Anda di halaman 1dari 17

TERAPI KOMPLEMENTER

ANALISA JURNAL LATIHAN ISOMETRIK BERMANFAAT


MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

Oleh:

Alma Risa Fitriana

11161003

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................2

A. Latar Belakang Penelitian.............................................................................2

B. Tujuan Penelitian..........................................................................................3

BAB II ANALISA JURNAL...................................................................................3

A. Jurnal Utama.................................................................................................3

B. Jurnal Pendukung..........................................................................................4

C. Analisa PICO................................................................................................4

BAB III TINJAUAN TEORI...................................................................................7

A. Konsep Penyakit Hipertensi..........................................................................7

B. Konsep Intervensi Latihan Isometrik..........................................................12

BAB IV PENUTUP...............................................................................................15

A. Kesimpulan.................................................................................................15

B. Saran............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Salah satu penyakit tidak menular yang banyak dialami oleh masyarakat
yaitu hipertensi. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil
pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi Bangka
Belitung 30,0% diikuti Kalimantan Selatan 30,8%, Kalimantan Selatan
30,8%, Kalimantan Timur 29,6%, Jawa Barat 29,4% dan daerah Aceh
21,8%. Jadi cakupan nakes hanya 36,8 persen, sebagian besar (63,2%)
kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis. Prevalensi DM,
hipertiroid, dan hipertensi pada perempuan cenderung lebih tinggi dari
pada laki-laki (Depkes RI, 2013). Penderita hipertensi di kota
Lhokseumawe sebanyak 7664 orang, terdiri dari laki-laki 3582 orang
sedang perempuan sebanyak 4082 orang. Januari sampai dengan Maret
2015 jumlah pengunjung penderita hipertensi sebanyak 2265 orang terdiri
dari laki-laki sebanyak 971 orang sedangkan perempuan sebanyak 1294
orang (Dinkes Kota Lhokseumawe, 2015). Latihan isometrik adalah
latihan yang memerlukan kekuatan otot tubuh baik untuk latihan
pemanasan atau untuk program latihan rehabilitasi. Latihan isometrik
dapat mencegah terjadinya atrofi otot (Sumaryanti, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui pengaruh latihan
isometrik pada penderita hipertensi di Kecamatan Banda Sakti kota
Lhokseumawe. Penelitian terkait latihan isometrik dapat menurunkan
tekanan darah istirahat. Di Kecamatan Banda Sakti kota Lhokseumawe
belum pernah dilakukan latihan isometrik pada penderita hipertensi untuk
menurunkan tekanan darah.

B. Tujuan Penelitian
Tujuan peneliti membuat penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
latihan isometrik terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi.
BAB II

ANALISA JURNAL

A. Jurnal Utama
1. Judul jurnal: Latihan Isometrik Bermanfaat Menurunkan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi.
2. Peneliti: Tua Parlindungan, Arti Lukitasari, Mudatsir
3. Populasi: semua penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. Jumlah populasi pasien
hipertensi tahun 2015 adalah sebanyak 583 orang dan yang masuk
dalam kriteria inklusi 91 orang.
Sampel: 37 responden untuk kelompok kontrol dan 37 responden
kelompok perlakuan.
Teknik sampling: Purposive sampling atau Judgmental sampling
yaitu memilih subyek berdasarkan kriteria dan pertimbangan pribadi
peneliti.
Desain penelitian: quasi ekspriment. Rancangan yang digunakan
adalah nonrandom with control pretest postest. Rancangan ini terdiri
dari 2 kelompok, yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Waktu dan tempat penelitian: bulan April sampai dengan November
2015 di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.
4. Instrument penelitian: instrument yang digunakan peneliti adalah
menggunakan alat pengukur tekanan darah untuk mengukur tensi
responden sebelum dan sesudah terapi.
5. Uji statistic: di dalam jurnal tidak disebutkan jenis uji statistic yang
digunakan.

B. Jurnal Pendukung
1. Judul jurnal: Pengaruh Latihan Isotonik dan Isometrik Terhadap
Penurunan Rasa Nyeri Pasien Fraktur Femur
2. Peneliti: Gustop Amatiria, Efa Trisna
3. Hasil penelitian: Hasil penelitian mengambarkan usia rata-rata
responden yang terbanyak adalah 15 -29 tahun sebanyak 21 orang
(67,7%), usia juga dapat berpengaruh terhadap persepsi seseorang
tentang nyeri. Hasil observasi dengan skala nyeri AVR yang
dilakukan sebelum dilakukan terapi pada pasien fraktur femur
mengenai rasa nyeri didapatkan rata-rata nyeri 6,70, median 7,00,
standar deviasi 1,696. Sedangkan setelah dilakukan terapi didapatkan
rata-rata nyeri 5,08, median 5,00, standar deviasi 1,872. Hasil analisis
lebih lanjut menunjukan ada pengaruh latihan isotonik dan isometrik
dengan nyeri pasien fraktur femur (p value = 0,001).

C. Analisa PICO
1. Problem: Salah satu penyakit tidak menular yang banyak dialami oleh
masyarakat yaitu hipertensi. Hipertensi merupakan kondisi paling
umum yang terlihat pada tingkat perawatan primer dan dapat memicu
terjadinya infark myocardium, stroke, gagal ginjal, dan kematian jika
tidak dideteksi secara dini dan dirawat secara tepat, penderita
hipertensi harus mempunyai keinginan untuk menjaga dan
pengontrolan tekanan darah penderita yang akan mengurangi beban
penyakit penderita (James, 2014). Penderita hipertensi di kota
Lhokseumawe sebanyak 7664 orang, terdiri dari laki-laki 3582 orang
sedang perempuan sebanyak 4082 orang. Januari sampai dengan
Maret 2015 jumlah pengunjung penderita hipertensi sebanyak 2265
orang terdiri dari laki-laki sebanyak 971 orang sedangkan perempuan
sebanyak 1294 orang (Dinkes Kota Lhokseumawe, 2015).
Data laporan Puskesmas Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe
pada tahun 2014 bahwa jumlah kasus penderita hipertensi sebanyak
1040 orang terdiri dari laki-laki sebanyak 468 orang sedangkan
perempuan sebanyak 881 orang. Januari sampai dengan Maret 2015
jumlah penderita hipertensi sebanyak 583 orang yang terdiri dari
sebagai berikut laki-laki sebanyak 203 orang sedangkan perempuan
sebanyak 380 orang. (Puskesmas Banda Sakti, 2015)
2. Intervention: Awalnya kelompok subjek akan diukur tekanan darah
(pretest), kemudian langsung diberikan latihan isometrik selama ± 13
menit, setelah itu diukur kembali tekanan darah (posttest), untuk
mengetahui pengaruh latihan tersebut terhadap tekanan darah. Latihan
isometrik yaitu 13 gerakan gerakan dasar peregangan otot dan sendi,
gerakan-gerakan dasar tersebut membutuhkan waktu selama ± 13
menit setiap kali latihan dan dapat dilakukan di rumah 3 kali dalam
seminggu selama 9 minggu secara teratur.
3. Comparison
Judul jurnal: Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi
Melalui Brisk Walking Exercise
Peneliti: Sukarmin, Elly Nurachmah, Dewi Gayatri
Hasil penelitian: Hasil uji paired t test pada kelompok kontrol
sebelum dan setelah brisk walking exercise menunjukkan perbedaan
tekanan darah sistolik dan diastoliknya tidak bermakna (p= 0,091; α=
0,05 dan p= 0,069; α= 0,05). Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan
tidak ada penurunan tekanan darah yang cukup signifikan pada
kelompok kontrol sebelum dan setelah penerapan brisk walking
exercise pada kelompok intervensi. Sedangkan pada kelompok
intervensi menunjukkan perbedaan tekanan darah sistolik dan
diastolik sebelum dan setelah intervensi brisk walking exercise yang
bermakna (p= 0,000; 0,000; α= 0,05). Artinya ada penurunan tekanan
darah yang cukup bermakna pada kelompok intervensi sebelum
intervensi dan setelah intervensi. Hasil uji pooled t test menunjukkan
perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik antara kelompok
kontrol dan kelompok intervensi bermakna (p= 0,000; 0,026; α= 0,05).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya penurunan tekanan
darah setelah brisk walking exercise yaitu terjadi rerata penurunan
tekanan sistolik 5,048 mmHg dan diastolik rerata mengalami
penurunan 4,429 mmHg pada kelompok intervensi. Pengaruh brisk
walking exercise terhadap kelompok intervensi ini tidak terpengaruh
dengan target pencapaian nadi oleh aktivitas lain. Hal tersebut
ditunjukkan dari penelitian terhadap kebiasaan olahraga responden
mendapatkan 3 responden (14,3%) kelompok intervensi dan 2
responden (9,5%) pada kelompok kontrol yang melakukan olahraga
rutin setiap minggu.
4. Outcome: Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada kelompok
intervensi terjadi penurunan tekanan darah menjadi normal (120/80-
<140/90 mmHg) setelah diberikan perlakuan yaitu sebanyak 9 orang
(24,3%) sedangkan kelompok kontrol terjadi penurunan tekanan darah
menjadi normal (120/80-<140/90 mmHg) sebanyak 2 orang (5,4%).
Hasil yang diperoleh dari kelompok intervensi tekanan darah
penderita hipertensi pada saat pretest diperoleh nilai rata-rata 2.00 dan
nilai postest setelah latihan isometrik 1.76. Sedangkan nilai rata-rata
tekanan darah pada penderita hipertensi kelompok kontrol non
perlakuan pretest 2.00 dan nilai postest 1.95. Perbedaan mean antara
pengukuran pertama
dan pengukuran kedua tekanan darah penderita hipertensi kelompok
intervensi yaitu 0.243. Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p
value 0.002. Dengan demikian diketahui bahwa ada pengaruh latihan
isometrik terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi
di Kecamatan Banda Sakti di Kota Lhokseumawe.
BAB III

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Penyakit Hipertensi


1. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg secara
kronis (Tanto Chris, 2014). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg
dan diastolik di atas 90 mmHg (Smeltzer, 2009). Hipertensi adalah
tekanan darah meningkat yang abnormal dan diukur paling tidak pada
tiga kesempatan yang berbeda, tekanan darah normal bervariasi sesuai
usia sehingga setiap diagnosis hipertensi harus spesifik sesuai usia
(Corwin, 2009).
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua :
a. Hipertensi Esensial
Yaitu hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dan meliputi
90 % dari seluruh penderita hipertensi, faktor-faktor yang
mempengaruhi antara lain:

 Genetik
Peran faktor genetik terhadap hipertensi esensial dibuktikan
bahwa kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada
penderita kembar monozigot dari pada heterozigot, apabila
salah satu diantara menderita hipertensi. Pada 70 % kasus
hipertensi esensial didapatkan riwayat hipertensi esensial.
 Usia
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya
usia. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun
dengan jelas menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan
kematian prematur.
 Obesitas
Adanya penumpukan lemak terutama pada pembuluh darah
mengakibatkan penurunan tahanan perifer sehingga
meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang mengakibatkan
peningkatan vasokontriksi dan penurunan vasodilatasi
dimana hal tersebut dapat merangsang medula adrenal untuk
mensekresi epinerpin dan norepineprin yang dapat
menyebabkan hipertensi.
 Hiperkolesterol
Lemak pada berbagai proses akan menyebabkan
pembentukan plaque pada pembuluh darah. Pengembangan
ini menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang disebut
aterosklerosis.
 Asupan Natrium meningkat (keseimbangan natrium)
Kerusakan ekskresi natrium ginjal merupakan perubahan
pertama yang ditemukan pada proses terjadinya HT. Retensi
Na+ diikuti dengan ekspansi volume darah dan kemudian
peningkatan output jantung. Autoregulasi perifer
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan berakhir
dengan HT.
 Rokok
Asap rokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran
adrenalin yang merangsang denyutan jantung dan tekanan
darah. Selain itu asap rokok mengandung karbon monoksida
yang memiliki kemampuan lebih kuat dari pada Hb dalam
menarik oksigen. Sehingga jaringan kekurangan oksigen
termasuk ke jantung.
 Alkohol
Penggunaan alkohol atau etanol jangka panjang dapat
menyebabkan peningkatan lipogenesis (terjadi
hiperlipidemia) sintesis kolesterol dari asetil ko enzim A,
perubahan seklerosis dan fibrosis dalam arteri kecil.
 Obat-obatan tertentu atau pil anti hamil
Pil anti hamil mengandung hormon estrogen yang juga
bersifat retensi garam dan air, serta dapat menaikkan
kolesterol darah dan gula darah.
 Stres psikologis
Stres dapat memicu pengeluaran hormon adrenalin dan
katekolamin yang tinggi, yang bersifat memperberat kerjaya
arteri koroner sehingga suplay darah ke otot jantung
terganggu. Stres dapat mengaktifkan saraf simpatis yang
dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten.
1. Hipertensi sekunder
Disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya :
 Penyakit ginjal
Kerusakan pada ginjal menyebabkan renin oleh sel-sel
juxtaglomerular keluar, mengakibatkan pengeluaran
angiostensin II yang berpengaruh terhadap sekresi aldosteron
yang dapat meretensi Na dan air.
 Diabetes Mellitus
Disebabkan oleh kadar gula yang tinggi dalam waktu yang
sama mengakibatkan gula darah pekat dan terjadi
pengendapan yang menimbulkan arterosklerosis
meningkatkan tekanan darah.
3. Pathway

4. Komplikasi
Komplikasi menurut Tambayong (2000) yang mungkin terjadi pada
hipertensi adalah sebagai berikut :
a. Gagal jantung
b. Pendarahan otak (stroke)
c. Hipertensi maligna : kelainan retina, ginjal dan cerabrol
d. Hipertensi ensefalopati : komplikasi hipertensi maligma
dengan gangguan otak.
e. Infark miokardium
Dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen kemiokardium atau
apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah
melalui pembuluh darah tersebut.
f. Gagal ginjal
Karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya
glomerulus darah akan mengalir ke unit-unit fungsional
ginjal. Nefron terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksia dan kemataian. Dengan rusaknya membran
glomerulus,proteinakan keluar melalui urin sehingga
tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan
edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
5. Penanganan dan pencegahan

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan


obat-obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi
gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak
lebih dari X - }) sendok teh (6 gram/hari), menurunkan berat badan,
menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol.
Olah raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat berupa
jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 me nit dengan frekuensi
3-5 x per minggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan
mengendalikan stress. Untuk pemilihan serta penggunaan obat-obatan
hipertensi disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter.

Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita
hipertensi adalah:

1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru,


minyak kelapa, gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit,
crackers, keripik dan makanan keringyangasin).

3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned,


sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).

4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan


asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).

5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta


sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah
(sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).

6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus


sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya
mengandung garam natrium.

7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian,


tape.

B. Konsep Intervensi Latihan Isometrik


1. Pengertian Latihan Isometrik
Latihan isometrik adalah bentuk latihan statis yang mengkontraksikan
otot dan menghasilkan tahanan tanpa perubahan panjang otot dan
tanpa gerakan sendi (Kisner Colby, 2007; Millar, McGowan,
Cornelissen, Araujo Swaine, 2013). Tekanan dan tahanan dihasilkan
otot tanpa tegangan mekanis tahanan x jarak. Sumber resistensi pada
latihan isometrik meliputi menggenggam dan melawan tahanan secara
manual, menggenggam beban pada posisi khusus, mengatur posisi
melawan berat tubuh, atau menarik dan mendorong objek yang tak
dapat bergerak (Kisner Colby, 2007).
2. Tujuan Latihan Isometrik
Latihan isometrik merupakan bagian penting dalam desain program
rehabilitasi untuk meningkatkan kemampuan fungsional. Menurut
Funnell, Koutoukidis dan Lawrence 2009 serta Kisner dan Colby
2007, tujuan melakukan latihan isometrik adalah:
a. Untuk mencegah dan meminimalisir atropi otot ketika
pergerakan sendi tidak memungkinkan akibat imobilisasi
eksternal gips, bidai, traksi skeletal.
b. Untuk mengaktifkan otot untuk memulai mengembalikan
kontrol neuromuskuler dengan tetap menjaga jaringan yang
mengalami penyembuhan ketika pergerakan sendi tidak
diperbolehkan setelah cedera jaringan lunak atau operasi.
c. Untuk meningkatkan stabilitas postural dan sendi.
d. Untuk meningkatkan kekuatan otot ketika penggunaan latihan
tahanan dinamik dapat mengganggu integritas sendi atau
menyebabkan nyeri sendi.
e. Untuk mengembangkan kekuatan otot statis khususnya pada
titik ROM sesuai dengan kebutuhan tertentu yang diinginkan.
3. Prinsip Latihan Isometrik
a. Intensitas latihan
Jumlah tekanan yang dapat dihasilkan selama kontraksi otot
isometrik dibedakan oleh bagian pada posisi sendi dan panjang
otot pada waktu kontraksi. Untuk meningkatkan kekuatan otot,
intensitas latihan dengan 60%-80% maximum voluntary
contraction (MVC) dianggap kurang. Namun resistensi harus
ditingkatkan secara progresif untuk melanjutkan pemberian
beban yang tinggi pada otot hingga menjadi lebih kuat (Kisner
& Colby, 2007; Devereux, Wiles & Swaine, 2010). Sedangkan
untuk menurunkan tekanan darah pasien hipertensi, intensitas
latihan yang tepat untuk menurunkan tekanan darah belum
diteliti (Badrov, Bartol, DiBartolomeo, Millar, McNevin &
McGowan, 2013). Namun, dalam beberapa penelitian, para
peneliti memberikan latihan dengan intensitas 30% MVC
(Owen, Wiles & Swaine, (2010). Variasi intensitas kontraksi
yang digunakan pada beberapa penelitian dalam yang dikaji
dengan meta-analisis oleh Millar, McGowan, Corneilissen,
Araujo dan Swaine, (2013) adalah antara 10%-50% MVC
dengan hasil menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 4-15
mmHg, tekanan darah diastolik sebesar 3-9 mmHg, serta
menurunkan MAP sebesar 3-4 mmHg.
b. Durasi aktivasi otot
Menurut McGowan, et al (2007) dan Millar, McGowan,
Corneilissen, Araujo dan Swaine, (2013) durasi kontraksi otot
untuk pasien hipertensi adalah 45 detik sampai dua menit.
Periode istirahat untuk tiap kontraksi adalah satu sampai empat
menit yang memungkinkan terjadinya peningkatan aliran darah
ke otot (Badrov, Bartol, DiBartolomeo, Millar, McNevin &
McGowan, 2013; Millar, McGowan, Corneilissen, Araujo &
Swaine, 2013). Dalam satu sesi latihan biasanya terdiri atas 4
kali pengulangan kontraksi yang masing-masing diselingi
dengan waktu istirahat. Pasien hipertensi disarankan
melakukan tiga sampai lima sesi dalam satu minggu (Millar,
McGowan, Corneilissen, Araujo & Swaine, 2013; Owen,
Willes & Swaine, 2010).
4. Kontradiksi Latihan Isometrik
Latihan isometrik dengan intensitas tinggi dikontraindikasikan pada
pasien dengan riwayat gangguan jantung dan pembuluh darah yang
berat (Kisner & Colby, 2007). Apabila latihan isometrik intensitas
tinggi diberikan, dikhawatirkan dapat mengakibatkan adanya
gangguan pembuluh darah dan jantung yang lebih serius. (McGowan,
et al, 2007; Millar, et al, 2013; Owen, Willes & Swaine, 2010).
5. Pengaruh Latihan Isometrik terhadap Tekanan Darah
Meskipun mekanisme yang mendasari penurunan tekanan darah
pascalatihan isometrik masih belum jelas, penurunan tekanan darah ini
dapat disebabkan oleh adanya adaptasi sistem pembuluh darah yang
menurunkan resistensi perifer total yang dapat mempengaruhi cardiac
output. Selain itu, adanya mekanisme neural mengakibatkan adaptasi
yang mempengaruhi aliran darah (McGowan, Levy, McCartney &
McDonald, 2007).
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan terdapat pengaruh
latihan isometrik terhadap penurunan tekanan darah pada kelompok
intervensi penderita hipertensi di Kecamatan Banda Sakti Kota
Lhokseumawe didapatkan hasil nilai P value 0.002 ( P < α = 0.05 ).
Tekanan darah rata-rata pada kelompok intervensi penderita hipertensi di
Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe yaitu sebelum perlakuan
(pretest) adalah 148,9/91,9 mmHg dan sesudah perlakuan (postest) adalah
137,9//87 mmHg Tekanan darah rata-rata pada kelompok kontrol pada
penderita hipertensi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe yaitu
tekanan darah pertama (prestest) sebesar 149,4/92,7 mmHg sedangkan
tekanan darah kedua (postest) sebesar 152,5/92,3 mmHg.

B. Saran
Berdasarkan analisa jurnal di atas, diketahui bahwa latihan isometrik
sebagai terapi komplementer memiliki pengaruh terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi. Perawat sebagai tenaga kesehatan
bisa menerapkan latihan tersebut sebagai terapi pelengkap dalam
penanganan hipertensi, dan untuk mahasiswa keperawatan bisa
mempelajari latihan isometrik atau terapi komplementer lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-hipertensi.pdf

https://text-id.123dok.com/document/9ynp1v6pz-pengertian-latihan-isometrik-
tujuan-latihan-isometrik-keuntungan-dan-kerugian-latihan-isometrik.html

Anda mungkin juga menyukai