7) termasuk skizofrenia chenesthopatic

(terdapat suatu perasaan yang tidak nyaman, tidak enak, dan tidak

sehat pada bagian tubuh tertentu).

i. Skizofrenia tak spesifik (F20.8)

Skizofrenia tak spesifik (F20.9) tidak dapat diklasifikasikan kedalam

tipe yang telah disebutkan.

4. Patofisiologi

Meskipun patofisiologi gangguan jiwa skizofrenia belum

sepenuhnya dimengerti, namun sudah diketahui bahwa gangguan jiwa

skizofrenia sebagai akibat gangguan sinyal penghantar saraf

(neurotransmitter) pada sel-sel saraf otak, yaitu antara lain pelepasan zat

pada reseptor dopamin, serotonin, dan nonadrenalin. Pelepasan zat

tersebut terjadi disusunan saraf pusat yaitu sistem limbik khususnya di

nucleus accumbens dan hipotalamus yang menimbulkan gejala positif,

negatif maupun kognitif (Maramis, 2006).

Faktor genetik, psikologis, kelainan otak, lingkungan

Menstimulus neurotransmitter

Dopamin ↑ Serotonin ↑ Adrenalin ↑

Muncul gejala positif, negatif, dan kognitif

Gambar 1. Patofisiologi skizofrenia (Prabowo, 2014)


19

5. Gejala skizofrenia

Menurut Maramis (2006) gejala yang muncul pada klien skizofrenia

digolongkan menjadi tiga gejala, yaitu :

a. Gejala positif

Gejala positif yang timbul pada klien skizofrenia adalah :

1) Delusi atau waham yaitu keyakinan yang tidak rasional, meskipun

telah dibuktikan secara objektif bahwa keyakinan tersebut tidak

rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya.

2) Halusinasi yaitu persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa

stimulus eksternal. Penderita skizofrenia merasa melihat,

mendengar, mencium, meraba atau menyentuh sesuatu yang tidak

ada.

3) Disorganisasi pikiran dan pembicaraan yang meliputi tidak

runtutnya pola pembicaraan dan penggunaan bahasa yang tidak

lazim pada orang dengan skizofrenia.

4) Disorganisasi perilaku yang meliputi aktivitas motorik yang tidak

biasa dilakukan orang normal, misalnya gaduh, gelisah, tidak

dapat diam, mondar-mandir, dan agresif.

5) Gejala positif lain yang mungkin muncul pada orang dengan

skizofrenia adalah pikirannya penuh dengan kecurigaan atau

seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya dan juga menyimpan

rasa permusuhan.
20

b. Gejala negatif

Gejala negatif yang mungkin muncul pada penderita skizofrenia

adalah :

1) Affective flattening adalah suatu gejala dimana seseorang hanya

menampakkan sedikit reaksi emosi terhadap stimulus, sedikitnya

bahasa tubuh dan sangat sedikit melakukan kontak mata. Dalam

hal ini, bukan berarti orang dengan skizofrenia tidak mempunyai

emosi. Orang dengan skizofrenia mempunyai dan merasakan

emosi pada dirinya namun tidak mampu mengekspresikannya.

2) Alogia adalah kurangnya kata pada individu sehingga dianggap

tidak responsif dalam suatu pembicaraan. Orang dengan

skizofrenia seringkali tidak mempunyai inisiatif untuk berbicara

kepada orang lain bahkan merasa takut berinteraksi dengan orang

lain sehingga sering menarik diri dari lingkungan sosial.

3) Avolition adalah kurangnya inisiatif pada seseorang seakan-akan

orang tersebut kehilangan energi untuk melakukan sesuatu.

c. Gejala kognitif

Gelaja kognitif yang muncul pada orang dengan skizofrenia

melibatkan masalah memori dan perhatian. Gejala kognitif akan

mempengaruhi orang dengan skizofrenia dalam melakukan aktivitas

sehari-hari seperti bermasalah dalam memahami informasi, kesulitan

menentukan pilihan, kesulitan dalam konsentrasi, dan kesulitan dalam

mengingat (Maramis, 2009).


21

6. Diagnosis

Penegakan diagnosis skizofrenia harus memenuhi kriteria

diagnosis skizofrenia yang telah ditentukan. Kriteria diagnosis

skizofrenia berdasarkan DSM-IV yaitu :

a. Gejala karakteristik

Gejala karakteristik pada orang dengan skizofrenia muncul dalam

jangka waktu yang signifikan dalam periode 1 bulan. Gejala

karakteristik yang mungkin muncul pada orang dengan skizofrenia

antara lain :

1) Keyakinan yang kuat terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak

nyata (delusi).

2) Mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya

tidak ada (halusinasi).

3) Cara bicara tidak teratur.

4) Tingkah laku yang tak terkontrol.

5) Munculnya gejala negatif seperti afek datar, pendiam, dan tidak

responsif.

b. Disfungsi sosial

Disfungsi sosial yaitu danya gangguan terhadap fungsi sosial atau

pekerjaan dalam jangka waktu tertentu.

c. Durasi

Terjadinya gangguan secara terus-menerus selama enam bulan yang

merupakan gejala karakteristik.


22

d. Gejala psikotik

Gejala psikotik yang muncul pada orang dengan skizofrenia tidak

disebabkan karena gangguan mood seperti pada bipolar, bukan karena

penggunaan obat, dan kondisi medik tertentu.

7. Penatalaksanaan

Tujuan utama dari penatalaksanaan skizofrenia adalah

mengembalikan fungsi normal klien dan mencegah kekambuhannya.

Belum ada pengobatan yang spesifik dalam masing-masing subtipe

skizofrenia (Prabowo, 2014). Menurut Maramis (2006) penatalaksanaan

skizofrenia adalah :

a. Terapi farmakologi

Obat-obatan yang digunakan dalam terapi farmakologi klien

skizofrenia adalah golongan obat antipsikotik. Penggunaan obat

antipsikotik digunakan dalam jangka waktu yang lama dikarenakan

obat antipsikotik berfungsi untuk terapi pemeliharaan, pencegah

kekambuhan, dan mengurangi gejala yang timbul pada orang dengan

skizofrenia (Prabowo, 2014). Obat antispikotik terdiri dari dua

golongan yaitu :

1) Antipsikotik tipikal

Antipsikotik tipikal merupakan antipsikotik generasi lama yang

mempunyai aksi mengeblok reseptor dopamin. Antipsikotik ini

lebih efektif untuk mengatasi gejala positif yang muncul pada

klien skizofrenia.
23

Tabel 1. Daftar obat antipsikotik tipikal


Nama Obat Dosis Harian
Chlorpromazine 30-800 mg
Flupenthixol 12-64 mg
Fluphenazine 2-40 mg
Haloperidol 1-100 mg
Sumber : Prabowo (2014)

2) Antipsikotik atipikal

Antipsikotik atipikal merupakan antipsikotik generasi baru yang

muncul pada tahun 1990-an. Aksi obat ini adalah mengeblok

reseptor dopamin yang rendah. Antipsikotik atipikal merupakan

pilihan pertama dalam terapi skizofrenia. Antipsikotik atipikal

efektif dalam mengatasi gejala positif maupun negatif yang

muncul pada orang dengan skizofrenia.

Tabel 2. Daftar obat antipsikotik atipikal


Nama Obat Dosis Harian
Clozapine 300-900 mg
Risperidone 1-40 mg
Loxapin 20-150 mg
Melindone 225 mg
Sumber : Prabowo (2014)

Menurut Ikawati (2011) pengobatan dan pemulihan

skizofrenia terdiri dari beberapa tahap pengobatan dan pemulihan,

yaitu :

1) Terapi fase akut

Pada fase akut ini, klien menunjukkan gejala psikotik yang jelas

dengan ditandai gejala positif dan negatif. Pengobatan pada fase

ini bertujuan mengendalikan gejala psikotik yang muncul pada


24

orang dengan skizofrenia. Pemberian obat pada fase akut

diberikan dalam waktu enam minggu.

2) Terapi fase stabilisasi

Pada fase stabilisasi klien mengalami gejala psikotik dengan

intensitas ringan. Pada fase ini klien mempunyai kemungkinan

besar untuk kambuh sehingga dibutuhkan pengobatan rutin

menuju tahap pemulihan.

3) Terapi fase pemeliharaan

Terapi pada fase pemeliharaan diberikan dalam jangka waktu

panjang dengan tujuan dapat mempertahankan kesembuhan klien,

mengontrol gejala, mengurangi resiko kekambuhan, mengurangi

durasi rawat inap, dan mengajarkan ketrampilan untuk hidup

mandiri. Terapi pada fase ini dapat berupa pemberian obat-obatan

antipsikotik, konseling keluarga, dan rehabilitasi.

b. Terapi non farmakologi

Menurut Hawari (2006) terapi non farmakologi yang diberikan pada

klien dengan skizofrenia antara lain :

1) Pendekatan psikososial

Pendekatan psikososial bertujuan memberikan dukungan

emosional kepada klien sehingga klien mampu meningkatkan

fungsi sosial dan pekerjaannya dengan maksimal. Menurut

Prabowo (2014) pendekatan psikososial yang dapat diberikan

pada klien skizofrenia dapat berupa :


25

a) Psikoterapi suportif

Psikoterpi suportif merupakan salah satu bentuk terapi yang

bertujuan memberikan dorongan semangat dan motivasi agar

penderita skizofrenia tidak merasa putus asa dan mempunyai

semangat juang dalam menghadapi hidup (Prabowo, 2014).

Pada klien skizofrenia perlu adanya dorongan berjuang untuk

pulih dan mampu mencegah adanya kekambuhan.

b) Psikoterapi re-edukatif

Bentuk terapi ini dimaksudkan memberi pendidikan ulang

untuk merubah pola pendidikan lama dengan yang baru

sehingga penderita skizofrenia lebih adaptif terhadap dunia

luar (Prabowo, 2014).

c) Psikoterapi rekontruksi

Psikoterapi rekontruksi bertujuan memperbaiki kembali

kepribadian yang mengalami perubahan disebabkan adanya

stresor yang klien tidak mampu menghadapinya (Ikawati,

2011).

d) Terapi tingkah laku

Terapi tingkah laku menggunakan stimulasi positif pada klien

skizofrenia sehingga akan timbul proses perubahan yang

positif yang bersumber dari teori psikologi tingkah laku

(behavior psichology).
26

e) Terapi keluarga

Terapi keluarga merupakan salah satu bentuk terapi yang

berupa pemberian edukasi pada keluarga dari penderita

skizofrenia dengan menggunakan berbagai media, misalnya

lefleat, video, alat elektronik, dan lain-lain.

f) Psikoterapi kognitif

Psikoterapi kognitif merupakan terapi pemulihan fungsi

kognitif sehingga penderita skizofrenia mampu membedakan

nilai-nilai sosial etika.

2) Electro convulsive therapy (ECT)

Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive theraphy (ECT)

adalah bentuk terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang

grand mall dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda

yang ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini digunakan dalam

menangani klien skizofrenia dengan intensitas 20-30 kali terapi.

Biasanya dilaksanakan setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali).

B. Konsep Perilaku Kekerasan

1. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada

diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007). Perilaku kekerasan juga

dapat diartikan perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan


27

untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol (Yosep,

2010). Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stresor

yang dialami oleh seseorang yang dapat menimbulkan kerugian baik pada

diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan (Keliat & Akemat, 2010).

Pendapat lain menyatakan perilaku kekerasan adalah suatu bentuk

perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun

psikologis (Dermawan, 2013).

Dari uraian beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan

perilaku kekerasan adalah perilaku seseorang yang timbul karena adanya

stresor sehingga timbul rasa marah yang tidak terkontrol dan

menunjukkan adanya tindakan yang membahayakan diri sendiri maupun

orang lain dan lingkungannya secara fisik.

2. Rentang respon marah

Rentang Respon Marah


p
Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Gambar 2. Rentang respon marah (Prabowo, 2014)


Keterangan :

Asertif : klien mampu mengungkapkan rasa marahnya tanpa

menyalahkan orang lain dan memberikan kelegaan.


28

Frustasi : klien gagal menuju mencapai tujuan kepuasan saat

marah dan tidak dapat menemukan alternatif.

Pasif : klien merasa tidak mampu mengungkapkan

perasaannya.

Agresif : klien mengekspresikan secara fisik tapi masih

terkontrol.

Kekerasan : perasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan hilang

kontrol serta amuk dan merusak lingkungannya.

3. Etiologi

Menurut Yosep (2010) perilaku kekerasan yang timbul pada

klien dengan gangguan jiwa disebabkan oleh dua faktor yaitu :

a. Faktor predisposisi

Menurut Prabowo (2014) ada beberapa teori terkait dengan timbulnya

perilaku kekerasan pada orang dengan gangguan jiwa, yaitu :

1) Faktor psikologi

Psychoanalitical theory ini mendukung bahwa perilaku agresif

merupakan sebuah naluri yang berdasarkan dua insting yaitu

insting hidup yang diekspresikan dengan seksualitas dan insting

kematian yang diekspresikan dengan agresivitas. Semua insting

tersebut dimulai dari adanya asumsi seseorang dalam mencapai

tujuan tertentu. Apabila tujuan tersebut tidak tersampaikan maka

akan timbul frustasi dan individu akan terstimulasi untuk


29

mewujudkan dalam bentuk perilaku yang merugikan yaitu

melukai orang, barang, dan lingkungannya.

2) Faktor sosial budaya

Social learning theory mengemukakan bahwa agresi tidak

berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresi dapat dipelajari

melalui observasi atau imitasi dan kuatnya stimulus yang diterima.

Jadi seseorang akan agresif sesuai dengan bagaimana orang

tersebut belajar dalam merespon keterbangkitan emosionalnya.

3) Faktor biologis

Neurobiological theory ini mengemukakan adanya perubahan

susunan persarafan saat seseorang agresif. Sistem limbik berperan

dalam peningkatan dan penurunan agresivitas neurotransmitter

seperti serotonin, dopamin, dan norepineprin.

b. Faktor presipitasi

Menurut Yosep (2010) faktor-fator yang dapat mencetuskan perilaku

kekerasan pada orang dengan gangguan jiwa antara lain :

1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis

solidaritas seperti dalam sebuah konser.

2) Ekspresi dari tidak tercapainya kebutuan dasar dan kondisi sosial

ekonomi.

3) Kesulitan dalam mengkonsumsikan sesuatu dalam keluarga serta

tidak membiasakan dialog untuk mencegah masalah cenderung

melakukan kekerasan dalam menyelesaikan masalah.


30

4. Manifestasi klinis

Menurut Yosep (2010) perawat dapat mengidentifikasi dan

mengobservasi marah dari beberapa hal, yaitu :

a. Fisik

Secara fisik, orang yang sedang marah tampak mata merah dan

melotot, pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah

merang dan tegang, serta postur tubuh kaku.

b. Verbal

Secara verbal, orang yang marah mengucapkan perkataan yang kotor

dan kasar, mengancam orang lain, serta berbicara dengan nada yang

tinggi dan keras.

c. Perilaku

Perilaku pada orang yang marah tidak terkontrol sehingga dapat

merusak diri sendiri, orang lain, barang, dan lingkungan disekitarnya.

d. Emosi

Emosi orang marah tidak adekuat, mudah tersinggung, merasa tidak

nyaman dan jengkel, serta sering mengamuk.

Menurut Keliat & Akemat (2006) timbul beberapa tanda pada

orang yang marah saat diobservasi dan diwawancarai tentang perilaku,

antara lain :

a. Muka merah dan tegang.

b. Pandangan tajam.

c. Mengatupkan rahang dengan kuat.


31

d. Mengepalkan tangan.

e. Berjalan mondar-mandir.

f. Bicara keras dan kasar.

g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak.

h. Mengancam secara verbal atau fisik,

i. Melempar atau memukul barang dan orang lain.

j. Tidak mampu mengendalikan perilaku kekerasan.

5. Mekanisme koping

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diharapkan pada

penatalaksanaan stres dan termasuk upaya penyelesaian masalah

langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi

diri (Stuart, 2013). Pada klien dengan perilaku kekerasan perlu adanya

pengkajian yang mendetail tentang mekanisme koping yang digunakan.

Menurut Prabowo (2014) mekanisme koping yang digunakan pada klien

dengan perilaku kekerasan untuk melindungi dirinya antara lain :

a. Sublimasi

Sublimasi merupakan menerima suatu sasaran pengganti yang mulia.

Misalnya orang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya

pada objek lain seperti meremas-remas adonan kue, meninju tembok,

dengan tujuan mengurangi ketegangan akibat rasa marah.

b. Proyeksi

Proyeksi adalah menyalahkan orang lain atas kesulitan yang dialami

atau keinginannya yang tidak tercapai. Misalnya, seorang wanita


32

menyangkal bahwa dirinya menggoda rekan kerjanya dan berbalik

menuduh orang lain yang merayu teman kerjanya.

c. Represi

Represi adalah mencegah pikiran yang menyakitkan atau

membahayakan masuk ke alam sadar. Misalnya seorang anak

membenci orang tuanya. Akan tetapi menurut ajaran yang diterima

klien membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik, sehingga

perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya dan dilupakan oleh orang

tersebut.

d. Reaksi formasi

Reaksi formasi adalah mencegah keinginan yang berbahaya bila

diekspresikan dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang

berlawanan dan menggunakaannya sebagai rintangan. Misalnya

seseorang yang tertarik pada teman suaminya, dia akan

memperlakukannya dengan perlakuan yang berbeda.

e. Deplacment

Deplacment adalah melepaskan perasaan yang tertekan biasanya

dengan menunjukkan perilaku yang destruktif, seperti memukul pintu,

meninju tembok, melempar barang, bahkan sampai dengan melukai

diri sendiri maupun orang lain.

6. Penatalaksanaan

Menurut Prabowo (2014) penatalaksanaan pada klien dengan

perilaku kekerasan antara lain :


33

a. Farmakoterapi

Klien dengan ekpresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang

tepat. Adapun pengobatan dengan antipsikotik yang mempunyai dosis

efektif tinggi seperti klopromazin yang berguna untuk mengendalikan

psikomotornya. Apabila serangan baru pertama kali maka gejala akan

hilang. Dosis dipertahankan selama satu bulan, namun bila serangan

lebih dari satu kali obat diberikan secara terus-menerus selama dua

bulan. Dosis klorpromazin dapat diberikan dalam rentang 30–800

mg/24 jam/oral.

b. Terapi okupasi

Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, akan tetapi terapi

ini bukan pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk

melakukan kegiatan dan mengembalikan kemampuan berkomunikasi,

karena itu dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi

segala bentuk kegiatan seperti membaca koran, main catur, dapat pula

dijadikan media yang penting. Setelah klien melakukan kegiatan

tersebut, klien diajak berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman

dan arti kegiatan tersebut bagi dirinya. Terapi ini merupakan langkah

awal yang harus dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitas setelah

dilakukannya seleksi dan ditentukan program kegiatannya.

c. Peran serta keluarga

Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan

perawat langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) klien. Perawat


34

membantu keluarga agar dapat melakukan lima tugas kesehatan, yaitu

mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan

kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga, menciptakan

lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada

pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi

masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptif (pencegahan

primer), menanggulangi perilaku maladaptif (pencegahan sekunder)

dan memulihkan perilaku maladaptif menuju perilaku adaptif

(pencegahan tersier) sehingga derajat kesehatan klien dan keluarga

dapat ditingkatkan secara optimal.

d. Terapi somatik

Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan

gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif

menjadi perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang

ditunjukkan pada kondisi fisik klien, tetapi target terapi adalah

perilaku klien.

e. Terapi kejang listrik

Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive theraphy (ECT)

adalah bentuk terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang grand

mall dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang

ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini digunakan dalam

menangani klien skizofrenia dengan intensitas 20-30 kali terapi.

Biasanya dilaksanakan setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali).


35

7. Pohon masalah

Resiko menciderai diri sendiri,


orang lain, dan lingkungan Effect

Perilaku kekerasan Core Problem

Koping individu tidak efektif

Faktor ekonomi, faktor psikososial, Causa


Faktor pendidikan, faktor biologis

Gambar 3. Pohon masalah resiko perilaku kekerasan (Dermawan, 2013)

C. Konsep Asuhan Keperawatan

Menurut Stuart (2007) keperawatan jiwa adalah proses

interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan

perilaku klien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem klien dapat

berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. American

Nurse Association mendefinisikan keperawatan kesehatan jiwa sebagai suatu

bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku

manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri yang bermanfaat sebagai

kiatnya.

Proses keperawatan adalah kerangka kerja yang sistematis untuk

menyediakan keperawatan profesional yang berkualitas berdasarkan ilmu

keperawatan yang mencakup aspek biologis-psikologis-sosial-spiritual-

kultural (Vaughans, 2013). Adapun proses keperawatan terdiri dari :


36

1. Pengkajian

Menurut Stuart (2007) pengkajian merupakan tahap awal dan

dasar utama dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengetahui

status kesehatan klien. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data

dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Pengkajian dilakukan

secara komprehensif untuk mendapatkan informasi yang lengkap dalam

mengembangkan daftar diagnosis keperawatan pada klien (Vaughans,

2013). Metode pengumpulan data dapat menggunakan observasi,

wawancara, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi. Hasil pengkajian

dapat berupa data subjektif yang berasal dari klien dan data objektif yang

berasal dari hasil pengamatan perawat serta studi dokumentasi yang

dilakukan.

Menurut Stuart (2007) pengkajian keperawatan jiwa pada klien

dengan gangguan jiwa khususnya dengan masalah perilaku kekerasan

berfokus pada lima dimensi, yaitu :

a. Fisik

Klien dengan gangguan jiwa khususnya dengan masalah perilaku

kekerasan menunjukkan tanda fisik seperti muka merah, berkeringat,

pandangan tajam, nafas pendek, tekanan darah meningkat, dan tangan

mengepal.
37

b. Emosional

Klien dengan gangguan jiwa khususnya dengan masalah perilaku

kekerasan biasanya mudah tersinggung, merasa tidak nyaman, merasa

jengkel, dan menyimpan dendam.

c. Sosial

Klien dengan gangguan jiwa khususnya dengan masalah perilaku

kekerasan mempunyai masalah dalam bersosialisasi seperti menarik

diri, pendiam, terlalu mempunyai rasa kecurigaan yang tinggi, dan

berperilaku marah yang merusak.

d. Intelektual

Klien dengan gangguan jiwa khususnya dengan masalah perilaku

kekerasan biasanya suka berdebat dan merasa dirinya paling benar.

e. Spiritual

Klien dengan gangguan jiwa khususnya dengan masalah perilaku

kekerasan merasa dirinya berkuasa dan berperilaku seolah-olah dirinya

memiliki kemampuan yang luar biasa.

Menurut Dermawan (2013) pengkajian fokus pada klien dengan

masalah perilaku kekerasan yaitu :

a. Faktor predisposisi

Adapun faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku

kekerasan antara lain :


38

1) Faktor biologis

a) Instinctual drive theory (teori dorongan naluri)

Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan

oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.

b) Psychosomatic theory (teori psikosomatik)

Pengalaman marah adalah akibat dari respos psikologis

terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan.

Dalam hal ini sistem limbik berperan sebagai pusat untuk

mengekspresikan maupun mengambat marah.

2) Faktor psikologis

a) Frustation aggresion theory (teori agresif-frustasi)

Menurut teori ini, perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari

akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu

untuk mencapai sesuatu gagalatau menghambat. Keadaan

tersebut dapat mendorong individu berperilaku agresif karena

perasaan frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.

b) Behavior theory (teori perilaku)

Kemarahan adalah proses belajar yang didapatkan apabila

tersedia fasilitas/situasi yang mendukung.

c) Eksistensial theory (teori eksistensi)

Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia. Apabila

kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui perilaku


39

kontruktif, maka individu akan memenuhinya melalui perilaku

destruktif.

3) Faktor sosiokultural

a) Social environment theory (teori lingkungan sosial)

Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individual dalam

mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung

individu untuk merespon asertif atau agresif.

b) Social learning theory (teori belajar sosial)

Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun

melalui proses sosialisasi.

b. Faktor presipitasi

Stresor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu

bersifat unik. Stresor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan

fisik, kehilanagan, kematian, dan lain-lain) maupun dari dalam (putus

cinta, takut terhadap penyakit fisik, dan lain-lain). Selain itu,

lingkungan yang terlalu ribut, padat, dan kritikan yang mengarah pada

penghinaan dan tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan.

c. Mekanisme koping

Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga

dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping

yang konstruktif dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme

koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego


40

seperti displacement, sublimasi, proyeksi, represi, denial, dan reaksi

formasi.

d. Perilaku

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :

1) Menyerang atau menghindar (fight or flight)

Pada keadaan ini, respon fisiologis timbul karena adanya reaksi

saraf otonom terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan

tekanan darah meningkat, denyut nadi meningkat, wajah merah,

pengeluaran saliva meningkat, kewaspadaan meningkat disertai

ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tangan

menjadi kaku, dan disertai reflek yang cepat (Prabowo, 2014).

2) Menyatakan secara asertif (assertivenesss)

Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan

rasa marah tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun

psikologis dan dapat mengembangkan diri klien.

3) Memberontak (acting out)

Perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik

perilaku “acting out” untuk menarik perhatian orang lain.

4) Perilaku kekerasan

Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,

orang lain, dan lingkungannya.


41

Dari berbagai uraian di atas, semua poin dapat dimasukkan dalam

bentuk skoring perilaku kekerasan yang dapat digunakan pada klien

dengan resiko perilaku kekerasan yang mengancam, klien dengan resiko

perilaku kekerasan saat ini, dan resiko perilaku kekerasan saat dirujuk.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai

status kesehatan atau masalah aktual atau resiko dalam rangka

mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk

mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan klien

yang ada pada tanggungjawabnya (Tarwoto & Wartonah, 2011).

Berdasarkan Nursing Diagnosis : Definitions and Classification

(NANDA) 2015-2017, diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis

tentang respon manusia terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan

atau kerentanan respon dari seorang individu, keluarga, kelompok, atau

komunitas sebagai dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk

mencapai hasil akhir (outcome) yang menjadi akuntabilitas perawat.

Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis yang jelas tentang

respon maunusia terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan seorang

individu, keluarga, kelompok atau komunitas yang digunakan dalam

penentuan intervensi yang dapat dipertanggungjawabkan perawat.

Dalam penegakan diagnosa keperawatan berdasarkan Nursing

Diagnosis : Definitios and Classification (NANDA) 2015-2017, ada tiga

komponen utama yang harus ada, yaitu :


42

a. Masalah (Problem) yang merupakan gambaran keadaan klien dimana

tindakan keperawatan dapat diberikan.

b. Penyebab (Etiology) yang menunjukkan penyebab keadaan atau

masalah kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi atau tindakan

keperawatan.

c. Tanda atau gejala (sign/sypmtom) yang merupakan informasi yang

diperlukan untuk merumuskan diagnosa keperawatan.

Berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) kesehatan jiwa

Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta, dalam

penegakan diagnosa keperawatan jiwa harus memenuhi dua komponen

yaitu :

a. Masalah atau respon klien terhadap masalah kesehatannya.

b. Karakteristik yang berupa tanda/gejala yang mendukung diagnosa

keperawatan.

Dilihat dari status kesehatan klien, diagnosa keperawatan dapat

dibedakan menjadi empat klasifikasi berdasarkan Nursing Diagnosis :

Definitios and Classification (NANDA) 2015-2017, yaitu :

a. Diagnosa keperawatan berfokus masalah

Diagnosa keperawatan berfokus masalah adalah diagnosa yang

menggambarkan penilaian klinis mengenai suatu respon manusia yang

tidak diinginkan terhadap kondisi kesehatan/proses hidup yang ada

pada individu, keluarga, kelompok atau komunitas.


43

b. Diagnosa keperawatan promosi kesehatan

Diagnosa keperawatan promosi kesehatan adalah diagnosa yang

menggambarkan penilaian klinis mengenai motivasi dan keinginan

untuk meningkatkan kesejahteraan serta mengaktualkan potensi

kesehatan manusia. Respon ini ditunjukkan dengan suatu kesiapan

untuk meningkatkan perilaku kesehatan spesifik dan dapat digunakan

pada status kesehatan yang mungkin ada pada individu, keluarga,

kelompok, atau komunitas.

c. Diagnosa keperawatan resiko

Diagnosa keperawatan resiko adalah diagnosa yang menggambarkan

suatu penilaian klinis mengenai kerentanan individu, keluarga,

kelompok, atau komunitas untuk mengembangkan suatu respon

manusia yang tidak diinginkan terhadap kondisi kesehatan/proses

hidup.

d. Diagnosa keperawatan sindrom

Diagnosa keperawatan sindrom adalah diagnosa yang menggambarkan

suatu penilaian klinis mengenai suatu klaster diagnosa keperawatan

spesifik yang terjadi bersamaan dan digabungkan bersama serta melalui

intervensi serupa.

Ada tiga tipe diagnosa keperawatan berdasarkan Standar Asuhan

Keperawatan (SAK) kesehatan jiwa Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah

Istimewa Yogyakarta, yaitu :


44

a. Diagnosa keperawatan aktual

Diagnosa keperawatan aktual adalah respon klien terhadap masalah

kesehatan atau proses kehidupan yang didukung oleh sekelompok

karakteristik/tanda daan gejala.

b. Diagnosa keperawatan resiko

Diagnosa keperawatan resiko adalah respon klien yang dapat timbul

dan ditunjang oleh faktor resiko yang memberikan kontribusi

terjadinya diagnosa keperawatan tersebut apabila tidak diantisipasi.

c. Diagnosa keperawatan kesejahteraan

Diagnosa keperawatan kesejahteraan adalah respon klien terhadap

tingkat kesehatan yang mempunyai potensi terhadap peningkatan

derajat kesehatan yang lebih tinggi.

Menurut Dermawan (2013) masalah keperawatan yang mungkin

muncul pada klien dengan perilaku kekerasan antara lain :

a. Harga diri rendah.

b. Perilaku kekerasan.

c. Ketidakefektifan koping.

d. Gangguan persepsi sensori : halusinasi.

e. Resiko perilaku kekerasan.

3. Perencanaan

Perencanaan keperawatan dibuat berdasarkan masalah dan

kebutuhan klien. Menurut Tarwoto & Wartonah (2011), pada tahap

perencanaan ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :


45

a. Penentuan prioritas masalah

Menurut Vaughans (2013), ada berbagai cara dalam penentuan

prioritas masalah keperawatan antara lain :

1) Penentuan berdasarkan Hierarki Kebutuhan Maslow yang

berbentuk piramida sebagai berikut :

Gambar 4. Piramida hierarki Maslow (Vaughans, 2014)

2) Penentuan berdasarkan Griffith-kenney Christensen dengan

prioritas urutan sebagai berikut :

a) Ancaman kehidupan dan kesehatan.

b) Sumber daya dan dana yang tersedia.

c) Peran serta klien.

d) Prinsip ilmiah dan praktik keperawatan.

b. Penentuan tujuan keperawatan

Penentuan rumusan tujuan keperawatan harus memperhatikan prinsip

SMART menurut Vaughans (2013), yaitu :

1) Specific (tujuan harus jelas dan tidak menimbulkan arti ganda).

2) Measurable (tujuan dapat diukur, diraba, dilihat, atau dirasakan).

3) Achievable (tujuan harus dapat dicapai).


46

4) Reasonable (tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah).

5) Time (tujuan keperawatan harus jelas waktu pencapaian dri tujuan

tersebut).

c. Penentuan rencana tindakan keperawatan

Dalam penentuan rencana tindakan keperawatan/intervensi harus

memperhatikan prinsip ONEC menurut Vaughans (2013), yaitu :

1) Observation (observasi).

2) Nursing Treatment (tindakan keperawatan).

3) Education (edukasi).

4) Colaboration (kolaborasi).

Menurut Keliat (2006) , perencanaan keperawatan jiwa terdiri

dari aspek tujuan umum, tujuan khusus, dan rencana tindakan

keperawatan. Tujuan umum berfokus pada penyelesaian permasalahan

diagnosa keperawatan jiwa tertentu. Tujuan khusus merupakan rumusan

kemampuan yang perlu dicapai atau dimiliki klien sesuai dengan masalah

dan kebutuhan klien (Dermawan, 2011). Menurut Keliat (2006), rencana

tindakan keperawatan pada klien dengan resiko perilaku kekerasan yaitu :

a. Tujuan umum (TUM)

Tujuan umum pada diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan

adalah klien mampu mengontrol perilaku kekerasannya.


47

b. Tujuan khusus (TUK)

1) Tuk 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya.

2) Tuk 2 : klien mampu mengenal dan memanfaatkan obat dengan

tepat.

3) Tuk 3 : klien mampu mengenal dan mengidentifikasi penyebab dan

tanda-tanda marah.

4) Tuk 4 : klien mampu mengontrol marah dengan teknik relaksasi

(napas dalam, distraksi, imaging).

5) Tuk 5 : klien mampu mengontrol marah dengan kegiatan positif

(menyapu, merapikan tempat tidur, membersihkan kamar mandi).

6) Tuk 6 : klien mampu mengontrol marah dengan asertif verbal

(meminta dan menolak dengan baik).

7) Tuk 7 : klien mampu mengontrol marah dengan cara spiritul

(berdo’a, sholat, berwudlu)

8) Tuk 8 : klien mendapatkan dukungan keluarga dalam pencegahan

perilaku kekerasan.

c. Rencana tindakan keperawatan

Rencana tindakan keperawatan dibuat berdasarkan tujuan khusus yang

akan dicapai. Menurut Keliat (2006), rencana tindakan keperawatan

jiwa pada klien dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan

sesuai dengan tujuan khusus yang akan dicapai adalah :


48

Tabel 3. Rencana keperawatan resiko perilaku kekerasan


Tujuan Khusus Intervensi
Tuk 1 : 1. Beri salam setiap
Klien dapat membina hubungan berinteraksi.
saling percaya 2. Sebutkan nama panggilan
perawat.
3. Tanyakan nama lengkap dan
nama panggilan kesukaan
klien.
4. Jelaskan tujuan pertemuan
dengan klien.
5. Tunjukkan sikap empati.
6. Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya.
7. Dengarkan dengan penuh
perhatian.
Tuk 2 : 1. Diskusikan dengan klien
Klien mampu mengenal dan tentang obat yang
memanfaatkan obat dengan dikonsumsi klien.
tepat 2. Bantu klien mengenal obat
yang dikonsumsi.
3. Jelaskan kepada klien
tentang dosis dan waktu
minum obat sesuai yang
telah diprogramkan.
4. Jelaskan kepada klien
tentang efek samping dari
obat yang dikonsumsi dan
apa yang harus dilakukan.
5. Beri reinforcment positive
jika klien mampu mengenal
dan memanfaatkan obat
dengan tepat.

Tuk 3 : 1. Beri kesempatan klien untuk


Klien mampu mengenal dan mengungkapkan perasaan
mengidentifikasi penyebab dan klien.
tanda-tanda marah 2. Bantu klien mengenal
penyebab dan tanda-tanda
marah.
3. Bantu klien mengidentifikasi
penyebab dan tanda marah
yang muncul pada klien.
4. Beri reinforcment positive
pada klien.
49

Lanjutan
Tuk 4 : 1. Diskusikan dengan klien
klien mampu mengontrol marah teknik relaksasi yang akan
dengan teknik relaksasi (napas dilakukan klien.
dalam, distraksi, imaging) 2. Ajarkan klien teknik
relaksasi (napas dalam,
distraksi, imaging).
3. Dorong klien mempraktikkan
teknik relaksasi secara
mandiri.
4. Anjurkan klien untuk
memasukkan kegiatan klien
dalam kegiatan harian.
5. Beri reinforcment positive
pada klien.
Tuk 5 : 1. Dorong klien untuk
klien mampu mengontrol marah mengalihkan rasa marah
dengan kegiatan positif dengan kegiatan positif
(menyapu, merapikan tempat (menyapu, merapikan tempat
tidur, membersihkan kamar tidur, membersikan kamar
mandi) mandi).
2. Bantu klien menentukan
kegiatan yang dapat
dilakukan dalam mengontrol
marah.
3. Dorong klien untuk
mempraktikkan kegiatan
yang dipilih secara mandiri.
4. Anjurkan klien untuk
memasukkan kegiatan klien
dalam kegiatan harian.
5. Beri reinforcment positive
pada klien.

Tuk 6 : 1. Ajarkan klien cara menolak


Klien mampu mengontrol dan meminta yang baik.
marah dengan asertif verbal 2. Dorong klien mempraktikkan
(meminta dan menolak dengan cara menolak dan meminta
baik) yang baik.
3. Anjurkan klien untuk
memasukkan kegiatan klien
dalam kegiatan harian.
4. Beri reinforcment positive
pada klien.
50

Lanjutan
Tuk 7 : 1. Diskusikan dengan klien
Klien mampu mengontrol terkait kegiatan ibadah yang
marah dengan cara spiritul biasa dilakukan klien.
(berdo’a, sholat, berwudlu) 2. Dorong klien menentukan
kegiatan ibadah yang dapat
dilakukan dalam mengontrol
marah.
3. Anjurkan klien memasukkan
kegiatan klien dalam
kegiatan harian.
4. Beri reinforcment positive
pada klien.
Tuk 8 : 1. Diskusikan dengan keluarga
Klien mendapatkan dukungan dalam upaya pencegahan
keluarga dalam pencegahan perilaku kekarasan pada
perilaku kekerasan. klien.
2. Anjurkan keluarga ikut
berperan serta dalam
merawat klien dan mencegah
kekambuhan saat klien sudah
dibawa pulang.

4. Implementasi

Implementasi merupakan fase dimana rencana keperawatan

diaplikasikan kepada klien dalam bentuk tindakan yang komprehensif

(Vaughans, 2013). Menurut Tarwoto & Wartonah (2011), tindakan

keperawatan digolongkan menjadi tiga yaitu :

a. Tindakan mandiri (independen)

Tindakan mandiri (independen) merupakan tindakan perawat yang

didasarkan pada kesimpulan dan keputusan sendiri bukan merupakan

petunjuk atau perintah dari petugas lain.

b. Tindakan delegasi (dependen)

Tindakan delegasi (dependen) merupakan tindakan perawat

berdasarkan dengan instruksi dari atasan atau dari tim kesehatan lain.
51

c. Tindakan kolaborasi (colaboration)

Tindakan kolaborasi (colaboration) merupakan tindakan yang

didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter, ahli gizi,

fisioterapis, dan tim kesehatan lainnya.

Menurut Keliat (2006) perawat dalam mengimplementasikan

rencana tindakan keperawatan harus mampu mencegah keparahan menjadi

meningkat, mempertahankan dan memulihkan kesehatan fisik maupun

mental klien, serta harus memperhatikan standar pelayanan dan asuhan

keperawatan yang dimodifikasi sesuai kebutuhan klien.

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah penilaian keberhasilan pemberian

asuhan keperawatan yang diberikan pada klien berdasarkan tujuan yang

dicapai (Vaughans, 2013). Menurut Tarwoto & Wartonah (2011), evaluasi

dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Evaluasi proses (formatif) yang dilakukan setiap selesai melaksanakan

tindakan keperawatan. Evaluasi ini menggunakan format SO

(Subjektif, Objektif).

b. Evaluasi hasil (sumatif) yang dilakukan dengan cara membandingkan

respon klien dengan tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi hasil

menggunakan format SOAP (Subjektif, Objektif, Analisis,

Perencanaan).
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Identitas klien

Nama : Sdr. “S”

Umur : 27 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SMK

Suku bangsa : Jawa/Warga Negara Indonesia

Alamat : Yogyakarta

Nomor rekam medis : 0083373

Informan : Klien, rekam medis, dan tim kesehatan lain

Tanggal masuk dirawat : 5 Mei 2016

Tanggal Pengkajian : 16 Mei 2016

2. Kondisi sakit saat ini

Klien mengatakan dibawa ke rumah sakit oleh paman, bibi, dan ayahnya

klien sering memukul pintu, membanting telepon genggam, dan memukul

adiknya sejak tanggal 29 April 2016. Klien mengatakan ibunya sering

marah-marah sejak klien lulus SMK dan belum bekerja. Pada akhirnya

klien mendapat pekerjaan di toko. Namun ibu klien tetap sering marah

kepada klien dan mengunggulkan adiknya. Saat dikaji lebih lanjut, klien

mengatakan ibunya sering mengunggulkan adiknya karena adiknya sering

52
53

menjadi juara kelas sedang klien hanya biasa- biasa saja. Klien dibawa ke

rumah sakit untuk yang pertama kali pada tanggal 5 Mei 2016.

Diagnosis Medis :

Axis 1 : F20.3 skizofrenia tak terinci (undifferentiated)

Axis 2 : F60.3 gangguan kepribadian emosional tidak stabil

Axis 3 : belum ada

Axis 4 : masalah dengan “primary support group” (keluarga)

Axis 5 : GAF 100-91 gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada

masalah yang tak tertanggulangi

3. Riwayat masa lalu (faktor predisposisi dan presipitasi)

a. Pernah mengalami masalah gangguan jiwa di masa lalu?

Ya √ Tidak

Jelaskan :

Klien mengatakan baru pertama kali dibawa ke rumah sakit jiwa.

b. Riwayat pengobatan sebelumnya dan keberhasilannya

Klien baru pertama kali dibawa ke rumah sakit jiwa.

c. Apakah klien pernah mengalami masalah-masalah di bawah ini

Jika ya, beri tanda √ jika tidak beri tanda X

Tabel 4. Masalah yang pernah dialami klien


Komponen Ya /Tidak Jelaskan
Kehilangan anggota X
keluarga/ orang yang
dicintai
Masalah ekonomi dan X
pekerjaan /menganggur/
PHK
Kehilangan harta X
benda/barang berharga
54

Lanjutan
Kehilangan anggota tubuh X
akibat trauma
Menderita penyakit X
menahun/kronis
Masalah Pendidikan (tidak X
naikkelas/putus sekolah/dll
Penolakan/kegagalan X
Kekerasan dalam √ Menurut klien, keluarga
keluarga/masyarakat klien membeda-
(aniaya bedakan antara adiknya
fisik/psikologis/seksual) dengan klien
Tindakan kriminal X
Memiliki peran yang baru X

d. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?

Ya √ Tidak

Jelaskan :

Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengalami

gangguan jiwa dan belum pernah ada keluarganya yang dibawa ke rumah

sakit jiwa.

4. Mekanisme koping

a. Jenis mekanisme koping

Negosiasi /Kompromi Displacement



Tehnik relaksasi Regresi

Aktivitas konstruktif Menghindar

√ Lainnya, sebutkan : supresi Mencederai diri

b. Sumber Mekanisme Koping :

Kemampuan personal Keyakinan positif

Dukungan sosial Aset materi


55

Jelaskan :

Klien mengatakan jika mempunyai masalah hanya memilih diam dan

terkadang mengurung diri di kamar. Satu minggu sebelum klien dibawa

ke rumah sakit jiwa yaitu sejak 29 April 2016, klien sering memukul

pintu, membanting telepon genggam, bahkan sampai memukul adiknya.

5. Pengkajian fisik

a. Keadaan umum : √ Baik Sedang Lemah

b. Tingkat kesadaran : composmentis E : 4, V : 5, M : 6

c. Tanda vital :

TD : 100/80 mmHg N : 80x/menit

S : 36, 8◦ C RR : 18x/ menit

d. Ukur : TB :168 cm BB: 52 Kg

IMT = BB/(TB)2

= 52/(1,68)2

= 18,4 (Normal)

Jadi hasil IMT klien 18.4 termasuk kategori normal dengan nilai standar

yaitu :

< 18 : underweight

18-24 : normal

< 24 : overweight

e. Keluhan fisik : Ya Tidak √

Jelaskan:
56

Klien mengatakan tidak ada keluhan dengan badannya, namun klien

mengatakan mengantuk dan kadang pusing setelah minum obat.

f. Pemeriksaan fisik :

1) Rambut

Rambut klien pendek, berwarna hitam merata, tidak terdapat kutu

namun terdapat ketombe.

2) Mata

Mata klien kanan-kiri simetris, tidak tampak adanya lesi, tidak tampak

adanya perdarahan, pupil mata kanan-kiri isokor dengan diameter 3

cm, konjungtiva ananemis, tidak terasa nyeri tekan.

3) Telinga

Telinga klien kanan-kiri simetris, tidak tampak adanya lesi, tidak

tampak adanya perdarahan, tidak terdapat akumulasi serumen di

telinga klien.

4) Hidung

Hidung simetris, tidak tampak adanya lesi, tidak tampak adanya

perdarahan, tidak terdapat polip nasal, tidak tampak pergerakan

cuping hidung, dan tidak terasa nyeri tekan.

5) Mulut

Mulut tampak agak kering, tidak tampak adanya perdarahan, tidak

tampak adanya lesi, tidak terdapat stomatitis.


57

6) Leher

Leher kanan-kiri simetris, tidak tampak adanya perdarahan, tidak

tampak adanya lesi, tidak tampak perbesaran kelenjar tiroid, tidak

terasa nyeri tekan, dan reflek menelan baik.

7) Dada & paru

Inspeksi : bentuk normal chest, tidak tampak adanya lesi, dan

tidak tampak adanya perdarahan.

Palpasi : fremitus suara kanan-kiri sama, tidak terasa nyeri

tekan, dan tidak ada ketinggalan napas.

Perkusi : sonor.

Auskultasi : vesikuler.

8) Kardiovaskuler

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak.

Palpasi : ictus cordis tidak teraba, batas jantung kanan atas

intercostal II linea sternalis dextra, batas jantung

kanan bawah intercostal IV linea sternalis dextra,

batas jantung kiri bawah intercostal II linea sternalis

sinistra, dan batas jantung kiri atas intercostal IV linea

sternalis sinistra.

Perkusi : redup.

Auskultasi : suara jantung S1-S2 periodik.


58

9) Abdomen

Inspeksi : tidak tampak adanya lesi, tidak tampak adanya

perdarahan, dan tidak tampak adanya pembengkakan.

Auskultasi : peristaltik 7 x/ menit (batas normal 5- 35 x/ menit).

Palpasi : supel dan tidak terasa nyeri tekan.

Perkusi : timpani.

10) Ekstremitas

Anggota gerak atas-bawah lengkap, tidak terdapat lesi, tidak terdapat

perdarahan, tidak terdapat disabilitas, kekuatan otot maksimal yaitu

5.

Kekuatan otot

5 5

5 5

Gambar 5. Kekuatan otot

Keterangan :

1 = tidak ada gerakan

2 = gerakan otot penuh menumpang grafitasi

3 = gerakan normal menumpang

4 = gerakan menentang dengan grafitasi dengan sedikit tahanan

5 = gerakan normal dengan menentang grafitasi dengan tahanan penuh


59

11) Kulit atau integumen

Kulit berwarna sawo matang, tidak tampak adanya lesi, tidak tampak

adanya perdarahan

g. Riwayat pengobatan penyakit fisik

Klien mengatakan saat sakit hanya minum obat warung seperti mextril

dan antangin. Klien juga mengatakan belum pernah dirawat di rumah

sakit

6. Pengkajian psikososial

a. Genogram (data dari klien)

X X X X

27

Gambar 6. Genogram

Keterangan :

= Laki-laki meninggal

X = Perempuan meninggal

= Laki-laki hidup

= Perempuan hidup

27 = Klien laki-laki 27 tahun


60

= Garis perkawinan

= Garis keturunan

= Garis tinggal serumah

Penjelasan :

Klien mengatakan dirinya laki-laki berumur 27 tahun. Klien anak

pertama dari tiga bersaudara. Klien tinggal serumah dengan kedua orang

tuanya dan kedua adiknya. Klien mengatakan dalam keluarganya tidak

terdapat riwayat gangguan jiwa maupun sakit seperti jantung, darah

tinggi, stroke, dan diabetes mellitus.

b. Konsep diri

1) Gambaran diri

Klien mengatakan tidak ada yang kurang dengan tubuhnya. Klien

mengatakan tubunya mampu berfungsi dengan baik dan klien merasa

baik- baik saja.

2) Identitas diri

Klien mengatakan berjenis kelamin laki-laki berumur 27 tahun dan

belum menikah.

3) Peran

Klien mengatakan di rumah berperan sebagai seorang anak dan kakak.

Klien mengatakan tidak ada masalah dalam menjalankan peran

tersebut. Klien juga mengatakan mampu menjalankan perannya

sebagai masyarakat dengan baik. Klien di rumah sakit sebagai klien

dan dapat menjalankan perannya dengan baik. Klien mampu


61

bersosialisasi dengan teman, perawat, dokter dan pegawai yang ada di

lingkungan klien tinggal sekarang.

4) Ideal diri

Klien mengatakan ingin cepat pulang dan bekerja kembali. Klien

mengatakan merasa tidak dimengerti oleh ibunya dikarenakan ibunya

sering marah kepada klien.

5) Harga diri

Klien mengatakan merasa dihargai sebagai seorang klien di rumah

sakit dan merasa nyaman saat bekerja di toko tempatnya bekerja.

Namun klien mengatakan merasa kurang dihargai oleh adiknya di

rumah. Akan tetapi klien tidak merasa malu dan tidak berkecil hati.

c. Hubungan dengan keluarga da masyarakat :

1) Di rumah (keluarga dan masyarakat)

Klien mengatakan dapat berhubungan dengan baik dengan keluarga

maupun masyarakat yang ada di lingkungannya. Klien mengatakan

sering mengikuti kegiatan pertemuan pemuda di lingkungannya dan

aktif dalam kegiatan kemasyarakatan lainnya.

2) Di rumah sakit/ lingkungan tempat tinggal saat ini

Klien mengatakan dapat berhubungan dengan baik dengan teman-

teman, perawat, mahasiswa, dokter, dan pegawai yang ada di rumah

sakit.
62

3) Hasil observasi perilaku terkait dalam hubungan sosial

Dari hasil observasi, didapatkan hasil klien tampak mau dan dan

mampu bersosialisasi dengan teman, mahasiswa, dokter, dan pegawai

yang ada di rumah sakit. Klien juga mengikuti kegiatan yang telah

diprogramkan dari rumah sakit.

d. Spiritual/ keagamaan

1) Nilai dan keyakinan

Klien mengatakan dirinya tidak sakit jiwa tapi hanya stres saja

dikarenakan ibunya sering marah dan membeda-bedakan dirinya

dengan adiknya.

2) Kegiatan ibadah

Klien mengatakan mgerjakan sholat lima waktu dan mengikuti

kegiatan do’a bersama setiap pagi.

7. Pengkajian status mental

a. Penampilan fisik

Tidak rapi

Rambut kotor dan kusam

Penggunaan pakaian tidak sesuai

Gigi kotor

Cara berpakaian tidak seperti biasanya

Badan bau

Kuku panjang dan kotor


63

Jelaskan :

Penampilan klien tampak rapi, klien memakai pakaian yang sesuai,

badan klien tidak bau, kuku klien bersih dan pendek, rambut klien bersih

dan tidak kusam, serta gigi klien tampak bersih.

b. Pembicaraan

Cepat √ Lambat

Apatis Gagap

Keras Membisu

Inkoheren Tidak mampu memulai pembicaraan

Jelaskan :

Klien berbicara lambat namun benar dan tidak gagap. Klien tampak

santai dan kooperatif saat diajak bercakap-cakap.

c. Aktivitas Motorik

Lesu Tegang Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif



Jelaskan :

Klien tremor saat diajak bersalaman dan saat klien menjulurkan kedua

tangannya.

d. Alam perasaan

√ Sedih Takut Putus asa Khawatir Euforia

Jelaskan :

Klien mengatakan sedih dan cemas karena ingin pulang dan ingin bekerja

lagi. Klien mengatakan tidak sedih yang berlebihan.


64

e. Afek

√ Appropiate

Inappropiate

Datar

Tumpul

Labil

Jelaskan :

Klien menunjukkan afek yang sesuai dengan apa yang disampaikan. Saat

ditanya tentang ibunya, klien tampak jengkel dan matanya tampak seperti

melotot. Klien juga tampak kebingungan saat ditanya terkait dengan

gangguan jiwa, cara menghindari kekambuhan, sumber koping, dan obat

yang diminumnya.

f. Interaksi selama wawancara

Bermusuhan

Curiga

Defensif

Kotak mata mudah beralih

Tidak kooperatif

Mudah tersinggung

Kontak mata tidak ada

Jelaskan :

Klien kooperatif saat diajak bercakap-cakap dan menjawab pertanyaan

yang diajukan.
65

g. Persepsi Sensori (klien mengatakan tidak mengalami halusinasi, tidak

mendengar bisikan-bisikan maupun bayangan yang tidak nyata)

Jenis :

Isi :

Waktu munculnya halusinasi :

Frekuensi halusinasi muncul :

Stresor Pencetus :

Responsi /perasaan saat halusinasi muncul :

Tindakan yang telah dilakukkan untuk menghilangkan halusinasi :

Keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan:

h. Proses pikir

Sirkumtansial Tangensial

Flight of idea Blocking

Pengulangan pembicaraan /perseverasi

Jelaskan :

Klien tidak mengalami gangguan dalam proses pikir, klien mampu

menjawab pertanyaan yang diajukan, dan klien kooperatif saat diajak

bercakap-cakap.

i. Isi pikir

Obsesi Fobia Depersonalisasi Ide terkait

Waham :

Hipokondria Magic Agama Kebesaran

mistik
66

Somatik Nihilistik Curiga

Waham bizar :

Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir

Jelaskan :

Klien tidak mengalami gangguan isi pikir dan tidak mengalami waham.

j. Tingkat kesadaran (secara kualitatif)

√ Bingung Sedasi Stupor

Jelaskan:

Klien tampak bingung saat ditanya tentang pengetahuan klien terkait

penyakit jiwa, pencegahan kekambuhan penyakit jiwa, sumber koping,

dan obat-obatan yang diminum klien.

Disorientasi :

Waktu Tempat Orang

Jelaskan :

Klien mampu menjawab pertanyaan dengan tepat tentang waktu, tempat,

dan orang.

k. Memori

Gangguan daya ingat Gangguan daya ingat

jangka panjang jangka pendek

Gangguan daya ingat saat Konfabulasi

ini
67

Jelaskan :

Klien tidak mengalami kerusakan memori. Klien mampu mengingat

kejadian masa lampau maupun kejadian masa kini.

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Mudah beralih

Tidak mampu konsentrasi

Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan :

Klien mampu berkosentrasi dan mampu berhitung mulai dari

penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian sampai dengan

angka ratusan.

m. Kemampuan penilaian

Gangguan penilaian ringan

Gangguan penilaian bermakna

Jelaskan :

Klien tidak mengalami gangguan penilaian baik ringan maupun

bermakna.

n. Daya tilik diri

√ Mengingkari penyakit yang diderita

Menyalahkan hal-hal yang diluar dirinya

Jelaskan:

Klien mengatakan tidak sakit jiwa tapi hanya stres dikarenakan ibunya

sering marah klien dan menbeda-bedakan antara klien dengan adiknya.


68

Klien juga mengatakan cemas. Setelah dikaji didapatkan skor 14

(kecemasan ringan) berdasarkan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).

8. Kebutuhan persiapan pulang

Tabel 5. Kebutuhan persiapan pulang


Tingkat
No Aspek yang Dinilai
kemampuan
1 Makan
a. Kemampuan menyiapkan makanan 2
b. Kemampuan membersihkan alat makan 2
c. Kemampuan menempatkan alat makan dan 2
minum ditempatnya
2 BAB/BAK
a. Kemampuan mengontrol BAK/BAB di 2
WC
b. Kemampuan membersihkan WC 2
c. Kemampuan membersihkan diri 2
d. Kemampuan memakai pakaian/celana 2
3 Mandi
a. Kemampuan dalam mandi 2
b. Kemampuan dalam menggosok gigi 2
c. Kemampuan dalam keramas 2
d. Kemampuan dalam potong kuku dan 2
rambut
4 Berpakaian/berdandan
a. Kemampuan memilih pakaian 2
b. Kemampuan memakai pakaian 2
c. Kemampuan mengatur frekuensi ganti 2
pakaian
d. Kemampuan mencukur jenggot (laki-laki) 2
e. Kemampuan berhias (perempuan) -
f. Kemampuan menyisir rambut 2
5 Istirahat dan tidur
a. Kemampuan untuk mengatur waktu tidur 1
b. Kemampuan merapikan sprei dan selimut 2
c. Kemampuan untuk tidur dengan bantuan 1
obat

6 Penggunaan obat 1
Kemampuan pengaturan penggunaan obat 1

7 Pemeliharaan kesehatan
a. Perawatan lanjutan (puskesmas, 1
RS)Perawat, dokter)
69

Lanjutan

b. Perawatan pendukung(keluarga, pengawas 1


minum obat )
8 Kegiatan di dalam rumah
a. Kemampuan mempersiapkan makanan 2
b. Kemampuan menjaga kerapihan rumah 2
c. Kemampuan mencuci pakaian 2
d. Kemampuan pengaturan keuangan 2
9 Kegiatan di luar rumah
a. Kemampuan berbelanja 2
b. Kemampuan transportasi 2

Keterangan :

0 = Bantuan total

1 = Bantuan Minimal

2 = Mandiri

9. Pengetahuan kurang tentang :

Penyakit jiwa System pendukung



Pencegahan kekambuhan Obat-obatan yang
√ √
diminum

√ Sumber koping Sembuh sosial

Manajemen hidup sehat

Jelaskan :

Klien mengatakan bingung dan belum tau tentang penyakit jiwa dan

bagaimana supaya tidak kambuh. Klien juga mengatakan belum tahu

tentang obat yang diminum dan apa saja sumber koping yang dapat

digunakan.
70

10. Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium

Tabel 6. Hasil pemeriksaan laboratorium


Tanggal Tes Hasil Nilai Normal Keterangan
6 Mei 2016 Kimia darah
SGOT 23 <37 IU/L Normal
SGPT 15 <42 IU/L Normal
Ureum 28.0 10 – 50 mg/dL Normal
Kreatinin 0.93 0.6–1.1 mg/dL Normal
Hematologi
Hemoglobin 15.5 14-18 gr/dL Normal
3
Leukosit 7.8 5-11 ribu/mm Normal
Hematokrit 44.1 40 – 50 % Normal
Trombosit 226 150- 450 gr/dL Normal
Imunologi
HbsAg Non- Non- reaktif Normal
reaktif
Sumber : Rekam medis klien

b. Data diagnostik

Hasil :

Pada klien tidak dilakukan pemeriksaan diagnostik.

11. Terapi medis

Tabel 7. Terapi obat


No Nama Obat Dosis Efek Terapi Perhatian
/Rute Perawat
1 Risperidon 2 mg/12 Ansietas, sakit - Anjurkan
jam/oral kepala, klien untuk
mengantuk, istirahat
mual, dan setelah
muntah minum obat
jika klien
sakit kepala
dan
mengantuk.
- Anjurkan
klien untuk
minum
hangat saat
71

Lanjutan

terasa mual
dan muntah
2 Trihexylphenidyl 2 mg/12 Mulut kering, - Anjurkan
jam/oral penglihatan klien untuk
kabur, pusing, istirahat
dan setelah
mengantuk. minum obat
jika klien
pusing dan
mengantuk.
- Anjurkan
klien untuk
minum air
putih yang
banyak jika
mulut
kering.
3 Clozapin 25 mg/24 Mual, muntah, - Anjurkan
jam/oral pusing, dan klien untuk
mengantuk istirahat
setelah
minum obat
jika klien
sakit kepala
dan
mengantuk.
- Anjurkan
klien untuk
minum
hangat saat
terasa mual
dan muntah
Sumber : Rekam medis klien

12. Penilaian skor kategori klien

Skrening awal : apakah Sdr. “S” punya keinginan/ide bunuh diri /ide pulang

paksa dari klien ? Ya/tidak (jika Ya, berarti klien langsung masuk kategori

IV/krisis). Jawaban : tidak.


72

Variabel :

a. Menciderai diri/orang lain : 16 (resiko kecil)

b. Komunikasi : 0 (ada respon, sesuai, lancar)

c. Interaksi Sosial : 0 (bersedia melakukan interaksi)

d. ADL

1) Makan : 0 (mandiri)

2) Mandi : 0 (mandiri)

3) Berpakaian : 0 (mandiri)

e. Tidur /istirahat : 0 (mandiri)

f. Pengobatan oral/injeksi : 3 (partisipasi dengan intervensi satu-satu)

g. Aktifitas terjadwal

1) Makan : 0 (mandiri/mengikuti)

2) Mandi : 0 (mandiri/mengikuti)

3) Berpakaian : 0 (mandiri/mengikuti)

Hasil

Skor Total Klien : 19

Kategori : kategori I

a. Tahap penanganan : health promotion

b. Tujuan perawatan : tingkat kesejateraan

c. Fokus pengkajian : kualitas hidup dan kesejahteraan

d. Prinsip intervensi : inspirasi dan validasi

e. Hasil Yang Diharapkan : mencapai kualitas hidup maksimal

Skor resiko perilaku kekerasan : 5 (resiko sedang) (skoring terlampir)


73

ANALISA DATA

Tabel 8. Analisa data


Hari/tanggal Data Masalah Tanda
keperawatan tangan
Nama terang
Senin, 16 Mei DS : Resiko perilaku
2016 Klien mengatakan dibawa kekerasan
ke rumah sakit oleh paman,
bibi, dan ayahnya klien
sering memukul pintu,
membanting telepon
genggam, dan memukul
adiknya sejak tanggal 29
April 2016.
DO :
- Skor RPK = 5 (resiko
sedang).
- Saat ditanya tentang
ibunya, klien tampak
jengkel dan matanya Julia Mar-
tampak seperti melotot. atul
Maslahah
Senin, 16 Mei DS : Ketidakefektifan
2016 Klien mengatakan jika koping
mempunyai masalah hanya
memilih diam dan
terkadang mengurung diri
di kamar. Satu minggu
sebelum klien dibawa ke
rumah sakit jiwa yaitu sejak
29 April 2016, klien sering
memukul pintu,
membanting telepon
genggam, bahkan sampai
memukul adiknya.
DO :
Klien mengatakan belum
tahu tentang mekanisme Julia Mar-
koping yang dapat atul
digunakan. Maslahah
Senin, 16 Mei DS : Resiko jatuh
2016 Klien mengatakan
mengantuk dan kadang
pusing setelah minum obat.
74

Lanjutan

DO :
Klien mendapatkan
pengobatan yang semuanya
memiliki efek samping
pusing, mengantuk, mual
Julia Mar-
dan muntah.
atul
Maslahah
Senin, 16 Mei DS : Ansietas
2016 Klien mengatakan sedih dan
cemas karena ingin pulang
dan ingin bekerja lagi.
Klien mengatakan tidak
Julia Mar-
sedih yang berlebihan.
atul
DO :
Maslahah
Skor HARS = 14
(kecemasan ringan)
Senin, 16 Mei DS : Kurang
2016 Klien mengatakan bingung pengetahuan
dan belum tau tentang
penyakit jiwa dan
bagaimana supaya tidak
kambuh. Klien juga
mengatakan belum tahu
tentang obat yang diminum
dan apa saja sumber koping
yang dapat digunakan.
DO :
Klien tampak kebingungan
saat ditanya terkait dengan
gangguan jiwa, cara
Julia Mar-
menghindari kekambuhan,
atul
sumber koping, dan obat
Maslahah
yang diminumnya.
75

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko perilaku kekerasan, ditandai dengan :

DS :

Klien mengatakan dibawa ke rumah sakit oleh paman, bibi, dan ayahnya

klien sering memukul pintu, membanting telepon genggam, dan memukul

adiknya sejak tanggal 29 April 2016.

DO :

- Skor RPK = 5 (resiko sedang).

- Saat ditanya tentang ibunya, klien tampak jengkel dan matanya tampak

seperti melotot.

2. Kurang pengetahuan, ditandai dengan :

DS :

Klien mengatakan bingung dan belum tau tentang penyakit jiwa dan

bagaimana supaya tidak kambuh. Klien juga mengatakan belum tahu

tentang obat yang diminum dan apa saja sumber koping yang dapat

digunakan.

DO :

Klien tampak kebingungan saat ditanya terkait dengan gangguan jiwa, cara

menghindari kekambuhan, sumber koping, dan obat yang diminumnya.


76

3. Ketidakefektifan koping, ditandai dengan :

DS :

Klien mengatakan jika mempunyai masalah hanya memilih diam dan

terkadang mengurung diri di kamar. Satu minggu sebelum klien dibawa ke

rumah sakit jiwa yaitu sejak 29 April 2016, klien sering memukul pintu,

membanting telepon genggam, bahkan sampai memukul adiknya.

DO :

Klien mengatakan belum tahu tentang mekanisme koping yang dapat

digunakan.

4. Ansietas, ditandai dengan :

DS :

Klien mengatakan sedih dan cemas karena ingin pulang dan ingin bekerja

lagi. Klien mengatakan tidak sedih yang berlebihan.

DO :

Skor HARS = 14 (kecemasan ringan).

5. Resiko jatuh, ditandai dengan :

DS :

Klien mengatakan mengantuk dan kadang pusing setelah minum obat.


77

DO :

Klien mendapatkan pengobatan yang semuanya memiliki efek samping

pusing, mengantuk, mual dan muntah.


78

C. Perencanaan Keperawatan

Nama klien : Sdr. “S” Ruang : Nakula

No. RM : 0083373 Mahasiswa : Julia Mar-atul maslahah

Diagnosa medis : F20.3 Skizofrenia tak terinci

Tabel 9. Perencanaan keperawatan resiko perilaku kekerasan


Diagnosa keperawatan : resiko perilaku kekerasan
Hari/tanggal Perencanaan Tanda
Waktu Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional tangan
Nama
terang
Senin, 16 Mei Tujuan Umum :
2016 Klien mampu
12.30 WIB mengontrol
perilaku
kekerasan

TUK 1 : Setelah dilakukan 1. Beri salam setiap 1. Hubungan saling


Klien mampu 2 kali interaksi, berinteraksi. percaya dapat
membina klien menunjukkan 2. Sebutkan nama mempermudah
hubungan saling tanda-tanda lengkap dan nama dalam
percaya. percaya pada panggilan perawat. berinteraksi
perawat yaitu : 3. Tanyakan nama selanjutnya.
lengkap dan nama
79

Lanjutan
panggilan kesukaan
2.
1. Wajah klien.
tersenyum. 4. Jelaskan tujuan
2. Klien mau pertemuan.
berkenalan. 5. Tunjukkan sikap
3. Ada kontak empati.
mata. 6. Dorong klien
4. Klien bersedia mengungkapkan
Julia Mar-
bercerita. perasaannya.
atul
7. Dengarkan dengan
Maslahah
penuh perhatian.
TUK 2 : Setelah dilakukan 1. Diskusikan dengan 2. Dengan
Klien mampu 1 kali interaksi, klien tentang obat mengetahui obat
mengenal dan klien mampu yang dikonsumsi dan
memanfaatkan menyebutkan : klien. pemanfaatannya
obat yang telah 1. Nama, warna, 2. Bantu klien dapat mencegah
diprogramkan. dan dosis obat. mengenal obat yang terjadinya
2. Manfaat dan dikonsumsi. kekambuhan
efek samping 3. Jelaskan kepada dikarenakan kerja
obat. klien tentang dosis obat yang
dan waktu minum mengeblok
obat sesuai yang neurotransmitter.
telah diprogramkan.
4. Jelaskan kepada
klien tentang efek
samping dari obat
yang dikonsumsi
80

Lanjutan

dan apa yang harus


dilakukan.
5. Beri reinforcment
positive jika klien
mampu mengenal
Julia Mar-
dan memanfaatkan
atul
obat dengan tepat.
Maslahah
TUK 3 : Setelah dilakukan 1. Beri kesempatan 3. Dengan klien
Klien mampu 1 kali interaksi, klien untuk mengenali
mengenal dan klien mampu mengungkapkan penyebab dan
mengidentifikasi menyebutkan : perasaan klien. tanda marah,
penyebab dan 1. Penyebab 2. Bantu klien diharapkan klien
tanda-tanda marah. mengenal mampu
marah 2. Tanda-tanda penyebab dan menghindari hal-
marah. tanda-tanda hal tersebut
3. Penyebab dan marah. sehingga klien
tanda-tanda 3. Bantu klien tidak terstimulus
marah yang mengidentifikasi untuk marah.
dialami klien. penyebab dan
tanda marah
yang muncul
pada klien.
4. Beri
Julia Mar-
reinforcment
atul
positive pada
Maslahah
klien.
81

Lanjutan
TUK 4 : Setelah dilakukan 1. Diskusikan dengan 4. Dengan belajar
klien mampu 1 kali interaksi, klien teknik teknik relaksasi
mengontrol klien mampu : relaksasi yang akan klien dapat
marah dengan 1. Menentukan dilakukan klien. memanfaatkannya
teknik relaksasi teknik relaksasi 2. Ajarkan klien teknik saat sedang marah
(napas dalam, yang relaksasi (napas sebagai salah satu
distraksi, digunakan. dalam, distraksi, alternatif untuk
imaging) 2. Mempraktikkan imaging). mengalihkan rasa
teknik relaksasi 3. Dorong klien marah.
dengan benar. mempraktikkan
teknik relaksasi
secara mandiri.
4. Anjurkan klien
untuk memasukkan
kegiatan klien dalam
kegiatan harian.
Julia Mar-
5. Beri reinforcment
atul
positive pada klien.
Maslahah
82

Lanjutan

TUK 5 : Setelah dilakukan 1. Dorong klien untuk 5. Klien terhindar


klien mampu 1 kali interaksi, mengalihkan rasa dari perilaku
mengontrol klien mampu : marah dengan kekerasan dengan
marah dengan 1. Menentukan kegiatan positif mengalihkan
kegiatan positif kegiatan positif (menyapu, kemarahannya
(menyapu, yang dapat merapikan tempat dalam kegiatan
merapikan tempat dilakukan. tidur, membersikan yang positif
tidur, 2. Mempraktikkan kamar mandi). (menyapu,
membersihkan kegiatan positif 2. Bantu klien merapikan tempat
kamar mandi) yang diinginkan. menentukan tidur,
kegiatan yang dapat membersihkan
dilakukan dalam kamar mandi).
mengontrol marah.
3. Dorong klien untuk
mempraktikkan
kegiatan yang
dipilih secara
mandiri.
4. Anjurkan klien
untuk memasukkan
kegiatan klien
dalam kegiatan
harian.
5. Beri reinforcment
positive pada klien.
Julia Mar-
atul
maslahah
83

Lanjutan

TUK 6 : Setelah dilakukan 1. Ajarkan klien cara 6. Dengan klien


Klien mampu 1 kali interaksi, menolak dan dapat meminta
mengontrol klien mampu : meminta yang baik. dan menolak
marah dengan 1. Mempraktikkan 2. Dorong klien dengan baik,
asertif verbal cara menolak mempraktikkan maka klien tidak
(meminta dan dan meminta cara menolak dan akan mudah
menolak dengan yang baik. meminta yang baik. terstimulus untuk
baik) 2. Klien tampak 3. Anjurkan klien marah dan
rileks saat untuk memasukkan bersikap kasar.
meminta atau kegiatan klien
menolak. dalam kegiatan
harian.
4. Beri reinforcment
Julia Mar-
positive pada klien.
atul
Maslahah
TUK 7 : Setelah dilakukan 1. Diskusikan dengan 7. Dengan spiritual
Klien mampu 1 kali interaksi, klien terkait diharapkan klien
mengontrol klien mampu : kegiatan ibadah akan lebih mudah
marah dengan 1. Menentukan yang biasa mendapatkan
cara spiritul kegiatan ibadah dilakukan klien. ketenangan hati
(berdo’a, sholat, yang dapat 2. Dorong klien dan jiwa,
berwudlu) dilakukan. menentukan sehingga dapat
2. Mempraktikkan kegiatan ibadah meminimalisir
kegiatan ibadah yang dapat adanya perilaku
yang diinginkan. dilakukan dalam kekerasan.
mengontrol marah.
84

3. Anjurkan klien
Lanjutan memasukkan
kegiatan klien
dalam kegiatan
harian.
4. Beri reinforcment
positive pada klien.
Julia Mar-
atul
Maslahah
TUK 8 : Setelah dilakukan 1. Diskusikan dengan 8. Keluarga
Klien 1 kali interaksi, keluarga dalam berperan penting
mendapatkan klien mampu : upaya pencegahan dalam proses
dukungan 1. Mendapatkan perilaku kekarasan pemulihan dan
keluarga dalam dukungan dan pada klien. pemeliharaan
pencegahan pengawasan dari 2. Anjurkan keluarga klien dikarenakan
perilaku keluarga. ikut berperan serta keluarga yang
kekerasan. 2. Meminimalisir dalam merawat pertama kali akan
terjadinya klien dan mencegah menentukan
kekambuhan kekambuhan saat bagaimana
dengan bantuan klien sudah dibawa manajemen
Julia Mar-
keluarga. pulang. apabila ada
atul
anggota keluarga
Maslahah
sakit.
85

Nama klien : Sdr. “S” Ruang : Nakula

No. RM : 0083373 Mahasiswa : Julia Mar-atul maslahah

Diagnosa medis : F20.3 Skizofrenia tak terinci

Tabel 10. Perencanaan keperawatan kurang pengetauan


Diagnosa keperawatan : kurang pengetahuan
Hari/tanggal Perencanaan Tanda tangan
Waktu Tujuan Intervensi Rasional Nama terang
Senin, 16 Mei 2016 setelah dilakukan tindakan Teaching knowledge
12.40 WIB keperawatan selama 3 x 24 jam disease
diharapkan klien dengan masalah Aktifitas :
kurang pengetahuan dapat 1. Kaji tingkat 1. Dengan
teratasi dengan kriteria hasil pengetahuan klien. mengetahui tingkat
“knowledge disease : proces”. pengetahuan klien,
Indikator : dapat membantu
1. Klien mengetahui tentang dalam penentuan
penyakitnya(definisi,penyebab, pendidikan
tanda-tanda, dan pengobatan). kesehatan kepada
2. Klien dapat menyebutkan klien.
bagaimana cara mencegah
kekambuhannya.
2. Membuat klien
lebih percaya diri
86

2. Dorong klien dalam


mengungkapkan menyampaikan
perasaannya. permasalahannya.
Lanjutan
3. Menambah
pengetahuan klien
3. Jelaskan kepada tentang penyakit
klien tentang dan pencegahan
penyakit dan kekambuhannya,
pencegahan sehingga dapat
kekambuhannya. mempercepat
proses pemulihan
pada klien.
4. Dapat
mempermudah
4. Lakukan kolaborasi pemahaman klien
dengan tim tentang
kesehatan lain penyakinya.
dalam pemberian
informasi terkait
Julia Mar-atul
penyakit klien.
Maslahah
87

Nama klien : Sdr. “S” Ruang : Nakula

No. RM : 0083373 Mahasiswa : Julia Mar-atul maslahah

Diagnosa medis : F20.3 Skizofrenia tak terinci

Tabel 11. Perencanaan keperawatan ketidakefektifan koping


Diagnosa keperawatan : ketidakefektifan koping
Hari/tanggal Perencanaan Tayang nda tangan
Waktu Tujuan Intervensi Rasional Nama terang
Senin, 16 Mei 2016 setelah dilakukan Coping enhanchement
12.50 WIB tindakan keperawatan Aktifitas :
selama 3 x 24 jam 1. Kaji tingkat 1. Dengan
diharapkan klien pengetahuan klien. mengetahui tingkat
dengan masalah pengetahuan klien,
ketidakefektifan dapat membantu
koping dapat teratasi dalam penentuan
dengan kriteria hasil pendidikan
“decision making”. kesehatan kepada
Indikator : klien.
1. Klien mengetahui
tentang mekanisme
koping yang tepat
88

Lanjutan

yang dapat 2. Dorong klien 2. Membuat klien


digunakan. mengungkapkan lebih percaya diri
perasaannya terkait dalam
dengan mekanisme menyampaikan
2. Klien dapat koping yang mekanisme koping
menentukan digunakan. yang digunakan.
mekanisme koping 3. Jelaskan kepada 3. Menambah
yang akan klien tentang pengetahuan klien
digunakan. mekanisme koping tentang mekanisme
yang dapat koping yang dapat
digunakan klien. digunakan,
sehingga dapat
membantu klien
dalam menentukan
pilihan mekanisme
koping yang tepat
yang dapat
digunakan klien.
4. Lakukan kolaborasi 4. Dapat
dengan tim mempermudah
kesehatan lain dalam pemahaman klien
Julia Mar-atul
pemberian informasi tentang mekanisme
Maslahah
terkait penggunaan koping.
mekanisme koping.
89

Nama klien : Sdr. “S” Ruang : Nakula

No. RM : 0083373 Mahasiswa : Julia Mar-atul maslahah

Diagnosa medis : F20.3 Skizofrenia tak terinci

Tabel 12. Perencanaan keperawatan ansietas


Diagnosa keperawatan : ansietas
Hari/tanggal Perencanaan Tanda
Waktu Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional tangan
Nama
terang
Senin, 16 Mei Tujuan Umum
2016 :
13.00 WIB Klien mampu
mengatasi
ansietas.

TUK 1 : Setelah dilakukan 1. Beri salam setiap 1. Hubungan saling


Klien mampu 2 kali interaksi, berinteraksi. percaya dapat
membina klien menunjukkan 2. Sebutkan nama mempermudah
hubungan saling tanda-tanda lengkap dan nama dalam berinteraksi
percaya. percaya pada panggilan perawat. selanjutnya.
perawat yaitu : 3. Tanyakan nama
1. Wajah lengkap dan nama 2.
tersenyum. panggilan kesukaan
klien.
90

Lanjutan

2. Klien mau 4. Jelaskan tujuan


berkenalan. pertemuan.
3. Ada kontak 5. Tunjukkan sikap
mata. empati.
4. Klien bersedia 6. Dorong klien Julia Mar-
bercerita. mengungkapkan atul
perasaannya. Maslahah
7. Dengarkan dengan
penuh perhatian.
TUK 2 : Setelah dilakukan 1. Diskusikan dengan 2. Dengan mengetahui
Klien mampu 1 kali interaksi, klien tentang tentang ansietasnya,
mengenal klien mampu : penyebab klien dapat
tentang ansietas. 1. Mengeksplorasi ansietasnya. menghindari
perasaannya. 2. Bantu klien terjadinya ansietas.
2. Menyebutkan mengidentifikasi
penyebab pencetus ansietas
ansietas. pada klien.
3. Klien mampu 3. Beri reinforcment
mengontrol positive jika klien
ansietas. mampu mengenal
tentang ansietasnya.

Julia Mar-
atul
Maslahah
91

Lanjutan

TUK 3 : Setelah dilakukan 1. Beri kesempatan 3. Dengan klien


Klien mampu 1 kali interaksi, klien untuk mengetahui teknik
mengontrol klien mampu : mengungkapkan relaksasi, klien
ansietas dengan 1. Mengetahui perasaan klien. dapat
teknik relaksasi macam-macam 2. Bantu klien mempraktikkannnya
teknik relaksasi. mengenal guna mengontrol
2. Menentukan macam-macam ansietasnya.
teknik yang teknik relaksasi.
akan digunakan. 3. Ajarkan klien
3. Klien teknik relaksasi.
menyatakan 4. Beri
nyaman setelah reinforcment
melakukan positive pada
Julia Mar-
relaksasi. klien.
atul
Maslahah
92

Nama klien : Sdr. “S” Ruang : Nakula

No. RM : 0083373 Mahasiswa : Julia Mar-atul maslahah

Diagnosa medis : F20.3 Skizofrenia tak terinci

Tabel 13. Perencanaan keperawatan resiko jatuh


Diagnosa keperawatan : resiko jatuh
Hari/tanggal Perencanaan Tanda tangan
Waktu Tujuan Intervensi Rasional Nama terang
Senin, 16 Mei 2016 setelah dilakukan Fall preventions
13.10 WIB tindakan keperawatan Aktifitas :
selama 3 x 24 jam 1. Kaji kebutuhan 1. Dengan mengetahui
diharapkan klien keamanan klien. kebutuhan klien,
dengan masalah resiko dapat membantu
jatuh dapat teratasi dalam penentuan
dengan kriteria hasil pemberian
“risk control”. pengawasan
Indikator : terhadap klien.
1. Klien mengetahui
penyebab klien 2. Ukur tekanan darah 2. Mengetahui
dapat jatuh. klien. perkembangan
2. Klien dapat tekanan darah klien
menghindari jatuh. untuk deteksi awal
3. Klien tampak adanya resiko jatuh
istirahat setelah atau tidak.
minum obat.
93

Lanjutan

4. Tekanan darah 3. Anjurkan klien 3. Menghindari klien


normal 120/80 istirahat sesudah terjatuh.
mmHg. minum obat.
4. Lakukan kolaborasi 4. Dapat
dengan tim mempermudah
kesehatan lain dalam pemahaman klien
pemberian untuk menghindari
Julia Mar-atul
pencegahan jatuh jatuh.
Maslahah
pada klien.
94

D. Implementasi dan evaluasi (catatan perkembangan)

Nama klien : Sdr. “S” Ruangan : Nakula

Umur Klien : 27 tahun Nomor RM : 0083373

Diagnosa keperawatan : resiko perilaku kekerasan

Tabel 14. Implementasi dan evaluasi (catatan perkembangan) resiko perilaku kekerasan
Hari/tanggal Waktu Implementasi Waktu Evaluasi Tanda tangan
Nama terang
Senin, 16 Mei 2016 07.45 WIB 1. Membina 08.15 WIB S :
hubungan saling - Klien mengatakan sudah
percaya. kenal dengan perawat.
- Klien mengatakan tahu
nama perawat.
O:
- Klien tampak tersenyum.
- Klien mampu
menyebutkan nama
perawat.
- Kontak mata klien mudah
beralih ke objek lain.
- Klien tampak sesekali
menunduk dan terdiam
Julia Mar-atul
saat diajak bicara.
Maslahah
95

Lanjutan

15.00 WIB 2. Membina 15.10 WIB S :


hubungan saling - Klien mengatakan masih
percaya. ingat dengan perawat yang
3. Membantu klien mengajak bicara.
mengenal obat dan - Klien mengatakan sudah
pemanfaatannya. faham tentang obat dan
pemanfaatannya.
O:
- Klien tampak tersenyum.
- Klien mau bersalaman
dengan perawat.
- Klien mampu
menyebutkan nama
perawat.
- Kontak mata klien sudah
fokus pada perawat.
- Klien tampak kooperatif.
- Klien mampu
menyebutkan nama obat,
Julia Mar-atul
warna, dosis, manfaat, dan
Maslahah
efek samping.

17.15 WIB 4. Membantu klien 17.25 WIB S :


mengenal dan - Klien mengatakan merasa
mengidentifikasi jengkel karena ibunya
penyebabdan membeda-bedakan antara
tanda-tanda marah dirinya dan adiknya.
pada klien.
96

Lanjutan

O:
- Klien mampu
mengidentifikasi penyebab
dan tanda marah pada
klien.
- Klien tampak wajahnya
kaku dan matanya seperti
melotot saat menceritakan
Julia Mar-atul
tentang penyebab
Maslahah
marahnya.
Selasa, 17 Mei 07.00 WIB 5. Mengevaluasi hasil 07.15 WIB S :
2016 tindakan yang telah - Klien mengatakan sudah
diberikan pada kenal dengan perawat
klien. julia.
- Klien mengatakan sudah
tau tentang obat yang
dikonsumsi.
- Klien mengatakan
penyebab marahnya adalah
sikap ibunnya yang sering
menbeda-dekan antara
dirinya dengan adiknya.
O:
- Klien tampak tersenyum.
- Klien mau bersalaman
dengan perawat.
97

Lanjutan

- Klien mampu
menyebutkan nama
perawat.
- Kontak mata klien ada dan
sudah fokus pada perawat.
- Klien tampak kooperatif.
- Klien mampu
menyebutkan nama obat,
warna, dosis, manfaat, dan
efek samping.
- Klien mampu
mengidentifikasi penyebab
marah.
- Klien tampak seperti
marah dan matanya agak
melotot saat bercerita
tentang ibunya.
A:
Masalah belum teratasi
ditandai dengan :
- Klien masih tampak
seperti marah saat
bercerita tentang ibunya.
- Klien matanya agak
melotot.
- Klien mengatakan
penyebab marahnya adalah
sikap ibunnya yang sering
98

Lanjutan

menbeda-dekan antara
dirinya dengan adiknya.
P:
Lanjutkan intervensi
1. Bantu klien mengenal
tanda-tanda marah.
2. Ajarkan klien mengontrol
marah dengan teknik
relaksasi.
3. Bantu klien mengontrol
marah dengan kegiatan
positif.
4. Ajarkan klien mengontrol
marah dengan asertif
verbal.
5. Ajarkan klien mengontrol
marah dengan cara
spiritual.
6. Anjurkan keluarga
memberikan dukungan
Julia Mar-atul
terhadap klien.
Maslahah
Selasa, 17 Mei 10.00 WIB 1. Membantu klien 10.10 WIB S :
2016 mengenal tanda- - Klien mengatakan faham
tanda marah dan tentang tanda-tanda marah
mengidentifikasi yang dijelaskan.
tanda marah yang - Klien mengatakan sabar
muncul pada jika sedang jengkel.
klien.
99

Lanjutan
2. Mengajarkan klien - Klien mengatakan lebih
mengontrol marah tenang setelah praktik
dengan teknik napas dalam.
relaksasi (napas O:
dalam). - Klien tampak
memperhatikan saat
dijelaskan.
- Klien mampu
menyebutkan dua tanda
marah (muka merah dan
membanting barang).
- Klien mampu
mempraktikkan napas
dalam dengan benar.
Julia Mar-atul
Maslahah
14.00 WIB 3. Membantu klien 14.10 WIB S :
mengontrol marah - Klien mengatakan bersedia
dengan kegiatan merapikan tempat tidur
positif (merapikan sebagai salah satu cara
tempat tidur). untuk mengontrol marah.
- Klien mengatakan bersedia
meemasukkan kegiatan
merapikan tempat tidur
dalam jadwal harian.
O:
- Klien tampak kooperatif.
Julia Mar-atul
- Klien tampak merapikan
Maslahah
tempat tidur.
100

Lanjutan
17.00 WIB 4. Mengajarkan klien 17.10 WIB S :
mengontrol marah - Klien mengatakan sudah
dengan asertif faham bagaimana cara
verbal (meminta menolak dan meminta
dan menolak yang yang baik.
baik). O:
- Klien kooperatif.
- Kontak mata klien fokus
dan tidak mudah beralih.
- Klien mampu
mempraktikkan cara
Julia Mar-atul
menolak dan meminta
Maslahah
yang baik.
Rabu, 18 Mei 2016 07.00 WIB 5. Mengevaluasi 07.15 WIB S :
tindakan - Klien mengatakan sudah
keperawatan dan mempraktekkan napas
keadaan klien. dalam, merapikan tempat
tidur, dan mencoba
menolak dan meminta
yang baik.
- Klien mengatakan sudah
memasukkan kegiatan
napas dalam dan
merapikan tempat tidur
dalam jadwal harian.
- Klien mengatakan senang
bisa belajar mengontrol
marahnya.
101

Lanjutan

O:
- Klien kooperatif.
- Klien tersenyum.
- Klien tampak sudah
memasukkan kegiatan
napas dalam dan
merapikan tempat tidur
dalam jadwal harian.
- Klien mampu
mempraktikkan napas
dalam dengan benar.
A:
Masalah teratasi sebagian
ditandai dengan :
- Klien mengatakan sudah
mempraktikkan kegiatan
napas dalam dan
merapikan tempat tidur
dalam mengontrol marah.
- Klien mampu
mempraktikkan napas
dalam dengan benar.
- Klien kooperatif.
P:
Lanjutkan intervensi
1. Ajarkan klien mengontrol
marah dengan cara
spiritual.
102

Lanjutan
2. Anjurkan keluarga
memberikan dukungan
terhadap klien.

Julia Mar-atul
Maslahah
Rabu, 18 Mei 2016 16.00 WIB 1. Mengajarkan klien 16.15 WIB S :
mengontrol marah - Klien mengatakan sabar
dengan cara jika sedang jengkel.
spiritual. - Klien mengatakan berdo’a
2. Membantu klien jika klien merasa jengkel
menentukan dengan seseorang.
kegiatan ibadah O:
yang akan - Klien tampak tenang dan
digunakan klien. tidak menunjukkan raut
muka marah.
Julia Mar-atul
- Klien mempraktikkan
Maslahah
berdo’a.
Kamis, 19 Mei 07.00 WIB 3. Mengevaluasi 07.15 WIB S :
2016 tindakan dan - Klien mengatakan mampu
keadaan klien. mampu dan faham cara
mengontrol marah dengan
napas dalam, merapikan
tempat tidur, meminta dan
menolak yang baik,
berdo’a, dan minum obat
teratur.
103

Lanjutan

O:
- Klien kooperatif.
- Klien bersedia berjabat
tangan.
- Klien tampak sudah
memasukkan jadwal
mengontrol marah dalam
jadwal kegiatan hariannya.
- Klien tampak tersenyum
dan tenang.
A:
Masalah teratasi ditandai
dengan klien mengetahui
tentang cara mengontrol
marah dan mempraktikkannya
dengan benar.
P:
Lanjutkan intervensi yaitu
anjurkan keluarga
memberikan dukungan
terhadap klien.
(serahkan pada perawat
ruangan dan dilakukan jika
Julia Mar-atul
keluarga datang ke rumah
Maslahah
sakit).
104

Nama klien : Sdr. “S” Ruangan : Nakula

Umur Klien : 27 tahun Nomor RM : 0083373

Diagnosa keperawatan : kurang pengetahuan

Tabel 15. Implementasi dan evaluasi (catatan perkembangan)) kurang pengetahuan


Hari/tanggal Waktu Implementasi Waktu Evaluasi Tanda tangan
Nama terang
Senin, 16 Mei 2016 07.45 WIB 1. Mengkaji tingkat 07.55 WIB S :
pengetahuan klien. - Klien mengatakan lulusan
SMK.
- Klien mengtakan dia tidak
sakit tapi cuma stres.
O:
- Klien tampak bingung saat
Julia Mar-atul
ditanya tentang
Maslahah
penyakitnya.
16.00 WIB 2. Mendorong klien 16.15 WIB S:
mengungkapkan - Klien mengatakan dirumah
perasaannya. sering dimarahi ibunya
3. Menjelaskan kepada saat dirumah sehingga
klien tentang klien merasa stres.
penyakit dan - Klien mengatakan masih
pencegahan belum faham tentang
kekambuhannya. gangguan jiwa, klien
masih beranggapan dia
hanya stres.
105

Lanjutan

O:
- Klien belum bisa
menjawab pertanyaan dari
perawat.
- Klien tampak bingung saat
ditanya.
Julia Mar-atul
- Kontak mata klien masih
Maslahah
mudah beralih.
Selasa, 17 Mei 07.00 WIB 4. Mengevaluasi 07.10 WIB S :
2016 tindakan dan - Klien mengatakan dirinya
keadaan klien. bukan sakit jiwa tapi dia
hanya stres.
- Klien mengatakan tidak
faham yang kemarin
disampaikan perawat.
O:
- Klien masih tampak
bingung saat ditanya
terkait penyakitnya.
- Klien belum bisa
menjawab pertanyaan dari
perawat.
A:
Masalah belum teratasi
ditandai dengan :
- Klien belum bisa
menjawab pertanyaan dari
klien.
106

Lanjutan

- Klien masih mengingkari


penyakitnya.
P:
1. Jelaskan kepada klien
tentang penyakit dan
pencegahan
kekambuhannya.
2. Lakukan kolaborasi
dengan tim kesehatan
lain dalam pemberian
Julia Mar-atul
informasi terkait
Maslahah
penyakit klien
Selasa, 17 Mei 10.00 WIB 1. Melakukan 10.10 WIB S :
2016 kolaborasi dengan - Klien mengatakan dokter
tim kesehatan lain menjelaskan tentang
dalam pemberian penyakitnya.
informasi terkait O:
Julia Mar-atul
penyakit klien - Kolaborasi sudah
Maslahah
dilakukan dengan dokter.
17.00 WIB 2. Menjelaskan 17.10 WIB S :
kepada klien - Klien mengatakan faham
tentang penyakit tentang penjelasan
dan pencegahan perawat.
kekambuhannya - Klien mengatakan akan
minum obat teratur
O:
- Klien mampu menjelaskan
yang disampaikan perawat.
107

Lanjutan
- Klien kooperatif.
- Klien tampak santai dan
pelan-pelan dalam
menjawab pertanyaan
klien. Julia Mar-atul
Maslahah
Rabu, 18 mei 2016 07.00 WIB 3. Mengevaluasi 07.10 WIB S :
tindakan dan - Klien mengatakan faham
keadaan klien. tentang penyakitnya dan
mencegah kekambuhan
penyakitnya.
O:
- Klien mampu menjawab
pertanyaan perawat.
- Klien meminum obat
sesuai dengan program.
A:
Masalah teratasi ditandai
dengan :
- Klien mampu menjawab
pertanyaan dari perawat.
- Klien minum obat sesuai
terapi.
P:
Pertahankan intervensi
1. Jelaskan ulang kepada
klien dalam pencegahan
Julia Mar-atul
kekambuhannya.
Maslahah
108

Kamis, 19 Mei 07.00 WIB 4. Mengevaluasi 07.10 WIB S :


2016 tindakan dan - Klien mengatakan faham
keadaan klien tentang penyakitnya dan
mencegah kekambuhan
penyakitnya.
O:
- Klien mampu menjawab
pertanyaan perawat.
- Klien meminum obat
sesuai dengan program.
A:
Masalah teratasi ditandai
dengan :
- Klien mampu menjawab
pertanyaan dari perawat.
- Klien minum obat.
P:
Pertahankan intervensi
1. ingatkan kepada klien
dalam pencegahan
kekambuhannya.
Julia Mar-atul
(serahkan keperawat
Maslahah
ruangan)
109

Nama klien : Sdr. “S” Ruangan : Nakula

Umur Klien : 27 tahun Nomor RM : 0083373

Diagnosa keperawatan : ketidakefektifan koping

Tabel 16. Implementasi dan evaluasi (catatan perkembangan) ketidakefektifan koping


Hari/tanggal Waktu Implementasi Waktu Evaluasi Tanda tangan
Nama terang
Senin, 16 Mei 2016 07.45 WIB 1. mengkaji tingkat 07.55 WIB S :
pengetahuan - Klien mengatakan lulusan
klien. SMK.
- Klien mengtakan tidak
tahu tentang mekanisme
koping yang dapat
digunakan.
O:
- Klien tampak bingung saat
Julia Mar-atul
ditanya tentang
Maslahah
mekanisme koping.
16.00 WIB 2. Mendorong klien 16.15 WIB S:
mengungkapkan - Klien mengatakan lebih
perasaannya terkait memilih diam saa ada
dengan mekanisme masalah.
koping yang - O:
digunakan. - Klien tampak lebih suka
menunduk saat berbicara
dengan perawat.
110

Lanjutan

- Kontak mata klien masih


mudah beralih.

Julia Mar-atul
Maslahah
Selasa, 17 Mei 07.00 WIB 3. Mengevaluasi 07.10 WIB S :
2016 tindakan dan - Klien mengatakan tidak
keadaan klien. tahu tentang mekanisme
koping yang dapat
digunakan.
- Klien lebih suka diam saat
ada masalah.
O:
- Klien tampak lebih suka
menunduk saat berbicara
dengan perawat.
- Kontak mata klien masih
mudah beralih.
A:
Masalah belum teratasi
ditandai dengan :
- Klien masih tidak tahu
mekanisme apa yang dapat
digunakan.
- Klien lebih memilih diam.
111

Lanjutan

P:
1. Jelaskan kepada klien
tentang mekanisme
koping yang dapat
digunakan klien.
2. Lakukan kolaborasi
dengan tim kesehatan lain
dalam pemberian
informasi terkait
Julia Mar-atul
penggunaan mekanisme
Maslahah
koping.
Selasa, 17 Mei 10.00 WIB 1. Menjelaskan 10.10 WIB S :
2016 kepada klien - Klien mengatakan faham
tentang tentang apa yang
mekanisme koping dijelaskan namun masih
yang dapat bingung mau
digunakan klien. menggunakan mekanisme
2. Melakukan koping yang mana.
kolaborasi dengan O:
tim kesehatan lain - Kolaborasi sudah
dalam pemberian dilakukan dengan dokter.
informasi terkait - Klien mampu
penggunaan menyebutkan macam-
mekanisme macam mekanisme
koping. koping.
Julia Mar-atul
Maslahah
112

Lanjutan

17.00 WIB 3. Membantu klien 17.10 WIB S :


menentukan - Klien mengatakan faham
koping yang akan tentang penjelasan
digunakan klien perawat.
- Klien mengatakan akan
memilih bercerita kepada
ayahnya jika ada masalah.
O:
- Klien mampu menjelaskan
kembali apa yang
disampaikan perawat.
- Klien kooperatif.
- Klien mampu menentukan
mekanisme koping yang
Julia Mar-atul
akan digunakan.
Maslahah
Rabu, 18 mei 2016 07.00 WIB 4. Mengevaluasi 07.10 WIB S :
tindakan dan - Klien mengatakan faham
keadaan klien. tentang mekanisme
koping.
- Klien memilih bercerita
jika ada masalah
O:
- Klien mampu menjawab
pertanyaan perawat.
- Klien kooperatif.
- Kontak mata ada.
113

Lanjutan

A:
Masalah teratasi ditandai
dengan :
- Klien mampu menjawab
pertanyaan dari perawat.
- Klien mampu menentukan
mekanisme koping yang
akan digunakan jika ada
masalah.
P:
Pertahankan intervensi
1. Jelaskan ulang kepada
Julia Mar-atul
klien dalam pemanfaatan
Maslahah
mekanisme koping.
Kamis, 19 Mei 07.00 WIB 1. Mengevaluasi 07.10 WIB S :
2016 tindakan dan - Klien mengatakan faham
keadaan klien tentang mekanisme
koping.
- Klien memilih bercerita
jika ada masalah
O:
- Klien mampu menjawab
pertanyaan perawat.
- Klien kooperatif.
- Kontak mata ada.
114

Lanjutan

A:
Masalah teratasi ditandai
dengan :
- Klien mampu menjawab
pertanyaan dari perawat.
- Klien mampu menentukan
mekanisme koping yang
akan digunakan jika ada
masalah.
P:
Pertahankan intervensi
1. Jelaskan ulang kepada
klien dalam pemanfaatan
Julia Mar-atul
mekanisme koping.
Maslahah
(serahkan keperawat
ruangan)
115

Nama klien : Sdr. “S” Ruangan : Nakula

Umur Klien : 27 tahun Nomor RM : 0083373

Diagnosa keperawatan : ansietas

Tabel 17. Implementasi dan evaluasi (catatan perkembangan) ansietas


Hari/tanggal Waktu Implementasi Waktu Evaluasi Tanda tangan
Nama terang
Senin, 16 Mei 2016 07.45 WIB 1. Membina hubungan 07.55 WIB S :
saling percaya. - Klien mengatakan sudah
kenal dengan perawat.
- Klien mengatakan tahu
nama perawat.
O:
- Klien tampak tersenyum.
- Klien mampu
menyebutkan nama
perawat.
- Kontak mata klien mudah
beralih ke objek lain.
- Klien tampak sesekali
Julia Mar-atul
menunduk dan terdiam
Maslahah
saat diajak bicara.
Selasa, 17 Mei 07.00 WIB 2. Mengevaluasi 07.10 WIB S :
2016 tindakan dan - Klien mengatakan sudah
keadaan klien. kenal dengan perawat
julia.
116

Lanjutan

O:
- Klien tampak tersenyum.
- Klien mau bersalaman
dengan perawat.
- Klien mampu
menyebutkan nama
perawat.
- Kontak mata klien ada dan
sudah fokus pada perawat.
- Klien tampak kooperatif.
- Skoring ansietas : 14
(kecemasan ringan).
A:
Masalah belum teratasi
ditandai dengan :
- Klien belum tahu cara
mengontrol
kecemasannya.
- Skoring ansietas : 14
(kecamasan ringan).
P:
Lanjutkan intervensi
1. Bantu klien mengenal
penyebab ansietas..
2. Ajarkan klien mengontrol
Julia Mar-atul
ansietas dengan teknik
Maslahah
relaksasi
117

Lanjutan

Selasa, 17 Mei 10.00 WIB 1. Menjelaskan 10.10 WIB


S:
2016 kepada klien -
Klien mengatakan faham
tentang penyebab tentang apa yang dijelaskan.
ansietas. O:
2. Membantu klien -
.Klien mampu menyebutkan
mengidentifikasi penyebab ansietas.
penyebab ansietas -
Klien mampu
pada klien. menyampaiakan apa
penyebab ansietas pada klien.
Julia Mar-atul
- Skoring ansietas : 14
Maslahah
(kecemasan ringan).
17.00 WIB 3. Membantu klien 17.10 WIB S :
mengenal macam- - Klien mengatakan faham
macam teknik tentang penjelasan perawat
relaksasi. namun klien masih
bingung mau
menggunakan cara yang
mana.
O:
- Klien mampu menjelaskan
kembali apa yang
disampaikan perawat.
- Klien kooperatif.
- Klien belum mampu
menentukan jenis teknik
reksasi apa saja yang akan
Julia Mar-atul
digunakan klien.
Maslahah
118

Lanjutan
Rabu, 18 Mei 2016 07.00 WIB 4. Mengevaluasi 07.10 WIB S :
tindakan dan - Klien mengatakan faham
keadaan klien. tentang macam-macam
teknik relaksasi.
O:
- Klien mampu menjawab
pertanyaan perawat.
- Klien kooperatif.
- Kontak mata ada.
- Klien belum mampu
menentukan macam teknik
relaksasi yang akan
digunakan.
A:
Masalah belum teratasi
ditandai dengan :
- Klien belum mampu
menentukan teknik mana
yang akan digunakan.
P:
Lanjutkan intervensi
1. Bantu klien menentukan
Julia Mar-atul
teknik reksasi yang dapat
Maslahah
digunakan.
Rabu, 18 Mei 2016 17.00 WIB 1. Membantu klien 17.10 WIB S :
menentukan teknik - Klien mengatakan faham
reksasi yang dapat tentang macam teknik
digunakan. relaksasi.
119

Lanjutan
- Klien memilih
menggunakan napas dalam
dan mendengarkan lagu
saat merasa cemas di
rumah
O:
- Klien mampu menjawab
pertanyaan perawat.
- Klien kooperatif.
- Kontak mata ada.
- Klien mampu menentukan
pilihan untuk mengontrol
cemas yaitu napas dalam
dan mendengarkan lagu.
Julia Mar-atul
- Skor ansietas : 12
Maslahah
(kecemasan ringan).
Kamis, 19 Mei 07.00 WIB 2. Mengevaluasi 07.10 WIB S :
2016 tindakan dan - Klien mengatakan faham
keadaan klien tentang macam teknik
relaksasi.
- Klien memilih
menggunakan napas dalam
dan mendengarkan lagu
saat merasa cemas di
rumah
O:
- Klien mampu menjawab
pertanyaan perawat.
120

Lanjutan

- Klien kooperatif.
- Kontak mata ada.
- Klien mampu menentukan
pilihan untuk mengontrol
cemas yaitu napas dalam
dan mendengarkan lagu.
- Skor ansietas : 12
(kecemasan ringan).
A:
Masalah teratasi sebagian,
ditandai dengan :
- Skoring ansietas : 12
(kecemasan ringan).
P:
Pertahankan intervensi
1. Ingatkan klien untuk
mempraktekkan napas
dalamdan mendengarkan
lagu dalam mengontrol
ansietas.
Julia Mar-atul
Serahkan keperawat
Maslahah
ruangan.
121

Nama klien : Sdr. “S” Ruangan : Nakula

Umur Klien : 27 tahun Nomor RM : 0083373

Diagnosa keperawatan : resiko jatuh

Tabel 18. Implementasi dan evaluasi (catatan perkembangan) resiko jatuh


Hari/tanggal Waktu Implementasi Waktu Evaluasi Tanda tangan
Nama terang
Senin, 16 Mei 2016 07.45 WIB 1. Mengkaji kebutuhan 07.55 WIB S :
keamanan klien. - Klien mengatakan
mengantuk setelah minum
obat.
O:
- Klien tampak menguap
sesaat setelah minum obat.
Julia Mar-atul
- Klien tampak mengantuk.
Maslahah
Selasa, 17 Mei 07.00 WIB 2. Mengevaluasi 07.10 WIB S :
2016 tindakan dan - Klien mengatakan hanya
keadaan klien. diam saja saat mengantuk
dan terkadang tetap
beraktivitas setelah minum
obat.
O:
- Klien tampak tetap
beraktifitas setelah minum
obat.
122

Lanjutan
A:
Masalah belum teratasi
ditandai dengan :
- Klien belum bisa
mengatasi rasa kantuknya.
P:
Lanjutkan intervensi
1. Ukur tekanan darah klien.
2. Anjurkan klien istirahat
sesudah minum obat.
3. Lakukan kolaborasi dengan
tim kesehatan lain dalam
Julia Mar-atul
pemberian pencegahan
Maslahah
jatuh pada klien.
Selasa, 17 Mei 10.00 WIB 1. Mengukur tekanan 10.10 WIB S:
2016 darah klien. - Klien mengatakan agak
ngantuk dan lemas.
O:
Julia Mar-atul
- Tekanan darah : 100/80
Maslahah
mmHg.
17.00 WIB 2. Menganjurkan 17.10 WIB S:
klien istirahat - Klien mengatakan faham
sesudah minum tentang penjelasan perawat
obat. dan akan istirahat setelah
minum obat.
O:
Julia Mar-atul
- Klien tampak kooperatif
Maslahah
dan myakinkan.
123

Lanjutan
Rabu, 18 Mei 2016 07.00 WIB 3. Mengevaluasi 07.10 WIB S :
tindakan dan - Klien mengatakan faham
keadaan klien. dan bersedian untuk
istirahat setelah minum
obat.
O:
- Klien tampak istirahat
setelah minum obat.
A:
Masalah teratasi sebagian,
ditandai dengan :
- Klien bersedia istirahat
setelah minum obat untuk
mencegah terjadinya jatuh.
P:
Lanjutkan intervensi
1.Ukur tekanan darah klien.
2.Lakukan kolaborasi dengan
tim kesehatan lain dalam
Julia Mar-atul
pemberian pencegahan jatuh
Maslahah
pada klien.
Rabu, 18 Mei 2016 10.00 WIB 1. Mengukur tekanan 10.10 WIB S :
darah klien. - Klien mengatakan masih
2. Melakukan merasakan kantuk setelah
kolaborasi dengan minum obat.
tim kesehatan lain O:
dalam pemberian - TD : 105/90 mmHG
informasi tentang - Klien kooperatif.
124

Lanjutan

pencegahan jatuh - Kolaborasi sudah


pada klien. dilakukan dengan dokter
dalam pemberian
informasi pencegahan
Julia Mar-atul
jatuh pada klien.
Maslahah
Kamis, 19 Mei 07.00 WIB 3. Mengevaluasi 07.10 WIB S :
2016 tindakan dan - Klien mengatakan faham
keadaan klien tentang pencegahan jatuh.
- Klien menyatakan bersedia
istirahat setelah minum
obat.
O:
- Klien mampu menjawab
pertanyaan klien.
- Klien kooperatif.
- Kontak mata ada.
- Klien tampak istirahat
setelah minum obat.
- TD : 110/90 mmHg.
A:
Masalah teratasi sebagian,
ditandai dengan :
- TD : 110/90 mmHg
P:
Pertahankan intervensi
125

Lanjutan

1. Ingatkan klien untuk


mempraktekkan istirahat
setelah minum obat.
2. Ukur tekanan darah klien.
Julia Mar-atul
Serahkan keperawat
Maslahah
ruangan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Berikut ini akan diuraikan pembahasan tentang pelaksanaan asuhan

keperawatan pada klien Sdr. “S” dengan resiko perilaku kekerasan pada kasus

skizofrenia tak terinci di Ruang Nakula Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa

Yogyakarta. Pembahasan dimulai dari pengkajian sampai evaluasi yang

membandingkan dan membahas kesesuaian antara teori dan praktik dilapangan.

Selain itu, pembahasan juga menampilkan beberapa faktor yang mendukung

maupun menghambat pemberian asuhan keperawatan pada klien serta

dimungkinkan adanya temuan baru dilapangan yang belum ada dalam tinjauan

teori.

A. Pengkajian

Menurut Stuart (2007) pengkajian merupakan tahap awal dan dasar

utama dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengetahui status

kesehatan klien. Pengkajian pada Sdr. “S” dilakukan pada tanggal 16 Mei 2016

di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode

pengumpulan data yang digunakan dalam pengkajian adalah observasi,

wawancara, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi. Hasil pengkajian berupa

data subjektif yang berasal dari klien yang diperoleh melalui wawancara dan

data objektif yang berasal dari hasil pengamatan/observasi, pemeriksaan fisik

yang dilakukan perawat, dan studi dokumentasi.

126
127

Pada saat pengkajian didapatkan data bahwa klien Sdr. “S” ini

mengalami respon maladaptif berupa agresif saat dilakukan pengkajian yaitu

klien mengekspresikan secara fisik kemarahannya dengan mata agak melotot

dan klien tampak jengkel saat ditanya tentang ibunya. Setelah dilakukan

pengkajian yang lebih spesifik, didapatkan data bahwa klien pernah megalami

respon maladaptif berupa kekerasan yang ditunjukkan dengan adanya riwayat

memukul pintu, membanting telepon genggam, dan memukul adiknya satu

minggu sebelum klien dibawa ke rumah sakit. Hal tersebut sesuai dengan teori

Prabowo (2014) tentang rentang respon marah yang dimulai dari respon asertif,

frustasi, pasif, agresif, sampai dengan kekerasan.

Faktor psikologi menjadi faktor penyebab timbulnya perilaku

kekerasan pada klien Sdr. “S”. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya rasa

marah klien terhadap ibunya yang membeda-bedakan klien dengan adiknya.

Setelah dikaji lebih lanjut, klien mengatakan adiknya sering berprestasi

sedangkan klien biasa-biasa saja. Klien juga mengatakan ibunya sering marah

kepada klien semenjak klien lulus SMK dan belum bekerja. Oleh karena itu,

klien berusaha untuk mencari pekerjaan dengan tujuan supaya ibunya bangga

dan tidak marah kepadanya. Setelah klien bekerja, ibu klien tetap saja sering

marah kepada klien dan tetap mengunggulkan adik klien. Hal tersebut

menstimulus klien mempunyai rasa marah kepada ibunya dan akhirya

dilampiaskan dalam bentuk respon yang maladaptif. Data tersebut sesuai dengan

teori Prabowo (2014) tentang beberapa teori terkait dengan timbulnya perilaku
128

kekerasan pada orang dengan gangguan jiwa, yaitu faktor psikologi, faktor sosial

budaya, dan faktor biologis.

Pada klien Sdr. “S”, ekspresi dari tidak tercapainya kebutuhan dasar

dan kondisi sosial menjadi faktor pencetus terjadinya perilaku kekerasan.

Kebutuhan klien untuk dicintai oleh keluarganya tidak terpenuhi secara

maksimal dikarenakan adanya ketidakseimbangan dalam keluarganya dengan

sikap ibunya yang membeda-bedakan klien dengan adiknya. Menurut Yosep

(2010) faktor pencetus perilaku kekerasan pada orang dengan gangguan jiwa

adalah ekspresi diri, ekspresi dari tidak tercapainya kebutuhan dasar dan kondisi

sosial, dan kesulitan dalam mengkonsumsikan sesuatu dalam keluarga serta

tidak membiasakan dialog untuk mencegah masalah.

Setelah diobservasi dan dilakukan wawancara pada klien Sdr. “S”

didapatkan manifestasi klinis secara fisik, verbal, dan perilaku yang

menunjukkan adanya resiko perilaku kekerasan pada klien. Setelah dilakukan

penilaian skoring resiko perilaku kekerasan didapatkan skor 5 (resiko sedang).

Pada klien Sdr. “S” muncul tiga dari sepuluh tanda yang sesuai dengan teori

menurut Keliat & Akemat (2006) tentang beberapa tanda pada orang yang marah

terkait dengan perilaku, yaitu suara tinggi, melempar atau memukul barang dan

orang lain, serta tidak mampu mengendalikan perilaku kekerasan.

Saat pengkajian klien Sdr. “S” mengatakan belum mengetahui tentang

penyakit dan bagaimana pencegahan kekambuhan. Klien tampak bingung dan

berangggapan bahwa dirinya tidak sakit tetapi hanya stres. Mekanisme koping

adalah tiap upaya yang diharapkan pada penatalaksanaan stres dan termasuk
129

upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang

digunakan untuk melindungi diri (Stuart, 2013). Dari hasil pengkajian

didapatkan data bahwa klien Sdr. “S” menggunakan mekanisme koping represi

yaitu klien memilih diam apabila ada masalah dan deplacment yaitu klien

memukul pintu, membanting telepon genggam, dan memukul adiknya saat

marah. Data yang didapatkan dari pengkajian sesuai dengan teori Prabowo

(2014) tentang mekanisme koping yang digunakan pada klien dengan perilaku

kekerasan untuk melindungi dirinya adalah sublimasi, proyeksi, represi, reaksi

formasi, dan deplacment.

Pada saat pengkajian klien mengatakan sedih dan cemas karena ingin

pulang dan ingin bekerja lagi. Selain itu, penulis melakukan penilaian dengan

menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang didalamnya terdapat

empat belas poin dalam menilai tingkat ansietas klien. Dari hasil penilaian

menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) didapatkan skor 14

(kecemasan ringan). Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyebutkan salah

satu faktor penyebab terjadinya ansietas adalah faktor lingkungan (Prabowo,

2014). Kecemasan pada klien terjadi dikarenakan faktor perubahan tempat

tinggal klien, sehingga menstimulus peningkatan hormon kortisol dan

menyebabkan munculnya ansietas pada klien.

Pada saat pengkajian klien Sdr. “S” mengatakan mengantuk dan

kadang pusing setelah minum obat. Hasil studi dokumentasi pada tanggal 16 Mei

2016 yang didapatkan dari rekam medis klien menunjukkan bahwa klien

mendapatkan pengobatan yang mempunyai efek samping pusing, mual, muntah,


130

dan mengantuk. Data tersebut sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa

obat-obatan yang digunakan pada orang dengan skizofrenia menimbulkan efek

samping berupa pusing, mual, muntah, mengantuk, dan ansietas.

Dalam melakukan pengkajian terdapat faktor pendukung maupun

faktor penghambat. Faktor pendukung dalam melakukan pengkajian adalah

ketersediaan klien untuk diwawancarai walaupun diperlukan strategi yang

efektif dalam berkomunikasi, tersedianya format pengkajian, rekam medis klien

yang ada di Ruang Nakula, serta ketersediaan perawat dan tim kesehatan lain

dalam memberikan informasi terkait dengan masalah kesehatan klien. Faktor

penghambat dalam melakukan pengkajian adalah tidak adanya informasi dari

keluarga karena klien belum pernah dijenguk selama dirawat di Rumah Sakit

Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Diagnosa Keperawatan

Perumusan diagnosa keperawatan dalam kasus ini berdasarkan Standar

Asuhan Keperawatan (SAK) kesehatan jiwa Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah

Istimewa Yogyakarta yang memenuhi dua komponen yaitu masalah atau respon

klien terhadap masalah kesehatannya dan karakteristik yang berupa tanda/gejala

yang mendukung diagnosa keperawatan atau disebut dengan diagnosa tunggal.

Menurut Dermawan (2013) masalah keperawatan yang mungkin muncul pada

klien dengan perilaku kekerasan adalah harga diri rendah, perilaku kekerasan,

ketidakefektifan koping, gangguan persepsi sensori : halusinasi, dan resiko

perilaku kekerasan. Pada klien Sdr. “S” muncul dua diagnosa keperawatan yang
131

sesuai dengan teori yaitu resiko perilaku kekerasan dan ketidakefektifan koping

dan muncul tiga diagnosa keperawatan diluar teori yaitu kurang pengetahuan,

ansietas, dan resiko jatuh. Tiga diagnosa keperawatan yang tidak muncul pada

klien adalah harga diri rendah, perilaku kekerasan, dan gangguan persepsi

sensori : halusinasi. Hal tersebut dikarenakan tidak ada data yang menunjukkan

adanya masalah tersebut. Penegakan diagnosa prioritas dalam kasus ini

berdasarkan pada piramida kebutuhan menurut Maslow dan berdasarkan tingkat

ancaman jiwa. Adapun pembahasan diagnosa keperawatan yang muncul pada

klien Sdr. “S” adalah sebagai berikut :

1. Resiko perilaku kekerasan

Diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan ditegakkan

berhubungan dengan adanya riwayat melakukan tindakan kekerasan seperti

memukul pintu, membanting telepon genggam, dan memukul adiknya satu

minggu sebelum dibawa ke rumah sakit. Alasan penulis memprioritaskan

diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan menjadi diagnosa utama

dikarenakan resiko perilaku kekerasan lebih rentan untuk muncul serta

membahayakan diri sendiri dan orang lain. Pada saat pengkajian klien

tampak jengkel dan mata agak melotot saat ditanya tentang ibunya. Hasil

penilaian dari skor resiko perilaku kekerasan pada klien adalah 5 (resiko

sedang). Data yang didapatkan memenuhi tiga kriteria penegakan diagnosa

keperawatan resiko perilaku kekerasan berdasarkan Standar Asuhan

Keperawatan (SAK) Rumah Sakit Grasia Daerah Istimewa Yogyakarta


132

seperti mempunyai riwayat perilaku kekerasan, marah, dan adanya tekanan

psikologis.

2. Kurang pengetahuan

Diagnosa keperawatan kurang pengetahuan ditegakkan

berhubungan adanya kebingungan pada klien saat ditanya tentang

penyakitnya. Alasan penulis memprioritaskan diagnosa keperawatan

kurang pengetahuan menjadi prioritas kedua dikarenakan peningkatan

tingkat pengetahuan klien mampu mempermudah proses pemulihan dan

perawatan pada klien. Klien juga mengatakan klien tidak sakit jiwa tetapi

hanya mengalami stres. Saat ditanya klien mengatakan belum tahu tentang

obat apa saja yang dikonsumsi setiap hari selama dirawat di rumah sakit.

Data yang didapatkan memenuhi dua batasan karakteristik penegakan

diagnosa keperawatan kurang pengetahuan berdasarkan NANDA 2015-

2017 seperti adanya sikap menyangkal terhadap penyakit dan adanya

pengungkapan klien tentang ketidaktahuannya terkait dengan penyakit dan

cara mencegah kekambuhannya. Penggunaan NANDA 2015-2017 dalam

penegakan diagnosis menggunakan double diagnosis. Dalam kasus ini,

penegakan diagnosa kurang pengetahuan tetap menggunakan diagnosis

tunggal berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) Rumah Sakit

Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta.


133

3. Ketidakefektifan koping

Alasan penulis memprioritaskan diagnosa keperawatan

ketidakefektifan koping menjadi prioritas ketiga dikarenakan diagnosa ini

merupakan diagnosa aktual dan termasuk dalam kebutuhan rasa aman

nyaman berdasarkan piramida kebutuhan menurut Maslow. Diagnosa

keperawatan ketidakefektifan koping ditegakkan berhubungan dengan klien

yang menggunakan mekanisme koping yang destruktif berupa represi dan

displacment. Klien juga mengatakan belum tahu tentang mekanisme koping

efektif yang dapat digunakan klien. Data yang didapatkan memenuhi dua

batasan karakteristik penegakan diagnosa ketidakefektifan koping

berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) Grhasia Daerah Istimewa

Yogyakarta seperti penggunaan mekanisme yang tidak tepat,

ketidakfahaman klien tentang mekanisme koping,

4. Ansietas

Alasan penulis memprioritaskan diagnosa keperawatan ansietas

menjadi prioritas keempat dikarenakan diagnosa ini termasuk dalam

diagnosa aktual dan termasuk dalam kebutuhan aman nyaman berdasarkan

piramida kebutuhan menurut Maslow. Diagnosa keperawatan ansietas

ditegakkan berhubungan dengan keadaan klien yang mengatakan sedih dan

cemas karena ingin pulang dan ingin bekerja lagi. Klien mengatakan tidak

sedih yang berlebihan. Setelah dilakukan penilaian dengan menggunakan

Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), klien termasuk dalam kecemasan

ringan dengan skor 14. Data yang didapatkan memenuhi dua kriteria
134

penegakan diagnosa ansietas berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan

(SAK) Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta seperti adanya pernyataan

secara verbal dan adanya tremor tangan. Berdasarkan NANDA 2015-2017,

diagnosa keperawatan ansietas memenuhi tiga batasan karakteristik seperti

kontak mata yang buruk, tremor tangan, dan adanya kesedihan.

5. Resiko jatuh

Diagnosa keperawatan resiko jatuh menjadi prioritas keempat

dikarenakana diagnosa ini termasuk dalam diagnosa resiko dan termasuk

dalam kebutuhan aman nyaman (Prabowo, 2014). Diagnosa keperawatan

resiko jatuh ditegakkan berhubungan efek pengobatan pada klien yang

menyebabkan rasa kantuk, mual, dan muntah. Klien juga mengatakan

merasa mengantuk dan kadang pusing setelah minum obat. Data yang

didapatkan hanya memenuhi satu kriteria penegakan diagnosa berdasarkan

Standar Asuhan Keperawatan (SAK) Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta

yaitu faktor terapi. Berdasarkan NANDA 2015-1017, terdapat tiga

karakterisktik yang sesuai dengan batatasan karakteristik penegakan

diagnosa keperawatan resiko jatuh seperti agen farmasetikal, mengantuk,

dan pusing.
135

C. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan dibuat berdasarkan masalah dan kebutuhan

klien. Perencanaan keperawatan dibuat berdasarkan Standar Asuhan

Keperawatan (SAK) Grhasia dan Keliat (2006) yang terdiri dari aspek tujuan

umum (TUM), tujuan khusus (TUK), dan rencana tindakan keperawatan. Dalam

pembuatan perencanaan keperawatan difokuskan dengan prinsip SMART dan

berpedoman pada prinsip ONEC dalam rencana tindakan keperawatan. Berikut

ini pembahasan tentang perencanaan keperawatan untuk masing-masing

diagnosa keperawatan yang ditegakkan.

1. Resiko perilaku kekerasan

Perencanaan keperawatan untuk mengatasi masalah resiko perilaku

kekerasan dibuat sesuai dengan Standar Asuhan Keperawatan (SAK)

Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta dan Keliat (2006) dengan modifikasi

sesuai dengan kebutuhan klien di lapangan seperti dalam intervensi bantu

klien dalam mengontrol marah dengan tindakan positif. Dalam Standar

Asuhan Keperawatan (SAK) Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat

tindakan positif yang berupa memukul bantal saat marah. Dalam kasus ini,

tindakan memukul bantal tidak digunakan dikarenakan memukul bantal

merupakan salah satu tindakan yang dapat merusak dan diganti dengan

kegiatan berupa membersihkan kamar mandi, merapikan tempat tidur, dan

menyapu.
136

2. Kurang pengetahuan

Masalah ini direncanakan dapat teratasi setelah 3 x 24 jam dengan

kriteria hasil “knowledge disease : process” dengan intervensi “teaching

knowledge disease”. Alasan penulis memilih knowledge disease : process

sebagai kriteria hasil dikarenakan indikator dalam kriteria ini lebih relevan

bagi klien Sdr. “S” dengan kondisi klien belum mengetahui terkait

penyakitnya. Intervensi dengan label teaching knowledge disease berisi

tigabelas intervensi yang dapat dilakukan pada klien dengan masalah kurang

pengetahuan. Pada kasus ini, penulis memilih lima intervensi yang relevan

untuk klien. Selain itu, penulis juga mempertimbangkan waktu dalam

pencapaian tujuan dan pelaksanaan dari intervensi tersebut.

3. Ketidakefektifan koping

Masalah ini direncanakan dapat teratasi setelah 3 x 24 jam dengan

kriteria hasil “decision making” dengan intervensi “coping enhanchement”.

Alasan penulis memilih decision making sebagai kriteria hasil dikarenakan

kriteria ini lebih relevan untuk Sdr. “S” dan mampu dicapai dengan

maksimal. Intervensi dengan label “coping enhanchement” berisi sepuluh

intervensi yang dapat dilakukan pada klien dengan masalah ketidakefektifan

koping. Pada kasus ini, penulis memilih lima intervensi yang relevan dan

mampu dilaksanakan secara maksimal, sehingga masalah klien lebih mudah

teratasi dalam waktu 3 x 24 jam.


137

4. Ansietas

Berdasarkan Standar Asuhan Kreperawatan (SAK) Rumah Sakit

Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat empat tindakan

keperawatan yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah ansietas. Pada

kasus ini, penulis memilih tiga intervensi yang akan dilaksanakan. Hal

tersebut dikarenakan intervensi beri informasi kepada klien tentang obat

dalam mengatasi ansietas dapat dilakukan diintervensi dalam mengatasi

masalah resiko perilaku kekerasan.

5. Resiko jatuh

Masalah ini direncanakan dapat teratasi setelah 3 x 24 jam dengan

kriteria hasil “risk control” dengan intervensi “fall preventions”. Penulis

memilih risk control sebagai kriteria hasil dikarenakan kriteria tersebut

sesuai dengan keadaan dan kebutuhan klien. Dalam intervensi fall

preventions terdapat duapuluh intervensi yang dapat dilakukan. Pada kasus

ini, penulismemilih lima intervensi yang paling sesuai dengan keadaan dan

kebutuhan klien.

Faktor pendukung dalam pembuatan perencanaan keperawatan pada

klien Sdr. “S” adalah tersedianya SAK Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah

Istimewa Yogyakarta sebagai dasar dan adanya buku penunjang lain serta

kerjasama dengan perawat dan tim kesehatan lain yang memberikan informasi

dan arahan. Faktor penghambat dalam pembuatan perencanaan keperawatan

pada klien Sdr. “S” adalah minimnya informasi yang didapatkan dari keluarga

dikarenakan keluarga belum pernah menjenguk klien selama di rumah sakit.


138

D. Implementasi

Implementasi dilakukan berdasarakan perencanaan keperawatan yang

telah dibuat secara berkesinambungan dengan melibatkan keikutsertaan klien

(Yosep, 2010). Dalam implementasi penulis melakukan kerjasama dengan

perawat dan tim kesehatan lain. implementasi pada klien Sdr. “S” dilakukan

selama 3 x 24 jam dari tanggal 16-19 Mei 2016 di Ruang Nakula Rumah Sakit

Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada kasus ini semua implementasi

terlaksana sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat, kecuali implementasi

pada keluarga dalam diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan.

Implementasi belum dilakukan dikarenakan selama penulis memberikan asuhan

keperawatan, keluarga klien belum pernah datang ke rumah sakit.

Dalam melakukan implementasi terdapat faktor pendukung dan faktor

penghambat implentasi. Faktor pendukung dalam implementasi adalah

tersedianya lingkungan yang kondusif sehingga mempermudah penulis

melakukan implementasi, klien yang kooperatif, serta terjalinnya kerjasama

antara penulis, perawat, dan tim kesehatan lain yang ada. Faktor penghambat

dalam melakukan implementasi adalah tidak adanya interaksi dengan keluarga

klien dikarenakan keluarga klien belum pernah menjenguk klien di rumah sakit.

E. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah penilaian keberhasilan pemberian asuhan

keperawatan yang diberikan pada klien berdasarkan tujuan yang dicapai

(Vaughans, 2013). Dalam melakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam


139

pada klien Sdr. “S” terdapat lima diagnosa keperawatan yang muncul dengan

tiga diagnosa keperawatan teratasi dan dua diagnosa keperawatan teratasi

sebagian. Berikut ini penjelasan evaluasi pada masing-masing diagnosa

keperawatan.

1. Resiko perilaku kekerasan

Adapun kriteria hasil dari diagnosa resiko perilaku kekerasan setelah

dilakukan implementasi selama 3 x 24 jam adalah :

a. Klien mampu membina hubungan saling percaya.

b. Klien mampu mengenal obat dan pemanfaatannya.

c. Klien mampu mengenal dan mengidentifikasi penyebab dan tanda-tanda

marah pada klien.

d. Klien mampu mengontrol marah dengan relaksasi (napas dalam).

e. Klien mampu mengontrol marah dengan kegiatan positif (merapikan

tempat tidur).

f. Klien mampu mengontrol marah dengan asertif verbal (meminta dan

menolak yang baik.

g. Klien mampu mengontrol marah dengan cara spiritual.

h. Klien mendapatkan dukungan dari keluarga.

Setelah dilakukan implementasi pada hari Senin, 16 Mei 2016

didapatkan pencapaian tujuan berupa klien mampu membina hubungan

saling percaya, klien mampu mengenal obat dan pemanfaatannya, serta klien

mampu mengidentifikasi penyebab marah pada klien. Pada hari pertama ini,

masalah teratasi sebagian san dilanjutkan dengan intervensi selanjutnya pada


140

hari Selasa, 17 Mei 2016. Pada hari Selasa, 17 Mei 2016 setelah dilakukan

implementasi klien mampu mengidentifikasi tanda-tanda marah yang

muncul pada klien, klien mampu mengontrol marah dengan relaksasi (napas

dalam), klien mampu mengontrol marah dengan kegiatan positif (merapikan

tempat tidur), dan klien mampu mengontrol marah dengan asertif verbal

(meminta dan menolak yang baik). Dari penjelasan tersebut dapat

disimpulkan masalah teratasi sebagian pada hari ketiga dan dilanjutkan

intervensi selanjutnya pada hari Rabu, 16 Mei 2016.

Diagnosa perilaku kekerasan teratasi ditunjukkan dengan klien

mengatakan mampu dan faham cara mengontrol marah dengan napas dalam,

merapikan tempat tidur, meminta dan menolak yang baik, dan berdo’a. Dari

hasil observasi didapatkan hasil klien kooperatif, klien bersedia berjabat

tangan, klien tampak sudah memasukkan jadwal mengontrol marah dalam

jadwal kegiatan hariannya, klien tampak tersenyum dan tenang, dan klien

mengetahui tentang cara mengontrol marah dan mampu mempraktikkannya

dengan benar. Untuk tindak lanjut dari perawatan klien, intervensi

dipertahankan dan diserahkan kepada perawat di Ruang Nakula Rumah Sakit

Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta untuk dilanjutkan.

2. Kurang pengetahuan

Adapun kriteria hasil dari diagnosa kurang pengetahuan setelah

dilakukan implementasi selama 3 x 24 jam adalah :

a. Klien mengetahui tentang penyakitnya (definisi,penyebab, tanda-tanda,

dan pengobatan).
141

b. Klien dapat menyebutkan bagaimana cara mencegah kekambuhannya.

Setalah dilakukan implementasi selama 3 x 24 jam, diagnosa

kurang pengetahuan teratasi ditunjukkan dengan klien mengatakan faham

tentang penyakitnya dan mencegah kekambuhan penyakitnya. Dari hasil

observasi didapatkan klien mampu menjawab pertanyaan perawat terkait

dengan penyakit dan cara mencegah kekambuhannya serta klien meminum

obat sesuai dengan program. Intervensi dilanjutkan yaitu berupa ingatkan

klien dalam pencegahan kekambuhannya. Dalam melaksanakan intervensi

tersebut, penulis menyerahkan kepada perawat di Ruang Nakula Rumah

Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Ketidakefektifan koping

Adapun kriteria hasil dari diagnosa ketidakefektifan koping

setelah dilakukan implementasi selama 3 x 24 jam adalah :

a. Klien mengetahui tentang mekanisme koping yang tepat yang dapat

digunakan.

b. Klien dapat menentukan mekanisme koping yang akan digunakan.

Setelah dilakukan implementasi selama 3 x 24 jam, diagnosa

ketidakefektifan koping teratasi ditunjukkan dengan klien mengatakan

faham tentang mekanisme koping dan klien memilih bercerita jika ada

masalah. Dari hasil observasi didapatkan klien mampu menjawab pertanyaan

perawat, klien kooperatif, kontak mata ada, dan klien mampu menentukan

mekanisme koping yang akan digunakan jika ada masalah. Diagnosa

ketidakefektifan koping teratasi, akan tetapi implementasi tetap


142

dipertahankan untuk menjaga kestabilan konsisi klien. Oleh karena itu,

implementasi diserahkan kepada perawat di Nakula Rumah Sakit Jiwa

Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta.

4. Ansietas

Adapun kriteria hasil dari diagnosa ansietas setelah dilakukan

implementasi selama 3 x 24 jam adalah :

a. Klien mampu membina hubungan saling percaya.

b. Klien mampu mengenal ansietas dan penyebabnya.

c. Klien mampu mengontrol cemas dengan berbagai macam relaksasi.

Diagnosa keperawatan ansietas teratasi sebagian setelah dilakukan

implementasi selama 3 x 24 jam ditunjukkan dengan klien mengatakan faham

tentang macam teknik relaksasi dan klien memilih menggunakan napas dalam

dan mendengarkan lagu saat merasa cemas di rumah. Dari hasil observasi

didapatkan klien mampu menjawab pertanyaan perawat, klien kooperatif,

kontak mata ada, klien mampu menentukan pilihan untuk mengontrol cemas

yaitu napas dalam dan mendengarkan lagu, skor ansietas : 12 (kecemasan

ringan).

5. Resiko jatuh

Adapun kriteria hasil dari diagnosa resiko jatuh setelah dilakukan

implementasi selama 3 x 24 jam adalah :

a. Klien mengetahui penyebab klien dapat jatuh.

b. Klien dapat menghindari jatuh.

c. Klien tampak istirahat setelah minum obat.


143

d. Tekanan darah normal 120/80 mmHg.

Diagnosa keperawatan resiko jatuh teratasi sebagian ditunjukkan

dengan klien mengatakan faham tentang pencegahan jatuh dan klien

menyatakan bersedia istirahat setelah minum obat. Dari hasil observasi

didapatkan hasil klien mampu menjawab pertanyaan perawat, klien

kooperatif, kontak mata ada, klien tampak istirahat setelah minum obat, TD :

110/90 mmHg. Diagnosa keperawatan resiko jatuh teratasi sebagian tetap

dilanjutkan intervensinya dan diserahkan kepada perawat di Ruang Nakula

Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta sehingga dapat teratasi.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Sdr. “S”

dengan diagnosa medis skizofrenia tak terinci selama 3 x 24 jam dari tanggal

16 Mei 2016 jam 07.45 WIB sampai dengan 19 Mei 2016 jam 07.45 WIB,

penulis memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan

keperawatan pada klien dengan resiko perilaku kekerasan, dengan

menerapkan proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian, perencanaan,

implementasi, sampai dengan evaluasi serta pendokumentasian dan faktor

pendukung maupun faktor penghambat dalam pemberian asuhan

keperawatan. Adapun kesimpulannya adalah sebagai berikut :

1. Proses keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian dilakukan dengan menggunakan metode observasi,

wawancara, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi. Pengkajian

dilakukan secara komprehensif meliputi aspek biologis, psikologis,

sosial, spiritual, dan kultural. Data yang didapatkan adalah klien Sdr.

“S” mengalami respon maladaptif berupa agresif. Klien

mengekspresikan secara fisik kemarahannya dengan mata agak

melotot dan klien tampak jengkel saat ditanya tentang ibunya. Klien

pernah megalami respon maladaptif berupa kekerasan yang

ditunjukkan dengan adanya riwayat memukul pintu, membanting

144
145

telepon genggam, dan memukul adiknya satu minggu sebelum klien

dibawa ke rumah sakit. Setelah dilakukan penilaian skoring resiko

perilaku kekerasan didapatkan skor 5 (resiko sedang). Saat

pengkajian klien Sdr. “S” mengatakan belum mengetahui tentang

penyakit dan bagaimana pencegahan kekambuhan. Klien tampak

bingung dan berangggapan bahwa dirinya tidak sakit tetapi hanya

stres. Klien Sdr. “S” menggunakan mekanisme koping represi yaitu

klien memilih diam apabila ada masalah dan diplacment yaitu klien

memukul pintu, membanting telepon genggam, dan memukul

adiknya saat marah. Pada saat pengkajian klien mengatakan sedih

dan cemas karena ingin pulang dan ingin bekerja lagi. Dari hasil

penilaian menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

didapatkan skor 14 (kecemasan ringan). Klien Sdr. “S” mengatakan

mengantuk dan kadang pusing setelah minum obat. Hasil studi

dokumentasi yang didapatkan dari rekam medis klien menunjukkan

bahwa klien mendapatkan pengobatan yang mempunyai efek

samping pusing, mual, muntah, dan mengantuk.

b. Diagnosa keperawatan

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada klien Sdr. “S”, dapat

ditegakkan lima diagnosa keperawatan yaitu :

1) Resiko perilaku kekerasan.

2) Kurang pengetahuan.

3) Ketidakefektifan koping.
146

4) Ansietas.

5) Resiko jatuh.

c. Perencanaan keperawatan

Perencanaan tindakan keperawatan mengacu pada Standar Asuhan

Keperawatan (SAK) Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa

Yogyakarta dan Keliat (2006) yang dimodifikasi sesuai dengan sifat

masalah, kondisi klien, dan fasilitas yang ada di rumah sakit.

d. Implementasi

Implementasi dilakukan pada klien Sdr. “S” selama 3 x 24 jam

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh institusi yaitu

tanggal 16-19 Mei 2016. Implementasi dapat dilaksanakan sesuai

rencana yang telah disusun berkat adanya kerja sama yang baik

dengan klien, perawat ruangan, dan tim kesehatan lainnya.

e. Evaluasi

Evaluasi dari hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan 3 x 24

jam pada klien Sdr. “S”, terdapat tiga diagnosa keperawatan yang

teratasi, yaitu: resiko perilaku kekerasan, kurang pengetahuan, dan

ketidakefektifan koping. Diagnosa keperawatan yang teratasi

sebagian ada dua, yaitu : ansietas dan resiko jatuh.

2. Pendokumentasian

Bentuk dokumentasi yang digunakan pada kasus ini adalah catatan

perkembangan model SOAP yang ditulis segera setelah melakukan


147

tindakan keperawatan dan evaluasi setiap 24 jam dengan mencantumkan

tanggal, jam, tanda tangan, dan nama terang.

3. Faktor pendukung dan penghambat

Dalam pemeberian asuhan keperawatan terdapat faktor pendukung yang

berupa adanya kerjasama yang baik antara penulis dan tim kesehatan

yang ada di rumah sakit serta klien yang kooperatif dalam pelaksanaan

asuhan kperawatan. Faktor penghambat dalam pemberian asuhan

keperawatan adalah kurangnya informasi dari keluarga dikarenakan

keluarga tidak datang berkunjung saat pemberian asuhan keperawatan

serta kurangnya literatur yang tersedia di perpustakaan terkait dengan

pemberian asuhan keperawatan jiwa.

B. Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan kepada berbagai pihak dalam

pelayanan keperawatan adalah :

1. Bagi profesi keperawatan

a. Diharapkan adanya peningkatan pendekatan keperawatan secara

bertahap dengan intensitas yang lebih sering dengan menerapkan

komunikasi terapeutik.

b. Diharapkan klien diikutsertakan dalam kegiatan sehari-hari

sehingga dapat meningkatkan kemandirian klien dalam memenuhi

kebutuhan dasar klien.


148

2. Bagi Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta

Diharapkan adanya peningkatan kualitas pelayanan yang sudah ada

terutama peningkatan tenaga kesehatan khususnya perawat dalam

penerapan komunikasi teraupetik.

3. STIKES Al-Islam Yogyakarta

Diharapkan tersedianya literatur terbaru di perpustakaan, khususnya

tentang keperawatan jiwa, sehingga membantu dalam proses belajar

mengajar.
149
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, M. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.


Departemen Kesehatan. (2014). Hasil Riskesdas 2013. Retreived from
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesda
s%202013.pdf. Diakses pada 20 Mei 2016.
Dermawan, Deden. (2011). Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja.
Yogyakarta : Goysen Publishing.
Dermawan, Deden. (2013). Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Goysen Publishing.
Gusti. (2015). Kurangi Angka Gangguan Jiwa di DIY, UGM Rintis Kader Keswa.
Retreived from http://www.ugm.ac.id/id/berita/10265. Diakses pada 20
Mei 2016.

Hawari, D. (2006). Pendekatan Holistik pada Klien Gangguan Jiwa Skizofrenia.


Jakarta : UI.
Herdman, T. Heather & Kamitsuru, Shigemi eds. (2015). NANDA international
Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10
(Nursing Diagnoses : Definitions and Classification). Jakarta : EGC.
Ikawati. (2011). Catatan Kuliah Psikiatri. Jakarta : EGC.
Keliat, B. A. & Akemat. (2006). Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa.
Jakarta : EGC.
Keliat, B. A. & Akemat. (2010). Manajemen Kasus Keperawatan Jiwa. Jakarta :
EGC.
Keliat, B. A. (2006). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Keliat, B. A. (2009). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta : EGC.
Maramis, W.F. (2006). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 1. Surabaya :
Airlangga University Press.
Maramis, W.F. (2009). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya :
Airlangga University Press.
Muslim, Rusdi. (2013). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ- III dan DSM-5. Jakarta : Unika Atmajaya.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
(Edisi 3). Jakarta : Salemba Medika.
Prabowo, Eko. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.
Prabowo, Eko. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Stuart, G.W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Jakarta : EGC.

Stuart, Gail.W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Vaughans, Bennita. W. (2013). Keperawatan Dasar Demystified Buku Wajib Bagi
Praktisi & Mahasiswa Keperawatan. Yogyakarta : Rapha Publishing.
VOA. (2016). Studi : Jumlah Penderita Sakit Jiwa Jauh Lebih Besar. Retreived from
http://www.voaindonesia.com/a/jumlah-penderita-sakit-jiwa-jauh-lebih-
besar/3182106.html. Diakses pada 20 Mei 2016.

Yosep, I. (2007). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.

Yosep, I. (2010). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.


Yosep, I. (2013). Asuhan Keperawatan Jiwa (edisi revisi). Bandung : Refika
Aditama.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Penilaian resiko perilaku kekerasan
Faktor Kunci Resiko Tinggi (1 : 1) Resiko Sedang Resiko Rendah
(Observasi tiap 15’)
Riwayat Sekali melakukan Merusak barang tanpa Kekerasan hanya jika
Kekerasan kekerasan yang mencederai orang lain mengguanakan obat
mencederai orang lain selama dirawat atau atau alkohol atau
selam dalam perawatan sekali melakukan merusak barang di
atau kekerasan & pencederaan kepada luar RS atau tidak ada
pencederaan berulang- orang lain di luar RS riwayat kekerasan.
ulang di luar RS. atau kekerasan
berulang di RS tanpa
menimbulkan cedera.

2 1 0
Riwayat Agresi Ancaman fisik saat Mengancam secara Tidak mengancam
terakhir dirujuk / datang. verbal saat dirujuk / saat dirujuk atau saat
datang. datang.
2 1 0
Riwayat Agresi di Korban atau pelaku Saksi kekerasan fisik Saksi atau korban
keluarga kekerasan fisik atau atau seksual. agresi verbal atau tak
kekerasan. ada riwayat agresi
2 1 dalam keluarga 0
Status Sedang didetok Penyalahgunaan Rehabilitan
penyalahgunaan kecanduan alkohol atau alkohol atau zat yang penyalahguna atau
zat obat-obatan atau sedang tidak mengalami tak ada riwayat
dalam pengaruh obat gejala withdrawal. penyalahgunaan
atau alkohol alkohol atau zat atau
3 bulan terakhir
penyalahgunaan
alkohol & zat tanpa
rehabilitasi.
2 1 0
Paranoid / Curiga dan memusuhi Curiga dan memusuhi Tidak curiga tidak
bermusuhan orang di ruangan. orang yang jauh bermusuhan.
(Inaccesible).
2 1 0
impulsivitas Impulsif fisik. Impulsif verbal atau Tidak impulsive.
riwayat impulsive
intermiten.
2 1 0
Agitasi Agitasi psikomotor Agitasi psikomotor Tidak ada agitasi
dengan tekanan konstan dengan hiperaktifitas psikomotor.
aktifitas fisik. intermiten 0
2 1
Sensorium Disorientasi dengan Orientasi baik dengan Orientasi baik dan
gangguan memori. gangguan memori memori baik
2 1 0
Makna skor : > 9 = Resiko tinggi Total skore : 5 ( resiko sedang)
3 – 8 = Resiko sedang Dikaji oleh : Julia Mar-atul Maslahah
0 – 2 = Tidak beresiko Tanggal/Jam: 16-05-2016/ 07.45 WIB
Lampiran 2. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
No. Komponen Penilaian Skor
1. Perasaan cemas.
a. Cemas.
b. Firasat buruk. 4
c. Takut.
d. Khawatir.
2. Ketegangan.
a. Merasa tegang.
b. Lesu. 1
c. Mudah terkejut.
d. Tremor.
3. Ketakutan.
a. Pada gelap.
b. Pada orang asing. 0
c. Ditinggal sendiri.
d. Keramaian.
4. Gangguan tidur.
a. Sukar tertidur.
b. Tidur tidak nyenyak. 0
c. Mimpi buruk.
d. Terbangun di malam hari.
5. Gangguan kecerdasan.
a. Sukar konsentrasi.
b. Daya ingat buruk. 0
c. Daya ingat menurun.
6. Perasaan depresi atau murung.
a. Hilangnya minat.
b. Sedih. 1
c. Persaan berubah-ubah.
7. Gejala somatik.
a. Suara tidak stabil. 0
b. Otot sakit.
8. Gejala sensorik.
a. Penglihatan kabur. 0
b. Merasa lemas.
9. Gejala kardiovaskuler.
a. Perubahan tekanan darah.
b. Rasa lesu. 3
c. Pusing.
d. Lemas.

Gejala pernapasan.
10. a. Napas pendek.
b. Batuk. 0
c. Rasa sesak.
11. Gejala gastrointestinal.
a. Sulit menelan.
b. Mual. 0
c. Muntah.
d. Kembung.
12. Gejala urogenital.
a. Sering BAK. 0
b. Impetensi.
Lanjutan
13. Gejala autinom.
a. Mulut kering.
b. Muka merah. 3
c. Muka berkeringat.
d. Kepala pusing.
14. Tingkah laku.
a. Gelisah.
b. Tidak tenang. 1
c. Muka pucat.
d. Jari gemetar.
Total skor : 14 ( kecemasan ringan )
Keterangan :<6 = (tidak ada kecemasan)
7– 14 = (kecemasan ringan)
15– 27 = (kecemasan sedang)
> 27 = (kecemasan berat)
Lampiran 3. Tabel penentuan kategori pasien jiwa
Skreening awal : ada keinginan bunuh diri / ide pulang paksa (berdasarkan keinginan pasien sendiri bukan perintah halusinasi)
Ya / Tidak* Jika ya maka pasien langsung masuk kategori krisis.
Variabel Skor Skor Skor skor
Mencederai diri / orang lain* Tidak ada (0) Resiko kecil (16) Resiko besar( 34) Aktual (50)
Komunikasi Ada respon + sesuai lancar (0) Ada respon + sesuai, tidak Ada respon + tidak sesuai (26) Tidak ada respon/pasien
lancar (14) tidak mampu menjawab /
tidak sadar (40)
Interaksi sosial** Bersedia melakukan Bersedia interaksi dengan Bersedia interaksi dengan hanya Tidak bersedia interaksi /
interaks/terlibat dengan lebih dari satu orang (5) satu orang (10) mematung/diam,
kelompok besar (0) menyendiri tanpa
aktifitas/aktifitas tidak
bertujuan (16)
ADL*** Makan Mandiri (0) Mandiri perlu pengawasan(3) Dengan bantuan (7) Menolak (10)
mandi Mandiri (0) Mandiri perlu pengawasan(3) Dengan bantuan (7) Menolak (10)
Berpakaian Mandiri (0)` Mandiri perlu pengawasan(3) Dengan bantuan (7) Menolak (10)
Tidur/istirahat**** Tenang (0) Bisa tidur tapi kadang perlu Tidak dapat tidur nyenyak dan Gangguan tidur kronis
intervensi (3) kadang perlu intervensi (7) (10)
Pengobatan oral/injeksi ***** Aktif berpartisipasi (0) Partisipasi dengan intervensi Bersedia dengan intervensi Menolak (10)
satu-satu(3) lebih dari satu tenaga kesehatan
(7)
Aktivitas Makan Mengikuti / mandiri (0) Mengikuti dengan Aktivitas terjadual dengan Tidak dapat mengikuti
terjadual pengawasan minimal (3) bantuan (7) aktifitas terjadual (10)
Mandi Mengikuti / mandiri (0) Mengikuti dengan Aktivitas terjadual dengan Tidak dapat mengikuti
pengawasan minimal (3) bantuan (7) aktifitas terjadual (10)
berpakaian Mengikuti / mandiri (0) Mengikuti dengan Aktivitas terjadual dengan Tidak dapat mengikuti
pengawasan minimal (3) bantuan (7) aktifitas terjadual (10)
Dari hasil observasi dapat disimpulkan bahwa klien :
a. Kategori I : skor 0 – 39 : Healt promotion c. Kategori III : skor 60 – 119 : Acut
Kategori IV : skor 120 – 200 : Crisis d. Kategori II : skor 31 – 59 : Maintenance
Lampiran 4. Strategi pelaksanaan
STRATEGI PELAKSANAAN 1

Nama pasien : Sdr “S” Nama Mahasiswa : Julia Mar-atul M.

No. RM : 083373 Hari / Tanggal : Senin / 16 Mei 2016

Diagnosa medis : F20.3 Pertemuan ke- :1

Bangsal : Nakula

A. Proses Perawatan

1. Kondisi klien

a. Data ubjektif : klien mengatakan merasa jengkel karen dibeda-bedakan

dengan adiknya.

b. Data Objektif :Klien tampak marah / jengkel saat ditanya tentang

ibunya.

2. Diagnosa keperawatan : resiko perilaku kekerasan.

3. Tujuan : klien dapat membina hubungan saling percaya.

4. Tindakan keperawatan :

a. Beri salam setiap berinteraksi.

b. Sebutkan nama panggilan perawat.

c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan kesukaan klien.

d. Tunjukkan sikap empati.

e. Buat kontrak yang jelas.

f. Bantu pasien mengungkapkan perasaanya.

g. Dengarkan dengan penuh perhatian.


B. Strategi Komunikasi

1. Tahap pra interaksi

a. Saya sudah membaca rekam medis klien Sdr “S” dengan diagnosa

medis F20.3 dan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan.

b. Saya sudah mengekspresi perasaan, ketakutan, dan kemampuan diri.

2. Tahap orientasi

a. Selamat pagi, perkenalkan nama saya Julia. Perawat yang akan merawat

mas selam 3 hari kedepan.

b. Bolehkah saya berkenalan ? nama mas siapa dan suka dipanggil apa ?

baiklah mulai sekarang saya panggil mas “s” ya.

3. Tahap kerja

a. Bagaimana kabarnya, Mas ? Maaf bisa cerita sedikit tentang riwayat

mas “S” bisa sampai dirawat dan masalah yang mas alami?

b. Baik kalau begitu.

4. Tahap Terminasi

a. Bagaimana perasaanya setelah cerita, Mas ?

b. Baik kalau begitu nanti kita ngobrol lagi ya ? Bagaiman a kalau jam

15.00 WIB. Baik sampai ketemu nanti ya Mas.

c. Bagus sekali tadi sudah mau ngobrol dan bercerita tentang mas “S”

selamat istirahat !
STRATEGI PELAKSANAAN 1 & 2

Nama pasien : Sdr “S” Nama Mahasiswa : Julia Mar-atul .M.

No. RM : 083373 Hari / Tanggal : Senin / 16 Mei 2016

Diagnosa medis : F20.3 Pertemuan ke- :2,1

Bangsal : Nakula

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi klien

a. Data subjektif : Klien mengatakan belum tau tentang obat yang diminum.

b. Data objektif : klien tampak bingung saat ditanya tentang obat yang

diminum.

2. Diagnosa keperawatan : resiko perilaku kekerasan.

3. Tujuan

a. Klien dapat membina hubunagn saling percaya.

b. Klien mampu menggunakan obat yang benar.

4. Tindakan keperawatan

a. Beri salam terapeutik.

b. Panggil klien dengan nama kesukaan.

c. Buat kontrak yang jelas.

d. Tunjukkan sikap empati.

e. Diskusikan dengan klien manfaat dan efek samping obat yang diminum.
f. Membantu klien mengenal obat yang diminum.

B. Strategi Komunikasi

1. Tahap pra interaksi

a. Saya sudah membaca catatan medis dan keperawatn sdr “S” dengan

diagnosa medis F20.3 dan diagnosa keperawatn resiko perilaku kekerasan.

b. Saya sudah mengeksporasi perasaan,kekuatan, dan kemampuan.

c. Saya sudah membuat kontrak dengan pasien dan saya siap bertemu dengan

pasien.

2. Tahap orientasi

a. Selamat sore, Mas ! masih ingat sama sya ? bagus sekali.

b. Bagaimana kabarnya, Mas ?

c. Bagaimana mas kalau sekarang kita ngobrol sekaligus belajar tentang

obat yang Mas minum ? Nanti 10 menit saja, bagaimana ?

d. Sebelumnya da keluhan tidak ? Baik bisa dimulai ya ?

3. Tahap kerja

a. Sebelumnya mas sudah tahu belum obat apa saja yang mas minum?

b. Baik kalau begitu saya jelaskan ya ? (senyum)

c. Ini Risperidan 2 mg, warnanya biru muda diminum pagi dan sore. Yang

ini THP 2 mg, warnanya kuning diminum pagi dan sore juga. Yang orange

ini namanya clozapin 25 mg diminum sore saja. (sambil menunjukkan

obat).
d. Kira – kira apa yang mas rasakan stelah minum obat ? Ya benar. Memang

obat-obat yang mas minum menyebabkan pusing dan mengantuk. Tetapi

tidak apa – apa tetap diminum secara teratur ya? Jika pusing atau ngantuk

mas bis tidur dulu.

4. Tahap terminasi

a. Baiklah mas, sekarang mas coba sebutkan obatnya apa saja ? dan

efeknya apa dan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi itu ?

b. Baik bagus sekali, Mas. Mas bagaimanan kalu nanti kita ngobrol lagi

jam 17.00 WIB (setelah makan) ? Mau dimana tempatnya ? O, ya kalau

begitu nanti kita ngobrol lagi di ruang makan ya mas untuk ngobrol

tentang penyebab marah. Bagaimanan Mas ?

c. Baik kalau begitu sampai ketemu nanti ya mas !


STRATEGI PELAKSANAAN 3

Nama pasien : Sdr “S” Nama Mahasiswa : Julia Mar-atul M.

No. RM : 083373 Hari / Tanggal : Senin / 16 Mei 2016

Diagnosa medis : F20.3 Pertemuan ke- :1

Bangsal : Nakula

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi klien

a. Data subjektif : klien mengatakan jengkel jika dibedakan oleh ibunya.

b. Data Objektif : klien tampak marah saat ditanya tentang ibunya.

2. Diagnosa keperawatan : resiko perilaku kekerasan.

3. Tujuan : pasien mampu mengidentifikasi penyebab marah.

4. Tindakan keperawatan

a. Bantu pasien mengungkapkan perasaanya.

b. Beri kesempatan klien untuk menceritakan penyebab kesalnya.

c. Dengarkan tanpa menyela / memberi penilaian setiap ungkapan perasaan

pasien.

B. Strategi Komunikasi

1. Tahap pra interaksi

a. Saya sudah membaca rekam medis sdr “S” dengan diagnosa medis F20.3

dan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan.


b. Saya sudah mengeksporasi perasaan, ketakutan, dan kemampuan diri.

c. Saya sudah membuat kontrak dengan pasien, dan saya siap berinteraksi

dengan pasien.

2. Tahap orientasi

a. Selamt sore, Mas. Masih ingat dengan saya ?

b. Baik sesuai dengan kesepakatan kita tadi, kita mau ngobrol tentang

penyebab marah. Bagaimana Mas ?

c. Sebelumnya, coba diulang lagi tadi tentang obat yang diminum mas !

Bagus sekali (senyum).

d. Ya sebelumnya ada yang mau ditanyakan terlebih dahulu ? Dimulai ya

ngobrolnya !

3. Tahap kerja

a. Coba mas cerita apa sih yang membuat mas marah ?

b. O, ya kalau begitu apa ada hal yang lainnya ?

c. Kalau begitu mas “s” bisa mulai menghindari hal tersebut atau mungkin

cerita ke orang lain seperti itu.

4. Tahap terminasi

a. Baik mas kalu begitu,besok kita ngobrol – ngobrol lagi ya ? jam berapa

mas ? Jam 08.00 WIB atau jam 09.00 WIB ?

b. Baik, besok kita ngobrol jam 09.00 WIB di ruang makan ya ?


c. Silahkan kembali ke kamar ya, sholat maghrib kemudian silahkan

dilanjutkan aktifitasnya. ( mengantar pasien ke kamar lalu mengunci

pintu kamar pasien).


STRATEGI PELAKSANAAN 4 & 5

Nama pasien : Sdr “S” Nama Mahasiswa : Julia Mar-atul .M.

No. RM : 083373 Hari / Tanggal : Selasa / 17 Mei 2016

Diagnosa medis : F20.3 Pertemuan ke- : 1,1

Bangsal : Nakula

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi klien

a. Data subjektif : klien mengatakan dia tidak sakit dan ingin pulang.

b. Data objektif : klien tampak diam.

2. Diagnosa keperwatan : resiko perilaku kekerasan.

3. Tujuan : pasien mampu mengenal tanda-tanda marah.

4. Tindakan keperawatan

a. Dorong pasien menyebutkan tanda-tanda marah yang diketahui.

b. Tanyakan pada pasien tanda-tanda spesifik (tanda fisik, tanda emosional,

dan tanda sosial)

c. Ajarkan pasien untuk napas dalam.

B. Strategi Komunikasi

1. Tahap pra interaksi

a. Saya sudah membaca rekam medis sdr “S” dengan diagnosa medis F20.3

dan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan.

b. Saya sudah mengeksporasi perasaan, kekuatan, dan pengetahuan.


c. Saya sudah membuat kontrak dengan pasien, dan saya siap berinteraksi

dengan pasien.

2. Tahap orientasi

a. Selamat pagi, mas “S”, masih ingat dengan saya ?

b. Bagaimana kabarnya hari ini ?

c. Sesuai dengan kesepakatan kita, kita ngobrol ya pagi ini diruan makan.

Ngobrol tentang tanda-tanda marah. Nanti kita membutuhkan waktu

sekitar 7-10 menit, bagaimana mas “S” ? nanti kalau memungkinkan

kita belajar napas dalam juga ya!!

d. Ok. Kita keruang makan ya ? ( sambil berjalan mengarahkan pasien ke

ruang makan.

3. Tahap kerja

a. Baik mas “S” coba sebutkan kalu orang marah itu apa tandanya ?

b. Bagus, apalagi mas ?

c. Baik, saya tambahkan tanda-tanda marah yang mungkin muncul.

d. Selanjutnya kalau mas “S” marah, mas”S” merasakan apa ?

e. Baik, kalau begitu kita belajar napas dalam ya ?

f. Tarik napas, lepaskan secara perlahn.

g. Coba diulang lagi !!

h. Bagus mas “S”

4. Tahap terminasi

a. Bagus sekali mas, sudah bisa menyebutkan tanda-tanda marah dan bisa

mempraktekkan napas dalam.


b. Coba disebutkan lagi tanda-tanda marah, Mas.

c. O, ya bagus lalu coba dipraktikkan lagi napas dalam.

d. Bagus ya mas, baik kalau begitu nanti kita sambung lagi ya jam 14.00

WIB belajar tentang mengotrol marah dengan tindakan positif ya,

Dimana mas ?

e. Baik, nanti kita ketemu didepan dekat tv untuk belajar mengontrol

marah dengan tindakan positif.

f. Silahkan kembali keruangan !


STRATEGI PELAKSANAAN 6

Nama pasien : Sdr “S” Nama Mahasiswa : Julia Mar-atul .M.

No. RM : 083373 Hari / Tanggal : Selasa / 17 Mei 2016

Diagnosa medis : F20.3 Pertemuan ke- :1

Bangsal : Nakula

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi klien

a. Data subjektif : klien mengatakan tenang.

b. Data objektif : klien tampak diam.

2. Diagnosa keperwatan : resiko perilaku kekerasan.

3. Tujuan : pasien mempu mengontrol marah dengan kegiatan positif

(merapikan tempat tidur).

4. Tindakan Keperawatan

a. Dorong pasien untuk melakukan kegiatan positif (merapikan tempat

tidur).

b. Anjurkan pasien memasukkan kegiatan dalam jadwal harian.

c. Beri reinforcement positive pada pasien.

B. Strategi Komunikasi

1. Tahap pra interaksi

a. Saya sudah membaca rekam medis sdr “S” dengan diagnosa medis

F20.3 dan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan.

b. Saya sudah mengeksporasi perasaan, kekuatan, dan pengetahuan.


c. Saya sudah membuat kontrak dengan pasien, dan saya siap berinteraksi

dengan pasien.

2. Tahap orientasi

a. Selamat siang, mas “S”, masih ingat dengan saya ?

b. Bagaimana kabarnya hari ini ?

c. Sesuai dengan kesepakatan kita, kita ngobrol ya siang ini didekat TV.

Kita ngobrol tentang cara mengontrol marah dengan kegiatan positif

(merapikan tempat tidur). Nanti kita membutuhkan waktu sekitar 7-10

menit, bagaimana mas “S” ? Ok. Kita kedekat TV ya ? ( sambil

berjalan mengarahkan pasien kedekat TV).

3. Tahap kerja

a. Baik mas “S” coba praktikkan cara merapikan tempat tidur !

b. Bagus, bagaimana perasaannya setelah merapikan tempat tidur ?

c. Baik, kalau begitu bagaimana kalau mas “S” memasukkan kegiatan

merapikan tempat tidur dalam jadwal harian ?

d. Selanjutnya kalau mas “S” marah, mas”S” dapat mengalihkannya

dengan merapikan tempat tidur. Bagaimana mas ?

4. Tahap terminasi

a. Bagus sekali mas, sudah bisa merapikan tempat tidur dan bersedia

untuk memasukkannya dalam jadwal harian.

b. Bagus ya mas, baik kalau begitu nanti kita sambung lagi ya jam 17.00

WIB belajar tentang mengotrol marah dengan asertif verbal. Dimana

mas ?
c. Baik, nanti kita ketemu di ruang makan untuk belajar mengontrol

marah dengan asertif verbal.

d. Silahkan kembali keruangan ! (dengan senyum)


STRATEGI PELAKSANAAN 7

Nama pasien : Sdr “S” Nama Mahasiswa : Julia Mar-atul .M.

No. RM : 083373 Hari / Tanggal : Selasa / 17 Mei 2016

Diagnosa medis : F20.3 Pertemuan ke- :1

Bangsal : Nakula

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

a. Data subjektif : klien mengatakan tenang.

b. Data objektif : klien tampak diam.

2. Diagnosa keperwatan : resiko perilaku kekerasan.

3. Tujuan : pasien mempu mengontrol marah dengan asertif verbal (meminta

dan menolak dengan baik)

4. Tindakan keperawatan

a. Ajarkan klien cara meminta dan menolak yang baik.

b. Dorong pasien mempraktikkan cara meminta dan menolak yang baik.

c. Beri reinforcement positive pada pasien.

B. Strategi Komunikasi

1. Tahap pra interaksi

a. Saya sudah membaca rekam medis sdr “S” dengan diagnosa medis

F20.3 dan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan.

b. Saya sudah mengeksporasi perasaan, kekuatan, dan pengetahuan.


c. Saya sudah membuat kontrak dengan pasien, dan saya siap berinteraksi

dengan pasien.

2. Tahap orientasi

a. Selamat sore, mas “S”, masih ingat dengan saya ?

b. Bagaimana kabarnya hari ini ?

c. Sesuai dengan kesepakatan kita, kita ngobrol ya siang ini di ruang

makan. Kita ngobrol tentang cara mengontrol marah dengan asertif

verbal ( meminta dan menolak dengan baik) Nanti kita membutuhkan

waktu sekitar 7-10 menit, bagaimana mas “S” ? Ok. Kita ke ruang

makan ya ? ( sambil berjalan mengarahkan pasien ke ruang makan).

3. Tahap kerja

a. Baik mas “S” saya contohkan bagaimana cara meminta dan menolak

yang baik. Diperhatiakan ya, Mas !

b. Bagus, bagaimanama sudah paham belum ?

c. Baik, kalau begitu bagaimana kalau mas “S” mencoba mempraktikkan

cara meminta dan menolak yang baik.

4. Tahap terminasi

a. Bagus sekali mas, sudah bisa mempraktikkan cara meminta dan

menolak yang baik.

b. Bagus ya mas, baik kalau begitu nanti kita sambung lagi ya jam 16.00

WIB belajar tentang mengotrol marah dengan spiritual. Dimana mas ?

c. Baik, nanti kita ketemu di ruang makan untuk belajar mengontrol marah

dengan spiritual. Silahkan kembali keruangan !


STRATEGI PELAKSANAAN 8

Nama pasien : Sdr “S” Nama Mahasiswa : Julia Mar-atul .M.

No. RM : 083373 Hari / Tanggal : Rabu / 18 Mei 2016

Diagnosa medis : F20.3 Pertemuan ke- :1

Bangsal : Nakula

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi klien

a. Data subjektif : klien mengatakan ingin pulang.

b. Data objektif : klien tampak diam.

2. Diagnosa keperwatan : resiko perilaku kekerasan.

3. Tujuan : pasien mempu mengontrol marah dengan spiritual.

4. Tindakan keperawatan

a. Dorong klien menyebutkan kegiatan spiritual yang biasa dilakukan.

b. Dorong pasien mempraktikkan kegiatan spiritual yang biasa dilakukan.

c. Beri reinforcement positive pada pasien.

B. Strategi Komunikasi

1. Tahap pra interaksi

a. Saya sudah membaca rekam medis sdr “S” dengan diagnosa medis F20.3

dan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan.

b. Saya sudah mengeksporasi perasaan, kekuatan, dan pengetahuan.

c. Saya sudah membuat kontrak dengan pasien, dan saya siap berinteraksi

dengan pasien.
2. Tahap orientasi

a. Selamat sore, mas “S”, masih ingat dengan saya ?

b. Bagaimana kabarnya hari ini ?

c. Sesuai dengan kesepakatan kita, kita ngobrol ya siang ini di ruang makan.

Kita ngobrol tentang cara mengontrol marah dennagn spiritual. Nanti kita

membutuhkan waktu sekitar 7-10 menit, bagaimana mas “S” ? Ok. Kita

ke ruang makan ya ? ( sambil berjalan mengarahkan pasien ke ruang

makan).

3. Tahap kerja

a. Baik mas “S” coba sebutkan kegiatan spiritual yang biasa anda lakukan?

b. Bagus, kalau mas “S” sedang marah, kegiatan ibadah apa yang mas

lakukan?

c. Baik, kalau begitu bagaimana kalau mas “S” mencoba

mempraktikkannya.

4. Tahap Terminasi

a. Bagus sekali mas, sudah bisa mempraktikkan dengan baik.

b. Bagus ya mas, baik kalau begitu nanti silahkan dimasukkan dalam jadwal

harian.

c. Baik, Silahkan kembali keruangan ! Selamat istirahat !


Lampiran 5. Jadwal Kegiatan Harian Klien
Nama Klien : Sdr “S” Dx. Medis : F20.3
No. RM : 083373 Ruang : Nakula
No Waktu Kegiatan Senin, Selasa, Rabu,
. 16/05/2016 17/05/2016 18/05/2016
M P T M P T M P T
1. 05.00 – Membersihkan tempat
05.45 tidur, merapikan & V V V
WIB mandi.
2. 05.45 – Mempersiapkan ruang
06.00 makan, menyiapkan V V V
WIB sarapan pagi.
3. 06.00 – Sarapan pagi, minum
07.00 obat sesuai dengan V V V
WIB terapi medik.
4. 07.00 – Membereskan ruang
07.30 makan, mencuci piring. V V V
WIB
5. 07.30 – Do’a bersama.
09.00 V V V
WIB
6. 09.00 – Latihan mengontrol
09.15 RPK dengan tarik napas V
WIB dalam.
7. 09.15 – Mengikuti kegiatan
10.00 TAK. V V V
WIB
8. 10.00 – Mempersiapkan ruang
10.30 makan, menyiapkan V V V
WIB ruang makan siang.
9. 11.45 – Ibadah.
12.30 V V V
WIB
10. 12.30 – Mandi mengganti
13.00 pakaian. V V V
WIB
11. 13.00 – Latihan mengontrol
13.15 RPK dengan cara V
verbal.

12. 14.00 – Latihan mengontrol


14.15 Ansietas. V V
WIB
Lanjutan

13. 14.15 – Membersihkan &


15.00 merapikan tempat tidur. V V V
WIB
14. 15.00 – Ibadah. V V
15.30
WIB
15. 15.30 – Menyapu ruangan & V
16.00 mandi V V
WIB
16. 16.00 – Menyiapkan peralatan
16.30 dan ruang makan. V V V
WIB
17. 16.30 – Makan malam
17.00 V V V
WIB
18. 17.00 – Membersihkan ruang
18.00 makan dan mencuci V V V
WIB perlatan makan.
19. 18.55 – Ibadah V V V
20.00
WIB
20. 20.00 – Mencuci muka,kaki,
20.30 dan menggosok gigi. V V V
WIB
21. 20.30 – Istirahat malam / tidur. V V V
04.30
WIB
22. 04.30 – Bagun tidur dan ibadah. V V V
05.00
WIB
Keterangan :
M : Mandiri
P : Perlu pengawasan dan bantuan
T : Bantuan total
V : Dilakukan
Lampiran 6. Format pengakajian asuhan keperawatan jiwa

I. IDENTITAS KLIEN

Nama : ..............................................................

Umur : ..............................................................

Jenis kelamin : ..............................................................

Pendidikan : ..............................................................

Pekerjaan : ...............................................................

Suku bangsa : ..............................................................

Alamat : ...............................................................

................................................................

No.RM : ...............................................................

Informan : ...............................................................

Tanggal masuk : ...............................................................

Tanggal pengkajian : ................................................................

II. KONDISI SAAT INI

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................
Diagnosa Medis

Axis 1 :

Axis 2 :

Axis 3 :

Axis 4 :

Axis 5 :

III. RIWAYAT MASA LALU (FAKTOR PREDISPOSISI dan

PRESIPITASI)

1. Pernah mengalami masalah gangguan jiwa di masa lalu ? (lingkari salah

satu)

a. Ya

b. Tidak

Jelaskan

....................................................................................................................

....................................................................................................................

2. Riwayat pengobatan sebelumnya dan keberhasilannya :

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................
3. Apakah pernah mengalami masalah-masalah dibawah ini :

(beri tanda √ pada pilihan)

Komponen Ya Tidak Jelaskan


Kehilangan anggota keluarga/ orang
yang dicintai
Masalah ekonomi dan
pekerjaan/menganggur/PHK
Kehilangan harta benda/ barang
berharga
Kehilangan anggota tubu akibat
trauma
Menderita penyakit menahun/
kronis
Masalah pendidikan (tidak naik
kelas/putus sekolah, dll)
Penolakan/ kegagalan
Kekerasan dalam keluarga/
masyarakat (aniaya sisik/
psikologis/ seksual)
Tindakan kriminal
Memiliki peran baru
Lain-lain :
Sebutkan
..........................................................
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ? (lingkari

salah satu)

a. Ya

b. Tidak

Jelaskan

....................................................................................................................

....................................................................................................................

IV. MEKANISME KOPING

a. Jenis Mekanisme Koping (lingkari salah satu)

1) Negosiasi/ kompromi

2) Teknik relaksasi

3) Aktivitas konstruktif

4) Displacement

5) Regresi

6) Menghindar

7) Mencederai diri

8) Lainnya, sebutkan ........................................................................

b. Sumber mekanisme koping (lingkari salah satu)

1) Kemampuan personal

2) Dukungan sosial

3) Keyakinan positif

4) Aset materi
Jelaskan

............................................................................................................

............................................................................................................

V. PENGKAJIAN FISIK

1. Keadaan umum (lingkari salah satu)

a. Baik

b. Sedang

c. Lemah

2. Tingkat kesadaran :

3. TTV

TD : mmHg

N : x/menit

RR : x/menit

S : ◦C

4. Ukur

BB : Kg

TB : cm

5. Keluhan fisik (lingkari salah satu)

a. Ya

b. Tidak
Jelaskan

............................................................................................................

............................................................................................................

............................................................................................................

6. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
b. Wajah
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
c. Mata
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
d. Hidung
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
e. Mulut
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
f. Telinga
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
g. Leher
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
h. Dada
1) Paru-paru
INSPEKSI
............................................................................................
............................................................................................
PALPASI
............................................................................................
............................................................................................
PERKUSI
............................................................................................
............................................................................................
AUSKULTASI
............................................................................................
...........................................................................................
i. Jantung
INSPEKSI
................................................................................................
..............................................................................................
PALPASI

................................................................................................
..............................................................................................
PERKUSI

................................................................................................
................................................................................................

AUSKULTASI

................................................................................................
................................................................................................

j. Abdomen
INSPEKSI
................................................................................................
................................................................................................
AUSKULTASI
................................................................................................
................................................................................................
PERKUSI
................................................................................................
................................................................................................
PALPASI
................................................................................................
................................................................................................
k. Genetalia
................................................................................................
................................................................................................
l. Anus dan rektum
................................................................................................
................................................................................................
m. Ekstremitas
Atas :
................................................................................................
................................................................................................
Bawah :
................................................................................................
................................................................................................
n. Kulit
................................................................................................
................................................................................................
o. Kuku
................................................................................................
................................................................................................
7. Riwayat pengobatan penyakit fisik
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................

VI. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL


1. Genogram
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
b. Identitas diri
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
c. Peran diri
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
d. Ideal diri
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................

e. Harga diri
.......................................................................................................
.......................................................................................................
......................................................................................................
3. Hubungan dengan keluarga dan masyarakat
a. Di rumah (keluarga dan masyarakat)
......................................................................................................
......................................................................................................
......................................................................................................
b. Di rumah sakit/ lingkungan tempat tinggal saat ini
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
c. Hasil observasi perilaku terkait dalam hubungan sosial
......................................................................................................
......................................................................................................
......................................................................................................
4. Spiritual/ keagamaan
a. Nilai dan keyakinan
......................................................................................................
......................................................................................................
......................................................................................................
b. Kegiatan ibadah
......................................................................................................
......................................................................................................
.....................................................................................................
VII. PENGKAJIAN STATUS MENTAL
(Lingkari pilihan masing-masing)
1. Penampilan fisik
a. Tidak rapi
b. Penggunaan pakaian tidak sesuai
c. Cara berpakaian tidak seperti biasanya
d. Badan bau
e. Kuku panjang dan kotor
f. Rambut kotor dan kusam
g. Gigi kotor
Jelaskan
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
2. Pembicaraan
a. Cepat
b. Apatis
c. Keras
d. Lambat
e. Gagap
f. Membisu
g. Inkoheren
h. Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
3. Aktivitas motorik
a. Lesu
b. Tik
c. Tegang
d. Grimasen
e. Gelisah
f. Tremor
g. Agitasi
h. Kompulsif
Jelaskan
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
4. Alam perasaan
a. Sedih
b. Takut
c. Putus asa
d. Khawatir
e. Gembira berlebihan
Jelaskan
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
5. Afek
a. Appropiate / tepat
b. Inappropiate/ tidak tepat
c. Datar
d. Tumpul
e. Labil
f. Tidak sesuai
Jelaskan
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
6. Interaksi selama wawancara
a. Bermusuhan
b. Curiga
c. Kontak mata mudah beralih
d. Tidak kooperatif
e. Defensif
f. Mudah tersinggung
g. Kontak mata tidak ada
Jelaskan
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
7. Persepsi sensori
Jenis : ..............................................................................................
Isi : ..............................................................................................
Waktu munculnya halusinasi : ...........................................................
Frekuensi halusinasi muncul : ...........................................................
Stressor pencetus : ..............................................................................
Respon/ perasaan saat halusinasi muncul : .........................................
Upaya menghilangkan halusinasi : .....................................................
Keberhasilan upaya : ..........................................................................
8. Proses pikir
a. Sirkumtansial
b. Tangensial
c. Kehilangan asosiasi
d. Flight of idea
e. Blocking
f. Reeming
g. Pengulangan pembicaraan/ preseverasi
Jelaskan
............................................................................................................
............................................................................................................
Isi pikir
a. Obsesi
b. Fobia
c. Depersonalisasi
d. Ide yang terkait
Waham
a. Hipokondria
b. Somatik
c. Magic mistik
d. Nihilistik
e. Agama
f. Kebesaran
g. Somatik
h. Curiga
Waham bizar
a. Sisip pikir
b. Sedasi
c. Stupor
Jelaskan
............................................................................................................
............................................................................................................
9. Tingkat kesadaran (secara kualitatif)
a. Bingung
b. Sedasi
c. Stupor
Disorientasi
a. Waktu
b. Tempat
c. Orang
10. Memori
a. Gangguan daya ingat jangka pendek
b. Gangguan daya ingat jangka panjang
c. Gangguan daya ingat saat ini
d. Konfabulasi

Jelaskan
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
11. Tingkat konsentrasi dan berhitung
a. Mudah beralih
b. Tidak mampu berhitung sederhana
c. Tidak mampu konsentrasi
Jelaskan
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
12. Kemampuan penilaian
a. Gangguan penilaian ringan
b. Gangguan penilaian bermakna
Jelaskan
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
13. Daya tilik diri
a. Mengingkari penyakit yang diderita
b. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................

IX. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


1. Penyakit jiwa
2. Pencegahan kekambuhan
3. Sumber koping
4. Manajemen hidup sehat
5. System pendukung
6. Obat-obatan yang diminum
7. Sembuh sosial
8. Manajeman hidup sehat
Jelaskan
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
X. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Tanggal Test Hasil Nilai keterangan
normal

b. Data diagnostik : Foto Radiologi/ EEG/ MRI/ CT Scan, dll


Hasil :
................................................................................................................
................................................................................................................
XI. TERAPI MEDIS
No Nama Obat Dosis / Efek Perhatian
rute terapi perawat

XII. PENILAIAN SKOR KATEGORI PASIEN


Skreening awal : apakah ............punya keinginan/ ide bunuh diri/ ide
pulang paksa dari pasien?
Ya/ tidak (jika ya, berarti pasien langsung masuk kategori IV/ Krisis)
Variable :
1. Menciderai diri/ orang lain
............................................................................................................
2. Komunikasi
............................................................................................................
3. Interaksi sosial
............................................................................................................
4. ADL
a. Makan : ....................................................................
b. Mandi : ....................................................................
c. Berpakaian : ....................................................................
5. Tidur/ istirahat
............................................................................................................
6. Pengobatan oral/ injeksi
............................................................................................................
7. Aktifitas terjadwal
a. Makan : ....................................................................
b. Mandi : ....................................................................
c. Berpakaian : ....................................................................
Hasil :
Skor total pasien : ....................................................................
Kategori : ....................................................................
a. Tahap penanganan
......................................................................................................
b. Tujuan perawatan
......................................................................................................
c. Fokus pengkajian
......................................................................................................
d. Prinsip intervensi
......................................................................................................
e. Hasil yang diharapkan
.....................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai