Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dikemukakan hasil penelitian mengenai pengaruh

teknik gerak relaksasi guided imaginary terhadap penurunan nyeri sendi

Rheumatik lansia di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cimalaka pada

tahun 2022, responden dalam penelitian ini adalah penderita nyeri sendi

Rheumatik lansia di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cimalaka

Kabupaten Sumedang sejumlah 28 orang dengan melihat hasil dari

jawaban kuisoner.

1. Analisis Univariat

a. Kualitas sebelum intervensi pengaruh teknik gerak relaksasi guided

imaginary terhadap penurunan nyeri sendi Rheumatik lansia di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cimalaka pada tahun 2022

Tabel 4.1 Distribusi Nyeri Sendi Pada Lansia Penderita Rheumatik


di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cimalaka Kabupaten
Sumedang Tahun 2022 sebelum Teknik Gerak Relaksasi
Guided Imaginary

No. Variabel Mean Min Mak SD CI 95


1 Nyeri Sendi 124,3 116 129 3,04 122,8 – 125,7

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan rata-rata Nyeri Sendi pada lansia

di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cimalaka Kabupaten Sumedang tahun

2022 sebelum perlakuan Teknik Gerak Relaksasi Guided Imaginary adalah

68
69

124,3, dengan standar deviasi 3,04. Skor nyeri sendi pada lansia

paling rendah adalah 116 dan paling tinggi adalah 129. Dari hasil estimasi

interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini Nyeri Sendi lansia di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cimalaka Kabupaten Sumedang tahun

2022 sebelum perlakuan Teknik Gerak Relaksasi Guided Imaginary adalah

diantara 122,8 sampai dengan 125,7.

b. Gambaran Nyeri Sendi Pada Lansia Penderita Rheumatik di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cimalaka Kabupaten Sumedang

Tahun 2022 setelah Teknik Gerak Relaksasi Guided Imaginary .

Tabel 4.2 Distribusi Nyeri Sendi Pada Lansia Penderita Rheumatik di


Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cimalaka Kabupaten
Sumedang Tahun 2022 setelah Teknik Gerak Relaksasi
Guided Imaginary

No. Variabel Mean Min Mak SD CI 95%


1.
Nyeri Sendi 50,0 27,00 69,00 9,52 45,5– 54,4

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan rata-rata Nyeri Sendi pada lansia

di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cimalaka Kabupaten Sumedang tahun

2022 setelah dilakukan perlakuan Teknik Gerak Relaksasi Guided

Imaginary adalah 50,0 dengan standar deviasi 9,52. Nyeri Sendi pada

lansia paling rendah adalah 27,00 dan paling tinggi adalah 69,00. Dari

hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini Nyeri Sendi

pada lansia di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cimalaka Kabupaten

Sumedang tahun 2022 setelah dilakukan perlakuan Teknik Gerak

Relaksasi Guided Imaginary adalah diantara 45,5 sampai dengan 54,4.


70

2. Analisis Bivariat

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data

Variabel Shapiro-Wilk Sig Keterangan


Hasil Pre Test Nyeri Sendi ,934 ,181 Normal
Hasil Post Test Nyeri Sendi ,968 ,714 Normal

a Lilliefors Significance Correction.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada kolom signifikan

(Sig) data pres test Nyeri Sendi adalah 0.181 atau probabilitas lebih dari

0,05 yang berarti populasi berdistribusi normal dan pada pada kolom

signifikan (Sig) data post test Nyeri Sendi adalah 0.714 atau probabilitas

lebih dari 0,05 yang berarti populasi berdistribusi normal.

Berdasarkan data hasil uji normalitas dengan hasil data

berdistribusi normal maka untuk pengujian hipotesisnya adalah

menggunakan uji Paired Samples Test

b. Efektifitas Teknik Gerak Relaksasi Guided Imaginary terhadap

peningkatan Nyeri Sendi Pada Lansia Penderita Rheumatik di Wilayah

Kerja UPTD Puskesmas Cimalaka Kabupaten Sumedang Tahun 2022

Tabel 4.4 Hasil Uji Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-


Mean Std. Std. Error 95% Confidence tailed)
Deviation Mean Interval of the
Difference
Lower Upper
Pre Test Nyeri Sendi -
1 74,3000 10,33695 2,31141 69,4621 79,1378 32,145 19 ,000
Post Test Nyeri Sendi
71

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata pre test nyeri

sendi lansia sebesar 124,3 dan rata-rata post test nyeri sendi lansia sebesar

50,0. Rata – rata perbedaan nyeri sendi lansia pre test dan post test adalah

74,3. Hasil tersebut menunjukan bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-

rata nyeri sendi lansia sebelum dan sesudah teknik gerak relaksasi guided

imaginary . Hal ini dapat dilihat dari hasil uji t diperoleh nilai t sebesar

32,145 dan p value sebesar 0,000 (< 0,05) yang berarti hipotesis nol ditolak.

Dengan demikian maka ada pengaruh teknik gerak relaksasi guided

imaginary terhadap nyeri sendi pada lansia penderita rheumatik di

Wilayah Kerja UPTD Puskemas Cimalaka Kabupaten Sumedang Tahun

2022.

B. Pembahasan

1. Gambaran Nyeri Sendi Pada Lansia Penderita Rheumatik di Wilayah

Kerja UPTD Puskesmas Cimalaka Kabupaten Sumedang Tahun 2022

sebelum Teknik Gerak Relaksasi Guided Imaginary

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan dari 28 responden

menunjukkan bahwa yang mengalami nyeri sendi penderita Rheumatik

sebelum intervensi guided imaginary dengan nyeri sendi berat skor (6-10).

Di akibatkan karena ada sebagian lansia penderita nyeri sendi

Rheumatik yang sering berlama-lama berada di lingkungan yang lembab

sehingga penderita Rheumatik mengalami nyeri berlebih pada sendi dan


72

sebelum peneliti mengintervensi dilakukan tahap kuisoner untuk mengkaji

nyeri.

Rematik mengakibatkan peradangan pada lapisan dalam pembungkus

sendi penyakit ini berlangsung tahunan, menyerang berbagai sendi

biasanya simetris, jika radang ini menahun, terjadi kerusakan pada tulang

rawan sendi dan tulang otot ligamen dalam sendi. Seseorang yang

mengalami rematik mengalami beberapa gejala berikut yakni nyeri sendi,

inflamasi, kekakuan sendi pada pagi hari, hambatan gerak persendian

(Chintyawaty, 2014).

Imajinasi terbimbing menuntut seseorang untuk membentuk sebuah

bayangan/imajinasi tentang hal-hal yang disukai. Imajinasi yang terbentuk

tersebut akan diterima sebagai rangsangan oleh berbagai indra, kemudian

ransangan tersebut akan dijalankan kebatang otak menuju sensor thalamus

dan akan muncul kembali ketika terdapat rangsangan berupa bayangan

tentang hal-hal yang disukai, keberhasilan teknik guided imagery bisa

dijelaskan melalui konsep pengkondisian klasik berupa pengalaman yang

menyenangkan sehingga menimbulkan reaksi terhadap stimulus, teknik ini

juga berhasil karena klien kooperatif.

Dossey, et al. (dalam Potter & Perry, 2009) menjelaskan aplikasi

klinis guided imaginary yaitu sebagai penghancur sel kanker, untuk

mengontrol dan mengurangi rasa nyeri, serta untuk mencapai ketenangan

dan ketentraman. Guided imaginary juga membantu dalam pengobatan;

seperti asma, hipertensi, gangguan fungsi kandung kemih, sindrom pre


73

menstruasi, dan menstruasi. Selain itu guided imaginary juga digunakan

untuk mereduksi nyeri luka bakar, sakit kepala migrain dan nyeri pasca

operasi (Brannon & Feist, 2000). Menurut Smeltzer dan Bare (2002),

dibutuhkan waktu yang lama untuk menjelaskan teknik imajinasi

terbimbing dan mempraktikannya.

Penelitian yang dilakukan oleh John Foward (2015) pada pada usia 38-

90 tahun yang telah operasi sendi menunjukkan terdapat temuan positif

yaitu pasien mengalami pengurangan nyeri setelah diberikan sentuhan

terstuktur dan teknik imajinasi terbimbing. Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Jamaluddin (2017) pada pasien postapendiktomi menunjukkan hasil

manajemen nyeri dengan menggunakan terapi guided imaginary dan

iringan musik pada pasien post appendiktomi menunjukkan adanya

penurunan nyeri yang semula dari skala nyeri berat pada pengelolaan

haripertama menjadi skala nyeri ringan pada pengelolaan hari keempat

dengan ekspresi wajah pasien terlihat rileks.

Hasil penelitian Khusana (2017) menunjukkan perbedaan tingkat

nyeri, sebelum pemberian imajinasi terbimbing pasien memiliki 100%

tingkat nyeri dan setelah diberikan intervensi perawatan menurun hingga

90% dari tingkat nyeri yang dirasalan responden. Respon nyeri yang

dirasakan oleh responden berbeda-beda. Imajinasi terbimbing atau guided

imagery adalah teknik menciptakan kesan dalam pikiran responden,

kemudian berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara bertahap

dapat menurunkan persepsi responden terhadap nyeri. Saat pasien


74

berimajinasi maka akan menurunkan intensitas nyeri karena fokus pasien

terhadap nyeri teralihkan dengan imajinasi yang menyenangkan Sehingga

dapat disimpulkan bahwa pemberian guided imaginary dapat menurunkan

intensitas nyeri.

Penelitian yang dilakukan oleh Sylvia (2015) pada pasien remaja

yang mengalami nyeri postspinal fusiondengan cara melakukan intervensi

imajinasi terbimbing pada saat sebelum dan sesudah operasi dengan

menggunakan DVD yang didalamnya terdapat informasi dan teknik

relaksasi. diddapatkan Uji Student T tes tidak menunjukkan perbedaan

signifikan antara kelompok ekperimen dan kelompok kontrol pada usia,

jenis kelamin. Akan tetapi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

tingkatan rata-rata nyeri menurun secara signifikan pada kelompok

eksperimen dibandingkan dengan control pada setiap waktu, dengan efek

sedang hingga besar yang diamati T2 (2 minggu pasca pemulangan) dan

T3 (1 bulan follow-up).

Berdasarkan pemaparan di atas peneliti berpendapat bahwa penderita

nyeri sendi rheumatik sering merasakan nyeri di malam hari pada daerah

sendi dan upaya dari peneliti yaitu diharapkan penderita melakukan terapi

ataupun pengobatan secara rutin ke pusat kesehatan agar nyeri pada sendi

cepat berkurang sehingga penderita bisa beraktivitas kembali.

Saran bagi lansia diharapkan lansia dapat memperbaiki gaya

hidup lebih sehat dengan menjaga dan memperbaiki aktifitas fisik,

lingkungan, maupun melakukan beberapa terapi untuk mengurangi


75

instensitas nyeri pada sendi. Diharapkan juga bagi penderita nyeri

sendi Rheumatik supaya tetap belajar melakukan terapi guided

imaginary secara rutin sehingga penurunan nyeri sendi dalam keadaan

maksimal dan penderita bisa mencari beberapa literasi terkait cara

menurunkan nyeri sendi pada Rheumatik.

2. Gambaran Nyeri Sendi Pada Lansia Penderita Rheumatik di Wilayah

Kerja UPTD Puskesmas Cimalaka Kabupaten Sumedang Tahun 2022

setelah Teknik Gerak Relaksasi Guided Imaginary

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan dari 28 responden

menunjukkan bahwa penderita nyeri sendi Rheumatik sesudah intervensi

guided imaginary (Post Test) didapatkan dengan nyeri sendi mulai

membaik 85 % dan dari 28 responden menunjukkan penderita Rheumatik

sedang secara klinis 15 %.

Peneliti telah melakukan intervensi Nyeri Sendi Pada Lansia

Penderita Rheumatik di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cimalaka

Kabupaten Sumedang Tahun 2022 sehingga penderita dalam kategori

nyeri berkurang da ada perubahan pada lansia setelah dilakukannya

terapi relaksasi guided imaginary.

Langkah-langkah dalam melakukan guided imagery yaitu: untuk

persiapan, mencari lingkungan yang nyaman dan tenang, bebas dari

distraksi (Kozier & Erb, 2009). Lingkungan yang bebas dari distraksi

diperlukan oleh subjek guna berfokus pada imajinasi yang dipilih. Untuk

pelaksanaan, subjek harus tahu rasional dan keuntungan dari teknik


76

imajinasi terbimbing. Subjek merupakan partisipan aktif dalam latihan

imajinasi dan harus memahami secara lengkap tentang apa yang harus

dilakukan dan hasil akhir yang diharapkan. Selanjutnya memberikan

kebebasan pada subjek. Membantu subjek ke posisi yang nyaman dengan

cara: membantu subjek untuk bersandar dan meminta menutup matanya.

Posisi nyaman dapat meningkatkan fokus subjek selama latihan imajinasi.

Menggunakan sentuhan jika hal ini tidak membuat subjek merasa

terancam. Bagi beberapa subjek, sentuhan fisik mungkin mengganggu

karena kepercayaan budaya dan agama mereka. Langkah berikutnya

menimbulkan relaksasi. Dengan cara memanggil nama yang disukai.

Berbicara jelas dengan nada suara yang tenang dan netral. Meminta subjek

menarik nafas dalam dan perlahan untuk merelaksasikan semua otot.

Untuk mengatasi nyeri atau stres, dorong subjek untuk membayangkan

hal-hal yang menyenangkan. Setelah itu membantu subjek merinci

gambaran dari bayangannya. Mendorong subjek untuk menggunakan

semua indranya dalam menjelaskan bayangan dan lingkungan bayangan

tersebut. Langkah berikutnya meminta subjek untuk menjelaskan perasaan

fisik dan emosional yang ditimbulkan oleh bayangannya. Dengan

mengarahkan subjek untuk mengeksplorasi respon terhadap bayangan

karena ini akan memungkinkan subjek memodifikasi imajinasinya.

Respons negatif dapat diarahkan kembali untuk memberikan hasil akhir

yang lebih positif. Selanjutnya memberikan umpan balik kontinyu kepada

subjek. Dengan memberi komentar pada tanda-tanda relaksasi dan


77

ketenteraman. Setelah itu membawa subjek keluar dari bayangannya.

Setelah pengalaman imajinasi dan mendiskusikan perasaan subjek

mengenai pengalamannya tersebut. Serta mengidentifikasi setiap hal yang

dapat meningkatkan pengalaman imajinasi. Selanjutnya memotivasi subjek

untuk mempraktikkan teknik imajinasi.

Smeltzer dan Bare (2002) penggunaan imajinasi secara sengaja

untuk memperoleh relaksasi dan menjauhkan diri dari sensasi yang tidak

diinginkan membawa individu untuk menghadirkan gambaran mental yang

diperkuat dengan perasaan menyenangkan, dengan guided imagery

individu lebih mudah memberikan perhatian terhadap bayangan mental

yang dimunculkan. Sehingga dengan memberikan jeda atau mengalihkan

pikiran sadar saat individu merasakan nyeri pada saat menstruasi, maka

nyeri tersebut berangsur-angsur menurun. Guided imagery merupakan

teknik perilaku kognitif yang berfungsi sebagai pengalih perhatian dari

stimulus yang menyakitkan seperti nyeri saat menstruasi. Dengan

imajinasi individu akan terbebas dari ketegangan dan nyeri menstruasi,

karena imajinasi dapat mengubah persepsi kognitif dan motivasi afektif.

Karena guided imagery menggunakan kesadaran pikiran, untuk

menciptakan gambaran mental yang menstimulasi perubahan fisik pada

tubuh, memperbaiki kesejahteraan dan kesadaran diri (Potter & Perry,

2009).

Berdasarkan pemaparan di atas peneliti berpendapat bahwa penderita

nyeri sendi rheumatik sering merasakan nyeri di malam hari pada daerah
78

sendi dan upaya dari peneliti yaitu diharapkan penderita melakukan terapi

ataupun pengobatan secara rutin ke pusat kesehatan agar nyeri pada sendi

cepat berkurang sehingga penderita bisa beraktivitas kembali.

Saran bagi lansia diharapkan lansia dapat memperbaiki gaya

hidup lebih sehat dengan menjaga dan memperbaiki aktifitas fisik,

lingkungan, maupun melakukan beberapa terapi untuk mengurangi

instensitas nyeri pada sendi. Diharapkan juga bagi penderita nyeri

sendi Rheumatik supaya tetap belajar melakukan terapi guided

imaginary secara rutin sehingga penurunan nyeri sendi dalam keadaan

maksimal dan penderita bisa mencari beberapa literasi terkait cara

menurunkan nyeri sendi pada Rheumatik.

3. Pengaruh Teknik Gerak Relaksasi Guided Imaginary Terhadap Nyeri

Sendi Pada Lansia Penderita Rheumatik di Wilayah Kerja UPTD

Puskemas Cimalaka Kabupaten Sumedang Tahun 2022

Berdasarkan hasil penelitian kepada 28 orang penderita Rheumatik

di peroleh hasil bahwa terdapat perubahan nyeri pada sendi sebelum dan

sesudah intervensi. Semua responden mengalami perubahan derajat nyeri

sendi setelah pemberian terapi relaksasi guided imaginary. Hasil uji

statistik diperoleh p value = 0,000 dimana p value < 0,05 peneliti

menggunakan uji Paired Samples Test untuk melihat pengaruh, untuk

mendapatkan perbedaan hasil sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.

Hasil tersebut menunjukkan hasil yang signifikan yang artinya ada

pengaruh terapi guided imaginary terhadap penurunan nyeri sendi lansia


79

di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cimalaka Kabupaten Sumedang

tahun 2022.

Nyeri adalah suatu sensasi yang disebabkan karena rusaknya

jaringan, bisa di kulit sampai jaringgan paling dalam. Beberapa

penelitian menunjukan bahwa, nyeri yang sering dijumpai pada penderita

lansia biasanya sering diterapi secara paliatif, bahkan dengan

managemen yang sering tidak adekuat (Monti DA, 1998 dalam Martono,

2012).

Dalam penatalaksanaan rasa nyeri, didiagnosis spesifik untuk

menentukan tipe nyeri akan sangat membantu pemilihan analetik atau

terapi lain. diagnosis yang spesifik tersebut juga mengarahkan pengertian

atas penyebab rasa nyeri. Bila nyeri disebabkan oleh penyakit vaskuler

perifer, misalnya, obat-obat untuk memperbaiki sirkulasi, kompres

hangat, perlindungan pada daerah ekstremitas dan pemberian perhatian

yang lebih pada daerah kulit dan kuku, sedangkan obat yang

mengganggu sirkualsi harus dihentikan.

Hipotesis tersebut dapat diterima seperti halnya hasil penelitian

terdahulu yang menggunakan teknik relaksasi nafas dalam yaitu Dina,

Dewi, dkk (2009) Universitas Brawijaya, Malang, dalam penelitiannya

disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pemberian

teknik relakssi nafas dalam dengan penurunan tingkat nyeri pada lansia

dengan rheumatoid arthtritis. Selain itu Yusrizal,dkk (2012)

menyimpulkan dai hasil penelitiannya bahwa terdapat pengaruh


80

pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intesitas nyeri pada ibu

post operasi section caesaria di RSUP H. Adam Malik Medan.

Berdasarkan pemaparan di atas peneliti berpendapat bahwa penderita

nyeri sendi rheumatik sering merasakan nyeri di malam hari pada daerah

sendi dan upaya dari peneliti yaitu diharapkan penderita melakukan terapi

ataupun pengobatan secara rutin ke pusat kesehatan agar nyeri pada sendi

cepat berkurang sehingga penderita bisa beraktivitas kembali.

Saran bagi lansia diharapkan lansia dapat memperbaiki gaya

hidup lebih sehat dengan menjaga dan memperbaiki aktifitas fisik,

lingkungan, maupun melakukan beberapa terapi untuk mengurangi

instensitas nyeri pada sendi. Diharapkan juga bagi penderita nyeri

sendi Rheumatik supaya tetap belajar melakukan terapi guided

imaginary secara rutin sehingga penurunan nyeri sendi dalam keadaan

maksimal dan penderita bisa mencari beberapa literasi terkait cara

menurunkan nyeri sendi pada Rheumatik.


81

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Pengaruh

Teknik Gerak Relaksasi Guided Imaginary Terhadap Nyeri Sendi Pada

Lansia Penderita Rheumatik di Wilayah Kerja UPTD Puskemas Cimalaka

Kabupaten Sumedang Tahun 2022” disimpulkan beberapa hal sebagai berikut

1. Rata-rata Nyeri Sendi pada lansia di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas

Cimalaka Kabupaten Sumedang tahun 2022 sebelum Teknik Gerak

Relaksasi Guided Imaginary adalah berada di skor 7-10

2. Rata-rata Nyeri Sendi pada lansia di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas

Cimalaka Kabupaten Sumedang tahun 2022 setelah Teknik Gerak

Relaksasi Guided Imaginary adalah berada di skor 1-6

3. Ada pengaruh teknik gerak relaksasi guided imaginary terhadap nyeri

sendi pada lansia penderita rheumatik di Wilayah Kerja UPTD Puskemas

Cimalaka Kabupaten Sumedang Tahun 2022 dengan p value (0,000)

81
82

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dengan jumlah sampel 28 orang responden

mengenai Pengaruh Teknik Gerak Relaksasi Guided Imaginary Terhadap

Nyeri Sendi Pada Lansia Penderita Rheumatik di Wilayah Kerja UPTD

Puskemas Cimalaka Kabupaten Sumedang Tahun 2022.

1. Responden

Diharapkan pasien nyeri sendi Rheumatik lansia di Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas Cimalaka sekali dalam sehari setiap minggunya

secara rutin dan menjadi sumber pengetahuan untuk meningkatkan

cara mengatasi nyeri sendi secara nonfarmakologi dan meminimalkan

pemakaian obat farmakologis.

Diharapkan juga bagi penderita nyeri sendi Rheumatik supaya

tetap belajar melakukan terapi guided imaginary secara rutin sehingga

penurunan nyeri sendi dalam keadaan maksimal dan penderita bisa

mencari beberapa literasi terkait cara menurunkan nyeri sendi pada

Rheumatik.

2. Bagi Institusi Universitas YPIB Majalengka

Diharapkan terapi teknik gerak relaksasi guided imaginary

sebagai salah satu materi terapi modalitas dalam blok perkuliahan dan

salah satu penanganan nyeri sendi Rheumatik pada lansia.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan kelompok

pembanding (kontrol) agar mendapatkan hasil yang lebih signifikan.

Anda mungkin juga menyukai