Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN

( TENTANG PERAWAT DAN MASYARAKAT)

Disusun Oleh :Kelompok 3

1.Martino Ronaldus Ama

2.Aprianus M.Yanggu

3.Maria A.K.Madik

4.Arman N.Limu

5.Malvino N.Wohangara

6.Meliati T.Ina

7.Orisah H.Ama

8.Marseli P.Njola

 TINGKAT 1B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES KUPANG

PRODI KEPERAWATAN WAINGAPU

TAHUN : 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas berkat dan karunia-
Nya, sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini diajukan
sebagai memenuhi nilai tugas mata kuliah etika keperawatan yang berjudul “ Perawat Dan
Masyarakat “

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata kesempurna karena keterbatasan yang kami
miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca sangat kami
harapkan agar terciptanya makalah yang lebih baik lagi. Kami mengharapkan makalah ini bisa
menjadi sumber ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi pembacanya.

` Waingapu, Maret 2020

Kelompok 3
DAFTAR ISI

JUDUL...........................................................................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Perilaku Perawat Menurut Presepsi Masyarakat……………………………….

2.2 Citra Perawat yang Sudah Berkembang di Masyarakat,……………………..

2.3 Upaya Perawat dalam Menanggapi Presepsi Masyarakat……………………..

2.4 Membangun Citra Perawat yang Positif Dimata Masyarakat……………………..

BAB III : PENUTUP

3.1
Kesimpulan....................................................................................................................

3.2 Saran……………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang didefinisikan sebagai
fungsi professional keperawatan. Fungsi professional yaitu membantu mengenali dan
menemukan kebutuhan pasien yang bersifat segera. Itu merupakan tanggung jawab perawat
untuk mengetahui kebutuhan pasien dan membantu memenuhinya. Perkembangan ilmu
kesehatan kesehatan sudah mulai berkembang dengan pesat sehingga masyarakat mulai
menyoroti kinerja tenaga kesehatan dalam pemberian pelayanan kesehatan, termasuk perawat.
Sehingga perawat dituntut untuk profesional dengan menampilkan kinerja secara hati-hati, teliti,
dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur dengan begitu klien akan merasa yakin bahwa
perawat bertanggung jawab dan memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang relevan
dengan disiplin ilmunya dengan begitu akan terlihat citra perawat secara positif.

1.2 Rumusan msalah

Bagaimana perilaku perawat menurut presepsi masyarakat ?

Bagaimana citra perawat yg sudah berkembang dimasyarakat ?

Bagaimana upaya perawat dalam menanggapi presepsi masyarakat ?

Bagaimana membangun citra perawat yang positif dimata masyarakat ?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui perilaku perawat menurut presepsi masyarakat.

Untuk mengetahui citra perawat yg sudah berkembang dimasyarakat.

Untuk mengetahui upaya perawat dalam menanggapi persepsi masyarakat.


BAB III

PEMBAHASAN

2.1 Perilaku Perawat Menurut Presepsi Masyarakat

Selama ini profesi perawat memiliki persepsi berbeda dikalangan masyarakat. Banyak
masyarakat sekarang ini menganggap bahwa perawat hanyalah sekedar pembantu dokter,yang
tanpa dokter perawat tidak dapat melakukan tugasnya dengan sempurna, anggapan ini telah
menjadi penilaian utama terhadap profesi seorang perawat. Akibatnya banyak masyarakat yang
menganggap bahwa profesi seorang perawat itu rendah.

Khususnya di Indonesia pandangan terhadap profesi perawat masih belum mendapat anggapan
positif , anggapan masyarakat masih keliru tentang profesi seorang perawat. Di mata sebagian
masyarakat perawat masih sering dinilai tidak memiliki ilmu dan tidak mandiri. Mungkin karena
tingkat pendidikan seorang perawat yang kebanyakan hanya sampai akademi atau dengan kata
lain hanya sampai D3 saja. Dengan begitu ilmu mereka kurang dan derajat mereka dengan rekan
kerja pun lebih rendah. Maka dari itu profesi seorang perawat pun disepelekan. Anggapan ini
masih belum bisa di hapus dari benak masyarakat ketika melihat pekerjaan seorang perawat di
rumah sakit.

Selain itu penilaian semacam ini dapat disebabkan oleh ketidak tahuan masyarakat akan tugas
seorang perawat. Tugas perawat yang langsung bersentuhan dengan pasien memengaruhi
gambaran perawat secara keseluruhan. Segala kebutuhan pasien di rumah sakit dengan tingkat
ketergantungan yang tinggi sangat membutuhkan bantuan perawat . Masyarakat sering melihat
profesi perawat dalam kehidupan pasien sehari - hari, seperti ketika pasien mau makan, minum,
mandi, buang air besar maupun kecil. Melihat tugas keseharian perawat seperti inilah yang
membentuk pandangan masyarakat akan tugas seorang perawat tidak lebih dari seorang
pembantu. Jika dikaji lebih dalam sebenarnya tanggung jawab seorang perawat itu sangat besar,
di balik tugasnya yang harus memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat seorang perawat juga
berperan dalam kesembuhan pasien. Bila perawat yang menangani pasien tidak profesianal maka
pemenuhan kebutuhan kesehatan pasien pun akan terganggu. Obat yang bagus dan dokter yang
hebat pun akan tidak berpengaruh jika perawatnya salah. Jadi peran perawat sangat besar dalam
proses penyembuhan seorang pasien. Tanpa kita sadari, perawat sebenernya mengemban tugas
yang berat. Mereka harus bisa menjadi seperti seorang dokter, apoteker, psikiater, psikolog
bahkan teman yang dapat menjadi tempat curhat bagi pasien. Hal itu karena perawat memang
harus memeriksa atau mendiagnosa, menyarankan obat, menjadi tempat curhat, memberi nasehat
pada pasien, menemani pasien, bahkan hingga menjadi tempat pelampiasan pasien yang marah.
Seorang perawat sering menjadi tempat pelampiasan kemarahyan pasien, hal ini bisa terjadi
ketika seorang pasien mengalami gangguan kejiwaan atau ketika pasien didiagnosa oleh seorang
dokter mengidap penyakit tertentu, tentu pasien shock ketika mendengar berita tersebut. Dalam
situasi seperti ini peran perawat sangat dibutuhkan terlebih-lebih untuk penenangan jiwa pasien.

Selain itu peran perawat juga dapat dilihat ketika seorang pasien yang sedang putus asa.
Walaupun dokter mengatakan dia baik-baik saja, tapi pasien tersebut tetap merasa bahwa dia
sakit. Hal yang seperti ini dapat dirawat agar perasaan itu tidak ada lagi. Selain tugas seorang
psikiater dan psikolog, di sini perawat juga dapat berperan untuk membantu memenuhi
kebutuhan pasien tersebut agar menjadi sehat seutuhnya atau dengan kata lain sehat jasmani dan
rohani. Bahkan, orang yang sudah divonis mati pun harus tetap dilayani oleh perawat untuk
memenuhi kebutuhannya agar tetap semangat dan bisa meninggal dengan keadaan damai.
Karena di sini, tugas dokter hanya memeriksa biologisnya saja, atau seorang psikolog hanya dari
psikologinya saja. Tapi bagi perawat, belum tentu orang sehat dibilang sehat bila orang tersebut
belum mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya. Hal ini sesuai dengan prinsip perawat yang
harus mendiagnosa pasien dilihat dari biologisnya, sosialnya, psikologisnya, dan spiritualnya.

2.2 Citra Perawat yang Sudah Berkembang di Masyarakat

Image atau citra, reputasi dan kepedulian perawat merupakan salah satu faktor yang memegang
peranan penting terhadap kepuasan klien dimana klien memandang rumah sakit mana yang akan
dibutuhkan untuk proses penyembuhan. Klien dalam menginterprestasikan perawat berawal dari
cara pandang melalui panca indera dari informasi-informasi yang didapatkan dan pengalaman
baik bagi orang lain maupun diri sendiri sehingga menghasilkan anggapan yang positif terhadap
perawat, meskipun dengan harga yang tinggi, klien akan tetap setia menggunakan jasa perawat
dengan harapan-harapan yang diinginkan klien.Masyarakat ternyata sangat mengharapkan sosok
perawat yang profesional dan memiliki citra yang baik dalam bersikap dalam arti lembut,
sabar,penyayang, ramah, sopan dan santun saat memberikan asuhan keperawatan terhadap
masyarakat.

Namun, dalam kehidupan sehari-hari kita masih sering menemukan perilaku kurang baik yang
dilakukan oleh seorang perawat terhadap klien saat menjalankan profesinya di rumah sakit.
Mulai dari perawat yang identik dengan sombong, tidak ramah, pemarah, kurang komunikasi
dengan klien, serta kurang cepat menanggapi keluhan dari klien sehingga saat ini perawat masih
dinilai belum dapat mencerminkan tenaga perawat yang profesional dan citra perawat belum
sesuai dengan harapan masyarakat.

Hal ini yang menjadikan citra perawat di Indonesia masih kurang baik. Maka dari itu diperlukan
langkah kongkrit untuk merubah citra perawat di indonesia. Bukan hanya satu dua orang saja
yang harus membela ini. Namun seluruh elemen keperawatan harus juga mendukung langkah
perubahan citra perawat di masyarakat.
2.3 Upaya Perawat dalam Menanggapi Presepsi Masyarakat

Hindari Penghinaan: Janganlah pernah melakukan hal-hal yang bersifat merendahkan, ejekan,
dan penghinaan dalam bentuk apapun terhadap orang lain, baik tentang kepribadiannya, postur
tubuhnya, kemampuannya dan kaadaan sosialnya. Hal ini akan menimbulkan perasaan sakit hati
dan dendam terhadap seseorang.

Hindari Ikut Campur Urusan Pribadi: Hindari ikut campur urusan pribadi orang lain yang tidak
ada manfaatnya bagi kita, bila terlibat. Karena bila kita melakukannya, yang muncul hanyalah
ketidaksuka-sukaan di salah satu pihak.

Hindari Memotong Pembicaraan: Janganlah suka memotong pembicaraan orang lain, jika hal ini
dilakukan dalam bergaul akan berkembang menjadi ketidaksukaan bahkan kebencian dapat
bersarang ditubuh seseorang. Karena betapa tidak enaknya bila kita sedang bicara kemudian tiba-
tiba dipotong dan disangkal oleh orang lain.

Hindari Membanding-bandingkan: Sedikitpun jangan sekali-kali secara sengaja membanding-


bandingkan orang lain, baik itu berupa jasa, kebaikan penampilan, perbuatan, harta dan
sebagainya. Jika orang tersebut mendengarkan menyebabkan dia merasa dirinya tidak berharga,
merasa rendah diri atau sampai terhina.

Jangan membela musuhnya dan mencaci kawannya: Setiap orang mempunyai kawan yang
disukai maupun yang dibenci. Bila membela musuhnya, maka kita akan bergabung dengan
musuhnya. Sedangkan apabila kita membenci kawannya maka kita akan dianggap sedang
mencaci dirinya. Karena orang itupun akan merasa terhina bila temannya dihina. Sebaiknya
bersikaplah netral untuk kebaikan semua pihak. Sementara itu, dalam bergaul seharusnya kita
prioritaskan adalah memperbanyak kawan bukan lawan.

Hindari Merusak Kebahagiaan: Bila seseorang tengah suka cita, gembira dan bahagia jangan
sekali-kali kita melakukan tindakan yang merusak kebahagiaan atau kegembiraannya saat itu
juga.

Jangan Mengungkit masa Lalunya: Janganlah pernah mengungkit kesalahan, aib atau
kekurangan yang sedang berusaha ditutup-tutupi. Siapa tahu kelemahan di masa lalu sudah
terhapus dengan ia bertaubat. Belajarlah untuk selalu bersama-sama memulai lembaran baru
yang lebih putih, bersih dan bersemangat untuk mengisi lembaran tersebut dengan kebaikan
demi kebaikan.
Hati-hati dengan marah: Kemarahan yang tak terkendali dapat menghasilkan kata dan perilaku
yang keji, yang akan melukai perasaan orang lain. Hal ini tentunya dapat merusak atau
menghancurkan hubungan baik di lingkungan manapun.

Hindari Menertawakan Orang lain: Sebagian besar sikap menertawakan muncul karena
menyaksikan kekurangan orang lain. Sikap, penampilan dan wajah terkadang membuat sebagian
orang tertawa karena terlihat lucu dimata mereka. Ingatlah tertawa yang tidak pada tempatnya
akan mengundang rasa sakit hati dan merasa terhina.

2.4 Membangun Citra Perawat yang Positif Dimata Masyarakat

Sudah banyak hal dilakukan demi membangun citra perawat dimata masyarakat.

1. Salah satunya adalah kesepakatan dari PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) yang
melakukan uji kompetensi keperawatan yang diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan pada
pasien dalam melakukan tugasnya.

2. Kegiatan seminar yang diselanggarakan institusi-institusi tertentu dengan bekerja sama


dengan organisasi yang ada.

3. Hingga pengadaan kegiatan rutin dalam bidang keperawatan demi meninggkatkan kualitas
kerja perawat di lapangan kerja.Namun, tidak dipungkiri penyebaram informasi melalui media
massa sanggat dibutuhkan demi peningkatan citra perawat sehingga bukan hal yang tidak
mungkin akan merubah citra perawat yang tadinya buruk menjadi citra yang baik dimata
masyarakat.

4. Menggunaan media massa dalam penyebaran informasi tentang peran perawat serta
keramahan perawat dalam menjalankan tugasnya

5. Keoptimalan dan kerja sama antara perawat, instansi terkait dan masyarakat akan sangat
membantu dalam peninggakat citra perawat tersebut, oleh sebab itu marilah kita menjadikan isu
ini untuk memacu semangat kita membangun citra perawat dimana ini sebagai profesi yang kita
emban agar menjadi citra yang baik dimata masyarakat.

6. Dalam penggunaannya, media masa dapat kita manfaatkan semaksimal mungkin untuk
mempromosikan kinerja perawat professional sebagai pembuktian kesalahan citra yang terlanjur
tertanam dalam masyarakat. Jika melirik dari segi media masa elektronik, tenaga kesehatan yang
marak muncul saat ini yaitu dokter dengan promosi rajin menyikat gigi malam hari, atau bidan
dengan program BKKBN yang sedang marak di tayangkan di media masa. Lalu bagai mana
dengan perawat?. Dengan wacana seperti ini bukan tidak mungkin perawat hadir dengan
program senyum, sapa, salam, yang mampu memberikan informasi maksimal dalam pelayanan
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perawat adalah petugas medis yang memang paling banyak jasanya dalam menjalankan tugas-
tugasnya. Tanpa panggilan jiwa, seorang perawat akan sulit melaksanakan tugasnya dengan baik.
Hal inilah yang menjadikan pandangan tentang perawat kurang bagus di masyarakat. Jadi,
berpikirlah dua kali bila ada yang berpikiran jelek terhadap perawat, karena dibalik semua itu,
mereka mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar dalam pelayanan kesehatan.

Tetapi Peran dan Fungsi Perawat bukan hanya pada saat melakukan pekerjaannya di Institusi
Kesehatan saja, melainkan Perawat juga harus bisa hidup di tengah tengah masyarakat, maka
dari itu, untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat yang baik, menciptakan kehidupan
bertetangga yang baik, maka seorang perawat harus bisa menyesuaikan diri untuk hidup di
masyarakat.

4.2 Saran

Seorang perawat dan mahasiswa keperawatan di dalam berkehidupan di masyarakat haruslah


memperhatikan norma dan etika yang berlaku di masyarakat, karena etika memberi manusia
orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari dan membantu
kita mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita
pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimul Hidayat (2007), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi II, Salemba Medika,
Jakarta

Rideout, Elizabet.2001.Transforming Nursing Education Through Problem-Based Learning.


Oleh Novieastari, Enie, dkk.Pendidikan Keperawatan Berdasarkan Problem Based
Learning.2001. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai