Oleh
Dr I Made Sutarga, M.Kes
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Berdasarkan pemaparan di atas penulis ingin mengetahui tentang kegiatan yang
dilaksanakan oleh progam P2M, dan program Surveilans penyakit di Puskesmas II
Denpasar Selatan. Kegiatan pembelajaran ini dapat memberikan kesempatan pada
penulis untuk untuk mengetahui gambaran pemberantasan penyakit menular
(P2M) dan Surveilans di Puskesmas II Denpasar Selatan?
3
BAB II
GAMBARAN UMUM
4
5
Tabel 2.1 Luas, Jarak Tempuh, dan Waktu Tempuh Wilayah Kerja Puskesmas II
Denpasar Selatan ke Puskesmas Induk
Kelurahan /Desa Luas Jarak tempuh Waktu Tempuh
(Km2) (Km) (menit)
Kel. Sanur 2,87 0 0
Kel. Renon 3,86 3 10
Ds. Sanur Kauh 2,69 3 10
Ds. Sanur Kaja 3,69 1 5
Jumlah 13,11 - -
= x 1000
= x 1000
a. Visi
c. Motto
No Penyakit Jumlah
1 Infeksi akut pada saluran 11345
pernafasan bagian atas
2 Infeksi lain pada saluran 3815
pernafasan bagian atas
3 Penyakit kulit infeksi 3524
4 Penyakit pulpa dan jaringan 3432
periapikal
5 Penyakit tekanan darah tinggi 2693
6 Penyakit sistem otot dan 2002
jaringan pengikat
7 Penyakit kulit alergi 2048
8 Penyakit rongga mulut , 1389
kelenjar ludah, rahang dan
lainnya
9 Diare 1078
10 Penyakit mata lainnya 395
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2010
Salah satu upaya kesehatan masyarakat yang wajib ada di puskesmas ialah
upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M). Tujuan dari
upaya ini ialah untuk mencegah terjadinya penularan penyakit, serta menurunkan
angka kesakitan dan kematian di masyarakat. Beberapa kegiatan yang
dilaksanakan yaitu di bidang pencegahan berupa imunisasi dan penyuluhan
kesehatan, penanggualangan penyakit meliputi pengobatan pasien dan penemuan
serta pemberantasan sumber infeksi, dan melaksanakan pencatatan dan pelaporan
kasus, pelaporan kematian, dan penyajian data kasus dalam tabel atau grafik.
1. P2 DBD
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular
yang disebabkan infeksi virus dengue dengan vektor nyamuk Aedes aegypty. Di
dalam program P2 DBD beberapa target yang telah ditentukan adalah IR DBD<
55 kasus per 100.000 penduduk, ABJ ≥ 95%, dan CFR ≤ 0,89%. Adapun kegiatan
P2 DBD yang dilaksanakan di Puskesmas II Denpasar Selatan yaitu:
12
13
4.0
3.5
3.0
2.5
2.0 2008
1.5 2009
1.0 2010
0.5
0.0
Pada grafik 3.1 dapat dilihat insiden tertinggi terjadi tahun 2010 di seluruh
kelurahan/desa di Puskesmas II Denpasar Selatan. Angka insiden tertinggi tahun
2010 terjadi di kelurahan Renon yaitu sebesar 3,81 per 1000 penduduk,
sedangkan Desa Sanur Kaja merupakan daerah dengan angka insiden terendah
yaitu sebesar 1,28 per 1000 penduduk. Pada tahun 2009 kelurahan Renon
memiliki insiden DBD tertinggi yaitu 2,85 per 1000 penduduk dan kelurahan
Sanur Kaja dengan insiden terendah yaitu 0,91 per 1000 penduduk. Pada tahun
2008 terjadi perbedaan di mana insiden DBD tertinggi terjadi di Desa Sanur Kaja
yaitu 2,26 kasus per 1000 penduduk dan terendah di Desa Sanur Kauh yaitu
sebesar 1,49 per 1000 penduduk.
Berdasarkan grafik 3.2 di atas angka insiden tertinggi terjadi pada bulan
Juli 2010 yaitu sebesar 1,78 kasus per 1000 pendduk. Sedangkan angka insiden
terendah terjadi pada bulan Desember yaitu sebesar 0,56 kasus per 1000
penduduk.
2. P2 TB
TB merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacteriun tuberculosis. Pada umumnya jenis penyakit TB yang menjadi
fokus kegiatan puskesmas adalah TB paru. Di dalam program P2 TB ada beberapa
target yang telah ditetapkan target penemuan kasus 230/100.000 penduduk,
penemuan BTA (+) yaitu 10% dari suspek diperiksa, angka kesembuhan TB BTA
(+) sebesar 85%, proporsi penderita TB Paru BTA (+) di antara seluruh penderita
TB sebesar 65%, case detection rate sebesar 70%, dan angka konversi sebesar
80%. Adapun kegiatan yang dilaksanakan oleh P2 TB di Puskesmas II Denpasar
Selatan yaitu:
a. Perencanaan meliputi kegiatan mengumpulkan data hasil kegiatan,
analisis data, identifikasi masalah, serta menyusun rencana kegiatan
yang dilakukan oleh petugas P2 TB setiap bulan Januari. Sasarannya
adalah semua kegiatan P2 TB.
b. Penemuan tersangka/suspect yang bertujuan untuk meningkatkan
temuan penderita TB dengan anamnesa penderita batuk dan
pemeriksaan sputum oleh dokter, petugas P2 TB, dan petugas PPTI.
Kegiatan dilakukan setiap hari kerja di puskesmas maupun pustu
dengan sasaran masyarakat/penderita batuk >2minggu.
c. Penemuan TB BTA (+) dengan pemeriksaan/rujukan laboratorium dan
rontgen (+). Kegiatan ini meliputi anamnesa, pemeriksaan,
pengambilan sputum tersangka batuk >2 minggu untuk dirujuk
laboratorium ke PRM, serta untuk BTA (-) dirujuk rontgen. Kegiatan
dilaksanakan oleh dokter, petugas P2 TB, dan petugas PPTI dengan
sasarannya suspek TB.
d. Pengobatan penderita TB yang memiliki hasil laboratorium BTA (+)
dan BTA (-) dengan rontgen positif. Kegiatan dilaksanakan oleh
dokter, petugas P2 TB, dan petugas PPTI dengan sasarannya penderita
TB.
e. Follow up penderita dengan kunjungan rumah dan pemeriksaan
kontak serumah yang dilaksanakan oleh petugas PMO (Pengawas
Minum Obat). Sasarannya adalah penderita dan suspek yang serumah.
f. Penyuluhan TB dilakukan dengan koordinasi lintas program untuk
memberikan penyuluhan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh petugas P2
TB, darbin, dan dokter setiap bulan Oktober. Sasarannya adalah
masyarakat.
g. Pencatatan, pelaporan, dan monev meliputi kegiatan dokumentasi
semua kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis
data, evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 TB. Sasarannya adalah
semua kegiatan program P2 TB.
Pada tabel 3.1 dapat dilihat dari enam indikator pelaksanaan program P2
TB tahun 2009 masih ada kesenjangan pada cakupan proporsi suspek yang
diperiksa yaitu sebesar -57,3%, proporsi penderita TB Paru BTA (+) diantara
seluruh penderita TB yaitu sebesar -22,5%, dan case detection rate sebesar -4,6%.
Tabel 3.2 Target, Cakupan, dan Kesenjangan dalam Pencapaian Kegiatan
Program P2 TB di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2010
target minimal pada tahun 2009 namun mengalami penurunan pada tahun 2010.
8
0
Jan Feb Mar Apr Mei JunJul Agst Sep Okt Nov Des
18
22 L
P
Grafik 3.4 Distribusi Kasus TB Paru Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2010 di
Puksesmas II Denpasar Selatan
15
16 14
Kasus TB
11
12
4 0 0 0
0
<1th1-4 th5-14 th 15-24 th 25-44 th > 45 th
3. P2 Diare
Diare merupakan penyakit menular yang ditandai oleh perubahan bentuk
dan konsistensi dari tinja , yang melembek sampai mencair dan bertambahnya
frekuensi berak lebih dari biasanya. Di dalam program P2 Diare ditetapkan
beberapa target IR diare ≤ 335kasus/1000 penduduk, penanganan diare pada balita
sebesar 100%, dan kaporitisasi SAB 100% pada daerah kumuh. Adapun rencana
kegiatan P2 diare di Puskesmas II Denpasar Selatan yaitu:
a. Pendataan sasaran melalui koordinasi lintas sektoral serta
mengumpulkan data dari puskesmas, pustu, dan kader oleh petugas P2
diare. Kegiatan dilakukan pada bulan Januari dengan sasaran penduduk
(balita dan masyarakat).
b. Perencanaan kegiatan yang meliputi rekapitulasi, pengolahan, analisis
data, dan identifikasi masalah yang dipergunakan untuk penyusunan
rencana kerja dan rencana kegiatan oleh petugas P2 diare. Kegiatan
dilakukan pada bulan Januari dengan sasaran semua kegiatan P2 diare.
c. Penemuan dan pengobatan kasus dilakukan dengan anamnesa,
pemeriksaan , dan pengobatan pasien sesuai diagnosa oleh dokter,
paramedis, petugas darbin, dan kader. Sasarannya adalah penduduk
dan balita. Dengan target IR : 335 per 1000 penduduk.
d. Pemantauan rehidrasi oral rumah tangga terhadap pasien balita,
lingkungan penderita, dan perbaikan lingkungan oleh petugas P2 diare
atau darbin. Sasarannya adalah balita penderita diare.
e. Kaporitisasi dengan koordinasi lintas program ataupun sektoral untuk
melaksanakan kaporitisasi di desa/ kelurahan dengan tujuan perbaikan
kualitas air sumur. Kegiatan ini dilaksanakan oleh petugas P2 diare
dan petugas sanitasi pada bulan April dan Oktober. Sasarannya adalah
sumber air bersih (sumur).
f. Penyuluhan diare di dalam maupun di luar gedung dilaksanakan oleh
petugas P2 diare dan Promkes pada bulan September. Sasarannya
adalah masyarakat.
g. Pencatatan, pelaporan, dan monev meliputi kegiatan dokumentasi
semua kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis
data, evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 diare. Sasarannya adalah
semua kegiatan P2 diare.
pddkBerdasarkan
140.28
150 122.66
AI Diare
100
Kelompok Umur per 1000
AI 2009
AI 2010
50
21.55 19.74
0
0-5 th >5 th
Berdasarkan grafik 3.6 dapat dilihat pada kelompok umur 0-5 tahun terjadi
peningkatan angka insiden diare yaitu sebesar 122,66 per 1000 balita tahun 2009
menjadi 140,28 per 1000 balita tahun 2010. Sedangkan pada kelompok umur >5
tahun terjadi penurunan angka insiden diare dari 21,55 per 1000 penduduk tahun
2009 menjadi 19,74 per 1000 penduduk tahun 2010.
AI Diare per 1000 pdd
6
5
4
3
2 AI 2009
1 AI 2010
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des
Berdasarkan grafik 3.7 pada tahun 2009 angka insiden diare tertingi terjadi
pada bulan Desember (4,02 per 1000 penduduk) dan angka insiden terendah
terjadi pada bulan Maret (1,88 per 1000 penduduk). Sedangkan pada tahun 2010
terjadi perubahan, angka insiden tertinggi terjadi Februari (5,15 per 1000
penduduk) dengan titik terendah terjadi pada bulan April (1,48 per 1000
penduduk).
AI Diare Per 1000 pdd
80.00 73.34
60.00
41.66 42.77
35.36 AI 2009
40.00
22.57 AI 2010
19.58 18.16
15.53
20.00
0.00
Kel SanurRenonSanur Kauh Sanur Kaja
Berdasarkan grafik 3.8 dapat diketahui angka insiden diare tertinggi terjadi di
Kelurahan Sanur yaitu pada tahun 2009 sebesar 41,66 per 1000 penduduk dan
meningkat menjadi 73,34 per 1000 penduduk pada tahun 2010. Angka insiden
terendah terjadi di Kelurahan Renon pada tahun 2009 yaitu sebesar 19,58 per
1000 penduduk dan pada tahun 2010 sebesar 15,53 per 1000 penduduk. Dari data
tahun 2009 ke 2010 insiden diare di Kelurahan Renon, Sanur Kauh, dan Sanur
Kaja mengalami penurunan namun di Kelurahan Sanur insiden diare justru
meningkat.
4. P2 ISPA
ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang salah satu
atau lebih dari saluran pernafasan yang meliputi dari hidung hingga alveoli. Di P2
ISPA pengklasifikasian penyakit berdasarkan pneumonia dan bukan pneumonia.
Di dalam program P2 ISPA ditetapkan beberapa target yaitu penemuan kasus
pneumonia pada balita (10% dari jumlah balita) dan penanganan pneumoni pada
balita sebesar 100%. Adapun kegiatan yang dilakukan di program P2 ISPA
meliputi:
a. Pendataan sasaran dengan koordinasi lintas sektoral pendataan sasaran
serta mengumpulkan data dari puskesmas, pustu, dan desa/kelurahan.
Kegiatan dilaksanakan oleh petugas P2 ISPA dengan sasarannya
adalah balita.
b. Perencanaan kegiatan meliputi rekapitulasi, pengolahan, analisa data,
serta identifikasi masalah untu menyusun rencana kegiatan oleh
petugas P2 ISPA. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari dengan
sasaran semua kegiatan P2 ISPA.
c. Penemuan kasus pneumonia dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan
pasien, dan penentuan klasifikasi/diagnosa oleh dokter ,petugas P2
ISPA, dan paramedis. Sasarannya adalah balita.
d. Pengobatan pasien dan rujukan penderita bila diperlukan oleh dokter
,petugas P2 ISPA, dan paramedis. Sasarannya adalah balita dengan
pneumonia. Target penanganan balita pneumonia/pneumonia
berat/dengan tanda bahaya sebesar 100%.
e. Kunjungan rumah untuk mengetahui keadaan penderita dan
lingkungannya oleh petugas P2 ISPA, paramedis, dan petugas darbin.
Sasaranya adalah balita dengan pneumonia. Kegiatan ini lebih sering
terlaksana di dalam gedung setelah pengobatan berlangsung akibat
keterbatasan tenaga P2 ISPA.
f. Penyuluhan ISPA di dalam maupun di luar gedung oleh petugas P2
ISPA dan promkes. Sasarannya adalah pasien dan masyarakat.
g. Pencatatan, pelaporan, dan monev yang meliputi dokumentasi semua
kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis data,
evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 ISPA. Sasarannya adalah
semua kegiatan P2 ISPA.
pdd pada Balita
10 8.71
Pneumonia
8
6 5.53
AI 1000
4.89
4 3.61 AI 2009
3.05 2.83
2
per
1.96 AI 2010
0 0.87
5. P2 Kusta
Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
leprae yang menyerang sistem saraf tepi dan jariangan tubuh lainnya yang bersifat
menahun. Di dalam program P2 Kusta ditetapkan beberapa target yaitu skrining
dan penyuluhan kusta di 14 SD/tahun dan pengobatan penderita (100%). Adapun
kegiatan yang dilaksanakn dalam program P2 Kusta yaitu:
a. Perencanaan kegiatan meliputi analisis data dan identifikasi masalah
yang digunakan untuk penyusunan rencana kegiatan oleh petugas P2
kusta. Kegiatan dilakukan pada bulan Januari dengan sasaran semua
kegiatan P2 kusta.
b. Penemuan atau skrining penderita dengan anamnesa dan pemeriksaan
suspek oleh dokter, petugas P2 kusta, dan paramedis. Sasarannya
adalah masyarakat.
c. Screening pada anak SD dan case survey melalui anamnesa dan
pemeriksaan oleh dokter, petugas P2 kusta, dan paramedis. Untuk
screening anak sekolah meliputi pemeriksaan secara fisik atau klinis
terhadap anak TK, SD, SMA/SMK juga.Kegiatan dilaksanakan pada
bulan Agustus atau pada pelaksanaan BIAS dengan sasaran anak SD
dan masyarakat. Target yaitu sebanyak 14 SD/tahun.
d. Pengobatan penderita sesuai diagnosa oleh dokter, petugas P2 kusta,
dan paramedis. Sasarannya adalah penderita kusta.
e. Pemeriksaan kontak dengan menjelaskan tujuan dari kegiatan ini serta
melakukan pemeriksaan fisik dan pengambilan specimen oleh petugas
P2 kusta atau paramedis. Sasarannya adalah keluarga atau lingkungan
penderita yang dilaksanakan bila ada kasus.
f. Penyuluhan kusta di dalam maupun di luar gedung oleh petugas P2
kusta, darbin, dan promkes yang dilaksanakan pada bulan Oktober.
Sasarannya adalah pasien atau murid.
g. Pencatatan , pelaporan, dan monev meliputi dokumentasi semua
kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis data,
evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 kusta. Sasarannya adalah
semua kegiatan program P2 kusta.
Kasus kusta tahun 2011 merupakan kusta tipe MB untuk kesembuhan
diperlukan pengobatan selama 1 tahun yang menyerang seorang laki-laki berumur
31 tahun.
6. P2 Cacingan
Program P2 cacingan merupakan program yang bergerak dalam
pencegahan dan penanggulangan penyakit akibat cacing. Adapun kegiatan yang
dilaksanakan oleh P2 cacingan yaitu:
a. Perencanaan kegiatan meliputi analisis data dan identifikasi masalah
yang digunakan untuk penyusunan rencana kegiatan oleh petugas P2
cacingan. Kegiatan dilakukan pada bulan Januari dengan sasaran
semua kegiatan P2 cacingan.
b. Penemuan penderita dilakukan dengan anamnesa, pengambilan
specimen, dan pemeriksaan laboratorium oleh dokter, paramedis, dan
petugas laboratorium. Sasarannya adalah masyarakat atau pasien.
c. Pengobatan penderita dan penanggulangan kasus oleh dokter dan
paramedis. Sasarannya adalah penderita.
d. Penyuluhan kepada pasien bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
tentang penyakit cacingan oleh petugas P2 cacingan dan promkes.
Sasarannya adalah pasien.
e. Pencatatan , pelaporan, dan monev meliputi dokumentasi semua
kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis data,
evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 cacingan. Sasarannya adalah
semua kegiatan program P2 cacingan
Pada tahun 2010 dan 2011 tidak terdapat kasus cacingan di wilayah
kerja Puskesmas II Denpasar Selatan.
7. P2 Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi oleh parasit
plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Di dalam
program P2 Malaria ditetapkan target pengobatan penderita sebesar 100%.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan oleh program P2 malaria di Puskesmas II
Denpasar Selatan yaitu:
a. Perencanaan kegiatan meliputi analisis data dan identifikasi masalah
yang digunakan untuk penyusunan rencana kegiatan oleh petugas P2
malaria. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari dengan sasaran
semua kegiatan P2 malaria.
b. Penemuan penderita melalui anamnesa, pengambilan sampel darah
untuk pemeriksaan laboratorium oleh dokter, paramedis, dan petugas
P2 malaria. Sasarannya adalah masyarakat yang mengalami gejala
klinis malaria.
c. Penanggulangan kasus dan pengobatan penderita sesuai diagnosa oleh
dokter dan paramedis. Sasarannya adalah penderita.
d. Penyuluhan ke pasien atau masyarakat oleh petugas P2 malaria dan
promkes pada bulan Agustus. Sasarannya adalah pasien atau
masyarakat.
e. Pencatatan , pelaporan, dan monev meliputi dokumentasi semua
kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis data,
evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 malaria. Sasarannya adalah
semua kegiatan P2 malaria
Pada tahun 2010 dan 2011 tidak ditemukan kasus malarian di wilayah kerja
Puskesmas II Denpasar Selatan.
8. P2 PMS
PMS (Penyakit Menular Seksual) merupakan penyakit yang dapat
ditularkan melalui hubungan seksual yang berisiko. Beberapa target yang
ditetapkan adalah penemuan penderita dengan keluhan sakit pada organ genital
serta pengobatan dan konseling. Adapun kegiatan yang dilaksanakan program P2
PMS di Puskesmas II Denpasar Selatan yaitu:
a. Perencanaan berisikan kegiatan menganalisis data dan identifikasi
masalah yang digunakan untuk menyusun rencana kegiatan oleh
petugas P2 PMS. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Januari dengan
sasaran adalah semua kegiatan P2 PMS.
b. Penemuan penderita melalui anamnesa, pemeriksaan fisik,
pengambilan specimen, serta pemeriksaan laboratorium oleh dokter,
paramedic, dan petugas laboratorium. Sasarannya adalah masyarakat.
c. Pengobatan penderita dilakukan dengan memberikan pengobatan yang
tepat pada semua penderita IMS serta penanganan HIV/AIDS yang
bertujuan menurunkan angka insiden HIV/AIDS. Kegiatan ini
dilaksanakan oleh dokter dan paramedis dengan sasaran penderita.
d. Penyuluhan atau konseling dilaksanakan oleh dokter, petugas P2 PMS,
dan promkes. Sasarannya adalah penderita dengan jadwal konseling
setiap hari kerja dan masyarakat dengan jadwal penyuluhan pada bulan
Juli.
e. Pencatatan , pelaporan, dan monev meliputi dokumentasi semua
kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis data,
evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 PMS. Sasarannya adalah
semua kegiatan P2 PMS.
Jumlah Kasus IMS
1080
1200
1000
800
600 373
400 164
200 2 11 38
0
Berdasarkan grafik 3.10 jumlah kasus IMS terbanyak tahun 2010 yaitu
servisitis sebanyak 1080 kasus yang diikuti oleh candidiasis sebanyak 373 kasus.
Sedangkan jenis penyaki menular seksual dengan jumlah terendah yaitu
trichomoniasis sebanyak 2 kasus pada tahun 2010.
WPS
0.08%
44.10% Pelanggan
55.56%
9. P2 Suspek Rabies
Rabies adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus rabies dengan
reservoar anjing, kucing, kera, dan kelelawar. Beberapa target dalam P2 Suspek
Rabies adalah cuci luka 100% dan vaksinasi 100%. Adapun kegiatan yang
dilaksanakan oleh program P2 Suspek Rabies yaitu:
a. Perencanaan meliputi kegiatan analisis data serta identifikasi masalah
yang dipergunakan untuk menyusun rencana kegiatan oleh petugas P2
suspek rabies. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari dengan
sasaran semua kegiatan P2 suspek rabies.
b. Penemuan kasus dari register pasien, anamnesa, menemukan penderita
yang datang ke puskesmas, melakukan pelacakan kasus, dan
pengamatan kasus oleh petugas surveilans, dokter, dan paramedis.
Sasarannya adalah pasien dengan gigitan hewan penular rabies.
c. Penanganan dan pengobatan luka dilakukan dengan pengobatan
pertama dan merujuk penderita ke rabies center (RS Sanglah,
Wangaya, dan Puskesmas I Denpasar Selatan) untuk pemberian vaksin
anti rabies. Kegiatan ini dilaksanakan oleh dokter maupun paramedis
dengan sasarannya adalah penderita.
d. Penyidikan epidemiologi yang meliputi pencatatan data kasus,
penyelidikan kasus di lapangan,serta pelaporan oleh petugas P2 suspek
rabies dan surveilans. Sasarannya penderita dan masarakat sekitarnya.
e. Penyuluhan diberikan kepada pasien dan keluarganya oleh dokter dan
paramedis.
f. Pencatatan, pelaporan, dan monev meliputi dokumentasi semua
kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis data,
evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 suspek rabies. Sasarannya
adalah semua kegiatan P2 suspek rabies.
Jumlah Kasus GHPR
60 53
48
50
40
30 26
20 21
10
0
35
36
73.34
80.
60. 42.77
41.66
35.36
40. AI 2009
19.1558.53 18.16 22.57
AI 2010
20.
0.
Kel Sanur RenonSanur Sanur
Kauh Kaja
10 8.71
Pneumonia
8
6 5.53
AI 1000
4 4.89
3.61 2.83 AI 2009
2 3.05
per
1.96 AI 2010
0
0.87
3.81
4.
3.17
2.85 2.70
3.
2.14 2.26
1.82 2008
2. 1.55 1.63
1.49 2009
1.28
2010
0.91
1.
0.
Kel SanurKel RenonDs SanurDs Sanur
KauhKaja
4.2.4 Penyakit TB
Tabel 4.1 Target, Cakupan, dan Kesenjangan dalam Pencapaian Kegiatan
Program P2 TB di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2009
No Indikator Target Pencapaian Kesenjangan
1 Proporsi suspek diperiksa 100% 42,7 % -57,3 %
Proporsi penderita TB Paru BTA
2 (+) diantara suspek yang diperiksa 10% 14,8% 4,8%
dahaknya
3 Proporsi penderita TB Paru BTA ≥65% 42,5% -22,5 %
(+) diantara seluruh penderita TB
4 Angka Konversi ≥ 80% 88,2% 8,2 %
5 Angka Kesembuhan ≥ 85 % 94,1% 9,1%
6 Case Detection Rate 70 % 65,4% -4,6 %
Pada tabel 4.1 dapat dilihat dari enam indikator pelaksanaan program P2
TB tahun 2009 masih ada kesenjangan pada cakupan proporsi suspek yang
diperiksa yaitu sebesar -57,3%, proporsi penderita TB Paru BTA (+) diantara
seluruh penderita TB yaitu sebesar -22,5%, dan case detection rate sebesar -4,6%.
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh petugas puskesmas yang
bersumber dari laporan puskesamas pembantu dan puskesmas induk. Data
kasus diare diambil dari pencatatan pada SIK (Sistem Informasi
Kesehatan) di puskesmas induk. Untuk pelaporan dari kader dan sarana
kesehatan lainnya di wilayah kerja puskesmas belum berjalan sehingga
proses pengumpulan data kasus masih bersifat pasif. Pendataan faktor
risiko diare dilakukan pada kasus yang menyerang balita yaitu melalui
kegiatan pemantauan rehidrasi oral. Pemantauan rehidrasi oral dilakukan
dengan mengunjungi rumah pasien, namun seringkali dilakukan langsung
saat pasien berobat ke puskesmas. Data diare pada program surveilans
berbentuk rekapan kasus mingguan yang diambil dari register P2 Diare
yang mengandung variabel bulan, desa/kelurahan, jumlah penduduk,
sasaran, target kasus, jumlah kasus yang ditemukan, kelompok umur (< 5
tahun dan > 5 tahun), serta cakupan penemuan kasus diare.
b. Pengolahan dan Penyajian Data
Data-data yang terdapat pada register diare diolah dengan
melakukan pengelompokan kasus berdasarkan kelurahan/desa, bulan, dan
kelompok umur (<5 tahun dan >5 tahun). Data disajikan dalam bentuk
tabel dan grafik berdasarkan tempat, bulan, dan pola maksimum-
minimum. Semua penyajian grafik dilaksanakan setiap tahun.
c. Analisis dan Interpretasi Data
Kegiatan analisis dan interpretasi data dilaksanakan bersama oleh
petugas program diare, surveilans, kordinator P2M, dan kepala puskesmas
melalui diskusi yang dilaksanakan setiap tiga bulan sekali (rapat triwulan
surveilans). Tanggal rapat bersifat fleksibel disesuaikan dengan situasi
kasus yang terjadi. Pada diskusi ini akan dibahas kecenderungan
peningkatan jumlah kasus dibandingkan bulan-bulan sebelumnya,
membandingkan dengan indikator program, perhitungan persentase
cakupan dari target beserta solusi yang akan dilaksanakan untuk mengatasi
hal tersebut. Analisis tahunan dilaksanakan pada Januari yang akan
digunakan untuk penyusunan perencanaan pelaksanaan program ke
depannya.
d. Penyebarluasan Informasi
Data yang telah dianalisis disebarkan secara lintas progam di
puskesmas, terutama program promosi kesehatan untuk melaksanakan
penyuluhan mengenai diare dan program Kesehatan Lingkungan untuk
mengintervensi faktor risiko diare dari lingkungan. Salah satu bentuk
intervensinya ialah pelaksanaan kaporitisasi. Data diare yang terkumpul di
Puskesmas II Denpasar Selatan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota
Denpasar. Khusus kasus diare di wilayah kerja puskesmas dilaporkan ke
P2 Diare Dinas Kesehatan Kota Denpasar setiap minggu dengan sistem
EWARS dan pelaporan bulanan. Sedangkan untuk total kasus diare
(meliputi luar wilayah) dilaporkan ke bagian Surveilans Dinas Kesehatan
Kota Denpasar dalam bentuk form STP (Surveilans Terpadu Penyakit)
sebelum tanggal 5 setiap bulannya. Keseluruhan kasus diare yang terjaring
direkap pada laporan surveilans yang akan dilihat kecenderungan
perkembangan diare terutama yang berpotensi KLB. Untuk pelaporan
KLB, puskesmas harus mengirimkan laporan dalam bentuk W1 dalam
rentang waktu 24 jam.Penyebarluasan informasi dilakukan ke Dinas
Kesehatan Kota Denpasar untuk pemberitahuan gambaran kasus diare di
wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan.
Keterbatasan tenaga kesehatan, dana, dan waktu menyebabkan
penjaringan kasus diare di luar pustu dan puskesmas induk tidak sempat dilakukan
oleh petugas P2 Diare dan belum adanya kordinasi antara puskesmas dengan
pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dalam pelaporan kasus diare. Selain itu ,
hasil pemantauan rehidrasi oral tidak dapat menggambarkan kondisi lingkungan
penderita diare pada balita. Hal ini dikarenakan petugas melaksanakan
pemantauan rehidrasi oral di dalam gedung saat pemeriksaan berlangsung
sehingga hasil tidak menggambarkan kondisi lingkungan beserta sarana air bersih
di sekitar rumah pasien.
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data TB dilaksanakan oleh petugas P2 TB yang
bersumber dari data dari laporan puskesmas induk, puskesmas pembantu,
puskesmas keliling, dan posyandu untuk menjaring suspek TB yang akan
diperiksa dahaknya oleh petugas TB. Selain itu khusus surveilans TB
dilakukan pengumpulan data dari dokter-dokter swasta yang ada di
wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan. Data surveilans TB
disimpan dalam bentuk register yang mencatat nama pasien, umur, jenis
kelamin, alamat, hasil pemeriksaan dahak, hasil pemeriksaan rontgen,
status pengobatan penderita, status kesembuhan pasien, dan keterangan
pasien yang lengkap pengobatan, gagal, maupun pindah. Data yang
dikumpulkan dilaporkan ke program P2 TB Dinas Kesehatan Kota
Denpasar dan program Surveilans Dinas Kesehatan Kota Denpasar yang
direkapitulasi dalam form STP.
b. Pengolahan dan Penyajian Data
Data yang dikumpulkan diolah secara manual dan komputerisasi
yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik oleh petugas P2 TB. Petugas
TB menyajikan data dalam bentuk grafik berdasarkan triwulan, tempat,
dan orang (kelompok umur dan jenis kelamin) yang dikaitkan dengan
indikator program P2 TB.
c. Analisis dan Interpretasi Data
Analisis data TB dilakukan secara deskriptif dengan menampilkan
jumlah kasus TB setiap triwulan serta perhitungan proporsi suspek yang
diperiksa, proporsi penderita TB paru BTA (+) diantara suspek yang
diperiksa dahaknya, angka konversi, angka kesembuhan, dan case
detection rate. Data-data yang telah diolah dan dianalisis akan
diinterpretasikan dalam rapat triwulan survelians yang dihadiri pula oleh
kepala puskesmas, kordinator P2M, dan petugas P2 TB. Analisis tahunan
dilaksanakan setiap bulan Januari yang dipergunakan untuk penyusunan
rencana pelaksanaan program tahun berikutnya.
d. Penyebaran Informasi
Hasil dari analisis dan interpretasi data dipergunakan secara lintas
program untuk program-program lain yang memerlukan seperti halnya
program Kesehatan Lingkungan, program promosi kesehatan, dan program
pengobatan. Kerjasama lintas program diharapkan mampu membantu
menurunkan jumlah kejadian TB. Selain digunakan secara internal,
informasi juga disampaikan ke Dinas Kesehatan Kota Denpasar dengan
laporan program P2 TB maupun laporan surveilans terpadu penyakit
berbasis puskesmas.
Perbedaan jumlah petugas dan dana pada program P2 TB dibandingkan
program P2 lainnya membuat kegiatan surveilans P2 TB dapat berjalan lebih
efektif. Bantuan petugas PPTI sangat membantu petugas P2 TB dalam menjaring
suspek ataupun kasus TB di luar kasus puskesmas dan dalam pembuatan preparat
pemeriksaan dahak yang dikirim ke laboratorium Puskesmas I Denpasar Selatan.
Selama pengobatan pasien TB akan dikunjungi ke rumah minimal 1 kali untuk
pemeriksaan kontak serta disediakan layanan konseling di Puskesmas Induk.
BAB V
50
51
kematian dan diikuti dengan adanya imunitas didalam tubuh penderita, tetapi
serangan kedua kalinya belum diketahui. Penyakit ini cenderung menimbulkan
kejadian luar biasa pada sebuah wilayah (Depkes RI,2004).
Penyakit Demam Chikungunya pada umumnya tersebar di wilayah
Indonesia pada daerah endemis penyakit Demam Berdarah Dengue. KLB sering
terjadi pada awal dan akhir musim hujan. Banyaknya tempat perindukan nyamuk
seringkali berhubungan dengan peningkatan kejadian penyakit Demam
Chikungunya serta sering terjadi di daerah sub urban. Pada tahun 2000-2003
terjadi KLB Chikungunya pada 20 provinsi dengan 3800 kasus tanpa kematian
(Depkes RI, 2004). Sedangkan pada tahun 2009 dilaporkan di Aceh, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kep.
Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, JawaTimur, Bali, NTB,
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur dengan jumlah
83.756 kasus tanpa kematian (Kemenkes RI, 2010).
a. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi yang akurat untuk penanggulangan dan
pengendalian KLB.
b. Tujuan Khusus
1. Memastikan terjadinya KLB penyakit Demam Chikungunya
2. Mengetahui adanya faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya
KLB penyakit Demam Chikungunya
3. Membuat gambaran KLB penyakit Demam Chikungunya menurut
orang, waktu, dan tempat
4. Merekomendasikan alternatif pemecahan masalah
Tabel 5.1 Hasil Pelacakan 10 Kasus KLB Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan pada Januari 2011
Nomor Jenis Umur Alamat Tanggal Kondisi Jentik Keterangan
Kasus Kelamin Container
Muncul Gejala PE
Kasus 1 L 24 th Jl. Tk Balian Gg 20 2/1/2011 12/1/2011 (+)
Berdasarkan tabel 5.1 kasus demam Chikungunya pertama kali terjadi di Jl.
Tk Balian Gg 20 (kasus no 8), namun kasus ini tidak terlapor dan justru tercatat
saat dilakukan pelacakan kasus no. 1. Keterlambatan informasi kasus dan
penyelidikan kasus no.8 yang timbul gejala klinis pada tanggal 1 Januari 2011
menyebabkan tingginya risiko penularan virus chikungunya yang didukung oleh
kondisi positif jentik di tempat tinggal kedelapan kasus pertama. Hal ini terlihat
kemungkinan adanya penularan dari kasus no 8 kepada kasus 1-7 yang
berhubungan secara kluster (lingkungan tempat tinggal yang masih merupakan
jarak terbang vektor).
Pada form kronologis hasil pelacakan hanya satu kasus yang mencantumkan
keterangan kemungkinan kasus terjadi akibat kontak di luar rumah yaitu pada
kasus 10 yang menyatakan bahwa satu minggu sebelumnya dua orang guru di
sekolah penderita mengalami sakit dengan gejala yang sama yaitu chikungunya
sehingga kemungkinan penderita tertular penyakit chikungunya di sekolah. Hal ini
didukung dengan hasil pemeriksaan jentik (-) di wilayah pelacakan kasus.
Keterbatasan jumlah petugas yang merangkap beberapa program,
keterlambatan informasi, serta peran kader yang belum maksimal mengakibatkan
terhambatnya deteksi kasus secara dini dan pelacakan di lapangan. Jika hal ini
tidak diatasi maka penyakit yang seharusnya dapat dicegah penyebarannya justru
menimbulkan KLB di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan.
f. Definisi Kasus
Definisi operasional kasus awala ialah semua penderita yang ditemukan
sedang menderita Demam Chikungunya atau memiliki riwayat menderita Demam
Chikungunya dengan gejala klinis tinggi secara mendadak yang bertahan 2-7 hari,
nyeri sendi, dan ruam makulopapuler (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada
kulit yang dapat disertai dengan gatal, serta gejala lainnya seperti nyeri otot, sakit
kepala, menggigil, kemerahan pada konjunktiva, pembesaran kelenjar getah
bening di bagian leher, mual, muntah
g. Distribusi Kasus Berdasarkan Orang, Waktu, dan Tempat
1. Distribusi Kasus Demam Chikungunya Berdasarkan Orang
wanita Laki-laki
50% 50%
4
Frekuensi
3
2
1
0
8 7
Frekuensi
4
2
2 1
0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
8
6
4
2
0
Kelurahan SanurKelurahan Renon