Anda di halaman 1dari 114

BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang Masalah

Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah bentuk pelayanan yang

diberikan oleh suatu rumah sakit yang mengacuh pada pencegahan insiden

pasien, dan keamanan tindakan guna meningkatkan mutu pelayanan.

Terjadinya insiden keselamatan pasien (Patient Safety) di rumah sakit akan

memberikan dampak yang merugikan bagi pihak rumah sakit, staff dan

pasien sebagai penerima pelayanan.

Patient Safety dewasa ini menjadi spirit dalam pelayanan rumah sakit di

seluruh dunia. World Health Organization (WHO) telah mencanangkan

Alliance for patient safety, program bersama dengan berbagai Negara untuk

meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit ( WHO, 2013). Tidak

hanya di rumah sakit di Negara maju saja yang menerapkan keselamatan

pasien untuk menjamin mutu pelayanan yang baik, tetapi juga di Negara

yang sedang berkembang seperti Indonesia. Penyelenggaraan patient safety

merupakan hal yang mutlak harus dilakukan oleh rumah sakit dengan

didasari oleh landasan hukum yaitu Peraturan Menteri Kesehatan No.

1691/menkes/VIII,2011.

Berbagai sumber mengatakan banyak faktor yang berkontribusi terhadap

terjadinya insiden keselamatan pasien (Patient Safety). Menurut Henrickson,

et all (2008), faktor yang berkontribusi terhadap insiden keselamatan pasien

adalah faktor manusianya, yang mencakup sumber daya yang tidak

memenuhi persyaratan, kesalahan dalam mengambil keputusan klinis,

1
2

pengetahuan manusia serta terbatasnya, pengoprasian alat dan mesin.

Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini adalah Perawat yang ikut

mewarnai pelayanan kesehatan di rumah sakit karena selain jumlahnya yang

dominan juga merupakan profesi yang memberikan pelayanan yang konstan

dan terus menerus selama 24 jam kepada pasien setiap hari. Oleh karena itu

pelayanan keperawatan memberi kontribusi dalam menentukan kualitas

pelayanan rumah sakit. Dengan demikian harus disertai upaya untuk

meningkatkan pelayanan keperawatan, salah satunya adalah mengikut

sertakan Perawat dalam Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) terkhusus

tentang Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dan

Keselamatan Pasien (Patient Safety).

Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu kerangka

kerja yang mendefenisikan keempat unsur : standar, proses keperawatan,

pendidikan keperawatan, dan system MAKP. (1) Standar kebijakan

institusi/nasional, (2) Proses Keperawatan yang terdiri dari Pengkajian,

Diagnosa keperawatan, Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi. (3)

Pendidikan Keperawatan kepada pasien meliputi Pencegahan penyakit,

Mempertahankan Kesehatan, Informed Consent dan Rencana

Pulang/Komunitas. (4) Sistem MAKP. MAKP ini berupaya untuk

meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan, mempertahankan eksistensi

rumah sakit, meningkatkan kepuasan kerja, meningkatkan kepercayaan

konsumen serta menjalankan kegiatan sesuai aturan atau standar. Jika

MAKP dapat diterapkan dengan baik maka mutu pelayanan kesehatan akan

meningkat. Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan

keperawatan maka perlu adanya Sumber Daya Manusia yang berkualitas.


3

SDM yang berkualitas dapat diperoleh melalui Pendidikan dan Pelatihan

(DIKLAT).

Pendidikan dan Pelatihan merupakan upaya untuk mengembangkan

Sumber Daya Manusia terutama untuk mengembangkan kemampuan

intelektual dan kepribadian manusia (Notoatmojo,1998) sedangkan Pelatihan

dibidang keperawatan merupakan bagian dari suatu proses pendidikan yang

tujuannya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan khusus

seseorang atau kelompok orang. Dengan demikian diharapkan mutu

pelayanan dapat meningkat dan berkualitas. Selain Pendidikan dan

Pelatihan, Pengalaman kerja juga ikut berperan penting dalam kecakapan

bertindak. Pengalaman kerja adalah proses pembentukan pengetahuan atau

ketempilan tentang metode suatu pekerjaan karena keterlibatan karyawan

tersebut dalam pelaksanaan tugas pekerjaan (Manulang, 1984) sedangkan

Ranupandojo,1984, mengungkapkan bahwa pengalaman kerja adalah

ukuran tentang waktu atau masa kerja yang telah lama ditempuh seseorang

dapat memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan

dengan baik. Sedangkan menurut Marquis dan Hutson (2006) menyatakan

bahwa pendidikan dan pelatihan merupakan program yang efektif untuk

meningkatkan produktifitas perawat. Dukungan yang adekuat dalam bentuk

pelatihan professional dan pengembangan pengetahuan dapat membantu

menciptakan lingkungan kerja yang positif bagi perawat agar asuhan aman

dapat diberikan, (ICN, 2007).

Berdasarkan publikasi World Health Organization (WHO, 2013)

melaporkan insiden keselamatan pasien bahwa kesalahan medis terjadi 8%-

12% dari ruang rawat inap, sementara 23% dari warga uni Eropa 18% telah
4

mengaku mengalami masalah medis serius di rumah sakit dan 11 %

diresepkan obat yang salah. Di Indonesia insiden keselamatan patient Safety

yang diterbitkan oleh KKPRS terdapat 103 laporan insiden tahun 2010 dan

34 laporan tahun 2011.

Hasil penelitian Muslimin, dkk tentang Faktor-faktor yang yang

berhubungan dengan keselamatan pasien di rumah sakit Stellamaris

Makassar, tahun 2011, menunjukkan adanya 127 insiden keselamatan

pasien terdiri dari 6 kasus sentimental, 24 kasus KTD, 91 kasus KNC dan 6

kasus KNC. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Adriani

dengan judul penelitian “Kepuasan Kerja Perawat pada aplikasi metode Tim

Primer dalam pelaksanaan Tindakan Asuhan Keperawatan didapatkan hasil

indikator kondisi kerja mendapat nilai rata-rata kepuasan tertinggi (9,5-11)

dengan kepuasan kerja (64,3%) sedangkan kepuasan terendah terdapat

pada pekerjaan sendiri (8,8-10) dengan nilai kepuasan kerja (57,1%)

(Adriani, 2012).

Rumah Sakit Fatima Parepare merupakan salah satu layanan kesehatan

yang telah lama memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat sejak

tahun 1986, tentu tidak lepas dari standar layanan kesehatan yang mampu

mengakomodasi keselamatan pasien. Rumah Sakit Fatima Parepare dalam

pemberian layanan kesehatan telah menggunakan Model Asuhan

Keperawatan Profesional (MAKP) model Tim, Sedangkan penerapan patient

safety baru diaktifkan sejak tahun 2016. Data awal diperoleh dari Tim

managemen patient safety melalui wawancara dan dokumentasi, tahun 2016

ditemukan 1 kasus KTD dan tahun 2017 ditemukan 2 kasus KPC, 12 kasus

KNC, 7 kasus KTC, 9 kasus KTD.


5

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik

melakukan penelitian dengan Judul :“Pengaruh Diklat dan Pengalaman

Kerja terhadap Patient Safety melalui penerapan Model Asuhan

Keperawatan Profesional di ruang rawat Inap Rumah Sakit Fatima

Parepare”.

2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah adalah sebagai berikut:

1. Apakah Diklat berpengaruh terhadap Penerapan MAKP Di ruang rawat

Rumah Sakit Fatima Parepare?

2. Apakah Pengalaman Kerja berpengaruh terhadap Penerapan MAKP Di

ruang rawat inap Rumah Sakit Fatima Parepare?

3. Apakah Diklat berpengaruh terhadap Patient Safety di ruang rawat inap

Rumah Sakit Fatima Parepare?

4. Apakah Pengalaman kerja terhadap Patient Safety di ruang rawat

Rumah Sakit Fatima Parepare?

5. Apakah Penerapan MAKP berpengaruh terhadap Patient Safety di

ruang rawat inap Rumah Sakit Fatima Parepare?

6. Apakah Diklat berpengaruh terhadap Patient Safety melalui Penerapan

MAKP di ruang rawat inap Rumah Sakit Fatima Parepare?

7. Apakah Pengalaman berpengaruh terhadap Patient Safety melalui

Penerapan MAKP di ruang rawat inap Rumah Sakit Fatima Parepare?


6

2.3 Tujuan penelitian

Setelah merumuskan masalah, maka yang menjadi tujuan dalam

penelitian ini adalah :

1. Untuk Mengetahui dan menganalisis pengaruh Diklat terhadap

Penerapan MAKP di ruang rawat inap Rumah Sakit Fatima Parepare

2. Untuk Mengetahui dan menganalisis pengaruh Pengalaman Kerja

terhadap Penerapan MAKP di ruang rawat inap Rumah Sakit Fatima

Parepare.

3. Untuk Mengetahui dan menganalisis pengaruh Diklat terhadap Patient

Safety di ruang rawat inap Rumah Sakit Fatima Parepare.

4. Untuk Mengetahui dan menganalisis pengaruh Pengalaman Kerja

terhadap Patient Safety di ruang rawat inap Rumah Sakit Fatima

Parepare.

5. Untuk Mengetahui dan menganalisis pengaruh Penerapan MAKP

terhadap Patient Safety di ruang rawat inap Rumah Sakit Fatima

Parepare.

6. Untuk Mengetahui dan menganalisis pengaruh Diklat terhadap Patient

Safety melalui Penerapan MAKP di ruang rawat inap Rumah Sakit

Fatima Parepare.

7. Untuk Mengetahui dan menganalisis pengaruh Pengalaman Kerja

terhadap Patient Safety melalui Penerapan MAKP di ruang rawat inap

Rumah Sakit Fatima Parepare.


7

2.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Sebagai bahan bacaan dan referensi bagi peneliti selanjutnya dan

sebagai bahan kajian ilmiah yang dapat dikembangkan lebih lanjut.

2. Manfaat bagi Institusi

Penelitian ini merupakan salah satu sumber informasi dan masukan

bagi Rumah Sakit Fatima Parepare dan penelitian ini diharapkan akan

memperbanyak Ilmu keperawatan, khususnya tentang manajemen

keperawatan dan menjadi bahan masukan untuk penelitian dalam hal

penerapan asuhan keperawatan yang profesional.

3. Manfaat bagi Peneliti

Memperoleh gambaran nyata tentang pengaruh Diklat dan

pengalaman kerja terhadap Patient Safety melalui penerapan Model

Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di rumah sakit Fatima

Parepare.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Diklat

a. Pengertian Diklat

Sumber daya manusia adalah bentuk termahal dari sumber daya

kesehatan, yang merupakan salah satu alasan mengapa managemen

harus menjaga agar seluruh staf kesehatan dapat mempertahankan

kualitas kerja yang tinggi. Semakin berkembangnya suatu perusahaan

semakin banyak tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menggerakkan

kegiatan operasional. Selain itu tenaga kerja yang meningkat secara

kualitas atau keahlian juga diperlukan untuk mengimbangi kemampuan

teknologi, efisiensi dan efektifitas dalam perusahaan akan dapat

dipertahankan bahkan ditingkatkan sehingga perusahaan mampu

bertahan dengan persaingan dengan perusahaan lain.

Menurut Wikipedia 2009 http://wikipedia.com (dalam Dewi

Febriana Siahaan.2010:15) menyatakan bahwa : Pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasan belajar agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual, penendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dalam dirinya.

Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu

yang tidak dapat dilihat lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan,

8
9

pertimbangan dan kebijaksanaan.salah satu dasar pendidikan utama

pendidikan adalahuntuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

Sedangkan Pelatihan menurut Kaswan (2012:86) merupakan usaha

terencana oleh organisasi untuk memfasilitasi pembelajaran pegawai atas

komptensi yang berkaitan dengan pekerjaan. Menurut Sofyandi, Herman,

2013:112) menyatakan bahwa pelatihan adalah usaha untuk

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pegawai dalam

melaksanakan pekerjaannya lebih efektif dan efisien.

Menurut Dartha (2010) bahwa Pendidikan dan Pelatihan (diklat)

adalah kegiatan yang dilakukan untuk memecahkan persoalan yang

dihadapi secara cepat dan tepat, yang akhirnya akan meningkatkan

kinerja para karyawan secara individu dan meningkatkan kinerja

lembaga/instansi pada umumnya.

Kemudian menurut Edwin B. Flippo dalam Hasibuan (2006)

menjelaskan mengenai pendidikan adalah berhubungan dengan

peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan kita

secara menyeluruh. Sedangkan latihan merupakan suatu usaha

peningkatan pengetahuan dan keahlian seorang karyawan untuk

mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.

Selanjutnya, Bella dalam Hasibuan (2006) juga mengemukakan

bahwa pendidikan dan latihan sama dengan pengembangan yaitu

merupakan proses peningkatan keterampilan kerja baik teknis maupun

manaterial. Pendidikan berorientasi pada teori, dilakukan dalam kelas,


10

berlangsung lama, dan biasanya menjawab why. Latihan berorientasi

pada praktek, dilakukan di lapangan, berlangsung singkat dan biasanya

menjawab how. Lebih lanjut, Andrew F. Sikula dalam Hasibuan (2006)

mengemukakan pendapatnya bahwa latihan adalah suatu proses

pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedur yang

sistematis dan terorganisir, sehingga karyawan operasional belajar

pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian untuk tujuan tertentu.

Menurut Hamalik (2005) mengemukakan pandangannya tentang

pendidikan dan pelatihan dimana secara operasional dapat dirumuskan,

bahwa pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak

(upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian

bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga professional

kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna

meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam suatu organisasi. Secara

spesifik, proses latihan itu merupakan serangkaian tindakan (upaya) yang

dilaksanakan secara berkesinambungan, bertahap dan terpadu. Tiap

proses pelatihan harus terarah untuk mencapai tujuan tertentu terkait

dengan upaya pencapaian tujuan organisasi, menguasai keterampilan dan

kemampuan spesifik agar berhasil dalam pekerjaan.

Menurut Widodo (2015:82), pelatihan merupakan serangkaian

aktivitas individu dalam meningkatkan keahlian dan pengetahuan secara

sistematis sehingga mampu memiliki kinerja yang profesional di


11

bidangnya. Pelatihan adalah proses pembelajaran yang memungkinkan

pegawai melaksanakan pekerjaan yang sekarang sesuai dengan standar.

Menurut Notoadmodjo (2009), mengartikan pendidikan dan pelatihan

merupakan upaya untuk mengembangkan SDM terutama untuk

mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia.

Penggunaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi atau

organisasi biasanya disatukan menjadi diklat. Unit yang menangani diklat

pegawai lazim disebut Pusdiklat (Pusat pendidikan dan pelatihan). Diklat

dapat dipandang sebagai salah satu bentuk investasi. Oleh karena itu

setiap organisasi atau instansi yang ingin berkembang, maka diklat bagi

karyawannya harus memperoleh perhatian yang besar.

Menurut Ambar (2009), mengartikan bahwa pendidikan dan pelatihan

adalah suatu usaha untuk memelihara, meningkatkan kemampuan,

kapasitas maupun profesionalisme pegawai. Hal tersebut penting karena

cara yang digunakan oleh organisasi untuk mempertahankan, menjaga,

memelihara pegawai publik dalam organisasi dan sekaligus meningkatkan

keahlian para pegawai untuk kemudian dapat meningkatkan kinerjanya.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

Pendidikan/Latihan (Diklat) merupakan suatu program yang diharapkan

dapat memberikan rangsangan/stimulus kepada seseorang untuk dapat

meningkatkan kemampuan dalam pekerjaan tertentu memperoleh

pengetahuan umum dan pemahaman terhadap keseluruhan lingkungan


12

kerja organisasi sehingga pegawai dapat berkompetensi dalam melakukan

pekerjaan.

b. Tujuan Diklat

Menurut Carrel dalam Salinding (2011:15) mengemukakan delapan

tujuan utama program pelatihan antara lain:

1. Memperbaiki kinerja

2. Meningkatkan keterampilan karyawan

3. Menghindari keusangan manajerial

4. Memecahkan permasalahan

5. Orientasi karyawan baru

6. Persiapan promosi dan keberhasilan manajerial

7. Memperbaiki kepuasan untuk kebutuhan pengembangan personel

8. Bila suatu badan usaha menyelenggarakan pelatihan bagi

karyawannya, maka perlu terlebih dahulu dijelaskan apa yang

menjadi sasaran dari pada pelatihan tersebut.

Dalam pelatihan tersebut ada beberapa sasaran utama yang ingin

dicapai. Menurut Widodo (2015:84), mengemukakan bahwa tujuan

pelatihan yang dilakukan oleh perusahaan adalah untuk meningkatkan

produktivitas, meningkatkan kualitas, mendukung perencanaan SDM,

meningkatkan moral anggota, memberikan kompensasi yang tidak

langsung, meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja, mencegah

kedaluarsa kemampuan dan pengetahuan personel, meningkatkan

perkembangan kemampuan dan keahlian personel. Pelatihan bertujuan


13

untuk meningkatkan penguasaan teori dan keterampilan memutusakan

terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai

tujuan.

Manfaat Pelatihan Menurut Rivai dan Sagala (2011:217), adapun

maanfaat pelatihan yang dibagikan menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Manfaat untuk karyawan

a. Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan

masalah yang lebih efektif.

b. Melalui pelatihan dan pengembangan, variabel pengenalan,

pencapaian prestasi, pertumbuhan, tanggung jawab dan kemajuan

dapat diinternalisasi dan dilaksanakan.

c. Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa

percaya diri.

d. Membantu karyawan mengatasi stress, tekanan, frustasi, dan

konflik.

e. Memberikan informasi tentang meningkatnya pengetahuan

kepemimpinan, keterampilan komunikasi dan sikap.

f. Meningkatkan kepuasan kerja dan pengakuan.

g. Membantu karyawan mendekati tujuan pribadi sementara

meningkatkan keterampilan interaksi.

h. Memenuhi kebutuhan personal peserta dan pelatihan.

i. Memberikan nasehat dan jalan untuk pertumbuhan masa depan

j. Membangun rasa pertumbuhan dalam pelatihan


14

k. Membantu pengembangan keterampilan mendengar, bicara dan

menulis dengan latihan.

l. Membantu menghilangkan rasa takut melaksanakan tugas baru.

2. Manfaat untuk perusahaan

a. Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang

lebih positif terhadap orientasi profit.

b. Memperbaiki pengetahuan kerja dan keahlian pada semua level

perusahaan.

c. Memperbaiki sumber daya manusia

d. Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan.

e. Membantu menciptakan image perusahaan yang lebih baik.

f. Mendukung otentitas, keterbukaan dan kepercayaan

g. Meningkatkan hubungan antara atasan dan bawahan

h. Membantu pengembangan perusahaan

i. Belajar dari peserta

j. Membantu mempersiapkan dan melaksanakan kebijaksaan

perusahaan.

k. Memberikan informasi tentang kebutuhan perusahaan dimasa

depan

l. Perusahaan dapat membuat keputusan dan memecahkan masalah

yang lebih efektif

m. Membantu pengembangan promosi dari dalam


15

n. Membantu pengembangan keterampilan kepemimpinan motivasi,

kesetiaan, sikap dan aspek yang biasanya diperlihatkan pekerjaan.

o. Membantu meningkatakn efesiensi, efektivitas, produktivitas dan

kualitas kerja

p. Membantu menekan biaya dalam berbagai bidang seperti produksi,

SDM, dan administrasi

q. Menigkatkan rasa tanggung jawab terhadap kompetensi dan

pengetahuan

r. Meningkatkan hubungan antar buruh dengan manajemen

s. Mengurangi biaya konsultan luar dengan menggunakan konsultan

internal

t. Mendorong mengurangi perilaku merugikan

u. Menciptakan iklim yang baik untuk pertumbuhan

v. Membantu karyawan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan

w. Membantu menangani konflik sehingga terhindar dari stress dan

tekanan kerja

3. Manfaat dalam hubungan sumber daya manusia, intra dan antar

grup dan individu.

a. Menigkatkan komunikasi antar group dan individual

b. Membantu dalam orientasi bagi karyawan baru dan karyawan

transfer atau promosi

c. Memberikan informasi tentang kesamaan kesempatan dan

aksi afirmatif
16

d. Memberikan informasi tentang hukum pemerintah dan

kebijakan internasional

e. Meningkatkan keterampilan interpersonal

f. Membuat kebijakan perusahaan , aturan dan regulasi

g. Meningakatkan kualitas moral h. Membangun kohesivitas

dalam kelompok

h. Memberikan iklim yang baik untuk belajar, pertumbuhan dan

koordinasi

i. Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk

bekerja dan hidup

Adapun tujuan Pendidikan dan Pelatihan secara umum yaitu :

1. Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideology

2. Meningkatkan produktifitas kerja.

3. Meningkatkan kualitas kerja.

4. Meningkatkan ketetapan perencanaan sumber daya manusia.

5. Meningkatkan sikap moral dan semangat kerja.

6. Meningkatkan rangsangan agar pegawai mampu berprestasi

secara maksimal.

7. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.

menghindarkan keusangan.

8. Meningkatkan perkembangan pegawai.


17

c. Jenis-Jenis Diklat dalam keperawatan

Perkembangan teknologi dan sumber informasi memberikan dampak

signifikan keseluruh tatanan kehidupan masyarakat dunia, salah satunya

yang terkena dampak signifikan tersebut adalah lembaga pelayanan

kesehatan dengan lembaga terbesarnya adalah rumah sakit. Makin hari

ke hari keberadaan institusi rumah sakit didesak untuk terus meningkatkan

pelayanan dan mutu untuk memberikan pelayanan maksimal kepada

seluruh pasien maupun para pengunjung rumah sakit. Selain itu juga

kondisi seperti ini memberikan gambaran terkait dengan ketatnya

kompetensi sektor kerumasakitan terhadap pelayanan rumah sakit. Salah

satu faktor yang terus dialami dalam menjadikan image rumah sakit

sangat ditentukan oleh efisiensi, efektifitas pelayanan, kemudahan,

kecepatan, kemutakhiran peralatan, kenyamanan dan keamanan pasien

(patient safety). Beberapa jenis pendidikan dan latihan (DIKLAT) yang

dipandang perlu dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan berdasarkan kebutuhan institusi atau organisasi atau

berdasarkan kebutuhan ruang perawatan, antara lain :

1. Pelatihan Basic Perawat Kamar Bedah

Pelatihan keterampilan dasar bagi perawat kamar bedah

perkembangan iptek kedokteran sangat cepat, khususnya di bidang

bedah dalam upaya memberikan pelayanan yang berkualitas. Kondisi

ini tentu sangat memaksa untuk selalu menambah ilmu pengetahuan

dan keterampilan dalam bidang yang perawat geluti sehari-hari.


18

Demikian pula halnya dengan tenaga profesional , mereka harus

terdidik, terlatih dalam system yang tertata baik, terakreditasi dan

memenuhi standar kompetensi keperawatan sesuai dengan

bidangnya masing-masing. Salah satu organisasi profesi yang

senantiasa memberikan pelatihan sekaligus melakukan uji komptensi

bagi perawatan kamar bedah Indonesia. Pada usianya yang

memasuki satu dasawarsa HIPKABI telah menyelenggarakan

berbagai pelatihan bagi perawat kamar bedah. Tujuan diklat petugas

kamar bedah antara lain meningkatkan wawasan, kemampuan serta

kesiapan dalam memasuki pasar bebas ASEAN, khususnya

perawatan yang terlibat langsung terhadap pelayanan di kamar

bedah.

2. Pelatihan Basic Trauma Cardiac Life Support ( BTCLS)

Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) adalah tindakan untuk

memberikan pertolongan pada korban bencana atau gawat darurat

guna mencegah kematian atau kerusakan organ sehingga

produktifitasnya dapat dipertahankan setara sebelum terjadinya

bencana atau peristiwa gawat darurat yang terjadi. Pada kegiatan

BTCLS terdapat 6 fase, yaitu : fase deteksi, fase supresi, fase pra

rumah sakit, fase rumah sakit dan fase rehabilitasi. Fase deteksi

dapat diprediksi tentang frekwensi, kejadian, penyebab, korban,

tempat rawan kualitas, kejadian dan dampaknya. Frekwensi supresi

bertujuan untuk menekan agar terjadi penurunan korban gawat


19

darurat dilakukan dengan berbagai cara seperti perbaikan kontruksi

jalan, peningkatan pengetahuan peraturan lalulintas dan peningkatan

patroli keamanan. Fase pra rumah sakit : keberhasilan

penanggulangan gawat darurat sangat tergantung pada adanya

kemampuan akses dari masyarakat untuk memberikan informasi

pertolongan kepada korban kecelakaan atau bencana. Fase rumah

sakit dan rehabilitasi : merupakan lanjutan dari fase-fase sebelumnya.

Tuntutan prasyarat dunia kerja kesehatan sebenarnya bukan hal baru.

Pengalaman empiris merupakan pelaksanaan BTCLS di rumah sakit,

puskesmas dan perusahaan sangat membutuhkan. Sebagai

gambaran, khususnya kecelakaan lalulintas dan bencana alam saat

ini meningkat menjadi peristiwa gawat darurat tersebut tdk semua

korban meninggal ditempat, tetapi justru yang terbanyak meninggal

diperjalanan ke rumah sakit. Hal ini terjadi karena keterampilan

BTCLS yang belum dsiapkan secara baik. Untuk meminimalkan

terjadinya kematian akibat kecelakaan atau bencana alam, upaya

pencegahan pasien lebih efektif dilakukan melalui kegiatan kursus

atau pelatihan / program.

Pelatihan BTCLS ini bertujuan untuk mempersiapkan tenaga perawat

agar mampu menangani pasien-pasien dengan kasus trauma dan

kardiovaskuler sehingga dapat menekan tingkat kecacatan maupun

kematian akibat kasus trauma dan jantung.


20

3. Pelatihan Intensive Care Unit (ICU)

Pelatihan ICU juga diminati oleh Perawat. Karena untuk Perawat yang

ingin bekerja di ruang ICU butuh keterampilan khusus yang

menguasai di bidang ICU, seperti menguasai EKG, fisiologi jantung,

keseimbangan cairan tubuh, pengoperasionalan monitor tanda-tanda

alat vital, dan lain-lain. Perawat mahir di ICU biasanya juga akan

melakukan pelatihan lanjutan di bidang yang sama.

Keberadaan ICU disetiap rumah sakit merupakan kebutuhan dasar.

Kualitas pelayanan ICU yang baik akan mencerminkan mutu

pelayanan di rumah sakit tersebut, bahkan kementrian kesehatan RI

telah menetapkan ICU sebagai penunjang standar mutu rumah sakit.

Untuk itu pengelolaan ICU perlu didukung tenaga keperawatan yang

memenuhi kualifikasi sebagai perawat ICU. Adapun tujuan dari Diklat

ini adalah perawat mampu menggunakan berbagai jenis alat

perawatan ICU dan interpretasinya, mengetahui tatacara

pengendalian infeksi nasokomial, mengetahui penggunaan antibiotic

secara rasional, memberikan perawatan gangguan pada : jalan napas

dan pernapasan, sirkulasi dan transportasi, SSP dan perifer, saluran

kemih, system pencernaan, metabolisme, endokrin dan nutrisi.

Mampu memberikan ALS, BLS serta resusitasi, mampu mengelola

medic dan mengetahui indikasi keluar masuk ruang ICU dan

mengetahui etik keperawatan ICU dan customer service.

4. Pelatihan Perawat di unit Hemodialisa


21

Jenis pelayanan semakin beragam seiring dengan meningkatnya

sarana dan fasilitas penunjang yang ada di rumah sakit. Dalam

rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit diperlukan sumber

daya manusia yang telah mempunyai sertifikat perawat dianalisis

yang sudah diakui. Mempunyai kemampuan dan komptensi yang baik

dalam pengoprasian alat-alat hemodialisa sehingga akan

meningkatkan kepercayaan pasien terhadap rumah sakit teristimewa

untuk keamanan pasien (Patient Safety). Dalam rangka

meningkatkan SDM yang baik diperlukan program pendidikan dan

pelatihan yang berkesinambungan yang dilaksanakan baik di dalam

maupun di luar rumah sakit.

5. Pelatihan lainnya yang diminati Perawat

Sesungguhnya masih banyak jenis pelatihan lainnya yang diminati

oleh perawat. Diantaranya : pelatihan perawatan luka modern,

pelatihan hipnotherapy, pelatihan membaca EKG dan pelatihan

bantuan hidup dasar.(AW) dll.

6. Pelatihan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

Salah satu Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah

model praktek keperawatan (MPKP) dimana MPKP ini diartikan

sebagai suatu system (sruktur, proses dan nilai-nilai professional)

yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian

asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang

pemberian asuhan tersebut (Hoffart dan Wood,1996). Penerapan


22

MAKP yang baik dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan

yang dinilai berdasarkan kepuasan pasien terhadap pelayanan

kesehatan, peningkatan kepatuhan perawat terhadap standar,

kualitas dokumentasi asuhan keperawatan, tugas pokok dan fungsi

masing-masing dan menjadi tertata dengan baik.

d. Indikator Pendidikan/Pelatihan (Diklat)

Adapun indikator dari Pendidikan/Pelatihan (Diklat) adalah menurut

Rae dalam (Sofyandi, Herman, 2013:131) :

1. Isi pelatihan, yaitu apakah isi program pelatihan relevan dan

sejalan dengan kebutuhan pelatihan, dan apakah pelatihan

tersebut up to date.

2. Metode pelatihan, apakah metode pelatihan yang diberikan

sesuai untuk subjek itu dan apakah metode pelatihan tersebut

sesuai dengan gaya belajar peserta pelatihan.

3. Sikap dan keterampilan instruktur, yaitu apakah instruktur

mempunyai sikap dan keterampilan penyampaian yang

mendorong orang untuk belajar.

4. Lama waktu pelatihan, yaitu berapa lama waktu pemberian materi

pokok yang harus dipelajari dan seberapa cepat tempo

penyampaian materi tersebut.

5. Fasilitas pelatihan, yaitu apakah tempat penyelengaraan

pelatihan dapat dikendalikan oleh instruktur, apakah relevan

dengan jenis pelatihan.


23

6. Selain itu indikator yang dapat mengukur variabel

Pendidikan/Pelatihan (Diklat) meliputi : (anwar,2013:76).

7. Waktu pelaksanaan DIKLAT, yang mencakup :

(a) Frekuensi Peserta Mengikuti Diklat

(b) Kesesuaian Pelaksanaan Diklat dengan waktu yang

ditetapkan

8. Peserta DIKLAT, yang mencakup :

(a) Intensitas kehadiran peserta

(b) Latar Belakang Pendidikan

9. Metode Penyampaian materi DIKLAT, yang mencakup :

(a) Mekanisme Penyampaian materi DIKLAT oleh instruktur

(b) Peran/partisipasi aktif peserta dalam kegiatan DIKLAT

10. Komunikasi antara instruktur dan peserta DIKLAT

11. Instruktur, yang mencakup :

(a) Kemampuan/penguasaan instruktur terhadap materi diklat.

(b) Sarana dan Prasarana DIKLAT, yang mencakup :

(c) Kesesuaian antara tempat pelaksanaan dengan jumlah

peserta DIKLAT

(d) Ketersediaan peralatan, perlengkapan dan kebutuhan diklat

12. Materi DIKLAT, yang mencakup :

(a) Kesesuaian materi DIKLAT dengan tugas dan pekerjaan

peserta.

(b) Penerapan/aplikasi materi diklat dalam pelaksanaan tugas


24

Sisdarvanto (2005) mengemukakan bahwa ada beberapa indikator

dalam mengukur kegiatan diklat yang dilakukan yaitu diantaranya:

1. Keahlian

2. Keefektifan

3. Menunjang pekerjaan

4. Pengetahuan dan keterampilan

5. Cara memotivasi

6. Kreatifitas dalam pelaksanaan tugas.

Setiap pendidikan dan pelatihan yang akan diadakan harus selalu

memperhatikan sejauh mana pola pendidikan dan pelatihan yang

diselenggarkan dapat menjamin proses belajar yang efektif. Menurut

Widodo (2015:86), jenis-jenis pelatihan yang biasa dilakukan dalam

organisasi antara lain:

(a) Pelatihan dalam kerja (on the job training)

(b) Magang (apprenticeship)

(c) Pelatihan di luar kerja (of-the-job training)

(d) Pelatihan di tempat mirip sesungguhnya (vestibule training)

(e) Simulasi kerja (job simulation)

e. Sasaran Pelatihan

Sebelum mengenal pelatihan kita harus terlebih dahulu mengetahui

beberapa sasaran pelatihan. Menurut Sutrisno (2009:69), mengemukakan

enam sasaran pelatihan sebagai berikut:

1. Meningkatkan produktivitas kerja


25

2. Meningkatkan mutu kerja

3. Meningkatkan ketepatan dalam perencanaan sumber daya

manusia

4. Meningkatkan moral kerja

5. Menjaga kesehatan dan keselamatan

6. Menunjang pertumbuhan pribadi

2.1.2 Pengalaman Kerja

a. Pengertian Pengalaman Kerja

Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan

penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan

formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang

membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.

Suatu pembelajaran juga mencakup perubahan yang relative tepat dari

perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek (Knoers

dan Haditono, 2009 dalam Asih, 2012).

Pengalaman dalam semua kegiatan sangat diperlukan, karena

experience is the best teacher, pengalaman guru yang terbaik, Maksud

dari hal tersebut adalah bahwa seseorang belajar dari pengalaman yang

pernah dialaminya.

Menurut pendapat Siagian (2001:75), disebutkan Pengalaman

sebagai keseluruhan pelajaran yang dibentuk oleh seseorang dari

peristiwa-peristiwa yang dilalui dalam pelajaran hidupnya. Dalam tahun

terakhir ini pengaruh tingkat pengalaman kerja hanya sebagai rangkaian


26

teknik. Pengalaman kerja diperlukan untuk meningkatkan efektivitas

sumber daya manusia dalam perusahaan, tujuannya untuk memberikan

kepada perusahaan suatu kerja yang efektif dan bagi tenaga kerja sendiri

sebagai sarana peningkatan produktivitas kerja. Semakin lama orang

bekerja pada suatu organisasi, semakin pengalaman pula. Tetapi

kecakapan akan selalu meningkat dengan meningkatnya pengalaman

kerja (Heidjrachman dan Husnan; 2002: 69).

Menurut Kamus Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 26),

“pengalaman dapat diartikan sebagai yang pernah dialami (dijalani, dirasa,

ditanggung, dsb)”. Elaine B Johnson (2007: 228) menyatakan bahwa

“pengalaman memunculkan potensi seseorang. Potensi penuh akan

muncul bertahap seiring berjalannya waktu sebagai tanggapan terhadap

bermacam-macam pengalaman”. Jadi yang sesungguhnya sangat penting

diperhatikan dalam hubungan tersebut adalah kemampuan seseorang

untuk belajar dari pengalamannya, baik pegalaman manis maupun pahit.

Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang

dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang

untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman

kerja seseorang semakin terampil melakukan pekerjaan dan semakin

sempurna pola pikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan (Abriyani Puspaningsih, 2004), Murphy dan Wrigth

(2006) dalam Sularso dan Naim (2009) memberikan bukti empiris bahwa
27

seseorang yang berpengalanan dalam suatu bidang subtantif memiliki

lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya.

Pada hakikatnya pengalaman adalah pemahaman terhadap sesuatu

yang dihayati dan dengan penghayatan serta mengalami sesuatu tersebut

diperoleh pengalaman, keterampilan ataupun nilai yang menyatu pada

potensi diri. Orang yang berpengalaman dalam bekerja memiliki

kemampuan kerja yang lebih baik dari orang yang baru saja memasuki

dunia kerja, karena orang tersebut telah belajar dari kegiatan-kegiatan dan

permasalahan yang timbul dalam kerjanya. Dengan adanya pengalaman

kerja maka telah terjadi proses penambahan ilmu pengetahuan dan

keterampilan serta sikap pada diri seseorang, sehingga dapat menunjang

dalam mengembangkan diri dengan perubahan yang ada. Dengan

pengalaman yang didapat seseorang akan lebih cakap dan terampil serta

mampu melaksanakan tugas pekerjaannya.

Menurut hukum (law of exercise) dalam Mustaqim (2004:50)

diungkapkan bahwa dalam law of exercise atau the law disuse (hukum

penggunaan) dinyatakan bahwa “Hubungan antara stimulus dan respon

akan bertambah kuat atau erat bila sering digunakan (use) atau sering

dilatih (exercise) dan akan berkurang, bahkan lenyap sama sekali jika

jarang digunakan atau tidak pernah sama sekali”.

Dari pendapat diatas diketahui bahwa latihan berulang-ulang akan

memperkuat dan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan seseorang.

Bagi seorang karyawan proses-proses dalam bekerja merupakan latihan


28

yang akan menambah pengalaman, sehingga karyawan tersebut mampu

menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam proses bekerja.

Karenanya pengalaman dapat membangkitkan dan mengundang

seseorang untuk melihat semua pekerjaan sebagai peluang untuk terus

berlatih dan belajar sepanjang hayat.

Banyak sedikitnya pengalaman kerja akan menentukan atau

menunjukkan bagaimana kualitas dan produktivitas seseorang dalam

bekerja, artinya mudah sukarnya atau cepat lambatnya seseorang dalam

mengerjakan suatu pekerjaan akan dipengaruhi oleh seberapa banyak

orang tersebut telah memiliki pengalaman kerja dalam melaksanakan

suatu pekerjaan. Ini berarti pengalaman akan juga mempengaruhi

kemampuan dalam bekerja.

Pengalaman kerja mempunyai pengaruh terhadap banyaknya

produksi, besar kecilnya dan efisiensi yang dapat dilihat dari hasil produksi

tenaga kerja yang diarahkan. Dalam pengertian lain, pengalaman kerja

juga dapat diperoleh dengan melewati masa kerja yang telah diakui

disuatu tempat kerja. Pengalaman kerja seseorang dalam suatu pekerjaan

yang dimanifestasikan dalam jumlah masa kerja akan meningkatkan

kemampuan dan kecakapan kerja seseorang sehingga hasil kerja akan

semakin meningkat.

Pengalaman kerja tidak hanya menyangkut jumlah masa kerja, tetapi

lebih dari itu juga memperhitungkan jenis pekerjaan yang pernah atau

sering dihadapi. Sejalan dengan bertambahnya pekerjaan, maka akan


29

semakin bertambah pula pengetahuan dan keterampilan seseorang dalam

bekerja. Hal tersebut dapat dipahami karena terlatih dan sering

mengulang suatu pekerjaan sehingga kecakapan dan ketrampilan

semakin dikuasai secara mudah, tetapi sebelumnya tanpa latihan,

pengalaman-pengalaman yang pernah dimiliki akan menjadi berkurang

bahkan terlupakan. Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa

pengalaman kerja adalah tingkat penguasaan pengetahuan serta

keterampilan seseorang dalam pekerjaannya yang dapat diukur dari masa

kerja dan dari tingkat pengetahuan serta keterampilan yang dimilikinya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengalaman Kerja

Mengingat pentingnya pengalaman kerja dalam suatu perusahaan,

maka dipikirkan juga tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

pengalaman kerja. Menurut Hani T Handoko faktor-faktor yang

mempengaruhi pengalaman kerja adalah sebagai berikut:

1. Latar belakang pribadi, mencakup pendidikan, kursus, latihan,

bekerja. Untuk menunjukan apa yang telah dilakukan seseorang di

waktu yang lalu.

2. Bakat dan minat, untuk memperkirakan minat dan kapasitas atau

kemampuan tanggungjawab seseorang.

3. Sikap dan kebutuhan (attitudes and needs) untuk meramalkan

tanggung jawab dan wewenang seseorang.

4. Kemampuan-kemampuan analitis dan manipulatif untuk mempelajari

kemampuan penilaian dan penganalisaan.


30

5. Ketrampilan dan kemampuan tehnik, untuk menilai kemampuan

dalam pelaksanaan aspek-aspek tehnik pekerjaan. (T Hani Handoko,

2009: 241)

Ada beberapa hal juga untuk menentukan berpengalaman tidaknya

seorang karyawan yang sekaligus sebagai indikator pengalaman kerja

yaitu:

a. Lama waktu/masa kerja

Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh

seseorang dapat memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah

melaksanakan dengan baik.

Definisi Masa Kerja Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau

lamanya tenaga kerja itu bekerja disuatu tempat (Tarwaka,2010).

Masa kerja merupakan salah satu alat yang dapat mempengaruhi

kemampuan seseorang, dengan melihat masa kerjanya kita dapat

mengetahui telah berapa lama seseorang bekerja dan kita dapat

menilai sejauh mana pengalamannya (Bachori, 2006). Siagian (2008)

menyatakan bahwa masa kerja menunjukan berapa lama seseorang

bekerja pada masing-masing pekerjaan atau jabatan.

Kreitner dan Kinicki (2004) menyatakan bahwa masa kerja yang lama

akan cenderung membuat seorang pegawai lebih merasa betah

dalam suatu organisasi, hal ini disebabkan diantaranya karena telah

beradaptasi dengan lingkungan yang cukup lama sehingga seorang

pekerja akan merasa nyaman dengan pekerjaannya. Semakin lama


31

seorang pekerja semakin banyak pengalaman dan semakin tinggi

pengetahuannya dan ketrampilannya. Masa kerja yang lebih lama

menunjukkan pengalaman yang lebih seseorang dibandingkan

dengan rekan kerja lainnya, sehingga sering masa kerja/pengalaman

kerja menjadi pertimbangan sebuah perusahaan dalam mencari

pekerja. (Rivai, 2009).

Kompensasi hasil kerja Masa kerja menurut Hani (2007) dikategorikan

menjadi dua, meliputi: 1) Masa kerja kategori baru ≤3 tahun. 2) Masa

kerja kategori lama > 3

b. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan

Tingkat penguasaan seseorang dalam pelaksanaan aspek-aspek

peralatan dan tehnik pekerjaan. (Foster, 2001: 43) Dari uraian

tersebut dapat diketahui, bahwa seorang yang berpengalaman akan

memiliki gerakan yang mantap dan lancar, gerakannya berirama,

lebih cepat menanggapi tanda- tanda, dapat menduga akan timbulnya

kesulitan sehingga lebih siap menghadapinya, dan bekerja dengan

tenang serta dipengaruhi faktor lain yaitu: lama waktu/masa kerja

seseorang, tingkat pengetahuan atau ketrampilan yang telah dimiliki

dan tingkat penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan. Oleh

karena itu seorang karyawan yang mempunyai pengalaman kerja

adalah seseorang yang mempunyai kemampuan jasmani, memiliki

pengetahuan dan ketrampilan untuk bekerja serta tidak akan

membahayakan bagi dirinya dalam bekerja


32

c. Pengukuran Pengalaman Kerja

Pengukuran pengalaman kerja sebagai sarana untuk menganalisa

dan mendorong efisiensi dalam pelaksanaan tugas pekerjaan.

Beberapa hal yang digunakan untuk pengalaman kerja seseorang

adalah :

1) Gerakannya mantap dan lancer setiap karyawan yang

berpengalaman akan melakukan gerakan yang mantap bekerja

tanpa disertai keraguan.

2) Gerakannya berirama artinya terciptanya dari kebiasaan dalam

melakukan pekerjaan sehari-hari.

3) Lebih cepat menanggapi tanda-tanda seperti akan terjadi

kecelakaan kerja.

4) Dapat menduga akan timbulnya kesulitan sehingga lebih siap

menghadapi karena didukung oleh pengalaman kerja yang

dimilikinya maka seorang pegawai yang berpengalaman dapat

menduga akan adanya kesulitan dan siap menghadapinya.

5) Bekerja dengan tenang seorang pegawai yang berpengalaman

akan memiliki rasa percaya diri yang cukup besar.

d. Dampak Pengalaman Kerja.

Akibat dari pengalaman kerja adalah tingkat penguasaan serta

keterampilan sesorang yang dapat diukur dari masa kerja sesorang.

Sehingga semakin lama seseorang bekerja semakin bertambah

pengalamannya terhadap pekerjaannya. Dengan banyaknya


33

pengalaman kerja yang dimiliki seseorang pekerja maka orang

tersebut akan lebih menguasai pekerjaannya., sehingga dapat

menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, ini berarti orang tersebut

efektifitas kerja yang baik.

2.1.3 Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

a. Pengertian Model Asuhan Keperawatan Profesional

Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Asuhan Keperawatan

Profesional (MAKP) Mc. Laughin, Thomas dean Barterm (1995)

mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi

model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan

Keperawatan Primer. Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap

suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam

penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis &

Huston, 1998; 143) yaitu:

1. Sesuai dengan visi dan misi institusi.

2. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.

3. Efisien dan efektif penggunaan biaya.

4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.

5. Kepuasan kinerja perawat.

6. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4

metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan


34

akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren

pelayanan keperawatan, yaitu:

1. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional

Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan

asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia

kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan

kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2

jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model

ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat

melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan

yang ada (Nursalam, 2007).

Kepala
ruangan

Perawat Perawat Perawat Perawat


obat luka Higiene Administrasi

Klien-kilen

Gambar 2.1 : struktur Model Asuhan Keperawatan Fungsional

2. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien

saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
35

setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh

orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus

biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya

dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus

seperti isolasi, intensive care.Metode ini berdasarkan pendekatan

holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab

terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam,

2007).

3. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer

Menurut Gillies (1986) perawat yang menggunakan metode

keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut

perawat primer (primary nurse). Pada metode keperawatan primer

terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta

dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya

mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama

klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk

mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan

asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien

jika diperlukan Jika perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan

asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse).


36

Dokter Kepala SDM RS


Ruangan

Perawat primer

Klien

Perawat Perawat Perawat


Asosiet Asosiet Asosiet

Gambar 2.2 : Struktur Model Asuhan Keperawatan Primer

4. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim

Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan

dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga

keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien

melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984).

a) Konsep Dasar Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

Tim.

Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan

keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin

sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan

kolaboratif ( Douglas, 1984). Model tim didasarkan pada

keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi

dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan


37

sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang

tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat.

Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus

berdasarkan konsep berikut:

(1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu

menggunakan tehnik kepemimpinan.

(2) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana

keperawatan terjamin.

(3) Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.

(4) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim

akan berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.

Metode yang digunakan bila perawat pelaksana terdiri dari

berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuannya. Metode

ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-

beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap

sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/

group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan

pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam

penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya yaitu (Nursalam,

2007) :

a) Kelebihan :

(1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang

menyeluruh.
38

(2) Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.

(3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik

mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota

tim.

b) Kelemahan :

(1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam

bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan

waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-

waktu sibuk.

(2) Akuntabilitas dalam tim kabur

(3) Jika perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan

asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain

(associate nurse)

Kepala Ruang

Perawat Perawat Perawat

Perawat Perawat Perawat


Anggota Tim Anggota Tim Anggota Tim

Pasien Pasien Pasien

Gambar 2.3 : Struktur Model Asuhan Kepearawatan Tim


39

b) Kepemimpinan

Kemampuan ini harus dipunyai oleh Ketua Tim, yaitu perawat

profesional (Registered Nurse) yang ditunjuk oleh Kepala

Ruangan untuk bertanggung jawab terhadap sekelompok pasien

dalam merencanakan asuhan keperawatan, merencanakan

penugasan kepada anggota tim, melakukan supervisi dan

evaluasi pelayanan keperawatan yang diberikan.

c) Komunikasi yang efektif

Proses ini harus dilaksanakan untuk memastikan adanya

kesinambungan asuhan keperawatan yang diberikan dalam

rangka memenuhi kebutuhan pasien secara individual dan

membantunya dalam mengatasi masalah. Proses komunikasi

harus dilakukan secara terbuka dan aktif melalui laporan, pre

atau post conference atau pembahasan dalam penugasan,

pembahasan dalam merencanakan dan menuliskan asuhan

keperawatan dan mengevaluasi hasil yang telah dicapai.

2.1.4 Patient Safety

a. Pengertian Patient Safety

Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera

aksidental atau menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan

medis dan kesalahan pengobatan. Patient safety (keselamatan pasien)

rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan

pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko, identifikasi dan
40

pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan

analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya

serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini

mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya dilakukan (DepKes RI, 2006).

Patient Safety adalah suatu system yang membuat asuhan pasien di

rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera

yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan

atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

b. Tujuan Patient Safety

Tujuan Patient Safety adalah

(a) Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS

(b) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan

masyarakat;

(c) Menurunnya KTD di RS

(d) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak

terjadi penanggulangan KTD

Sedangkan tujuan Patient Safety secara internasional adalah:

(a) Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)

(b) Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang

efektif)
41

(c) Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan

keamanan dari pengobatan resiko tinggi).

(d) Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery

(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan

pasien, kesalahan prosedur operasi).

(e) Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi

risiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan).

(f) Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko

pasien terluka karena jatuh.

c. Manfaat Patient Safety

(a) Budaya safety meningkat dan berkembang

(b) Komunikasi dengan pasien berkembang

(c) Kejadian tidak diharapakn (KTD) menurun

(d) Risiko klinis menurun

(e) Keluhan berkurang

(f) Mutu pelayan Rumah Sakit meningkat

(g) Citra Rumah Sakit dan kepercayaan masyarakat meningkat,

diikuti dengan kepercayaan diri yang meningkat

d. Ruang Lingkup Sensitif Patient Safety

(a) Sasaran Patient Safety

Sasaran Patient Safety merupakan syarat untuk diterapkan di

semua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah

Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving


42

Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang

digunakan juga oleh Komite Patient Safety Rumah Sakit PERSI

(KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI).

Maksud dari Sasaran Patient Safety adalah mendorong

perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti

bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan

menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan

keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang

baik secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan

yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara

umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh. Enam

sasaran Patient Safety adalah tercapainya hal-hal sebagai berikut:

1) Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien

2) Sasaran II : Peningkatan Komunikasi yang Efektif

3) Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu

Diwaspadai (High-Alert)

4) Sasaran IV : Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-

Pasien Operasi

5) Sasaran V : Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan

Kesehatan

6) Sasaran VI : Pengurangan Risiko Pasien Jatuh


43

b. Macam-Macam Insiden Patient Safety

Insiden Patient Safety adalah setiap kejadian yang tidak disengaja

dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera

yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari :

(a) Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah

insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien.

(b) Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah

terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien dan

tidak menyebabkan cedera.

(c) Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden

yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.

Contohnya pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak

timbul reaksi obat.

(d) Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah

kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi

belum terjadi insiden.

(e) Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan

kematian atau cedera yang tidak diharapkan pasien karena suatu

tindakan atau tidak bertindak bukan karena kondisi pasien.

(f) Insiden Patient Safety adalah suatu IKP setiap kejadadian atau

situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi

mengakibatkan harm(penyakit cedera, cacat, kematian ) yang

tidak seharusnya terjadi.


44

c. Indikator Sensitif Patient Safety

(a) Angka komplikasi yang didapatkan selama dirawat di RS.

(b) Angka komplikasi anastesi

(c) Angka decubitus pada pasien yang dirawat inap lebih dari 4 hari.

(d) Angka infeksi nosokmial.

(e) Angka kejadian benda tertinggal selama operasi

(f) Angka perdarahan postoperatif.

(g) Angka kegagalan respirasi post operatif.

(h) Angka kejadian sepsis post operatif

(i) Angka kejadian luka operasi abdominal yang tidak menutup

(dehisensi)

(j) Angka kejadian reaksi transfusi.

(k) Angka kejadian perlukaan jalan lahir pada persalinan

(l) Angka kejadian gangguan metabolisme post operatif .

(m) Angka kelengkapan RM

(n) Angka peresepan obat yang tidak rasional

(o) Angka kejadian infeksi ;luka operasi setelah 5 hari operasi

(p) Adminission ke ICU yg tidak diduga sebelumny

(q) Angka ketidaktepatan waktu pemeriksaan lab

(r) Angka ketidaktepataan waktu pemeriksaaan plain poto cito

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Patient Safety

(a) Kepemimpinan
45

1. Peran pemimpin di tingkat nasional untuk Patient Safety

adalah pengetahuan, pengembangan, pembelajaran dan

promosi praktek yang lebih baik yang telah ditegaskan baik

dalam lembaga nasional atau RS

2. Pemimpin harus mempromosikan Patient Safety sebagai inti

dari aktivitas pada Patient Safety.

3. Pemimpin harus melakukan perubahan seperti kebijakan

melaporkan tindakan kesalahan tanpa hukuman dan

merahasiakan pelapor

(b) Individu

1. Pengetahuan perawat tentang Patient Safety

2. Sikap perawat tentang Patient Safety

(c) Budaya

Perubahan budaya adaalah semboyan baru dalam Patient

Safety. Perubahan budaya adalah transparasi sistem, yang

didefinisikan sebagai kesediaan penyedia dan pasien untuk

secara terbuka dan nyaman dalam memberikan perawatan

dengan cara mengedentifikasi kekurangan yang mengarah

kepada Patient Safety.

(d) Infrastruktur

1. 2 elemen untuk peningkatan safety dan mutu adalah disain

proses pelayanan dan ketersediaan infrastruktur informasi.


46

2. Pekerjaan dapat dirancang untuk menghindari

ketergantungan pada memory dengan mengguna fungsi

yang memandu pengguna untuk tindakan yang tepat

3. Penataan tugas penting, sehingga kesalahan tidak dapat

dibuat dan.

(e) Lingkungan

1. Memaksimalkan kenyamanan dan martabat pasien.

2. Menjamin kemudahan dan menghindari segala hal yang tidak

diinginkan oleh pasien dalam pelaksanaan perawatan

profesional.

3. Membuat ketentuan yang sesuai untuk anggota keluarga dan

pengunjung.

4. Meminimalkan risiko infeksi.

5. Meminimalkan risiko efek samping lain seperti jatuh atau

kesalahan pengobatan.

6. Menelola transportasi pasien.

e. Langkah-langkah Patient Safety di Rumah Sakit

Tujuh langkah menuju Patient Safety RS (berdasarkan KKP-RS No.001-

VIII-2005) sebagai panduan bagi staf Rumah Sakit sebagai berikut :

1. Bangun kesadaran akan nilai Patient Safety “ciptakan

kepemimpinan & budaya yang terbuka dan adil”

a) Bagi Rumah sakit :


47

1) Kebijakan : tindakan staf segera setelah insiden, langkah

kumpul fakta, dukungan kepada staf, pasien, keluarga

2) Kebijakan : peran & akuntabilitas individual pada insiden

3) Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden

4) Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian

KP

b) Bagi Tim :

1) Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada

insiden

2) Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta

pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat

2. Pimpin dan dukung staf anda, “bangunlah komitmen & focus yang

kuat & jelas tentang KP di RS anda”

a) Bagi Rumah Sakit :

1) Ada anggota Direksi yang bertanggung jawab atas KP

2) Di bagian-bagian ada orang yang dapat menjadi

“Penggerak” (champion) KP

3) Prioritaskan KP dalam agenda rapat Direksi/Manajemen

4) Masukkan KP dalam semua program latihan staf

b) Bagi Tim :

1) Ada “penggerak” dalam tim untuk memimpin Gerakan

Keamanan Pasien.
48

2) Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat gerakan

Keamanan Pasien.

3) Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan

insiden

3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, “kembangkan sistem &

proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi & asesmen hal

yang potensial bermasalah”

a) Bagi Rumah Sakit :

1) Strukur & proses menjamin risiko klinis & non klinis,

mencakup KP

2) Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan

risiko

3) Gunakan informasi dari sistem pelaporan insiden &

asesmen risiko & tingkatkan kepedulian terhadap pasien

b) Bagi Tim :

1) Diskusi isu KP dalam forum-forum, untuk umpan balik

kepada manajemen terkait

2) Penilaian risiko pada individu pasien

3) Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap

risiko, & langkah memperkecil risiko tersebut.

4. Kembangkan sistem pelaporan, “pastikan staf Anda agar dengan

mudah dapat melaporkan kejadian/insiden serta RS mengatur

pelaporan kepada KKP-RS”


49

a) Bagi Rumah Sakit :

1) Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden,

ke dalam maupun ke luar yang harus dilaporkan ke KKPRS

– PERSI

b) Bagi Tim :

1) Dorong anggota untuk melaporkan setiap insiden & insiden

yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, sebagai bahan

pelajaran yang penting

5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, “kembangkan cara-cara

komunikasi yang terbuka dengan pasien”

a) Bagi Rumah Sakit :

1) Kebijakan : komunikasi terbuka tentang insiden dengan

pasien & keluarga

2) Pasien & keluarga mendapat informasi bila terjadi insiden

3) Dukungan, pelatihan & dorongan semangat kepada staf

agar selalu terbuka kepada pasien & keluarga (dalam

seluruh proses asuhan pasien)

b) Bagi Tim :

1) Hargai & dukung keterlibatan pasien & keluarga bila telah

terjadi insiden

2) Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien & keluarga bila

terjadi insiden
50

3) Segera setelah kejadian, tunjukkan empati kepada pasien &

keluarga.

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang Patient Safety “dorong staf

anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar

bagaimana & mengapa kejadian itu timbul”

a) Bagi Rumah Sakit :

1) Staf terlatih mengkaji insiden secara tepat, mengidentifikasi

sebab

2) Kebijakan : kriteria pelaksanaan Analisis Akar

Masalah (Root Cause Analysis/RCA) atau Failure Modes &

Effects Analysis (FMEA) atau metoda analisis lain,

mencakup semua insiden & minimum 1 x per tahun untuk

proses risiko tinggi

b) Bagi Tim :

1) Diskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis insiden

2) Identifikasi bagian lain yang mungkin terkena dampak &

bagi pengalaman tersebut

7. Cegah cedera melalui implementasi sistem Patient Safety,“Gunakan

informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan

perubahan pada sistem pelayanan”

a) Bagi Rumah Sakit :

1) Tentukan solusi dengan informasi dari sistem pelaporan,

asesmen risiko, kajian insiden, audit serta analisis


51

2) Solusi mencakup penjabaran ulang sistem, penyesuaian

pelatihan staf & kegiatan klinis, penggunaan instrumen

yang menjamin keselamatan pasien

3) Asesmen risiko untuk setiap perubahan

4) Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS-

PERSI

5) Umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang

diambil atas insiden

b) Bagi Tim :

1) Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih

aman

2) Telaah perubahan yang dibuat tim & pastikan

pelaksanaannya

3) Umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang

dilaporkan

WHO Collaborating Centre for Patient safety pada tanggal 2 Mei 2007

resmi menerbitkan “Nine Life Saving Patient safety Solutions” (“Sembilan

Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit”). Panduan ini mulai

disusun sejak tahun 2005 oleh pakar keselamatan pasien dan lebih 100

negara, dengan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah

keselamatan pasien.

Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong RS-RS

di Indonesia untuk menerapkan Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan


52

Pasien Rumah Sakit, atau 9 Solusi, langsung atau bertahap, sesuai dengan

kemampuan dan kondisi RS masing-masing.

1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike

Medication Names).

2. Pastikan Identifikasi Pasien

3. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima/Pengoperan Pasien.

4. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar

5. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated)

6. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.

7. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).

8. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.

9. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan

lnfeksi Nosokomial.

f. Monitoring dan evaluasi management Patient Safety instrumen


monitoring dan evaluasi management Patient Safety di rumah sakit

a. Pengertian monitoring dan evaluasi

Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis informasi

berdasarkan indikator yang ditetapkan secara sistematis dan kontinu

tentang kegiatan atau program sehingga dapat dilakukan tindakan

koreksi untuk penyempurnaan program atau kegiatan itu selanjutnya.

Monitoring merupakan fungsi manajemen yang berkesinambungan

yang mempunyai tujuan utama menyediakan umpan balik dan indikasi

awal tentang bagaimana kegiatan-kegiatan dilaksanakan.


53

Perkembangan atau pencapaian kinerja dari waktu kewaktu serta

pencapaian hasil yang diharapkan kepada manajer dan stakeholders.

Monitoring melacak kinerja yang nyata terhadap apa yang

direncanakan atau diharapkan dengan menggunakan standar yang

telah ditetapkan sebelumnya. Monitoring meliputi kegiatan

pengumpulan dan analisi data tentang proses dan hasil dari

pelaksanaan program atau kegiatan dan memberikan rekomendasi

untuk melakukan tindakan koreksi.

Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi

masukan, keluaran, dan hasil terhadap rencana dan standar.

Evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan relevansi,

efesiensi, efektivitas dan dampak kegiatan program atau proyek yang

sesuai dengan tujuan yang akan dicapai seta sistematis dan objektif.

Evaluasi juga diartikan sebagai pengukuran dari konsekuansi yang

telah dikehendaki dan tidak dikehendaki dari suatu tindakan yang

telah dilakukan dalam rangka mencapai beberapa tujuan yang akan

dinilai (hendrawan, 2009)

b. Tujuan monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi bertujuan memberikan gambaran

lengkap tentang implementasi program,terutama untuk mengetahui

ketercapaian dari pelaksanaan program dan mengetahui

kekuatan,kelemahan,peluang dan hambatan yang terjadi sehingga

informasi ini berguna bagi pengambil keputusan untuk melakukan


54

penyesuaian dan perbaikan guna mencapai target yang telah

ditetapkan secara efektif dan efisien.

1) Menjamin kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan, yang mengcakup standar input (waktu, biaya,

SDM, teknologi, prosedur, dll)

2) Memberikan infomasi kepada pengambikl keputusan tentang

adanya penyimpangan dan penyebabnya, sehingga dapat

mengambil keputusan untuk melakukan koreksi pada

pelaksanaan kegiatan atau program berkait, baik yang sedang

berjalan maupun pengembangannya dimasa akan datang.

3) Memberikan informasi atau laporan kepada pengambil keputusan

tentang adanya perubahan-perubahan lingkungan yang harus

ditindak lanjuti dengan penyesuaian kegiatan .

4) Memberikan informasi tentang akuntabilitas pelaksanaan dan

hasil kinerja program atau kegiatan kepasdsa pihak yang

berkepentingan, secara kontinu dan dari waktu kewaktu.

5) Informasi dari monitoring dan pengendalian dapat menjadi dasar

pengambilan keputusan yang tepat dan akuntabel.

c. Langkah-langkah monitoring dan pengendalian

1) Menetapkan standar dan indikator untuk menilai proses

pelaksanaan program atau kegiatan .standar biasa mencakup

semua input yang digunakan (dana, materi atau bahan, cara atau

metode, SDM, prosedur, teknologi, dll).


55

2) Mengumpulkan data dan melakukan infestigasi kinerja

(pengamatan) dari pelaksanaan kegiatan/ proses kegiatan yang

dipilih untuk dibandingkan dengan standar/ indikator (baik

kualitatif maupun kuantitatif) yang telah ditentukan.

3) Mengamati perubahan lingkungan dan mengumpulkan data untuk

pengkajian pengaruh lingkungan tersebut terhadap kegiatan yang

sedang dilaksanakan.

4) Pengolahan, analisis data dan sistesis hasil. Data yang

dikumpulkan, (termasuk perubahan lingkungan) diolah dan

dianalisis penilaian dan kesimpulan tentang proses pelaksanaan

kegiatan. Hasil analisis dan kesimpulan akan digunakan lebih

lanjut untuk perumusan rekomendasi tindak lanjut.

5) Mengambil keputusan melakukan tindakan (termasuk koreksi dan

penyesuaian kegiatan, maupun perencanaan ulang).

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya terkait

dengan pengaruh diklat, pengalaman, Patient Safety dan penerapan Model

Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP).

Hotman, Julio Dolok Pasaribu (2014) dalam penelitiannya tentang

Pengaruh Pelatihan Kesehatan Pasien terhadap pengetahuan Perawat di RSUD

Kota Tanjung Pinang didapatkan rata rata pengetahuan Perawat sebelum

mendapatkan pelatihan adalah 50,85% dan setelah mendapat pelatihan menjadi


56

85,90%. Hal ini menunjukkan perbedaan yang signifikan Pengetahuan Perawat

mengenai kesehatan pasien dan sesudah mendapat pelatihan Patient Safety.

Silalahi, et al (2014) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semakin tinggi

tingkat motivasi yang diberikan akan dapat menimbulkan prestasi kerja yang

tinggi pada kinerja yang dihasilkan pegawai, demikian pula sebaliknya apabila

motivasi tidak diperhatikan maka akan dapat menghasilkan tingkat prestasi kerja

pegawai yang rendah.

Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Triatmojo dengan judul pengaruh

motivasi, kedisiplinan dan pengalaman kerja terhadap produktivitas kerja

karyawan koperasi unit Desa Kendalisodo Tawangharjo Grobogan. Hasil

penelitian Uji t motivasi (X1) terhadap produktivitas (Y) diperoleh nilai t hitung

(3,300) > dari t tabel (1,96) dan nilai signifikansi 0,002 < 0,05 maka Ho ditolak

sehingga variabel motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas

kerja karyawan Koperasi Unit Desa Kendalisodo Tawangharjo. Uji t kedisiplinan

(X2) terhadap produktivitas (Y) diperoleh nilai t hitung (2,049) > dari t tabel

(1,96) dan nilai signifikansi 0,048 < 0,05 maka Ho ditolak sehingga variabel

kedisiplinan berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja

karyawan Koperasi Unit Desa Kendalisodo Tawangharjo. Uji t pengalaman kerja

(X3) terhadap produktivitas (Y) diperoleh nilai t hitung (3,291) > dari t tabel

(1,96) dan nilai signifikansi 0,002 < 0,05 maka Ho ditolak sehingga variabel

pengalaman kerja berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja

karyawan Koperasi Unit Desa Kendalisodo Tawangharjo. Nilai F hitung (17,457)

> dari nilai F tabel (2,60) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak
57

sehingga ada pengaruh yang signifikan motivasi, kedisiplinan, pengalaman kerja

produktivitas kerja karyawan Koperasi Unit Desa Kendalisodo Tawangharjo

secara simultan. Variabel motivasi, kedisiplinan, pengalaman kerja memberikan

pengaruh sebesar 57,8% terhadap produktivitas, sedangkan sisanya sebesar

42,2% dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel yang diteliti, misalnya seperti

faktor kepemimpinan dan lain-lain.

Pengaruh Patient Safety pada Perawat terhadap pencapaian sasaran

Keselamatan Pasien (Wuri Utami, 2014), penelitian ini membandingkan

pencapaian target keselamatan pasien sebelumnya 1 minggu dan 2 minggu

setelah pelatihan, menunjukkan ada perbedaan yang signifikan dalam

pencapaian keselamatan pasien. Pelatihan keselamatan pasien memiliki

dampak positif pada pencapaian target keelamatan pasien.

Nilasari (2014) dalam penelitiannya “Pengaruh Pelatihan tentang Patient

Safety terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan perawatan klinik

pada penerapan Patient Safety di irna c RSUP Fatmawati. Hasil penelitiannya

menggambarkan peningkatan bermakna setelah pelatihan adalah pengetahuan,

pengidentifikasian klien, komunikasi saat operan, pemberian obat secara benar,

penandaan sisi tubuh yang benar, pencegahan salah kateter/salah selang,

pencegahan resiko pasien jatuh, kebersihan tangan (p=0,000), tidak ada

peningkatan bermakna adalah pengendalian cairan infuse (p=0,137),

penggunaan alat injeksi sekali pakai (p=257).

Menurut Feronika Dwi Cuslinda (2010) tentang Pengaruh pengalaman

kerja, tingkat pendidikan, budaya kerja, dan kualitas pelayanan perhadap


58

keperawatan Patient Safety pada unit rawat inap rumah sakit Stella Maris

Makassar. Mengungkapkan bahwa pengalaman kerja diperoleh kofisien sebesar

0,061, t-hitung 0,493 dengan nilai signifikansi 0,625 yang berarti jika variable

pengalaman kerja mengikat satu satuan berarti akan menurunkan kepuasan

klien pada unit rawat inap rumah sakit Stella Maris Makassar sebesar 0,061.

Dengan kata lain pengalaman kerja yang meningkat justru menurunkan

kepuasan klien dalam hal ini hasilnya tidak signifikan (lemah) yang berarti

pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap kepuasan klien pada unit rawat

inap rumah sakit Stella Maris Makassar.

Hanung M,S, (2015) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Penerapan

Model Praktik Keperawatan Profesional terhadap kualitas pelaksanaan standard

asuhan keperawatan perawat di ruang rawat inap Kemuning rumah sakit umum

Dr. Kanujaso Djatiwibowo Balikpapan” berdasarkan hasil penelitian dapat

diambil kesimpulan bahwa ada pebedaan yang signifikan dari tingkat kepuasan

kerja perawat sebelum dan setelah penerapan MPKP di ruang Kemuning dan

ada perbedaan signifikan antar pelaksanaan pemberian pelayanan keperawatan

sebelum dan setelah penerapan MPKP di ruang Kemuning.

Imelda, M.M (2011) dengan penelitian yang berjudul “Peran Penerapan

Model Praktik Keperawatan Profesional terhadap kinerja perawat di rumah sakit

Jiwa Dr.Soeharto Heerdjan” dari hasil penelitian diketahui bahwa perawat

Dr.RSJ Dr. Soeharto Heerdjan diketahui bahwa variable kompetensi perawat,

kondisi pasien dan penerapan MPKP memiliki pengaruh signifikan terhadap

kinerja perawat. Berdasarkan penelitian pula diketahui bahwa perawat memiliki


59

kompetensi dan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan ruangan yang

belum menerapkan MPKP.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Rupisa (2016) dengan judul

Hubungan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim dengan tingkat

kepuasan Kinerja Perawat di rumah sakit Panti Waluya Malang. Menyatakan

bahwa model asuhan keperawatan professional (Tim) di rumah sakit panti

Waluya Malang, hampir seluruh responden 69 (87,3%) dikategorikan baik,

kepuasan perawat perawat 64 (81,0%) responden dikategorikan sangat puas,

dan hasil analisis data terdapat hubungan model asuhan keperawatan

professional (MAKP) terhadap tingkat kepuasan perawat dengan nilai signifikan

0,001 (p≤0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan model

asuhan keperawatan professional (tim) dengan tingkat kepuasan kerja perawat

di rumah sakit Panti Waluya (RKZ) Malang.

2.3 Kerangka Pemikiran

Pada prinsipnya kerangka pemikiran dalam suatu penelitian perlu

dikemukakan hal ini dimaksudkan sebagai jawaban sementara terhadap gejala-

gejala yang menjadi objek permasalahan.

Sebagai dasar kerangka pemikiran, peneliti mengacu pada beberapa kajian

teoritis dan hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan variabel-variabel

yaitu variabel diklat, pengalaman, Patient Safety dan penerapan Metode Asuhan

Keperawatan Profesional. Sebagai landasan pemikiran dari kajian pada tesis ini,

peneliti mencoba menarik benang merah beberapa pendapat dari para ahli,
60

Adapun skema kerangka pikir dalam penelitian ini disajikan pada gambar berikut

ini :

Gambar 2.4 : Kerangka Pemikiran

2.3.1 Hubungan antara Variabel DIKLAT, Pengalaman Kerja, Penerapaan MKP


dan Patient Safety

Swasto (2003 mendefinisikan pendidikan dan pelatihan secara konseptual

sebagai bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan

meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang

relatif singkat, dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori.

Kemudian pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja dapat dilihat

dari pendapat Sudarmanto (2009: 10) menyatakan bahwa dalam melakukan

pengukuran kinerja ada 3 (tiga) pendekatan yaitu:


61

1. Pendekatan personality trait, yaitu dengan mengukur kepemimpinan, inisatif

dan sikap.

2. Pendekatan perilaku, yaitu dengan pengukuran; pendidikan dan pelatihan,

umpan balik, kemampuan presentasi, respons terhadap komplain pelanggan.

3. Pendekatan hasil, yaitu dengan mengukur kemampuan produksi,

kemampuan menyelesaikan produk sesuai jadwal, peningkatan

produksi/penjualan.

Menurut Moekijat (2007: 38) menyatakan bahwa tujuan umum pemberian

pendidikan dan pelatihan adalah:

a. Untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan

dengan lebih cepat dan lebih efektif.

b. Untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat

diselesaikan secara rasional.

c. Untuk mengggambarkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerja sama

dengan teman-teman karyawan dan manajemen (pimpinan).

Menurut Rivai (2004) kriteria yang efektif digunakan untuk mengevaluasi

kegiatan pendidikan dan pelatihan adalah yang berfokus pada outcome-nya (hasil

akhir). Adapun hal- hal yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Reaksi dari para peserta pendidikan dan pelatihan terhadap proses dan isi

pendidikan dan pelatihan

2. Pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman pendidikan dan pelatihan

3. Perubahan perilaku akibat proses pendidikan dan pelatihan

4. Hasil yang dapat diukur baik secara individu maupun organisasi


62

Sementara itu Manulang (1984) mendefeniskikan Pengalaman kerja adalah

proses pembentukan pengetahuan atau keterampilan tentang metode

suatu pekerjaan karena keterlibatan karyawan tersebut dalam pelaksanaan

tugas pekerjaan. Elaine B Johnson (2007) menyatakan bahwa “pengalaman

memunculkan potensi seseorang. Potensi penuh akan muncul bertahap

seiring berjalannya waktu sebagai tanggapan terhadap bermacam-macam

pengalaman”. Jadi sesungguhnya yang penting diperhatikan

dalam hubungan tersebut adalah kemampuan seseorang untuk belajar

dari pengalamannya, baik pegalaman manis maupun pahit. Maka pada

hakikatnya pengalaman adalah pemahaman terhadap sesuatu yang

dihayati dan dengan penghayatan serta mengalami sesuatu tersebut

diperoleh pengalaman, ketrampilan ataupun nilai yang menyatu pada potensi

diri.

Sedangkan Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu

system (struktur, proses dan nilai-nilai) yang memungkinkan perawat professional

mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang

pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).

Lebih lanjut, Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu

sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk :

assesment/analisa resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan

dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari

insident dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan

timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh
63

kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya dilakukan (DepKes RI, 2006).

Berdasarkan teori terkait Pendidikan dan Pelatihan, Pengalaman Kerja,

Penerpan Model Asuhan Keperawatan Profesional, serta Patient Safety maka dapat

disimpulkan bahwa variabel-variabel yang akan diteliti memiliki keterkaitan.

Pendidikan dan Pelatihan adalah sarana untuk peningkatan kemampuan perawat,

Pengalaman Kerja merupakan Potensi Perawat yang akan muncul seiring dengan

berjalannya waktu, Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah Standar

Prosedur yang ditetapkan untuk dijalankan oleh Perawat, dan Patient Safety atau

keselamatan pasien merupakan tujuan yang hendak dicapai.

2.4 Hipotesis Penelitian

Dari uraian tersebut di atas maka dapat ditarik hipotesis dalam penelitian ini

sebagai berikut:

1. Diklat berpengaruh langsung dan signifikan terhadap Patient Safety di ruang

rawat inap Rumah Sakit Umum Fatima Parepare.

2. Pengalaman kerja berpengaruh langsung dan signifikan terhadap Patient Safety

di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Fatima Parepare.

3. Diklat berpengaruh langsung dan signifikan terhadap Penerapan Model Asuhan

Keperawatan Profesional (MAKP) Di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum

Fatima Parepare.

4. Pengalaman kerja berpengaruh langsung dan signifikan terhadap Penerapan

Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Di ruang rawat inap Rumah

Sakit Fatima Umum Parepare.


64

5. Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) berpengaruh

langsung dan signifikan terhadap Patient Safety di ruang rawat inap Rumah Sakit

Umum Fatima Parepare.

6. Diklat berpengaruh tidak langsung dan signifikan terhadap Patient Safety melalui

Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di ruang rawat inap

Rumah Sakit Umum Fatima Parepare.

7. Pengalaman berpengaruh tidak langsung dan signifikan terhadap Patient Safety

melalui Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di ruang

rawat inap Rumah Sakit Umum Fatima Parepare.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk

mengkaji tingkat keterkaitan antara variabel suatu faktor dengan variabel faktor

lain berdasarkan koefisien korelasi.

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah Diklat dan Pengalaman

sebagai variabel independen dan Patient Safety (Z) sebagai variabel bebas,

serta Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) sebagai

variabel intervening diberi simbol (Y).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Fatima Parepare. Penelitian ini

akan dilaksanakan selama tiga bulan mulai bulan Juli hingga September 2018.

3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

3.3.1 Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan objek yang karekteristiknya

hendak diduga (Djarwanto PS dan Subagyo, 2007:107). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh perawat Rawat Inap di Rumah Sakit Fatima

Parepare dalam hal ini jumlah keseluruhan perawat sebanyak 85 orang.

65
66

3.3.2 Sampling

Sampling adalah Sebagian dari populasi yang karekteristiknya

hendak diselidiki dan dianggap mewakili seluruh populasi ( Djarwanto PS

dan Subagyo,2007:108 ). Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan

populasi yaitu 85 perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Fatima

Parepare.

3.3.3 Teknik Sampling

Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Total

Sampling . total sampling adalah tehnik pengambilan sampel dimana

dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono 2007). Alasan

mengambil total sampling karena menurut Sugiyono (2007) jumlah

populasi yang kurang dari 100 dijadikan sampel penelitian semuanya.

3.4 Sumber dan Cara Penentuan Data/Informasi

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu

data yang diperoleh dari perawat pelaksana di Rumah Sakit Fatima Parepare,

berupa hasil kuisioner yang telah dibagikan kepada pihak-pihak terkait.

Sedangkan sumber-sumber data yang dikumpulkan terbagi atas:

a. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus

menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data

dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau obyek

penelitian dilakukan.

b. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain

menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, data ini dapat ditemukan


67

dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi data sekunder adalah

catatan atau dokumentasi asuhan keperawatan, pemeriksaan penunjang

medik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain lain yang terkait

dengan masalah patient safety.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam usaha untuk memperoleh data beserta keterangan yang lengkap

dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data

sebagai berikut:

a. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan

langsung terhadap hal-hal yang dianggap perlu dan berkaitan dengan objek

penelitian.

b. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab

langsung kepada responden.

c. Kuisioner yaitu suatu bentuk instrument pemgumpulan data yang sangat

fleksibel dan relative mudah digunakan. Data yang diperoleh dari

penggunaan kuesioner adalah data yang dikategorikan sebagai data faktual.

3.6 Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis

3.6.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa

kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden tentang hal-hal yang ingin diketahui

yang didasarkan pada teori yang meliputi Pendidikan dan Pelatihan

(DIKLAT) dan Pengalaman, Penerapan Model Asuhan Keperawatan


68

Profesional (MAKP) dan Patient Safety. Untuk mengukur Variabel

DIKLAT, Secara umum teknik dalam pemberian skor yang

digunakan dalam kuesioner penelitian ini adalah teknik skala Likert.

Penggunaan skala Likert menurut Sugiyono (2013:132) adalah “skala

Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”.dengan

jumlah pertanyaan 5 item. Untuk mengukur Variabel Pengalaman,

kuesioner yang digunakan dalam bentuk skala Likert dengan jumlah

pertanyaan 5 item. Untuk mengukur Variabel Penerapan Model Asuhan

Keperawatan Profesional (MAKP), kuesioner yang digunakan dalam

bentuk skala Likert dengan jumlah pertanyaan 5 item dan untuk mengukur

variabel Patient Safety kuesioner yang digunakan dalam bentuk skala

Likert dengan jumlah pertanyaan 5 item. dengan pilihan jawaban : Sangat

setuju : 5, Setuju : 4, Tidak Berpendapat : 3 ,Tidak Setuju : 2, dan Sangat

Tidak Setuju : 1.

3.6.2 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur

yang terdiri atas pengaruh langsung dan tidak langsung. Untuk

mendapatkan nilai pengaruh langsung dan tidak langsung digunakan

analisis regresi dengan variabel intervening.Variabel intervening

merupakan variabel antara atau mediating, yang berfungsi memediasi

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam


69

penelitian ini parameter hubungan Diklat, Pengalaman, Patient Safety dan

Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP).

3.6.3 Uji Validitas

Pengujian validitas data digunakan untuk menguji validitas dari

instrument yang akan digunakan dalam penelitian, pengujian validitas tiap

butir digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan

skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir setelah dikurangi dengan

item yang diuji. Validitas akan dihitung dengan menggunakan total

koefisien korelasi dengan taraf signifikan sebesar 0,05 (5%). Adapun

rumus yang digunakan adalah :

(𝑟𝑥𝑦 )(𝑠𝑏𝑦 )− (𝑠𝑏𝑥 )


rpq =
√(𝑠𝑏𝑥 2 )+(𝑠𝑏𝑦 2 )− (𝑟𝑥𝑦 )(𝑠𝑏𝑥 )(𝑠𝑏𝑦 )

dimana,

rxy= Momen tangkar yang baru

rpq= koefisien korelasi bagian total

sbx= simpangan baku skor faktor

sby= simpangan baku skor butir

Perhitungan validitas data ini diolah dengan program SPSS. Hasil

perhitungan ditunjukkan pada nilai corrected item total correlation. Jika

nilai corrected item total correlation > 0,3 maka item dinyatakan valid.

3.6.4 Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas instrument dengan konsistensi dengan teknik

Alpha Cronbach, Sedangkan untuk memeriksa reliabilitas instrumen


70

metode yang sering digunakan adalah koefisien alpha cronbach. Dimana

dikatakan reliabel bila α > 0,6.

3.6.5 Regresi Linear Berganda

a. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji tingkat keberartian pengaruh variabel

bebas secara parsial. Langkah dalam uji t yaitu :

1. Menentukan hipotesis

H0 : b1-2 = 0, dimana artinya tidak ada pengaruh secara parsial

dari variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat

(dependen)

H0: b1-2 ≠ 0 dimana artinya ada pengaruh secara parsial dari

variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat

(dependen).

2. Menentukan level of significant (α) sebesar 5% dan menentukan

nilai t dengan degree of freedom (df) sebesar (n-k-1).

3. Menentukan besarnya nilai t hitung dengan menggunakan rumus:


𝑏𝑘
t hitung = 𝑠𝑏

dimana,

bk = koefisien regresi variabel b1-2

sb = standar deviasi dari estimasi b1-2

4. Membandingkan nilai t hitung dari ttabel

Jika thitung > t tabel maka H0 ditolak dan menerima Ha

Jika thitung < t tabel maka H0 diterima dan menolak Ha


71

b. Uji F

Uji F digunakan untuk menguji tingkat keberartian dari variabel bebas

secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat, yaitu :

1. Menentukan hipotesis

H0 : b1-2 = 0, dimana artinya tidak ada pengaruh secara parsial dari

variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen)

H0: b1-2 ≠ 0, dimana artinya ada pengaruh secara parsial dari

variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen).

2. Menentukan level of significant (α) sebesar 5% dan menentukan

nilai t dengan degree of freedom (df) sebesar (n-k-1).

3. Menentukan besarnya nilai t hitung dengan menggunakan rumus :


𝑀𝑆𝑅 𝑀𝑆𝑅
F hitung = 𝑀𝑆𝐸 = 𝑆2

dimana,

MSR = Mean Squared Regression

MSE = Mean Squared Residual

4. Membandingkan nilai F hitung dari Ftabel

Jika Fhitung > F tabel maka H0 ditolak dan menerima Ha

Jika Fhitung < F tabel maka H0 diterima dan menolak Ha

c. Uji β

Uji β digunakan untuk menguji variabel-variabel bebas

(independen) (X) yang mempunyai pengaruh paling dominan

terhadap variabel terikat (Y) dengan menunjukkan variabel yang

mempunyai koefisien beta standardized tertinggi.


72

3.7 Definisi Operasional Variabel

Variabel adalah faktor yang akan diuji dalam penelitian. Kegiatan penelitian

ini memusatkan perhatian pada upaya untuk memahami, mengukur, dan menilai

keterkaitan antara variabel tersebut. Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua)

variabel independen yaitu Diklat dan pengalaman, variabel dependen yaitu

Patient Safety serta penerapan asuhan keperawatan sebagai variabel

intervening. Berikut ini indikator variabel yang akan diukur dalam penelitian ini

adalah:

3.7.1 Diklat (X1)

Menurut Dartha (2010) bahwa Pendidikan dan pelatihan (diklat)

adalah kegiatan yang dilakukan untuk memecahkan persoalan yang

dihadapi secara cepat dan tepat, yang akhirnya akan meningkatkan

kinerja para karyawan secara individu dan meningkatkan kinerja

lembaga/instansi pada umumnya. Adapun indikator dari diklat dalam

penelitian ini yaitu :

1. Keahlian

2. Keefektifan

3. Menunjang Pekerjaan

4. Pengetahuan dan keterampilan

5. Cara Memotivasi

6. Kreatifitas dalam pelaksanaan tugas


73

3.7.2 Pengalaman Kerja (X2)

Pengalaman sebagai keseluruhan pelajaran yang dibentuk oleh

seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dilalui dalam pelajaran hidupnya.

Dalam tahun terakhir ini pengaruh tingkat pengalaman kerja hanya

sebagai rangkaian teknik. Pengalaman kerja diperlukan untuk

meningkatkan efektivitas sumber daya manusia dalam perusahaan,

tujuannya untuk memberikan kepada perusahaan suatu kerja yang efektif

dan bagi tenaga kerja sendiri sebagai sarana peningkatan produktivitas

kerja. Semakin lama orang bekerja pada suatu organisasi, semakin

pengalaman pula. Tetapi kecakapan akan selalu meningkat dengan

meningkatnya pengalaman kerja (Heidjrachman dan Husnan; 2002: 69).

Indikator :

1. Masa kerja

2. Tingkat pengetahuan dan keterampilan

3. Penguasaan pekerjaan dan peralatan .

3.7.3 Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (Y)

Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan

praktik keperawatan langsung pada klien diberbagai tatanan pelayanan

kesehatan yang pelaksanaannya berdasarkan kaidah profesi keperawatan

dan merupakan inti praktik keperawatan. Indikator Model Asuhan

Keperawatan Profesional (MAKP)

1. Standar Kebijakan institusi/nasional

2. Proses Keperawatan
74

3. Pendidikan Keperawatan

4. Sistem MAKP

3.7.4 Patient Safety (Z)

Patient Safety didefinisikan sebagai layanan yang tidak mencederai

dan merugikan pasien ataupun sebagai suatu sistem dimana rumah sakit

membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi penilaian

risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan

keselamatan pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar

dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk

meminimalkan timbulnya risiko (IOM dalam Cahyono, 2008; Depkes RI,

2006), adapun indicator Patient Safety sebagai berikut:

1. Identifikasi pasien dengan benar

2. Komunikasi yang efektif

3. Meningkatkan keamanan obat

4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien

5. Pengurangan risiko infeksi.

6. Pengurangan resiko pasien jatuh


BAB IV

GAMBARAN UMUM OBYEK DAN HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

Rumah Sakit Fatima Parepare merupakan satu dari sekian rumah sakit

milik organisasi sosial dikota Parepare yang berstatus RSU, dinaungi oleh

Yayasan Sentosa Ibu Khatolik dan termasuk ke dalam rumah sakit kelas C.

Rumah Sakit ini telah terdaftar mulai tanggal 15 Desember 2012 dengan no

surat ijin 435. 1/1611/ Dinkes dan tanggal surat ijin 20 Juni 2012 dari Dinas

Kesehatan Kota Parepare dengan sifat tetap.

Rumah Sakit Fatima mempunyai layanan unggulan, dan mempunyai luas

tanah 6.111 m2 serta luas bangunan 3.000 m2 yang beralamat di Jalan Ilham

No.5 Parepare, Kota Parepare sulawesi Selatan. Ruang perawatan rumah sakit

Fatima memiliki jumlah keseluruhan tempat tidur dalam unit perawatan rawat

inap adalah 163 tempat tidur. Penelitian ini yang dilakukan oleh peneliti

respondennya berasal dari ruang rawat inap Rumah Sakit Fatima Parepare

dengan jumlah perawat 85 orang dari berbagai latar belakang karakteristik

antara lain jenis kelamin, umur, lama masa kerja dan tingkat pendidikan.

75
76

4.2. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

4.2.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan metode korelasi bivariate person dengan alat

bantu aplikasi SPSS, item angket dinyatakan valid jika nilai Rhitung>Rtabel pada

signifikansi 5%, sebaliknya jika Rhitung<Rtabel, item pada kuesioner/angket dinyatakan

tidak valid. Berikut ringkasan hasil uji validitas sebagaimana data pada tabel berikut :

Tabel 4.1 : Hasil Uji Validitas Item pertanyaan pada tabel DIKLAT

Correlations
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 DIKLAT
X1.1 Pearson Correlation 1 ,799** ,642** ,560** ,504** ,810**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85
X1.2 Pearson Correlation ,799** 1 ,767** ,640** ,503** ,870**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85
X1.3 Pearson Correlation ,642** ,767** 1 ,828** ,577** ,902**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85
X1.4 Pearson Correlation ,560** ,640** ,828** 1 ,734** ,891**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85
X1.5 Pearson Correlation ,504** ,503** ,577** ,734** 1 ,782**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85
DIKLAT Pearson Correlation ,810** ,870** ,902** ,891** ,782** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85

Tabel 4.2 : Perbandingan nilai Rhitung dan Rtabel pada tabel diklat

No Item Rhitung Rtabel Keterangan


1 0,810 0,210 Valid
2 0,870 0,210 Valid
3 0,902 0,210 Valid
4 0,891 0,210 Valid
5 0,782 0,210 Valid
77

Hasil uji validitas baik dengan membandingkan nilai signifikansi (<0.05) pada

masing-masing pertanyaan ataupun dengan membandingkan nilai Rhitung dengan

nilai Rtabel maka item pertanyaan pada tabel DIKLAT dinyatakan valid

Tabel 4.3 : Hasil Uji Validitas Item pertanyaan pada tabel Pengalaman

PENGALAMAN
X2.1 Pearson Correlation ,694**
Sig. (2-tailed) ,000
N 85
X2.2 Pearson Correlation ,884**
Sig. (2-tailed) ,000
N 85
X2.3 Pearson Correlation ,914**
Sig. (2-tailed) ,000
N 85
X2.4 Pearson Correlation ,833**
Sig. (2-tailed) ,000
N 85
X2.5 Pearson Correlation ,817**
Sig. (2-tailed) ,000
N 85
PENGALAMAN Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 85

Tabel 4.4 : Hasil Uji Validitas Item pertanyaan pada tabel Pengalaman
dengan membandingkan nilai Rhitung dan Rtabel

No Item Rhitung Rtabel Keterangan


1 0,694 0,210 Valid
2 0,884 0,210 Valid
3 0,914 0,210 Valid
4 0,833 0,210 Valid
5 0,817 0,210 Valid
78

Hasil uji validitas baik dengan membandingkan nilai signifikansi (<0.05) pada

masing-masing pertanyaan ataupun dengan membandingkan nilai Rhitung dengan

nilai Rtabel maka item pertanyaan pada tabel PENGALAMAN dinyatakan valid

Tabel 4.5 : Hasil Uji Validitas Item pertanyaan pada tabel PMAKP

Correlations
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 PMAKP
Y1 Pearson Correlation 1 ,814 ** ,633** ,524** ,483** ,785**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85
Y2 Pearson Correlation ,814** 1 ,770** ,687** ,582** ,891**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85
Y3 Pearson Correlation ,633** ,770** 1 ,738** ,637** ,889**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85
Y4 Pearson Correlation ,524** ,687** ,738** 1 ,767** ,880**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85
Y5 Pearson Correlation ,483** ,582** ,637** ,767** 1 ,825**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85
PMAKP Pearson Correlation ,785** ,891** ,889** ,880** ,825** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85

Tabel 4.6 : Hasil Uji Validitas Item pertanyaan pada tabel PMAKP dengan
membandingkan nilai Rhitung dan Rtabel

No Item Rhitung Rtabel Keterangan


1 0,785 0,210 Valid
2 0,891 0,210 Valid
3 0,889 0,210 Valid
4 0,880 0,210 Valid
5 0,825 0,210 Valid
79

Hasil uji validitas baik dengan membandingkan nilai signifikansi (<0.05) pada

masing-masing pertanyaan ataupun dengan membandingkan nilai Rhitung dengan

nilai Rtabel maka item pertanyaan pada tabel PMAKP dinyatakan valid.

Tabel 4.7 : Hasil Uji Validitas Item pertanyaan pada tabel Patient Safety

Correlations
PASIENSAFETY
Z1 Pearson Correlation ,836**
Sig. (2-tailed) ,000
N 85
Z2 Pearson Correlation ,908**
Sig. (2-tailed) ,000
N 85
Z3 Pearson Correlation ,865**
Sig. (2-tailed) ,000
N 85
Z4 Pearson Correlation ,880**
Sig. (2-tailed) ,000
N 85
Z5 Pearson Correlation ,805**
Sig. (2-tailed) ,000
N 85
PASIENSAFETY Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 85

Tabel 4.8 : Hasil Uji Validitas item pertanyaan pada tabel Patient Safety
dengan membandingkan nilai Rhitung dan Rtabel

No Item Rhitung Rtabel Keterangan


1 0,836 0,210 Valid
2 0,908 0,210 Valid
3 0,865 0,210 Valid
4 0,880 0,210 Valid
5 0,805 0,210 Valid
80

Hasil uji validitas baik dengan membandingkan nilai signifikansi (<0.05) pada

masing-masing pertanyaan ataupun dengan membandingkan nilai Rhitung dengan

nilai Rtabel maka item pertanyaan pada tabel Patient Safety dinyatakan valid.

4.2.2 Uji Realibilitas

1) Tabel Diklat

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,904 5

Nilai Cronbach's Alpha (0,904) lebih besar dari pada nilai alpha(0,6), maka
kuesioner pada tabel DIKLAT dinyatakan reliabel atau konsisten

2) Tabel Pengalaman Kerja

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,888 5

NilaiCronbach's Alpha (0,888) lebih besar dari pada nilai alpha(0,6), maka kuesioner
pada tabel Pengalaman dinyatakan reliabel atau konsisten.

3) Tabel Penerapatan MAKP

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,937 6
81

Nilai Cronbach's Alpha (0,937) lebih besar dari pada nilai alpha (0,6), maka
kuesioner pada tabel PMAKP dinyatakan reliabel atau konsisten.

4) Tabel Patient Safety

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,910 5

Nilai Cronbach's Alpha (0,910) lebih besar dari pada nilai alpha (0,6), maka
kuesioner pada tabel Patient Safety dinyatakan reliabel atau konsisten.

4.3 Profil Responden

Responden yang mengisi kuesioner penelitian ini adalah perawat pada Rumah

Sakit Fatima, Parepare dengan karakteristik sebagai berikut :

Tabel 4.9 : Karakteristik Responden menurut Jenis Kelamin

NO JENIS KELAMIN JUMLAH PERSENTASE


1 Laki-laki 3 3,5 %
2 Perempuan 82 96,5 %
Jumlah 85 100 %
Sumber : Data Primer 2018

Dari 85 kuesioner yang sudah diolah gambaran umum mengenai responden

yang dapat dilihat pada tabel 4.1, jenis kelamin para responden laki-laki 3 orang

responden atau 3,5% dan perempuan berjumlah 82 orang responden atau 96,5%.

Artinya sebagian besar responden yang bekerja di ruang unit perawatan rumah sakit

fatima Parepare 96,5%.


82

Tabel 4.10 : Karakteristik Responden menurut Umur .

NO UMUR JUMLAH PERSENTASE


1 0 – 16 Tahun -
2 17 – 25 Tahun 24 28,2 %
3 26 – 35 Tahun 37 43,5 %
4 36 – 45 Tahun 15 17,7 %
5 46 – 55 Tahun 8 9,4 %
6 56 – 65 Tahun 1 1,2 %
Jumlah 85 100 %
Sumber : Data Primer 2018

Tabel 4.11 : Karakteristik Responden menurut Lama Kerja

NO LAMA KERJA JUMLAH PERSENTASE


1 1 – 3 Tahun 27 31,8 %
2 4 – 6 Tahun 22 25,9 %
3 7 – 10 Tahun 20 23,5 %
4 > 10 Tahun 16 18,8 %
Jumlah 85 100 %
Sumber : Data Primer 2018

Tabel 4.12 : Karakteristik Responden menurut tingkat Pendidikan

NO LAMA KERJA JUMLAH PERSENTASE


1 D3. Keperawatan 42 49,4 %
2 S1. Keperawatan 26 30,6 %
3 S1 Keperawatan + Ners 17 20 %
JUMLAH 85 100 %
Sumber : Data Primer 2018

4.4 Hasil Penelitian

4.4.1 Regresi Koofisien Jalur Model I :

Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil sebagai berikut :


83

1) Uji F
Tabel 4.13 : Hasil Uji F Koofisien Jalur Model 1

ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1 Regression 15,586 2 7,793 84,293 ,000b
Residual 7,581 82 ,092
Total 23,167 84
a. Dependent Variable: PMAKP
b. Predictors: (Constant), PENGALAMAN, DIKLAT

Nilai prob. F hitung (sig.) pada tabel anova sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat

signifikansi 0,05 atau nilai F Hitung (84,293) > F Tabel (3,11) sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh variabel DIKLAT (X1) dan Variabel

PENGALAMAN (X2) secara simultan terhadap variabel Y (PMAKP).

2) Uji T

Berdasarkan Uji T yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.14 : Hasil Uji T Koofisien Jalur Model 1

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1(Constant) ,468 ,312 1,499 ,138
DIKLAT ,566 ,078 ,557 7,224 ,000
PENGALAMAN ,358 ,076 ,363 4,707 ,000
a. Dependent Variable: PMAKP
84

nilai t tabel untuk variabel DIKLAT (X1) sebesar 7,224 dengan nilai signifikansi

sebesar 0,000 dan variabel PENGALAMAN (X2) sebesar 4,707 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,000. Selanjutnya akan dihitung nilai Koefisien

Determinasi Jalur Model I, adapun penjelasannya sebagai berikut ini.

Tabel 4.15 : Nilai R Square Koofisien Jalur Model 1

Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
a
1 ,820 ,673 ,665 ,30406
a. Predictors: (Constant), PENGALAMAN, DIKLAT

3) Koefisien Jalur Model I : Besarnya nilai R2 atau R Square yang terdapat pada

tabel Model Summary adalah sebesar 0,673, hal ini menunjukkan bahwa

kontribusi atau sumbangan pengaruh Diklat (X1) dan Pengalaman (X2)

terhadap MAKP (Y) adalah sebesar 67,3% sementara sisanya 31,7%

merupakan kontribusi dari variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam

penelitian ini. Sementara itu, untuk nilai e1 dapat diperoleh dengan rumus e1 =

√ (1-0,673) = 0,571. Dengan demikian diperoleh diagram jalur model I sebagai

berikut:

X1
0,557 e1=0,571

Y
0,363

X2

Gambar 4.1 Koofisien Jalur Model 1


85

Selanjutnya dapat dapat dibuat persamaan regresinya sebagai berikut :

Y=pYX1 + pYX2 + e1

Y=0,557X1 + 0,363X2 + 0,571

Interpretasinya adalah :

1) jika variabel Diklat (X1) meningkat 1 poin maka penerapan Model Asuhan

Keperawatan Profesional (MAKP) akan meningkat sebesar 0,557 poin. dan

2) jika variabel Pengalaman (X2) meningkat 1 poin maka Model Asuhan

Keperawatan Profesional (MAKP) meningkat sebesar 0,363 poin.

4.4.2 Koofisien Regresi Jalur Model II :

1) Hasil Uji F
Tabel 4.16 : Hasil Uji F Koofisien Jalur Model 2

ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1 Regression 14,326 3 4,775 44,592 ,000b
Residual 8,674 81 ,107
Total 23,000 84

Nilai prob. F hitung (sig.) pada tabel anova sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat

signifikansi 0,05 atau nilai F Hitung (44,592) > F Tabel (2,72) sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh variabel X1 (Diklat), X2 (Pengalaman)

dan Y (PMAKP) secara simultan terhadap variabel Z (Patient Safety).

2) Hasil Uji T
Berdasarkan Uji T yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :
86

Tabel 4.17 : Hasil Uji t Koofisien Jalur Model 2

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,524 ,341 1,537 ,128
DIKLAT ,336 ,108 ,332 3,116 ,003
PENGALAMAN ,335 ,092 ,340 3,626 ,001
PMAKP ,223 ,119 ,224 1,879 ,064
a. Dependent Variable: Patient Safety

nilai t tabel untuk variabel DIKLAT (X1) sebesar 3,116 dengan nilai signifikansi

sebesar 0,003 dan variabel PENGALAMAN (X2) sebesar 3,626 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,001 serta variabel PMAKP sebesar 1,879 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,064.

Selanjutnya akan dihitung nilai Koefisien Determinasi Jalur Model II adapun

penjelasannya sebagai berikut ini.

3) Koefisien regresi Jalur Model II :

Tabel 4.18 : Nilai R Square Koofisien Jalur Model 2

Model Summary

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate

1 ,789a ,623 ,609 ,32724

a. Predictors: (Constant), PMAKP, PENGALAMAN, DIKLAT

Besarnya nilai R2 atau R Square yang terdapat pada tabel Model Summary adalah

sebesar 0,623, ini menunjukkan bahwa kontribusi atau sumbangan pengaruh X1,X2
87

dan Y terhadap Z adalah sebesar 62,3% sementara sisanya 37,7% merupakan

kontribusi dari variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian.

Sementara itu, untuk nilai e1 dapat diperoleh dengan rumus e1 = √ (1-0,623) =

0,614. Dengan demikian diperoleh diagram jalur model I sebagai berikut :

X1 0,332
e1=0,571
e1=0,614
0,557
0,224
Y Z
0,363

X2 0,340

Gambar 4.2 Koofisien Jalur Model 2

Selanjutnya dapat dapat dibuat persamaan regresinya sebagai berikut :

Z=pY2X1 + pY2X2 + pY2Y + e1

Z=0,332X1 + 0,340X2 + 0,224Y+ 0,614

Interpretasinya adalah :

1) jika variabel Diklat (X1) meningkat 1 poin maka Patient Safety akan meningkat

sebesar 0,332 poin. dan

2) jika variabel Pengalaman (X2) meningkat 1 poin maka Patient Safety meningkat

sebesar 0,340 poin.

3) jika variabel PMAKP (Y) meningkat 1 poin maka Patient Safety meningkat

sebesar 0,224 poin.


88

4.4.3 Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilakukan uji hipotesis sebagai berikut :

a) Pengaruh Langsung

1. Analisis pengaruh X1 terhadap Y : dari analisis di atas diperoleh nilai

signifikansi X1 sebesar 0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

secara langsung terdapat pengaruh signifikan X1 terhadap Y.

2. Analisis pengaruh X2 terhadap Y : dari analisis di atas diperoleh nilai

signifikansi X2 sebesar 0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

secara langsung terdapat pengaruh signifikan X2 terhadap Y.

3. Analisis Pengaruh X1 terhadap Z : dari analisa diperoleh nilai signifikansi

X1 sebesar 0,003 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara

langsung terdapat pengaruh signifikan X1 terhadap Z.

4. Analisis pengaruh X2 terhadap Z : dari analisa diperoleh nilai signifikansi X2

sebesar 0,001 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahwa secara

langsung terdapat pengaruh signifikan X2 terhadap Z.

5. Analisis pengaruh Y terhadap Z : dari analisa diperoleh bahwa nilai

signifikansi Y sebesar 0,064 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

bahwa secara langsung tidak terdapat pengaruh signifikan Y terhadap Z.

b) Pengaruh Tidak Langsung :

1. Analisis Pengaruh X1 melalui Y terhadap Z : diketahui pengaruh langsung

yang diberikan X1 terhadap Y sebesar 0,557. Sedangkan pengaruh tidak


89

langsung X1 melalui Y terhadap Z adalah perkalian antara nilai beta X1

terhadap Y dengan nilai beta Y terhadap Z yaitu : 0,557 x 0,224 = 0,124.

Maka pengaruh total yang diberikan X1 terhadap Z adalah pengaruh

langsung ditambah dengan pengaruh tidak langsung yaitu : 0,332 + 0,124 =

0,456. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai pengaruh

langsung sebesar 0,332 dan pengaruh tidak langsung sebesar 0,456 yang

berarti bahwa nilai pengaruh tidak langsung lebih besar dibandingkan dengan

nilai pengaruh langsung, hasil ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung

X1 melalui Y mempunyai pengaruh signifikan terhadap Z.

2. Analisis Pengaruh X2 melalui Y terhadap Z : diketahui pengaruh langsung

yang diberikan X2 terhadap Y sebesar 0,363. Sedangkan pengaruh tidak

langsung X2 melalui Y terhadap Z adalah perkalian antara nilai beta X2

terhadap Y dengan nilai beta Y terhadap Z yaitu : 0,363 x 0,224 = 0,081.

Maka pengaruh total yang diberikan X2 terhadap Z adalah pengaruh

langsung ditambah dengan pengaruh tidak langsung yaitu : 0,340 + 0,081 =

0,421. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai pengaruh langsung

sebesar 0,340 dan pengaruh tidak langsung sebesar 0,421 yang berarti

bahwa nilai pengaruh tidak langsung lebih besar dari pada nilai pengaruh

langsung, hasil ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung X2 melalui Y

mempunyai pengaruh signifikan terhadap Z.


BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan metode dan hasil penelitian, maka dapat paparkan pembahasan

menurut hipotesis yang telah dirumuskan sebagai berikut :

5.1 Apakah Diklat berpengaruh terhadap Penerapan MAKP Di ruang rawat

Rumah Sakit Fatima Parepare (H3)?

Berdasarkan Uji T, nilai t hitung (sig.) pada tabel coefficients sebesar

0,000 untuk X1 (DIKLAT) lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 atau nilai t

Hitung X1 (7,224) lebih besar dari nilai t Tabel (1,989) sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh variabel Diklat (X1) secara parsial

terhadap variabel Y (PMAKP).

Hasil ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Nurhayati Muhidin (2013) tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kinerja Perawat Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat

Inap Private Care Center RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo, Makassar.

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan tidak ada hubungan tingkat

pendidikan perawat dengan kinerja perawat dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan di Ruang Rawat Inap Private Care Center RSUP DR Wahidin

Sudirohusodo Makassar (p=0,474).

Namun sejalan dengan Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Faizin

dan Winarsih (2008) bahwa pendidikan memberikan pengetahuan bukan saja

90
91

yang langsung dengan pelaksanaan tugas, tetapi juga landasan untuk

mengembangkan diri serta kemampuan memanfaatkan semua sarana yang

ada di sekitar kita untuk kelancaran tugas, semakin tinggi pendidikan semakin

tinggi produktivitas kerja.

5.2 Apakah Pengalaman Kerja berpengaruh terhadap Penerapan MAKP Di

ruang rawat inap Rumah Sakit Fatima Parepare (H4)?

Berdasarkan Uji T, nilai t hitung (sig.) pada tabel coefficients sebesar

0,000 untuk X2 (PENGALAMAN) lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 atau

nilai t Hitung X2 (4,707) lebih besar dari nilai t Tabel (1,989) sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh variabel PENGALAMAN (X2) secara

parsial terhadap variabel Y (PMAKP).

Hasil ini kontradiktif dengan penelitian yang dilakukan oleh Feronika Dwi

Cuslinda (2010) tentang pengaruh pengalaman kerja, tingkat pendidikan,

budaya kerja, dan kualitas pelayanan terhadap keperawatan Patient Safety

pada unit rawat inap rumah sakit Stellamaris Makassar , mengungkapkan

bahwa pengalaman yang meningkat justru menurunkan kepuasan klien dalam

hal ini tidak signifikan (lemah) yang berarti pengalaman kerja tidak

berpengaruh terhadap kepuasan klien pada unit rawat inap rumah sakit Stella

Maris Makassar.

5.3 Apakah Diklat berpengaruh terhadap Patient Safety di ruang rawat inap

Rumah Sakit Fatima Parepare (H3)?

Nilai t hitung (sig.) pada tabel coefficients sebesar 0,003 untuk variabel

DIKLAT (X1) , lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 atau nilai t Hitung X1
92

(3,116) lebih besar dari nilai t Tabel (1,989) sehingga dapat disimpulkan

bahwa terdapat pengaruh variabel DIKLAT (X1) terhadap variabel Z (Patient

Safety).

Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wuri Utami

(2015) tentang Pengaruh Pelatihan Patient Safety Pada Perawat Terhadap

Pencapaian Sasaran Keselamatan Pasien dengan kesimpulan bahwa

terdapat pengaruh pelatihan terhadap capaian sasaran keselamatan pasien.

5.4 Apakah Pengalaman Kerja berpengaruh terhadap Patient Safety di ruang

rawat Rumah Sakit Fatima Parepare (H4)?

Nilai t hitung (sig.) pada tabel coefficients sebesar 0,001 variabel

PENGALAMAN (X2) lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 atau nilai t Hitung

sebesar 3,626 lebih besar dari nilai t Tabel (1,989) sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh variabel Pengalaman secara parsial

terhadap variabel Z (Patient Safety). Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Astriana (2014) tentang Hubungan Pendidikan, Masa

Kerja Dan Beban Kerja Dengan Keselamatan Pasien Rsud Haji Makassar,

Penelitian ini menyimpulkan ada hubungan antara tingkat pendidikan

keperawatan (p=0,02), masa kerja (p=0,033) dan beban kerja (p=0,00)

dengan kinerja keselamatan pasien oleh perawat di instalasi rawat inap RSUD

Haji Makassar.
93

5.5 Apakah Penerapan MAKP berpengaruh terhadap Patient Safety di ruang

rawat inap Rumah Sakit Fatima Parepare (H5)?

Nilai t hitung (sig.) pada tabel coefficients variabel Penerapan MAKP

sebesar 0,064 lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 atau nilai t hitung

sebesar 1,879 lebih kecil dari nilai t tabel (1,989) maka dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat pengaruh variabel Y secara parsial terhadap variabel Z.

Hasil ini kontradiksi dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur

Hidayah (2014) tentang Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional

(MAKP) Tim Dalam Peningkatan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit.

Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) merupakan

salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan pasien di Rumah

Sakit. Hasil analisis menunjukkan bahwa Model Asuhan Keperawatan

Profesional (MAKP) berbanding lurus dengan peningkatan mutu pelayanan

kesehatan serta kepuasan pasien di Rumah Sakit.

5.6 Apakah DIKLAT berpengaruh terhadap Patient Safety melalui Penerapan

MAKP (H6)?

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai pengaruh langsung

Variabel Diklat terhadap Variabel Patient Safety sebesar 0,332 dan pengaruh

tidak langsung melalui Variabel Penerapan MAKP sebesar 0,456 yang berarti

bahwa nilai pengaruh tidak langsung lebih besar dibandingkan dengan nilai

pengaruh langsung, hasil ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung

Variabel Diklat melalui Variabel Penerapan MAKP mempunyai pengaruh

signifikan terhadap Variabel Patient Safety


94

5.7 Apakah PENGALAMAN berpengaruh terhadap Patient Safety melalui

Penerapan MAKP (H7)?

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai pengaruh langsung

Variabel Pengalaman terhadap Variabel Patient Safety sebesar 0,340 dan

pengaruh tidak langsung melalui Variabel Penerapan MAKP sebesar 0,421

yang berarti bahwa nilai pengaruh tidak langsung lebih besar dibandingkan

dengan nilai pengaruh langsung, hasil ini menunjukkan bahwa secara tidak

langsung Variabel Pengalaman melalui Variabel Penerapan MAKP

mempunyai pengaruh signifikan terhadap Variabel Patient Safety.


BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab

sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan akhir dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap Patient Safety pada ruang rawat inap Rumah Sakit Fatima

Kota Parepare, Hipotesis 1 diterima;

2. Pengalaman mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Patient

Safety pada ruang rawat inap Rumah Sakit Fatima Kota Parepare, Hipotesis 2

diterima;

3. Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional

(MAKP) pada ruang rawat inap Rumah Sakit Fatima Kota Parepare, Hipotesis

3 diterima;

4. Pengalaman mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Penerapan

Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) pada ruang rawat inap

Rumah Sakit Fatima Kota Parepare, Hipotesis 4 diterima;

5. Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tidak

mempunyai pengaruh terhadap Patient Safety pada ruang rawat inap Rumah

Sakit Fatima Kota Parepare, Hipotesis 5 ditolak;

95
96

6. Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap Patient Safety melalui Penerapan Model Asuhan

Keperawatan Profesional (MAKP) pada ruang rawat inap Rumah Sakit Umum

Fatima Kota Parepare, Hipotesis 6 diterima;

7. Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap Patient Safety melalui Penerapan Model Asuhan

Keperawatan Profesional (MAKP) pada ruang rawat inap Rumah Sakit Umum

Fatima Kota Parepare, Hipotesis 7 diterima;

8. Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) dan Pengalaman secara simultan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penerapan Model Asuhan

Keperawatan Profesional (MAKP) pada ruang rawat inap Rumah Sakit Umum

Fatima Kota Parepare;

9. Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT), Pengalaman, dan Penerapan Model

Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) secara simultan berpengaruh Positif

dan signifikan terhadap Patient Safety pada ruang rawat inap Rumah Sakit

Umum Fatima Kota Parepare

6.2 Saran

Sebagai tindaklanjut dari simpulan yang telah dibuat, maka dapat disarankan

hal-hal sebagai berikut :

1. Perlu adanya evaluasi dan tindaklanjut dalam Penerapan Model Asuhan

Keperawatan Profesional (MAKP) terhadap Patient Safety pada ruang rawat

inap Rumah Sakit Fatima Kota Parepare


97

2. Pada penelitian-penelitian selanjutnya, perlu menyertakan instrumen/variabel-

variabel lain yang tidak disertakan dalam penelitian ini.


98

DAFTAR PUSTAKA

Ambar, Teguh Sulistiani. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:


Graha. Ilmu

Dartha, I Ketut. 2010. Pengaruh Pendidikan Dan Pelatihan (Diklat) Terhadap Kinerja
Pegawai Negeri Sipil Pada Sekretariat Daerah Kota Malang. Jurnal
Ekonomi Modernisasi, Volume 6, Nomor 2. Juni.

Dessler, Gary, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Terjemahan,


Penerbit PT. Prenhallindo, Jakarta.

Gillies. D. A 2000, Manajemen Keperawatan Ed.2, WB Sounder Company,


Philedeplia.

Handoko T. Hani (2002), Manajemen; Edisi Kedua, Cetakan Ketigabelas.


Yogyakarta : BPFE

Hariandja, Marihot T. E, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:


Grasindo.

Hasibuan, Malayu S.P, 2006, Manajemen Dasar, Pengertian, dan. Masalah,Edisi


Revisi, Bumi Aksara:Jakarta.

Ikhsan Kadir, 2014, Profesional Perawat Rumah Sakit, Zipatama Publisher:


Surabaya.

Kusnanto, 2004, Pengantar Profesi & Praktek Keperawatan Profesional, EGC,


Jakarta

Marquis & Huston, 2010. Manajemen Keperawatan, Numed: Yokyakarta.

Mangkunegara, A.A . Anwar Prabu. (2010). Manajemen Sumber daya Manusia


perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nursalam, 2011, Proses dan Dokumentasi Keperawatan/ Konsep dan Praktek,


Salemba: Jakarta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Nasution, 2003. Metode Reseach. Jakarta: Bumi Aksara


99

Nitisemito, Alex. S. 2002, Manajemen Personalia. Edisi Revisi, Penerbit Ghalia


Indonesia.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta :


Rineka Cipta.

Rachmawati, Ike Kusdyah.(2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. CV Andi


Offset,. Yogyakarta.

Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi, Edisi 8. Prentice Hall, Jakarta.

Simamora, Henry, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Ketiga, Cetakan
Pertama, Bagian Penerbitan STIE YKPN, Yogyakarta.

Sinaga, Donald Oharra. 2014. Pengaruh Pendidikan Dan Pelatihan (Diklat)


Terhadap Kinerja Pegawai di Dinas Cipta Karya, Permukiman Dan
Perumahan Kabupaten Kotabaru. Jurnal KINDAI Volume 10 Nomor 2, April
– Juni.

Sisdarvanto, Ivan. 2005. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) Terhadap


Prestasi Kerja Karyawan Pada HOTEL SEMERU Bogor. Widyatama
Repository.

Suarli, S. & Bahtiar. (2009). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktik.


Jakarta: Erlangga

Subroto, Nurhadi. 2005. Pengaruh Pelatihan, Motivasi dan Lingkungan Kerja


Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Semarang. Thesis Surakarta: Program Pascasarjana Magister Manajemen
UMS.

Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alvabeta.


Bandung

Sitorus, R., & Yulia.(2006). Model praktik keperawatan profesional di rumah sakit.
Jakarta: EGC.

Sunariyo, 2012. Psikologi Untuk Keperawatan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Yuniarsih, Suwatno. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung :


Alfabeta.
100

LAMPIRAN
101

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) AMKOP MAKASSAR

Kepada Yth : Bapak/Ibu/Sdr (i)Perawat Rumah Sakit Fatima Pare-Pare


Perihal : Permohonan Pengisian Angket

Dengan Hormat,

Dalam rangka penyusunan Tesis yang berjudul Pengaruh Diklat Dan

Pengalaman Terhadap Pasien Safety Melalui Penerapan Asuhan Keperawatan

Di Rumah Sakit fatima Pare-Pare”,maka dengan ini saya memohon dengan hormat

kepada Bapak/Ibu/Sdr (i) untuk menjawab beberapa pertanyaan angket yang telah

disediakan. Jawaban Bapak/Ibu/Sdr (i) diharapkan objektif, artinya diisi apa adanya.

Angket ini bukan tes psikologi dari atasan atau dari manapun, maka dari itu

Bapak/Ibu/Sdr (i) tidak perlu ragu-ragu dalam memberikan jawaban yang sejujurnya.

Artinya semua jawaban yang diberikan adalah benar, dan jawaban yang diminta

adalah sesuai dengan kondisi yang dirasakan Bapak/Ibu/Sdr (i). Oleh karena itu,

data dan identitas akan dijamin kerahasiaannya dan tidak mempengaruhi status

Bapak/Ibu/Sdr (i) sebagai perawat.

Demikian pegantar ini dibuat, atas perhatian, bantuan dan kerjasamanya

saya ucapkan terima kasih.

Pare-Pare, 21 Mei 2018


Hormat Saya

MASERI
P16020371
102

KUISIONER PENELITIAN

PENGARUH DIKLAT DAN PENGALAMAN TERHADAP PASIEN SAFETY


MELALUI PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT
FATIMA PARE-PARE

I. Identitas Responden
No Responden : …………(di isi oleh peneliti)
Jenis Kelamin : ………....(L/P)*
Usia : …………Tahun
Tingkat Pendidikan : …………(SMA/ D3/S1/S2/S3)*
Masa Kerja :.......................................
Status : Menikah / Belum Menikah

II. Berilah jawaban pernyataan berikut sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu


dengan memberi tanda kroscek ( √ )
Diharapkan untuk memberikan jawaban dengan jujur sesuai prosedur yang
disepakati.

Adapun pilihan jawaban tersebut adalah:


Sangat Setuju =5
Setuju =4
Tidak Berpendapat =3
Tidak Setuju =2
Sangat Tidak Setuju = 1

Keterangan:
(*) Coret yang dipilih
103

A. Diklat (X1)

No Pernyataan SS S TB TS STS
1 Kegiatan pendidikan dan pelatihan yang
dilaksanakan efektif dalam meningkatkan
kinerja perawat
2 Kegiatan pendidikan dan pelatihan yang
dilaksanakan dapat menunjang pekerjaan
dalam melaksanakan tugas
3 Kegiatan pendidikan dan pelatihan yang
dilaksanakan menambah pengetahuan dan
keterampilan perawat.
4 Melalui pendidikan dan pelatihan, maka
perawat akan memahami cara memotivasi diri
sendiri maupun rekan kerja
5 Kegiatan pendidikan dan pelatihan yang
dilaksanakan mempengaruhi kreatifitas dalam
pelaksanaan tugas

B. Pengalaman (X2)

No Pernyataan SS S TB TS STS
1 Dengan pengalaman saya selama ini
mendorong saya untuk ingin berprestasi lebih
baik
2 Dengan pengalaman saya saat ini membuat
saya bekerja lebih tekun dan teliti dalam
menyelesaikan pekerjaan.
3 Dengan Pengalaman saya selama ini
membuat keterampilan kerja saya semakin
meningkat dan terarah
4 Dengan pengalaman kerja selama ini
mendorong saya untuk belajar lebih banyak
dari sebelumnya.
5 Dengan pengalaman saya selama ini
membuat saya mampu memahami tugas-
tugas yang diberikan
104

C. Penerapan MAKP (Y)

NO PERNYATAAN SS S TB TS STS

1 Hal utama yang dilakukan dalam menangani


pasien adalah mengkaji keluhan pasien
2 Diagnosis keperawatan dapat berubah, sesuai
dengan perubahan dari respon pasien
3 Perawat harus memenuhi seluruh kebutuhan
pasien baik secara biologis, psikologis, sosial
dan spiritual, dalam memberikan intervensi
keperawatan.
4 Fasilitas dan peralatan Rumah sakit dapat
menunjang pelayanan kesehatan yang akuntabel
dalam melakukan tindakan keperawatan.
5 Mengukur dan membandingkan keadaan pasien
sebelum dan sesudah dilakukan tindakan
keperawatan adalah hal yang penting dilakukan
untuk melihat perkembangan pasien.

D. Pasien Safety (Y)

NO PERNYATAAN SS S TB TS STS

1 Pasien diidentifikasi menggunakan dua


identitas pasien (nama pasien sesuai tanda
pengenal dan tanggal lahir pasien), tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien
2 Komunikasi efektif harus dilakukan oleh
sesama perawat dalam menangani pasien
3 Dalam pemberian obat Perawat wajib
memahami Kepastian tepat lokasi pasien, tepat
prosedur, tepat pasien operasi berdasarkan
SOP (Standar Operasional Prosedur).
4. Perawat dalam melayani pasien perlu
memperhatikan prinsip steril, aseptik dan anti
septik.
5. Perawat dalam melayani pasien harus
memperhatikan kemungkinan resiko pasien
jatuh.

Terima Kasih Atas Partisipasinya…………….


105

Lampiran 2 : Hasil Pengisian Kuesioner


1) Tabel DIKLAT (X1)

X1
No.Respon X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 Rata
Total
1 5 5 4 4 4 4,4 22
2 5 4 4 4 4 4,2 21
3 5 4 4 5 5 4,6 23
4 4 4 4 4 3 3,8 19
5 5 5 4 4 4 4,4 22
6 5 4 4 4 4 4,2 21
7 5 5 5 5 4 4,8 24
8 4 4 4 4 4 4 20
9 5 5 4 4 4 4,4 22
10 5 5 5 5 5 5 25
11 5 5 5 5 4 4,8 24
12 5 5 4 4 4 4,4 22
13 4 4 4 4 4 4 20
14 5 4 4 3 3 3,8 19
15 5 5 5 5 5 5 25
16 5 4 4 4 4 4,2 21
17 3 3 3 3 3 3 15
18 5 5 5 5 4 4,8 24
19 5 5 4 4 3 4,2 21
20 5 5 5 4 3 4,4 22
21 5 5 4 4 4 4,4 22
22 5 5 4 4 4 4,4 22
23 5 5 5 5 5 5 25
24 5 5 4 4 4 4,4 22
25 5 5 5 5 5 5 25
26 5 5 5 5 4 4,8 24
27 5 5 5 5 5 5 25
28 5 5 5 5 5 5 25
29 5 5 5 5 4 4,8 24
30 5 5 5 5 4 4,8 24
31 5 5 5 4 4 4,6 23
32 5 5 4 4 4 4,4 22
106

33 3 3 3 3 3 3 15
34 5 5 5 5 4 4,8 24
35 5 5 5 5 4 4,8 24
36 5 5 5 4 4 4,6 23
37 5 4 4 4 4 4,2 21
38 5 5 5 4 4 4,6 23
39 5 5 5 5 5 5 25
40 5 4 4 4 4 4,2 21
41 4 3 3 3 3 3,2 16
42 4 3 3 4 3 3,4 17
43 5 5 5 5 4 4,8 24
44 5 5 4 4 4 4,4 22
45 5 5 5 5 5 5 25
46 5 5 4 4 4 4,4 22
47 4 4 4 4 4 4 20
48 5 5 5 4 4 4,6 23
49 5 5 4 4 4 4,4 22
50 4 3 3 3 3 3,2 16
51 5 5 4 4 4 4,4 22
52 5 4 4 4 4 4,2 21
53 5 4 4 5 5 4,6 23
54 4 4 4 4 3 3,8 19
55 5 5 4 4 4 4,4 22
56 5 4 4 4 4 4,2 21
57 5 5 5 5 4 4,8 24
58 4 4 4 4 4 4 20
59 5 5 4 4 4 4,4 22
60 5 5 5 5 5 5 25
61 5 5 5 5 4 4,8 24
62 5 5 4 4 4 4,4 22
63 4 4 4 4 4 4 20
64 5 4 4 3 3 3,8 19
65 5 5 5 5 5 5 25
66 5 4 4 4 4 4,2 21
67 3 3 3 3 3 3 15
68 5 5 5 5 4 4,8 24
69 5 5 4 4 3 4,2 21
70 5 5 5 4 3 4,4 22
107

71 5 5 4 4 4 4,4 22
72 5 5 4 4 4 4,4 22
73 5 5 5 5 5 5 25
74 5 5 4 4 4 4,4 22
75 5 5 5 5 5 5 25
76 5 5 5 5 4 4,8 24
77 5 5 5 5 5 5 25
78 5 5 5 5 5 5 25
79 5 5 5 5 4 4,8 24
80 5 5 5 5 4 4,8 24
81 5 5 5 4 4 4,6 23
82 5 5 4 4 4 4,4 22
83 3 3 3 3 3 3 15
84 5 5 5 5 4 4,8 24
85 5 5 5 5 4 4,8 24

2) Tabel PENGALAMAN (X2)


X2
No.Respon X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 Rata
Total
1 5 5 5 5 5 5 25
2 5 3 3 3 3 3,4 17
3 5 5 5 5 5 5 25
4 4 4 4 4 4 4 20
5 5 5 4 4 3 4,2 21
6 5 5 5 4 4 4,6 23
7 5 5 5 4 4 4,6 23
8 5 5 4 5 4 4,6 23
9 5 5 5 5 4 4,8 24
10 5 5 5 4 5 4,8 24
11 5 5 5 4 4 4,6 23
12 5 5 4 4 4 4,4 22
13 4 4 4 4 3 3,8 19
14 5 5 5 3 3 4,2 21
15 5 4 4 4 4 4,2 21
16 4 4 4 4 4 4 20
17 3 3 3 3 3 3 15
18 5 4 4 4 4 4,2 21
19 4 5 4 4 3 4 20
108

20 5 4 3 3 3 3,6 18
21 5 4 4 4 4 4,2 21
22 5 5 5 5 4 4,8 24
23 5 5 4 4 4 4,4 22
24 5 5 5 4 4 4,6 23
25 5 5 5 5 4 4,8 24
26 5 5 5 5 5 5 25
27 4 4 4 4 4 4 20
28 5 3 3 4 3 3,6 18
29 5 5 5 5 5 5 25
30 5 4 4 4 4 4,2 21
31 5 4 4 4 4 4,2 21
32 5 4 4 4 4 4,2 21
33 3 3 3 3 3 3 15
34 5 5 5 4 4 4,6 23
35 4 4 4 4 4 4 20
36 4 4 4 4 4 4 20
37 5 5 5 5 5 5 25
38 4 4 4 4 4 4 20
39 5 4 4 4 4 4,2 21
40 5 4 4 4 4 4,2 21
41 4 3 3 3 3 3,2 16
42 4 3 3 4 3 3,4 17
43 5 5 5 5 4 4,8 24
44 5 5 4 4 4 4,4 22
45 5 4 4 4 4 4,2 21
46 5 5 5 5 4 4,8 24
47 5 5 5 5 5 5 25
48 5 4 4 4 4 4,2 21
49 5 5 4 4 4 4,4 22
50 4 3 3 3 3 3,2 16
51 5 5 5 5 5 5 25
52 5 3 3 3 3 3,4 17
53 5 5 5 5 5 5 25
54 4 4 4 4 4 4 20
55 5 5 4 4 3 4,2 21
56 5 5 5 4 4 4,6 23
57 5 5 5 4 4 4,6 23
109

58 5 5 4 5 4 4,6 23
59 5 5 5 5 4 4,8 24
60 5 5 5 4 5 4,8 24
61 5 5 5 4 4 4,6 23
62 5 5 4 4 4 4,4 22
63 4 4 4 4 3 3,8 19
64 5 5 5 3 3 4,2 21
65 5 4 4 4 4 4,2 21
66 4 4 4 4 4 4 20
67 3 3 3 3 3 3 15
68 5 4 4 4 4 4,2 21
69 4 5 4 4 3 4 20
70 5 4 3 3 3 3,6 18
71 5 4 4 4 4 4,2 21
72 5 5 5 5 4 4,8 24
73 5 5 4 4 4 4,4 22
74 5 5 5 4 4 4,6 23
75 5 5 5 5 4 4,8 24
76 5 5 5 5 5 5 25
77 4 4 4 4 4 4 20
78 5 3 3 4 3 3,6 18
79 5 5 5 5 5 5 25
80 5 4 4 4 4 4,2 21
81 5 4 4 4 4 4,2 21
82 5 4 4 4 4 4,2 21
83 3 3 3 3 3 3 15
84 5 5 5 4 4 4,6 23
85 4 4 4 4 4 4 20

3) Tabel Penerapan MAKP (Y)

No.Respon Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Rata Y Total


1 5 5 5 5 4 4,8 24
2 5 4 5 4 4 4,4 22
3 5 5 5 5 5 5 25
4 5 5 4 4 3 4,2 21
5 5 5 4 4 4 4,4 22
6 5 5 4 4 4 4,4 22
110

7 5 5 5 5 4 4,8 24
8 5 5 5 5 5 5 25
9 5 5 5 4 4 4,6 23
10 5 5 5 5 4 4,8 24
11 5 5 5 4 4 4,6 23
12 5 5 4 5 4 4,6 23
13 4 4 4 4 3 3,8 19
14 5 5 5 4 4 4,6 23
15 5 5 5 5 4 4,8 24
16 5 5 5 5 4 4,8 24
17 3 3 3 3 3 3 15
18 5 5 5 5 5 5 25
19 5 5 5 4 3 4,4 22
20 4 4 4 4 4 4 20
21 5 4 3 3 3 3,6 18
22 5 5 4 4 4 4,4 22
23 5 5 5 5 5 5 25
24 5 5 5 4 4 4,6 23
25 5 5 5 4 4 4,6 23
26 5 5 5 5 5 5 25
27 5 5 5 4 4 4,6 23
28 5 5 5 5 5 5 25
29 5 5 5 5 5 5 25
30 5 5 5 5 5 5 25
31 5 5 5 5 5 5 25
32 5 5 5 4 4 4,6 23
33 3 3 3 3 3 3 15
34 5 5 5 5 5 5 25
35 5 5 4 4 4 4,4 22
36 5 5 5 5 4 4,8 24
37 5 4 4 4 4 4,2 21
38 5 5 4 4 4 4,4 22
39 5 5 4 4 5 4,6 23
40 5 4 4 4 4 4,2 21
41 4 3 3 3 3 3,2 16
42 4 4 4 4 3 3,8 19
43 5 4 4 4 4 4,2 21
44 5 5 5 4 4 4,6 23
111

45 5 5 5 4 4 4,6 23
46 5 5 5 5 5 5 25
47 4 5 5 5 5 4,8 24
48 5 4 4 4 4 4,2 21
49 5 5 5 4 4 4,6 23
50 4 3 3 3 3 3,2 16
51 5 5 5 5 4 4,8 24
52 5 4 5 4 4 4,4 22
53 5 5 5 5 5 5 25
54 5 5 4 4 3 4,2 21
55 5 5 4 4 4 4,4 22
56 5 5 4 4 4 4,4 22
57 5 5 5 5 4 4,8 24
58 5 5 5 5 5 5 25
59 5 5 5 4 4 4,6 23
60 5 5 5 5 4 4,8 24
61 5 5 5 4 4 4,6 23
62 5 5 4 5 4 4,6 23
63 4 4 4 4 3 3,8 19
64 5 5 5 4 4 4,6 23
65 5 5 5 5 4 4,8 24
66 5 5 5 5 4 4,8 24
67 3 3 3 3 3 3 15
68 5 5 5 5 5 5 25
69 5 5 5 4 3 4,4 22
70 4 4 4 4 4 4 20
71 5 4 3 3 3 3,6 18
72 5 5 4 4 4 4,4 22
73 5 5 5 5 5 5 25
74 5 5 5 4 4 4,6 23
75 5 5 5 4 4 4,6 23
76 5 5 5 5 5 5 25
77 5 5 5 4 4 4,6 23
78 5 5 5 5 5 5 25
79 5 5 5 5 5 5 25
80 5 5 5 5 5 5 25
81 5 5 5 5 5 5 25
82 5 5 5 4 4 4,6 23
112

83 3 3 3 3 3 3 15
84 5 5 5 5 5 5 25
85 5 5 4 4 4 4,4 22

4) Tabel Patient Safety (Z)

No.Respon Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Rata Z Total


1 5 5 5 4 4 4,6 23
2 5 4 5 4 4 4,4 22
3 5 5 5 5 4 4,8 24
4 4 4 4 4 3 3,8 19
5 5 5 5 4 4 4,6 23
6 5 5 5 4 4 4,6 23
7 5 5 5 5 5 5 25
8 5 4 4 4 4 4,2 21
9 5 5 5 5 5 5 25
10 5 5 5 5 4 4,8 24
11 5 5 5 5 4 4,8 24
12 5 4 4 4 4 4,2 21
13 4 4 4 3 3 3,6 18
14 5 5 5 5 5 5 25
15 5 5 5 4 4 4,6 23
16 5 5 5 4 4 4,6 23
17 3 3 3 3 3 3 15
18 5 5 5 5 4 4,8 24
19 5 5 5 4 3 4,4 22
20 4 4 5 4 3 4 20
21 5 5 4 4 4 4,4 22
22 5 5 4 4 4 4,4 22
23 5 5 4 4 4 4,4 22
24 5 5 4 4 4 4,4 22
25 5 5 5 5 5 5 25
26 5 5 5 4 4 4,6 23
27 5 5 5 5 5 5 25
28 5 5 5 4 4 4,6 23
29 5 5 5 5 4 4,8 24
30 5 4 3 3 4 3,8 19
31 5 5 5 5 4 4,8 24
113

32 5 5 5 4 4 4,6 23
33 3 3 3 3 3 3 15
34 5 5 5 5 5 5 25
35 4 4 4 4 4 4 20
36 5 5 5 4 4 4,6 23
37 5 5 5 5 5 5 25
38 5 4 4 4 4 4,2 21
39 5 5 4 4 4 4,4 22
40 5 5 5 5 5 5 25
41 4 3 3 3 3 3,2 16
42 5 4 4 4 4 4,2 21
43 5 5 5 5 5 5 25
44 5 5 5 5 4 4,8 24
45 5 5 5 5 5 5 25
46 5 4 4 4 4 4,2 21
47 5 5 5 4 4 4,6 23
48 5 5 5 4 4 4,6 23
49 4 4 4 4 4 4 20
50 4 3 3 3 3 3,2 16
51 5 5 5 4 4 4,6 23
52 5 4 5 4 4 4,4 22
53 5 5 5 5 4 4,8 24
54 4 4 4 4 3 3,8 19
55 5 5 5 4 4 4,6 23
56 5 5 5 4 4 4,6 23
57 5 5 5 5 5 5 25
58 5 4 4 4 4 4,2 21
59 5 5 5 5 5 5 25
60 5 5 5 5 4 4,8 24
61 5 5 5 5 4 4,8 24
62 5 4 4 4 4 4,2 21
63 4 4 4 3 3 3,6 18
64 5 5 5 5 5 5 25
65 5 5 5 4 4 4,6 23
66 5 5 5 4 4 4,6 23
67 3 3 3 3 3 3 15
68 5 5 5 5 4 4,8 24
69 5 5 5 4 3 4,4 22
114

70 4 4 5 4 3 4 20
71 5 5 4 4 4 4,4 22
72 5 5 4 4 4 4,4 22
73 5 5 4 4 4 4,4 22
74 5 5 4 4 4 4,4 22
75 5 5 5 5 5 5 25
76 5 5 5 4 4 4,6 23
77 5 5 5 5 5 5 25
78 5 5 5 4 4 4,6 23
79 5 5 5 5 4 4,8 24
80 5 4 3 3 4 3,8 19
81 5 5 5 5 4 4,8 24
82 5 5 5 4 4 4,6 23
83 3 3 3 3 3 3 15
84 5 5 5 5 5 5 25
85 4 4 4 4 4 4 20

Anda mungkin juga menyukai