Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEPERAWATAN PALIATIF DAN MENJELANG AJAL

Perspektif Keperawatan Dan Konsep Perawatan Paliatif

Nama Kelompok 5 :

1. Niwayan Santika Yanti 17061069


2. Ega Srinita 17061023
3. Anastasya Piri 17061120
4. Rut Sangkoy 17061149
5. Cintia Manurapon 17061181

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,dan
hidaya-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang “perspektif keperawatan dan konsep
perawatan paliatif “. Ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami
juga berterimakasih kepada dosen mata kuliah keperawatan paliatif dan menjelang ajal dalam
memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan dating, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun yamg
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Penyusun

Manado, September 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3
BAB 1 ........................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
Latar belakang........................................................................................................................................... 4
Rumusan Masalah ..................................................................................................................................... 5
Tujuan Pembahasan .................................................................................................................................. 5
BAB II........................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 6
Perspektif Keperawatan ............................................................................................................................ 6
Pengertian Keperawatan Anak .............................................................................................................. 6
Perspektif Keperawatan Maternitas ...................................................................................................... 7
Perspektif Keperawatan Jiwa ................................................................................................................ 8
Perspektif Keperawatan Komunitas ...................................................................................................... 9
Perspektif Keperawatan Medikal Bedah ............................................................................................. 10
Perspektif Keperawatan Gerontik ....................................................................................................... 10
Perawatan Paliatif ................................................................................................................................... 10
Masalah Keperawatan Pada Pasien Paliatif ............................................................................................ 13
DukunganKeluarga ................................................................................................................................. 15
E. Kebutuhan Spiritual ........................................................................................................................ 19
F. Patofisiologi Penyakit Kanker ............................................................................................................ 23
BAB III ....................................................................................................................................................... 24
PENUTUP .................................................................................................................................................. 24
A. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 24
B. Saran ................................................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 25
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Perspektif keperawatan dibagi menjadi 6 yaitu keperawatan anak, jiwa, keperawatan
maternitas, omunitas, medical bedah, dan keperawatan gerontik. Disetiap bagian
memilikipengertian. Berdasarkanuraian diatas, maka diperlukan pembahasan lebih lanjut
mengenai “perspektif keperawatan”
Perawatan paliatif (dari bahasa latin “palliare”, untuk jubah) adalah setiap bentuk
pearawatan medis atau perawatan yang berkonsentrasi pada pengurangan keparahan
gejala penyakit, daripada berusaha menghentikan, menunda, atau sebaliknya
perkembangan dari penyakit itu sendiri atau memberikan penyemnuhan. Tujuannya
adalah untuk mencegah dan mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup
orang menghadapi yang serius, penyakit yang kompleks. Non rumah sakit perawatan
paliatif tidak tergantung pada prognosis dan ditawarkan dalam hubungannya dengan
kuratif dan semua bentuk lain yang sesuai perawatan medis. Di Amerika serikat,
pembedaan dibuat antara perawatan paliatif rumah sakit umum dan perawatan yang
memberikan perawatan paliatif untuk mereka pada akhir kehidupan. 2 aspek perawatan
berbagi filosofi yang sama tetapi berbeda dalam system pembayaran mereka dan lokasi
layanan
Perawatan paliatif juga dapat digunakan untuk mengurangi efek samping dari
pengobatan kuratif, seperti mengurangi rasa mual yang berhubungan dengan kemotrapi.
Istilah perawatan paliatif semakin digunakan berkaitan dengan penyakit lain selain
kanker seperti kronis, gangguan paru progresif, penyakit ginjal, gagal jantung kronis,
HIV/AIDS, dan kondisi neurologis progresif. Selain itu bidang yang berkembang pesat
perawatan paliatif pediatric telah menunjukkan dengan jelas kebutuhan untuk layanan
diarahkan khusus anak-anak dengan penyakit serius.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu perspektif keperawatan ?
2. Apa itu konsep perawatan paliatif

C. Tujuan Pembahasan
Untuk mengetahui tentang apa itu perspektif keperawatan dan konsep perawatan paliatif
BAB II

PEMBAHASAN

a. Perspektif Keperawatan
Perspektif dapat diartikan sebagai cara pandang seseorang terhadap sesuatu. Jadi
perspektif merupakan penilaian seseorang mengenai suatu fenomena yang terjadi.
Keperawatan adalah upaya pemberian pelayanan atau asuhan yang bersifat
Humanistic dan professional, holistic berdasarkan ilmu dan kiat, standart pelayanan
dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat professional secara
mandi atau melalui upaya kolaborasi.
Perspektif keperawatan dibagi menjadi 6 yaitu keperawatan anak, jiwa,
keperawatan maternitas, keperawatan komunitas, keperawatan medikal bedah dan
keperawatan gerontik yaitu sebagai berikut:

b. Pengertian Keperawatan Anak


Perspektif keperawatan anak merupakan landasan berfikir bagi seorang perawat anak
dalam melaksanakan pelayanan keperawatan terhadap klien anak maupun
keluarganya. Isi bahasan keperawatan anak mencakup keperawatan anak dan peran
anak, falsafah keperawatan dan peran perawat anak.
 Prinsip/Cara Keperawatan Anak
 Cegah atau turunkan dampak perpisahan antara orang tua dan dengan
menggunakan pendekatan family centred
 Tingkatkan kemampuan orangtua dalam mengontrol perwatan anaknya,
pendidikan kesehatan merupakan strategi yang tepat untuk menyiapkan
orangtua sehingga terlihat aktif dalam perawatnya anak
 Cegah cedera baik fisik maupun psikologis, rasa nyeri akibat tindakan
perlukan (misalnya suntikan) tidak akan bisa dihilangkan, tetapi tidak dapat
dkurangi dengan menggunakan teknik distraksi dan relaksasi
 Modifikasi lingkungan fisik rumah sakit, dengan mendesainnya seperti di
rumah, yaitu penataan dan dekorasi
 Peran perawat
Beberapa peran penting seorang perawat anak yaitu sebagai pembela (advokasi),
pendidik,konselor,kordinator,pembuat keputusan etik, perencanaan
kesehatan,Pembina hubungan terapeutik, evaluator dan peneliti

c. Perspektif Keperawatan Maternitas


 Pengertian Keperawatan Maternitas
Keperawatan maternitas merupakan persiapan persalinan serta kualitas pelayanan
kesehatan yang dilakukan dan difokuskan kepada kebutuhan bio-fisik dan
psikososial dari klien, keluarga, dan bayi baru lahir. (May & mahlmeister, 1990)
Keperawatan maternitas merupakan sub system dari pelayanan kesehatan
dimana perawat berkolaborasi dengan keluarga dan lainnya untuk membantu
beradaptasi pada masa prenatal, intranatal, postnatal, dan masa interpartal.
(Auvenshine & Enriquez, 1990)
 Peran Perawat
Peran perawat dalam keperawatan maternitas menurut Reed 1997
1. Pelaksana
2. Pendidik
3. Konselor
4. Rol model bagi para ibu
5. Rol Model bagi teman sejawa
6. Rumusan masalah
7. Ahli keperawatan
 Pendekatan Pelayanan Keperawatan
Pendekatan pelayanan dalam keperawatan maternitas yaitu
1. Holistik
2. Penghargaan terhadap pasien
3. Peningkatan kemampuan pasien kemandirian
4. Pemanfaatan dan peningkatan sumber daya yang di perlukan
5. Proses keperawatan

 Tujuan
Tujuan keperawatan maternitas adalah
1. Membantu wanita usia subur dan keluarga dalam masalah produksi kehamilan
2. Membantu PUS untuk memahami kehamilan persalinan dan nifas adalah normal
3. Memberi dukungan agar ibu memandang kehamilan persalinan dan nifas
pengalaman positif dan menyenangkan

d. Perspektif Keperawatan Jiwa


 Pengertian Keperawatan Jiwa
Keperawatan adalah ilmu dan kiat yang merupakan perpaduan dan integrase dari
area teori-teori yang berbeda; ilmu-ilmu sosial, seperti psikologi dan sosiologi,
ilmi-ilmu dasar seperti anatomi,fisiologi, mikrobiologi, dan biokimia serta ilmu
media tentang diagnose dan pengobatan terhadap penyakit
 Perspektif Kesehatan Jiwa
a. Sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki
aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memliki persepsi sesuai kenyataan
dan kecakapan dalam beradaptasi dengan likungan (stuart & larasia, principal,
tektbook of basicnursung, 1999;58)
b. Fisik ,intlektual, emosional secara optimal dari seorang dan perkembangan ini
berjalan selaras dengan orang lain (UU kesehatan jiwa No, 3 Tahun 1996)
 Kriteria Sehat Jiwa Menurut Yahoda
1. Sikap positif terhadap diri sendiri
2. Tumpah kembang api dan aktualisasi diri
3. Integrasi
4. Otonomi
5. Persefsi realitas
6. Environmental mastery
 Rentang Sehat Jiwa
1. Sikap positif terhadap diri sendiri
2. Rentang dimulai dari sehat optimal mati
3. Ada tahap-tahap
4. Adanya variasi tiap individu
5. Menggambarkan kemampuan adaptasi
6. Berfungsi secara efektif sehat

e. Perspektif Keperawatan Komunitas


 Pengertian Keperawatan Komunitas
Menurut Anderson & farlane (2007), menjelaskan bahwa perawat
komunitas idealnya sebagai seorang advokat individu dan kesehatan keluarga
serta terampil dalam membangun hubungan saling percaya, perawatan memiliki
pemahaman yang baik tentang kebutuhan dan pelayanan lokal. Karena
pengalaman sebagai advokat kesehatan individu dan keluarga, perawat, dalam
suatu model advokasi komunitas, dapat menerjemahkan pengetahuan khusus
mereka tentang pelayanan keluarga dalam konteks yang lebih besar dari
kemitraan komunitas.
 Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari:
1. Manusia
Manusia sebagai klien berarti sekumpulan individu atau klien yang memiliki
nilai, keyakinan, minat, dan interaksi satu sama lainnya untuk mencapai
tujuan.
2. Kesehatan
Adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dasar
klien atau komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai
dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.
3. Lingkungan
Semua factor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien yang bersifat
biologis, psikologis, social, kultural, dan spiritual.
4. Keperawatan
Intervensi bertujuan untuk menekankan stressor atau meningkat kemampuan
klien melalui upaya pencegahan primer, sekunder dan tertier.
f. Perspektif Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan medikal bedah membahas tentang masalah kesehatan yang lazim
terjadi pada usia dewasa baik yang bersifat akut maupun kronik dengan atau tanpa
tindakan operatif yang meliputi gangguan fungsi tubuh pada system kardiovaskular,
pengindraan (mata, THT), pencernaan dan urologi oleh karena berbagai penyebab
patologis seperti infeksi atau peradangan, kongenital, neoplasma trauma, dan
degeneratif.

g. Perspektif Keperawatan Gerontik


Adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan secara umum dengan menggunakan ilmu dan seni untuk
memberikan kesejahteraan manusia dalam proses penuaan dan lanjut usia baik bio,
psiko, social, kultural, dan spiritual secara komprehensif.
Menurut Nugroho (2000) lansia dapat dikelompokkan dalam beberapa tipe yang
tergantung kepada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, mental, social dan
ekonominya. Dalam pembagian ini dibedakan menjadi empat tipe :
1. Tipe optimis, santai dan riang
2. Tipe militant dan serius
3. Tipe marah-perustasi
4. Tipe putus asa, benci pada diri sendiri dan ingin mati saja

1. Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada penderita
yang sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang dideritanya. Pasien
sudah tidak memiliki respon terhadap terapi kuratif yang disebabkan oleh keganasan
ginekologis. Perawatan ini mencakup penderita serta melibatkan keluarganya (Aziz,
Witjaksono, & Rasjidi, 2008).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup
pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit
yangmengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui
identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah
lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO)
2016).
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan pada pasien dengan penyakit
yang dapat membatasi hidup mereka atau penyakit terminal dimana penyakit ini sudah
tidak lagi merespon terhadap pengobatan yang dapat memperpanjang hidup(Robert,
2003).Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga
dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan
menghilangkan penderitaan.Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit
termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta untuk
memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan (National Consensus
Project for Quality Palliative Care, 2013).Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak
dianggap sebagai sesuatu yang harus di hindari tetapi kematian merupakan suatu hal yang
harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa
(Nurwijaya dkk, 2010).
Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan perawatan
paliatif meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah
dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual (Campbell, 2013). Perawatan
paliatif ini bertujuan untuk membantu pasien yang sudah mendekati ajalnya, agar pasien
aktif dan dapat bertahan hidupselama mungkin. Perawatan paliatif ini meliputi
mengurangi rasa sakit dan gejala lainnya, membuat pasien menganggap kematias sebagai
prosesyang normal, mengintegrasikan aspek-aspek spikokologis dan spritual (Hartati &
Suheimi, 2010). Selain itu perawatan paliatif juga bertujuan agar pasien terminal tetap
dalam keadaan nyaman dan dapat meninggal dunia dengan baik dan tenang (Bertens,
2009).
 Prinsip perawatan paliatif
yaitu menghormati dan menghargai martabat serta harga diri pasien dan
keluarganya (Ferrel & Coyle, 2007). Menurut Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia (KEMENKES, 2013) dan Aziz, Witjaksono, dan Rasjidi (2008)
prisinsip pelayanan perawatan paliatif yaitu menghilangkan nyeri dan mencegah
timbulnya gejala serta keluhan fisik lainnya, penanggulangan nyeri, menghargai
kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal , tidak bertujuan
mempercepat atau menghambat kematian, memberikan dukungan psikologis,
sosial dan spiritual, memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif
mungkin, memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita, serta
menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan
keluarganya.
 Elemen dalam perawatan paliatif menurut National Consensus Project
dalam Campbell (2013), meliputi :
 Populasi pasien. Dimana dalam populasi pasien ini mencangkup pasien
dengan semua usia, penyakit kronis atau penyakit yang mengancam
kehidupan.
 Perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga. Dimana pasien dan
keluarga merupakan bagian dari perawatan paliatif itu sendiri.
 Waktu perawatan paliatif. Waktu dalam pemberian perawatan paliatif
berlangsung mulai sejak terdiagnosanya penyakit dan berlanjut hingga
sembuh atau meninggal sampai periode duka cita.
 Perawatan komprehensif. Dimana perawatan ini bersifat multidimensi
yang bertujuan untuk menanggulangi gejala penderitaan yang termasuk
dalam aspek fisik, psikologis, sosial maupun keagamaan.
 Tim interdisiplin. Tim ini termasuk profesional dari kedokteran, perawat,
farmasi, pekerja sosial, sukarelawan, koordinator pengurusan jenazah,
pemuka agama, psikolog, asisten perawat, ahli diet, sukarelawan terlatih.
 Perhatian terhadap berkurangnya penderitaan : Tujuan perawatan paliatif
adalah mencegah dan mengurangi gejala penderitaan yang disebabkan
oleh penyakit maupun pengobatan.
 Kemampuan berkomunikasi : Komunikasi efektif diperlukan dalam
memberikan informasi, mendengarkan aktif, menentukan tujuan,
membantu membuat keputusan medis dan komunikasi efektif terhadap
individu yang membantu pasien dan keluarga.
 Kemampuan merawat pasien yang meninggal dan berduka
 Perawatan yang berkesinambungan. Dimana seluru sistem pelayanan
kesehatan yang ada dapat menjamin koordinasi, komunikasi, serta
kelanjutan perawatan paliatif untuk mencegah krisis dan rujukan yang
tidak diperukan.
 Akses yang tepat. Dalam pemberian perawatan paliatif dimana timharus
bekerja pada akses yang tepat bagi seluruh cakupanusia, populasi, kategori
diagnosis, komunitas, tanpa memandang ras, etnik, jenis kelamin, serta
kemampuan instrumental pasien.
 Hambatan pengaturan. Perawatan paliatif seharusnya mencakup pembuat
kebijakan, pelaksanaan undang-undang, dan pengaturan yang dapat
mewujudkan lingkungan klinis yang optimal.
 Peningkatan kualitas. Dimana dalam peningkatan kualitas membutuhkan
evaluasi teratur dan sistemik dalam kebutuhan pasien.

2. Masalah Keperawatan Pada Pasien Paliatif


Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasien yaitu kejadian-
kejadian yang dapat mengancam diri sendiri eimana masalah yang seringkali di keluhkan
pasien yaitu mengenai masalah seperti nyeri, masalah fisik, psikologi sosial, kultural serta
spiritual (IAHPC, 2016).Permasalahan yang muncul pada pasien yang menerima
perawatan paliatif dilihat dari persepktif keperawatan meliputi masalah psikologi,
masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada
aspek spiritual atau keagamaan (Campbell, 2013).
 Masalah Fisik
Masalah fisik yang seringkali muncul yang merupakan keluhan dari pasien
paliatif yaitu nyeri (Anonim, 2017).Nyeri merupakan pengalaman emosional dan
sensori yang tidak menyenangkan yang muncul akibat rusaknya jaringan aktual
yang terjadi secara tiba-tiba dari intensitas ringan hingga berat yang dapat
diantisipasi dan diprediksi. Masalah nyeri dapat ditegakkan apabiladata subjektif
dan objektif dari pasien memenuhi minimal tiga kriteria (NANDA, 2015).
 Masalah Psikologi
Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah kecemasan.
Hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa penyakit yang
membuat pasien takut sehingga menyebabkan kecemasan bagi pasien maupun
keluarga (Misgiyanto & Susilawati, 2014).
 Masalah Sosial
Masalah pada aspek sosial dapat terjadi karena adanya ketidak normalan
kondisi hubungan social pasien dengan orang yang ada disekitar pasien baik itu
keluarga maupun rekan kerja (Misgiyanto & Susilawati, 2014).Isolasi sosial
adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam ( Twondsend, 1998 ). Atau suatu
keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain
(Kelliat, 2006 ).
 Masalah Spiritual
Menurut Carpenito (2006) salah satu masalah yang sering muncul pada pasien
paliatif adalah distress spiritual. Distres spiritual dapat terjadi karena diagnose
penyakit kronis, nyeri, gejala fisik, isolasi dalam menjalani pengobatan serta
ketidakmampuan pasien dalam melakukan ritual keagamaan yang mana biasanya
dapat dilakukan secara mandiri.
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni,
musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besar dari dirinya (Hamid,
2008).Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam
prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan
biologis dan psikososial (Keliat dkk, 2011).
3. DukunganKeluarga
 Definisi keluarga
Keluarga adalah orang yang termasuk dalam ikatan perkawinan, kelahiran
dan adopsi dengan tujuan menciptakan, mempertahankan budaya, meningkatkan
pertahanan fisik, mental, emosional, dan sosial dari setiap anggota keluarga
(Friedman, 2013).Sendangkan menurut Helvie dalam Harnilawati (2013) keluarga
adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam
kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat.
 Tipe dukungan keluarga
 Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari
ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi ataupun
keduanya (Suprajitno, 2004).
 Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah keluarga
lain yang mempunyai hubungan darah. Misalnya kakek, nenek, paman dan
bibi (Suprajitno, 2004).
 Fungsi keluarga
Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut:
 Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarganya agar dapat
berhubungan dengan orang lain.
 fungsi sosialisasi, adalah fungsi untuk mengembangkan dan tempat
melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah
untuk berhubungan/bersosialisasi dengan orang lain di luar rumah.
 Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
 Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan merupakan tempat mengembangkan
kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
 Fungsi perawatan/pemeliharaankesehatan, adalah fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi.
 Definisi dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap dan tindakan terhadap anggota keluarga
yang sakit dan keluarga memberikan bantuan kepada anggota keluarga lain baik
berupa barang, jasa, informasi, dan nasihat sehingga anggota keluarga merasa di
sayangi, di hormati dan dihargai (Friedman, 2013). Sendangkan menurut
Helnilawati (2013) dukungan keluarga adalah dukungan yang didapatkan dari
keluarga ke anggota keluarga, yang dimana dukungan ini sangat bermanfaat bagi
anggota keluarga yang mendapatkan dukungan dan merasa diperhatikan, di hargai
dan di cintai oleh keluarganya.
Menurut Friedman (2013) sumber dukungan sosial keluarga internal
adalah sumber dukungan yang didapatkan dari suami atau istri, saudara kandung
atau dukungan dari anak.Serta dukungan sosial keluarga eksternal yaitu sahabat,
tetangga, kelompok sosial, dan keluarga besar (kakek, nenek, bibi atau paman).
 Manfaat dukungan keluarga
Dukungan keluarga ini terjadi selama masa proses kehidupan dengan sifat
dan tipe dukungan yang bervariasi pada masing-masing tahap siklus kehidupan
keluarga, walapun demikian dalam semua tahapan siklus kehidupan keluarga,
dukungan keluarga dapat memungkinkan keluarga berfungsi secara penuh dan
dapat meningkatkan adaptasi keluarga dalam memenuhi kesehatan keluarga
(Friedman, 2013).
 Jenis dukungan keluarga
Jenis dukungan keluarga ada empat yaitu (Harnilawati, 2013) dan Friedman
(2013) :
 Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan
praktis dan konkrit. Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan
jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dan material berupa
bantuan nyata, termasuk didalamnya bantuan langsung, seperti saat
seseorang memberi atau meminjamkan uang, membantu kegiatan spiritual
seperti menyediakan keperluan-keperluan yang bersangkutan dengan
ibadah.
 Dukungan keluarga informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai
sebuah kolektor dan disseminator (penyebar informasi). Jenis dukungan
ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama, termasuk
di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan nasehat,
pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh
seseorang. Dimana keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi
informasi. Misalnya keluarga dapat memberikan atau menyediakan buku,
mendatangkan ulama atau rohaniawan.
 Dukungan penilaian (appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah
umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan
sebagai sumber dan validator identitas keluarga. Misalnya anggota
keluarga yang sakit tidak bisa atau tidak mampu untuk melakukan
sholat/ibadah maka tugas keluarga yaitu membantu/mengajarkan cara
melakukan sholat/ibadah.
 ukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan
damai untuk istirahat dan pemulihan serta penguasaan terhadap emosi.
 Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga
Faktor-faktor yang mempengaruhi keluarga (Purnawan, 2008) :
 Faktor internal

1) Tahap perkembangan. Setiap dukungan ditentukan oleh faktor usia


dimana termasuk pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian
setiap rentang usia memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan
kesehatan yang berbeda-beda.

2) Spiritual, aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang itu


menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan, hubungan
dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan serta arti
dalam hidup.

3) Faktor emosional, factor ini juga dapat mempengaruhi keyakinan


seseorang terhadap adanya dukungan dan cara melaksanakannya.
Seseorang yang mengalami respon stress cenderung merasa khawatir
bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang
secara umum terlihat tenang mungkin mempunyai respon emosional yang
kecil selama ia sakit. Jadi seorang individu yang tidak mampu melakukan
koping secara emosional terhadap ancaman penyakitnya mungkin akan
menyangkal tentang penyakitnya.

 Faktor eksternal

1) Faktor keluarga, cara keluarga memberikan dukungan dapat


mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.

2) Faktor sosioekonomi. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang


biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang
dirasakannya sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa
ada gangguan pada kesehatannya.
3) Faktor latarbelakang budaya. Faktor ini dapat mempengaruhi
keyakinan, nilai serta kebiasaan individu dalam memberikan dukungan
termasuk cara pelaksanaan kesehatan.

E. Kebutuhan Spiritual
 Pengertian kebutuhan spiritual
Spiritual berasal dari kata latin yaitu “spiritus” yang memiliki arti napas
atau angin dan dapat di notasikan bahwa spiritual memberikan kehidupan atau
esensi dalam manusia (Kozier dkk, 2008). Spiritual merupakan sesuatu yang di
percayai oleh seseorang dalam hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi
(Tuhan) yang menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya
Tuhan dan permohonan maaf atas kesalahan yang pernah dibuat (Aziz, 2014
dalam Sasmika, 2016).
Definisi lain menyebutkan bahwa spiritual adalah multidimensi yang
terdiri dari dimensi vertikal dan dimensi horizontal yang berarti dimensi vertikal
menunjukkan hubungan individu dengan Tuhan yang dapat menuntun dan
mempengaruhi individu dalam menjalani kehidupan sedangkan dimensi
horizontal merupakan hubungan individu dengan dirinya sendiri, orang lain, dan
lingkungannya (Rois, 2014 dalamSasmika, 2016). Spiritual adalah suatu
hubungan yang dimiliki individu yang tidak hanya kepada Tuhan saja melainkan
kepada individu lain dan lingkungan juga.
 Karakteristik spiritual
Siregar (2015) menyatakan bahwa pemenuhan spiritual harus berdasarkan 4
karakteristik spiritual itu sendiri. Ada beberapa karakteristik yang dimiliki
spiritual, adapaun karakteristik itu antara lain:
 Hubungan dengan diri sendiri
Merupakan kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi
pengetahuan diri yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan
juga sikap yang menyangkut kepercayaan pada diri sendiri, percaya pada
kehidupan atau masa depan, ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan
diri sendiri (Young dan Koopsen, 2007). Kekuatan yang timbul dari diri
seseorang membantunya menyadari makna dan tujuan hidupnya,
diantaranya memandang pengalaman hidupnya sebagai pengalaman yang
positif, kepuasan hidup, optimis terhadap masa depan, dan tujuan hidup
yang semakin jelas (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
Kepercayaan (Faith). Menurut Fowler dan keen (1985)
kepercayaan bersifat universal, dimana merupakan penerimaan individu
terhadap kebenaran yang tidak dapat dibuktikan dengan pikiran yang
logis.Kepercayaan dapat memberikan arti hidup dan kekuatan bagi
individu ketika mengalami kesulitan atau stress.Mempunyai kepercayaan
berarti mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang sehingga
dapat memahami kehidupan manusia dengan wawasan yang lebih luas.
Harapan (Hope). Harapan berhubungan dengan ketidakpastian
dalam hidup dan merupakan suatu proses interpersonal yang terbina
melalui hubungan saling percaya dengan orang lain, termasuk dengan
Tuhan. Harapan sangat penting bagi individu untuk mempertahankan
hidup, tanpa harapan banyak orang menjadi depresi dan lebih cenderung
terkena penyakit.
Makna atau arti dalam hidup (Meaning of live). Perasaan
mengetahui makna hidup, yang kadang diidentikkan dengan perasaan
dekat dengan Tuhan, merasakan hidup sebagai suatu pengalaman yang
positif seperti membicarakan tentang situasi yang nyata, membuat hidup
lebih terarah, penuh harapan tentang masa depan, merasa mencintai dan
dicintai oleh orang lain (Puchalski, 2004).
 Hubungan dengan orang lain atau sesama
Hubungan seseorang dengan sesama sama pentingnya dengan diri
sendiri. Kebutuhan untuk menjadi anggota masyarakat dan saling
keterhubungan telah lama diakui sebagai bagian pokok dalam pengalaman
manusiawi (Young dan Koopsen, 2007).
Young dan Koopsen ( 2007) menyatakan adanyahubungan antara
manusia satu dengan lainnya yang pada tarafkesadaran spiritual kita tahu
bahwa kita terhubung dengan setiapmanusia.Hubungan ini terbagi atas
harmonis dan tidak harmonisnyahubungan dengan orang lain. Keadaan
harmonis meliputipembagian waktu, ramah dan bersosialisasi, mengasuh
anak,mengasuh orang tua dan orang yang sakit, serta meyakinikehidupan
dan kematian. Sedangkan kondisi yang tidak harmonismencakup konflik
dengan orang lain dan resolusi yangmenimbulkan ketidakharmonisan,
serta keterbatasan hubungan.
 Hubungan dengan alam
Pemenuhan kebutuhan spiritualitas meliputi hubungan individu
denganlingkungan. Pemenuhan spiritualitas tersebut melalui kedamaian
danlingkungan atau suasana yang tenang. Kedamaian merupakan
keadilan,empati, dan kesatuan. Kedamaian membuat individu menjadi
tenang dan dapatmeningkatkan status kesehatan (Kozier, et al, 1995).
Harmoni merupakan gambaran hubungan seseorang dengan alam
yang meliputi pengetahuan tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim
dan berkomunikasi dengan alam serta melindungi alam tersebut (Kozier
dkk 1995). Kedamaian (peace), kedamaian merupakan keadilan, rasa
kasihan dan kesatuan. Dengan kedamaian seseorang akan merasa lebih
tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan (Puchalski, 2004).
 Hubungan dengan Tuhan
Pemahaman tentang Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan
secara tradisional dipahami dalam kerangka hidup keagamaan.Akan tetapi,
dewasa ini telah dikembangkan secara lebih luas dan tidak terbatas.Tuhan
dipahami sebagai daya yang menyatukan, prinsip hidup atau hakikat
hidup. Kodrat tuhan mungkin mngambil berbagai macam bentuk dan
mempunyai makna yang berbeda bagi satu orang dengan orang lain
(Young dan Koopsen, 2009). Secara umum melibatkan keyakinan dalam
hubungan dengan sesuatu yang lebih tinggi, berkuasa, memiliki kekuatan
mencipta, dan bersifat ketuhanan, atau memiliki energy yang tidak
terbatas.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual


Menurut Taylor dan Craven dan Hirnle dalam Ummah (2016)
menyebutkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi spiritual seseorang
diantaranya:
a. Tahap perkembangan. Spiritual berubungan dengan kekuasaan non material,
seseorang harus memiliki beberapa kemampuan berfikir abstrak sebelum mulai
mengerti spiritual dan menggali suatu hubungan dengan Tuhan.

b. Sistem hubungan. Sistem pendukung individu seperti keluarga dan pihak yang
mempunyai peran penting di dalam hidup (Archiliandi, 2016). Peranan keluarga
penting dalam perkembangan spiritual individu. Selain keluarga perawat juga
mempunyai peranan penting apabila individu tersebut dirawat di rumah sakit
khususnya dalam pemenuhan kebutuhan spiritual yang meliputi thaharah dan
shalat.

c. Latar belakang etnik dan budaya. Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh
latar belakang etnik dan sosial budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti
tradisi agama dan spiritual keluarga.

d. Pengalaman hidup sebelumnya. Pengalaman hidup yang positif ataupun negatif


dapat mempengaruhi spiritual seseorang, peristiwa dalam kehidupan seseorang
biasanya dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia
untuk menguji keimanannya.

e. Krisis dan perubahan. Krisis dan perubahan dapat menguatkan seseorang.


Krisis sering dialami pada saat orang sedang menghadapi penyakit, penderitaan,
proses penuaan, kehilangan, dan bahkan kematian. Perubahan dalam kehidupan
dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual yang bersifat
fisik dan emosional.

f. Terpisah dari ikatan spiritual. Menderita sakit terutama yang bersifat akut,
sering kali membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi
dari sistem dukungan sosial. Akibatnya, kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah,
diantaranya tidak dapat menghadiri acara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan
atau tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman dekat yang bisa
memberikan dukungan setiap saat bila diinginkan

F. Patofisiologi Penyakit Kanker


Patofisiologi Penyakit Kanker adalah kelas penyakit beragam yang sangat
berbeda dalam hal penyebab dan biologisnya.Setiap organisme, bahkan
tumbuhan, bisa terkena kanker.Hampir semua kanker yang dikenal muncul secara
bertahap, saat kecacatan bertumpuk di dalam sel kanker dan sel anak-anaknya
(lihat bagian mekanisme untuk jenis cacat yang umum).
Setiap hal yang bereplikasi memiliki kemungkinan cacat (mutasi). Kecuali jika
pencegahan dan perbaikan kecatatan ditangani dengan baik, kecacatan itu akan
tetap ada, dan mungkin diwariskan ke sel anang/(daughter cell). Biasanya, tubuh
melakukan penjagaan terhadap kanker dengan berbagai metoda, seperti apoptosis,
molekul pembantu (beberapa polimerase DNA), penuaan/(senescence), dan lain-
lain. Namun, metoda koreksi-kecatatan ini sering kali gagal, terutama di dalam
lingkungan yang membuat kecatatan lebih mungkin untuk muncul dan
menyebar.Sebagai contohnya, lingkungan tersebut mengandung bahan-bahan
yang merusak, disebut dengan bahan karsinogen, cedera berkala (fisik, panas, dan
lain-lain), atau lingkungan yang membuat sel tidak mungkin bertahan, seperti
hipoksia.Karena itu, kanker adalah penyakit progresif, dan berbagai kecacatan
progresif ini perlahan berakumulasi hingga sel mulai bertindak berkebalikan
dengan fungsi seharusnya di dalam organisme. Kecacatan sel, sebagai penyebab
kanker, biasanya bisa memperkuat dirinya sendiri (self-amplifying), pada
akhirnya akan berlipat ganda secara eksponensial. Sebagai contohnya :

 Mutasi dalam perlengkapan perbaikan-kecacatan bisa menyebabkan sel


dan sel anangnya mengakumulasikan kecacatan dengan lebih cepat.
 Mutasi dalam perlengkapan pembuat sinyal (endokrin) bisa mengirimkan
sinyal penyebab-kecacatan kepada sel di sekitarnya.
 Mutasi bisa menyebabkan sel menjadi neoplastik, membuat sel bermigrasi
dan dan merusak sel yang lebih sehat.
 Mutasi bisa menyebabkan sel menjadi kekal (immortal), lihat telomeres,
membuat sel rusak bisa membuat sel sehat rusak selamanya
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Persfektif keperawatan anak merupakan landasan berfikir bagi seorang perawat anak
dalam melaksanakan pelayanan keperawatan terhadap klien anak maupun
keluarganya.
2. Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada wanita usia subur (WUS) yang berkaitan dengan masa diluar
kehamilan, masa kehamilan, masa melahirkan, masa nifas sampai enam minggu, dan
bayi yang dilahirkan sampai berusia 40 hari beserta keluarganya
3. Keperawatan mental adalah proses interpersonal dalam meningkatkan dan
mempertahankan perilaku yang berpengaruh pada fungsi integrasi
4. Keperawatan komunitas merupakan suatu kesatuan yang unik dari praktek
keperawatan dan kesehatan masyarkat yang ditujukan pada pengembangan dan
peningkatan kemampuan kesehatan baik diri sendiri sebagai perorangan maupun
secara kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus atau masyarakat dan pelayanan
tersebut mencakup spektrum pelayanan kesehatan untuk masyarakat (Freedman,
1981).
5. Perspektif keperawatan medical bedah membahas tentang masalah kesehatan yan
lazim terjadi pada usia dewasa baik yang bersifat akut maupun kronik dengan atau
tanpa tindakan operatif yang meliputi gangguan fungsi tubuh .

B. Saran
1. Di harapkan mahasiswa mampu memahami dan memperhatikan perawatan pada pasien
paliatifdan mnjelang ajal
2. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien paliatif dan menjelang
ajal
DAFTAR PUSTAKA

Dr.dr Rasjidi iman,SpOG (k).2010. Perawatan Paliatif suportif&bebas nyeri pada kanker
jakarta : Cv.Agung Seto

Deitra Leonard Lowdermik, dkk. 1999. Maternity Nursing, fifth edition. St.Louis: Mosby.

Emily Slone McKinney, dkk. 2000. Maternal-Child Nursing. W.B.Saunders Company.

Handout Ns. Ulty Desmarnita, SKp., MKep., Sp.Mat. 2010.

http://keperawatan-keperawatan.blogspot.com/2008/02/konsep-dasar-keperawatan-
maternitas.html

Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai