Oleh:
11161003
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................2
B. Tujuan Penelitian..........................................................................................3
A. Jurnal Utama.................................................................................................3
B. Jurnal Pendukung..........................................................................................4
C. Analisa PICO................................................................................................4
BAB IV PENUTUP...............................................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan Penelitian
Tujuan peneliti membuat penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
latihan isometrik terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi.
BAB II
ANALISA JURNAL
A. Jurnal Utama
1. Judul jurnal: Latihan Isometrik Bermanfaat Menurunkan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi.
2. Peneliti: Tua Parlindungan, Arti Lukitasari, Mudatsir
3. Populasi: semua penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. Jumlah populasi pasien
hipertensi tahun 2015 adalah sebanyak 583 orang dan yang masuk
dalam kriteria inklusi 91 orang.
Sampel: 37 responden untuk kelompok kontrol dan 37 responden
kelompok perlakuan.
Teknik sampling: Purposive sampling atau Judgmental sampling
yaitu memilih subyek berdasarkan kriteria dan pertimbangan pribadi
peneliti.
Desain penelitian: quasi ekspriment. Rancangan yang digunakan
adalah nonrandom with control pretest postest. Rancangan ini terdiri
dari 2 kelompok, yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Waktu dan tempat penelitian: bulan April sampai dengan November
2015 di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.
4. Instrument penelitian: instrument yang digunakan peneliti adalah
menggunakan alat pengukur tekanan darah untuk mengukur tensi
responden sebelum dan sesudah terapi.
5. Uji statistic: di dalam jurnal tidak disebutkan jenis uji statistic yang
digunakan.
B. Jurnal Pendukung
1. Judul jurnal: Pengaruh Latihan Isotonik dan Isometrik Terhadap
Penurunan Rasa Nyeri Pasien Fraktur Femur
2. Peneliti: Gustop Amatiria, Efa Trisna
3. Hasil penelitian: Hasil penelitian mengambarkan usia rata-rata
responden yang terbanyak adalah 15 -29 tahun sebanyak 21 orang
(67,7%), usia juga dapat berpengaruh terhadap persepsi seseorang
tentang nyeri. Hasil observasi dengan skala nyeri AVR yang
dilakukan sebelum dilakukan terapi pada pasien fraktur femur
mengenai rasa nyeri didapatkan rata-rata nyeri 6,70, median 7,00,
standar deviasi 1,696. Sedangkan setelah dilakukan terapi didapatkan
rata-rata nyeri 5,08, median 5,00, standar deviasi 1,872. Hasil analisis
lebih lanjut menunjukan ada pengaruh latihan isotonik dan isometrik
dengan nyeri pasien fraktur femur (p value = 0,001).
C. Analisa PICO
1. Problem: Salah satu penyakit tidak menular yang banyak dialami oleh
masyarakat yaitu hipertensi. Hipertensi merupakan kondisi paling
umum yang terlihat pada tingkat perawatan primer dan dapat memicu
terjadinya infark myocardium, stroke, gagal ginjal, dan kematian jika
tidak dideteksi secara dini dan dirawat secara tepat, penderita
hipertensi harus mempunyai keinginan untuk menjaga dan
pengontrolan tekanan darah penderita yang akan mengurangi beban
penyakit penderita (James, 2014). Penderita hipertensi di kota
Lhokseumawe sebanyak 7664 orang, terdiri dari laki-laki 3582 orang
sedang perempuan sebanyak 4082 orang. Januari sampai dengan
Maret 2015 jumlah pengunjung penderita hipertensi sebanyak 2265
orang terdiri dari laki-laki sebanyak 971 orang sedangkan perempuan
sebanyak 1294 orang (Dinkes Kota Lhokseumawe, 2015).
Data laporan Puskesmas Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe
pada tahun 2014 bahwa jumlah kasus penderita hipertensi sebanyak
1040 orang terdiri dari laki-laki sebanyak 468 orang sedangkan
perempuan sebanyak 881 orang. Januari sampai dengan Maret 2015
jumlah penderita hipertensi sebanyak 583 orang yang terdiri dari
sebagai berikut laki-laki sebanyak 203 orang sedangkan perempuan
sebanyak 380 orang. (Puskesmas Banda Sakti, 2015)
2. Intervention: Awalnya kelompok subjek akan diukur tekanan darah
(pretest), kemudian langsung diberikan latihan isometrik selama ± 13
menit, setelah itu diukur kembali tekanan darah (posttest), untuk
mengetahui pengaruh latihan tersebut terhadap tekanan darah. Latihan
isometrik yaitu 13 gerakan gerakan dasar peregangan otot dan sendi,
gerakan-gerakan dasar tersebut membutuhkan waktu selama ± 13
menit setiap kali latihan dan dapat dilakukan di rumah 3 kali dalam
seminggu selama 9 minggu secara teratur.
3. Comparison
Judul jurnal: Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi
Melalui Brisk Walking Exercise
Peneliti: Sukarmin, Elly Nurachmah, Dewi Gayatri
Hasil penelitian: Hasil uji paired t test pada kelompok kontrol
sebelum dan setelah brisk walking exercise menunjukkan perbedaan
tekanan darah sistolik dan diastoliknya tidak bermakna (p= 0,091; α=
0,05 dan p= 0,069; α= 0,05). Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan
tidak ada penurunan tekanan darah yang cukup signifikan pada
kelompok kontrol sebelum dan setelah penerapan brisk walking
exercise pada kelompok intervensi. Sedangkan pada kelompok
intervensi menunjukkan perbedaan tekanan darah sistolik dan
diastolik sebelum dan setelah intervensi brisk walking exercise yang
bermakna (p= 0,000; 0,000; α= 0,05). Artinya ada penurunan tekanan
darah yang cukup bermakna pada kelompok intervensi sebelum
intervensi dan setelah intervensi. Hasil uji pooled t test menunjukkan
perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik antara kelompok
kontrol dan kelompok intervensi bermakna (p= 0,000; 0,026; α= 0,05).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya penurunan tekanan
darah setelah brisk walking exercise yaitu terjadi rerata penurunan
tekanan sistolik 5,048 mmHg dan diastolik rerata mengalami
penurunan 4,429 mmHg pada kelompok intervensi. Pengaruh brisk
walking exercise terhadap kelompok intervensi ini tidak terpengaruh
dengan target pencapaian nadi oleh aktivitas lain. Hal tersebut
ditunjukkan dari penelitian terhadap kebiasaan olahraga responden
mendapatkan 3 responden (14,3%) kelompok intervensi dan 2
responden (9,5%) pada kelompok kontrol yang melakukan olahraga
rutin setiap minggu.
4. Outcome: Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada kelompok
intervensi terjadi penurunan tekanan darah menjadi normal (120/80-
<140/90 mmHg) setelah diberikan perlakuan yaitu sebanyak 9 orang
(24,3%) sedangkan kelompok kontrol terjadi penurunan tekanan darah
menjadi normal (120/80-<140/90 mmHg) sebanyak 2 orang (5,4%).
Hasil yang diperoleh dari kelompok intervensi tekanan darah
penderita hipertensi pada saat pretest diperoleh nilai rata-rata 2.00 dan
nilai postest setelah latihan isometrik 1.76. Sedangkan nilai rata-rata
tekanan darah pada penderita hipertensi kelompok kontrol non
perlakuan pretest 2.00 dan nilai postest 1.95. Perbedaan mean antara
pengukuran pertama
dan pengukuran kedua tekanan darah penderita hipertensi kelompok
intervensi yaitu 0.243. Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p
value 0.002. Dengan demikian diketahui bahwa ada pengaruh latihan
isometrik terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi
di Kecamatan Banda Sakti di Kota Lhokseumawe.
BAB III
TINJAUAN TEORI
Genetik
Peran faktor genetik terhadap hipertensi esensial dibuktikan
bahwa kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada
penderita kembar monozigot dari pada heterozigot, apabila
salah satu diantara menderita hipertensi. Pada 70 % kasus
hipertensi esensial didapatkan riwayat hipertensi esensial.
Usia
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya
usia. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun
dengan jelas menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan
kematian prematur.
Obesitas
Adanya penumpukan lemak terutama pada pembuluh darah
mengakibatkan penurunan tahanan perifer sehingga
meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang mengakibatkan
peningkatan vasokontriksi dan penurunan vasodilatasi
dimana hal tersebut dapat merangsang medula adrenal untuk
mensekresi epinerpin dan norepineprin yang dapat
menyebabkan hipertensi.
Hiperkolesterol
Lemak pada berbagai proses akan menyebabkan
pembentukan plaque pada pembuluh darah. Pengembangan
ini menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang disebut
aterosklerosis.
Asupan Natrium meningkat (keseimbangan natrium)
Kerusakan ekskresi natrium ginjal merupakan perubahan
pertama yang ditemukan pada proses terjadinya HT. Retensi
Na+ diikuti dengan ekspansi volume darah dan kemudian
peningkatan output jantung. Autoregulasi perifer
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan berakhir
dengan HT.
Rokok
Asap rokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran
adrenalin yang merangsang denyutan jantung dan tekanan
darah. Selain itu asap rokok mengandung karbon monoksida
yang memiliki kemampuan lebih kuat dari pada Hb dalam
menarik oksigen. Sehingga jaringan kekurangan oksigen
termasuk ke jantung.
Alkohol
Penggunaan alkohol atau etanol jangka panjang dapat
menyebabkan peningkatan lipogenesis (terjadi
hiperlipidemia) sintesis kolesterol dari asetil ko enzim A,
perubahan seklerosis dan fibrosis dalam arteri kecil.
Obat-obatan tertentu atau pil anti hamil
Pil anti hamil mengandung hormon estrogen yang juga
bersifat retensi garam dan air, serta dapat menaikkan
kolesterol darah dan gula darah.
Stres psikologis
Stres dapat memicu pengeluaran hormon adrenalin dan
katekolamin yang tinggi, yang bersifat memperberat kerjaya
arteri koroner sehingga suplay darah ke otot jantung
terganggu. Stres dapat mengaktifkan saraf simpatis yang
dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten.
1. Hipertensi sekunder
Disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya :
Penyakit ginjal
Kerusakan pada ginjal menyebabkan renin oleh sel-sel
juxtaglomerular keluar, mengakibatkan pengeluaran
angiostensin II yang berpengaruh terhadap sekresi aldosteron
yang dapat meretensi Na dan air.
Diabetes Mellitus
Disebabkan oleh kadar gula yang tinggi dalam waktu yang
sama mengakibatkan gula darah pekat dan terjadi
pengendapan yang menimbulkan arterosklerosis
meningkatkan tekanan darah.
3. Pathway
4. Komplikasi
Komplikasi menurut Tambayong (2000) yang mungkin terjadi pada
hipertensi adalah sebagai berikut :
a. Gagal jantung
b. Pendarahan otak (stroke)
c. Hipertensi maligna : kelainan retina, ginjal dan cerabrol
d. Hipertensi ensefalopati : komplikasi hipertensi maligma
dengan gangguan otak.
e. Infark miokardium
Dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen kemiokardium atau
apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah
melalui pembuluh darah tersebut.
f. Gagal ginjal
Karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya
glomerulus darah akan mengalir ke unit-unit fungsional
ginjal. Nefron terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksia dan kemataian. Dengan rusaknya membran
glomerulus,proteinakan keluar melalui urin sehingga
tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan
edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
5. Penanganan dan pencegahan
Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita
hipertensi adalah:
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan terdapat pengaruh
latihan isometrik terhadap penurunan tekanan darah pada kelompok
intervensi penderita hipertensi di Kecamatan Banda Sakti Kota
Lhokseumawe didapatkan hasil nilai P value 0.002 ( P < α = 0.05 ).
Tekanan darah rata-rata pada kelompok intervensi penderita hipertensi di
Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe yaitu sebelum perlakuan
(pretest) adalah 148,9/91,9 mmHg dan sesudah perlakuan (postest) adalah
137,9//87 mmHg Tekanan darah rata-rata pada kelompok kontrol pada
penderita hipertensi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe yaitu
tekanan darah pertama (prestest) sebesar 149,4/92,7 mmHg sedangkan
tekanan darah kedua (postest) sebesar 152,5/92,3 mmHg.
B. Saran
Berdasarkan analisa jurnal di atas, diketahui bahwa latihan isometrik
sebagai terapi komplementer memiliki pengaruh terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi. Perawat sebagai tenaga kesehatan
bisa menerapkan latihan tersebut sebagai terapi pelengkap dalam
penanganan hipertensi, dan untuk mahasiswa keperawatan bisa
mempelajari latihan isometrik atau terapi komplementer lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-hipertensi.pdf
https://text-id.123dok.com/document/9ynp1v6pz-pengertian-latihan-isometrik-
tujuan-latihan-isometrik-keuntungan-dan-kerugian-latihan-isometrik.html