Olivia Andiana
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang No. 5 Malang, 65145 Indonesia
ABSTRAK
Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit yang terjadi karena adanya gejala kompleks yang
berpatokan dengan kadar gula darah yang berubah menjadi tinggi, dan mempengaruhi kinerja dari
insulin di dalam tubuh. Diabetes sangat familiar ditemui pada seseorang yang memasuki masa tua. Hal
itu dikarenakan sangat terbatasnya gerakan yang dilakukan. Akibatnya kebanyakan orang mengalami
pertambahan berat badan yang signifikan dan susah untuk dikendalikan. Pertambahan berat badan yang
tidak dapat dikendalikan berujung pada obesitas yang akan terjadi. Salah satu obesitas yang terjadi
adalah obesitas abdomen yaitu obesitas yang terjadi pada lingkar perut. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui adanya korelasi tentang aktvitas fisk yang dilakukan dan keadaan lingkar perut
mempengaruhi keadaan kadar gula darah. Rancangan penelitian ini menggunakan cross sectional
dengan metode penarikan sampel probability sampling tipe random sampling. Responden penelitian ini
berjumlah 100 orang yang diambil dari 3 daerah kawasan Malang Raya. Hasil penelitian dianalisis
dengan analisa spearman yang berada dalam software IBM SPSS yang mendapatkan skor p-value senilai
0,01 untuk aktivitas fisik dan 0,12 untuk lingkar perut. Sedangkan skor correlation coefficient sebesar -
0,257 untuk aktivitas fisik dan 0,250 untuk lingkar perut. Sehingga dapat diinterpretasikan terbadapat
korelasi yang kuat, bahwa dapat disimpulkan terdapat korelasi aktivitas fisik, dan lingkar perut dengan
diabetes melitus tipe 2 pada perempuan di Malang Raya.
kardiovaskuler dari pada seseorang yang diabetes melitus tipe 2. Didukung oleh
tidak terdiagnosis (Liu & Melmed, 2016). penelitian (Ramadhanisa, Larasati, &
Penderita diabetes melitus jangka panjang Mayasari, 2013) menjelaskan seseorang
mengalami peningkatan terjadinya patah yang mempunyai aktivitas fisik kurang
tulang, disebabkan oleh kontrol glikemik menyebabkan kadar HbA1c buruk
yang buruk, kegagalan sel beta dan berdasarkan hasil uji laboratorium.
menerima perawatan insulin (Napoli et al., Salah satu indikator penyebab
2017). Komplikasi dari diabetes melitus penyakit diabetes melitus tipe 2 dan penyakit
terdapat sindrom klinis yang disebabkan kardiovaskuler adalah lingkar perut, karena
oleh kerusakan saraf perifer dan otonom berkaitan dengan obesitas sentral (Kemenkes
pada umunya disebut dengan neuropati RI, 2018). Sejalan dengan penelitian
diabetes (Callaghan, Gallagher, Fridman, & (Rahardian, 2010) di Yogyakarta
Feldman, 2020). menunjukan bahwa adanya hubungan
Diabetes Melitus tipe 2 merupakan antara lingkar perut dengan kejadian
diabetes terpopuler yang ditemui pada diabetes melitus tipe 2 pada usia dewasa.
seseorang yang berusia >18 tahun Dalam penelitian tersebut juga disebutkan
(Kemenkes RI, 2018). Pemicu utama bahwa orang mempunyai lingkar pinggang
penyakit ginjal, kebutaan, dan terjadi berlebih akan memiliki resiko 8 kali lipat
amputasi pada Lansia adalah penyakit lebih besar.
diabetes melitus tipe 2 (Hill, 2011). Angka
harapan hidup penderita diabetes melitus METODE
tipe 2 disertai gangguan mental, seperti Penelitian ini menggunakan
Skizofrenia, 20% lebih rendah metode. Metode pada penilitian ini adalah
dibandingkan dengan pada umumnya probability sampling. Probability sampling
(Nugroho & Fahrurodzi, 2018). merupakan cara pengumpulan responden
Aktivitas fisik merupakan aksi dengan memberi kesempatan yang sama
tubuh yang ditimbulkan oleh aktivitas bagi setiap unsur (kelompok) untuk dipilih
kontraksi otot skeletal sehingga sebagai kelompok sampling (Sugiyono,
mengakibatkan pengeluaran energi 2017).Subyek yang digunakan yaitu lansia
(Donnelly et al., 2017). Menurut penelitian perempuan di Malang Raya berumur ≥50
yang dilakukan oleh (Nurayati & Adriani, tahun dan memiliki lingkar perut diatas 80
2017) di Surabaya terdapat keterkaitan cm. Penelitian ini dilakukan di Malang
antara aktivitas fisik dengan penyakit Raya yang dibagi 3 daerah yaitu Kabupaten
diabetes melitus tipe 2. Hal ini disebabkan Malang, Kota Malang dan Kota Batu.
karena aktivitas fisik berpengaruh pada Sampel penelitian berjumlah 100
kadar glukosa darah. responden.
Berbanding lurus dengan Instrumen penelitian merupakan
penelitian yang dilakukan oleh (Widiyoga, alat bantu yang difungsikan untuk
Saichudin, & Andiana, 2020) yang membantu proses penelitian (Winarno,
menjelaskan latihan daya tahan, latihan 2013:71). Data penelitian diambil
aerobik atau gabungan dari keduanya yang menggunakan pitar ukur (metline),
dilakukan dengan frekuensi yang tepat glukometer, informed consent, kuisioner
dapat menurunkan HbA1c pada penderita GPAQ, alat tulis, dan reward untuk
responden. Analisis data dilakukan dengan
87
Jurnal Sport Science ISSN :2620-4681 (online), ISSN :1907-5111 (print)
uji statistic rank spearman yang diolah (37%) dan ≥65 kg sebanyak 18 responden
dalam software IBM SPSS Statistics. Taraf (18%).
signifikansi dalam uji statistik rank 2. Data Spesifik
spearman adalah 0,05. Tabel 3. Diseminasi jumlah responden
berdasarkan aktifitas fisik
Aktivitas Frekuensi Persentase (%)
HASIL Fisik
Adapun hasil penelitian ini berupa Rendah 10 10
data yang didapat berdasarkan hasil Sedang 44 44
Tinggi 46 46
kuisioner aktivitas fisik berdasarkan Jumlah 100 100
GPAQ, pengukuran lingkar perut, dan Sumber : Data penelitian pada Bulan Desember 2020
pengukuran glukosa darah. Data disajikan – Januari 2021
berdasarkan karakterisitik responden yaitu Tabel 3. Menjelaskan aktivitas 46
dalam data konvensional dan data spesifik. responden (46%) yang beraktivitas fisik
Data konvensional berupa usia dan berat kategori tinggi, 44 responden (44%)
badan. Data spesifik berupa aktivitas fisik, beraktivitas fisik kategori sedang dan 10
lingkar perut, kadar glukosa darah, serta responden (10%) memiliki aktivitas fisik
hasil analisis dari ketiga variabel tersebut. kategori rendah.
1. Data Konvensional Tabel 4. Diseminasi jumlah responden
berdasarkan lingkar perut
Tabel 1. Diseminasi jumlah responden Lingkar Perut Frekuensi Persentase
berdasarkan usia (%)
Usia Frekuensi Persentase (%) ≥80 59 59
50-55 47 47 ≥90 25 25
56-60 33 33 ≥100 16 16
≥61 20 20 Jumlah 100 100
Jumlah 100 100 Sumber : Data penelitian pada Bulan Desember 2020
Sumber : Data penelitian pada Bulan Desember 2020 – Januari 2021
– Januari 2021 Tabel 4. menjelaskan bahwa
Tabel 1. menjelaskan bahwa
sebagian besar responden memiliki lingkar
responden penelitian ini berada pada
perut ≥80 sebanyak 59 responden (59%),
kelompok umur 50-55 tahun sebanyak 47
≥90 sebanyak 25 responden (25%) dan 16
responden (47%), 56-60 tahun sebanyak 33
responden (16%) memiliki lingkar perut
responden (33%) dan ≥61 tahun sebanyak
≥100.
20 responden (20%).
Tabel 5. Diseminasi jumlah responden
Tabel 2. Diseminasi jumlah responden berdasarkan kejadian diabetes melitus
berdasarkan berat badan Kejadian Frekuensi Persenta
Berat Badan Frekuensi Persentase Diabetes Melitus se (%)
(%) Normal 31 31
<55 37 37 Prediabetes 34 34
≥55 45 45 Diabetes 35 35
≥65 18 18
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100
Sumber : Data penelitian pada Bulan Desember 2020 Sumber : Data penelitian pada Bulan Desember 2020
– Januari 2021 – Januari 2021
Tabel 2. menjelaskan bahwa Tabel 5. Menjelaskan bahwa
responden penelitian ini mayoritas memiliki kejadian diabetes melitus pada responden
berat badan ≥55 kg sebanyak 45 responden yaitu sebanyak 31 responden (31%)
(45%), <55 kg sebanyak 37 responden memiliki kadar glukosa norma, prediabetes
88
Jurnal Sport Science ISSN :2620-4681 (online), ISSN :1907-5111 (print)
Tabel 6. Hasil analisis korelasi antara aktivitas fisik dengan derajat diabetes melitus
tipe 2
DERAJAT DM TIPE 2
AKTIVITAS
N PD DM Total P value
FISIK
N N N N %
Rendah 1 5 4 10 10%
Sedang 6 22 16 44 44%
0,01
Tinggi 24 7 15 46 46%
Total 9 17 21 100 100%
Koefisien Korelasi – 0,257
Tabel 7. Hasil analisis korelasi antara lingkar perut dengan derajat diabetes melitus
tipe 2
DERAJAT DM TIPE 2
LINGKAR
N PD DM Total P value
PERUT
N N N N %
≥ 80 22 26 11 59 59%
≥ 90 2 4 19 25 25%
0,012
≥ 100 7 4 5 16 16%
Total 31 34 35 100 100%
Koefisien Korelasi 0,250
Berdasar pada tabel 6. nilai uji terdapat konektifitas kuat antara lingkar
spearman mendapat skor p value = 0,01 perut dengan derajat diabetes melitus tipe 2
yang berarti nilai tersebut lebih kecil dari pada perempuan di Malang Raya.
nilai α < 0,05, sehingga diperoleh H0 Nilai koefisien korelasi yaitu 0,250
ditolak dan H1 diterima yang artinya menunjukkan bahwa hubungan antara
terdapat konektifitas kuat antara aktivitas kedua variabel yaitu cukup kuat. Nilai
fisik dengan derajat diabetes melitus tipe 2 koefisien korelasi yang bersifat positif,
pada perempuan di Malang Raya. sehingga berarti bahwa arah hubungan
Nilai koefisien korelasi = -0,257 antara dua variabel bersifat searah, artinya
artinya terdapat konektifitas antara kedua semakin tinggi lingkar perut kejadian
varabel cukup kuat. Nilai koefisien korelasi diabetes melitus juga akan meningkat.
bersifat negatif berarti bahwa arah
hubungan antara dua variabel bersifat PEMBAHASAN
berlawanan atau tidak searah, artinya Aktivitas fisik salah sebuah
semakin tinggi aktivitas fisik semakin indikator terjadinya diabetes melitus yang
rendah kejadian diabetes melitus pada bisa diperbaiki. Aktivitas fisik didefinisikan
responden. sebagai gerakan tubuh yang ditimbulkan
Berdasarkan pada tabel 7. nilai uji akibat aktivitas kontraksi otot skeletal
spearman mendapat skor p value = 0,012 sehingga terjadi pengeluaran tenaga
yang berarti nilai tersebut lebih kecil dari (Donnelly et al., 2017). Beraktivitas fisik
nilai α < 0,05, sehingga diperoleh H0 dengan aktif dapat menghindarkan dari
ditolak dan H1 diterima yang artinya resiko terkenal penyakit tidak menular, dan
89
Jurnal Sport Science ISSN :2620-4681 (online), ISSN :1907-5111 (print)
diabetes melitus termasuk diantaranya. Hal diabetes yang rendah, prediabetes dan
ini mengacu kepada melakukan aktivitas diabetes cenderung dialami oleh responden
fisik secara reguler dapat mencegah yang mempunyai aktivitas fisik sedang dan
terjadinya obesitas sentral (lingkar perut). rendah.
Berdasarkan pada uji spearman Penelitian ini mempunyai
aktivitas fisik dengan kejadian diabetes responden lansia perempuan yang berumur
melitus tipe 2 pada perempuan di Malang diatas 50 tahun sejumlah 100 orang.
Raya diperoleh nilai coefficient correlation Golongan usia tersebut cenderung
= -0,257 menunjukkan bahwa hubungan mempunyai kesulitan mobilitas, maka dari
antara kedua varabel cukup kuat. Nilai itu disarankan untuk melakukan aktivitas
koefisien korelasi bersifat negatif berarti fisik yang berfungsi meningkatkan
bahwa arah hubungan antara dua variabel mobilitas tubuh dan organ seperti olahraga
bersifat berlawanan atau tidak searah, aerob dengan intensitas tiga kali dalam
artinya semakin tinggi aktivitas fisik seminggu (WHO, 2010). Aktivitas fisik
semakin rendah kejadian diabetes melitus yang bersifat aerob dianjurkan kepada
pada responden. Sejalan dengan penelitian kelompok usia tersebut, karena olahraga
yang (Kistianita, Yunus, & Gayatri, 2018) aerobic dapat memperkuat jantung sehingga
bahwa aktivitas fisik seseorang mempunyai insulin dapat bekerja secara efektif (Irianto,
keterkaitan dengan insiden yang signifikan 2014).
terhadap diabetes melitus tipe 2, skor p- Menurut penelitian yang dilakukan
value = 0,001. Aktivitas fisik berperan oleh (Nurayati & Adriani, 2017) di
dalam menekan tingkat diabetes melitus Surabaya terdapat hubungan antara aktifitas
tipe 2 sebesar 30-50%. fisik dengan penyakit diabetes melitus. Hal
Berdasakan penelitian, responden ini terjadi karena aktivitas fisik berpengaruh
mempunyai aktivitas fisik sehari-hari yang pada kadar glukosa darah. Seseorang yang
beragam. Aktivitas fisik yang dikerjakan beraktifitas tinggi akan menggunakan
responden berupa berkebun, berjalan kaki, glukosa darah meningkat. Glukosa darah
melakukan pekerjaan rumah tangga yang meningkat terjadi karena glukosa
(mencuci, mengepel, menyapu, endogen juga meningkat, hal ini betujuan
mengangkat beban ringan), dan aktivitas menjaga agar tetap seimbang. Kejadian ini
olahraga (senam aerobik, dan jogging). berpengaruh terhadap sensitifitas insulin.
Pada penelitian ini mengategorikan Berbanding lurus penelitian
aktivitas fisik menjadi 3 berdasarkan (Widiyoga et al., 2020) yang menjelaskan
pedoman Global Physical Activity latihan daya tahan, latihan aerobik atau
Questionnaire yaitu rendah (jika nilai gabungan dari keduanya yang dilakukan
aktivitas fisik MET menit per minggu tidak dengan ketepatan frekuensi dan repetisi
mencapaiu kriteria aktivitas fisik sedang dapat menurunkan kadar HbA1c pada
dan tinggi), sedang (aktivitas fisik MET penderita diabetes melitus tipe 2. Didukung
menit per minggu ≥600), dan tinggi oleh penelitian (Ramadhanisa, Larasati, &
(aktivitas fisik MET menit per minggu Mayasari, 2013) menjelaskan seseorang
≥3000). Pada tabel 6. dapat ditunjukkan yang mempunyai aktivitas fisik kurang
bahwa kebanyakan responden berkativitas menyebabkan kadar HbA1c buruk
fisik tergolong tinggi mempunyai kadar berdasarkan hasil uji laboratorium.
90
Jurnal Sport Science ISSN :2620-4681 (online), ISSN :1907-5111 (print)
91
Jurnal Sport Science ISSN :2620-4681 (online), ISSN :1907-5111 (print)
92
Jurnal Sport Science ISSN :2620-4681 (online), ISSN :1907-5111 (print)
93