(TENTANG IMUN)
9. Argita R.Kapuga
TINGKAT 1B
TAHUN 2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Proses Imunitas ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Waingapu,februari2020
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................2
A. Definisi Sistem Imun…........................................................................2
B. Fungsi Sistem Imun...............................................................................2
C. Lapisan dalam Imun Tubuh...................................................................2
D. Macam-macam Sistem Imun Tubuh.....................................................3
E. Jenis- jenis Sistem Imun........................................................................7
F. Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh...................................................7
G.Respon Sistem Imun..............................................................................8
H.Faktor-faktor yang mempengaruhi Imunitas Tubuh............................12
I. Disfungsi Sistem Imun.........................................................................14
J. Contoh Penyakit akibat ketidakseimbangan Sistem Imun...................14
BAB III PENUTUP........................................................................................16
A. Kesimpulan ............................................................................................16
B. Soal.........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Proses Imunitas
C. Tujuan
Mengetahui bagaimana Proses Imunitas
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
D. Macam-macam Sistem Imun Tubuh
Tahap inflamasi:
3
b. Protein Antivirus ( Interferon)
4
langsung tanpa perantara antibody
atau Antibody Dependent Celluler Cytoxicity (ADCC).
d. Sistem Komplemen
5
Limfosit B atau sel B berperan dalam sistem imun spesifik humoral
yang akan menghasilkan antibodi. Antibodi dapat ditemukan di serum
darah, berasal dari sel B yang mengalami proliferasi dan berdiferensiasi
menjadi sel plasma. Fungsi utama antibodi sebagai pertahanan terhadap
infeksi ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralisasi toksinnya. 1
Sel B memiliki reseptor yang spesifik untuk tiap-tiap molekul antigen
dan dapat dideteksi melalui metode tertentu melalui marker seperti
CD19, CD21 dan MHC II.
6
b. Imunitas Seluler (Celullar Immunity)
1. Aktif
a. Dibentuk oleh tubuh karena adanya infeksi antigen
b. Macamnya :
a). Alami : bila terserang antigen.
b). Buatan : bila memasukkan antigen yang dilemahkan.
2. Pasif
a. Diperoleh dari luar tubuh
b. Macamnya :
a). Alami : bila bayi mendapatkan imunitas dari ibunya.
b). Buatan : bila menyuntikan serum, antibisa, immunoglobin lainnya
dari darah orang yang telah kebal. Hanya bertahan beberapa minggu.
7
F. Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem imunitas yang sehat adalah jika dalam tubuh bisa membedakan
antara diri sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Biasanya ketika
ada benda asing yang yang memicu respons imun masuk ke dalam tubuh
(antigen) dikenali maka terjadilah proses pertahanan diri. Secara garis besar,
sistem imun menurut sel tubuh dibagi menjadi sistem imun humoral dan sistem
imun seluler. Sistem imun humoral terdiri atas antibody (Imunoglobulin) dan
sekret tubuh (saliva, air mata, serumen, keringat, asam lambung, pepsin, dan lain-
lain). Sedangkan sistem imun dalam bentuk seluler berupa makrofag, limfosit,
neutrofil beredar di dalam tubuh kita.
Ada dua tipe leukosit pada umumnya, yaitu fagosit yang bertugas memakan
organisme yang masuk ke dalam tubuh dan limfosit yang bertugas mengingat dan
mengenali yang masuk ke dalam tubuh serta membantu tubuh menghancurkan
mereka. Sedangkan sel lainnya adalah netrofil, yang bertugas melawan bakteri.
Jika kadar netrofil meningkat, maka bisa jadi ada suatu infeksi bakteri di
dalamnya. Limfosit sendiri terdiri dari dua tipe yaitu limfosit B dan limfosit T.
Limfosit dihasilkan oleh sumsum tulang, tinggal di dalamnya dan jika matang
menjadi limfosit sel B, atau meninggalkan sumsum tulang ke kelenjar thymus dan
menjadi limfosit sel T. Limfosit B dan T mempunyai fungsi yang berbeda dimana
limfost B berfungsi untuk mencari target dan mengirimkan tentara untuk
mengunci keberadaan mereka. Sedangkan sel T merupakan tentara yang bisa
menghancurkan ketika sel B sudah mengidentifikasi keberadaan mereka.
Jika terdapat antigen (benda asing yang masuk ke dalam tubuh) terdeteksi,
maka beberapa tipe sel bekerjasama untuk mencari tahu siapa mereka dan
memberikan respons. Sel-sel ini memicu limfosit B untuk memproduksi antibodi,
suatu protein khusus yang mengarahkan kepada suatu antigen spesifik. Antibodi
sendiri bisa menetralisir toksin yang diproduksi dari berbagai macam organisme,
dan juga antibodi bisa mengaktivasi kelompok protein yang disebut komplemen
yang merupakan bagian dari sistem imun dan membantu menghancurkan bakteri,
virus, ataupun sel yang terinfeksi.
8
Infeksi virus secara langsung merangsang produksi Interferon oleh sel-
sel terinfeksi; Interferon berfungsi menghambat replikasi virus. Sel NK
melisiskan berbagai jenis sel terinfeksi virus. Sel NK mampu melisiskan sel
yang terinfeksi virus walaupun virus menghambat presentasi antigen dan
ekspresi MHC I, karena sel NK cenderung diaktivasi oleh sel sasaran yang
MHC negatif.
9
Complex) kelas I. Peran Interferon sebagai anti virus cukup besar, khususnya
IFN-α dan IFN-β. Dampak antivirus dari IFN terjadi melalui :
a. Bakteri Ekstraseluler
10
b. Bakteri Intraseluler
11
menemukan bukti-bukti, bahwa kelainan-kelainan yang ditimbulkan karena
infeksi dengan parasit ini, seperti splenomegali, hepatomegali,
glumerulunefritis, proses peradangan kronik, kerusakan jaringan yang lanjut
serta berbagai reaksi hipersensitivitas, bukanlah ulah parasit itu sendiri
melainkan akibat mekanisme imunologik tubuh.
Reaksi tipe I hingga III adalah reaksi yang dibawakan oleh imunitas
humoral sedangkan reaksi Tipe IV oleh imunitas seluler.
1. Genetik
Kerentanan seseorang terhadap penyakit ditentukan oleh gen Major
Histocompatibility Complex (MHC) / Human Leucocyt Antigen (HLA).
Genetis sangat berpengaruh terhadap sistem imun, hal ini dapat dibuktikan
dengan suatu penelitian yang dibuktikan bahwa pasangan anak kembar
homozigot lebih rentan terhadap suatu allergen dibandingkan dengan
pasangan anak kembar yang heterozigot. Hal ini membuktikan bahwa faktor
hereditas mempengaruhi sistem imun.
2. Umur
Hipofungsi sistem imun pada bayi mudah infeksi, pada orang tua
autoimun & kanker. Usia juga mempengaruhi sistem imun, pada saat usia
balita dan anak-anak sistem imun belum matang di usia muda dan sistem
imun akan menjadi matang di usia dewasa dan akan menurun kembali saat
usia lanjut.
12
3. Metabolik
13
b. silia trakt.respon
c. aliran urin
d. sekresi kulit bersifat bakterisid
e. enzim
f. antibodi
11. Mikrobial
• Pengertian Lupus
Lupus merupakan salah satu penyakit autoimun. Penyakit ini muncul ketika
sistem kekebalan dalam tubuh menyerang jaringan tubuhnya sendiri. Lupus dapat
menyebabkan radang pada berbagai bagian tubuh seperti sendi, jantung, paru-paru,
pembuluh darah, ginjal, bahkan otak. Terdapat beberapa tipe lupus, antara lain:
SLE merupakan jenis lupus yang paling sering ditemukan dan dapat dibedakan
menjadi ringan dan berat. Lupus jenis ini banyak menyerang bagian dalam tubuh.
• Neonatal Lupus
14
Neonatal Lupus merupakan jenis lupus yang terjadi pada bayi baru lahir, akibat
lupus yang diderita sang ibu. Meski demikian, lupus jenis ini jarang ditemukan.
Ini merupakan jenis lupus penyebab ruam merah yang sulit hilang.
• Gejala
Lupus memiliki banyak gejala yang seringkali menyerupai penyakit lain, seperti
pusing, demam, dan nyeri sendi. Penderita lupus pun akan menunjukkan tanda-tanda
berupa rasa kaku dan bengkak, nyeri dada, mata kering, rambut rontok, jari yang
pucat atau kebiruan saat dingin (fenomena Raynaud), sesak napas, dan sariawan.
Selain itu, gejala khas dari lupus adalah munculnya ruam (rash) di pipi dan
hidung. Bentuknya menyerupai kupu-kupu, sehingga disebut butterfly-shaped rash.
Komplikasi pada lupus yang dapat timbul seperti gagal ginjal, radang paru, maupun
penyakit kardiovaskular (pada jantung dan pembuluh darah), seperti serangan jantung.
• Penyebab
15
Penyebab lupus belum diketahui dengan pasti hingga saat ini. Namun, ada
beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan penyakit ini, yaitu:
• Genetik
Lupus dapat diturunkan apabila ada orangtua atau keluarga dekat yang
sebelumnya menderita lupus.
• Hormon
Belum ada penelitian yang spesifik membahas peran hormon dalam penyakit
lupus. Meski demikian, penelitian lain telah mengungkap adanya kaitan hormon
estrogen (hormon seks pada perempuan) dengan penyakit lupus. Sehingga, lupus lebih
banyak menyerang perempuan dibanding laki-laki.
Faktor-faktor lain yang diduga bisa menyebabkan atau memicu gejala penyakit
lupus adalah obat-obatan, stres, kebiasaan merokok, infeksi, dan paparan sinar
matahari. Perempuan berusia 15-45 tahun memiliki risiko lebih tinggi terhadap lupus.
• Diagnosis
Pemeriksaan untuk penyakit lupus tidak bisa berdiri sendiri. Sebab, gejala yang
dialami akan berbeda pada setiap orang. Selain itu, lupus dapat menyerang berbagai
bagian dalam tubuh.
Lupus sering menimbulkan gejala serupa penyakit lain. Oleh karena itu, selain
melihat gejalanya, penting untuk menjalani beberapa pemeriksaan. Misalnya,
pemeriksaan darah dan urine, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang lain
yang bisa menjadi acuan untuk memastikan adanya penyakit lupus pada seorang
pasien.
16
• Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan untuk menghitung jumlah sel darah merah,
sel darah putih, trombosit, serta hemoglobin (protein dalam sel darah merah).
• Pemeriksaan urine
• Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik bertujuan menemukan ruam khas penderita lupus, yang juga
dikenal sebagai butterfly-shaped rash, maupun ruam di bagian tubuh lain. Selain itu,
pemeriksaan juga dilakukan untuk menemukan tanda lain seperti sariawan pada
rongga mulut.
• X-ray
X-ray pada dada dilakukan untuk melihat kelainan di paru-paru. Sebab, lupus
juga bisa menyebabkan kerusakan paru-paru.
• Biopsi
Ini merupakan tes darah yang dilakukan laboratorium untuk mendeteksi adanya
antibodi hasil produksi sistem imun (ketahanan tubuh). Mayoritas penderita lupus
menunjukkan hasil tes ANA yang positif. Namun, tes ini bukan satu-satunya jaminan
dalam diagnosis lupus. Apabila tes ANA menunjukkan hasil positif, dokter dapat
merekomendasikan pemeriksaan antibodi lanjutan untuk memastikan diagnosis.
17
Perawatan
Belum ada pengobatan yang efektif untuk lupus. Sebab, penyebab dari penyakit
ini pun sebenarnya belum terungkap sampai sekarang. Meski demikian, pemberian
obat-obatan sesuai gejala yang timbul, dapat membantu. Oleh karena itu, penderita
lupus biasanya perlu berkonsultasi dengan beberapa dokter dari berbagai spesialisasi,
sesuai dengan gejala yang dialami. Sebab pada prinsipnya, pengobatan lupus
dilakukan untuk mencegah meluasnya penyakit ini, meredakan rasa sakit, dan
mempertahankan bagian tubuh yang masih sehat.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
A. Aktif
B. Pasif
Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan ditangkap oleh kapiler limfa dan
dibawa ke simpul limfa. Di dalam limfa, antigen dimakan oleh makrofag, disinilah
terjadi respon imun humoral. Antigen yang melekatkan diri pada reseptor limfosit
yang sesuai akan menyebabkan limfosit terangsang untuk membelah. Dari sinilah
akan berkembang suatu klon sel yang mampu mensintesis antibodi khusus tersebut.
19
20
DAFTAR PUSTAKA
21