Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“Analisis Jurnal Diabetes Mellitus Menggunakan Metode PICO ”

Oleh
Kelompok 8 :

1. Azzara Lendry (183310801)


2. Monix Jultrizo P (183310816)
3. Siti Salsabila (183310826)
4. Vyolla Syafri (183310830)
5. Wanda Rafika (183310831)

Dosen Pembimbing :

Ns. Novayanti, S.Kep.M.Kep.Sp.KMB

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2020
“TELAAH JURNAL DIABETES MELLITUS”

MENGGUNAKAN METODE PICO

PICO merupakan suatu akronim dari kata-kata berikut:

P = Patient,population,problem

kata-kata ini mewakili pasien, populasi, dan masalah yang diangkat


dalam karya ilmiah yang ditulis.

I = Intervention, prognostic factor, atau exposure

kata- kata ini mewakili intervensi, factor prosnostik atau paparan yang
akan diangkat dalam karya ilmiah.

C= Comparison atau intervention (jika ada atau dibutuhkan)

kata-kata ini mewakili perbandingan atau intervensi yang ingin


dibandingkan dengan intervensi atau paparan pada karya ilmiah yang
akan ditulis.

O = Outcome yang ingin diukur atau dicapai

Kata ini mewakili target apa yang ingin dicapai dari suatu penelitian
misalnya pengaruh atau perbaikan dari suatu kondisi atau penyakit
tertentu
Pengarang :
1. Syamsul Arif 1,
2. Tri Wiji Lestari

Judul jurnal :
“EFEKTIVITAS SENAM KAKI DIABETIK DENGAN FREKUENSI
YANG BERBEDA TERHADAP VASKULARISASI EKSTREMITAS
BAWAH PADA KLIEN DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI
WILAYAH PUSKESMAS SRONDOL”

 Tujuan dari penelitian ini Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas
Senam Kaki Diabetik Dengan Frekuensi Yang Berbeda Terhadap Vaskularisasi
Ekstremitas Bawah Pada Klien Dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah
Puskesmas Srondol.

 Jenis penelitian yang digunakan adalah true experiment dengan rancangan pre
and post test control group.

 Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 responden yang dibagi menjadi
3 kelompok masing-masing 10 responden dengan menggunakan teknik random
sampling.

 Sampel penelitian menggunakan kriteria inklusi meliputi rentang usia 45-60


tahun, belum terdapat ulkus dibetes, klien kooperatif, klien dengan gangguan
vaskularisasi ekstremitas, melakukan aktivitas senam kaki diabetik dibawah
pengawasan peneliti. Kriteria eksklusi meliputi klien dengan obesitas, tanpa
pengawasan dari peneliti, klien jatuh dalam kondisi kegawatan.

 Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini diambil dengan Random


Sampling didapatkan sampel sebanyak 30 klien yang dibagi tiga kelompok
yaitu 10 kelompok kontrol, 10 kelompok perlakuan 2 kali seminggu dan 10
kelompok dilakukan perlakuan 3 kali seminggu.
METODE PICO
Patient Problem 1. Problem
Salah satu komplikasi yang menimbulkan permasalahan
yang besar adalah terjadinya gangguan vaskularisasi
ekstremitas bawah. Untuk menghindari komplikasi
tersebut, maka perlu adanya upaya-upaya pencegahan
salah satunya dengan melatih senam kaki diabetik.
Permasalahan yang besar pada penderita diabetes adalah
terjadinya gangguan vaskularisasi terutama pada
ekstremitas bawah sehingga jika terjadi ulkus akan
mengalami gangguan penyembuhan. Permasalahan yang
timbul tersebut dapat mengakibatkan amputasi hingga
kematian jika tidak dilakukan pencegahan sejak penderita
terdiagnosa diabetes mellitus. Banyak penelitian yang
menyatakan bahwa sekitar 4-10% akan mengalami
masalah pada kaki dan sebagian besar diantaranya
(40-70%) harus menjalani amputasi pada organ kaki yang
memiliki luka diabetik (Hardiman et al, 2013).
2. Population
Populasi penelitian adalah semua klien dengan
diabetes mellitus tipe 2 di wilayah Puskesmas
Srondol Semarang. Jumlah sampel dalam penelitian ini
sebanyak 30 responden yang dibagi menjadi 3 kelompok
masing-masing 10 responden.

3. Patient
Semua klien dengan Diabetes Mellitus tipe 2 di wilayah
Puskesmas Srondol Semarang.

Interventiont Karakteristik usia terbanyak antara umur 46 – 55 tahun.


Hal ini didukung dengan pernyataan Subroto (2006)
bahwa penyakit diabetes melitus tipe 2 biasanya muncul
pada orang yang berusia
lebih dari 30 tahun. Keseluruhan responden di atas
menderita diabetes melitus tipe 2 yang mana tidak
tergantung insulin dan berkaitan dengan usia karena
diabetes melitus sering muncul pada usia lanjut. Proses
penuaan atau usia lanjut dapat menyebabkan penyusunan
sel-sel yang progesif sehingga sekresi insulin semakin
berkurang dan kepekaan reseptornya juga menurun.

Intervensi yang di lakukan dalam jurnal ini adalah :


Dilakukan nya Senam Kaki Diabetik Dengan Frekuensi
Yang Berbeda Terhadap Nilai ABI. Gangguan aliran
darah juga dapat disebabkan karena kurangnya latihan
fisik sehingga aliran darah terutama aliran darah pada
kaki kurang lancar. Kurangnya latihan fisik didukung
dengan sebagian besar responden bekerja sebagai IRT
(53.3 %) dan diikuti swasta (36.7 %), dan PNS (10 %).
Oleh karena itu, senam kaki diabetes sangat perlu
dilakukan untuk mencegah masalah kaki. Menurut Black
dan Hawks (2005), bahwa aktifitas fisik dapat
meningkatkan sensitivitas insulin dan memiliki efek
langsung terhadap vaskularisasi ekstremitas bawah.

Comparison Berdasarkan hasil dari uji one-way ANOVA diperoleh p


value= 0.000 (p < 0.05). Hal ini berarti Ho ditolak,
sehingga kesimpulan yang didapatkan adalah terdapat
perbedaan yang bermakna nilai ABI pada ketiga
kelompok. Sedangkan pada uji Post Hoc, kelompok 1 dan
2 tidak terdapat perbedaan yang bermakna dengan nilai
signifikan 0.330 ( p > 0.05).
Hal ini sejalan dengan pendapat Barnedh (2006) yang
menyatakan bahwa aktivitas fisik mempunyai hubungan
yang bermakna dengan gangguan ekstremitas dimana
aktivitas fisik yang rendah, salah satunya tidak teratur
berolahraga beresiko untuk terjadinya gangguan
ekstremitas. Sejalan dengan pendapat Smeltzer & Bare
(2002) bahwa latihan pada penderita Dibetes Mellitus
minimal dilakukan selama 3 hari dalam seminggu.
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah
secara mandiri, penderita diabetes kini dapat mengatur
terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah
secara optimal. Cara ini memungkinkan deteksi dan
pencegahan hipoglikemia serta hiperglikemia. Dan
berperan dalam menentukan kadar glukosa darah normal
yang kemungkinan akan mengurangi komplikasi diabetes
jangka panjang.
Output (Hasil) Hasil Penelitian :
Hasil analisis dengan menggunakan uji dependent-
Sample test, menunjukan p value sebesar 0.000 (p<0.05)
pada kelompok 3 dan 0.001 pada kelompok 2. Sedangkan
pada kelompok 1 diperoleh p value 0.053 (p>0.05).
Sedangkan hasil analisis dengan menggunakan uji
oneway ANOVA, menunjukan p value sebesar 0.000
(p<0.05). Sedangkan pada uji post ANOVA terdapat
perbedaan nilai ABI antara kelompok 1 dan 3 dengan
nilai signifikan 0.000 ( p <
0.05 ) dan diikuti dengan perbedaan nilai ABI pada
kelompok 2 dan 3 dengan nilai signifikan 0.002 (
p < 0.05 ).

Saran Penelitian :
1. Bagi pasien dan keluarga hasil penelitian ini
Dapat memberikan informasi dan dapat digunakan
sebagai acuan dalam melakukan senam kaki diabetik.
Bagi institusi dapat dijadikan sebagai referensi penelitian
lanjutan tentang senam kaki diabetik.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan peneliti dalam
melakukan pengukuran ABI menggunakan alat
ultrasonografi doppler untuk memudahkan peneliti dalam
memperoleh hasil yang akurat.
EFEKTIVITAS SENAM KAKI DIABETIK DENGAN FREKUENSI YANG BERBEDA
TERHADAP VASKULARISASI EKSTREMITAS BAWAH PADA KLIEN DENGAN
DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS SRONDOL

Syamsul Arif 1, Tri Wiji Lestari 2


1) Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang
2) Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang
Koresponden : Cepung Marupung @gmail.com

ABSTRAK

Diabetes mellitus merupakan sejumlah gangguan yang memiliki ciri – ciri meningkatnya kadar glukosa
dalam darah (Maulana, 2009). Salah satu komplikasi yang menimbulkan permasalahan yang besar adalah
terjadinya gangguan vaskularisasi ekstremitas bawah. Untuk menghindari komplikasi tersebut, maka
perlu adanya upaya-upaya pencegahan salah satunya dengan melatih senam kaki diabetik. Tujuannya
adalah untuk mengetahui Efektivitas Senam Kaki Diabetik Dengan Frekuensi Yang Berbeda Terhadap
Vaskularisasi Ekstremitas Bawah Pada Klien Dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas
Srondol. Jenis penelitian yang digunakan adalah true experiment dengan rancangan pre and post test
control group. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 responden yang dibagi menjadi 3
kelompok masing-masing 10 responden dengan menggunakan teknik random sampling. Hasil uji
dependen t-test kelompok 1 diperoleh nilai signifikan p = 0,053 artinya tidak terdapat perbedaan nilai
ABI. Sedangkan pada kelompok 2 & 3 dengan nilai signifikan 0,001 & 0,000. Hasil uji one-way ANOVA
dan uji Post Hoc menunjukkan nilai p = 0,000. Dengan perbedaan nilai ABI pada kelompok 1 & 3 sebesar
0,000 diikuti kelompok 2 dan 3 sebesar 0,002. Disarankan agar frekuensi senam kaki diabetik selama 3
kali dalam seminggu menjadi pertimbangan untuk meningkatkan vaskularisasi ekstremitas bawah.
Kata Kunci : Dibetes Mellitus tipe 2, Senam Kaki Diabetik, Ankle Brakhial Index (ABI).

ABSTRACT

Diabetes mellitus is a disorder that has features increased levels of glucose in the blood (Maulana 2009).
One of the complications that pose a large problem is the disruption of the lower limb vascularization. To
avoid such complications, the need for preventive measures, one of them with diabetic foot gymnastics
training.Goal To determine the effectiveness of Diabetic Foot Gymnastics With Different Frequency
Against limb vascularity Down On Clients With Type 2 Diabetes Mellitus In Area Health Center Srondol.
This type of research is true experiment design with pre and post test control group. The number of
samples in this study were 30 respondents were divided into 3 groups each of 10 respondents using
random sampling techniques. Dependent test t-test group first gained significant value p = 0.053 means
there is no difference in the value of ABI. Whereas in the group 2 & 3 with significant values of 0.001 and
0.000. The test results of one-way ANOVA and Post Hoc test showed the value of p = 0.000. With the
difference in the value of ABI in group 1 and 3 of 0,000 followed by group 2 and 3 of 0.002. It is
recommended that the frequency of diabetic foot gymnastics for 3 times a week into consideration to
improve the vascularization of the lower extremities.
Keywords: diabetes mellitus type 2, Gymnastics Diabetic Foot, Ankle Brakhial Index (ABI).

65 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. III No.2, Desember 2017 56-116
Pendahuluan sebagai kencing manis merupakan sejumlah gangguan
yang memiliki ciri – ciri meningkatnya kadar glukosa
Diabetes mellitus atau bisa dikenal orang awam dalam darah (Maulana, 2009).
Salah satu komplikasi yang menimbulkan
permasalahan yang besar pada penderita
Desain Penelitian
diabetes adalah terjadinya gangguan Desain yang digunakan dalam penelitian ini
vaskularisasi terutama pada ekstremitas bawah adalah true experimen dengan menggunakan
sehingga jika terjadi ulkus akan mengalami rancangan pre and post test control design.
gangguan penyembuhan. Permasalahan yang Secara skematis rancangan penelitian adalah
timbul tersebut dapat mengakibatkan amputasi sebagai berikut:
hingga kematian jika tidak dilakukan
pencegahan sejak penderita terdiagnosa diabetes Tabel 1
mellitus. Banyak penelitian yang menyatakan Rancangan Penelitian
bahwa sekitar 4-10% akan mengalami masalah
pada kaki dan sebagian besar diantaranya (40-
70%) harus menjalani amputasi pada organ kaki Subyek Pre Perlakuan Post
yang memiliki luka diabetik (Hardiman et al, Kelompok 1 O1 - O2
2013). Kelompok 2 O3 X O4
Kelompok 3 O5 X O6
Pentingnya dilakukan latihan jasmani seperti
senam kaki diabetik dapat dilakukan untuk
menghindari terjadinya gangren dan amputasi. Populasi penelitian adalah semua klien dengan
Senam kaki diabetik juga dapat membantu diabetes mellitus tipe 2 di wilayah Puskesmas
memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat Srondol Semarang.
otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya
kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat Sampel penelitian menggunakan kriteria inklusi
meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan meliputi rentang usia 45-60 tahun, belum
juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi terdapat ulkus dibetes, klien kooperatif, klien
(Widianti & Atikah, 2010). dengan gangguan vaskularisasi ekstremitas,
melakukan aktivitas senam kaki diabetik
Berdasarkan studi pendahuluan di wilayah dibawah pengawasan peneliti. Kriteria eksklusi
Puskesmas Srondol, terjadi peningkatan meliputi klien dengan obesitas, tanpa
penderita diabetes mellitus tipe 2 dari 475 pengawasan dari peneliti, klien jatuh dalam
kondisi kegawatan.
ditahun 2013 menjadi 623 di tahun 2015.
Perawat juga mengatakan, bahwa belum ada Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini
pengajaran latihan fisik dalam hal ini senam diambil dengan Random Sampling didapatkan
kaki diabetik pada penderita DM di wilayah sampel sebanyak 30 klien yang dibagi tiga
Puskesmas Srondol. kelompok yaitu 10 kelompok kontrol, 10
kelompok perlakuan 2 kali seminggu dan 10
Berdasarkan fenomena dalam latar belakang kelompok dilakukan perlakuan 3 kali seminggu.
diatas yang disertai fakta-fakta di klinik, maka
peneliti tertarik untuk mendalami fenomena Penelitian ini menggunakan uji dependen t-test
tersebut dengan melakukan penelitian dengan dengan tujuan untuk melihat perbedaan nilai
judul “Efektivitas Senam Kaki Diabetik Dengan sebelum dan sesudah pada ketiga kelompok.
Frekuensi Yang Berbeda Terhadap Vaskularisasi Kemudian untuk mengetahui perbedaan pada
Ekstremitas Bawah Pada Klien Dengan Diabetes ketiga kelompok dilakukan uji oneway ANOVA.
Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas
Srondol”.

Efektivitas Senam Kaki Diabetik Dengan Frekuensi Yang Berbeda........ ( Syamsul A.) 66
Hasil dan Pembahasan
Karakteristik Presentase Frekuensi Usia
Karakteristik Responden
a. 36-45 13.3 4 1 Kelompok 1 0.89 ± 0.96 ± 0.05
b. 46-55 Tabel
80 2 24 0.07 0.09 3
c.Gambaran
56-65 frekuensi responden
6.7 menurut2 usia, 2 Kelompok 2 0.86 ± 0.97 ± 0.00
jenis kelamin, pendidikan
Jumlah 100 dan pekerjaan
30 di 0.05 0.06 1
wilayah Puskesmas Srondol 3 Kelompok 3 0.86 ± 1.11 ± 0.00
Jenis Kelamin 0.04 0.11 0
Analisa Perbedaan nilai ABI pada sebelum dan sebelum dan sesudah dilakukan
responden sebelum dan sesudah senam kaki diabetik di wilayah Puskesmas
dilakukan senam kaki diabetik. Srondol (n=30)

Tabel 3 No Kelompok Sebelum Sesudah P


Hasil analisa dependen t-test nilai ABI X ± SD X ± SD value

a. Laki-laki 40 12
b. Perempuan 60 18
Pada kelompok 1 diperoleh nilai signifikan p >
Jumlah 100 30
0.05 yang artinya tidak terdapat perbedaan nilai ABI sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki diabetik.
Sedangkan pada kelompok 2 & 3 dengan nilai signifikan p < 0,05 yang artinya ada perbedaan nilai ABI
Pendidikan
sebelum
a. SDsesudah dilakukan
dan senam kaki diabetik
26.7 8 di Wilayah Puskesmas Srondol, Semarang.
b. SMP 56.7 17
Perbedaan nilai ABI pada 3 kelompok
c. SMA 10 3
sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki
d. Perguruan Tinggi 6.7 2
diabetik.
Jumlah 100 30

Pekerjaan
Jumlah 100 30
a. IRT 53.5 16 Tabel 4
b. Swasta tabel 4.1 36.7 diketahui 11bahwa Hasil analisa one way ANOVA perbedaan nilai
Berdasarkan ABI pada 3 kelompok sebelum dan sebelum dan
responden berusia 46-5510tahun (80 %) sebagian
c. PNS 3
sesudah dilakukan senam kaki diabetik di
besar berjenis kelamin perempuan (60 %), dan wilayah Puskesmas Srondol (n=30)
berpendidikan SMP (56.7 %), serta bekerja Kelompok X ± SD P value
sebagai IRT (53.3 %). 1 0.07 ± 0.97 0.00
2 0.11 ± 0.72
3 0.25 ± 0.12

Selisih nilai ABI diperoleh nilai signifikan


dengan p value= 0.00 yang artinya terdapat
perbedaan yang bermakna antar ketiga
kelompok.

67 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. III No.2, Desember 2017 56-116
Tabel 5 dan pengetahuan seseorang dalam menerapkan
Hasil analisa Post Hoc perbandingan nilai ABI perilaku hidup sehat, terutama mencegah
pada 3 kelompok di wilayah Puskesmas Srondol kejadian diabetes melitus. Semakin tinggi
(n=30) tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula
kemampuan seseorang dalam menjaga pola
No Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 P hidupnya agar tetap sehat (Riyadi, 2004).
X ± SD X ± SD X ± SD value
1 0.07 0.09 0.11 0.07 0.330 Gangguan aliran darah juga dapat disebabkan
2 0.07 0.09 0.27 0.12 0.000 karena kurangnya latihan fisik sehingga aliran
3 0.11 0.07 0.27 0.12 0.002 darah terutama aliran darah pada kaki kurang
lancar. Kurangnya latihan fisik didukung dengan
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa terdapat sebagian besar responden bekerja sebagai IRT
perbedaan nilai ABI antara kelompok 1 dan 3 (53.3 %) dan diikuti swasta (36.7 %), dan PNS
dengan nilai signifikan 0.000 ( p < 0.05 ) dan (10 %). Oleh karena itu, senam kaki diabetes
diikuti dengan perbedaan nilai ABI pada sangat perlu dilakukan untuk mencegah masalah
kelompok 2 dan 3 dengan nilai signifikan 0.002 kaki. Menurut Black dan Hawks (2005), bahwa
( p < 0.05 ). aktifitas fisik dapat meningkatkan sensitivitas
insulin dan memiliki efek langsung terhadap
Pembahasan vaskularisasi ekstremitas bawah.

Karakteristik usia terbanyak antara umur 46 – 55 Efektivitas Senam Kaki Diabetik Dengan
tahun. Hal ini didukung dengan pernyataan Frekuensi Yang Berbeda Terhadap Nilai ABI
Subroto (2006) bahwa penyakit diabetes melitus
tipe 2 biasanya muncul pada orang yang berusia Berdasarkan hasil dari uji t dependent pada
lebih dari 30 tahun. Keseluruhan responden di kelompok eksperimen 2 dan 3 diperoleh p
atas menderita diabetes melitus tipe 2 yang mana value=
tidak tergantung insulin dan berkaitan dengan 0.001 dan 0.000 (p<0,05). Dilihat dari p value
usia karena diabetes melitus sering muncul pada antara kelompok 2 dan 3 dapat di simpulkan
usia lanjut. Proses penuaan atau usia lanjut dapat bahwa yang mengalami perubahan paling
menyebabkan penyusunan sel-sel yang progesif signifikan terdapat pada kelompok 3 yaitu
sehingga sekresi insulin semakin berkurang dan kelompok yang dilakukan perlakuan senam kaki
kepekaan reseptornya juga menurun. diabetik sebanyak 3 kali dalam seminggu.
dengan p value = 0.000. Hal ini sejalan dengan
Pada karakteristik jenis kelamin, sebanyak 40 % penelitian Nasution (2010) tentang “Pengaruh
berjenis kelamin laki-laki dan didominasi oleh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi
perempuan sebanyak 60%. Kejadian DM lebih darah kaki pada pasien penderita Diabetes
tinggi pada wanita dibanding pria terutama pada Melitus di RSUD Haji Adam Malik”, dari hasil
DM tipe 2. Hal ini disebabkan oleh penurunan penelitian yang dilakukan bahwa sirkulasi darah
hormon estrogen akibat menopause. Estrogen kaki setelah melakukan senam kaki meningkat
pada dasarnya berfungsi untuk menjaga secara signifikan dengan p=0,002 berarti
keseimbangan kadar gula darah dan p<0,05. Sedangkan pada kelompok kontrol
meningkatkan penyimpanan lemak, serta p=0,903 (p>0,05). Hal ini juga sejalan dengan
progesteron yang berfungsi untuk menormalkan pernyataan Guyton & Hall (2012) bahwa
kadar gula darah dan membantu menggunakan melakukan aktivitas senam kaki dapat
lemak sebagai energi (Taylor, 2005). mengakibatkan menegangnya otot-otot tungkai
dan menekan vena disekitar otot. Dengan
Karakteristik lain, berdasarkan tingkat demikian dapat membantu melancarkan
pendidikan yaitu SMP sebanyak 56.7 %. Tingkat peredaran darah pada kaki dan memperbaiki
pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan sirkulasi darah.

Efektivitas Senam Kaki Diabetik Dengan Frekuensi Yang Berbeda........ ( Syamsul A.) 68
Berdasarkan hasil dari uji one-way ANOVA unuk terjadinya gangguan ekstremitas.
diperoleh p value= 0.000 (p < 0.05). Hal ini
berarti Ho ditolak, sehingga kesimpulan yang Terdapat perbedaan nilai ABI antara kelompok 1 dan 3
didapatkan adalah terdapat perbedaan yang dengan nilai signifikan 0.000 ( p < 0.05 ) dan diikuti
bermakna nilai ABI pada ketiga kelompok. dengan perbedaan nilai ABI pada kelompok 2 dan 3
Sedangkan pada uji Post Hoc, kelompok 1 dan 2 dengan nilai signifikan 0.002 ( p < 0.05 ). Dengan
tidak terdapat perbedaan yang bermakna dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kelompok 3
nilai signifikan 0.330 ( p > 0.05). Hal ini sejalan paling efektif untuk menaikkan nilai ABI. Sejalan
dengan pendapat Barnedh (2006) yang dengan pendapat Smeltzer & Bare (2002) bahwa
menyatakan bahwa aktivitas fisik mempunyai latihan pada penderita Dibetes Mellitus minimal
hubungan yang bermakna dengan gangguan dilakukan selama 3 hari dalam seminggu. Dengan
ekstremitas dimana aktivitas fisik yang rendah, melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara
salah satunya tidak teratur berolahraga beresiko mandiri, penderita diabetes kini dapat mengatur
terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa 0.001 pada kelompok 2. Sedangkan pada
darah secara optimal. Cara ini memungkinkan kelompok 1 diperoleh p value 0.053 (p>0.05).
deteksi dan pencegahan hipoglikemia serta
hiperglikemia. Dan berperan dalam menentukan Sedangkan hasil analisis dengan menggunakan
kadar glukosa darah normal yang kemungkinan uji oneway ANOVA, menunjukan p value sebesar
akan mengurangi komplikasi diabetes jangka 0.000 (p<0.05). Sedangkan pada uji post
panjang. Menurut Departemen Kesehatan (2003) ANOVA terdapat perbedaan nilai ABI antara
bahwa latihan fisik seperti senam kaki secara kelompok 1 dan 3 dengan nilai signifikan 0.000
baik dan teratur dapat meningkatkan daya tahan ( p < 0.05 ) dan diikuti dengan perbedaan nilai
kardio-respirasi dan kekuatan otot. Dengan ABI pada kelompok 2 dan 3 dengan nilai
demikian dapat dikatakan bahwa senam kaki signifikan 0.002 ( p < 0.05 ).
diabetik lebih efektif dilakukan selama 3 kali
dalam seminggu. Bagi pasien dan keluarga hasil penelitian ini
dapat memberikan informasi dan dapat
Simpulan dan Saran digunakan sebagai acuan dalam melakukan
senam kaki diabetik. Bagi institusi dapat
Karakteristik responden berusia 46-55 tahun (80 dijadikan sebagai referensi penelitian lanjutan
%) sebagian besar berjenis kelamin perempuan tentang senam kaki diabetik. Bagi peneliti
(60 %), dan berpendidikan SMP (56.7 %), serta selanjutnya diharapkan peneliti dalam
bekerja sebagai IRT (53.3 %). melakukan pengukuran ABI menggunakan alat
ultrasonografi doppler untuk memudahkan
Hasil analisis dengan menggunakan uji peneliti dalam memperoleh hasil yang akurat.
dependent-Sample test, menunjukan p value
sebesar 0.000 (p<0.05) pada kelompok 3 dan Daftar Pustaka
Afriwardi. (2011). Ilmu Kedokteran Olahraga.
Jakarta: EGC. hal: 40-41.

American Diabetes Association, (2004),


Physical activity/ exercise and diabetes.
http://www.uhs.wisc.edu. Diperoleh 4
Agustus 2016.
Barnedh, H., Sitorus, F., & Ali, W. 2006.
Penilaian Keseimbangan menggunakan
Skala Keseimbangan Berg pada Lansia di
Kelompok lansia Puskesmas. Tebet Tesis.
Jakarta: FKUI.

Black & Hawks. (2005). Medical Surgical


Nursing Clinical Management for
Positive Outcomes (Ed.7). St. Louis:
Missouri Elsevier Saunders

Guyton AC, Hall JE. (2006). Buku Ajar


Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Penterjemah: Irawati, Ramadani D,
Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Hardiman. (2013). Rapid acting insulin analogue


merupakan satu langkah lebih maju dalam
terapi DM tipe-2 dalam kondisi gawat

69 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. III No.2, Desember 2017 56-116
darurat maupun untuk regulasi glukosa
darah. Naskah Lengkap Simposium Hari
Diabetes Dunia. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.

Juliana. (2009). Dalam Pengaruh Senam Kaki


Diabetik Terhadap Sirkulasi Darah Kaki
pada Pasien Diabetes Mellitus si Ruang
Penyakit Dalam RSU Pringadi Medan.
Diakses 6 Desember 2015.

Maulana, M. (2009). Mengenal Diabetes


Mellitus Panduan Praktis Menangani
Penyakit Kencing Manis. Jogjakarta :
Katahati.

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan


metodologi penelitian keperawatan.

Perkeni, PB. (2006). Konsensus pengelolaan


dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di
Indonesia. Jakarta: PB Perkeni.

Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar


Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2, Alih
Bahasa Kuncara, H.Y, dkk, Jakarta: EGC.

Soegondo S. (2005). Diagnosis dan Kalsifikasi


Diabetes Mellitus Terkini. Dalam
Soegondo S dkk (eds), Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta:
Penerbit FKUI.

Sumarni, (2008). Pengaruh Senam Diabetes


Mellitus Dengan Nilai ABI (Ankle
Brachial Index) pada pasien Diabetes
Mellitus di Puskesmas Padamara
Purbalingga. Jurnal Ilmu Kesehatan,
(online), diakses 5 Desember 2015.

Efektivitas Senam Kaki Diabetik Dengan Frekuensi Yang Berbeda........ ( Syamsul A.) 70

Anda mungkin juga menyukai