Anda di halaman 1dari 28

KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN DEMENSIA LANSIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

Putra Ananda Saifullah

Yudi Hendra Hermawan

Syamsul Majdi

Yusfi Afandi

Ulfa Mutri Nur Annisa

Sri Nurwahida

Sumiati AR

Rismawati

1
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
GRIYA HUSADA SUMBAWA

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan
karunianya sehingga kita dapat menyelesaikan Tugas Makalah Keperawatan
Gerontik dengan judul ”Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan demensia”
Kami mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan teman-teman yang
membantu memberikan semangat dan dorongan demi terwujudnya tugas makalah
ini, yaitu makalah Keperawatan Gerontik ini.

Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih
kurang sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung
dengan tujuan untuk menyempurnakan makalah ini. Dan kami berharap, semoga
makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik itu bagi diri sendiri maupun yang
membaca makalah ini.

Sumbawa, 13 April 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.........................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................3

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..................................................................................4
B. TUJUAN.......................................................................................................6
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus

BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Pengertian................................................................................................7
2.2 Tipe Demensia........................................................................................8
2.3 Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Demensia..............................9
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Demensia................................................10

BAB III
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN............................................................17

PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................25
B. Saran........................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................26

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua
merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimana ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial secara bertahap (Azizah,
2011). Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun (Dewi, S.R, 2014). Namun, menurut WHO, batasan lansia dibagi
atas: usia pertengahan (middle age) yaitu antara 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) yaitu 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun, dan usia
sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Populasi lansia di dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat,
bahkan pertambahan lansia menjadi yang paling mendominasi apabila
dibandingkan dengan pertambahan populasi penduduk pada kelompok
usia lainnya. Menurut WHO, populasi lansia di Asia Tenggara sebesar 8%
atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi lansia
akan terus meningkat hingga 3 kali lipat. Pada tahun 2000 didapatkan data
jumlah lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total populasi, sedangkan pada
tahun 2010 terjadi peningkatan jumlah lansia menjadi 24,000,0000
(9,77%) dari total populasi dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah
lansia akan terus meningkat hingga 28,800,000 (11,34%) dari total
populasi. Di Indonesia pada tahun 2020 jumlah lansia diperkirakan sekitar
80.000.000 (KEMENKES RI, 2018).
Meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut (lansia) tentu
menimbulkan masalah terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan
lansia. Masalah tersebut jika tidak ditangani akan berkembang menjadi
masalah yang lebih kompleks. Masalah yang kompleks pada lansia baik

4
dari segi fisik, mental, dan sosial berkaitan dengan kesehatan dan
kesejahteraan mereka (Notoadmodjo,2011).
Pertambahan usia dan peningkatan prevalensi penyakit yang di
alami lansia itu kebanyakan para usia lanjut (lansia) mengalami penurunan
fungsi kognitif dan intelektual itu merupakan faktor utamanya, yang kelak
akan meningkatkan penyakit Alzheimer dan Demensia. Penurunan fungsi
kognitif berdampak pada menurunnya aktivitas sosial sehari-hari pada
lanjut usia yang menjadi problem dalam kesehatan masyarakat, dan
berdampak pada bertambahnya pembiayaan keluarga, masyarakat, dan
pemerintah. Di dunia jumlah lansia yang mengalami demesia sebanyak 4,6
juta kasus yang dilaporkan dan diprediksi pada tahun 2050 jumlah lansia
penderita demensia di dunia mencapai 100 juta (Alzheimer Disease
International, 2009). Pada tahun 2015, penderita demensia di dunia
sebanyak 47 juta (atau sekitar 5% dari populasi lansia di dunia),
diperkirakan meningkat menjadi 75 juta pada tahun 2030 dan 132 juta
pada tahun 2050. Di Indonesia, jumlah Orang Dengan Demensia (ODD)
diperkirakan akan makin meningkat dari 960.000 di tahun 2013, menjadi
1.890.000 ditahun 2030 dan 3.980.000 ODD di tahun 2050 (World
Alzheimer Report, 2012; KEMENKES,2015).
Pada lanjut usia, daya ingat merupakan salah satu fungsi kognitif
yang sering kali paling awal mengalami penurunan. Kerusakan kognitif
pada lansia yang berupa penurunan daya ingat biasa disebut dengan
demensia. Demensia merupakan suatu sindrom yang biasanya bersifat
kronis atau progresif dimana ada kerusakan fungsi kognitif yaitu
kemampuan untuk memproses pikiran di luar apa yang mungkin
diharapkan dari penuaan normal. Hal ini mempengaruhi ingatan,
pemikiran, orientasi, pemahaman, perhitungan, kapasitas belajar, bahasa,
dan penilaian. Namun tidak mempengaruhi status kesadaran. Gangguan
dalam fungsi kognitif biasanya disertai, dan kadang-kadang didahului oleh
penurunan kontrol emosi, perilaku sosial, atau motivasi (WHO, 2016).
Demensia adalah salah satu penyebab utama kecacatan dan
ketergantungan di antara orang dengan lanjut usia di seluruh dunia. Hal ini

5
luar biasa tidak hanya untuk orang-orang yang mengalami demensia, tetapi
juga untuk pengasuh dan keluarga mereka. Kurangnya kesadaran dan
pemahaman tentang demensia mengakibatkan stigmatisasi dan hambatan
untuk diagnosis dan perawatan. Dampak demensia pada pengasuh,
keluarga dan masyarakat dapat bersifat fisik, psikologis, sosial dan
ekonomi (WHO, 2016).

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Konsep Teori dan proses Asuhan
Keperawatan pada lansia dengan demensia.

1.2.2 Tujuan khusus


Untuk mengetahui pengobatan apa yang tepat diberikan pada
pasien dengan demensia.

6
BAB II
KONSEP TEORI

2.1 PENGERTIAN
- LANSIA
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
ke atas. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses
yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif,
merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi
di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua.

- DEMENSIA
Demensia adalah kemunduran kognitif yang sedemikian
beratnya sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan
aktivitas sosial. Kemunduran kognitif pada demensia biasanya
diawali dengan hilangnya fungsi intektual, kemunduran memori
(pelupa) serta daya pikir lain. Demensia berkaitan erat dengan usia
lanjut (Nugroho, 2012). Demensia bukanlah sekedar penyakit
biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa
penyakit atau kondisi tertentu. Kumpulan gejalanya ditandai
dengan penurunan kognitif, perubahan mood, serta perubahan
tingkah laku.
Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai
gangguan fungsi kognitif antara lain intelegensi, belajar, dan daya
ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi, persepsi, perhatian

7
dan konsentrasi, penyesuaian dan kemampuan bersosialisasi. Pada
lansia yang mengalami demensia akan terjadi penurunan dalam
ingatan, kemampuan untuk mengingat waktu dan kemampuan
untuk mengenali orang, tempat dan benda. Sering terjadi
perubahan kepribadian (Irianto,2017). Keadaan tersebut
menjadikan penyebab terbesarnya individu menjadikan
ketergantungan terhadap orang lain akibat ketidakmampuan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari sehingga membuat seorang lansia
tidak dapat menemukan makna hidupnya.

Tanda dan gejala Awal Dimensia :


o Kesulitan mempelajari dan mengingat informasi baru
Contoh : Apabila mendapatkan info terkait “Nek,, hari ini minum
obat ya,, ini ada beberapa macam obat. Obat a,b, dan c” lalu
beberapa lama kemudian lansia tersebut akan lupa. Padahal info
tersebut baru saja disampaikan.
o Mengulangi pembicaraan dan perilaku
Contoh : Apabila lansia tersebut sedang curhat/cerita, pasti yang
diceritakan topiknya itu itu saja. Dan sering sekali, padahal lansia
tersebut baru saja menyapu halaman tetapi masih saja disapu terus
berulang kali.
o Kesulitan dalam daya ingat jangka pendek
Contoh : Lansia kesulitan dalam menemukan kata-kata yang
tepat/sesuai, padahal baru saja dibicarakan. Atau lansia lupa
menaruh kacamatanya, padahal baru saja lansia tersebut
meletakkan kacamatanya di atas meja. Makanya lansia dikatakan
labil dalam mengambil keputusan.
o Kesulitan dalam mengatasi tugas yang rumit atau memerlukan
langkah-langkah proses tindakan yang akan dilakukan.
Contoh : Kesulitan dalam melakukan ADL setiap hari, kesulitan
dalam berpenampilan untuk bisa rapih dalam berpakaian,
kebersihan diri dan keindahan.

8
2.2 TIPE DEMENSIA
1. Menurut umur :
a. Demensia senilis yaitu demensia yang terjadi pada usia > 65 tahun.
b. Demensia prasenilis yaitu demensia yang terjadi pada usia < 65
tahun.
2. Menurut kerusakan struktur otak :
a. Demensia tipe Alzheimer
Alzheimer adalah penurunan konsentrasi asetilkolin dan
kolin asetil transferase didalam otak dan merupakan penyakit
degenerative akibat kematian sel-sel otak dan umumnya
menyebabkan kemunduran fungsi intelektual atau kognitif, yang
meliputi kemunduran daya mengingat dan proses berfikir.prilaku
yang dialami demensia ini adalah mudah lupa atau pikun.
Walaupun pennyebab demensia tipe Alzheimer belum diketahui
secara pasti, beberapa penelitian telah menyatakan bahwa sebanyak
40 % pasien mempunyai riwayat keluarga menderita demensia tipe
Alzheimer sehingga faktor genetik sangat dianggap berperan dalam
perkembangan gangguan didalam sekurangnya beberapa kasus.
b. Demensia vascular
Penyebab utama dari demensia vaskular adalah penyakit
vaskular cerebral yang multipel yang menyebabkan suatu pola
gejala demensia, yang biasanya juga disebut demensia multi infark.
Demensia vascular ini sering terjadi pada laki-laki khususnya pada
mereka dengan hipertensi yang telah ada sebelumnya atau factor
resiko kardiovaskuler lainnya.
c. Dimensia yang di akibatkan dari berbagai penyakit seperti AIDS,
Kecanduaan Alkohol (Alcohol Abuse) dan penyakit infeksi serius
lainnya yang berdampak terhadap susunan saraf pusat.

9
Dimensia menurut gejala yang timbul dibagi menjadi :
1. Dimensia ringan : Penurunan daya ingat jangka pendek, konsentrasi,
dan gerakan spontan, namun masih mampu melakukan aktifitas sehari-
hari dengan baik.
2. Dimensia sedang : ditandai dengan penurunan daya ingat jangka
pendek, konsentrasi yang lebih berat dan usia lanjut mulai mengalami
keterbatasan dalam gerakan spontan dan sebagian aktifitas sehari-hari.
3. Dimensia berat : ditandai dengan penurunan daya ingat jangka pendek
dan panjang, hilangnya konsentrasi dan gerakan spontan serta tidak
mampu melakukan aktifitas sehari-hari.

2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEMENSIA


1. Penyakit Demensia Degeneratif Prime (Alzheimer)
Penyakit Alzheimer mempunyai awitan yang lambat dibandingkan
dimensia multi infark. Penyakit ini muncul secara berangsur-angsur,
tetapi kemampuan kognitif mengalami kemunduran secara progresif
tanpa berhenti/meningkat.
a. Fase I : ditandai dengan gangguan memori subyektif, konsentrasi
buruk dan gangguan visuospatial lingkungan yang biasa menjadi
seperti asing, sukar menemukan jalan pulang yang biasa dilalui.
Penderita mungkin mengeluhkan agnosia kanan dan kiri. Bahkan
pada fase dini ini rasa tilikan sudah terganggu.
b. Fase II : Terjadi tanda yang mengarah kerusakan vocal, kortikal,
walaupun tidak terlihat pola deficit yang khas. Gejala neurologic
mungkin termasuk tanggapan ekstensor plantans dan beberapa
kelemahan fasial, delusi dan halusinasi mungkin terdapat,
walaupun pembicaraan mungkin masih kelihatan normal.
c. Fase III : Pembicaraan terganggu berat, mungkin sama sekali
hilang. Penderita tampak terus menerus apatik. Banyak penderita
tidak mengenali diri sendiri/orang yang dikenalnya. Penderita
sering hanya berbaring ditempat tidur, inkontinensia alvi/urine.

10
Gejala neurologic menunjukkan gangguan berat dari gerak
langkah, tonus otot, sindrom kluver-Bucy (Apatis, gangguan
pengenalan, gerak mulut tidak terkontrol, amnesia, bulimia).
2. Serangan Stroke : Penyebab kedua demensia adalah serangan stroke
yang terjadi secara ulang. Stroke ringan dapat mengakibatkan
kelemahan dan secara bertahap dapat menyebabkan kerusakan pada
jaringan otak akibat tersumbatkan aliran darah (Infark). Demensia
multiinfark berasal dari beberapa stroke ringan, sebagian besar
penderita stroke memiliki tekanan darah tinggi (Hipertensi) yang
menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada otak.
3. Serangan lainnya : serangan lainnya dari demensia adalah demensia
yang terjadi akibat pencederaan pada otak (Cardiac Arrest), penyakit
parkison, AIDS, dan Hidrosefalus.
4. Sindroma amnestik dan pelupa benigna akibat penuaan :
a. Gejala utama adalah gangguan memori (Pada kedua keadaan di
atas)
b. Pada demensia terdapat gangguan fungsi kortikal
c. Pada sindroma amnestik terdapat gangguan pada daya ingat hal
yang baru terjadi
d. Pelupa benigna akibat penuaan biasanya terlihat sebagai gangguan
ringan daya ingat yang tidak progresif dan tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari. Biasanya dikenali oleh keluarga, teman karena
sering mengulang pertanyaan yang sama/ lupa pada kejadian yang
baru terjadi.

Penatalaksanaan :
 Latihan fisik untuk menjaga kebugaran tubuh lansia
 Terapi menggambar ( art therapy )
 Brain gym
 Melakukan aktivitas yang mengasah fungsi otak

Terapi :

11
 Diberikan obat Gol. Inhibitor, asetilkolinestrase, memantine

2.4 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DIMENSIA


A. PENGKAJIAN
1) Data Subyektif : Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang
baru saja terjadi, dan tidak mampu mengenali orang, tempat dan waktu
2) Data Obyektif : Pasien kehilangan kemampuan untuk mengenali
wajah, tempat dan objek yang sudah dikenalnya dan kehilangan
suasana keluarganya (belum spesifik), Pasien sering mengulang-
ngulang cerita yang sama Karena lupa telah menceritakannya. Terjadi
perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita menggunakan kata-
kata yang lebih sederhana, menggunakan kaata-kata yang tidak tepat
atau tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat.

 Keadaan Umum
1) Tingkat kesadaran: contoh, Composmentis dengan nilai GCS 15
yang dihitung dari linai E : 4 V:5 M: 6,tekanan darah sistolik/
diastolik 120/80 mmHg. BB: kg, TB : cm. postur tulang belakang
lansia: membungkuk, BB : 45 Kg, tinggi badan: 146 cm.
2) Identitas : Indentias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku
bangsa/latar belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan,
pekerjaan dan alamat.
3) Riwayat Psikososial Konsep diri :
• Gambaran diri, stressor yang menyebabkan berubahnya
gambaran diri karena proses patologik penyakit.
• Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan
individu.
• Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit,
ketidaksesuaian antara satu peran dengan peran yang lain
dan peran yang ragu dimana individu tidak tahu dengan

12
jelas perannya, serta peran berlebihan sementara tidak
mempunyai kemampuan dan sumber yang cukup.
• Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan
dan kemampuan yang ada.
• Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga
klien merasa harga dirinya rendah karena kegagalannya.
4) Hubungan sosial : Berbagai faktor di masyarakat yang
membuat seseorang disingkirkan atau kesepian. Keadaan ini
menimbulkan kesepian, isolasi sosial, hubungan dangkal dan
tergantungan.

5) Riwayat Spiritual : Keyakinan klien terhadap agama dan


keyakinannya masih kuat tetapi tidak atau kurang mampu
dalam melaksnakan ibadahnya sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.

6) Kebutuhan klien sehari-hari


a) Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah,
berbaring atau duduk dan gelisah . Kadang-kadang
terbangun tengah malam dan sukar tidur kembali.
Tidurnya mungkin terganggu sepanjang malam,
sehingga tidak merasa segar di pagi hari.
b) Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan
atau makannya hanya sedikit, karena putus asa, merasa
tidak berharga, aktivitas terbatas sehingga bisa terjadi
penurunan berat badan.
c) Eliminasi : Klien mungkin terganggu buang air kecilnya,
kadang- kadang lebih sering dari biasanya, karena sukar tidur
dan stres. Kadang-kadang dapat terjadi konstipasi, akibat
terganggu pola makan.

13
 Prinsip pengkajian head to toe :
a. Kepala : Kebersihan: untuk mengetahui adanya ketombe,
kerontokan rambut serta kebersihan secara umum..
b. Mata : adanya perubahan penglihatan
c. Hidung : untuk mengetahui hidung bersih, tidak ada luka
atau lessi, tidak ada masa, Nyeri pada sinus
d. Mulut dan tenggorokan : sakit tenggorokan, lesi dan luka
pada mulut, perubahan suara, karies.
e. Telinga : penurunan pendengaran, Telinga Perubahan
pendengaran, Rabas, Tinitus, Vertigo Sensitivitas
pendengaran, Alat-alat protesa, Riwayat infeki.
f. Dada (Torax): mengetahui Bentuk dada dari posisi
anterior dan posterior, ada tidaknya deviasi, ada
tidaknya bendungan vena pada dinding dada.
g. Abdomen: Bentuk distended/flat/lainnya, nyeri tekan,
Bising usus: kali/ menit Genetalia Kebersihan: setiap
habis mandi dibersihkan, tidak ada hemoroid
h. Ekstremitas: Kekuatan otot 5 : melawan grafitasi dengan
kekuatan penuh, tidak menggunakan alat bantu saat jalan,
tidak mengalami nyeri sendi. Integumen: dari hasil
pengkajian didapat : kulit tampak kering, seperti bersisik,
kulit tampak pucat, tampak kotor berwarna hitam karena
bekas luka, sering menggaruk badan.

 Pengkajian Status Fungsional :


No Jenis aktivitas Kemampuan Skor
1 Makan/minum Mandiri 2
Perlu bantuan orang lain untuk
1
memotong makanan
Tergantung penuh pada
0
pertolongan orang lain
2 Pindah dari kursi roda ke Mandiri 3
tempat tidur/sebaliknya
Dibantu satu orang 2
Dibantu dua orang 1

14
Tidak mampu 0
3 Kebersihan diri: cuci muka, Mandiri 1
menyisir, dll Perlu pertolongan 0
4 Keluar/masuk kamar mandi Mandiri 2
Perlu pertolongan 1
Tergantung orang lain 0
5 Mandi Mandiri 1
Tergantung orang lain 0
6 Berjalan (jalan datar) Mandiri 3
Dibantu satu orang/walker 2
Dibantu kursi roda 1
Tidak mampu 0
7 Naik turun tangga Mandiri 2
Perlu pertolongan 1
Tidak mampu 0
8 Berpakaian/bersepatu Mandiri 2
Sebagian dibantu 1
Tergantung orang lain 0
9 Mengontrol BAB Kontinen teratur 2
Kadang-kadang inkontinen 1
Inkontinen 0
10 Mengontrol BAK Kontinen teratur 2
Kadang-kadang inkontinen 1
Inkontinen 0
Jumlah 20
Skor 20 = lansia mandiri, 12-19 = ketergantungan ringan,
9-11 = ketergantungan sedang, 5-8 = ketergantungan berat,
0-4 = ketergantungan total

 Status Kognitif
Short Portable Mental Status Questsionnaire (SPMSQ)

Nomor Pertanyaan Jawaban Nilai (+/-)

1 Tanggal berapa hari ini? Tidak tau -


2 Hari apa sekarang? Jumat +
3 Apa nama tempat ini? Tidak tau -

15
4 Berapa nomor telepon anda. Dipanti -
Dimana alamat anda (jika
tidak memiliki nomor
telepon)
5 Kapan Anda lahir? Tahun 42 -
6 Berapa umur Anda? Tidak tau -
7 Siapa presiden Indonesia Tidak tau -
sekarang?
8 Siapa presiden Indonesia Tidak tau -
sebelumnya?

9 Siapa nama ibu Anda? Lupa -


10 Angka 20 dikurangi 3=? Dan Tidak dapat -
seterusnya dikurangi 3 menghitung
Jumlah 5 5
Kesimpulan : Kerusakan intelektual sedang
kesalahan 0-2 = Fungsi intelektual utuh, kesalahan 3-4 =
kerusakan intelektual ringan, kesalahan 5-6 = kerusakan
intelektual sedang, kesalahan 7-10 = kerusakan intelektual
berat.

 Mini Mental Status Exam (MMSE)

TES PENILAIAN SKO R SKOR


MAX LANSIA

Orientas Tanyakan kepada lansia tentang waktu


:
1. Tahun
5 0
2. Hari
3. Tanggal
4. Bulan
5. Tahun
Tanyakan tentang tempat (dimana
kita sekarang ).
1. Nama tempat
2. Kelurahan 5 0
3. Kecamatan
4. Kabupaten
5. Provinsi
Registrasi Pemeriksa membutuhkan 3 nama

16
benda Meja Kursi Lemari
(Tiap benda disebutkan dalam 3 0
satudetik kemudian meminta pasien
mengingat
dan mengulang kembali tiga objek
yang disebutkan pemeriksaan).
Perhatian dan Menghitung mundur mulai dari
perhitungan angka 100 dikurangi 7, berhenti
setelah jawaban kelima
1. 100-7 = 93
5 0
2. 93-7 = 86
3. 86-7 = 79
4. 79-7 = 42
5. 42-7 = 65
Mengingat Pasien diminta kembali kembali
kembali mengulang 3 nama yang tadi 3 0
disebutkan dinomor sebelumnya
Meja Kursi Lemari
Bahasa Responden menyebutkan tiga benda
2 2
yang ditunjuk pemeriksa
Pengulangan Responden mengulang kata-kata
yang diucapkan pemeriksa 1 1
:NAMUN JIKA AKAN TETAPI
Pengertian Pemeriksa meminta pasien 3 3
verbal melakukan tiga perintah :
1. Ambil kertas dengan tangan
kanan
2. Lipat kertas menjadi 2 bagian
Letakkan kertas dilantai.
Perintah Pemeriksa menulis satu 1 0
tertulis kata “TUTUP MATA”
Minta responden melakukan
perintah yang ditulis pemeriksa
Menulis Pemeriksa meminta pasien menulis 1 0
kalimat satu kalimat yang bermakna
(Subyek+Predikat+Obyek+
Keterangan)
Menggambar Pasien diminta menirukan gambar
konstruksi dibawah ini

Total skor 24-30 = kognitif normal, 17-23 = gangguan kognitif

17
ringan, 0- 16 = gangguan kognitif berat.

B. DIAGNOSA
- Gangguan proses pikir
- Resiko terhadap cedera
- Resiko Nutrisi/cairan kurang dari kebutuhan tubuh
- Ketergantungan dalam Activity Daily Life (ADL)
- Gangguan proses keluarga
- Gangguan komunikasi verbal
- Gangguan Interaksi Sosial

C. INTERVENSI
 Berinteraksi dengan sabar dan lemah lembut
 Bersikap sabar dalam mendengarkan pembicaraan lansia
 Bertutur kata dengan intonasi yang jelas dan beri penekanan
pada hal-hal yang dianggap penting
 Tidak mengoreksi kesalahan lansia secara langsung karena
dapat menyebabkan stress meningkat dan daya ingat serta
konsentrasi akan menurun.
 Terimalah lansia apa adanya di kehidupan masyarakat, agar
lansia dapa berinteraksi dilingkungan sosialnya
 Melakukan kontak dengan lansia secara teratur apabila
digunakan sentuhan secara fisik dan psikologis
 Ciptakanlah lingkungan yang damai, nyaman dan aman.

18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

KASUS
Seorang laki-laki berusia 60 tahun tinggal di desa dete kec.lape, menurut
petugas lansia puskesmas lape klien pernah mengalami stroke 3 minggu lalu, saat
ini mengeluh lupa nama hari, tanggal dan bulan, klien mengatakan sulit juga
mengingat nama-nama orang yang baru dikenal. klien mengalami kesulitan untuk
melakukan olahraga bersama kelompok lansia di kampungnya. klien kadang
mulai mengalami kesulitan mengingat dimana meletakan barang-barang seperti
kunci. Saat pemeriksaan fisik didapatkan data klien mengalami gangguan pada
gerakan spontan namun masih mampu melakukan aktifitas fisik.

I. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama Wilayah : Desa Dete Kec. Lape
Nama Lansia : Tn.Y
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
B. Keluhan Utama saat Pengkajian
Klien mengeluh lupa nama hari, tanggal dan bulan, klien mengatakan sulit
juga mengingat nama-nama orang yang baru dikenal.
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan saat ini
Klien mengeluh lupa nama hari, tanggal dan bulan, klien mengatakan
sulit juga mengingat nama-nama orang yang baru dikenal. klien
mengalami kesulitan untuk melakukan olahraga bersama kelompok

19
lansia di puskesmas, klien kadang mulai mengalami kesulitan
mengingat dimana meletakan barang-barang seperti kunci.

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Petugas Lansia Puskesmas mengatakan klien pernah mengalami
stroke 3 minggu lalu.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
-

ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn.Y
Umur : 60 Tahun

No Data Penyebab Masalah


1. Ds : Perubahan Perubahan
- Petugas Lansia Puskesmas Fisiologis Proses Pikir
mengatakan klien pernah (degenerasi
mengalami stroke 3 minggu neuron
lalu. irrversibel)
- Klien mengatakan lupa nama
hari, tanggal dan bulan.
- klien mengatakan sulit juga
mengingat nama-nama orang
yang baru dikenal.
Do :
- klien terlihat kadang
mengalami kesulitan
mengingat dimana meletakan
barang-barang seperti kunci.
- klien terlihat mengalami
gangguan pada gerakan
spontan namun masih mampu
melakukan aktifitas fisik.
2. Ds : Gangguan pada Hambatan
- Petugas Lansia Puskesmas gerakan spontan Mobilitas

20
mengatakan klien pernah Fisik
mengalami stroke 3 minggu
lalu.
Do :
- Klien terlihat mengalami
kesulitan untuk melakukan
olahraga bersama kelompok
lansia di panti.
- klien terlihat mengalami
gangguan pada gerakan
spontan namun masih mampu
melakukan aktifitas fisik.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


A. Perubahan Proses Pikir Berhubungan Dengan Perubahan Fisiologis
(degenerasi neuron irrversibel).
B. Hambatan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan gangguan pada gerakan
spontan

III. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
1. Perubahan Tujuan : 1. Kurangi konfusi Stimuli yang
proses pikir diharapkan pasien lingkungan. sederhana dan
berhubungan mampu memelihara  Dekati pasien terbatas akan
Perubahan fungsi kognitif yang dengan cara memfasilitasi
Fisiologis optimal menyenangkan interpretasi dan
(degenerasi kriteria hasil : dan kalem. mengurangi
neuron  Mempertahankan  Cobalah agar distorsi input;
irrversibel) fungsi ingatan mudah ditebak perilaku yang
yang optimal. dalam sikap dan dapat ditebak
 Memperlihatkan percakapan kurang
penurunan dalam perawat. mengancam
prilaku yang  Jaga lingkungan disbanding
bingung. tetap sederhana perilaku yang
 Menunjukkan dan menyenagkan. tidak dapat

21
respons yang  Pertahankan ditebak; alat
sesuai untuk jadwal sehari-hari bantu ingatan
stimuli visual dan yang teratur. akan membantu
auditori.  Alat bantu pasien untuk
 Menunjukkan mengingat sesuai mengingat.
orientasi optimal yang diperlukan.
terhadap waktu, Isyarat
tempat dan orang. 2. Tingkatkan isyarat lingkungan akan
lingkungan meningkatkan
 Perkenalkan diri orientasi
perawat ketika terhadap waktu,
berinteraksi tempat dan orang
dengan pasien. dan individu
 Panggil pasien akan mengisi
dengan kesenjangan
menyebutkan ingatan dan
namanya. berfungsi sebagai
 Berikan isyarat pengingat.
lingkungan untuk
orientasi waktu,
tempat dan
orang.

2. Hambatan Tujuan :  Evaluasi dan validasi  Menentukan


Mobilitas Hambatan mobilitas keadaan residen saat pilihan
Fisik fisik dapat teratasi ini. intervensi
Berhubungan kriteria hasil :  Monitor vital sign yang tepat
Dengan  Mempertahankan sebelum dan sesudah pada klien.
gangguan keutuhan tubuh latihan.  Menentukan
pada gerakan secara optimal  Pantau kemampuan pilihan
spontan seperti tidak mobilitas secara intervensi
adanya fungsional setiap yang tepat
kontraktur. pagi. pada klien.
 Mempertahankan  Pantau tingkat  Motivasi
kekuatan fungsi motivasi pasien yang kuat
tubuh secara untuk untuk
optimal. mempertahankan mempertahan
 Mendemonstrasik atau mengembalikan kan atau
an teknik perilaku mobilitas sendi dan mengembalik
melakukan otot. an mobilitas
aktivitas.  anjurkan pasien sendi dan

22
 Kebutuhan ADL untuk latihan ROM otot
terpenuhi mempercepat
proses
penyembuha
n dan
meningkatka
n partisipasi
klien dalam
melakukan
aktivitas.
 meningkatka
n kekuatan
otot

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Implementasi Keterangan


1. Perubahan proses 1. Mengurangi konfusi Pasien kooperatif
pikir berhubungan lingkungan.
dengan Perubahan  Mendekati pasien dengan
Fisiologis cara menyenangkan dan
(degenerasi neuron kalem.
irrversibel)  Mencoba agar mudah
ditebak dalam sikap dan
percakapa perawat.
 Menjaga lingkungan tetap
sederhana dan
menyenangkan.
 Mempertahankan jadwal
sehari-hari yang teratur.
 Memberikan alat bantu
mengingat sesuai yang
diperlukan.
2. Meningkatkan isyarat
lingkungan
 Memperkenalkan diri
perawat ketika berinteraksi

23
dengan pasien.
 Memanggil pasien dengan
menyebutkan namanya.
 Memberikan isyarat
lingkungan untuk orientasi
waktu, tempat dan orang.

2. Hambatan  Melakukan evaluasi dan Pasien kooperatif


Mobilitas Fisik validasi keadaan klien saat
Berhubungan ini
Dengan gangguan  Memantau kemampuan
pada gerakan mobilitas secara fungsional
spontan setiap pagi.
 Memantau tingkat motivasi
pasien untuk
mempertahankan atau
mengembalikan mobilitas
sendi dan otot.
 Menganjurkan pasien untuk
latihan ROM
 Melakukan monitoring vital
sign sebelum dan sesudah
latihan.

24
V. EVALUASI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Catatan Perkembangan Keterangan


1. Perubahan proses S :
pikir berhubungan - Klien mengatakan
dengan Perubahan
mudah untuk mengingat
Fisiologis
(degenerasi nama hari, tanggal dan
neuron irrversibel) bulan
- Klien mengatakan tidak
mudah mengingat
nama-nama orang yang
baru dikenal.
- Klien mengatakan susah
untuk mengingat
dimana meletakan
barang-barang yang
dicari.
O:
- Klien terlihat sudah
mulai ingat nama hari,
bulan dan tahun
- Klien kehilangan
kemampuannya untuk
mengingat dimana
meletakan barang-
barang yang dicari.
- Klien sering
mengulang-ngulang

25
nama-nama orang yang
baru dikenal dan
menceritakannya
A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi
2. Hambatan S:
Mobilitas Fisik - Klien mengatakan saat
Berhubungan
melakukan aktifitas
Dengan gangguan
pada gerakan seperti olahraga dengan
spontan perlahan tidak bisa
cepat dan mudah lelah
- Klien mengatakan saat
melakukan rom badan
merasa lebih enak
O:
- TTV
TD : 160/100 mmHg,
Nadi : 89x/menit,
o
suhu : 36 C, RR :
21x/menit
- Klien masih terlihat
tidak bisa melakukan
aktifitas dengan gerakan
spontan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

26
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Bahwa demensia itu adalah salah satu penyebab utama kecacatan
dan ketergantungan di antara orang dengan lanjut usia di seluruh
dunia. Sementara lansia itu adalah seseorang yang telah mencapai usia
60 tahun ke atas. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan
proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif,
merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh. Dari pengertian tersebut, telah
dipaparkan kasus dari Asuhan Keperawatan pada pasien Tn.Y berusia
60 tahun tinggal Di Desa Dete kec. Lape, mengeluh lupa nama hari,
tanggal dan bulan, klien mengatakan sulit juga mengingat nama-nama
orang yang baru dikenal. Tn.Y juga pernah mengalami stroke 3
minggu lalu, dan kesulitan melakukan olahraga bersama teman-teman
di kampungnya. Telah ditegakkan bahwa Tn.Y mengalami Perubahan
Proses Pikir Berhubungan Dengan Perubahan Fisiologis (degenerasi
neuron irrversibel), dan Hambatan Mobilitas Fisik Berhubungan
Dengan gangguan pada gerakan spontan.

4.2 SARAN
Lebih meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam
memberikan Asuhan Keperawatan Lansia dengan kerusakan memori
Demensia, oleh karena itu lansia perlu diperhatikan secara khusus
supaya lebih dipedulikan dan kehidupan lansia menjadi lebih berharga
dan baik.

27
DAFTAR PUSTAKA

Miller, C.A. 2012. Nursing For Wellness in Older Adults; Theory and Practice.

Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha ILmu

PDF. Kemenkes RI.(2018). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia.

Jurnal Penelitian Demensia Lansia dengan masalah gangguan Kognitif Di


Karang Werdha “Bisma” (Studi Asuhan Keperawatan). Seri Ke-3 Tahun 2019.

Jurnal Penelitian Studi Korelasi Demensia Dengan Tingkat Ketergantungan


Lansia Dalam Pemenuhan Activities Of Daily Living. Tahun 2016.

28

Anda mungkin juga menyukai