Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

TRAUMA HEALING

Dosen Pembimbing : Ari Setyawati, M.Kep

Oleh :

Kelompok 2

1. M. Ghifary Taskhih A. (2019270008)


2. Nur Syafika Setiowati (2019270006)
3. Puji Punamasari (2019270014)
4. Qoifatur Rosyida (2019270004)
5. Ulya Faza Wafiqoh (2019270007)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SAINS AL-QURÁN
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2021

Kata Pengantar
Puji syukur atas rahmat yang Allah SWT anugerahkan kepada kita sehingga kesehatan badan,
iman dan pikiran tercurahkan kepada kita melalui rahmat-Nya. Kesehatan merupakan sesuatu yang
paling berharga, dimana menjaga kesehatan pribadi harus dimulai dari menjaga kesehatan lingkungan
baik itu tempat kerja maupun tempat pemukiman kita. Laporan Pendahuluan ini disusun dengan tujuan
sebagai syarat mengikuti praktik lab “Trauma Healing”

Akhirnya kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang sudah mendukung  penyusunan laporan ini. Selanjutnya kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca sehingga akan menumbuhkan rasa syukur kami kepada rahmat Allah
SWT dan dalam hal perbaikan laporan ini ke depannya.

TRAUMA HEALING (PEMULIHAN TRAUMA)


A. BENCANA
Menurut Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dalam WHO –ICN (2009)
bencana adalah sebuah peristiwa, bencana yang tiba-tiba serius mengganggu fungsi dari suatu
komunitas atau masyarakat dan menyebabkan manusia, material, dan kerugian ekonomi atau
lingkungan yang melebihi kemampuan masyarakat untuk mengatasinya dengan menggunakan sumber
dayanya sendiri. Meskipun sering disebabkan oleh alam, bencana dapat pula berasal dari manusia.
Tahapan Bencana:
1. Tahapan impact = 0-48 jam
2. Thapan rescue = 0-1 minggu
3. Tahapan recovery = 1-4 minggu
Reaksi Individu Setelah Bencana
1. Reaksi segera setelah bencana (24 jam setelah bencana)
 Tegang, cemas, panik
 Terpaku, linglung, syok, tidak percaya
 Gembira atau eeforia, tidak terlalu merasa menderita
 Lelah, bingung
 Gelisah, menangis, menarik diri
 Merasa bersalah
2. Reaksi minggu pertama-ketiga setelah bencana
 Ketakutan, waspada, sensitif, mudah marah, sulit tidur
 Khawatir, sangat sedih
 Mengulang-ulang kembali kejadian
 Bersedih
 Reaksi positif yang masih dimiliki: berharap atau berpikir tentang masa depan, terlibat
dalam kegiatan menolong dan menyelamatkan
 Menerima bencana sebagai takdir
3. Reaksi lebih dari minggu ketiga setelah bencana
 Kelelahan
 Merasa panik
 Kesedihan terus berlanjut, pesimis dan berpikir tidak realistis
 Tidak beraktivitas. Isolasi dan menarik diri
 Kecemasan; yang dimanifestasikan dengan: palpitasi, pusing, letih, mual, sakit kepala, dll
4. Pentingnya Perawat Jiwa dalam Manajemen Bencana
a. Mampu mengelola respons stress korban bencana
b. Mampu melakukan triage kesehatan jiwa
c. Mampu memberikan pertolongan pertama psikososial dan perawatan kedaruratan
d. Mampu memenuhi kebutuhan fisik korban bencana
e. Mampu memberikan kenyamanan dan perlindungan terhadap korban bencana
f. Mampu membangun kepedulian dan memfasilitasi hubungan sesama
g. Mengembangkan penilaian positif untuk diri individu dan memfasilitasi peningkatan
pemberdayaan individu
h. Mengelola dampak bencana terhadap masyarakat
i. Melakukan intervensi krisis, termasuk dukungan psikologis
j. Menangani masalah kesehatan jiwa pascabencana
k. Melakukan advokasi
l. Melakukan rujukan kasus

B. TRAUMA
James Drever (1987) mengartikan trauma sebagai setiap luka, kesakitan atau shock yang
terjadi pada fisik dan mental individu yang dapat berakibat pada timbulnya gangguan serius.
Pada kamus Psikilogi dijelaskan bahwa trauma merupakan setiap luka, sakit, atau shock, yang
serinhkali berupa fisik atau skurtural, namun juga mental dalam bentuk shock emosi yang
menghasilkan gangguan lebih kurang tentang ketahanan fungsi-fungsi mental.
Trauma biasa didefinisikan sebagai respon emosi psikologis terhadap peristiwa
atau pengalaman yang sangat mengkhwatirkan atau menganggu seperti terlibat dalam
kecelakaan, sakit atu cedera, kehilangan orang terdekat, atau mengalami perceraian. Bisa
juga mengarah kepada pengalaman yang sangat ekstrim yang sangat merusak seperti menjadi
korban perkosaan.
Trauma healing adapat diartikan sebagai upaya untuk menyembuhkan dan mendamaikan
seseorang yang mengalami kegoncangan jiwa yang diakibatkan oleh sebab-sebab tertentu seperti
bencana alam, kecelakaan, dan masalah kehidupan lainnya.
1) Terapi Trauma
Terapi trauma harus diadaptasi untuk sympton yang berbeda-beda. Ahli kesehatan mental yang
dilatih dalam mengatasi trauma dapat mengakses kebutuhan unik korban yang selmat dari
bencana alam dan merencanakan penanganan yang sesuai bagi mereka. Baru-baru ini ditemukan
beberapa modalitas terapi trauma:
a. Cognitif Behavioral Therapy (CBT) mengajarkan orang menjadi lebih peduli pada
pemikiran dan keyakinan mereka tentang trauma dan memberi mereka kesempatan untuk
bantu mereka mereaksi pemicu emosi dengan cara yang lebih sehat.
b. Exposure Therapy adalah bentuk kognitif yang digunakan untuk mengurangi rasa takut
yang diasosiasikan dengan pemicu emosi yang disebabkan oleh trauma.
c. Talk Therapy (psychodinamic psychotherapy) adalah metode komunikasi verbal yang
digunakan untuk membangtu orang menemukan jalan keluar dari rasa sakit emosional
dan memperkuat cara adaptif untuk mengelola maslaah yang ada.
2) Reaksi Psikis Pada Trauma
a. Reaksi Langsung
 Fisik
Reaksi ini berbentuk gejala fisik yang dirasakan oleh korban biasanya berwujud
pada gejala mual, gangguan pencernaan, berkeringat, gemetar, pening, kehabisan
tenaga, sakit kepala, dan gejala lainnya
 Emosi
Reaksi ini timbul dalam bentuk emosi mudah berubah, rasa cemas, takut rasa
bersalah, merasa bersalah karena selamat, senang karena selamat, kemarahan,
kesedihan. Rasa tidak berdaya, rentan, peka, dan gejala lainnya yang mungkin
setiap individu satu dan lainnya memiliki gejala yang berbeda-beda
 Kognitif
Reaksi ini timbul dalam bentuk konsentrasi buruk, banyak pikiran, berputar-putar,
berpikir lamban, maslah ingatan, gangguan dalam proses, menyelesaikan masalah
dan memperhitungkan sesuatu, ada bayang-bayang terus-menerus mengganggu
kesehariannya
 Perilaku
Reaksi ini timbul dalam bentuk mudah terkejut, gelisah, gangguan tidur,
gangguan selera makan, sulit mengemukakan diri, menarik diri, rasa humor
berlebihan, reaksi melambat pada stimulus yang hadir
 Spiritual
Individu dapat kehilangan rasa percaya yang amat hebat perlawanan psikologis,
hingga pada tingkat akut akan mengalami hambatan spiritual
a. Reaksi Tertunda
 Fisik
Reaksi ini hadir dalam tempo yang panjang dan muncul dalam bentuk gangguan
tidur, mimpi buruk, nyeri dan rasa sakit, perubahan selera makan dan pencernaan,
daya tahan terhadap pilek dan infeksi menurun, rasa lelah terus menerus.45
 Kognitif
Reaksi ini muncul dalam bentuk ingatan yang mengganggu, reaksi terhadap
kejadian traumatik sebelumnya, memikirkan kejadian terus-menerus.
 Emosi
Reaksi ini muncul dalam bentuk suasana hari berubah-ubah, perasaan tidak stabil,
cemas, takut terjadi lagi, sikap bermusuhan, malu, rapuh.
 Perilaku
Reaksi ini muncul dalam bentuk menghindari hal-hal yang mengingatkan
kejadian, gangguan hubungan sosial atau pergaulan, menurunnya aktifitas,
penggunaan alkohol, narkoba meningkat, obati diri sendiri atas depresi dan
cemas.
 Spiritual
Muncul reaksi “kenapa saya”, sinisme meningkat, keprcayaan diri hilang,
kehilangan tujuan, keyakinan kembali pada tuhan secara mendalam
mempertanyakan keberadaan diri, kehilangan keprcayaan bahwa manusia
bersedia untuk bekerja sama, kecewa berat
3) Gejala Trauma Pada Anak
a. Anak usia 1-5 tahun
Rasa ketidaknyamanan secara psikologis akan berwujud dalam bentuk perilaku seprti
menghisap jari, tampak murung, mengompol, takut gelap, takut binatang, terus dekat
dengan orang tua, mimpi buruk, konstipasi, gangguan bicara, gagap, nafsu makan
menurun atau bertambah secara drastis
b. 5-11 tahun
Reaksi usia ini kan lebih jelas seperti mudah marah, merengek, bertindak agresif
disekolah atau dirumah, bersaing dengan saudara untuk dapat perhatian orang tua, mimpi
buruk, mengigau, takut gelap, tampak murung, menilak masuk sekolah, tidak berminat
atau sulit berkonsentrasi disekolah, tidak mau bergaul
c. 12-14 tahun
Gangguan nafsu makan, gangguan tidur, siakp memberontak, keras kepala, tidak patuh,
masalah sekola (motivasi belajar melemah, konsentrasi belajar turun, dll), maslah fisik
(rasa sakit dan nyeri yang tidak jelas, tidak berminat kegiatan sosial dengan sebaya,
merasa tersaing dan kesepian)
d. 15-17 tahun
Gejala psikomatik (gangguan pembuangan, gatal-gatal, asma, sakit kepala, dll),
hipondriasis (keprihatinan yang tidak masuk akal akan keadaan kesehatan dirinya/gawat
tetapi secara rasioanl penyakit itu tidak ada), menorhea/dysminorea, letih, lesu, lemah,
bosan, sukar konsentrasi, perilaku anak nakal/tidak bertanggung jawab, sikap melawan
aturan atau orang tua, rindu yang mendalam pada suasana sebelum bencana, kesepian,
merasa terasing
4) Konsep Pemulihan Trauma
Pemulihan trauma merupakan suatu proses yang bersifat unik pada setiap individu. Dijelaskan
dalam Laluyan, dkk., (2007:46-49) mengenai 2 konsep tentang proses pemulihan trauma, sebagai
berikut:
a. Konsep Model Ular Tangga
Kotak nomor 1 merupakan posisi individu yang mengalami trauma. Sedangkan kotak
100 merupakan kondisi individu telah pulih secara keseluruhan dari trauma. Pada
pemulihan tersebut diilustrasikan terdapat berbagai tangga dan ular melambangkan
bentuk penanganan yang dapat mempercepat atau memperlambat. Tangga-tangga
tersebut brerupa: situasi aman dan nyaman, dukungan sosial dari tokoh yang bermakna,
adanya perasaan kebersamaan, adanya bantuan untuk proses pemulihan. Ular-ular
tersebut berupa: penolakan lingkungan, perasaan negatif, tidak adanya dukungan sosial,
penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang.
b. Konsep Tahapan
Tahapan Penjelasan
Jalan Hidup Hidup berjalan mengikuti jalan dengan segala rutinitas sehari-
hari
Peristiwa Traumatis Senuah peristiwa yang menekan, terjadi secara tiba-tiba dan
diluar kendali seseorang. Periatiwa ini seringkali
membahayakan kehidupan atau mengancam jiwa seseorang
Fase 1 (Terguncang) Kita tidak sepenuhnya memahami apa yang terjadi
sepenuhnya. Sebenarnya reaksi ini dapat membantu kita
melewati masa masa yang menyakitkan namun apabila tahap
ini terlalu berlarut-larut, bisa menjadi masalah
Fase 2 (menyangkal) Seseorang biasanya mengalami perasaan tidak percaya
dengan apa yang tejadi
Fase 3 (marah) Merasa marah pada peristiwa yang baru saja terjadi, pada
Tuhan, atau pada diri sendiri atau pada siapapun yang
bertanggung jawab terhdap peristiwa ini
Fase 4 (tidak berdaya) Seseorang biasanya kehilangn gairah hidup. Tidak lagi
memiliki harapan masa depan yang cerah
Fase 5 (penerimaan) Memiliki kesadaran baru bahwa kehilangan yang kita alami
adalah kenyataan yang sudah menjadi bagian dari hidup kita.
Secara bertahap kita memulai membangun hidup baru,
menciptakan harapan baru atas masa depan

5) Posttraumatic Stress Disorder PTSD


Gangguan psikiatris yang terjadi setelah dialaminya peristiwa yang mengancam seperti
menyaksikan kejadian-kejadian serangan militer, bencana alam, serangan teroris, kecelakaan
serius, atau serangan kekerasan lainnya seperti pemerkosaan.
a. Gejala dan Reaksi PTSD
 Kemungkinan reaksi emosional: emosi yang intens dan reaktif, mati rasa, depresi, kilas balik,
mimpi buruk, memicu peristiwa dan orang-orang
 Kemungkinan reaksi fisik: salit dan nyeri, kelelahan, pusing, jantung berdebar, berkeringat,
menggigil, perubahan pola tidur, perubahan nafsu makan dan masalah pencernaan, menjadi
mudah terkejut oleh suara atau sentuhan yang tak terduga, peningkatan kerentanan,
penyalahgunaan zat
 Penanganan yang baik:
- Kenali perasaan anda sendiri. Juga memahami bahwa perasaan anda adalah reaksi normal
terhadap situasi yang tidak normal
- Bicara tentang pengalaman. Bicara adalah penyembuhan
- Menjangkaun teman-teman dan keluarga untuk dukungan
- Tetapkan tujuan yang realistis kecil untuk membantu mengatasi hambatan
- Dapatkan aktivitas fisik sebanyak mungkin.
- Atur waktu
- Terlibat dalam sesuatu yang pribadi bermakna dan penting dalam kegiatan sehari-hari
- Berikan pelukan seseorang-menyentuh sangat penting
b. Penanganan Awal dan Langkah-Langkah dalam Menangani PTSD
Sampai saat ini tidak ada batasan hasil penelitian empiris tentang penanganan. Eksplorasi
langsung terhadap peristiwa kemungkinan akan lebih manjur dilakukan pada orang dewasa
dan siswa yang lebih dewasa.
Dalam menangani pasien atau klien yang mengalami PTSD ada beberapa langkah awal yang
dapat kita berikan kepada klien agar dia dpaat membantu dirinya sendiri yaitu:
 Latihan Relaksasi: mengajar pasien untuk mengontrol ketakutan dan kecemasan melalui
relaksasi sistematis
 Pernapasan Pelatihan Ulang: mengajar pernapasan lambat, perut untuk membantu pasien
bersantai dan atau menghindari hyperventilationwith yang tidak menyenangkan dan
sering menakutkan sensasi fisik
 Posistif berpikir dan Self-Talk. Mengajar orang bagaimana untuk mengganti pikiran
negatif (misalnya, “Aku akan kehilangan con-hibah”) dengan pikiran positif (misalnya,
“Aku melakukan itu sebelumnya dan saya bisa melakukannya lagi”) ketika
mengantisipasi atau menghadapi stres.
 Pelatihan Ketegasan: mengajar orang bagaimana untuk mengekspresikan keinginan,
pendapat, dan emosi tepat andwithout mengasingkan orang lain.
 Berhenti berpikir: gangguan teknik untuk mengatasi pikiran yang menyedihkan dengan
dalam hati “berteriak berhenti”.
c. dalam Penanganan PTSD
 Terapi Kognitif
Terapi Kognitif membantu untuk mengubah asumsi tidak realistis, keyakinan dan otomatis
pikiran yang menyebabkan disturbingemotions dan gangguan fungsi. Sesbagai contoh,
trauma korban sering memiliki rasa bersalah tidak realistis yang berkaitan dengan trauma:
korban dapat menyalahkan dirinya untuk perkosaan; seorang veteran perang mungkin
merasa itu adalah kesalahan bahwa sahabatnya dibunuh. Thegoal terapi kognitif adalah
untuk mengajar pasien untuk mengidentifikasi kognisi disfungsional sendiri tertentu, timbang
theevidence untyuk dan melawan mereka, dan mengadopsi lebih realistis pikkiran yang akan
menghasilkan emosi lebih seimbang.
 Terapi Paparan
Terapi Paparan terapi membantu orang untuk menghadapi situasi tertentu, orang-orang,
benda, kenangan, atau emosi thathave menjaadi terkait dengan stres dan sekarang
menimbulkan ketakutan tidak realistis. Ini dapat dilakukan dibagi menjadi dua:
1) Paparan imajinal: berulang emosional menceritakan traumatis kenangan sehiungga merek
tidak lagi menimbulkan highlevels tertekan.
2) In vivo paparan: konfrontasi dengan situasi yang sekarang aman, tetapi yang orang
menghindari karena mereka havebecome terkait dengan trauma dan memicu rasa takut yang
kuat (misalnya, mengemudi mobil lagi setelah terlibat kecelakaan-lekuk; menggunakan
elevator lagi setelah diserang dalam Lift). Eksposur berulang membantu orang menyadari
bahwa situasi ditakuti tidak berbahaya dan bahwa ketakutan akan menghilang jika seseorang
tetap dalam situationlong cukup daripada melarikan diri itu.

 Terapi Bermain
Terapi bermain : terapi untuk anak memperkerjakan pemain untuk memungkinkan
pengenalan topik yang tidak dapat effectivelyaddressed lebih langsung dan untuk
memfasilitasi paparan dan pengolahan terhadap, kenangan traumatis.

 Edukasi Psikologi
Eduksi Psikologi mendidik pasien dan keluarga mereka tentang gejala PTSD dan berbagai
perawatan yang tersedia untuk itu. Jaminan ini adalah mengingat bahwa gejala PTSD
mormal dan expectable tak lama setelah trauma andcan diatasi dengan waktu dan
pengobatan. Juga mencakup pendidikan tentang gejala-gejala dan pengobatan gangguan
anycomorbid.
Selain dari terapi-terapi diatas ada juga beberapa terapi yang dapat digunakan dalam
menangani PTSD yaitu gerakan desentakisasi pengiolahan (EMDR),
hipnoterapi,andpsychodynamic psikoterapi, terapi menurut para ahli terapi tersebut tidak
menilai teknik-teknik yang kurang tepat untuk pengobatan PTSD.

Anda mungkin juga menyukai