Anda di halaman 1dari 12

1

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI DENGAN


KADAR GULA DARAH SEWAKTU PADA PASIEN DM TIPE II DI
WILAYAH RW.005 KELURAHAN SRENGSENG SAWAH TAHUN 2020

Ika Febriastuti1, Eni Widiastuti2


1. Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jl. Cempaka Putih Tengah I, Jakarta
Pusat, DKI Jakarta – 10510
2. Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
E-mail : Ikafebri5@gmail.com

Abstrak
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis metabolik yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah
dikarena terdapat kelainan pada defek sekresi, kerja insulin, atau keduanya. Kejadian diabetes melitus tipe II tidak lepas
dari berbagai faktor risiko yang dapat mempengaruhiya seperti aktivitas fisik dan status gizi. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dan Status Gizi Dengan Kadar Gula Darah Sewaktu Pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah Rw. 05 Kelurahan Srengseng Sawah Tahun 2020. Pada penelitian ini
menggunakan desain penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional, dengan populasi pada penelitian sebanyak
44 responden. Teknik sampling yang diterapkan yaitu menggunakan purposive sampling. Instrumen dalam penelitian
ini menggunakan kuesioner dan observasi. Analisa data dalam penelitian menggunakan uji Koefisien Pearson Produk-
Moment. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh nilai aktivitas fisik p-value 0,000 dan status gizi p-value 0,002.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dan status gizi dengan kadar gula
darah sewaktu. Saran tingkatkan kegiatan Posbindu untuk penderita diabetes melalui senam diabet, pengukuran BB dan
pemeriksaan Gula Darah sehingga aktifitas fisik, status gisi dan gula darah dapat termonitor dengan baik.

Kata kunci : Diabetes Melitus (DM), Aktivitas Fisik, Status Gizi, Kadar Gula Darah Sewaktu
Daftar Pustaka : 83 (2001-2020)

Abstract
Diabetes mellitus is a chronic metabolic disease characterized by increased blood sugar levels due to abnormalities in
secretion defects, insulin action, or both. The incidence of type II diabetes mellitus cannot be separated from various
risk factors that can affect it, such as physical activity and nutritional status. The purpose of this study was to determine
the relationship between physical activity and nutritional status with blood sugar levels in patients with type II diabetes
mellitus in the Rw. 05 Srengseng Sawah Village in 2020. This study used an analytical research design with a cross
sectional approach, with a population of 44 respondents. The sampling technique applied was purposive sampling. The
instruments in this study used a questionnaire and observation. Analysis of the data in this study using the Pearson
Product-Moment Coefficient test. Based on the results of the study, it was obtained that the physical activity value was
p-value 0.000 and the nutritional status was p-value 0.002. It can be concluded that there is a significant relationship
between physical activity and nutritional status with blood sugar levels at any time. Suggestions to increase Posbindu
activities for diabetics through diabetes exercise, weight measurement and blood sugar checks so that physical activity,
nutritional status and blood sugar can be monitored properly.

Keywords :Diabetes Mellitus (DM), Physical Activity, Nutritional Status, Current


Blood Sugar Levels.
Bibliography : 83 (2001-2020)
2

PENDAHULUAN (Paramitha,2018) menyatakan tentang


Menurut Badan Kesehatan Dunia, Diabetes responden yang melakukan aktivitas fisik
Melitus adalah suatu penyakit gangguan rendah dengan kadar gula darah tidak normal
metabolisme kronis dengan multi etiologi terdapat sebanyak 48 orang (81,4%)
yang biasanya sering ditandai dengan Status gizi adalah suatu keadaan tubuh
tingginya kadar gula darah disertai dengan manusia sebagai akibat konsumsi makanan
gangguan pada metabolisme karbohidrat, lipid dan penggunaan zat-zat gizi (Mardalena,
dan protein sebagai akibat dari insufisiensi 2019). Hasil penelitian menurut (David,
fungsi insulin, dimana dapat disebabkan Yassir, dan Kadrianti,2018) menyatakan
karena gangguan produksi insulin oleh sel-sel tentang status gizi dapat meningkatkan kadar
beta Langerhans pada kelenjar pankreas. gula darah dengan hasil yang di dapatkan 17
Menurut Kalahi (2018) dalam buku responden (45,9%) didapatkan kadar gula
Surveilans seseorang dapat dikatakan darah yang tinggi.
Diabetes apabila kadar gula gula dalam Pada survei awal pengambilan data melalui
darahanya melebihi 7.0 mmol/L (berpuasa) hasil wawancara dan observasi terdapat 7 dari
dan 11.1 mmol/L (tidak berpuasa). namun 10 responden penyandang Diabetes Melitus di
kebanyakan gejala diabetes ini hanya berlaku Wilayah RW.005 Kelurahan Srengseng
apabila gula darah melebihin 15 mmol/L. Sawah yang memiliki nilai Indeks Masa
Menurut International Diabetes Federation Tubuh lebih yaitu, ≥ 25 – 27,0 yang
(IDF) Atlas dalam (WHO, 2019) Diabtes menunjukan kegemukan. Dan 6 dari 10
merupakan salah satu penyakit global yang responden pasien penyandang diabetes
pertumbuhannya paling cepat, pada abad ke - melitus mengatakan tidak berolahraga. Hal ini
21 sebanyak 463 juta jiwa menderita diabetes. dapat disimpulkan bahwa responden yang
Menurut WHO dalam Konsesus Badan memiliki kadar gula darah tinggi mempunyai
Pengelolan dan Pencegahan Diabetes Melitus keterbatasan aktivitas dan status gizi.
Tipe 2 di Indonesia (2015) mengklaim bahwa Berdasarkan uraian diatas peneliti berminat
Indonesia akan mengalami kenaikan melakukan penelitian untuk mengetahui
penyandang Diabetes Melitus sebanyak 8,4 hubungan antara aktivitas fisik dan status gizi
juta jiwa pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta dengan kadar glukosa darah sewaktu pada
jiwa pada tahun 2010. Berdasarkan Pusat penyandang Diabetes Melitus Tipe II di
Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI Wilayah RW.005 Kelurahan Srengseng
(2018) prevalensi penyandang Diabetes Sawah.
Melitus penduduk umur ≥ 15 tahun hasil
Riskesdas 2018 mengalami peningkatan METODE PENELITIAN
menjadi 2% dengan prevalensi Diabetes Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
Melitus Provinsi terendah adalah NTT Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dan Status
sebanyak 0,9% dan tertinggi di Provinsi DKI Gizi Dengan Kadar Gula Darah Sewaktu Pada
Jakarta sebanyak 3,4%. Pasien Diabete Melitus Tipe II Di Wilayah
Menurut (PERKENI, 2015) terdapat 5 pilar RW. 05 Kelurahan Srengseng Sawah Tahun
yang menjadi pengelolahan bagi penyandang 2020. Desain pada penelitian ini adalah
diabetes melitus, yaitu edukasi, terapi nutrisi, analitik dengan pendekatan cross sectional
latihan jamani, farmakologi dan monitoring terhadap 44 responden. Penelitian ini
kadar gula darah. Selama ini banyak pasien dilasanakan pada tanggal Sabtu, 6 Juni 2020
DM tipe II yang selalu fokus terhadap sampai Selasa, 21 Juni 2020. Penelitian ini
pengobatan farmakologi dalam menurunkan menggunakan distribusi frekuaensi pada
kadar gula darahnya. variabel yang diteliti yang disajikan dalam
Aktivitas fisik adalah setiap gerakkan bentuk tabel atau grafik dan Koefisien
dihasilkan oleh otot-otot rangka tubuh yang Pearson Produk-Moment dengan nilai sig P-
membutuhkan glukosa dengan cara Value (0,05). Semua penelitian yang
mengubahnya menjadi suatu energi melalui melibatkan manusia sebagai subjek harus
metabolisme (WHO, World Health menerapkan 4 (empat) prinsip dasar etika
Organization, 2016). Hasil penelitian menurut penelitian, yaitu: Menghormati atau
3

Menghargai Subjek (Respect For Person), berdasarkan usia adalah 56 tahun dengan
Manfaat (Beneficence), Tidak standar deviasi 7.866. Dimana usia termuda
Membahayakan Subjek Penelitian (Non responden yang memiliki riwayat penyakit
Maleficence), Keadilan (Justice) (Masturoh & diabetes melitus 39 tahun dan tertua 69
Anggita, 2018). Penelitian ini menggunakan tahun. Dari hasil estimasi interval dapat
kusioner dalam pengumpulan data dengan disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata
karakteristik responden terdiri atas : inisial usia responden antara 54.09 sampai 58.93
nama, usia, jenis kelamin,pendidikan terakhir, tahun.
pekerjaan. Dan untuk mengetahui ukuran
aktivitas pada individu, penelitian ini Tabel 5.3
menggunakan kuesioner dari International Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan
Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Terakhir Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di
Wilayah Rw.05 Kel. Srengseng Sawah, Juni 2020
Untuk mengetahui status gizi responden, (n=43)
dapat menggunakan nilai Indeks Masa Tubuh Variabel Frequency Percent
(IMT) dengan menggunakan rumus hitung SD 7 16.3
IMT. Sedangkan pengukuran kadar gula SMP 11 25.6
darah yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu SMA 16 37.2
dengan cara mengukur kadar gula darah PT 9 20.9
sewaktu dengan rentang waktu 7 hari terakhir Total 43 100.0
pada lembar observasi yang tertera pada
kuesioner. Kemudian data yang didapatkan
Berdasarkan hasil tabel 5.3 diatas,
akan dinput dan dikelola oleh peneliti dengan
menunjukan bahwa mayoritas gambaran
menggunakan software SPSS version 23.
karakteristik demografi responden
berdasarkan pendidikan terakhir adalah SMA
HASIL PENELITIAN sebanyak 16 orang (37.2%).
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Pada
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah
Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah Rw.05
Rw.05 Kel. Srengseng Sawah, Juni 2020 (n=43)
Kel. Srengseng Sawah, Juni 2020 (n=43)
Variabel Frequency Percent
Variabel Frequency Percent
Laki-laki 13 30.2
ASN 4 9.3
Perempuan 30 69.8
Wiraswasta 7 16.3
Total 43 100.0
Wirausaha 3 7.0
Tidak Bekerja 29 67.4
Berdasarkan hasil tabel 5.1 diatas, Total 43 100.0
menunjukan bahwa gambaran karakteristik
demografi responden berdasarkan jenis
Berdasarkan hasil tabel 5.4 diatas,
kelamin terbanyak pada perempuan sebanyak
menunjukan bahwa mayoritas gambaran
30 orang (69.8%). Sedangkan pada laki-laki
karakteristik demografi responden
sebanyak 13 orang (30.2%).
berdasarkan pekerjaan adalah tidak bekerja
atau ibu rumah tangga sebanyak 29 orang
Tabel 5.2 (67.4%).
Distribusi Berdasarkan Usia Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe II Di Wilayah Rw.05 Kel. Srengseng
Sawah, Juni 2020 (n=43) Tabel 5.5
Variabel Mean Std. Minimum Maximum 95%CI Distribusi Variabel Independen (Aktivitas Fisik
Deviation ) Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di
Usia 56.51 7.866 39 69 54.09-
58.93
Wilayah Rw.05 Kel. Srengseng Sawah, Juni
2020 (n=43)
Variabel Mean Std. Minimum Maximum 95%CI
Berdasarkan hasil tabel 5.2 diatas, Deviation
Skor 2090.89 1457.221 639 7068 1642.43-
menunjukan bahwa rata-rata gambaran IPAQ 2539.36
karakteristik demografi responden
4

Berdasarkan hasil tabel 5.5 diatas, Tabel 5.8


menunjukan bahwa rata-rata skor IPAQ pada Hubungan Gula Darah Sewaktu Dengan Aktivitas
responden adalah 2090.89 Met termasuk Fisik Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah
Rw.05 Kel. Srengseng Sawah, Juni 2020 (n=43)
dalam kategori aktivitas fisik sedang dengan Correlations
standar deviasi 1457.221. Dimana minimum Skor IPAQ GDS
Skor IPAQ Pearson Correlation 1 .529**
skor IPAQ yang didapat dari responden yang Sig. (2-tailed) .000
memiliki riwayat penyakit diabetes melitus N 43 43
sebanyak 639 Met dan maksium sebanyak GDS Pearson Correlation .529** 1
Sig. (2-tailed) .000
7068 Met. Dari hasil estimasi interval dapat N 43 43
disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
skor IPAQ responden antara 1642.43 Met
sampai 2539.36 Met. Berdasarkan pada tabel 5.8, diperoleh hasil
nilai r = 0.529 dan nilai p = 0.000.
Tabel 5.6 Kesimpulan dari hasil tersebut adalah
Distribusi Variabel Independen (Status Gizi ) terdapat hubungan antara aktivitas fisik
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di dengan kadar gula darah sewaktu pada pasien
Wilayah Rw.05 Kel. Srengseng Sawah, Juni diabetes melitus tipe II menunjukan hubungan
2020 (n=43)
Variabel Mean Std. Minimum Maximum 95%CI yang kuat dan berpola negatif artinya semakin
Deviation rendahnya aktivitas fisik penyandang diabetes
Status 24.772 3.8177 17.4 34.1 23.597- melitus tipe II semakin tinggi kadar gula
Gizi 25.947 darahnya. Hasil uji statistik Ho ditolak, berarti
didapatkan hubungan yang signifikansi antara
aktivitas fisik dengan kadar gula darah
Berdasarkan hasil tabel 5.6 diatas, sewaktu (p = 0.0005).
menunjukan bahwa rata-rata IMT pada
responden adalah 24.772 Kg/m2 termasuk Tabel 5.9
dalam status gizi normal dengan standar Hubungan Gula Darah Sewaktu Dengan Status Gizi
deviasi 3.8177. Dimana minimum IMT yang Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Rw.05
didapat dari responden yang memiliki riwayat Kel. Srengseng Sawah, Juni 2020 (n=44)
Correlations
penyakit diabetes melitus sebanyak 17.4 IMT GDS
Kg/m2 dan maksium sebanyak 34,1 Kg/m2. IMT Pearson Correlation 1 .453**
Sig. (2-tailed) .002
Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan N 43 43
bahwa 95% diyakini rata-rata skor IMT GDS Pearson Correlation .453** 1
responden antara 23.597 Kg/m2 sampai Sig. (2-tailed) .002
N 43 43
25.947 Kg/m2. **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tabel 5.7 Berdasarkan pada tabel 5.9 diperoleh hasil


Distribusi Variabel Dependen (GDS) Pada nilai r = 0. 453 dan nilai p = 0.002.
Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah
Rw.05 Kel. Srengseng Sawah, Juni 2020 (n=43)
Kesimpulan dari hasil tersebut adalah
Variabel Mean Std. Minimum Maximum 95%CI hubungan antara status gizi dengan kadar gula
Deviation darah sewaktu pada pasien diabetes melitus
GDS 212.19 60.653 105 366 193.52-
230.85 tipe II menunjukan hubungan yang sedang
dan berpola positif artinya semakin tinggi
Berdasarkan hasil tabel 5.7 diatas, skor IMT pada pasien diabetes melitus tipe II
menunjukan bahwa rata-rata GDS pada semakin tinggi kadar gula darahnya. Hasil uji
responden adalah 212.19 Mg/dl dengan statistik Ho ditolak, berarti didapatkan
standar deviasi 60.653. Dimana minimum hubungan yang signifikansi antara aktivitas
hasil pemeriksaan GDS 105 Mg/dl dan fisik dengan kadar gula darah sewaktu (p =
maksium hasil GDS sebanyak 366 Mg/dl. 0.002).
Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan
bahwa 95% diyakini rata-rata kadar gula
darah responden antara 193.52Mg/dl sampai
230.85 Mg/dl.
5

PEMBAHASAN Menurut (Arief, 2008) umur dapat menjadi


Jenis Kelamin salah satu pemicu terjadinya resiko terkena
Dari hasil analisis yang didapat peneliti diabetes melitus tipe II dikarenakan terjadinya
bahwa rata-rata jenis kelamin yang banyak intoleransi glukosa akan mengalami
mengidap penyakit diabete melitus tipe 2 peningkatan. Semkain bertambahnya usia
adalah perempuan sebanyak 30 orang manusia, maka manusia akan terjadi
(69.8%). Hal ini sesuai dengan penelitian penyusutan pasa sel- sel β pankreas yang
yang dilakukan oleh (Prasetyani, 2017), progresif, sehingga mampu membuar hormon
didapatkan bahwa sebanyak 60 orang (61,2%) yang dikeluarkan terlalu sedikit dan
mayoritas adalah perempuan. Dimana kadar menyebabkan peningkatan kadar gula darah.
lemak pada tubuh perepmpuan lebih banyak
20-15% dari berbat badan dibandingkan laki- Pendidikan
laki yang hanya 15-20 % (Ernawati, et, al., Dari hasil penelitian didapatkan pada
2004). pendidikan terakhir responden penyandang
diabetes melitus tipe II adalah SMA sebanyak
Menurut Imam Soeharto (2005) terjadinya 16 orang (37.2%). Hal ini sesuai dengan
penyakit diabetes melitus lebih banyak penelitian yang dilakukan oleh (Isworo,
dijumpai oleh perempuan disebabkan karena Mulyati, dan Adnan, 2013) dimana sebanyak
perempuan memiliki LDL/ kolestrol jahat 9 orang (24,32%) berpendidikan SMA/SMK.
tingkat trigliserida yang banyak dibandingkan Menurut (Soekidjo,2007) pendidikan yang
dengan laki-laki. Peningkatan kadar lipid pun rendah bisa mempengaruhi individu dalam
menjadi salah satu alasan perempuan memperoleh wawasan atau pengetahuan
memiliki kekcenderungan mengalami sehingga kurang paham dalam pemilihan jenis
peningkatan kadar gula darah dibandingkan dan pola makan yang mampu meningkatkan
pada laki-laki sehingga menurunkan kadar gula darah. Dan sebaliknya, jika
sensitifitas insulin. Selain itu hal lainnya individu memiliki tingkat pendidikan yang
adalah terjadinya penurunan hormon estrogen tinggi mempunyai pengetahuan untuk
akibat monopause, dimana estrogen memiliki mengontrol, mengatasi, dan mengambil
salah satu fungsi menjaga keseimbangan keputusan yang tepat dalam mengatasi dengan
kadar gula darah dan progesteron sebagai mudah apa yang dianjurkan oleh petugas
menormalkan kadar gula darah serta kesehatannya (Notoatmodjo dalam
menggunakan lemak untuk energi. Setelah Kamalludin dan Eva Rahayu, 2009).
terjadinya menopause maka terjadilah reaksi
hormon dalam memicu peningkatan kadar Pekerjaan
gula darah (Lisanawati, et al., 2015). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh peneliti terkait pekerjaan setengah dari
Usia responden adalah IRT/Tidak bekerja sebanyak
Dari hasil analisis yang didapat dari pasien 29 orang (67.4%). Hal ini sesuai dengan
diabetes melitus tipe 2 berdasarkan usia rata- penelitian yang telah dilakukan oleh
ratanya adalah berusia 56 tahun termasuk (Nurmaini, Siregar, dan Sipayung, 2017)
dalam kategori lanjut usia. Hal ini sesuai diperoleh sebanyak 29 orang (48,3%)
dengan penelitian yang dilakukan oleh mayoritas penyandang diabetes melitus
(Masruroh,2018) didapatkan data analisia data adalah ibu rumah tangga. Dimana yang sudah
rata- rata berumur 57 tahun dengan minimal dijelaskan sebelumnya bahwa penyandang
umur penyandang diabetes melitus 32 tahun diabetes melitus banyak ditemukan pada
dan umur maksimumnya 81 tahun. Proses perempuan terutama pada ibu rumah tangga
menua adalah suatu proses dimana diakernakan memerlukan sedikit tenaga dan
menghilangnya suatu kemampuan jaringan aktivitas fisik yang menimbukan timbunan
dalam memperbaiki diri atau mengganti dan lemak dalam tubuh manusia, sehingga dapat
mempertahankan fungsinya(Azizah, 2011). terjadi resistensi insulin dan peningkatan
kadar gula darah (Suyono,2005)
6

Aktivitas Fisik peningkatan. Faktor risiko lainnya yang


Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti membuatkadar gula darah mengalami
berdasarkan aktivitas fisik diketahui rata-rata peningkatan seperti riwayat keluarga, genetik,
responden melakukan aktivitas fisik sebanyak dan pola makan yang kurang baik
2090.89 Met yang masuk kedalam aktivitas (Sudaryanto, Setiyadi, & Frankilawati, 2014).
fisik sedang. Hal ini berkaitan dengan
penelitian yang diteliti oleh (Amrullah , 2020) Kadar Gula Darah
aktivitas fisik pasien diabetes melitus di Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung, dilakukan peneliti, diadapatkan hasil rata –
memiliki aktivitas fisik sedang sebanyak 34 rata kadar gula darah adalah 212.19 Mg/dl,
orang (53,1%). artinya kadar gula darag dalam rentang tidak
normal (> 200 Mg/dl). Hasil penelitian ini
Menurut (Sono & Setyawan, 2015) selaras dengan penelitian yang telah
melakukan aktivitas fisik yang cukup dapat dilakukan oleh (Isworo, Mulyati, dan Adnan,
meningkatkan permeabilitas membran 2013) yang menunjukkan rata-rata besar
sehingga dapat meningkatakan aliran darah kadar gula darah sewaktu pada penyandang
yang membuat reseptor insulin menjadi aktif diabetes melitus > 200 Mg/dl sebanyak 26
serta mempengaruhi glukosa. Jika aktivitas orang (70,3%). > 200 Kadar glukosa darah
dilakukan kurang, bisa menyebabkan diatur sedemikian rupa agar dapat memenuhi
penumpukan pada asam lemak, penurunan kebutuhan tubuh, dalam keadaan absorptif,
penggunakaan kadar glukosa dan glikogen sumber energi utama adalah glukosa. Glukosa
pada otot, serta kalori yang tertimbun di yang berlebih akan disimpan dalam bentuk
dalam tubuh manusia dapat menyebabkan glikogen atau trigliserida, sedangkan dalam
difungsi pada pankreas. Menurut (Larasati, keadaan pasca – absorptif, glukosa harus
2013) menyatakan bahwasannya jika ingin dihemat untuk digunakan oleh otak dan sel
melakukan aktivitas fisik yang baik darah merah yang sangat bergantung pada
setidaknya melakukan olahraga 3-4 kali glukosa (Sherwood, 2012).
dalam seminggu selama 30 menit dalam
seklai beraktivitas. Jika dilakukan secara rutin Faktor yang dapat mempengaruhi kadar
dapat menjaga HbA1c dalam batas normal. glukosa darah ada dua yaitu, faktor yang tidak
dapat diubah dan faktor yang dapat diubah.
Status Gizi Faktor yang tidak dapat diubah antara lain,
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan usia yang biasanya terjadi diatas 30 tahun
oleh peneliti didapatkan hasil status gizi pada (Levitt, 2008), faktor keturunan atau genetik
responden yang diteliti adalah rata – rata 24,7 dan jenis kelamin perempuan lebih banyak
Kg/m2.. yang artinya status gizi masuk mengalami kadar glukosa darah tinggi
kategori normal (18,5 - 25,0 Kg/m2). Hal ini dibandingkan laki-laki hal ini diakibatkan
tidak sejalan dengan penelitian yang telah karena secara fisik memiliki peluang
dilakukan oleh (Masruroh,2018) didapatkan peningkatan indeks masa tubuh yang lebih
data analisia data rata- rata IMT nya 25,77 besar (Irawan, 2010). Faktor yang dapat
Kg/m2 yang menunjukan adanya status gizi diubah antara lain, konsumsi karbohidrat,
yang lebih. konsumsi serat, konsumsi protein, konsumsi
lemak, status gizi, lingkar pinggang, aktivitas
Menurut (Misnadiarly,2007) dalam teorinya fisik dan keadaan sakit (ADA, 2015).
menyatakan bahwa tidak selalu orang yang
gemuk memiliki penyakit diabetes melitus.
Dimana orang dengan berat badan kurus pun
Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan
ada yang memiliki kadar gula darah yang
Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Pasien
tergolong sedang samapi tinggi dikarenakan
Diabetes Melitus Tipe II
sebelum pemeriksaan mengkonsumsi
Dari hasil penelitian berdasarkan uji pearson
makanan dengan indeks glikemik yang tinggi
correlation didapatkan hasil koefisen korelasi
sehingga kadar gula dalam darah mengalami
sebesar 0,529 dengan signifikansi 0,000.
7

Dimana terdapat hubungan yang bermakna Sehingga pada penelitian ini peneliti
antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah menyimpulkan bahwa semakin rendah nya
sewaktu dan menunjukan hubungan yang kuat individu melakukan aktivitas fisik, maka
dan berpola negatif artinya semakin semakin meningkatkan kadar gula darah
rendahnya aktivitas fisik penyandang diabetes individu tersebut. Melakukan aktivitas fisik
melitus tipe II semakin tinggi kadar gula memiliki banyak manfaat bagi kesehatan
darahnya. Hal ini sesuai dengan penelitian tubuh terutama bagi penyandang Diabetes
menurut (Audina, Maigoda, & Wahyu, 2018) Melitus Tipe II. Dimana dengan beraktivitas
Terdapat hubungan antara aktivitas fisik lemak dan gula yang tersimpan didalam tubuh
dengan GDP (p=0,029) dengan kekuatan dapat diubah menjadi energi yang mana hal
hubungan sedang dan berpola negatif r=- tersebut dapat mengontrol terjadinya
0,379, dimana semakin rendah individu peningkatan kadar gula darah.
melakukan aktivitas fisik yang maka semakin
tinggi kadar gula darah.
Hubungan Antara Status Gizi Dengan
Ketika individu melakukan aktivitas fisik Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Pasien
seperti (latihan fisik atau berolahraga), otot Diabetes Melitus Tipe II
yang digunakan untuk bergerak Dari hasil penelitian berdasarkan uji pearson
membutuhkan glukosa darah dan leamk correlation didapatkan hasil koefisen korelasi
sebagai sumber untuk energi utama. Hal ini sebesar 0,453 dengan signifikansi 0,002.
mengakibatkan insulin semakin meningkat Dimana terdapat hubungan yang bermakna
sehingga kadar gula dalam darah pada tubuh antara status gizi dengan kadar gula darah
manusia berkurang. Lain hal dengan individu sewaktu, menunjukan hubungan yang kuat
yang jarang melakukan aktivitas fisik dimana dan berpola positif artinya semakin rendahnya
asupan makanan yang masuk kedalam tubuh aktivitas fisik penyandang diabetes melitus
tidak mengalami pembakaran dan tertimbun tipe II semakin tinggi kadar gula darahnya.
didalam tubuh dalam bentuk lemak dan gula. Hal ini sesuai dengan penelitian menurut
Jika insulin tidak mampu mencukupi dalam (Hasanah & Anita, 2018) yaitu terdapat
mengubah glukosa menjadi energi, makan adanya hubungan antara status gizi dengan
akan menyebabkan terjadinya Diabete Melitus kadar gula darah sewkatu pada pasien
(Departemen Kesehatan RI, 2008). Diabetes Melitus Tipe II dengan hasil nilai p
= 0,004 atau p < 0,05.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Nurayati & Adriani (2017) menyebutkan hal Terjadinya kondisi status yang berlebih dapat
yang sama bahwasannya dalam beraktivitas disebabkan karema makanan yang masuk
otot membutuhkan energi, untuk mengisi kedalam tubuh dalam jumlah besar
kekurangan energi yang dibutuhkan dibandingkan dengan penggunakaan energi
menggunakan glukosa yang tersimpan yang dibutuhkan oleh tubuh (Guyton & Hall,
sehingga kadar gula dalam darah dapat 2008). Hal ini berresiko akan terjadinya
berkurang yang mana hal ini dapat penyakit diabetes melitus yang semakin
meningkatkan kontrol gula darah. Hasil meningkat dengan naik nya Indek Masa
penelitian lainnya menunjukkan bahwa Tubuh individu lebih dari normal (Arif et al.,
kurangnya aktivitas fisik yang dapat 2014). Kelebihan berat badan pada seseorang
mempengaruhi kadar gula darah penderita dapat memicu terjadinya sel-sel yang berada
Diabetes Melitus Tipe II. Melakukan latihan didalam tubuh tidak sensitif terhadap insulin
fisik seperti berjalan, joging selama 30 menit atau yang biasa disebut dengan resistensi
pada frekuensi 4-5 kali seminggu sangat insulin (Isnaini & Hikmawati, 2016). Dimana
dianjurkan agar dapat mengontrol kadar gula insulin memiliki peran didalam tubuh untuk
darah penderita DM tipe 2 (Abdurrachim, dapat meningkatkan ambalan glukosa di
2017). jaringan sel dan mengatur metabolisme
karbohidrat, sehingga jika terjadi resistensi
insulin oleh sel maka kadar gula dalam darah
8

juga mengalami gangguan (Guyton & Hall, REFERENSI


2008).

Sehingga pada penelitian ini peneliti Abdurrachim, R. (2017). Fiber Intake And
menyimpulkan bahwa semakin meningkatkan Physical Excercise Contributed To
IMT atau status gizi lebih maka akan semakin Blood Glucose Level In Outpatients
tinggi kadar gula dalam darah yang berada With Type 2 Diabetes Mellitus.
didalam tubuh. Indonesian Journal Of Nutrition And
Diebetics, 5(2) 65–75.
KESIMPULAN
Dari 43 responden yang mengikutin penelitian ADA. (2019). The Path to Understanding
ini menghasilkan data karakteristik demografi
Diabetes Starts Here. Dipetik Maret
responden berdasarkan jenis kelamin
terbanyak pada perempuan sebanyak 30 orang 19, 2020, dari www.diabetes.org.
(69.8%), berdasarkan usia rata-rata memiliki
Adnan, M., Mulyati, T., & Isworo, T. J.
usia 56 tahun, berdasarkan pendidikan
terakhir terbanyak pada SMA sebanyak 16 (2013). Hubungan Indeks Masa Tubuh
orang (37.2%), berdasarkan pekerjaan Dengan Kadar Gula Darah Penderita
terbanyak pada adalah ibu rumah tangga/tidak Dm Tipe 2 Rawat Jalan Di RS
bekerja sebanyak 29 orang (67.4%). Pada Tugurejo Semarang. Jurnal gizi
distribusi frekuensi variabel independen Universitas Muhammadiyah
(aktivitas fisik dan status gizi), responden Semarang, 5.
memiliki rata-rata skor IPAQ sebanyak
2090.89 METs, dan rata-rata IMT pada status Adriyani, F. D., & Wibowo, , Y. A. (2014).
gizi adalah 24.772 Kg/m2 sedangkan
Pengembangan Ekstrakulikuler
distribusi frekuensi variabel dependen (Gula
Darah Sewaktu), rata-rata GDS pada Olahraga Sekolah. Yogyakarta: UNY
responden adalah 212.19 Mg/dl. Press.
Didapatkan hubungan yang signifikan antara
aktivitas fisik dengan kadar gula darah pada Amrullah, J. F. (2020). Hubungan Aktivitas
pasien diabetes melitus tipe II dengan hasil Fisik Dengan Kadar Gula Darah
koefisien korelasi sebesar 0,529 dengan taraf Sewaktu Pada Lansia Penderita
signifikanasi (p-value) 0,000 (<0,05). Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja
Didapatkan hubungan yang signifikan antara Upt Puskesmas Babakan Sari Kota
status gizi dengan kadar gula darah pada Bandung. Jurnal Sehat Masada
pasien diabetes melitus tipe II dengan hasil
Volume Xiv.
koefisien korelasi sebesar 0,453 dengan taraf
signifikanasi (p-value) 0,002 (<0,05). Apriyana, W. (2015). Hubungan Aktivitas
Saran bagi peneliti selanjutnya hendaknya
Fisik Dengan Kualitas Tidur Remaja
dapat dikembangkan dengan menghubungkan
dengan beberapa variable lain yang Di Yogyakarta. Yogyakarta:
mempengaruhi kadar gula darah seperti pola Universitas Gadjah Mada.
makan dan riwayat penyakit. Selain itu
penelitian berikutnya hendaknya Arif, M., Ernalia, Y., & Rosdiana, D. (2014).
menggunakan pengukuran kadar gula darah Hubungan Indeks Massa Tubuh
yang lebih akurat lagi yaitu gula darah puasa. Dengan Kadar Gula Darah. Jom.

Arif, M., Ernalia, Y., & Rosdiana, D. (2014).


Hubungan Indeks Massatubuh Dengan
Kadar Gula Darah. Journal of
Medicine.
9

Audina, M., Maigoda, T. C., & Wahyu, T. Diabetes Melitus. Implikasi


(2018). Aktivitas Fisik Status Gizi Perawatan Paliatif Pada Bidang
Dan Asupan Serat Berhubungan Kesehatan, 268.
Dengan Kadar Gula Darah Puasa
Penderita DM Tipe 2. Jurnal Ilmu Guthrie, H. (2010). Human Nutrition.
Dan Teknologi Kesehatan Vol 6, 1. Missouri: Mosby Year Book.

Azizah, & Lilik , M. (2011). Keperawatan Guyton, C. A., & Hall, E. J. (2008). Buku
Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta: Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
Graha Ilmu. EGC.

Black, & Hawks. (2014). Keperawatan Hardinge, M. G., & Shryock, H. (2001). Kiat
Medikal Bedah Manajemen Klinis Keluarga Sehat Mencapai Hidup
Untuk Hasil Yang Diharapakn Edisi 8. Prima Dan Bugar. Bandung:
SIngapura: Elseiver. Indonesia Publishing House.

Boden. (2011). Insulin Resisten And Free Harlan, J., & Johan, R. (2018). Metodologi
Fatty Acids, Curr Opinion Endocranial Penelitian Kesehatan. Depok:
Diabetes Obes. 134-143. Universitas Gunadarma.

Brunner, & Suddarth. (2013). Buku Ajar Harsari, R. H., Fatmaningrum, W., &
Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Prayitno, J. (2018). Hubungan Status
Volume 2. Jakarta: EGC. Gizi Dan Kadar Glukosa Darah Pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. E-
Bustan. (2010). Epidemiologi Penyakit Tidak Journal Kesehatan Indonesia Vol. 6,
Menular. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2.

Daniels. (2009). The Use Of Bmi In The Hartono, A. (2013). Terapi Gizi Dan Diet
Clinical Setting. 124:S35–S41. Rumah Sakit. Edisi 2. Buku
Kedokteran. Jakarta: EGC.
DEPKESRI. (2008). Petunjuk Teknis
Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Hastono. (2012). Analisis Data Kesehatan.
Melitus. Jakarta. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.
DiabetesUK. (2010). Diabetes In The Uk
2010: Key Statistics On Diabetes. Hastono, S. P. (2007). Analisis Data
England: Diabates UK. Kesehatan. Depok: FKM UI.

Donsu. (2016). Metodologi Penelitian Hastuti, J. (2013). Anthropometry And Body


Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Of Composition.
Baru Pres.
Hermawan. (2012). Skripsi Hubungan Indeks
Ernawati. (2013). Keperawatan Diabetes Massa Tubuh Dengan Kadar Gula
Melitus Terpadu: Dengan Penerapan Darah Sewaktu Pada Pegawai Pria Di
Teori Self Care Orem. Jakarta: Mitra Dinas Pertanian Dan Peternakan
Wacana Media. Provinsi Sulawesi Utara.

Firmansyah, M. R. (2017). Hubungan Pola IDF. (2019). Diabetes Atlas Ninth Edition.
Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Brussels: IDF.
Kadar Gula Darah Pada Penderita
10

Imam, S. (2005). Serangan Jantung dan Khairani. (2019). Infodatin. Jakarta:


Stroke Hubungannya Dengan Lemak KEMEKNKES RI.
dan Kolesterol. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. Kusmawati, Lufthansa, & Windriyani. (2019).
Pengembangan Buku Ajar Ilmu Gizi
IPAQ. (2005). International Physical Activity Olahraga: Studi Motivasi Dan Hasil
Questionnaire. . Dipetik April 4, 2020, Belajar. Journal Sport.
dari
Https://Sites.Google.Com/Site/Theipa Larasati, T. A. (2013). .Aktivitas fisik, diet
q/ serat, dan kadar hba1c pasien diabetes
melitus tipe 2 di RSUD Abdul
Irawan, D. (2010). Prevalensi Dan Faktor Moeloek Propinsi Lampung. Jurnal
Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Kedokteran UNILA, 1(3):4-5.
Tipe 2 Di Daerah Urban Indonesia .
Levitt, N. (2008). Diabetes. Africa:
Iskandar. (2008). Metodologi Penelitian Epidemiology, Management And
Pendidikan Dan Sosial (Kuantitatif Healthcare Challenges.
Dan Kualitatif). Jakarta: Gaung
Persada Press . Lisanawati, R., Hasneli , Y., & Hasanah, O.
(2015). Perbedaan Sensitivitas Tangan
Isnaini, N., & Hikmawati, I. (2016). Pengaruh dan Kaki Sebelum dan Sesudah
Indeks Masa Tubuh (IMT) Terhadap Dilakukan Terapi Pijat Refleksi pada
Kadar Gula Sewaktu. Medisains, 65- Penderita Diabetes Melitus Tipe 2.
67. JOM, 1405.

John, A. M. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Loscalzo, E. A. (2018). Harrison's Principles
Dalam. Edisi 6. Jakarta: Interna Of Internal Medicine, 20e. USA:
Publishing. Mcgraw-Hill Education.

Kalahi, L. (2015). Surveilans. Jakarta: CV. Madsen, S. M. (2015). High Intensity Interval
Trans Info Media. Training Improvesglycaemiccontrol
And Pancreatic Β Cell Function Of
Kamaludin, Ridwan, & Et Al. (2009). • Type 2 Diabetes Patients. Plos One,
Analisi Faktor Yang Mempengaruhi 10(8): 1-24.
Kepathan Asupan Cairan Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik Dengan Mardalena, I. (2019). Dasar-Dasar Ilmu Gizi.
Hemodialisis DI RSUD Prof. Dr. Yogyakarta: Pustaka Baru Pres.
Margono Soekarjopurwokerto. Jurnal
Keperawatan Soedirman, Volume. 4, Masruroh, E. (2018). Hubungan Umur Dan
1. Status Gizi Dengan Kadar Gula
Darah. Jurnal Ilmu Kesehatan , Vol. 6
KEMENKES. (2010). Petunjuk Teknis No. 2.
Pengukuran Faktor Risiko Diabetes
Melitus. Jakarta: KEMENKES. Masturoh, & Anggita, N. (2018). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Kemenkes. (2015). Pharmaceutical Care KEMENKES RI.
Untuk Penyakit Diabetes Mellitus.
Jakarta: KEMENKES RI.
11

May, M. (2017). Eat What You Love, Love Diabetes Tipe II. Jurnal Fakultas
What You Eat. Phoenix: Am I Kedokteran Muhammadiyah
Hungry? Surakarta.

Medicine, A. C. (2011). Acsm’s Complete Perkeni. (2015). Pengolahan Dan Pecegahan


Guide To Fitness And Health. Human Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia.
Kinetics, 396. Jakarta: PB PERKENI.

Misnadiarly. (2007). Obesitas Sebagai Faktor Prasetyani, D., & Sodikin. (2017). Analisis
Resiko Beberapa Penyakit. Jakarta: Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian
Pustaka Obor Populer. Diabetes Melitus (Dm) Tipe 2. Jurnal
Kesehatan Al Irsyad (JKA), 1–9.
Mongisidi, G. (2014). Hubungan Antara
Status Sosio-Ekonomi Dengan Price, & Wilson. (2012). Patofisiologi Konsep
Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Di Klinik Proses-Proses Penyakit
Poliklinik Interna Blu Rsup Prof. Dr. (Cetakan Ke-2). Jakarta: EGC.
R. D. Kandou Manado . Journal
Kesehatan Masyarakat Universitas Ramzi, V. S., Stanley, R. L., & Vinay, K.
Sam Ratulangi . (2007). Robins Buku Ajar Patologi
Vol. 2. Edisi 7. Jakarta: EGC.
Netty, T. (2017). Penilainan Status Gizi.
Jakarta: KEMENKES RI. Rusad, I. (2014, Februari 24). Inilah Sebab
Pentingnya Olahraga Bagi
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penyandang Diabetes. Dipetik Maret
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka 27, 2020, dari Sains.Kompas.Com:
Cipta. Https://Sains.Kompas.Com/Read/2014
/02/24/1407325/Inilah.Sebab.Pentingn
Nurayati, L., & Adriani, M. (2017). ya.Olahraga.Bagi.Penyandang.Diabete
Hubungan Aktifitas Fisik Dengan s
Kadar Gula Darah Puasa Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 . 80–87. Sani, F. (2016). Metodologi Penelitian
Farmasi Komunitas Dan
Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Eksperimental. Yogyakarta:
Ilmu Keperawatan : Pendekatan Deepublish.
Praktis Edisi 3. Jakarta: Salemba
Medika. Sanjaya, I. N. (2006). Pola Konsumsi
Makanan Tradisional Bali Sebagai
Nursalam, S. (2005). Metodologi Penelitian Faktor Resiko Diabetes Melitus Tipe
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. II Di Tabanan.
P2PTM, K. (2018). Direktorat Pencegahan Setyaningsih, S. (2013). Perbedaan Kadar
Dan Pengendalian Penyakit Tidak Glukosa Darah Berdasarkan Status
Menular. Jakarta: KEMENKESRI. Gizi Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Par’i, M. H., Wiyono , S., & Harjatmo, T. Di Rsud Dr. Moewardi Di Surakarta.
(2017). Penilaian Status Gizi. Jakarta: Surakarta : Universitas
KEMENKES RI. Muhammadiyah Surakarta .

Paramitha. (2014). Hubungan Aktifitas Fisik Setyawan, S., & Sono. (2015). Hubungan
Dan Kadar Gula Darah Pada Pasien Aktivitas Fisik Dengan Kadar Glukosa
12

Darah Sewaktu Pada Pasien Diabetes Sugiyono. (2017). Metode Penelitian


Melitus. Jurnal Keperawatan, Volume Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.
XI, No. 1. Bandung: Alfabeta Cv.

Sherwood, L. (2012). Buku Kedokteran Suyono, & Dkk. (2005). Buku Ajar Ilmu
Fisiologi Manusia Dan Dari Sel Ke Penyakit Dalam. Jakarta: Balai
Sistem. Jakarta: EGC. Penerbit FKUI.

Sipayung, R., Siregar, A. F., & Nurmaini. WHO. (2016). Physical Activity. Dipetik
(2017). Hubungan Aktivitas Fisik Maret 17, 2020, dari World Health
Dengan Kejadian Diabetes Melitus Organization:
Tipe 2 Pada Perempuan Usia Lanjut Www.Who.Int/Dietphysicalactivity/Pa
Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang /En/
Bulan Medan. 78–86.
Yasir, M., Kadrianti , E., & David, F. D.
Stein. (2015). Surveilans. Jakarta: CV. Trans (2018). Hubungan Antara Status Gizi,
Info Media. Kepatuhan Diet DM Dengan Kadar
Glukosa Darah Pada Penderita
Sudarsono, A. C. (2015). Indikator Diabetes Melitus Di RSUD Kota
Keberhasilan Pengelolaan Aktivitas Makasar. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Fisik Pada Penyandang Diabetes Diagnosis, 12.
Melitus Tipe 2. E-Journal Kesehatan
Indonesia Vol. 3, 1. Zhong, Z., & Cheng, X. (2011). A New

Sudaryanto, A., Setiyadi, N. A., & Tumor Necrosis Factor (Tnf)-Α Regulator,
Frankilawati, A. D. (2014). Hubungan
Antara Pola Makan, Genetik Dan Lipopolysaccharides- Induced Tnf-Α Factor,
Kebiasaan Olahraga Terhadap
Is Associated With Obesity And Insulin
Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di
Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan Resistance. Chinese Medical Journal, 124(2):
Banjarsari. Surakarta: Universitas
Muhhammadiyah Surakarta. 177-182.

Sugiyono. (2012). Statistik Untuk Penelitian.


Bandung: Alfabeta Cv.

Anda mungkin juga menyukai