Anda di halaman 1dari 11

ARGIPA. 2017. Vol. 2, No.

2: 54-64
Available online: https://journal.uhamka.ac.id/index.php/argipa
p-ISSN 2502-2938; e-ISSN 2579-888X

PENGARUH EDUKASI GIZI TERHADAP PENGETAHUAN GIZI,


SIKAP, DAN POLA MAKAN PADA PASIEN DIABETES TIPE 2 DI
PUSKESMAS KECAMATAN CIRACAS
The effect of nutrition education on knowledge, attitude, and food pattern of type 2
diabetes patients at Puskesmas Kecamatan Ciracas

Nindy Apriliani Putri1) dan Pritasari2)


1Prgoram studi Gizi, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan UHAMKA; 2 Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II
Email korespondensi: nindyaprilianiputri@gmail.com

ABSTRAK
Pengaturan pola makan yang baik merupakan kunci utama dalam
penanganan pasien Diabetes Melitus (DM). Pemilihan makanan yang tepat dapat
membantu pengontrolan gula darah. Konsumsi makanan tinggi serat dan indeks
glikemik rendah dapat membantu mengontrol kadar glukosa darah pasien DM.
Edukasi merupakan cara untuk meningkatan kualitas hidup pasien DM. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra-eksperimen dengan rancangan one
group pre-test post-test. Metode penyuluhan gizi menggunakan media booklet Diet
Tinggi Serat dan Indeks Glikemik Rendah diharapkan mampu mengubah
pengetahuan gizi, sikap, dan pola makan pasien DM. Pemilihan subjek dengan
purposive sampling dengan total jumlah subjek sebanyak 66. Teknik analisis data
dengan uji statistik paired T-test. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa ada
perbedaan signifikan pengetahuan gizi, sikap, dan pola makan berdasarkan jumlah
konsumsi serat dan indeks glikemik pangan campuran (p<0,01) antara sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi edukasi gizi.

Kata kunci: Booklet, DM, Edukasi Gizi, Indeks Glikemik, Serat

ABSTRACT
A good diet is a key factor in the handling of patient with Diabetes Mellitus (DM).
Selection of the right foods can help controlling blood sugar. Consumption of foods with high
fiber and low glycemic index can help controlling blood glucose levels in diabetic patients.
Education is a way to improve the life quality of patients with DM. In this study, the method
used was the pre-experimental design with one group pre-test post-test and given nutrition
education to patients with nutritional counseling using booklet media “High Fiber Diet and
Low Glycemic Index” was expected can change the nutritional knowledge, attitude, and diet
in patients with DM. Sampling method with purposive sampling with the total number of
subjects were 66. Data analysis techniques with statistical test paired T-test. Based on this
research, it was known that there were significant differences in nutritional knowledge,
attitudes, and a diet based on amount of the fiber intake and glycemic index food mix (p
<0.01) between pre and post intervention of nutrition education.

Keywords: Booklet, DM, Fiber, Glycemic Index, Nutrition Education


54
PENDAHULUAN Tatalaksana penyakit diabetes
Diabetes Melitus (DM) terdiri atas empat macam yaitu,
merupakan suatu kelompok penyakit edukasi, MNT (medical nutrition
metabolik dengan karakteristik theraphy) atau pengaturan makanan,
hiperglikemia yang terjadi karena latihan jasmani, dan intervensi
kelainan sekresi insulin, kerja insulin farmakologis. Pada penyandang
atau keduanya. Menurut laporan diabetes perlu ditekankan keteraturan
WHO, Indonesia menempati urutan makan dalam hal jadwal makan, jenis,
keempat terbesar dari jumlah dan jumlah makanan, terutama pada
penderita diabetes melitus dengan mereka yang menggunakan obat
prevalensi 8,6% dari total penduduk penurun gula darah atau insulin
(Perkeni, 2011). (Perkeni, 2011).
Hasil Riset Kesehatan Dasar Selain itu, penderita diabetes
Kementrian Kesehatan (Riskesdas) dianjurkan untuk mengatur gula
tahun 2013 menyebutkan adanya darah dengan menghitung
peningkatan prevalensi pada karbohidrat (carbohydrate counting)
penderita diabetes melitus yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
diperoleh berdasarkan wawancara Indeks glikemik (IG) adalah
yaitu 1,1% pada tahun 2007 menjadi pengukuran respon glikemik akibat
2,4% pada tahun 2013. Data Riskesdas konsumsi korbohidrat dalam jumlah
2013 juga menunjukkan jumlah tertentu (Jenkins, et al., 2002).
prevalensi penyandang diabetes di Makanan dengan IG rendah (<55)
DKI Jakarta masuk pada peringkat dapat membantu menjaga kadar gula
tertinggi kedua di Indonesia yaitu darah serta memberi rasa kenyang
sebesar 2,5% (Badan Penelitian dan lebih lama (Niwano, et al., 2009)
Pengembangan Kesehatan, 2014). sehingga nafsu makan terkendali.
American Diabetes Association Diet lain yang dapat dilakukan oleh
(ADA) mengemukakan empat macam penderita diabetes adalah diet tinggi
diabetes yaitu, diabetes tipe 1, serat. Serat bermanfaat untuk
diabetes tipe 2, diabetes kehamilan, memberikan rasa kenyang yang lama
dan diabetes spesifik yang dan menurunkan konsumsi makanan,
disebabkan penyakit lain (ADA, sehingga pada penderita diabetes
2015). Diabetes tipe 2 merupakan akan merasakan bahwa emotional
jenis yang paling sering didapatkan. eating akan teratasi (Clark & Slavin,
Sekitar 90-95% penderita diabetes 2013).
mengalami diabetes tipe 2.

55
Edukasi merupakan dasar anggota prolanis DM di Puskesmas
utama untuk pengobatan dan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.
pencegahan diabetes. Penyuluhan Subjek pada penelitian ini berjumlah
dan konseling gizi adalah suatu 66 orang. Pemilihan sampel
kegiatan edukasi yang penting dilakukan dengan teknik purposive
dilakukan oleh ahli gizi dan sampling.
ditujukan bagi pasien rawat jalan dan Data yang dikumpulkan dalam
rawat inap (Kemenkes, 2000). Media penelitian ini adalah karateristik
yang digunakan pada penelitian ini subjek [usia, BB, TB, dan indeks
adalah booklet berisi diet untuk pasien massa tubuh (IMT)], pengetahuan
diabetes berupa diet tinggi serat dan gizi, sikap subjek dan pola makan.
indeks glikemik rendah. Materi ini Status gizi diambil dengan
diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengukuran antropometri.
pasien DM untuk memilih bahan Pengetahuan gizi, sikap subjek
makanan dengan tepat. diukur menggunakan kuisioner
Booklet dipilih karena dianggap dengan skala lickert. Pola makan
sebagai media yang efektif untuk diukur menggunakan formulir semi
memberikan informasi dibanding kuantitatif FFQ.
media cetak lainnya, karena di Metode analisis yang
dalamnya dapat terdiri atas informasi digunakan adalah analisi univariat
yang spesifik dan mudah dipahami untuk mengetahui gambaran
karena terdapat ilustrasi gambar dan frekuensi jenis kelamin, pendidikan,
tulisan yang manarik. Booklet juga status gizi (IMT), pola makan
dapat dibaca setiap saat bila berdasarkan jumlah konsumsi (serat
seseorang membutuhkannya. Tujuan dan indeks glikemik pangan
penelitian ini untuk melihat pengaruh campuran). Analisis biavariat
edukasi gizi menggunakan media dilakukan untuk mengetahui
booklet diet tinggi serat dan indeks perbedaan sebelum dan sesudah
glikemik rendah terhadap perlakuan variabel pengetahuan gizi,
pengetahuan gizi, sikap, serta pola sikap, pola makan berdasarkan
makan pada pasien diabetes tipe 2. jumlah konsumsi (serat dan indeks
glikemik pangan campuran)
METODE
digunakan uji statistik paired T-test.
Penelitian ini dilakukan pada
bulan April-Mei 2016. Populasi dalam
penelitian ini berjumlah 144 orang

56
HASIL intervensi yang meningkat dari 26,02
Sebanyak 47 subjek (71,2%) menjadi 31,23.
dengan jenis kelamin perempuan Pola makan yang dianalisis
mengalami diabetes tipe 2. Sebagian meliputi jumlah konsumsi serat dan
besar subjek (74,2%) tipe 2 memiliki indeks glikemik pangan campuran.
status gizi lebih. Rerata variabel usia, Konsumsi serat dikatakan cukup
berat badan, tinggi badan, dan IMT apabila jumlah konsumsi ≥25 g per
secara berurutan adalah 59,80 tahun, hari. Rerata jumlah konsumsi serat
62,12 kg, 156,33 cm, dan 25,51. Rerata pre-intervensi dan post-intervensi
skor pengetahuan gizi pre-intervensi secara berurutan adalah 10,60 g dan
dan pengetahuan gizi post-intervensi 16,55 g sedangkan indeks glikemik
meningkat 4,53 poin, dari 9,89 pangan campuran pre-intervensi dan
menjadi 14,42. Begitu pula rerata skor post-intervensi adalah, 110,21, dan
sikap pre-intervensi dan sikap post- 100,42.

Tabel 1.
Distribusi Pre-Intrevensi dan Post-Intervensi Karakteristik Subjek, Pengetahuan Gizi,
Sikap Subjek dan Pola Makan
Variabel Mean Median SD Min-Max 90% CI
Karakteristik Subjek
Usia (tahun) 59,80 60,50 7,725 30-75 58,22-61,39
Berat badan (kg) 62,12 62,00 10,274 43-96 60,01-64,23
Tinggi badan (cm) 156,23 155,00 7,851 138-178 154,72-157,95
IMT 25,51 25,13 4,720 15,95-34,55 24,52-26,48
Pengetahuan Gizi
Pre-intervensi 9,89 10,00 3,348 3-17 9,19-10,60
Post-intervensi 14,42 14,50 1,962 10-19 14,02-14,83
Sikap
Pre-intervensi 26,02 28,00 8,271 0-35 24,32-27,71
Post-intervensi 31,23 31,00 2,950 26-38 30,62-31,83
Pola makan (Konsumsi Serat)
Pre-intervensi 10,60 9,88 6,752 1,44-34,71 9,21-11,99
Post intervensi 16,55 15,30 6,155 3,15-29,65 15,30-17,81
Pola makan (Konsumsi IG Pangan Campuran)
Pre-intervensi 110,21 111,68 11,542 66,94-130,00 107,84-112,58
Post-intervensi 100,42 107,67 18,252 67,12-122,98 96,67-104,17

57
Tabel 2.
Distribusi perbedaan pengetahuan gizi, sikap, pola makan
pre-intervensi dan post-intervensi
Variabel n Rerata±SD SE t p-value
Pengetahuan Gizi
Pre-Intervensi 66 9,89±3,348
0,388 -11,689 0,000
Post-Intervensi 66 14,42±1,962
Sikap
Pre-Intervensi 66 26,2±8,271
0,946 -5,508 0,000
Post-Intervensi 66 31,23±2,950
Pola Makan (Jumlah Konsumsi Serat)
Pre-Intervensi 66 10,60±6,752
0,949 -6,271 0,000
Post-Intervensi 66 16,56±6,115
Pola Makan (Jumlah Konsumsi Indeks Glikemik Pangan Campuran)
Pre-Intervensi 66 110,21±11,543
2,541 3,852 0,000
Post-Intervensi 66 100,42±18,253

Perbedaan Pengetahuan Gizi 26,2 pada masa pre-intervensi


Subjek Pre-intervensi dan Post- menjadi 31,23 pada post-intervensi.
intervensi
Hasil uji statistik paired T-test
Rata-rata nilai pengetahuan
menunjukkan bahwa sikap subjek
gizi subjek mengalami peningkatan
sebelum dilakukan intervensi secara
dari 9,89 pada masa pre-intervensi
bermakna berbeda (p<0,01) dengan
menjadi 14,41 sesudah dilakukan
sikap subjek setelah dilakukan
intervensi berupa edukasi gizi. Hasil
intervensi dengan edukasi gizi
uji statistik paired T-test menunjukkan
menggunakan media booklet (Tabel 2).
bahwa ada perbedaan yang bermakna
(p<0,01) antara pengetahuan gizi Perbedaan Pola Makan Subjek
Pre-intervensi dan Post-intervensi
subjek sebelum dan sesudah
Hasil penelitian ini
dilakukan intervensi dengan edukasi
menunjukkan rata-rata asupan serat
gizi menggunakan media booklet
total per hari pada anggota prolanis
(Tabel 2).
DM Puskesmas Kecamatan Ciracas
Perbedaan Sikap Subjek Pre- sebelum intervensi adalah 10,60 g
intervensi dan Post-intervensi
kemudian setelah dilakukan
Sikap terhadap kesehatan
intervensi berupa edukasi gizi
(health attitude) adalah pendapat atau
dengan booklet diet tinggi serat dan
penilaian orang terhadap hal-hal
indeks glikemik rendah, rata-rata
yang berkaitan dengan pemeliharaan
asupan serat total per harinya
kesehatan (Notoatmodjo, 2012). Rata-
meningkat menjadi 16,55 g.
rata skor sikap subjek meningkat dari
Walaupun angka ini masih jauh dari

58
anjuran konsumsi serat untuk intervensi berupa edukasi gizi
penderita diabetes mellitus, yaitu 25 dengan booklet diet tinggi serat dan
g/hari (Almatsier, 2004), peningkatan indeks glikemik rendah, rata-rata IG
konsumsi serat merupakan hal baik pangan campurannya menurun
yang diharapkan pada penelitian ini. menjadi 100,42.
Hasil penelitian jumlah Jumlah IG pangan campuran
konsumsi serat per hari per hari penderita diabetes tipe 2
menggunakan formulir semi anggota prolanis DM di Puskesmas
kuantitatif FFQ terhadap penderita Kecamatan Ciracas dengan kategori
diabetes tipe 2 anggota prolanis DM rendah mengalami peningkatan yaitu
di Puskesmas Kecamatan Ciracas dari 2 orang (3,0%) pada saat pre-
diketahui bahwa jumlah subjek, yang intervensi menjadi sebanyak 15 orang
konsumsi seratnya dalam kategori (22,7%) pada saat post-intervensi.
cukup, meningkat dari pre-intervensi Begitu pula dengan pola
sebanyak 4 orang (6,1%) menjadi konsumsi berdasarkan indeks
sebanyak 13 orang (19,7%) pada saat glikemik pangan campuran subjek,
post-intervensi. Jumlah asupan serat mengalami perubahan bermakna
subjek sebelum intervensi berbeda setelah dilakukan intervensi dengan
secara nyata (p<0,01) dengan setelah edukasi gizi menggunakan media
intervensi melalui edukasi dengan booklet (p<0,01). Secara lebih lengkap,
menggunakan media booklet. Secara hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.
lebih lengkap, hal ini dapat dilihat
DISKUSI
pada Tabel 2.
Keterbatasan dalam penilitian
Kandungan serat dan
ini adalah jumlah enumerator berupa
karbohidrat kompleks yang tinggi
alat pendukung instrumen formulir
pada suatu bahan makanan menjadi
semi kuantitatif FFQ hanya berupa
penentu paling penting pada nilai IG
food picture bukan bentuk asli atau
yang rendah (Trinidad, et al., 2010).
tiruan bahan makanannya seperti food
Penelitian ini menunjukkan rata-rata
model. Dalam penelitian Adhi (2012)
asupan dengan IG pangan campuran
yang menghitung konsumsi indeks
per hari anggota prolanis DM
glikemik seseorang dengan
Puskesmas Kecamatan Ciracas
memperhitungkan indeks glikemik
tergolong tinggi (≥ 70). Rata-rata IG
pangan campuran dalam sehari. Hal
pangan campuran pada asupan
ini menjadi kekurangan karena nilai
subjek sebelum intervensi adalah
indeks glikemik yang didapatkan
110,21 kemudian setelah dilakukan

59
berupa gambaran pola makan indeks peningkatan pengetahuan gizi setelah
glikemik tersebut bukan nilai indeks edukasi gizi pada penderita
glikemik konsumsi per harinya. overweight. Ini sejalan juga dengan
Terjadinya peningkatan penelitian yang dilakukan Putri, et al.
pengetahuan, kemampuan, (2014) dan Magdalena (2015) yang
kesadaran, dan pemahaman melakukan edukasi gizi pada
merupakan tujuan dari adanya penderita diabetes tipe 2 yang
edukasi kesehatan (DUB Kesehatan, berpengaruh terhadap peningkatan
2014). Perkeni (2011) juga pengetahuan gizi.
menetapkan edukasi gizi merupakan Dalam hal ini peningkatan nilai
pilar utama dalam penatalaksanaan pengetahuan dapat disebabkan
diabetes melitus. Booklet dianggap sebagian besar pasien DM tipe 2
sebagai media cetak yang mampu sudah mengetahui dasar dari
menerangkan lebih terperinci manajemen diabetes namun masih
dibandingkan leaflet dan lebih mudah tidak bersikap sebagaimana
dipahami daripada buku, sehingga seharusnya menangani penyakitnya,
intervensi yang dilakukan pada kadang mereka hanya mengetahui
anggota prolanis DM Puskesmas namun tanpa mengaplikasikannya.
Kecamatan Ciaracas adalah edukasi Setelah dilakukan edukasi gizi
gizi menggunakan booklet mengenai tersebut, subjek mengalami
diet tinggi serat dan indek glikemik peningkatan pengetahuan, sehingga
rendah serta pengenalan manajemen menjadi lebih termotivasi untuk
diet DM. Hal ini karena subjek memonitoring pola makannya yang
menjadi lebih mudah untuk dapat dilihat dari asupan serat yang
memahaminya dari banyaknya lebih meningkat dan indeks glikemik
gambar yang aplikatif dan tidak yang mengalami penurunan.
susah untuk dibawa dan dibaca Pemberian intervensi berupa
kembali karena ukurannya yang kecil. edukasi gizi dengan booklet menjadi
Penelitian yang dilakukan Ranti satu dari beberapa pilihan untuk
(2012) dan Tri (2015) didapatkan hasil peningkatan kualitas hidup pasien
adanya perbedaan signifikan antara serta memberi gambaran umum serta
pengetahuan gizi sebelum dan media pengingat kepada pasien karna
sesudah edukasi gizi dengan media bentuk booklet yang dapat disimpan
booklet kepada subjeknya. Pada serta dibaca lagi di lain waktu. Hal ini
penelitian yang dilakukan oleh diperkuat Sari (2014) yang
Thasim, et al. (2013), terjadi mengatakan bahwa perilaku

60
seseorang untuk taat menjalani diet mengakibatkan hal yang bersifat
atau kepatuhan terhadap diet dapat antagonis di dalam tubuh (Kusharto,
berhubungan dengan intensitas 2006).
pemberian penyuluhan, edukasi, dan Balitbangkes (2014) pada data
motivasi yang diberikan secara Riskesdas 2013, mengatakan pola
teratur dan terus menerus. konsumsi buah dan sayur orang
Perkeni (2011) juga Indonesia termasuk kategori kurang,
mengatakan untuk mencapai ini terlihat dari data seluruh provinsi
keberhasilan perubaha perilaku, yang angka kekurangan serat
dibutuhkan edukasi yang melebihi 80% dari total konsumsi
komprehensif dan upaya peningkatan buah dan sayur yang seharusnya.
motivasi. penelitian yang dilakukan Arif, et al. (2014) mengatakan serat
Ranti (2012) dan Tri (2015) yang baik dikonsumsi oleh seseorang
memberikan media booklet sebagai terlebih lagi pada penderita diabetes
media intervensi kepada subjeknya tipe 2 karena serat dapat
sehingga didapatkan hasil memperlambat laju makanan pada
peningkatan nilai sikap. Ini sejalan saluran pencernaan dan menghambat
juga dengan penelitian yang aktivitas enzim sehingga proses
dilakukan Putri, et al. (2014) yang pencernaan khususnya pati menjadi
melakukan edukasi gizi pada lambat dan respons glukosa darah
penderita diabetes tipe 2 yang pun akan lebih rendah.
berpengaruh terhadap peningkatan Berdasarkan hasil diary intake
perubahan sikap. assessment, ada beberapa faktor yang
Serat merupakan bagian dari menyebabkan rata-rata IG pangan
tumbuhan yang dapat dikonsumsi campuran anggota prolanis DM
dan tersusun dari karbohidrat yang Puskesmas Kecamatan Ciracas
memiliki sifat resisten terhadap tergolong sangat tinggi. Pertama,
proses pencernaan dan penyerapan di sumber asupan utama subjek adalah
usus halus manusia (Santoso, 2011). nasi, yang memiliki nilai IG tinggi,
Penelitian yang dilakukan Immawati selain itu banyak subjek yang
dan Wirawanni (2014) mengatakan mengonsumsi umbi-umbian dengan
bahwa ada hubungan antara cara direbus. Arif, et al. (2014)
konsumsi serat dengan kadar glukosa mengatakan cara pengolahan suatu
darah. Diet tinggi serat ini bermanfaat bahan makanan dapat memengaruhi
untuk kesehatan, namun jika tinggi rendahnya nilai IG bahan
dikonsumsi berlebihan juga akan makanan tersebut, serta diperlukan

61
pemahaman terhadap IG bahan IG dengan IG pangan campuran yang
pangan yang menentukan dalam telah dilakukan sebelumnya pada
pemilihan jenis, bentuk asupan, dan penelitian Rimbawan dan Siagian
jumlah karbohidrat yang dikonsumsi. (2004) dan Adhi (2012), namun nilai
Kedua, makanan yang dikonsumsi indeks glikemik akan berbeda
subjek kurang beragam dan kurang nilainya tergantung dari faktor yang
asupan serat (buah dan sayur). memengaruhinya pada tiap individu.
Alasan subjek yang takut memakan Nilai indeks glikemik ini merupakan
sayuran hijau menjadi alasan gambaran dari pola konsumsi
beberapa subjek tidak mau karbohidrat dengan jenis bahan
mengonsumsi sayuran, dan diganti makanan dengan indeks glikemik
camilan kue-kue yang berbahan dasar yang tinggi. Pada penelitian Adhi
tepung. Hal ini menandakan (2012) mengatakan bahwa ada
ketidaktahuan sumber informasi hubungan bermakna antara konsumsi
mengenai pentingnya asupan serat indeks glikemik pangan campuran
dan indeks glikemik pada penderita dengan persen lemak tubuh.
diabetes, sehingga masih banyak
SIMPULAN
subjek yang tidak mempraktikkan
informasi tersebut dalam kehidupan Terdapat perbedaan signifikan
sehari-hari. sebelum dan sesudah dilakukan
Nilai indeks glikemik secara intervensi edukasi gizi menggunakan
garis besar dapat dipengaruhi oleh media booklet diet tinggi serat dan
dua hal yaitu, faktor individu dan indeks glikemik rendah terhadap
faktor makanan itu sendiri. Faktor pengetahuan gizi subjek, sikap
individu yang dapat menentukan subjek, pola makan berdasarkan
nilai glikemiknya suatu makanan jumlah konsumsi serat, dan pola
adalah dari sensitivitas insulin, fungsi makan berdasarkan jumlah konsumsi
sel beta pankreas, motilitas saluran indeks glikemik pangan campuran.
pencernaan, dan lainnya. Faktor
DAFTAR RUJUKAN
makanan yang mempengaruhi indeks
glikemik suatu makanan dapat American Diabetes Association (ADA).
dipengaruhi oleh bentuk makanan, (2015). Classification and diagnosis
of diabetes. Diabetes Care, 38(Suppl.
rasio amilopektin dan amilosa, kadar
1):S8–S16.
serat pangan, dan lainnya (Elaine,
Adhi, DH. (2012). Asupan zat gizi
2005). Hasil penelitian ini
makro, serat, indeks glikemik
menggunakan metode perhitungan pangan hubungannya dengan
62
persen lemak tubuh pada polisi laki Departemen Kesehatan dan
laki Kabupaten Purworejo tahun Kesejahteraan Sosial, Direktorat
2012. Skripsi. Depok: Universitas Jendral Kesehatan Masyarakat.
Indonesia.
Kusharto, CM. (2006). Serat makanan
Almatsier, S. (2004). Penuntun Diet (Ed. dan peranannya bagi kesehatan.
Ke-Dua puluh Lima). Jakarta: PT Jurnal Gizi dan Pangan, 1(2), 45-54.
Gramedia Pustaka Utama.
Magdalena. (2005). Pengaruh konseling
Arif, A., Budiyanto, A., Hoerudin. gizi menggunakan standar diet
(2014). Nilai indeks glikemik terhadap pengetahuan dan
produk pangan dan faktor faktor kepatuhan diet pada penderita
yang memengaruhinya. Jurnal diabetes melitus di RSUD Ulin
Penelitian dan Pengembangan Banjarmasin. Skripsi. Yogyakarta:
Pertanian, 32(3):91-99. Universitas Gadjah Mada.

Badan Penelitian dan Pengembangan Niwano, Y., Adachi, T., Kashimura, J.,
Kesehatan. (2014). Riset Kesehatan Sakata, T., Sasaki, H., Sekine, K., et
Dasar 2013. Jakarta: Departemen al. (2009). Is glycemic index of food
Kesehatan Republik Indonesia. a feasible predictor of appetite,
hunger, and satiety?. J Nutr Sci
DUB Kesehatan (2014). Panduan Praktis Vitaminol, 55(3):201-7.
Edukasi Kesehatan. Jakarta: Badan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial Notoatmodjo, S. (2012). Promosi
Kesehatan. Kesehatan dan Perilaku Kesehatan
(Edisi Revisi). Jakarta: PT Rineka
Clark, MJ. & Slavin, JL. (2013). The Cipta.
effect of fiber on satiety and food
intake: a systematic review. J Am Perkeni. (2011). Konsensus Pengelolaan
Coll Nutr, 32(3):200-11. dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 di Indonesia 2011 (Ed. keempat).
Immawati, F. R., & Wirawanni, Y. Jakarta: PB. PERKENI.
(2014). Hubungan konsumsi
karbohidrat, konsumsi total energi, Putri RA., Jafar, N., & Indriasari, R.
konsumsi serat, beban glikemik (2014). Pengaruh edukasi gizi
dan latihan jasmani dengan kadar terhadap pengetahuan, sikap dan
glukosa darah pada pasien diabetes kadar gula darah pasien rawat jalan
melitus tipe 2. Journal of Nutrition diabetes melitus tipe 2 di wilayah
and Health, 2(3). kerja Puskesmas Kota Makassar.
Artikel Ilmiah. Makassar:
Jenkins, DJA., Kendall, CWC., Universitas Hasanuddin.
Augustin, LSA., Franceschi, S.,
Hamidi, M., Marchie, A., et al. Ranti, IN. (2012). Pengaruh pemberian
(2002). Glycemic index: overview of buku saku gouty arthritis terhadap
implications in health and disease. pengetahuan, sikap dan perilaku
Am J Clin Nutr. 76(1):266S-273S. pasien gouty arthritis rawat jalan di
RSUP Prof. Dr. Rd Kandou
Kemenkes. (2000). Buku Modul Akademi Manado. GIZIDO, 4(1):305-312.
Gizi Pedoman Konseling Gizi. Jakarta:

63
Rimbawan dan Siagian, A. (2004). dan asupan zat gizi pada anak gizi
Indeks Glikemik Pangan, Cara Mudah lebih di SDN Sudirman I Makassar
Memilih Pangan yang Menyehatkan. Tahun 2013 Artikel Ilmiah.
Jakarta: Penebar Swadaya. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Santoso, IA. (2011). Serat pangan Tri K.S., Vani. (2015). Perbedaan
(dietary fiber) dan manfaatnya bagi pengaruh media film dan booklet
kesehatan. MAGISTRA, 23(75): 35- tentang penyuluhan pedoman gizi
40. seimbang (pgs) terhadap
pengetahuan dan sikap ibu pada
Sari, P. W. A., & Isnawati, M. (2014). anak gizi lebih di SDN Ciputat 4
Perbedaan pengetahuan gizi, pola Kota Tangerang Selatan. Skripsi.
makan, dan kontrol glukosa darah Jakarta: Universitas
pada anggota organisasi Muhammadiyah Prof. DR. Hamka.
penyandang diabetes melitus dan
non anggota. Skripsi. Semarang: Trinidad, T. P., Mallillin, A. C., Sagum,
Universitas Diponegoro. R. S., & Encabo, R. R. (2010).
Glycemic Index of Commonly
Thasim, S., Syam, A., & Najamuddin, Consumed Carbohydrate Foods in
U. (2013). Pengaruh edukasi gizi The Philippines. Journal of
terhadap perubahan pengetahuan Functional Foods, 2(4), 271-274.

64

Anda mungkin juga menyukai