Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Masa Pandemi Covid - 19 di Puskesmas Mulyorejo
Kota Malang
Stress Factor Analysis On Food Intake And Blood Glucose Levels In Type 2 Diabetes
Mellitus Patients During The Covid-19 Pandemic at Puskesmas Mulyorejo, Malang
ABSTRAK : Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia. Prevalensi
diabetes melitus tipe 2 berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018 yaitu sebesar 2% yang meningkat sejak 2013.
Tingginya tingkat stres dapat memengaruhi asupan makan. selain itu Tingkat stres merupakan salah satu
penyebab tingginya kadar glukosa darah. Dengan adanya stres dalam diri seseorang akan memengaruhi nafsu
makan sehingga memengaruhi asupan makan. Asupan zat gizi makro yang terdiri dari karbohidrat, protein, dan
lemak akan diubah menjadi glukosa di dalam tubuh. Metode :Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
Observational Analitik, dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Hasil : Hasil uji statistik hubungan
tingkat stres dengan asupan karbohidrat memiliki p value 0,644 dengan corelation coeficient 0,11, sedangkan
hubungan tingkat stres dengan asupan protein dengan nilai p value 0,584 dengan corelation coeficient 0,130,
hubungan tingkat stres dengan asupan lemak dengan nilai p value 0,705 dan corelation coeficient – 0,03, hasil
tingkat stres dengan kadar glukosa darah dengan nilai p value 0,705 dan corelation coeficient 0,09. Simpulan:
Ada hubungan namun tidak signifikan antara tingkat stres dengan asupan makan dan kadar glukosa darah pada
pasien DM Tipe 2.
Kata kunci : tingkat stres, Asupan Zat Gizi Makro, Kadar Glukosa Darah, Diabetes Mellitus (DM) tipe 2.
1
and correlation coeficient 0.09. Conclusion: There is a significant but not significant relationship between stress
levels with food intake and blood glucose levels in Type 2 diabetes mellitus patients.
Keywords: stress level, macronutrient intake, blood glucose level, type 2 diabetes mellitus (DM).
2
Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel melalui wawancara langsung dengan responden
menggunakan formulir food recall 2x24 jam dan
Populasi dari penelitian ini adalah semua
formulir Food Frequency Questionnaire (FFQ).
pasien DM-tipe2 rawat jalan di Puskesmas
Mulyorejo Malang dengan tehnik pengambilan Pengolahan dan Analisis Data
sampel menggunakan teknik Purposive Sampling Data karakteristik responden diolah
yang memenuuhi syarat kriteria inklusi dan eksklusi menggunakan Ms. Excel. Kemudian data diolah
dengan cara melihat data puskesmas pasien diabetes secara deskriptif kemudian dengan menggunakan
melitus tipe 2 kemudian akan dilakukan home visit program SPSS for window versi 25 untuk menguji
kepada calon responden. Setelah melakukan hipotesis pada penelitian. Data dianalisis lebih
kunjungan dan terbukti responden masuk dalam dahulu dengan meilakukan uji normalitas data
kriteria yang diinginkan kemudian responden akan dengan menggunakan uji Shapiro Wilk. Jika data
masuk dalam tahap penelitian. berdistribusi normal dilanjutkan dengan
menggunakan uji analisis parametrik chi square,
Dalam penelitian ini diperhitungkan besar
Apabila data tidak berdistribusi normal maka
sampel menurut kriteria inklusi yaitu menggunakan
menggunakan uji analisis data non parametrik yaitu
20 sampel.
kolerasi spearman.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1
Karakteristik Responden
Variabel n %
Kelompok umur
a. Lansia awal 46 -55 tahun 11 55
b. Lansia ahkir 56 – 65 tahun 9 45
Status Gizi
a. Normal (IMT : 18,5-25) 9 45
b. Risiko Overweight ( IMT : 23 – 24,9 kg/m 2)
3 15
c. Gemuk ringan (IMT : 25-27 kg/m2)) 3 15
2)
d. Gemuk berat (IMT : >27 kg/m ) 5 25
3
Variabel n %
Lama Menderita DM
a. ≤ 5 tahun 12 60
b. 5 - 10 tahun 5 25
c. > 10 tahun 2 10
Riwayat Keluarga
a. Ya 11 55
b. Tidak 9 45
Penyakit Penyerta
a. Hipotesi 2 10
b. Paru paru 1 5
c. Hipertensi 7 35
d. Kolesterol 3 15
e. Tidak ada 7 35
Obat-obatan
a. Gliben 4 20
b. Metformin dan Gliben 2 10
c. Metformin dan Glimepiride 3 15
d. Obat lain 5 25
e. Tidak mengonsumsi obat 6 30
Berdasarkan tabel diatas semua responden gizi dengan kategori normal sebanyak 45%.
berusia lebih dari 45 tahun yang termasuk dalam Walaupun sebagian besar responden yang menderita
kategori lansia yang rentan sekali untuk menderita DM Tipe 2 memiliki status gizi normal, namun pada
penyakit degeneratif salah satunya adalah DM Tipe data riwayat penyakit keluarga sebanyak 55%
2. Penyakit DM Tipe 2 pada usia >45 tahun responden memiliki orang tua yang memiliki
disebabkan penurunan senstivitas insulin dan penyakit DM (Diabetes Melitus) namun tidak
menurunnya fungsi tubuh untuk metabolisme memiliki riwayat obesitas. Menurut buku Diabetes
glukosa (Brunner and Suddarth, 2013). Kejadian in the UK tahun 2010, apabila salah satu orang tua
DM Tipe 2 banyak terjadi pada umur ≥50 tahun memiliki riwayat penyakit DM Tipe 2, maka anak
disebabkan penurunan senstivitas insulin dan akan berisiko mederita DM Tipe 2 sebesar 15%. Jika
menurunnya fungsi tubuh untuk metabolisme kedua orang tua memiliki riwayat penyakit DM Tipe
glukosa (Latifah, 2017). Berdasarkan status gizi 2 maka risiko anak dapat menderita DM Tipe 2 naik
menurut IMT mayoritas responden diapatkan status menjadi 75%.
4
12 responden telah menderita DM Tipe 2 < 5 glimipiride. Obat yang paling sering dikonsumsi
tahun. Responden yang menderita DM Tipe 2 paling adalah Gliben dimana obat gliben berfungsi untuk
lama yaitu selama 13 tahun, hal ini menunjukkan membantu pelepasan insulin pada pankreas
bahwa respnden sudah lama menderita DM Tipe 2 sehingga glukosa dalam darah tidak mengalami
kronis yang didapatkan dari keturunan sebanyak 11 peningkatan. Obat Metformin juga menjadi posisi
responden dan gaya hidup yang kurang teratur. kedua/ pendamping obat yang paling sering
Selain dm terdapat beberapa penyakit yang diderita dikonsumsi oleh responden. Obat Metformin
responden, diantaranya hipotesi, paru paru, digunakan sebagai menurunkan kadar glukosa
kolesterol, dan hipertensi. Penyakit yang paling dalam Tubuh, dengan cara meningkatkan
banyak diderita adalah hipertensi sebanyak 35% pemakaian glukosa di jaringan perifer sehingga
responden. terdapat 60% responden yang memiliki menurunkan resistensi insulin. efek samping yang
riwayat keluarga diabetes melitus. Risiko seseorang sering dijumpai ialah gejala gastrointestinal,
untuk menderita DM Tipe 2 lebih besar jika orang malansorbsi vitamin B12 (Deti Rosalina, 2012).
tersebut mempunyai orang tua yang menderita DM.
(ADA, 2013).
kategori stres n %
Kecemasan (n = 20)
- Normal ( 0 – 18) 19 95
- Stres sedang (19 – 25) 1 5
- Stres berat ( ≥ 26) 0 0
Stres (n = 20)
- Normal ( 0 – 18) 16 80
- Stres sedang (19 – 25) 3 15
- Stres berat ( ≥ 26) 1 5
total skor DASS 42 (n = 20)
- Normal ( 0 – 18) 15 75
- Stres sedang (19 – 25) 0 0
- Stres berat ( ≥ 26) 5 25
Berdasarkan tabel 2 diatas ditemukan pada kategori stress sedang, kemudian pada kategori
total skor pada formulir DASS 42 ditemukan 25 % pertanyaan stres sebanyak 15% respoden mengalami
responden mengalami stress berat. Hasil yang stres sedang, dan 5% mengalami stres berat.
didapatkan berdasarkan kategori kecemasan
sebanyak 5% mengalami kecemasan dengan
5
Hasil analisis multivariat yang dilakukan produksi insulin sebagai hormon pengendali gula
oleh Ninna R tahun 2013 menunjukkan bahwa darah. Kegagalan inilah yang menyabebkan
faktor yang paling dominan berhubungan dengan rangkaian penyakit metabolik salah satunya adalah
anxiety adalah faktor jenis kelamin. Lansia diabetes melitus. Gula memang menjadi penyebab
perempuan berisiko 2,68 kali lebih besar mengalami diabetes, namun stres bisa jadi pemicu terjadinya
anxiety sedang dibandingkan dengan lansia laki- diabetes lebih cepat. Konsumsi gula harusnya tetap
laki. dibatasi dan tetap mengontrol rasa stres dalam diri
seseorang sehingga penyakit diabetes melitus tidak
Kondisi stres yang terus berlangsung dapat
memburuk (Endro, 2016).
mengakibatkan pankreas tidak dapat mengandalikan
Tabel 3
Asupan Makan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Mulyorejo Kota Malang
Asupan karbohidrat responden penderita memerlukan waktu 1-1,5 jam untuk diubah menjadi
DM tipe 2 di Puskesmas Mulyorejo Kota Malang 85 glukosa sehingga sangat cepat dalam meningkatkan
% ditemukan masih dalam kategori kurang, rata rata kadar glukosa darah, sedangkan diabetes tidak dapat
asupan makanan per hari asupan karbohidrat hanya memetabolisme glukosa dengan baik karena adanya
sekitar 117,09 gram. Hal ini terjadi dikarenakan resistensi insulin.
kurangnya variasi makanan oleh responden
Pada asupan protein ditemukan 12
khususnya makanan sumber karbohidrat, sehingga
responden (60%) memiliki asupan protein yang
mengakibatkan kurangnya asupan karbohidrat
baik. Pada hasil rata rata asupan protein pasien
selama dilakukan recall. Hasil penelitian Werdani
diabetes melitus tipe 2 adalah 44.65 gram. Menurut
dan Triyanti (2014) menyatakan bahwa asupan
data FFQ yang diambil Keragaman lauk hewani dan
karbohidrat memiliki hubungan yang bermakna
nabati yang dipilih sudah cukup bervariasi, lauk
dengan kadar gula darah puasa. Karbohidrat yang
hewani yang sering dimakan adalah ayam,
dikonsumsi akan dipecah menjadi glukosa yang
sedangkan lauk nabati adalah tahu dan tempe. Selain
kemudian diserap didalam usus, lalu masuk ke
itu keberagaman sayuran yang dikonsumsi oleh
dalam peredaran darah. Karbohidrat hanya
6
pasien diabetes tipe 2 juga cukup bervariasi yakni responden hanya sekitar 35.98 gram/ hari.
wortel, sawi, bayam, dan labu siam yang dimakan Pembatasan asupan lemak bagi penderita diabetes
hampir setiap hari dan dengan cara pengolahan yang melitus merupakan hal yang baik, namun jika
beragam. asupan lemak sangat kurang maka individu tersebut
merasa lemas. Menurut Almatsier, 2011 lemak
Asupan lemak yang dimiliki oleh
berfungsi sebagai sumber tenaga tubuh, 1 gram
responden pasien DM di Puskesmas Mulyorejo
lemak dapat di bakar untuk menghasilkan 9 kalori
diketahui 9 responden ( 45%) memiliki asupan
yang diperlukan oleh tubuh.
lemak yang kurang. Rata-rata asupan lemak seluruh
PEMBAHASAN
Tabel 4
Karbohidrat
1 normal 15 112.94 ± 49.41
0.644 0.11
2 stres berat 5 129.51 ± 59,36
Protein
1 normal 15 44.52 ± 21.86
0.584 0.13
2 stres berat 5 45 ± 11.86
Lemak
1 normal 15 34.07 ± 10.87
0.9 -0.3
2 stres berat 5 41.72 ± 27.44
A. Tingkat stres dengan asupan Karbohidrat menunjukkan nilai p value 0,644 maka α > 0,05
yang berarti stres yang berat tidak signifikan dapat
Makanan diperlukan sebagai bahan bakar dalam
meningkatkan asupan makan karbohidrat.
pembentukan ATP selama pencernaan, banyak zat
gizi yang diabsorbsi untuk memenuhi kebutuhan Hal ini terjadi karena Semua responden
energi tubuh salah satunya adalah zat gizi makro berumur lebih dari 45 tahun termasuk dalam
karbohidrat. Didalam makanan yang dikonsumsi kategori lansia. Semakin bertambahnya umur
mengandung banyak zat gizi makro dan mikro, zat menyebabkan perubahan metabolisme karbohidrat
gizi makro karbohidrat yang merupakan makanan dan perubahan pelepasan insulin yang dipengaruhi
energi utama (Raditya, 2014). Pada hasil pengujian oleh glukosa dalam darah (Brunner and Suddarth,
statistik pada variabel tingkat stres terhadap asupan 2013). Sehingga dibutuhkan asupan karbohidrat
makan ditemukan korelasi yang sangat lemah yang cukup, namun tidak berlebihan karena jika
(0,110) dengan hubungan kedua variabel searah jumlah karbohidrat yang dikonsumsi dari makanan
yang mana apabila stress meningkat maka asupan utama dan selingan berlebih maka mempengaruhi
karbohidrat meningkat. Namun signifikasi kadar gula darah dan sekresi insulin (ADA, 2004).
7
B. Tingkat stres dengan asupan Protein kolesterol di dalam plasma. Aspek paling penting
yang berhubungan dengan komposisi diet adalah
Protein merupakan sumber asam amino yang
konsumsi lemak jenuh <10% dari total energi atau
dibutuhkan tubuh untuk proses pertumbuhan serta
bahkan <8% bagi pasien dengan risiko
sumber energi bersama karbohidrat dan lemak.
kardiovaskuler tinggi. Hasil hubungan tingkat stres
Asupan protein yang tidak sesuai dengan kebutuhan
dengan asupan lemak Berdasarkan hasil pengujian
akan memengaruhi kadar gula darah yang
statistik pada variabel tingkat stress terhadap asupan
disebabkan salah satu fungsi protein sebagai energi
lemak ditemukan korelasi yang sangat lemah (-
tubuh. Berdasarkan hasil pengujian statistik pada
0,030) dengan hubungan kedua variabel tidak
variabel tingkat stress terhadap asupan protein
searah/ negatif yang mana apabila stress meningkat
ditemukan korelasi yang sangat lemah (0,130)
maka tidak memengaruhi asupan lemak pada pasien,
dengan hubungan kedua variabel searah yang mana
selain itu Nilai signifikasi menunjukkan nilai p value
apabila stress meningkat maka asupan protein juga
>0,05 yang berarti stres tidak signifikan dapat
meningkat. Pada nilai signifikasi menunjukkan nilai
meningkatkan asupan makan lemak.
p value > 0,05 yang berarti stres tidak signifikan
dapat meningkatkan asupan makan protein. Usia dan jenis kelamin merupakan penyebab
kurangnya nafsu makan pada pasien DM tipe 2.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
Dibandingkan dengan pria, wanita lebih seing
dilakukan oleh Romah Syahitdah, 2018 yang
mengalami stress yang ahkirnya berakibat dengan
mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang berarti
berubahnya nafsu makan yang drastis. Menurut
antara stres dengan asupan protein, karena stress
penelitian Ninna dkk tahun 2015 menyimpulkan
yang dirasakan sering kali mengakitkan tingginya
bahwa semakin tinggi tingkat stres yang dialami
konsumsi energi dan lemak jenuh. Responden
maka akan mengakibatkan asupan makan yang
dengan tingkat stress yang berat cendenrung
berlebih.Hal ini berbeda pada lansia yang lebih
memakan makanan snack manis dan asin, serta
cenderung memiliki penurunan fungsi organ tubuh
benergi tinggi dan lemak tinggi (Cartwright M, dkk,
sehingga nafsu makan mereka cenderung menurun,
2003).
salah satunya merupakan perubahan pada saluran
C. Tingkat stres dengan asupan Lemak pencernaan. Pada lansia terjadi pengeringan rongga
mulut dan mengakibatkan menurunnya ketertarikan
Tujuan diet yang utama bagi pasien DM tipe 2
pada makanan dan menurunkan cita rasa pada
adalah kaitanya dengan lemak makanan adalah
makanan yang dikonsumsi (Adriani & Wiratmadi,
membatasi asupan lemak jenuh dan kolesterol dari
2012).
makanan. Lemak jenuh merupakan determinan diet
yang penting untuk menentukan kadar LDL
Tabel 5
8
Hasil perhitungan stress pada responden ditemukan kecenderungan berat badan yang berlebih, yang
75 % dengan kategori normal dan terdapat 15% merupakan salah satu faktor risiko diabetes mellitus.
responden yang mengalami stres berat. 15 %
KESIMPULAN DAN SARAN
respoden yang memiliki kategori stres berat
mayoritas memiliki asupan karbohidrat yang Pada Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat sres
kurang, asupan protein yang baik, dan asupan lemak dapat meningkatkan asupan makan dan kadar
yang berlebih. Pada hasil pengujian statistik pada glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe2 di
variabel tingkat stress terhadap kadar glukosa darah Puskesmas Mulyorejo Kota Malang walaupun tidak
ditemukan korelasi yang sangat lemah (0,215) meningkatkan secara signifikan.
dengan hubungan kedua variabel searah yang mana
apabila stress meningkat maka glukosa darah Saran
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan dalam masa pandemi covid 19 dalam mencapai
penelitian Andi (2008) di Rumah Sakit Umum Dr. kadar glukosa darah yang normal.
Wahidin Sudirohusodo, Makasar. Orang yang 3. Dapat menggunakan instrumen penilaian stres
mengalami stres memiliki risiko 1,67 kali untuk yang sesuai dengan kondisi situasi populasi
9
Di RSUD Dr. Moewardi Brunner and Suddarth. (2013). Buku Ajar
Surakarta (Doctoral dissertation, Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8
Univesitas Muhammadiyah Volume 1. Jakarta: EGC.
Surakarta).
Cendi Nurgajayanti, C. N., Weni Kurdanti, W.
ANDHIKA, T. A. (2018). HUBUNGAN K., & Idi Setiyobroto, I. S.
TINGKAT STRES DENGAN KADAR (2017). Hubungan Antara Status Gizi,
GULA DARAH PADA PASIEN Asupan Karbohidrat, Serat Dan
DIABETES MELLITUS DI RSUD Aktivitas Fisik Dengan Kadar
KOTA MADIUN (Doctoral Glukosa Darah Pada Pasien Rawat
dissertation, STIKES Bhakti Husada Jalan Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Mulia). Puskesmas Jetis Kota
Yogyakarta (Doctoral dissertation,
Annisa, M. (2019). HUBUNGAN
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).
DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA
DENGAN KEPATUHAN DIET PADA Derek, M. I., Rottie, J., & Kallo, V. (2017).
PENDERITA DIABETES MELITUS Hubungan Tingkat Stres Dengan
TIPE 2 DI PUSKESMAS ANDALAS Kadar Gula darah Pada Pasien
PADANG (Doctoral dissertation, Diabetes Melitus Tipe II di Rumah
Universitas Andalas). sakit Pancaran Kasih GMIM
Manado. Jurnal Keperawatan, 5(1).
Azrimaidaliza, A. (2011). Asupan Zat Gizi dan
Penyakit Diabetes Mellitus. Jurnal Diabetes, U. K. (2010). Diabetes in the UK
Kesehatan Masyarakat Andalas, 6(1), 2010: key statistics on diabetes.
36-41. London: Diabetes UK.
Azzahra, A. A., Pusparini, P., Isdiany, N., & Dinas Kesehatan Kota Malang.2017. Profil
Dewi, M. (2020). Gambaran Asupan Kesehatan Kota Malang Tahun 2016.
Karbohidrat Sederhana dan Status Pemerintah Kota Malang Dinas
Gizi pada Pasien Diabetes Melitus Kesehatan. Malang
Tipe 2 Rawat Jalan di Puskesmas
Izzati, W. & Nirmala. (2015). Hubungan
Talaga Bodas Kota
Tingkat Stres Dengan Peningkatan
Bandung (Doctoral dissertation,
Kadar Gula Darah Pada Pasien
Politeknik Kesehatan Kemenkes
Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja
Bandung).
Puskesmas Perkotaan Rasimah
Basha, E., & Kaya, M. (2016). Depression, Ahmad, Bukit Tinggi. Jurnal Program
Anxiety and Stress Scale (DASS): Studi D III Keperawatan STIKes
The Study of Validity and Yarsi Sumbar Bukittinggi.
Reliability. Universal Journal of
Kelly, S. J., & Ismail, M. (2015). Stress and
Educational Research, 4(12), 2701-
type 2 diabetes: a review of how stress
2705.
contributes to the development of type
10
2 diabetes. Annual review of public Diubah Dengan Kejadian DM Tipe 2
health, 36, 441-462. di Puskesmas Janti Kota
Malang. Sport Science and
Kementerian Kesehatan RI.2018. Data dan
Health, 1(1).
Informasi Profil Kesehatan Indonesia
2018. Pusaat Data dan Mariappan, N., Elks, C. M., Sriramula, S.,
Informasi.Jakarta. Guggilam, A., Liu, Z., Borkhsenious,
O., & Francis, J. (2010). NF-κB-
Listyandini, R., Pertiwi, F. D., & Riana, D. P.
induced oxidative stress contributes to
(2020). ASUPAN MAKAN,
mitochondrial and cardiac
STRESS, DAN AKTIVITAS FISIK
dysfunction in type II
DENGAN SINDROM METABOLIK
diabetes. Cardiovascular
PADA PEKERJA DI
research, 85(3), 473-483.
JAKARTA. AN-Nur: Jurnal Kajian
dan Pengembangan Kesehatan Fitri, R. I., & Wirawanni, Y. (2012). Asupan
Masyarakat, 1(1), 19-32. energi, karbohidrat, serat, beban
glikemik, latihan jasmani dan kadar
Torres SJ, Diet MN, Nowson CA, Ph D.
gula darah pada pasien diabetes
Relationship between stress , eating
mellitus tipe 2. Media Medika
behavior , and obesity. 2007;23:887–
Indonesiana, 46(2), 121-131.
94.
Rosalina, D. POLA KONSUMSI KALORI
Wati, A. H., & Rodliah, R. (2019). ASUPAN
PADA PASIEN OBESITAS YANG
MAKANAN DAN KADAR GULA
MENDAPAT METFORMIN.
DARAH PADA PASIEN
DIABETES MELLITUS TIPE II DI Rohmawati, N., Asdie, A. H., & Susetyowati,
RS JATINEGARA. Binawan Student S. (2015). Tingkat kecemasan, asupan
Journal, 1(1), 15-21. makan, dan status gizi pada lansia di
Kota Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik
Wiardani, N. K., & Moviana, Y. (2015).
Indonesia, 12(2), 62-71.
Hubungan antara Tingkat Kepatuhan
Diet dengan Kadar Glukosa dan Bulu, A., Wahyuni, T. D., & Sutriningsih, A.
Kolesterol Darah pada Penderita DM (2019). Hubungan antara tingkat
Tipe 2 di RSUP Sanglah kepatuhan minum obat dengan kadar
Denpasar. Jurnal Ilmu Gizi, 6(2), gula darah pada pasien diabetes
128-134. melitus tipe ii. Nursing News: Jurnal
Ilmiah Keperawatan, 4(1).
Mahfudzoh, B. S., Yunus, M., & Ratih, S. P.
(2019). Hubungan Antara Faktor
Risiko Diabetes Melitus yang Dapat
11