Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Sport Science ISSN :2620-4681 (online), ISSN :1907-5111 (print)

HUBUNGAN LINKAR PERUT & AKTIVITAS FISIK DENGAN


PENYAKIT DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA PEREMPUAN DI
MALANG RAYA

Faruq Ilya Ainu Silmi


Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang No. 5 Malang, 65145 Indonesia
Faruq1008@gmail.com

Rias Gesang Kinanti


Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang No. 5 Malang, 65145 Indonesia

Olivia Andiana
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang No. 5 Malang, 65145 Indonesia

ABSTRAK
Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit yang terjadi karena adanya gejala kompleks yang
berpatokan dengan kadar gula darah yang berubah menjadi tinggi, dan mempengaruhi kinerja dari
insulin di dalam tubuh. Diabetes sangat familiar ditemui pada seseorang yang memasuki masa tua. Hal
itu dikarenakan sangat terbatasnya gerakan yang dilakukan. Akibatnya kebanyakan orang mengalami
pertambahan berat badan yang signifikan dan susah untuk dikendalikan. Pertambahan berat badan yang
tidak dapat dikendalikan berujung pada obesitas yang akan terjadi. Salah satu obesitas yang terjadi
adalah obesitas abdomen yaitu obesitas yang terjadi pada lingkar perut. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui adanya korelasi tentang aktvitas fisk yang dilakukan dan keadaan lingkar perut
mempengaruhi keadaan kadar gula darah. Rancangan penelitian ini menggunakan cross sectional
dengan metode penarikan sampel probability sampling tipe random sampling. Responden penelitian ini
berjumlah 100 orang yang diambil dari 3 daerah kawasan Malang Raya. Hasil penelitian dianalisis
dengan analisa spearman yang berada dalam software IBM SPSS yang mendapatkan skor p-value senilai
0,01 untuk aktivitas fisik dan 0,12 untuk lingkar perut. Sedangkan skor correlation coefficient sebesar -
0,257 untuk aktivitas fisik dan 0,250 untuk lingkar perut. Sehingga dapat diinterpretasikan terbadapat
korelasi yang kuat, bahwa dapat disimpulkan terdapat korelasi aktivitas fisik, dan lingkar perut dengan
diabetes melitus tipe 2 pada perempuan di Malang Raya.

Kata kunci: Aktivitas Fisik, Lingkar Perut, Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes Melitus merupakan terbanyak menurut WHO (World Health


luaran sindrom metabolik diakibatkan Organisation) berdasarkan data pada tahun
karena gejala kompleks yang berpatokan 2016. 56,9 juta kematian di dunia pada
dengan kadar gula darah menjadi tinggi dan tahun 2016.
fungsi insulin terganggu (PERKENI, 2015). Diabetes melitus mengakibatkan
Insufesiensi insulin diakibatkan oleh sel munculnya penyakit kronis yang lain.
beta yang memproduksi insulin di kelenjar Diabetes melitus merupakan pemicu
pankreas menjadi kurang responsif terhadap penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi,
insulin. dan jantung koroner (World Health
Diabetes Melitus termasuk salah Organization, 2018). Seseorang yang sudah
satu noncommunicable disease dengan terdiagnosis diabetes melitus mempunyai
kaetgori 10 besar penyebab kematian resiko tiga kali lipat untuk terkena penyakit
86
Jurnal Sport Science ISSN :2620-4681 (online), ISSN :1907-5111 (print)

kardiovaskuler dari pada seseorang yang diabetes melitus tipe 2. Didukung oleh
tidak terdiagnosis (Liu & Melmed, 2016). penelitian (Ramadhanisa, Larasati, &
Penderita diabetes melitus jangka panjang Mayasari, 2013) menjelaskan seseorang
mengalami peningkatan terjadinya patah yang mempunyai aktivitas fisik kurang
tulang, disebabkan oleh kontrol glikemik menyebabkan kadar HbA1c buruk
yang buruk, kegagalan sel beta dan berdasarkan hasil uji laboratorium.
menerima perawatan insulin (Napoli et al., Salah satu indikator penyebab
2017). Komplikasi dari diabetes melitus penyakit diabetes melitus tipe 2 dan penyakit
terdapat sindrom klinis yang disebabkan kardiovaskuler adalah lingkar perut, karena
oleh kerusakan saraf perifer dan otonom berkaitan dengan obesitas sentral (Kemenkes
pada umunya disebut dengan neuropati RI, 2018). Sejalan dengan penelitian
diabetes (Callaghan, Gallagher, Fridman, & (Rahardian, 2010) di Yogyakarta
Feldman, 2020). menunjukan bahwa adanya hubungan
Diabetes Melitus tipe 2 merupakan antara lingkar perut dengan kejadian
diabetes terpopuler yang ditemui pada diabetes melitus tipe 2 pada usia dewasa.
seseorang yang berusia >18 tahun Dalam penelitian tersebut juga disebutkan
(Kemenkes RI, 2018). Pemicu utama bahwa orang mempunyai lingkar pinggang
penyakit ginjal, kebutaan, dan terjadi berlebih akan memiliki resiko 8 kali lipat
amputasi pada Lansia adalah penyakit lebih besar.
diabetes melitus tipe 2 (Hill, 2011). Angka
harapan hidup penderita diabetes melitus METODE
tipe 2 disertai gangguan mental, seperti Penelitian ini menggunakan
Skizofrenia, 20% lebih rendah metode. Metode pada penilitian ini adalah
dibandingkan dengan pada umumnya probability sampling. Probability sampling
(Nugroho & Fahrurodzi, 2018). merupakan cara pengumpulan responden
Aktivitas fisik merupakan aksi dengan memberi kesempatan yang sama
tubuh yang ditimbulkan oleh aktivitas bagi setiap unsur (kelompok) untuk dipilih
kontraksi otot skeletal sehingga sebagai kelompok sampling (Sugiyono,
mengakibatkan pengeluaran energi 2017).Subyek yang digunakan yaitu lansia
(Donnelly et al., 2017). Menurut penelitian perempuan di Malang Raya berumur ≥50
yang dilakukan oleh (Nurayati & Adriani, tahun dan memiliki lingkar perut diatas 80
2017) di Surabaya terdapat keterkaitan cm. Penelitian ini dilakukan di Malang
antara aktivitas fisik dengan penyakit Raya yang dibagi 3 daerah yaitu Kabupaten
diabetes melitus tipe 2. Hal ini disebabkan Malang, Kota Malang dan Kota Batu.
karena aktivitas fisik berpengaruh pada Sampel penelitian berjumlah 100
kadar glukosa darah. responden.
Berbanding lurus dengan Instrumen penelitian merupakan
penelitian yang dilakukan oleh (Widiyoga, alat bantu yang difungsikan untuk
Saichudin, & Andiana, 2020) yang membantu proses penelitian (Winarno,
menjelaskan latihan daya tahan, latihan 2013:71). Data penelitian diambil
aerobik atau gabungan dari keduanya yang menggunakan pitar ukur (metline),
dilakukan dengan frekuensi yang tepat glukometer, informed consent, kuisioner
dapat menurunkan HbA1c pada penderita GPAQ, alat tulis, dan reward untuk
responden. Analisis data dilakukan dengan
87
Jurnal Sport Science ISSN :2620-4681 (online), ISSN :1907-5111 (print)

uji statistic rank spearman yang diolah (37%) dan ≥65 kg sebanyak 18 responden
dalam software IBM SPSS Statistics. Taraf (18%).
signifikansi dalam uji statistik rank 2. Data Spesifik
spearman adalah 0,05. Tabel 3. Diseminasi jumlah responden
berdasarkan aktifitas fisik
Aktivitas Frekuensi Persentase (%)
HASIL Fisik
Adapun hasil penelitian ini berupa Rendah 10 10
data yang didapat berdasarkan hasil Sedang 44 44
Tinggi 46 46
kuisioner aktivitas fisik berdasarkan Jumlah 100 100
GPAQ, pengukuran lingkar perut, dan Sumber : Data penelitian pada Bulan Desember 2020
pengukuran glukosa darah. Data disajikan – Januari 2021
berdasarkan karakterisitik responden yaitu Tabel 3. Menjelaskan aktivitas 46
dalam data konvensional dan data spesifik. responden (46%) yang beraktivitas fisik
Data konvensional berupa usia dan berat kategori tinggi, 44 responden (44%)
badan. Data spesifik berupa aktivitas fisik, beraktivitas fisik kategori sedang dan 10
lingkar perut, kadar glukosa darah, serta responden (10%) memiliki aktivitas fisik
hasil analisis dari ketiga variabel tersebut. kategori rendah.
1. Data Konvensional Tabel 4. Diseminasi jumlah responden
berdasarkan lingkar perut
Tabel 1. Diseminasi jumlah responden Lingkar Perut Frekuensi Persentase
berdasarkan usia (%)
Usia Frekuensi Persentase (%) ≥80 59 59
50-55 47 47 ≥90 25 25
56-60 33 33 ≥100 16 16
≥61 20 20 Jumlah 100 100
Jumlah 100 100 Sumber : Data penelitian pada Bulan Desember 2020
Sumber : Data penelitian pada Bulan Desember 2020 – Januari 2021
– Januari 2021 Tabel 4. menjelaskan bahwa
Tabel 1. menjelaskan bahwa
sebagian besar responden memiliki lingkar
responden penelitian ini berada pada
perut ≥80 sebanyak 59 responden (59%),
kelompok umur 50-55 tahun sebanyak 47
≥90 sebanyak 25 responden (25%) dan 16
responden (47%), 56-60 tahun sebanyak 33
responden (16%) memiliki lingkar perut
responden (33%) dan ≥61 tahun sebanyak
≥100.
20 responden (20%).
Tabel 5. Diseminasi jumlah responden
Tabel 2. Diseminasi jumlah responden berdasarkan kejadian diabetes melitus
berdasarkan berat badan Kejadian Frekuensi Persenta
Berat Badan Frekuensi Persentase Diabetes Melitus se (%)
(%) Normal 31 31
<55 37 37 Prediabetes 34 34
≥55 45 45 Diabetes 35 35
≥65 18 18
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100
Sumber : Data penelitian pada Bulan Desember 2020 Sumber : Data penelitian pada Bulan Desember 2020
– Januari 2021 – Januari 2021
Tabel 2. menjelaskan bahwa Tabel 5. Menjelaskan bahwa
responden penelitian ini mayoritas memiliki kejadian diabetes melitus pada responden
berat badan ≥55 kg sebanyak 45 responden yaitu sebanyak 31 responden (31%)
(45%), <55 kg sebanyak 37 responden memiliki kadar glukosa norma, prediabetes

88
Jurnal Sport Science ISSN :2620-4681 (online), ISSN :1907-5111 (print)

sebanyak 34 responden (34%), dan diabetes


sebanyak 35 responden (35%).

Tabel 6. Hasil analisis korelasi antara aktivitas fisik dengan derajat diabetes melitus
tipe 2
DERAJAT DM TIPE 2
AKTIVITAS
N PD DM Total P value
FISIK
N N N N %
Rendah 1 5 4 10 10%
Sedang 6 22 16 44 44%
0,01
Tinggi 24 7 15 46 46%
Total 9 17 21 100 100%
Koefisien Korelasi – 0,257

Tabel 7. Hasil analisis korelasi antara lingkar perut dengan derajat diabetes melitus
tipe 2
DERAJAT DM TIPE 2
LINGKAR
N PD DM Total P value
PERUT
N N N N %
≥ 80 22 26 11 59 59%
≥ 90 2 4 19 25 25%
0,012
≥ 100 7 4 5 16 16%
Total 31 34 35 100 100%
Koefisien Korelasi 0,250

Berdasar pada tabel 6. nilai uji terdapat konektifitas kuat antara lingkar
spearman mendapat skor p value = 0,01 perut dengan derajat diabetes melitus tipe 2
yang berarti nilai tersebut lebih kecil dari pada perempuan di Malang Raya.
nilai α < 0,05, sehingga diperoleh H0 Nilai koefisien korelasi yaitu 0,250
ditolak dan H1 diterima yang artinya menunjukkan bahwa hubungan antara
terdapat konektifitas kuat antara aktivitas kedua variabel yaitu cukup kuat. Nilai
fisik dengan derajat diabetes melitus tipe 2 koefisien korelasi yang bersifat positif,
pada perempuan di Malang Raya. sehingga berarti bahwa arah hubungan
Nilai koefisien korelasi = -0,257 antara dua variabel bersifat searah, artinya
artinya terdapat konektifitas antara kedua semakin tinggi lingkar perut kejadian
varabel cukup kuat. Nilai koefisien korelasi diabetes melitus juga akan meningkat.
bersifat negatif berarti bahwa arah
hubungan antara dua variabel bersifat PEMBAHASAN
berlawanan atau tidak searah, artinya Aktivitas fisik salah sebuah
semakin tinggi aktivitas fisik semakin indikator terjadinya diabetes melitus yang
rendah kejadian diabetes melitus pada bisa diperbaiki. Aktivitas fisik didefinisikan
responden. sebagai gerakan tubuh yang ditimbulkan
Berdasarkan pada tabel 7. nilai uji akibat aktivitas kontraksi otot skeletal
spearman mendapat skor p value = 0,012 sehingga terjadi pengeluaran tenaga
yang berarti nilai tersebut lebih kecil dari (Donnelly et al., 2017). Beraktivitas fisik
nilai α < 0,05, sehingga diperoleh H0 dengan aktif dapat menghindarkan dari
ditolak dan H1 diterima yang artinya resiko terkenal penyakit tidak menular, dan
89
Jurnal Sport Science ISSN :2620-4681 (online), ISSN :1907-5111 (print)

diabetes melitus termasuk diantaranya. Hal diabetes yang rendah, prediabetes dan
ini mengacu kepada melakukan aktivitas diabetes cenderung dialami oleh responden
fisik secara reguler dapat mencegah yang mempunyai aktivitas fisik sedang dan
terjadinya obesitas sentral (lingkar perut). rendah.
Berdasarkan pada uji spearman Penelitian ini mempunyai
aktivitas fisik dengan kejadian diabetes responden lansia perempuan yang berumur
melitus tipe 2 pada perempuan di Malang diatas 50 tahun sejumlah 100 orang.
Raya diperoleh nilai coefficient correlation Golongan usia tersebut cenderung
= -0,257 menunjukkan bahwa hubungan mempunyai kesulitan mobilitas, maka dari
antara kedua varabel cukup kuat. Nilai itu disarankan untuk melakukan aktivitas
koefisien korelasi bersifat negatif berarti fisik yang berfungsi meningkatkan
bahwa arah hubungan antara dua variabel mobilitas tubuh dan organ seperti olahraga
bersifat berlawanan atau tidak searah, aerob dengan intensitas tiga kali dalam
artinya semakin tinggi aktivitas fisik seminggu (WHO, 2010). Aktivitas fisik
semakin rendah kejadian diabetes melitus yang bersifat aerob dianjurkan kepada
pada responden. Sejalan dengan penelitian kelompok usia tersebut, karena olahraga
yang (Kistianita, Yunus, & Gayatri, 2018) aerobic dapat memperkuat jantung sehingga
bahwa aktivitas fisik seseorang mempunyai insulin dapat bekerja secara efektif (Irianto,
keterkaitan dengan insiden yang signifikan 2014).
terhadap diabetes melitus tipe 2, skor p- Menurut penelitian yang dilakukan
value = 0,001. Aktivitas fisik berperan oleh (Nurayati & Adriani, 2017) di
dalam menekan tingkat diabetes melitus Surabaya terdapat hubungan antara aktifitas
tipe 2 sebesar 30-50%. fisik dengan penyakit diabetes melitus. Hal
Berdasakan penelitian, responden ini terjadi karena aktivitas fisik berpengaruh
mempunyai aktivitas fisik sehari-hari yang pada kadar glukosa darah. Seseorang yang
beragam. Aktivitas fisik yang dikerjakan beraktifitas tinggi akan menggunakan
responden berupa berkebun, berjalan kaki, glukosa darah meningkat. Glukosa darah
melakukan pekerjaan rumah tangga yang meningkat terjadi karena glukosa
(mencuci, mengepel, menyapu, endogen juga meningkat, hal ini betujuan
mengangkat beban ringan), dan aktivitas menjaga agar tetap seimbang. Kejadian ini
olahraga (senam aerobik, dan jogging). berpengaruh terhadap sensitifitas insulin.
Pada penelitian ini mengategorikan Berbanding lurus penelitian
aktivitas fisik menjadi 3 berdasarkan (Widiyoga et al., 2020) yang menjelaskan
pedoman Global Physical Activity latihan daya tahan, latihan aerobik atau
Questionnaire yaitu rendah (jika nilai gabungan dari keduanya yang dilakukan
aktivitas fisik MET menit per minggu tidak dengan ketepatan frekuensi dan repetisi
mencapaiu kriteria aktivitas fisik sedang dapat menurunkan kadar HbA1c pada
dan tinggi), sedang (aktivitas fisik MET penderita diabetes melitus tipe 2. Didukung
menit per minggu ≥600), dan tinggi oleh penelitian (Ramadhanisa, Larasati, &
(aktivitas fisik MET menit per minggu Mayasari, 2013) menjelaskan seseorang
≥3000). Pada tabel 6. dapat ditunjukkan yang mempunyai aktivitas fisik kurang
bahwa kebanyakan responden berkativitas menyebabkan kadar HbA1c buruk
fisik tergolong tinggi mempunyai kadar berdasarkan hasil uji laboratorium.

90
Jurnal Sport Science ISSN :2620-4681 (online), ISSN :1907-5111 (print)

Satu indikator diantaranya penelitian ini disebutkan bahwa obesitas


penyebab diabetes melitus tipe 2 adalah abdomen sangat riskan dikarenakan
lingkar perut, karena berkaitan dengan adiposit pada area abdomen mempunyai
obesitas sentral (Kemenkes RI, 2018). tingkat responsifitas tinggi dari pada
Berdasarkan petunjuk pengukuran dan adiposit yang lain. Obesitas abdomen
pemeriksaan kesehatan terkait sindrom adalah faktor risiko yang dapat
metabolik menjelaskan pengukuran lingkar meningkatkan resistensi insulin.
perut dilakukan bertujuan unutuk Resistensi insulin adalah hal dini
mengetahui adanya obesitas abdominal yang menandai tidak normalnya sistem
(sentral) apa tidak. metabolik manusia. Resistensi insulin yang
Peneliti mendapatkan data hasil terjadi terus-menerus akan menimbulkan
penelitian yaitu adanya konektifitas antara intoleransi glukosa. Defisiensi insulin
lingkar perut dengan diabetes melitus tipe 2 adalah fenomena umum pada diabetes
pada perempuan di Malang Raya. melitus tipe 2. Hal yang awal yaitu terjadi
Berdasarkan uji spearman memperoleh kegagalan seksresi insulin dalam mengganti
skor p value = 0,012 lebih kecil dari nilai α rugi resistensi insulin dan hal ini dibuktikan
= 0,05, sehingga data tersebut berarti H0 oleh sel-sel beta langerhans mengalami
ditolak dan H1 diterima yang berarti gangguan (Kabadi, 2017). Sel-sel beta
terdapat konektifitas antara lingkar perut langerhans akan mengalami kerusakan
dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 akibat diabetes melitus tipe 2 semakin
pada perempuan di Malang Raya. Nilai berkembang. kejadian ini mengakibatkan
koefisien korelasi yaitu 0,250 menunjukkan orang yang terdiagnosis membutuhkan
bahwa hubungan antara kedua variabel urgensi insulin endogen (Kabadi, 2017).
yaitu cukup kuat. Nilai koefisien korelasi Resistensi dan defisiensi insulin merupakan
yang bersifat positif, sehingga berarti penyebab terjadinya diabetes melitus tipe 2
bahwa arah hubungan antara dua variabel (PERKENI, 2015).
bersifat searah, artinya semakin tinggi Kondisi lingkar perut dipengaruhi
lingkar perut kejadian diabetes melitus juga oleh gaya hidup. Gaya hidup terdiri atas
akan meningkat. beberapa macam hal seperti pola makan,
Sejalan dengan penelitian pola tidur, aktivitas fisik. Pola hidup yang
(Rahardian, 2010) di Yogyakarta (2010) cenderung kurang diperhatikan dapat
dengan nilai p-value sebesar 0,023 yang memicu penyakit diabetes melitus tipe 2.
berarti α < 0,05 menunjukan bahwa adanya Penelitian ini juga selaras dengan penelitian
korelasi antara lingkar perut dengan Farida,dkk (2010) yang menjelaskan
kejadian diabetes melitus tipe 2 pada usia obesitas sentral berdasarkan lingkar perut
dewasa. Dalam penelitian tersebut juga lebih berperan aktif dalam resiko terkena
disebutkan bahwa orang mempunyai diabetes melitus tipe 2. Dalam
lingkar perut lebih besar dari standar normal penelitiannya mengakatakan obesitas
akan memiliki resiko 8 kali terkena diabetes abdomen merupakan salah satu faktor
melitus tipe 2. Pada penelitian (Auliya terkena sindrom metabolik.
Rahmy, Triyanti, & Ayu Dewi Sartika,
2015) mempunyai korelasi ke arah kanan
dengan p-value sebesar 0,005. Pada

91
Jurnal Sport Science ISSN :2620-4681 (online), ISSN :1907-5111 (print)

SIMPULAN hold? Diabetologia.


Berdasarkan pada penelitian yang https://doi.org/10.1007/s00125-020-
sudah dilakukan terdapat konektifitas antara 05085-9
aktivitas fisik, lingkar perut dengan diabetes Donnelly, J. E., Ed, D., Co-chair, F.,
melitus tipe 2 pada perempuan di Malang Hillman, C. H., Co-chair, P. D., Ph,
Raya. Responden dengan tingkat aktifitas D., … Ph, D. (2017). HHS Public
fisik tinggi akan lebih tidak berisiko terkena Access (Vol. 48).
diabetes melitus tipe 2 dari pada yang https://doi.org/10.1249/MSS.0000000
rendah, begitupun sebaiknya. Keadaan 000000901.Physical
lingkar perut responden yang lebih dari Hill, J. (2011). Diabetes monitoring: risk
80cm lebih riskan terkena diabetes melitus factors, complications and
tipe 2, begitupun sebaliknya. management. Nurse Prescribing, 9(3),
122–130.
SARAN https://doi.org/10.12968/npre.2011.9.
Saran peneliti bahwa setiap lansia 3.122
harus menjaga kegiatan sehari-hari tetap Irianto, K. (2014). Epidemiologi Penyakit
aktif bergerak. Selain menjaga imun tubuh Menular & Tidak Menular.
tetap kuat bergerak aktif bermanfaat untuk Kabadi, U. M. (2017). Major
menjaga berat tubuh tetap ideal sehingga pathophysiology in prediabetes and
terhindar dari penyakit-penyakit berbahaya. type 2Diabetes: Decreased insulin in
Bagi peneliti dikemudian hari, penelitian lean and insulin resistance in obese.
kali ini dapat dibuat menjadi masukan dan Journal of the Endocrine Society.
pembanding, jika peneliti selanjutnya ingin https://doi.org/10.1210/js.2016-1116
mengangkat permasalahan yang berkaitan Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama
dengan hubungan aktivitas fisik dan lingkar RISKESDAS 2018 (Kementerian
perut terhadap penyakit diabetes melitus Kesehatan RI, Ed.). Jakarta.
tipe 2 sebaiknya lebih menambah jumlah Kistianita, A. N., Yunus, M., & Gayatri, R.
sampel yang terkait. Karena semakin W. (2018). Analisis Faktor Risiko
banyak sampel semakin besar kemungkinan Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Usia
yang terjadi. Produktif Dengan Pendekatan Who
Stepwise Step 1 (Core/Inti) Di
REFERENSI Puskesmas Kendalkerep Kota
Auliya Rahmy, H., Triyanti, T., & Ayu Malang. Preventia : The Indonesian
Dewi Sartika, R. (2015). Hubungan Journal of Public Health, 3(1), 85.
Imt, Rlpp Dan Riwayat Diabetes Pada https://doi.org/10.17977/um044v3i1p
Keluarga Dengan Kadar Gula Darah 85-108
Sewaktu Pada Pns. Jurnal Kesehatan Liu, A. B. N., & Melmed, S. (2016).
Masyarakat Andalas, 9(1), 17. Somatostatin and dopamine receptor
https://doi.org/10.24893/jkma.v9i1.21 regulation of pituitary somatotroph
4 adenomas. Pituitary.
Callaghan, B. C., Gallagher, G., Fridman, https://doi.org/10.1007/s11102-016-
V., & Feldman, E. L. (2020). Diabetic 0778-2
neuropathy: what does the future Napoli, N., Chandran, M., Pierroz, D. D.,

92
Jurnal Sport Science ISSN :2620-4681 (online), ISSN :1907-5111 (print)

Abrahamsen, B., Schwartz, A. V., & on Physical Activity For Health.


Ferrari, S. L. (2017). Mechanisms of Geneva : World Health Organization
diabetes mellitus-induced bone Press.
fragility. Nature Reviews Widiyoga, C. R., Saichudin, & Andiana, O.
Endocrinology, 13(4), 208–219. (2020). Hubungan Tingkat
https://doi.org/10.1038/nrendo.2016.1 Pengetahuan tentang Penyakit
53 Diabetes Melitus pada Penderita
Nugroho, P. S., & Fahrurodzi, D. S. terhadap Pengaturan Pola Makan dan
(2018). Risiko obesitas terhadap Physical Activity. Sport Science
diabetes melitus di Indonesia ; studi Health.
data Indonesian family life survey V. Winarno. (2013). Metode Penelitian
Jurnal Publikasi Kesehatan Dalam Pendidikan Jasmani.
Masyarakat Indonesia, 5(3), 103–106. World Health Organization. (2018). The
Nurayati, L., & Adriani, M. (2017). top 10 causes of death - Factsheet.
Hubungan Aktifitas Fisik dengan WHO Reports.
Kadar Gula Darah Puasa Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2. Amerta
Nutrition.
https://doi.org/10.20473/amnt.v1i2.62
29
PERKENI. (2015). KONSENSUS
PENGELOLAAN DAN
PENCEGAHAN DIABETES
MELITUS TIPE 2 DI INDONESIA.
Rahardian. (2010). Hubungan antara
Lingkar Perut dan Lingkar Lengan
Atas dengan Tekanan Darah Sistolik
dan Diastolik pada Mahasiswa di
DIY.
Ramadhanisa, A., Larasati, T. A., &
Mayasari, Di. (2013). HUBUNGAN
AKTIVITAS FISIK DENGAN
KADAR HBA1C PASIEN
DIABETES MELITUS TIPE 2 DI
LABORATORIUM PATOLOGI
KLINIK RSUD DR. H.ABDUL
MOELOEK BANDAR LAMPUNG.
Medical Journal of Lampung
University.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: ALFABETA.
WHO. (2010). Global Recommendations

93

Anda mungkin juga menyukai