Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN

COMBINATION OF DM GYMNASTICS AND FOOT GYMNASTICS


TOWARD PERIPHERAL VASCULAR NEURO ON TYPE II DIABETES
MELLITUS CLIENTS

Oleh:

Gusti Agung Putu Anggit Ciwi Tanugita


P1701021

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH KLATEN
2018
ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN

Judul jurnal :
Kombinasi Senam DM dan Senam Kaki Menuju Neuro Vaskular Periferal pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
Oleh :
a. Tavip Dwi Wahyuni
b. Tri Johan Agus Yuswanto

NO ITEM RINGKASAN JURNAL ANALISIS


1. Abstrak Latar Belakang Abstrak pada penelitian ini sudah
Penyakit arteri perifer (PAD) merupakan salah satu komplikasi diabetes tipe 2 menjelaskan mengenai alasan yang melatar
yang sering ditemui penderita DM. PAD dapat dideteksi melalui belakangi penelitian ini dilakukan, tetapi
peripheralneurovascular yang mencakup pemeriksaan AnkleBrachial Index bagian latar belakang pada abstrak terlalu
(ABI), akral dan paresthesia dengan berjalan kaki. singkat kurang mencantumkan prevelansi.
Tujuan Dalam penelitian ini sudah mencantumkan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh aktivitas fisik tujuan, metode, hasil, dan kesimpulan dari
pada kaki, senam kaki, senam DM dan senam kaki terhadap neurovaskular penelitian.
perifer klien dengan diabetes mellitus tipe 2.
Metode
Penelitian ini menggunakan rancangan Quasi Experiment. Jumlah sampel
sebanyak 36 orang, dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing terdiri dari 9
responden, yaitu kelompok (berjalan kaki), (2) kelompok gym kaki, (3) gym DM
dan kelompok gym kaki, dan ( 4) kelompok kontrol. Teknik sampling berturut-
turut digunakan dalam penelitian ini. Variabel bebasnya adalah aktivitas fisik
berjalan kaki, senam kaki, senam DM dan senam kaki, sedangkan variabel
dependennya adalah neurovaskular perifer. Data dikumpulkan dengan
menggunakan wawancara dan observasi dengan menggunakan kuesioner dan
lembar observasi. Analisis data menggunakan distribusi frekuensi dan "Anova"
dengan α = 0:05.
Hasil
Hasilnya menunjukkan bahwa ada peningkatan sebagian besar nilai kaki ABI
dengan metode berjalan selama 30 menit. skor akral dan paresthesia dengan
metode senam DM & kaki selama 15 menit (p = 0.000).
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa senam DM dan senam kaki memiliki dampak yang
baik terhadap neurovaskular perifer pada pasien diabetes tipe 2. Disarankan agar
penelitian lebih lanjut harus dilakukan mengenai dampak DM & foot gym
dengan multi variabel

2. Latar Diabetes Mellitus adalah kelompok penyakit metabolik dengan Data yang disajikan sudah akurat dan relevan
belakang karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan pada sekresi insulin, aksi dengan masalah penelitian. Masalah
insulin, atau keduanya (ADA 2010 di Perkeni, 2011). Diabetes mellitus (DM) penelitian cukup jelas dirumuskan.
memiliki kemungkinan kelainan perfusi jaringan perifer yang menyebabkan
neuropati diabetes dan mikro serta iskemia makro karena beberapa faktor
metabolik dan neurovaskular (Suyono, 2009).
Penyakit arteri perifer (PAD) adalah salah satu komplikasi diabetes tipe 2.
PAD dapat dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan Ankle-Brachial Index
(ABI). Ankle brachial adalah cara mudah untuk mengetahui kelainan sirkulasi
dengan berjalan kaki. Tes ini digunakan untuk mengukur rasio tekanan darah
sistolik pada kaki dengan tekanan darah sistolik pada lengan (brakialis).
Selain pengobatan dan pengendalian diet pada klien dengan diabetes, salah satu
pencegahan gangguan perfusi jaringan perifer adalah dengan melakukan aktivitas
fisik, seperti berjalan kaki, senam DM dan senam secara teratur.
Berjalan bisa memperkuat otot dan meningkatkan sirkulasi darah. Berjalan kaki
akan menghasilkan otot kaki, paha, dan juga bokong yang kuat. Bisa juga mampu
meningkatkan daya tahan otot karena tubuh bergerak, sehingga stamina bisa
terjaga. Detak jantung bisa dipercepat untuk memompa darah ke seluruh tubuh,
sehingga sirkulasi darah dalam tubuh tetap terjaga.
DM dan senam kaki merupakan kegiatan atau olahraga yang dilakukan
oleh penderita diabetes melitus untuk mencegah luka dan membantu sirkulasi
darah kaki. Foot gymnastik juga bisa memperkuat otot kaki kecil dan mencegah
kelainan bentuk kaki. Kekuatan otot betis, otot paha dan juga mengatasi
keterbatasan gerak juga bisa diatasi (Sumosardjuno, S, 1986 di Tyo, A, 2009).

3. Metodologi a. Desain: Percobaan Kuasi Metode sudah sesuai dengan masalah


b. Jumlah sampel 36 responden, dengan rincian sebagai berikut: penelitian. Instrumen yang digunakan cukup
1. 9 responden pada kelompok kontrol lengkap dan sesuai dengan msalah yang ingin
2. 9 responden pada kelompok aktivitas fisik berjalan: diteliti. Sampelnya sudah cukup memadai
a) 3 responden berjalan selama 30 menit sekali / minggu baik dari kelompok kontrol maupun
b) 3 responden berjalan selama 30 menit 3 kali / minggu kelompok intervensi. Analisis data yang
c) 3 responden berjalan selama 30 menit setiap hari digunakan juga sudah tepat.
3. 9 responden pada kelompok aktivitas fisik pejalan kaki kaki:
a) 3 responden melakukan gym kaki 15 menit sekali / minggu
b) 3 responden melakukan gym kaki 15 menit 3 kali / minggu
c) 3 responden Lakukan olah raga kaki 15 menit setiap hari
4. 9 responden di kelompok aktivitas fisik DM dan kaki gym:
a) 3 responden melakukan senam DM dan kaki 15 menit sekali /
minggu
b) 3 responden melakukan DM dan senam kaki 15 menit 3 kali /
minggu
c) 3 responden melakukan DM dan foot gymnastics 15 menit setiap
hari
Kriteria untuk penyertaan:
1. Klien bekerja sama dan berusia antara 45-60 tahun.
2. Klien dengan risiko komplikasi dan gangguan peredaran darah dan
neuropati kaki

4. Hasil Hasil tes neurovaskular perifer pasien diabetes kaki di kaki kanan setelah Data yang disajikan dalam hasil penelitian
aktivitas fisik menunjukkan perbedaan yang signifikan antara beberapa aktivitas cukup menarik dan cukup jelas. Pembaca
fisik yang dilakukan (signifikansi 0,002 <alpha 0,050), yaitu aktivitas fisik dapat mengerti dan memahami hasil
berjalan yang berbeda secara signifikan dari kelompok kontrol. Hasil tes penelitian.
neurovaskular perifer pasien diabetes kaki pada kaki kiri setelah aktivitas fisik
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara beberapa aktivitas fisik yang
dilakukan (signifikansi 0,000 <alpha 0,050), seperti aktivitas berjalan dan pijakan
kaki berbeda secara signifikan dari kelompok kontrol.
Hasil tes pada kaki kiri menunjukkan perbedaan yang signifikan setelah
aktivitas fisik di antara beberapa aktivitas fisik yang dilakukan (signifikansi
0,009 <alpha 0,050), sedangkan tidak ada perbedaan yang signifikan sebelum
aktivitas fisik (signifikansi 0,274> 0,050 alpha). Hasil tes pada parestesia kaki
kiri menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara beberapa aktivitas
fisik yang dilakukan sebelum aktivitas fisik (signifikansi 0,748> 0,050 alpha) dan
setelah aktivitas fisik (signifikansi 0,290> 0,050 alpha).

5. Pembahasan Hal ini disebabkan kelompok kontrol yang tidak melakukan aktivitas fisik Teori yang digunakan dalam penelitian ini
setiap hari. Pada pemeriksaan akraleksamin responden telah melakukan kegiatan berasal dari penelitian-penelitian sebelumnya
yang tidak dapat dihindari. Selain itu, sebagian besar responden berusia antara 53 yang tercantum dalam referensi dan peneliti
sampai 58 tahun dan sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka telah sudah membandingkan tiap hasil dari
menderita diabetes antara 6 sampai 10 tahun, jadi ada kemungkinan hal itu dapat penelitian sebelumnya. Hasil penelitiandan
mempengaruhi terjadinya penurunan perfusi termasuk perubahan suhu pada akral pembahasan menunjukkan hasil yang sama.
kaki. Pasien DM
Kehangatan kaki akralof penderita DM dipengaruhi oleh aliran darah
superfisial pada kaki dan kaki pada umumnya sirkulasi. Akral kaki kiri dan kanan
tidak selalu pada kehangatan yang sama, hal ini dipengaruhi oleh penebalan
pembuluh darah pada kedua kaki dan kekuatan otot kaki tidak selalu sama,
sehingga mempengaruhi tingkat aktivitas kedua kaki saat melakukan latihan kaki.
Jika gerak senam kaki pada kedua kaki tidak intensitasnya sama, hasilnya akan
mempengaruhi perfusi kaki akral. 55% responden dalam penelitian ini sebagian
besar berkisar antara 53-58 tahun. Hal ini didukung oleh Subroto (2006) yang
menyatakan bahwa diabetes tipe 2 biasanya muncul pada orang berusia di atas 30
tahun. Proses penuaan dapat menyebabkan persiapan sel beta yang progresif yang
menurunkan sekresi insulin dan sensitivitas reseptor (Subroto, 2006).
Usia berhubungan erat dengan kenaikan kadar glukosa darah. Dengan
bertambahnya usia, prevalensi diabetes dan toleransi glukosa terganggu menjadi
lebih tinggi. Proses penuaan yang terjadi setelah usia 30 tahun menghasilkan
perubahan kondisi anatomis, fisiologis dan biokimia. Perubahan dimulai dari
tingkat sel, berlanjut pada tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang
dapat mempengaruhi fungsi homeostasis. Salah satu komponen tubuh yang
sedang berubah adalah sel beta pankreas yang memproduksi insulin, sel-sel
jaringan target untuk menghasilkan glukosa, sistem saraf, dan hormon lainnya
yang mempengaruhi kadar glukosa. WHO menjelaskan bahwa setelah berusia 30
tahun, kadar glukosa darah akan meningkat menjadi 1-2 mg / dL / tahun dalam
keadaan puasa dan naik dari 5,6 menjadi 13 mg / dL pada 2 jam setelah makan
(Sudoyo, 2006)

6. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: Kesimpulan sudah sesuai dengan tujuan
1. Aktivitas berjalan menuju neurovaskular perifer pada penderita penelitian.
diabetes mellitus kaki:
a. ABI pada kedua kaki meningkat.
b. Kanan kaki akral lebih hangat dari pada kaki kiri
c. Paresthesia pada kedua kaki masih ada.
2. Foot gymnastics menuju neurovaskular perifer pada penderita diabetes
melitus kaki:
a. ABI pada kaki kanan lebih baik dari pada kaki kiri.
b. Kiri kaki lebih hangat dari pada kaki kanan
c. Parestesia pada kedua kaki masih ada
3. Kejuaraan DM dan kaki menuju neurovaskular perifer pada pasien
dengan kaki diabetes mellitus:
a. ABI pada kedua kaki meningkat
b. Kiri kaki lebih hangat dari pada hak kaki
c. Paresthesia pada kaki kanan lebih rendah dari kaki kiri

7. Implikasi a. Hasil penelitian bisa diterapkan dalam


praktek keperawatan untuk pemberian
intervensi keperawatan untuk menurangi
ulkus pada kaki pasien DM, metode
intervensi sejenis ini dapat kita terapkan
pada pasien sebagai tindakan mandiri dari
perawat.
b. Studi lebih lanjut dianjurkan untuk
meningkatkan mengetahui efek dari senam
kaki dan senam DM.
c. Penelitian dapat dilakukan di tempat lain
dengan sampel yang berbeda agar
mendapatkan hasil optimal dalam
penerapannya.

Anda mungkin juga menyukai