Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KMB III

Jurnal Dengan Masalah Yang Berkaitan Dengan Sprain/Strain/Dislokasi

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Putra Ananda Saifullah

Syamsul Majdi

Yusfi Afandi

Ulfa Mutri Nur Annisa

Yudi Hendro Hermawan

Sri Nurwahida

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES GRIYA HUSADA
SUMBAWA
2021
JUDUL JURNAL

PENGARUH PENAMBAHAN TERAPI ULTRA SONIK


PADA INTERVENSI MWD TERHADAP PENURUNAN
NYERI AKIBAT SPRAIN ANKLE

LATAR BELAKANG
Pada umumnya trauma mekanik yang terjadi pada daerah pergelangan kaki adalah
sprain ankle. Sprain ankle yang dikenal orang awam dengan keseleo merupakan trauma yang
terjadi pada ligamen-ligamen sisi lateral ankle. Trauma ini sering terjadi pada olahragawan
seperti sepakbola, atletik dan lain-lain. Trauma tersebut menyebabkan penarikan yang tiba-
tiba (overstretch) pada ligamen collateral lateral ankle sehingga menimbulkan nyeri hebat dan
kesulitan untuk berjalan normal. Problem nyeri merupakan problem utama yang menyebabkan
pasien mengalami gangguan berjalan.

Beberapa modalitas fisioterapi dapat digunakan untuk mengobati sprain ankle. Dalam
kenyataannya dilapangan, banyak fisio- terapi menggunakan modalitas MWD, SWD, TENS,
Infra Red Rays, dan Interferensi. Modalitas MIcro Wave Diathermy (MWD) paling umum
digunakan fisioterapi di lapangan. Pem- berian MWD pada kondisi ini bertujuan untuk
menurunkan nyeri aktualitas tinggi. Pemilihan intervensi yang tepat dan efektif sangat
diperlukan dalam penanganan kondisi sprain ankle. Pemilihan intervensi berdasarkan pada
efek terapeutik yang dihasilkannya sesuai dengan aktualitas penyakit dan kedalaman jaringan
yang patologis.

Intervensi Ultrasound menimbulkan efek yaitu merangsang penyembuhan luka dengan


menimbulkan reaksi radang baru secara fisio- logis, dan juga menurunkan nyeri melalui efek
mekanik dari ultrasound. Sprain ankle dengan struktur jaringan yang terkena adalah ligamen
collateral lateral ankle, terletak superfisial dengan kulit sehingga efek Ultrasound dapat
mencapai kedalaman jaringan tersebut.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian bersifat kuasi ekspe- rimen untuk mempelajari fenomena sebab
akibat dengan memberikan perlakuan atau intervensi pada obyek penelitian. Perlakuan yang
diberikan adalah Micro Wave Diathermy dan Ultra Sound terhadap nyeri akibat sprain ankle,
dan dilakukan evaluasi terhadap inten- sitas nyerinya untuk melihat dampak dari perlakuan
tersebut.
Dalam penelitian ini, sampel dibagi kedalam 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol.
a Kelompok Perlakuan
Pada kelompok perlakuan, diberikan inter- vensi Micro Wave Diathermy dan Ultra Sound.
Sebelum perlakuan dilakukan pe- ngukuran nyeri dengan VAS untuk menilai intensitas
nyeri pasien pada kondisi sprain ankle. Setelah perlakuan, kembali diukur intensitas
nyerinya dengan VAS untuk melihat dampak dari perlakuan tersebut. Pada kelompok
perlakuan, intervensi dilakukan sebanyak 9 kali.\

b Kelompok kontrol
Pada kelompok kontrol diberikan intervensi Micro Wave Diathermy. Sebelum perla-
kuan, dilakukan pengukuran nyeri dengan VAS untuk menilai intensitas nyeri pasien
akibat sprain ankle. Kemudian, setelah perlakuan kembali dilakukan pengukuran nyeri
dengan VAS untuk melihat dampak dari perlakuan tersebut. Pada kelompok kontrol,
diberikan intervensi sebanyak 9 kali.

HASIL
Sampel dalam penelitian ini berasal dari pasien yang berkunjung ke unit fisioterapi
Rumah Sakit Umum Daerah Pekanbaru. Secara keseluruhan, pasien berjumlah 30 orang,
yaitu
16 orang pasien pria dan 14 orang pasien wanita, berusia 30-50 tahun yang diperoleh melalui
proses asuhan fisioterapi. Sampel dalam penelitian ini dibagi dalam dua kelom- pok, yaitu 15
orang pasien dengan intervensi Micro Wave Diathermy dan Ultra Sound sebagai kelompok
perlakuan dan 15 orang pasien dengan intervensi Micro Wave Diathermy sebagai kelompok
kontrol. Sebelum dilakukan intervensi, terlebih dahulu dilakukan pengukuran tingkat nyeri
baik pada kelompok perlakuan maupun pada kelompok kontrol untuk menentukan derajat
nyeri. Kemudian setelah intervensi sebanyak 9 kali, dilakukan kembali pengukuran tingkat
nyeri untuk menentukan keberhasilan dari intervensi yang diberikan.
Berdasarkan data yang terkumpul dari derajat nyeri pasien pada kelompok perlakuan,
diperoleh nilai mean sebelum perlakuan sebesar 67,60 dengan nilai Standar deviasi sebesar
7,83. Sedangkan nilai mean sesudah perlakuan menurun menjadi 33,00 dengan nilai Standar
deviasi sebesar 7,75.
Berdasarkan data yang terkumpul dari dari tabel 5, derajat nyeri pasien pada
kelompok kontrol diperoleh nilai mean sebelum perlakuan sebesar 61,20 dengan nilai
Standar deviasi sebesar 8,33. Sedangkan nilai mean setelah perlakuan menurun menjadi
53,73 dengan Standar deviasi sebesar 7,8.

Tabel 4
Nilai pengukuran Visual Analogue Scale pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah
intervensi
Nilai VAS Kelompok Perlakuan
Subyek
Sebelum Sesudah intervensi
intervensi
1 55 22
2 68 33
3 64 37
4 57 22
5 68 31
6 57 18
7 72 29
8 83 43
9 74 45
10 66 35
11 73 31
12 69 37
13 78 40
14 63 35
15 67 37
Mean 67,60 33,00
SD 7,83 7,75
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Tabel 5
Nilai pengukuran Visual Analogue Scale pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah
intervensi
Nilai VAS Kelompok Kontrol
Subyek Sebelum Sesudah
Intervensi Intervensi
1 76 68
2 63 57
3 42 38
4 67 60
5 58 49
6 63 58
7 54 50
8 56 48
9 68 63
10 62 55
11 52 43
12 58 51
13 63 50
14 71 59
15 65 57
Mean 61,2 53,73
SD 8,33 7,8
Sumber: Hasil Pengolahan Data

PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan penurunan nyeri yang bermakna pada
intervensi dengan MIcro Wave Diathermy dan Ultra Sound dibandingkan dengan inter- vensi
MIcro Wave Diathermy saja. Hal ini disebabkan efek langsung dari Ultra Sound ke area
Sprain Ankle, yaitu berupa efek micro tissue damage ke jaringan. Dari penelitian diperoleh
hasil bahwa terapi dengan MIcro Wave Diathermy dan Ultra Sound dapat menurunkan nyeri
akibat Sprain Ankle, dimana dengan uji Wilcoxon diperoleh nilai p=0,001. Penelitian juga
menunjukkan bahwa terapi dengan MIcro Wave Diathermy juga dapat mengurangi nyeri
dimana dengan uji Wilcoxon diperoleh nilai p=0,001. Untuk mengetahui apakah ada
perbedaan hasil terapi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dilakukan uji Mann-
Whitney dan diperoleh nilai p=0,000 yang berarti bahwa terdapat per- bedaan yang bermakna
antara kedua kelompok perlakuan, dimana terapi dengan MIcro Wave Diathermy dan Ultra
Sound dapat menurunkan nyeri secara lebih bermakna dibandingkan dengan terapi MIcro
Wave Diathermy saja. Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada tabel 4.5 Perbedaan pengaruh
antara kedua perlakuan tersebut dapat dijelaskan dengan melihat kondisi patologi anatomi
yang terjadi pada Sprain Ankle. Pada Sprain Ankle, terjadi proses mikro ruptur dan inflamasi
yang disertai dengan terjadinya gangguan baik secara anatomis maupun secara fungsional
dari struktur persendian di sekitar daerah ankle.

KESIMPULAN
Karena itu dapat disimpulkan bahwa:
a. terdapat perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah intervensi Micro Wave Dia-
thermy dan Ultra Sound.
b. pemberian terapi dengan intervensi MIcro Wave Diathermy yang dikombinasikan de-
ngan Ultra Sound merupakan modalitas yang tepat terhadap pengurangan nyeri akibat
Sprain Ankle.

IMPLIKASI KEPERAWATAN

1. Sebagai pendidik
Peran perawat sebagai pendidik yaitu untuk memberikan informasi berupa
pengajaran tentang cara mengurangi nyeri akibat sprain ankle.
2. Sebagai peneliti
Perawat sebagai peneliti yaitu peran perawat yang menerjemahkan
riset,melakukan penelitin,mengidentifikasi,menganalisa data dan memcahkan msalah.
3. Sebagai pemberi peraawatan
Perawat sebagai pemberi pearwatan secaara langsung yaitu
mengkaji,menganilsa,metencanakan melakukan tindakan dan mengevaluasi.

JUDUL JURNAL
PENGARUH TERAPI LATIHAN, TRANSCUTANEOUS
ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN
KINESIOLOGY TAPING PADA POST REKONSTRUKSI
ANTERIOR CRUCIATUM LIGAMEN

LATAR BELAKANG

Cidera anterior cruciatum ligamen merupakan salah satu cidera sendi


lutut yang diakibatkan oleh trauma langsung pada bagian lateral lutut. Cedera
tersebut mengakibatkan robekan pada area anterior cruciatum ligamen
sehingga harus ditangani dengan operasi arthroscopy. Berdasarkan beberapa
penelitian jumlah cedera yang dialami atlet semakin meningkat setiap
tahunnya. Penanganan yang kurang maksimal dapat menimbulkan penurunan
kemampuan dan prestasi dari atlet yang mengalami cedera.

Di Indonesia khususnya di Jakarta berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh


Junaidi (2013) terhadap atlet Pelatda PON XVIII DKI Jakarta Terdapat kasus
cedera sebanyak 85 pada tahun 2009, sebanyak 146, pada tahun 2010, sebanyak
353 pada tahun 2011, dan sebanyak 419 kasus pada tahun 2012. Maka dari tahun
2009 hingga 2012 didapatkan total 1003 kasus cedera olahraga. Hal ini
menunjukkan angka cedera olahraga dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan. Berdasarkan jenis cedera, Kasus terbanyak sprain (cedera ligamen)
sebanyak 41,1 %, dan kasus cedera yang paling sedikit adalah cedera luka (kulit)
sebanyak 7,9%. Berdasarkan bagian tubuh yang mengalami cedera kasus yang
terbanyak adalah bagian ekstremitas bawah sebanyak 60% dan yang paling sedikit
mengalami cedera adalah bagian kepala sebanyak 0,8%. Berdasarkan kasus cedera
yang dlihat dari sifat cedera terdapat cedera akut yang sebanyak 64,4% dan cedera
kronis yang sebanyak 35,6%. Berdasarkan tempat penanganan kasus cedera, yang
terbanyak dilakukan di KONI DKI Jakarta sebanyak 35,2% dan yang paling
sedikit penanganan cedera dilakukan di Rumah Sakit sebanyak 8,5%.

Menurut Anggriawan dan Kushartanti, (2014) menyatakan bahwa, terapi


latihan adalah latihan fleksibilitas, kekuatan, dan daya tahan otot yang ditujukan
untuk meningkatkan ROM, kekuatan, dan daya tahan pada daerah kaki dan
tungkai bawah, lutut, dan tungkai atas, serta bahu, dan lengan lebih baik. Terapi
latihan adalah salah satu metode fisioterapi dengan menggunakan gerakan tubuh
baik secara aktif maupun pasif untuk pemeliharaan dan perbaikan kekuatan,
ketahanan dan kemampuan kardiovaskuler, mobilitas, dan fleksibilitas, stabilitas,
rileksasi, koordinasi, keseimbangan dan kemampuan fungsional, sedangkan
menurut Arovah, (2010) terapi latihan kelenturan (fleksibilitas) untuk
meningkatkan range of movement (ROM), latihan strectching berguna untuk
meningkatkan mobilitas, latihan pembebanan (strengthening) berguna
untuk peningkatan fungsi, dan latihan aerobik untuk meningkatkan kardiovaskuler.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Semarang pada bulan November 2017 dengan jumlah peserta
sebanyak 8 orang sedangkan tindakan fisioterapi berupa latihan propioseptif, propioceptive
neuromuscular facilitaion (PNF) stretching, transcutaneus electrical nerve stimulation
(TENS) dan kinesiotaping sedangkan untuk penilaiannya berdasarkan nilai skor foot function
index (FFI).

Propioseptif dapat diartikan sebagai modalitas sensoris yang mencakup sensasi gerakan
sendi, atau kinesthesia, dan rasa posisi sendi. Propioseptif merupakan bagian yang paling
penting dalam menjaga keseimbangan. Adanya gangguan propioseptif akan mempengaruhi
keseimbangan dan menyebabkan atlet mudah mengalami cedera (Pederson, 2011).

Pelatihan propioseptif dapat meningkatkan keseimbangan karena propioseptif merupakan


salah satu komponen yang berperan dalam terbentuknya keseimbangan. Keseimbangan
merupakan interaksi yang kompleks dari sistem sensorik (vestibular, visual, dan
somatosensorik termasuk propioseptif) dan muskuloskeletal (otot, sendi dan jaringan lunak
lain) yang diatur di dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia, cerebelum.
Propioseptif akan memberikan informasi - informasi dari alat tubuh seperti kekuatan otot,
posisi sendi dan informasi dari lingkungan seperti kondisi permukaan lantai. Propioseptif
memberikan informasi ke sistem saraf pusat tentang posisi tubuh terhadap kondisi lingkungan
di sekitarnya (eksternal) dan posisi antara segmen badan itu sendiri (internal) melalui reseptor-
reseptor yang ada pada sendi, tendon, otot, ligamen dan kulit seluruh tubuh terutama yang ada
pada columna vertebralis dan tungkai. Informasi itu dapat berupa tekanan, posisi sendi,
tegangan, panjang dan kontraksi otot (Swandari dkk, 2015).

Analisa data berupa deskriptif kuantitatif, yaitu menjelaskan data kualitatif


dan data kuantitatif yang menggunakan uji t untuk membuktikan adanya pengaruh
tiap- tiap variabel. Variabel terikat berupa terapi latihan (propioseptive exercise,
stretching dengan teknik PNF), TENS dan Kinesio Taping sedangkan variabel
bebas berupa kemampuan fungsional kaki dengan FFI (foot function index).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penilaian yang digunakan dalam kasusini menggunakan Foot Function Index (FFI) dalam
mengukur kemampuan fungsional aktivitas kaki partisipan. Hasil dari pemerikasaan ini dapat
terlihat pada Tabel 1.

n = pasien
Waktu terapi
n1 n2 n3 n4 n5 n6 n7 n8

Sebelum

Terapi 78 86 87 76 90 83 88 85

Setelah terapi9099918395909794

Berdasarkan data pada Tabel 1 maka dilakukan uji normalitas terlebih dahulu agar dapat
diketahui distribusi data normal atau tidak. Hal ini penting sebelum melakukan uji hipotesis
karena penentuan jenis uji hipotesis dengan parametrik atau non parametrik didasarkan pada
distribusi data tersebut.
Tabel 2 uji normalitas FFI
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Terapi Statistic df Sig. Statistic df Sig.


*
sebelum terapi .196 8 .200 .920 8 .430

setelah terapi .193 8 .200 .952 8 .732

Berdasarkan hasil uji normalitas FFI yang tampak pada Tabel 2 dengan
penghitungan metode Shapiro-wilk test didapatkan hasil nilai p (sig) untuk
sebelum terapi sebesar 0,430 dan setelah terapi. sebesar 0,430 dan
setelah terapi sebesar 0,732 yang keduanya berada diatas batas kritis 0,05
sehingga untuk melakukan uji hipotesis dapat menggunakan uji parametrik dengan
menggunakan metode paired sample t score yang terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3 uji paired sample t score
Paired Differences

95% Confidence
Std. Std.
Interval of the df Sig. (2-tailed)
Mean Error Difference
Dev Mean
Lower Upper

Sebelum -

-8.250 3.151 1.114 -10.884 -5.616 -7.406 7 .000

Sesudah

Berdasarkan hasil uji paired sample t score yang ditunjukkan pada Tabel 3
didapatkan nilai p (sig) bernilai <0,05 yang bermakna Ho ditolak dan Ha diterima
atau berarti ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dengan sesudah terapi.
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian terapi latihan, TENS dan kinesiotapping
dapat meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional kaki partisipan.

KESIMPULAN
Penelitian kali ini yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh tindakan fisioterapi
berupa terapi latihan, transcutaneous electrical nerve stimulation (tens) dan
kinesiology taping pada post rekonstruksi (ACL) anterior cruciatum ligamen
rupture. mendapatkan hasil bahwa setelah dilakukan tindakan pada 8 orang partisipan
sebanyak 6 kali pertemuan didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan yang signifikan
dengan ditandai nilai uji paired sample t test dengan nilai p (sig) 0,005 . stimulation. Oxford
University Press on behalf of The Board of Directors of the British Journal of Anaesthesia.
Continuing Education in Anaesthesia,

IMPLIKASI KEPERAWATAN
1. Sebagai pendidik
Peran perawat sebagai pendidik yaitu : untuk memberikan informasi berupa
pengajaran tentang cara terapi latihan pada psien post rekonstruksi, anterior cruciatum
legumen
2. Sebagai peneliti
Perawat sebagai peneliti yaitu peran perawat yang menerjemahkan
riset,melakukan penelitin,mengidentifikasi,menganalisa data dan memcahkan msalah.
3. Sebagai pemberi peraawatan
Perawat sebagai pemberi pearwatan secaara langsung yaitu
mengkaji,menganilsa,metencanakan melakukan tindakan dan mengevaluasi.

Diskusi Teori Perbandingan

1. Ankle atau pergelangan kaki merupakan daerah yang menerima beban dari seluruh
tubuh baik berdiri maupun berjalan.
2. Pada daera ankle lebih sering terkena trauma mekanik yang biasa disebut sprain ankle
atau keseleo.
3. Terapi ultra sonik pada intervensi MWD dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri
akibat sprain ankle.
4. Pemilihan intervensi yang tepat dan efektif sangat diperlukan dalam penanganan
kondisi sprain ankle.
5. Cedera saat olahraga dapat disebabkan oleh berbagai hal.
6. Hal ini dapat menyebabkan luka/strain/sprain/dislokasi/fraktur.
7. Terapi latihan adalah salah satu metode fisioterapi dengan menggunakan gerakan tubuh
baik akrtif maumpun pasif.
8. Manfaat dari kinesiologi taping antara lain meningkatkan kontraksi otot membentuk
otot dalam melakukan fungsinya.

FEEDBACK

POSITF

1. SUDAH MEMAPARKAN 2 JURNAL DENGAN CUKUP BAIK


PERLU PENINGKATAN

1. IMPLIKASI KEPERAWTAN HARUS LEBIH APLIKATIF


2. DISKUSI PERLU DIJELASKAN DENGAN LEBIH BAIK YANG BERHUBUNGAN
JURNAL SATU DENGAN JURNAL YANG LAINNYA
3. PERLU TAMBAHAN TEORI KENAPA HASIL JURNAL (MWD DAN TENS) DAPT
MENGURANGI NYERI,,

FE

Anda mungkin juga menyukai