Anda di halaman 1dari 6

Vol.1 No.

10 Maret 2022 1251


…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN DIABETIC PERIPHERAL
NEUROPATHY DENGAN LATIHAN FISIK: SINGLE CASE STUDY

Oleh
Afita Aulia Isnaen Nur Riansyah1, Totok Budi Santoso2
1, Program Studi Profesi Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah

Surakarta, Indonesia,
Email: 1AfitaAuliaIsnaenNurRiansyah@gmail.com

Abstrak
Diabetic peripheral neuropathy (DPN) ialah komplikasi umum yang berasal dari Diabetes
Melitus (DM) jangka panjang yang merupakan penyakit progresif. Gejala DPN meliputi
parestesia, hiperestesia, dan disestesia, serta beberapa pasien mengalami tanda-tanda neuropati
(seperti rasa terbakar dan tertusuk-tusuk) sementara yang lain ada yang tidak memiliki tanda atau
gejala. Memiliki banyak gangguan pada ekstremitas bawah seperti deformitas, penurunan rentang
gerak, gangguan koordinasi dan keseimbangan, serta kelemahan otot yang dapat disebabkan oleh
Diabetes Melitus. Dengan rutin melakukan terapi fisik dapat meningkatkan kualitas hidup pasien
DPN serta dapat meringankan gejala neuropati diabetik, selain itu juga dapat meningkatkan
kekuatan otot pada ekstremitas bawah, mobilitas sendi, keseimbangan, koordinasi dan fungsi
fisik pada penerita Diabetic peripheral neuropathy.
Kata Kunci : Diabetic peripheral neuropathy (DPN), Latihan Keseimbangan, Latihan
Penguatan.

PENDAHULUAN meliputi parestesia, hiperestesia, dan


Diabetes Mellitus adalah suatu disestesia, serta beberapa pasien dapat
kelainan metabolik yang ditandai dengan mengalami gejala neuropati seperti rasa
hiperglikemia serta gangguan metabolisme terbakar dan tertusuk. Gejala ini dapat
protein, karbohidrat, dan lemak yang mengganggu aktivitas dan kegiatan sehari-hari
diakibatkan karena adanya defek pada sekresi seperti tidur, naik tangga, berjalan, dan
insulin, kerja insulin ataupun keduanya. Efek bekerja. Selain itu, orang dengan DPN
jangka panjang dapat menyebabkan berbagai memiliki risiko jatuh lebih besar, gaya berjalan
komplikasi seperti neuropati, retinopati, yang lambat, serta kontrol postur yang berubah
arteriosklerosis (Ahmad et al., 2017). Diabetic dan kesulitan dalam melakukan Aktiftas
peripheral neuropathy (DPN) merupakan sehari-hari (Win et al., 2020). Untuk dapat
salah satu dari komplikasi Diabetes Melitus mendiagnosis DPN dengan menggunakan
dengan 27%-57% dari total populasi DPN form Michigan neuropathy screening
yang berusia 50-60 tahun, dan akan semakin instrument (MNSI), pemeriksaan fisik ini
bertambah hingga 50%-100% ketika meliputi pemeriksaan pada kedua kaki, untuk
menginjak usia diatas 70 tahun (Majumi et al., menilai deformitas, dry skin, kalus, infeksi,
2019). serta ulcers. Persepsi getaran (menggunakan
Pada penderita Diabetic peripheral garpu tala 128 Hz) dan monofilamen (5,07/10
neuropathy sering kali mengalami gangguan gm) yang diletakkan tepat pada proksimal
pada ekstremitas bawah seperti deformitas, dasar kuku ibu jari kaki, sedangkan untuk
penurunan rentang gerak, gangguan koordinasi refleks achilles dinilai menggunakan palu
keseimbangan, dan kelemahan otot yang refleks. Skor maksimum pada pemeriksaan
disebabkan oleh Diabetus Melitus (Naimi et MNSI yaitu 5 poin untuk setiap kaki, sehingga
al., 2020). Gejala pada penderita DPN total skor maksimum yang didapatkan adalah
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2798-3471 (Cetak) Journal of Innovation Research and Knowledge
ISSN 2798-3641 (Online)
1252 Vol.1 No. 10 Maret 2022
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
10 poin. Hasil positif DPN jika total skor yang pada kedua kaki masih sering kali muncul.
didapatkan lebih dari 2 poin (Khan et al., Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
2020). penyerta namun orang tua pasien memiliki
Seseorang yang menderita DPN riwayat penyakit yang sama yaitu diabetes
memiliki resiko penurunan kekuatan otot militus.
sekitar 30-50% pada ekstremitas bawah Pemeriksaan Fisik
sehingga diberikan latihan penguatan otot pada Terapis melalukan pemeriksaan tanda
tungkai atas dan bawah, kelemahan otot pada vital dan diperoleh hasil: 1) tekanan darah:
penderita DPN dapat mengakibatkan gaya 130/90mmHg, 2) denyut nadi: 86x/menit, 3)
berjalan yang tidak stabil dan postur statis pernapasan: 20x/menit, dan hasil laboratorium
serta merusak somatosensori dan sistem dengan hasil: 1) Gula darah puasa: 116 mg/dL,
kontrol motorik (Suzuki et al., 2019). 2) Kolesterol total: 134 mg/dL, 3) Asam urat:
Melakukan latihan aerobik intensitas rendah, 4,0 mg/dL, yang mana pada pemeriksaan vital
dengan latihan jalan (walking exercise) dapat sign ini didapatkan hasil yang normal, namun
memberikan efek yang baik pada penderita pada pemeriksaan MNSI didapatkan hasil
DPN (Johnson et al., 2019). Terapi fisik bila dengan total skor 3 poin dimana pasien
dilakukan secara teratur dan rutin, dapat termasuk Diabetic Peripheral Neuropathy
membantu mengontrol kadar gula darah, (DPN). Pasien menggunakan kacamata karena
mengurangi nyeri neuropatik, meningkatkan pandangan sudah kabur, kedua kaki pasien
kekuatan otot, keseimbangan, dan mobilitas nampak kering, terlihat adanya ulcers pada
sendi, serta dapat meningkatkan kualitas hidup kedua kaki, persepsi getaran dan pemeriksaan
pasien DPN secara keseluruhan (Majeed et al., dengan monofilamen didapatkan hasil normal.
2019). Pemeriksaan nilai rasa kebas pada kedua kaki,
diukur menggunakan Numerical Rating Scale
METODE PENELITIAN (NRS) yang memiliki 11 poin skala dari 0-10,
Metode yang digunakan pada dimana 0 tidak nyeri/kebas hingga 10
penelitian ini merupakan case study dan nyeri/kebas yang tidak tertahankan.
dilakukan di klinik fisioterapi yang berada di Didapatkan nilai NRS 6 yang berarti sedang
salah satu kota Surakarta, pada seorang pasien pada kedua kaki.
perempuan yang berusia 56 tahun sebagai ibu Pemeriksaan kekuatan otot pada
rumah tangga. ekstremitas bawah dengan mengukur kekuatan
Presentasi Kasus: fungsional ekstremitas bawah menggunakan
Pemeriksaan Subyektif Five Time Sit to Stand Test. Pasien diminta
Seorang wanita berusia 56 tahun yang untuk melakukan aktifitas dari duduk ke
datang ke klinik dengan mengeluhkan rasa berdiri sebanyak 5 kali, kemudian terapis
kebas pada kedua kakinya. Keluhan yang menghitung dengan menggunakan stopwatch
dirasa muncul kurang lebih 6 bulan terakhir. berapa lama waktu yang dibutuhkan. Dari
Keluhan semakin bertambah parah ketika pemeriksaan ini didapatkan hasil 12,77 detik,
pasien melakukan aktifitas sehari-hari dimana pasien terdapat penurunan kekuatan
terutama ketika digunakan untuk berdiri lama, otot pada ekstremitas bawah. Pemeriksaan
dan keluhan akan berkurang jika digunakan keseimbangan dinamis diukur dengan Time Up
untuk istirahat. Setelah diketahui menderita and Go test. Dari posisi duduk, pasien diminta
diabetes melitus, pasien rutin kontrol ke dokter untuk berdiri kemudian berjalan melewati
dan mengkonsumsi obat secara rutin, dimana cone sepanjang 3 meter kemudian kembali
kadar gula pasien menjadi terjaga. Pasien dua duduk ke kursi. Terapis menghitung dengan
bulan terakhir rajin datang ke klinik untuk menggunakan stopwatch berapa lama waktu
melakukan terapi akan tetapi keluhan kebas yang dibutuhkan pasien. Setelah dilakukan

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Journal of Innovation Research and Knowledge ISSN 2798-3471 (Cetak)
ISSN 2798-3641 (Online)
Vol.1 No.10 Maret 2022 1253
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
pemeriksaan ini didapatkan hasil 13,51 detik, tangan disilangkan didepan dada kemudian
dimana pasien memiliki resiko jatuh. dihitung dengan menggunakan stopwatch
Keseimbangan statis dilakukan dengan selama 30 detik, jika pasien gagal maka
menggunakan Modified Clinical Test of dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali
Sensory Interaction in Balance (MCTSIB). kemudian diambil nilai rata-rata.
Tujuannya adalah untuk mengevaluasi Didapatkan nilai hasil MCTSIB 0,61 yang
pengaruh interaksi sensorik terhadap stabilitas berarti pasien mengalami penurunan fungsi
postural dalam posisi berdiri pada pasien DPN. antar reseptor karena hasil yang diperoleh
Pelaksanaan: kurang dari 0.75.
1. Untuk mengetahui fungsi propioceptive, Rencana Program Fisioterapi
vestibular dan visual Tujuan intervensi yang dilakukan
Pasien berdiri tegak di lantai yang datar adalah untuk dapat mengurangi rasa kebas
tanpa memakai alas kaki, pandangan pada kedua kaki, meningkatkan kekuatan
menghadap lurus ke depan dengan kedua otot pada ekstremitas bawah, meningkatkan
kaki, lutut dan jari-jari kaki dirapatkan keseimbangan dan mengoptimalkan
kemudian kedua tangan disilangkan kemampuan fungsional pasien. Intervensi
didepan dada kemudian dihitung dengan fisioterapi yang dilakukan meliputi; a)
menggunakan stopwatch selama 30 detik, balance: 1. Side Lunges yang dilakukan
jika pasien gagal maka dilakukan sebanyak 3 kali seminggu, 3 set pengulangan
pengulangan sebanyak 3 kali kemudian 10 kali disetiap gerakan. 2. One leg stance
diambil nilai rata-rata. dilakukan sebanyak 3 kali seminggu, 3 set
2. Untuk mengetahui fungsi propioceptive dan pengulangan 10 kali disetiap gerakan dengan
vestibular ditahan selama 30 detik. b) walking exercise
Posisi pasien sama dengan langkah pertama yang meliputi jalan biasa, jalan mundur, dan
namun pada posisi ini menutup kedua mata jalan dengan kaki berjinjit dilakukan
dengan kedua kaki, lutut dan jari-jari kaki sebanyak 3 kali seminggu, durasi latihan 10 -
dirapatkan kemudian kedua tangan 20 menit, termasuk low intensity. c)
disilangkan didepan dada keemudian strengthening dengan menggunakan ankle
dihitung dengan menggunakan stopwatch theraband dan dilakukan sebanyak 3 kali
selama 30 detik, jika pasien gagal maka seminggu, 3 set, 10 kali per gerakan, dengan
dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali menggunakan theraband warna merah.
kemudian diambil nilai rata-rata.
3. Untuk mengetahui fungsi vestibular dan HASIL DAN PEMBAHASAN
visual Setelah mendapatkan terapi fisioterapi
Pasien berdiri tegak pada matras tanpa sebanyak empat kali, kemudian dilakukan
memakai alas kaki, pandangan menghadap evaluasi pengukuran nilai kebas dengan
ke depan dengan kedua kaki, lutut dan jari- menggunakan NRS, pengukuran kekuatan otot
jari kaki dirapatkan kemudian kedua tangan pada ekstremitas bawah dengan Five Time Sit
disilangkan didepan dada kemudian to Stand Test, pengukuran keseimbangan statis
dihitung dengan menggunakan stopwatch dengan MCTSIB dan dinamis dengan Time
selama 30 detik, jika pasien gagal maka Up and Go Test.
dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali Hasil pengukuran nilai kebas dengan NRS
kemudian diambil nilai rata-rata. Pemeriksaan pengukuran nilai kebas
4. Untuk mengetahui fungsi vestibular dengan menggunakan NRS dilakukan sebelum
Posisi pasien berdiri tegak pada matras intervesi diberikan dan dievaluasi setelah
sama seperti langkah ke tiga namun dengan diberikan intervensi:
menutup kedua mata, kedua kaki, lutut dan
jari-jari kaki dirapatkan kemudian kedua

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2798-3471 (Cetak) Journal of Innovation Research and Knowledge
ISSN 2798-3641 (Online)
1254 Vol.1 No. 10 Maret 2022
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Berbagai faktor dapat mempengaruhi
keseimbangan akibat dari gangguan
sensoris, gangguan proprioception,
gangguan kontrol gerakan, gangguan
struktural biomekanik, dan disorientasi
(Majeed et al., 2019).
Bagan 1. Hasil pengukuran NRS Latihan gaya berjalan dan
Didapatkan hasil adanya penurunan keseimbangan dengan program penguatan
nilai kebas pada kedua kaki dari T0-T4. dapat meningkatkan keseimbangan dan
Dengan melakukan Exercise yang berupa gaya berjalan pasien diabetes, adaptasi
balance, gait training dan strengthening vaskular yang disebabkan saat olahraga
sehingga dapat menurunkan frekuensi kebas dapat memperlancar aliran darah ke saraf
pada kedua kaki pasien dimana masih dalam perifer, serta dapat meningkatkan fungsi
rentang nilai sedang. pada gaya saat berjalan. (Melese et al.,
Hasil pengukuran kekuatan otot pada 2020). Dengan berjalan maju dan mundur
ekstremitas bawah dengan Five Time Sit to akan terjadi penguatan pada m. rektus
Stand Test femoris, m. biceps femoris short head, dan
Pemeriksaan kekuatan otot ekstremitas m. tibialis posterior. Namun, penguatan m.
bawah dilakukan saat sebelum intervensi iliacus yang baik hanya dicapai pada saat
diberikan dan dievaluasi setelah mendapatkan berjalan mundur. Aktivasi tibialis anterior
intervensi pada pertemuan ke empat, dan saat berjalan mundur dapat menjaga
didapatkan hasil adanya penurunan waktu dari stabilitas dan keseimbangan (Zhang et al.,
T0-T4 yaitu 12,77 detik menjadi 10,57 detik, 2014).
terdapat sedikit peningkatan kekuatan otot 2. Strengthening
pada ekstremitas bawah. Latihan penguatan penting untuk
Hasil pengukuran keseimbangan statis mengurangi kelemahan ekstremitas
(MCTSIB) dan dinamis (Time Up and Go bawah, yang merupakan faktor risiko yang
Test) dapat dimodifikasi untuk resiko jatuh pada
Pemeriksaan keseimbangan statis dan orang dengan DPN. Latihan penguatan
dinamis dilakukan sebelum intervensi dan mobilisasi ankle dengan
diberikan atau T0, dan dievaluasi pada menggunakan theraband dapat
pertemuan ketiga atau T4, hasil yang diperoleh meningkatkan ROM dorsofleksi ankle
tidak didapatkan perbaikan yang cukup (Lindberg et al., 2020).
signifikan, yaitu 0,61 menjadi 0,63. Sedangkan
pada keseimbangan dinamis dengan time up PENUTUP
and go test didapatkan penurunan waktu dari Kesimpulan
13.51 detik menjadi 10,28 detik. Setelah diberikan program fisioterapi
Pembahasan yang dilakukan sebanyak empat kali
1. Balance dan Gait training pertemuan dengan latihan, balance, gait
Penurunan kemampuan training dan strengthening mampu
keseimbangan berkaitan dengan hilangnya menurunkan nilai rasa kebas pada kedua kaki.
kekuatan pada ekstremitas bawah dan
penurunan fungsi sensorimotor. DAFTAR PUSTAKA
Ketidakstabilan pada otot menyebabkan [1] Ahmad, I. et al. (2017) ‘JSM
kesulitan dalam menjaga keseimbangan Diabetology and Management Balance
dan akhirnya mempengaruhi gaya berjalan. Training in Diabetic Peripheral
Keseimbangan statis dan dinamis
keduanya berpengaruh dalam DPN.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Journal of Innovation Research and Knowledge ISSN 2798-3471 (Cetak)
ISSN 2798-3641 (Online)
Vol.1 No.10 Maret 2022 1255
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Neuropathy: A Narrative Review’, JSM [8] Suzuki, K. et al. (2019) ‘Effect of
Diabetol Manag, 2(1), pp. 1–9. Exercise with Rhythmic Auditory
[2] Dixit, S. et al. (2016) ‘Analysis of Stimulation on Muscle Coordination and
postural control during quiet standing in Gait Stability in Patients with Diabetic
a population with diabetic peripheral Peripheral Neuropathy: A Randomized
neuropathy undergoing moderate Controlled Trial’, Open Journal of
intensity aerobic exercise training: A Therapy and Rehabilitation, 07(03), pp.
single blind, randomized controlled 79–91. doi: 10.4236/ojtr.2019.73005.
trial’, American Journal of Physical [9] Win, M. M. T. M. et al. (2020) ‘Hand
Medicine and Rehabilitation, 95(7), pp. and foot exercises for diabetic peripheral
516–524. doi: neuropathy: A randomized controlled
10.1097/PHM.0000000000000426. trial’, Nursing and Health Sciences,
[3] Gholami, F. et al. (2018) ‘Effect of 22(2), pp. 416–426. doi:
aerobic training on nerve conduction in 10.1111/nhs.12676.
men with type 2 diabetes and peripheral [10] Zhang, X. et al. (2014) ‘Investigating the
neuropathy: A randomized controlled role of backward walking therapy in
trial’, Neurophysiologie Clinique. alleviating plantar pressure of patients
Elsevier Masson SAS, 48(4), pp. 195– with diabetic peripheral neuropathy’,
202. doi: 10.1016/j.neucli.2018.03.001. Archives of Physical Medicine and
[4] Johnson, C. and Takemoto, J. K. (2019) Rehabilitation. Elsevier Ltd, 95(5), pp.
‘A review of beneficial low-intensity 832–839. doi:
exercises in diabetic peripheral 10.1016/j.apmr.2014.01.003.
neuropathy patients’, Journal of
Pharmacy and Pharmaceutical Sciences,
22(Figure 1), pp. 22–27. doi:
10.18433/jpps30151.
[5] Khan, N., Ahmad, I. and Noohu, M. M.
(2020) ‘Association of disease duration
and sensorimotor function in type 2
diabetes mellitus: beyond diabetic
peripheral neuropathy’, Somatosensory
& Motor Research. Taylor & Francis,
37(4), pp. 326–333. doi:
10.1080/08990220.2020.1830757.
[6] Lindberg, K. et al. (2020) ‘An exercise
program for people with severe
peripheral neuropathy and diabetic foot
ulcers–a case series on feasibility and
safety’, Disability and Rehabilitation.
Taylor & Francis, 42(2), pp. 183–189.
doi: 10.1080/09638288.2018.1494212.
[7] Majeedkutty, N. A., Jabbar, M. A. and
Sreenivasulu, S. (2019) ‘Physical therapy
for diabetic peripheral neuropathy: A
narrative review’, Disability, CBR and
Inclusive Development, 30(1), pp. 112–
125. doi: 10.5463/dcid.v30i1.760.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2798-3471 (Cetak) Journal of Innovation Research and Knowledge
ISSN 2798-3641 (Online)
1256 Vol.1 No. 10 Maret 2022
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Gambar I Business Flowchart UMKM Rose Florist


…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Journal of Innovation Research and Knowledge ISSN 2798-3471 (Cetak)
ISSN 2798-3641 (Online)

Anda mungkin juga menyukai