Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia, Vol 5.No.

1 Juni 2019
Avaiable online at www.jurnal-pharmaconmw.com/jmpi
p-ISSN : 2442-6032
e-ISSN : 2598-9979

Pengaruh Pola Makan Terhadap Potensi Resiko Penyakit Diabetes Melitus

1Arikha Ayu Susilowati, 2Kuncara Nata Waskita


1Program Studi S1 Farmasi,STIKES Bhakti Husada Mulia
2Program Studi D3 Farmasi, STIKES Bhakti Husada Mulia

ABSTRAK
Gaya hidup masyarakat saat ini mengalami meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan dan
banyak perubahan, baik yang dilakukan oleh olahraga juga dihubungkan dengan resiko
remaja maupun dewasa. Makanan cepat saji dan penyakit diabetes mellitus. Data yang dianalisis
instan merupakan jenis makanan yang paling adalah pola makan manis, pola makan asin dan
banyak digemari, Konsumsi banyak makanan pola makan berlemak yang dihubungkan dengan
yang mengandung gula akan menyebabkan pengaruh resiko penyakit diabetes melitus.
berbagai penyakit, salah satunya diabetes melitus. Signifikansi faktor yang menghubungkan kejadian
Untuk menjaga kadar gula darah, jadwal makan diabetes melitus adalah jenis kelamin, umur dan
dan porsi makan perlu di atur. Mengurangi porsi pola makan. Pola konsumsi makanan asin berisiko
makan dapat membantu mengontrol gula darah, 2,62 kali terkena diabetes melitus. Sedangkan
sedangkan menambah porsi makan dapat pola konsumsi makanan manis dan berlemak
menimbulkan komplikasi Diabetes Melitus. Oleh berisiko lebih rendah terkena diabetes melitus.
karena itu perlu adanya suatu penelitian untuk Jadi pengaruh resiko penyakit Diabetes Mellitus
mengetahui pengaruh pola makan remaja pada remaja tidak berpengaruh, tetapi sebaiknya
terhadap apotensi resiko penyakit diabetes remaja tetap menjaga pola makan yang baik dan
mellitus. Jenis penelitian ini menggunakan sehat sedini mungkin.
analitik korelatif dan menggunakan pendekatan
cross sectional. Penelitian ini menjelaskan Kata kunci : Gaya Hidup, Pola Makan, Diabetes
tentang hubungan antara variabel jenis, jumlah, Mellitus.
dan jadwal makan dengan kadar gula darah
pasien DM. Pendekatan cross sectional Penulis korespondensi :
mengumpulkan variabel dependent dan variabel Arikha Ayu Susilowati,
Program Studi S1 Farmasi,STIKES Bhakti Husada
independent dalam waktu yang bersamaan dan
Mulia
secara langsung. Data dianalisis menggunakan uji E-mail : arikhasains2017@gmail.com
one way annova. Deskripsi responden yang

PENDAHULUAN
Gaya hidup adalah bagian dari faktor utama berkembangnya jumlah
kebutuhan sekunder manusia yang bisa penyakit degeneratif pada masyarakat.
berubah bergantung zaman atau Salah satu contoh penyakit degenerative
keinginan seseorang untuk mengubah tersebut adalah Diabetes Melitus (yang
gaya hidupnya. Gaya hidup manusia di selanjutnya disingkat DM).
zaman modern saat ini sudah banyak Menurut Abdul Kadir (2016),
yang mengabaikan sisi kesehatan seperti kadar gula darah dapat di atur lebih stabil
pola makan yang tinggi lemak, garam, dengan cara mengatur jadwal makan
dan gula, serta cara hidup yang kurang yang teratur (makan pagi, makan siang,
sehat. Hal ini merupakan salah satu makan malam). Selain itu, mengatur
44

porsi makan juga berpengaruh pada gula berlemak yang dihubungkan dengan
darah. Mengurangi porsi makan dapat pengaruh resiko penyakit diabetes
membantu mengontrol gula darah, mellitus.
sedangkan menambah porsi makan dapat
menimbulkan komplikasi Diabetes Populasi dan Sampel
Melitus. Populasi
Perubahan gaya hidup masyarakat Populasi pada penelitian ini adalah
Indonesia saat ini berkiblat pada gaya pasien diabetes mellitus yang menjalani
hidup di barat. Hal tersebut rawat jalan di rumah sakit di Madiun.
mengakibatkan perubahan pola makan Sampel
masyarakat merujuk pada pola makan Sampel dalam penelitian ini adalah
tinggi kalori, tinggi lemak dan kolesterol pasien diabetes mellitus yang menjalani
terutama pada makanan siap saji (fast rawat jalan di RS di Madiun sejumlah 100
food) yang berdampak meningkatkan orang.
risiko obesitas. Dalam penelitian yang
lain mengatakan bahwa perilaku olahraga Teknik Pengambilan Sampel
atau aktivitas fisik yang kurang dari 2 kali Penelitian ini menggunakan teknik
seminggu mempunyai risiko 4,5 kali accidental sampling. Menurut Sugiyono
terkena diabetes mellitus tipe 2 (2004), accidental sampling adalah
dibandingkan mereka yang melakukan teknik penentuan sampel yang
aktivitas fisik atau olahraga teratur berdasarkan pada kebutuhan, yaitu
(Fayasari, Julia dan Emy, 2018) sampel yang secara kebetulan bertemu
Uraian diatas melatar belakangi dengan peneliti pada rentang penelitian.
kami untuk melakukan penelitian tentang
“Hubungan Pola Makan Dengan Penyakit Waktu dan Tempat Penelitian
Diabetes Melitus di Rumah Sakit Penelitian ini akan dilaksanakan pada
Madiun”. bulan Juni 2017 di Rumah Sakit Madiun

METODE PENELITIAN Definisi Operasional


Desain Penelitian 1. Jenis kelamin adalah perbedaan
Jenis penelitian ini menggunakan bentuk, sifat dan jenis makhluk
analitik korelatif dan menggunakan hidup. Pada penelitian ini
pendekatan cross sectional. Penelitian ini dikategorikan sebagai: laki-laki dan
menjelaskan tentang hubungan antara perempuan.
variabel jenis, jumlah, dan jadwal makan 2. Pekerjaan adalah aktivitas mata
dengan kadar gula darah pasien DM. pencaharian yang dimiliki oleh
Pendekatan cross sectional responden. Pada penelitian ini
mengumpulkan variabel dependent dan dikategorikan sebagai: bekerja dan
variabel independent dalam waktu yang tidak bekerja.
bersamaan dan secara langsung. Data 3. Pendidikan adalah pembelajaran
dianalisis menggunakan uji one way pengetahuan, keterampilan dan
annova. Deskripsi responden yang ilmu seseorang. Pada penelitian ini
meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan dikategorikan sebagai: rendah dan
dan olahraga juga dihubungkan dengan tinggi.
resiko penyakit diabetes mellitus. Data 4. IMT (indeks massa tubuh) adalah
yang dianalisis adalah pola makan manis, berhubungan status gizi responden
pola makan asin dan pola makan yang didapatkan dari rumus: berat

Susilowati & Waskita, Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 5(1);2019 : 43-47


45

badan dibagi tinggi badan a. Pasien diabetes mellitus dengan


(dikuadratkan). Kemudian hasilnya penyakit penyerta
dapat dikategorikan tidak normal b. Pasien yang tidak bersedia
jika <18,5 dan ≥ 23,0 kg/m2. menjadi responden
5. Olahraga adalah suatu bentuk fisik
yang terencana dan terstruktur yang Prosedur Pengumpulan Data
melibatkan gerakan tubuh berulang- Pada penelitian ini, Proses
ulang dan ditujukan untuk pengumpulan data primer dan data
meningkatkan kebugaran jasmani. sekunder dilakukan menggunakan
Pada penelitian ini dikategorikan: kuisioner. Prosedur pengumpulan data
ya dan tidak. dilakukan sebagai berikut:
6. Makanan manis adalah jenis a. Penjelasan terkait maksud dan tujuan
makanan yang mengandung gula, penelitian kepada responden dan
yang memiliki nutrisi rendah meminta persetujuan dengan
namun kalori tinggi. Pada penelitian mendatangi informed concent
ini dikategorikan: konsumsi dan b. Penjelasan mengenai tata cara
tidak konsumsi. pengisian kuesioner
7. Makanan asin merupakan jenis c. Pencatatan hasil pengukuran pada
makanan yang memiliki kandungan formulir lembar penelitian
garam tinggi. Pada penelitian ini d. Pencatatan rekam medis pasien terkait
dikategorikan: konsumsi dan tidak tentang hasil laboratorium
konsumsi. pemeriksaan gula darah 2 jam setelah
8. Makanan berlemak merupakan makan.
jenis makanan yang memiliki
kandungan lemak tinggi. Pada Analisis Data
penelitian ini dikategorikan: a. Data Univariat
konsumsi dan tidak konsumsi. Data Univariat dilakukan untuk
9. Kriteria Inklusi : menjelaskan gambaran jadwal, jumlah,
a. Pasien dewasa usia lebih dari 17 jenis makan dan kadar gula darah.
tahun b. Data Bivariat
b. Pasien diabetes mellitus tanpa Data bivariat digunakan untuk melihat
penyakit penyerta apakah ada hubungan antara variabel
c. Pasien yang menjalani rawat independen (jumlah, jadwal, dan jenis
jalan di RS Madiun makan) dengan variabel dependen
10. Kriteria Eksklusi : (kadar gula darah).

Susilowati & Waskita, Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 5(1);2019 : 43-47


46

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1. Faktor Risiko Diabetes Melitus
Variabel Diabetes Nondiabetes OR 95% CI
Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Laki 22 12 2,48 1,06-5,86
perempuan 28 38 1
Umur
> 50 Tahun 25 16 2,16 0,94-4,79
< 50 Tahun 25 34 1
Pekerjaan
Bekerja 38 34 1,23 0,50-3,02
Tidak bekerja 12 14 1
Pendidikan
Rendah 26 17 2,10 0,21-1,55
Tinggi 24 33 1
Indeks Massa tubuh
Tidak normal 38 31 1,94 0,21-1,22
Normal 12 19 1
Olah raga
Ya 25 29 0,72 0,33-1,59
Tidak 25 21 1
Makanan Manis
Konsumsi 25 36 0,38 0,17-0,89
Tidak konsumsi 25 14 1
Makanan asin
Konsumsi 24 13 2,62 1,13-6,09
Tidak konsumsi 26 37 1
Makanan berlemak
Konsumsi 8 16 0,37 0,14-0,96
Tidak konsumsi 42 33 1

Faktor resiko diabetes dengan perempuan yaitu 2,48 kali lebih


berdasarkan dari berbagai karakteristik beresiko. Penelitian juga menunjukkan
dapat dilihat pada tabel 1. Umur, jenis bahwa jumlah penderita diabetes melitus
kelamin, , konsumsi makanan asin, adalah laki-laki dibanding perempuan.
makanan manis, dan makanan berlemak Faktor resiko diabetes adalah jenis
merupakan faktor-faktor yang signifikan kelamin, umur, obesitas, riwayat
(p<0,05). Berdasarkan karakteristik jenis keluarga, aktifitas fisik, pola makan, dan
kelamin untuk laki-laki memiliki resiko merokok. Jenis kelamin dan umur adalah
2,48 kali, pada usia diatas 50 tahun faktor yang tidak bisa dimodifikasi. Pada
sebesar 2,16 kali, dan konsumsi makanan umur diatas 50 tahun, angka kejadian
asin sebesar 2,62 kali terkena penyakit diabetes melitus meningkat sebesar 2,16
diabetes. Konsumsi makanan manis kali lebih tinggi. Meningkatnya umur
memiliki resiko 0,38 dan asin sebesar akan berdampak pada penurunan fungsi
0,37. Hasil ini berbeda dengan penelitian dari organ tubuh salah satunya adalah
witasari (2009) yang menunjukkan kemampuan tubuh dalam memproduksi
konsumsi makanan manis memiliki insulin sehingga mengganggu
resiko diabetes melitus dua kali lipat. metabolisme glukosa (Nurwijayanti,
. Berdasarkan karakteristik jenis 2018).
kelamin dan umur. Laki-laki memeliki Faktor lain seperti pendidikan,
resiko yang lebih besar dibandingkan pekerjaan, olah raga dan IMT tidak

Susilowati & Waskita, Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 5(1);2019 : 43-47


47

memberikan korelasi yang signifikan.. lebih rendah terkena diabetes melitus.


Hasil ini sejalan dengan dengan Jadi pengaruh resiko penyakit Diabetes
penelitian Trisnawati (2013) terhadap Mellitus pada remaja tidak berpengaruh,
100 responden pasien diabetes melitus tetapi sebaiknya remaja tetap menjaga
yang melaporkan bahwa tidak adanya pola makan yang baik dan sehat sedini
hubungan aktivitas fisik dengan keadaan mungkin.
kadar gula darah pasien diabetes melitus.
Konsumsi makanan berlemak UCAPAN TERIMA KASIH
dan manis memberikan hubungan yang Terima kasih kepada pihak Rumah Sakit
signifikan dengan angka diabetes di wilayah Madiun yang telah
melitus. Penambahan minyak dan santan mengijinkan melakukan penelitian ini.
menjadi parameter dalam makanan
berlemak. Minyak dan santan adalah DAFTAR PUSTAKA
makanan yang memiliki kadar lemak Abdul Kadir, 2016. Kebiasaan Makan dan
yang cukup tinggi. Persentase konsumsi Gangguan Pola Makan Serta
responden pada makanan asin, berlemak, Pengaruhnya Terhadap Status Gizi
dan manis yaitu 48%, 16%, dan 50%. Remaja. Jurnal Publikasi
Persentase yang mengkonsumsi Pendidikan. Vol VI No 1. Pp 49-55
makanan asin dan manis hampir sama, Fayasari, Julia dan Emy, 2018. Pola
sedangkan yang menkonsumsi lemak Makan dan Indikator Lemak
lebih kecil. Konsumsi makanan asin Tubuh Pada Remaja. Jurnal Gizi
memiliki resiko sebesar 2,62 kali. 65% Indonesia. Vol 7 No 1. Pp 15-21
responden dari seluruh responden yang Nurwijayanti, 2018. Pola Makan,
mengkonsumsi makanan asin Kebiasaaan Sarapan, dan Status
mendapatkan diabetes melitus. Natrium Gizi Berhubungan Dengan Prestasi
merupakan zat terbesar dalam makanan Belajar Siswa SMK di Kota Kediri.
asin yang mengakibatkan retensi cairan Vol 6 No 1. Pp 54-63
dan menyebabkan hipertensi dan Rahmawati, Syam A, Hidayati. 2011. Pola
hipertensi adalah salah satu faktor resiko makan dan aktivitas fisik dengan
diabetes melitus. Pada responden sebesar kadar glukosa darah penderita
38% menderita hipertensi. Komplikasi diabetes mellitus tipe 2 rawat
yang umum pada penderita diabetes jalan di RSUP Dr.Wahidin Sudiro
melitus adalah gangguan mata, penyakit husodo Makassar. Media Gizi
kardiovaskular, gangguan saraf dan Masyarakat Indonesia 1(1):52– 8.
ginjal. Penyakit kardiovaskular Trisnawati S. 2013. Faktor risiko
merupakan penyebab tersbesar kejadian diabetes mellitus tipe II
pengeluaran biaya pada penderita di Puskesmas Kecamatan
diabetes melitus. (Rahmawati dkk, 2014). Cengkareng Jakarta Barat Tahun
2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan
KESIMPULAN 5(1).
Signifikansi faktor yang Witasari, U., Rahmawaty, S. and
menghubungkan kejadian diabetes Zulaekah, S., 2009. Hubungan
melitus adalah jenis kelamin, umur dan tingkat pengetahuan, asupan
pola makan. Pola konsumsi makanan karbohidrat dan serat dengan
asin berisiko 2,62 kali terkena diabetes pengendalian kadar glukosa darah
melitus. Sedangkan pola konsumsi pada penderita diabetes melitus
makanan manis dan berlemak berisiko tipe 2.

Susilowati & Waskita, Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 5(1);2019 : 43-47

Anda mungkin juga menyukai