Anda di halaman 1dari 10

46

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta


E-ISSN : 2715-616X

HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGELOLAAN


DIABETES MELITUS DENGAN EFIKASI DIRI
PADA PENYANDANG DIABETES MELITUS TIPE II
Inggit Retna Pramesthi1*, Okti Sri Purwanti2
1
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta
21
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta
*inggitretna27@gmail.com

Abstrak
Keywords: Latar belakang: Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit pada
Pengetahuan, Efikasi gangguan metabolisme akibat kelenjar pankreas yang tidak mampu
Diri, Diabetes Melitus. memproduksi hormon insulin. Meningkatnya prevalensi DM di Surakarta
salah satunya di Puskesmas Purwosari dapat menimbulkan masalah gaya
hidup. Gaya hidup dapat menyebabkan gula darah tidak terkontrol,
rendahnya kesadaran mengontrol gula dipengaruhi oleh kurangnya
pengetahuan. Pengetahuan digunakan untuk mengendalikan dan
mengurangi dampak DM. DM membutuhkan perubahan perilaku yaitu
efikasi diri. Efikasi diri persepsi akan kemampuannya untuk melakukan
tindakan dan mengendalikan dirinya. Tujuan: penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan pengetahuan pengelolaan diabetes melitus dengan
efikasi diri pada penyandang diabetes mellitus tipe II Puskesmas Purwosari.
Jenis penelitian: ini adalah kuantitatif dengan metode corellation. Sampel
penelitian 98 responden, teknik pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling. Analisa data menggunakan uji korelasi Spearman Rho.
Instrumen yang digunakan kuesioner pengetahuan pengelolaan diabetes
mellitus dan efikasi diri yang telah diujikan pada 20 penyandang DM.
Hasil: Analisis data menunjukkan hasil sebagian besar berada pada
kategori pengetahuan baik dan efikasi diri sedang dengan nilai p = 0,002 <
α = 0,05 dan nilai korelasi Spearman sebesar 0,309 dengan korelasi
rendah. Kesimpulan: adanya hubungan yang positif dan signifikan antara
pengetahuan pengelolaan diabetes mellitus dengan efikasi diri pada
penyandang diabetes mellitus tipe II Puskesmas Purwosari.

1. PENDAHULUAN insulin tidak dapat digunakan oleh tubuh


Penyakit Tidak Menular (PTM) (Kemenkes RI, 2014).
merupakan penyakit yang dianggap tidak Diabetes melitus di dunia jumlahnya
bisa ditularkan atau disebarkan dari semakin meningkat (Fransisca, 2012).
seseorang ke penderita yang lain, sehingga Prevalensi pada penyandang diabetes di
bukan merupakan sebuah ancaman bagi dunia sebanyak 422 juta jiwa World Health
penderita lain. PTM dengan tingkat kesakitan Organization (WHO, 2016) di Indonesia
dan kematian yang tinggi, yaitu penyakit penyandang diabetes melitus mencapai angka
jantung (kardiovaskuler), kanker, penyakit 425 pada tahun 2017. Prediksi tersebut akan
pernafasan obstruksi kronik, diabetes meningkat mencapai 16,7 juta orang pada
mellitus (Irwan, 2018). Diabetes Melitus tahun 2045 Internasional Diabetes Federation
(DM) merupakan penyakit yang terjadi pada (IDF, 2017). Di Jawa Tengah angka kejadian
gangguan metabolisme akibat kelenjar diabetes mellitus 10,9% pada penduduk
pankreas yang tidak mampu memproduksi dengan usia lebih dari 15 tahun
hormon insulin sebagai pengatur kadar (RISKESDAS, 2018). Penyandang diabetes
glukosa darah yang cukup atau hormon melitus di Surakarta pada tahun 2017,
diabetes melitus tipe II tercatat di puskesmas

Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (SEMNASKEP) 2020


47
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
E-ISSN : 2715-616X

6.579 kasus dan 22.462 kasus di rumah sakit. efikasi diri penyandang didapatkan hasil : 6
Kasus tertinggi yang ada di puskesmas kota penyandang kurang yakin merawat dirinya
Surakarta berada di wilayah kerja puskesmas secara baik dan 4 penyandang menyatakan
Pucangsawit, Purwosari dan yakin untuk merawat dirinya.
Purwodiningratan (Dinkes Surakarta, 2018). Berdasarkan pembahasan diatas peneliti
Meningkatnya jumlah penyandang bertujuan untuk mengetahui “hubungan
diabetes melitus dapat menimbulkan masalah pengetahuan pengelolaan diabetes melitus
yang serius di dalam masyarakat (Tandra, dengan efikasi diri pada penyandang diabetes
2008). Masalah pada penyandang diabetes melitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas
melitus disebabkan oleh berbagai faktor yaitu Purwosari”.
perubahan gaya hidup (Soegondo,
Soewondo, & Subekti, 2009). Gaya hidup 2. METODE
seperti aktivitas fisik dan pengaturan makan Jenis penelitian kuantitatif dengan
yang tidak baik akan menyebabkan tidak menggunakan pendekatan correlation
terkontrolnya gula darah (Bataha, 2017). (Notoatmodjo, 2012). Populasi dari penelitian
Gula darah yang tidak dapat terkontrol secara adalah seluruh penyandang diabetes mellitus
rutin dapat memberikan pengaruh buruk pada yang ada di wilayah kerja Puskesmas
tubuh dan dapat menimbulkan komplikasi Purwosari dengan populasi penyandang
pada penyandang diabetes melitus (Buckman berjumlah 821 orang. Sampel yang digunakan
& Chris, 2010). Rendahnya kesadaran untuk dalam penelitian ini sebanyak 98 responden
mengontrolkan gula darah pada penyandang pada penyandang diabetes mellitus tipe II di
diabetes melitus dapat dipengaruhi beberapa Puskesmas Purwosari. Teknik sampling yang
faktor yaitu psikososial emosional, gaya digunakan pada penelitian ini nonprobability
hidup, pengobatan dan kurangnya sampling dengan Teknik pengambilan yang
pengetahuan (Tong, Vethakkan, & Ng, digunakan purposive sampling (Hidayat,
2015). 2014). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Pengetahuan tentang diabetes melitus Agustus – September 2019. Instrumen
pada penyandang dapat dijadikan sebagai penelitian kuesioner pengetahuan diabetes
sarana dalam penanganan diabetes (Alfiani, mellitus yang dimodifikasi dari penelitian
Yulifah, & Sutriningsih, 2017). Diabetes (Stevia, B, 2016) dan kuesioner Diabetes
melitus membutuhkan perubahan perilaku Management Self Efficacy Scale (DMSES)
(changes behavior). Perubahan perilaku (Rondhianto, 2012) . Prosedur pengambilan
seperti keyakinan diri (Al-Khawaldeh, Al- data dimulai dengan memilih responden
Hassan, & Froelicher, 2012). berdasarkan kriteria penyandang diabetes
Keyakinan diri atau Efikasi diri menjadi mellitus tipe II yang bertempat tinggal di
penting untuk mengendalikan dan mengelola wilayah Puskesmas Purwosari, yang berumur
penyakit diabetes mellitus (Yaqin, Niken, & 30 – 69 tahun, yang tidak memiliki
Dharmana, 2017). Semakin tinggi komplikasi, dan yang bersedia menjadi
pengetahuan maka semakin tinggi efikasi diri responden. Alur penelitian dimulai dengan
seseorang (Pratama & Widodo, 2017) mengurus surat ijin pendahuluan, kemudian
Berdasarkan hasil survey pendahuluan melakukan studi pendahuluan, menyusun
yang dilakukan di Puskesmas Purwosari dari proposal skripsi, mengurus surat ijin
10 penyandang diabetes melitus,dari data penelitian, menetapkan asisten dan melakukan
wawancara tentang pengetahuan pengelolaan persamaan persepsi, menentukan responden.
diabetes melitus didapatkan hasil yaitu : 3 Penyandang yang bersedia menjadi sampel
penyandang menyatakan belum pernah atau responden akan menandatangi lembar
mendapat informasi kesehatan dan hanya persetujuan. Pengambilan data menggunakan
mengerti penyakit yang dideritanya kuesioner, kemudian peneliti melakukan
merupakan gula darah tinggi, 7 penyandang penelitian selama 4 minggu, peneliti
menyatakan sudah pernah mendapat memberikan kuesioner kepada responden,
informasi kesehatan diabetes melitus dan setelah selesai peneliti mengecek kelengkapan
pengelolaannya. Hasil wawancara mengenai pengisian kuesioner. Hasil penelitian

Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (SEMNASKEP) 2020


48
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
E-ISSN : 2715-616X

selanjutnya dilakukan pengkodingan, tabulasi usia 61 – 70 tahun sebanyak 26 responden


dan analisa data. Analisis data menggunakan (26,5%) dan pada usia 30 – 40 tahun
analisis univariat dan bivariat, uji yang sebanyak 1 responden (1%).
digunakan adalah uji spearman rank. c. Pendidikan
Pendidikan pada distribusi ini terdiri dari
3. HASIL DAN PEMBAHASAN tidak sekolah, SD, SMP, SMA dan S1
(Sarjana). Hasil dari distribusi frekuensi
Hasil pendidikan ditampilkan kedalam tabel
Karakteristik responden seperti berikut ini :
a. jenis kelamin Tabel 3
Jenis kelamin pada distribusi ini yaitu Distribusi responden berdasarkan
jenis kelamin laki – laki dan jenis kelamin Pendidikan
perempuan, hasil dari distribusi jenis Pendidikan n %
kelamin di tampilkan tabel seperti berikut:
SD 22 22.5
Tabel 1
SMP 46 46.9
Distribusi responden berdasarkan jenis
kelamin SMA 25 25.5
S1 2 2.0
Jenis Kelamin n % 3 3.1
Laki-laki 30 30.6 Tidak Sekolah
Perempuan 68 69.4 Total 98 100.0
Total 98 100.0
Berdasarkan tabel 3 distribusi frekuensi
Jenis Kelamin n %
berdasarkan pendidikan yaitu jenjang
Laki-laki 30 30.6 pendidikan responden terbanyakan yaitu
Perempuan 68 69.4 pendidikan SMP sebanyak 46 responden
Total 98 100.0 (46,9%), kemudian jenjang pendidikan
SMA sebanyak 25 responden (25,5%),
Berdasarkan tabel 1 distribusi frekuensi pendidikan SD sebanyak 22 responden
berdasarkan jenis kelamin terbanyak yaitu (22,5%), tidak sekolah sebanyak 3
perempuan sebanyak 68 responden responden (3,1%) dan S1 sebanyak 2
(69,4%) dan untuk jenis kelamin laki – responden (2%).
laki sebanyak 30 responden (30.6%). d. Lama menderita
b. Usia Lama menderita setiap responden berbeda
Usia pada distribusi ini memiliki rentang beda, berikut adalah hasil dari distribusi
usia 30 – 69 tahun. Hasil yang didapatkan lama menderita yang dialami oleh
dari distribusi frekuensi usia ditampilan penyandang diabetes mellitus di wilayah
pada tabel seperti berikut ini : Puskesmas Purwosari:
Tabel 2 Tabel 4
Distribusi responden berdasarkan Umur Distribusi responden berdasarkan Lama
Usia n % Menderita
30-40 1 1.0 Lama n %
41-50 31 31.7 Menderita
51-60 40 40.8 0-3 tahun 44 44.8
61-70 26 26.5 4-7 tahun 48 49.0
Total 98 100.0 8-11 tahun 3 3.1
12-15 tahun 3 3.1
Berdasarkan tabel 2 distribusi frekuensi
berdasarkan tabel usia, responden Total 98 100.0
terbanyak yang mengalami diabetes Berdasarkan tabel 4 distribusi frekuensi
melitus terjadi pada usia 51 – 60 tahun terbanyak untuk lama menderita diabetes
sebanyak 40 responden (40,8%), mellitus yaitu pada rentang lama
kemudian pada usia 41 – 50 tahun menderita 4 – 7 tahun sebanyak 48
sebanyak 31 responden (31.7%), pada responden (49,0 %), kemudian 0 – 3 tahun

Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (SEMNASKEP) 2020


49
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
E-ISSN : 2715-616X

sebanyak 44 responden (44,8%), rentang distribusi frekuensi efikasi diri sebagai


8 – 11 tahun dan 12 – 15 tahun masing berikut
masing sebanyak 3 responden (3,1%). Tabel 7
e. Prolanis Distribusi responden berdasarkan Efikasi
Prolanis adalah program pengelolaan Diri
penyakit kronis yang ada di wilayah Efikasi Diri N %
Puskesmas Purwosari untuk penyandang Tinggi 35 35.7
diabetes mellitus memiliki data sebagai Sedang 60 61.2
berikut : Rendah 3 3.1
Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan Total 98 100.0
Prolanis
Prolanis N % Berdasarkan tabel 7 distribusi responden
Ya 15 15.3 berdasarkan efikasi diri nilai paling
Tidak 83 84.7 banyak di efikasi diri sedang dengan 60
Total 98 100.0 responden (61,2%), sedangkan untuk
efikasi diri tinggi sebanyak 35 responden
Berdasarkan tabel 5 distribusi frekuensi
berdasarkan prolanis terbanyak (35,7%), dan untuk efikasi diri rendah
sebanyak 3 responden (3,1%).
responden tidak mengikuti prolanis
Tabel 8
sebanyak 83 responden (84,7%)
sedangkan yang mengikuti prolanis Hasil Uji Normalitas
sebanyak 15 responden (15,3%). Mean SD p- Sig
value
Analisis univariat Pengetahuan 11,65 1,363 1,601 0,012
a. Pengetahuan pengelolaan diabetes Efikasi Diri 72,97 6,531 1,332 0,058
mellitus Berdasarkan hasil uji normalitas yang di
Pengetahuan pengelolaan diabetes uji menggunakan Kolmogorov-Smirnov
mellitus dikatakan baik apabila memiliki diperoleh nilai untuk pengetahuan
skor 10 – 15, nilai cukup 5 – 9, nilai pengelolaan diabetes mellitus 0.012
kurang 1 – 4. Berikut hasil distribusi dari sedangkan untuk nilai efikasi diri 0.058.
pengetahuan pengelolaan diabetes Maka dari hasil tabel uji normalitas data
mellitus : yang berdistribusi normal ada di efikasi
Tabel 6 diri.
Distribusi responden berdasarkan
Pengetahuan Analisis Bivariat
Pengetahuan n % Berdasarkan hasil tabulasi silang dari
Baik 88 89.8 pengetahuan pengelolaan diabetes mellitus
Cukup 10 10.2 dengan efikasi diri, diperoleh hasil sebagai
Total 98 100.0 berikut :
Tabel 9
Berdasarkan tabel 6 distribusi responden Hasil Tabulasi Silang
berdasarkan pengetahuan pengelolaan Pengetahuan Efikasi Diri
diabetes mellitus nilai tertinggi di Pengelolaan
diabetes
pengetahuan baik sebanyak 88 responden mellitus
(89,8 %) sedangan responden dengan Tinggi Sedang Rendah Total
pengetahuan cukup sebanyak 10 Baik 33 52 3 88
responden (10,2%). 37.5% 59.1% 3.4% 100.0%
Cukup 2 8 0 10
20% 80% 0% 100.0%
b. Efikasi Diri Total 35 60 3 98
Efikasi diri dikatakan tinggi apabila 35.7% 61.2% 3.1% 100.0%
memiliki nilai 76 – 100, sedang 56 – 75,
rendah 20 – 55. Berikut adalah hasil

Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (SEMNASKEP) 2020


50
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
E-ISSN : 2715-616X

Berdasarkan tabulasi silang diatas pada rentang usia 51 – 60 tahun. Hal ini
responden dengan pengetahuan baik dengan dibuktikan dengan teori yang menyatakan
efikasi diri tinggi sebanyak 33 responden bahwa semakin bertambahnya usia,
(37,5%), responden dengan pengetahuan kemampuan jaringan untuk mengambil
baik efikasi diri sedang sebanyak 52 glukosa darah semakin menurun. Diabetes
responden (59,1)%, pengetahuan baik mellitus lebih banyak terjadi pada orang
dengan efikasi rendah sebanyak 3 responden berusia di atas 40 tahun daripada yang lebih
(3,4%). Sedangkan untuk responden dengan muda (Rondonuwu, R, Rompas, & Bataha,
pengetahuan cukup dengan efikasi diri 2016).
tinggi sebanyak 2 reponden (20%), dan Berdasarkan hasil penelitian diatas
responden dengan pengetahuan cukup tingkat pendidikan yang tertinggi adalah
efikasi diri sedang sebanyak 8 responden pada tingkat SMP. Dari data tersebut dapat
(80%). dikemukakan penyakit diabetes mellitus
Tabel 10 banyak terjadi pada responden
Hasil Uji Spearman Rank berpendidikan dasar hingga menengah,
Efikasi Diri artinya peningkatan kejadian diabetes
Pengetahuan r 0,309 mellitus juga didorong oleh faktor tingkat
Pengelolaan pendidikan responden. Tingkat pendidikan
p < 0,002 biasanya mampu mempengaruhi
n 98 kemampuan individu untuk menerima
Berdasarkan tabel 4.10 hasil uji sebuah informasi (Wardiyan et al., 2018).
spearman rank diperoleh korelasi rendah Berdasarkan hasil penelitian tersebut
dan nilai hitung yaitu 0.002 < 0.05 maka Ho dapat diketahui bahwa responden yang
ditolak. Sehingga dapat diartikan terdapat menderita diabetes mellitus tipe II dengan
hubungan antara pengetahuan pengelolaan porposi terbanyak dalam rentang 4 – 7
diabetes mellitus dengan efikasi diri. tahun. Pasien yang menderita diabetes
mellitus dengan jangka waktu lama lebih
Pembahasan mampu beradaptasi dengan lingkungan, jika
Karakteristik Responden mampu mengatur distress emosional dan
Hasil penelitian ini menunjukkan memberikan perlindungan diri akan stress
bahwa sebagian responden berjenis kelamin dan cemas dengan pengelolaan stress yang
perempuan. Sejalan dengan penelitian yang baik. Sehingga dapat membantu dalam
telah dilakukan oleh (Wardiyan, Noor, & pencegahan dan pengelolaan DM. Semakin
Rayasari, 2018), sebagian responden lama responden mengalami diabetes
perempuan sebanyak 11 orang (64,7%) dan mellitus maka semakin besar resiko
responden laki – laki 6 orang (35,3%). komplikasi dan salah satu komplikasi yang
Prevalensi diabetes mellitus pada akan muncul yaitu ulkus (Purwanti, Yetti, &
perempuan lebih banyak dibandingkan laki Herawati, 2016).
– laki. Faktor risiko antara lain obesitas, Berdasarkan hasil penelitian yang telah
kurang olahraga, usia dan riwayat diabetes didapatkan bahwa responden yang
mellitus saat hamil, sehingga menyebabkan mengikuti program pengelolaan penyakit
tingginya kejadian diabetes mellitus pada kronis (prolanis) di wilayah kerja
perempuan (Ernawati, 2013). Penelitian Puskesmas Purwosari sebanyak 15
yang dilakukan oleh (Nugroho & Purwanti, responden. Program Prolanis memiliki
2010) bahwa hasil yang didapatkan adalah tujuan untuk mengendalikan glukosa darah
jumlah responden yang berjenis laki – laki pada pasien DM. Faktor risiko penyakit
dan perempuan masing – masing jenis pembuluh darah yaitu terjadi resisten
kelamin sebanyak 24 responden (50%) dan insulin, hipersulinemia dan diabetes mellitus
tidak diketahui adanya prevalensi orang tipe II (Dahlan, Bustan, & Kurnaesih, 2018).
dengan diabetes mellitus ditinjau dari jenis Permasalahan pada Prolanis dapat
kelamin disebabkan kurangnya kesadaran para
Karakteristik responden berdasarkan responden untuk mengikuti Prolanis tentang
usia paling banyak responden memiliki

Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (SEMNASKEP) 2020


51
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
E-ISSN : 2715-616X

pentingnya senam diabetes (Raraswati, Menurut penelitian yang dilakukan


Heryaman, & Soetedjo, 2018). oleh Tingkat pengetahuan yang rendah
tentang perawatan diri dapat
Analisis Univariat memperburuk kondisi kesehatan serta
a. Pengetahuan menimbulkan stres akibat
Berdasarkan tabel diperoleh hasil dari ketidakmampuan dalam melakukan
98 orang yang menjadi responden di perawatan diri (Nejhaddadgar, Darabi,
wilayah kerja puskesmas purwosari Rohban, Solhi, & Kheire, 2019)
terdapat 88 orang dengan pengetahuan Penelitian yang dilakukan oleh
yang baik dan 10 orang dengan (Abbasi et al., 2018) Tingkat
pengetahuan yang cukup. Hasil pengetahuan seseorang yang semakin
penelitian menunjukkan pengetahuan tinggi maka akan semakin mudah orang
responden di puskesmas Purwosari yaitu tersebut menerima informasi, sehingga
baik. Semakin tinggi pendidikan memiliki pemahaman yang baik akan
semakin mudah menerima informasi pentingnya perawatan diri dan memiliki
sehingga pengetahuan yang dimilikinya keterampilan mengelola diri.
semakin baik. Menurut teori Sejalan dengan penelitian (Ahmad,
menyatakan bahwa pengetahuan sangat 2019) menunjukkan pengetahuan
erat dengan pendidikan, dimana pengelolaan diabetes mellitus, lebih
diharapkan seseorang dengan banyak penyandang dengan
pendidikan tinggi maka orang tersebut pengetahuan yang baik. Pengetahuan
semakin luas pengetahuannya (Erfandi, yang baik terhadap penyakitnya
2009). diperlukan oleh pasien diabetes melitus
Menurut (Notoatmodjo, 2010), karena diabetes melitus merupakan
pengetahuan merupakan domain penting penyakit metabolik yang memerlukan
untuk terbentuknya perilaku terbuka. kontrol metabolik, pengetahuan yang
Perilaku yang didasari pengetahuan baik diperlukan guna menghindari
umumnya bersifat bertahan. Salah satu terjadinya komplikasi diabetes melitus
faktor yang menentukan perilaku yang lebih buruk.
kesehatan seseorang yaitu tingkat b. Efikasi Diri
pengetahuan. Pengetahuan sebagai dasar Berdasarkan tabel diperoleh hasil dari
melakukan terapi non farmakologi bagi 98 orang yang menjadi responden di
penderita diabetes mellitus diikuti wilayah kerja Puskesmas Purwosari
dengan tahu, mau dan mampu. teradapat 35 orang dengan efikasi diri
Pengetahuan penyandang tentang tinggi, 60 orang dengan efikasi diri
DM merupakan sarana yang penting sedang, 3 orang dengan efikasi diri
untuk membantu menangani rendah. Hasil penelitian di wilayah
penyandang diabetes, sehingga semakin Puskesmas Purwosari responden
banyak dan semakin baik memiliki efikasi diri yang sedang.
pengetahuannya tentang diabetes, maka Salah satu faktor yang
semakin baik pula dalam menangani mempengaruhi efikasi diri adalah
DM (Gharaibeh & Tawalbeh, 2018). dukungan keluarga. Dukungan keluarga
Penelitian yang dilakukan oleh merupakan faktor yang sangat
(Riyambodo & Purwanti, 2017) diperlukan dalam perilaku perawatan
menyatakan bahwa seseorang yang diri pada pasien diabetes mellitus.
memiliki pengetahuan yang rendah Ketika penyandang terdiagnosis
cenderung sulit menerima dan penyakit kronis, maka penyandang
memahami informasi yang diterima, membutuhkan peran dan bantuan
sehingga orang tersebut akan acuh perawatan dari keluarga. Penyandang
terhadap informasi baru dan merasa DM tipe II akan melakukan perilaku
tidak membutuhkan informasi baru perawatan diri dengan baik ketika
tersebut.

Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (SEMNASKEP) 2020


52
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
E-ISSN : 2715-616X

mereka mendapatkan dukungan dari lain yang sama, persuasi sosial maupun
keluarga (Bai, Chiou, & Chang, 2009). keadaan fisiologis dan emosional.
Bahwa ada perbedaan antara orang
yang efikasi diri rendah dan efikasi diri Analisis Bivariat
tinggi. Seseorang yang efikasi diri a. Hubungan Pengetahuan pengelolaan
rendah akan cenderung dirasakan tidak diabetes mellitus dengan Efikasi diri
ada harapan, tidak bisa mengatur Responden dengan pengetahuan
keadaan yang terjadi di hidupnya ketika baik efikasi rendah sebanyak 3
menghadapi rintangan, sehingga akan responden bahwa Pengetahuan tentang
cepat menyerah jika upayanya gagal. pengelolaan diabetes mellitus untuk
Orang dengan efikasi diri rendah penyakit yang dialaminya pasien tidak
percaya tindakan yang dilakukan tidak selalu menerapakan perubahan perilaku
akan berpengaruh. Sedangkan untuk yang diinginkannya dan banyak
orang yang memiliki efikasi diri tinggi penyandang diabetes mellitus tidak
dapat mengatasi situasi atau insiden terlibat dalam pengelolaan diabetes
yang dialami secara efektif, karena mellitus (Astuti, 2014). Responden
memiliki rasa kepercayaan yang tinggi dengan pengetahuan baik akan tetapi
dengan kemampuaannya (Sari, Yamin, efikasi diri yang rendah, terjadi karena
& Santoso, 2018). beberapa factor antar lain lama
Penelitian yang dilakukan oleh menderita yang kurang dari 1 tahun
(Ngurah & Sukmayanti, 2014) sehingga responden masih perlu
mengatakan bahwa pasien dengan beradaptasi dengan perubahan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi kesehatan yang sedang dialaminya.
memiliki efikasi diri dan perilaku Responden dengan pengetahuan
perawatan diri yang baik. Berdasarkan baik dengan efikasi tinggi sebanyak 33
pengalaman peneliti mendapatkan responden. pengelolaan diabetes adalah
bahwa responden dengan pendidikan sikap pasien terhadap penyakit yang
tinggi mengerti penyakit dan dialami, karena pasien memiliki ide dan
penatalaksanaannya namun belum bisa keyakinan yang berbeda dalam
melaksanakan dengan benar. Sejalan perubahan perilaku dan gaya hidup yang
dengan penelitian yang dilakukan oleh biasanya sulit untuk dilakukan sehingga
peneliti bahwa responden yang memiliki perilaku pengelolaan tidak dilakukan
pengetahuan yang baik dengan efikasi secara konsisten oleh penyandang
sedang yang berarti responden belum diabetes (Astuti, 2014). Responden
mampu untuk melakukan pengelolaan dengan pengetahuan baik dan efikasi
diri secara baik. tinggi memiliki beberapa faktor antar
Menurut Bandura dalam lain tingkat pendidikan, lama menderita
(Herawati, 2015) proses terbentuknya yang lebih dari 2 tahun dan yang
efikasi diri salah satunya dari kognitif mengikuti prolanis yang ada di
atau pengetahuan. Dalam hal ini puskesmas.
tindakan yang dilakukan seseorang yang Responden dengan pengetahuan
berasal dari pikirannya. Kemudian cukup efikasi tinggi 2 responden bahwa
pemikiran tersebut memberi arahan bagi pengetahuan dan efikasi diri sebagai
tindakan yang dilakukan. Jika semakin bagian penting untuk melakukan
tinggi pengetahuan, tingkat pendidikan, pengelolaan dengan domain membentuk
dan pekerjaan yang dimiliki akan perilaku dan kebutuhan responden
memberikan konstribusi terhadap (Rias, 2016). Responden dengan
terbentuknya efikasi diri yang tinggi dan pengetahuan cukup dan efikasi diri
efikasi diri yang tinggi tidak dapat lepas tinggi memiliki beberapa faktor yaitu
dari adanya faktor-faktor yang faktor pendidikan dan lama menderita.
mempengaruhi seperti pengalaman Menurut (Notoatmodjo, 2010)
individu sebelumnya, pengalaman orang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan

Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (SEMNASKEP) 2020


53
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
E-ISSN : 2715-616X

ternyata tidak menjamin seseorang Pengetahuan dapat menjadikan


untuk bersikap sesuai dengan seseorang memiliki kesadaran sehingga
pengetahuan yang dimilikinya, akibat berperilaku sesuai dengan pengetahuan
adanya sistem kepribadian, pengalaman, yang dimilikinya (Pratama & Widodo,
adat istiadat yang dipegang oleh 2017).
individu tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan
Pengelolaan diabetes mellitus seseorang akan meningkatkan
dapat meningkatkan pengetahuan kemampuannya dalam mendapatkan
tentang diabetes mellitus dan informasi sehingga meningkatkan
meningkatkan ketrampilan individu dan pengetahuan (Sulaiman, Murti, &
keluarga dalam mengelola penyakit Waryana, 2015).
diabetes mellitus. Keterlibatan dari Dalam penelitian (Rosdiana &
anggota keluarga dapat meningkatkan Widjajanto, 2018) terdapat pernyataan
pengetahuan dan efikasi diri pada bahwa diantara empat sumber informasi
penyandang diabetes mellitus (Sari et yang dapat mempengaruhi
al., 2018). perkembangan efikasi diri, pengalaman
Efikasi diri tidak berkaitan dengan keberhasilan merupakan yang paling
kemampuan sebenarnya melainkan berperan dalam meningkatkan efikasi
berdasarkan keyakinan yang dimiliki diri.
individu. Efikasi diri pada penyandang Hasil analisis menunjukkan bahwa
DM tipe II berfokus pada keyakinan p value 0,002 < 0,05 sehingga ada
yang dimiliki terhadap kemampuannya hubungan antara pengetahuan
untuk melakukan perilaku perawatan pengelolaan diabetes dengan efikasi diri
diri (Al-Khawaldeh et al., 2012). penyandang diabetes mellitus tipe II
Efikasi diri secara signifikan Puskesmas Purwosari. Nilai korelasi
berhubungan positif dengan perilaku menunjukkan hasil sebesar 0,309 yang
pengelolaan diabetes pada penyandang berarti memiliki nilai korelasi yang
DM tipe II (Hunt et al., 2012). Perilaku rendah.
tersebut meliputi diet sehat, aktifitas
fisik, pemantauan glukosa darah 4. KESIMPULAN
mandiri, terapi obat, dan perawatan a. Karakteristik responden penelitian
kaki. Efikasi diri yang tinggi, dukungan mayoritas berjenis kelamin perempuan,
social yang baik, dan kemampuan berusia 51 – 60 tahun, tingkat pendidikan
memecahkan masalah efektif pada SMP, lama menderita 4 – 7 tahun, tidak
individu DM tipe II diketahui lebih siap mengikuti kegiatan Prolanis.
untuk mengatasi tekanan hidup dan b. Responden wilayah Puskesmas Purwosari
peningkatan pengelolaan diri (King et tingkat pengetahuan yang baik yaitu 89,8
al., 2010). % dan untuk efikasi diri responden
Efikasi diri memiliki peran penting wilayah puskesmas purwosari sedang
dalam peningkatan perilaku perawatan yaitu 61,2%.
diri tiap responden. Efikasi diri dalam c. Terdapat hubungan antara pengetahuan
kemampuan responden dapat mengatur pengelolaan diabetes dengan efikasi diri
atau menunjukkan perilaku yang ada penyandang diabetes mellitus tipe II
sebagai tujuan yang ingin dicapainya dengan nilai korelasi rendah. .
(Sari et al., 2018).
Penelitain yang dilakukan oleh REFERENSI
(Rias, 2016)maka pengetahuan dan
kepercayaan merupakan hal yang Abbasi, Y. F., See, O. G., Ping, N. Y.,
Balasubramanian, G. P., Hoon, Y. C., &
penting dalam meningkatkan individual
dan keluarga dalam pengelolaan Paruchuri, S. (2018). Diabetes knowledge,
diabetes melitus terutama dalam efikasi attitude, and practice among type 2 diabetes
diri. mellitus patients in Kuala Muda District,
Malaysia – A cross-sectional study.

Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (SEMNASKEP) 2020


54
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
E-ISSN : 2715-616X

Diabetes & Metabolic Syndrome: Clinical Fransisca, K. (2012). Awas Pankreas Rusak
Research & Reviews, 12(6), 1057–1063. Penyebab Diabetes. Jakarta: Cerdas Sehat.
Ahmad, J. (2019). Gambaran Tingkat Gharaibeh, B., & Tawalbeh, L. I. (2018).
Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe Diabetes self-care management practices
2 Tentang Manajemen Diabetes. Jurnal among insulin-taking patients. Journal of
Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Research in Nursing, 23(7), 553–565.
Makassar, 10(02). Herawati, E. (2015). Hubungan Antara
Al-Khawaldeh, O. A., Al-Hassan, M. A., & Pengetahuan dengan Efikasi Diri Penderita
Froelicher, E. S. (2012). Self-efficacy, self- Tuberkulosis Paru di Balai Kesehatan Paru
management, and glycemic control in adults Masyarakat Surakarta. Publikasi Ilmiah,
with type 2 diabetes mellitus. Journal of 02(XV), 3–12.
Diabetes and Its Complications, 26(1), 10– Hidayat, A. A. A. (2014). Metode Penelitian
16. Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Alfiani, N., Yulifah, R., & Sutriningsih, A. Jakarta: Salemba Medika.
(2017). Hubungan Pengetahuan Diabetes Hunt, C. W., Wilder, B., Steele, M. M., Grant, J.
Mellitus dengan Gaya Hidup Pasien S., Pryor, E. R., & Moneyham, L. (2012).
Diabetes Mellitus di Rumah Sakit tingkat II Relationships among self-efficacy, social
dr.Soepraoen Malang. Nursing News, 2(2), support, social problem solving, and self-
524–532. management in a rural sample living with
Astuti, N. (2014). Efikasi Diri Dan Manajemen type 2 diabetes mellitus. Research and
Diri Pada Pasien Diabetes Tipe 2. Jurnal Theory for Nursing Practice, 26(2), 126–
Photon, 5(1), 13–18. 141.
Bai, Y. L., Chiou, C. P., & Chang, Y. Y. (2009). IDF. (2017). IDF Diabetes Atlas Eighth edition
Self-care behaviour and related factors in 2017. In International Diabetes Federation.
older people with Type 2 diabetes. Journal IDF Diabetes Atlas, 8th edn. Brussels,
of Clinical Nursing, 18(23), 3308–3315. Belgium: International Diabetes
Bataha, Y. B. (2017). Hubungan Pola Aktivitas Federation, 2017.
Fisik Dan Pola Makan Dengan Kadar Gula http://www.diabetesatlas.org.
Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii Irwan. (2018). Epidemologi Penyakit Tidak
Di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Menular. Yogyakarta: Deepublish.
Pancaran Kasih Gmim Manado. Jurnal Kemenkes RI. (2014). Situasi dan Analisis
Keperawatan, 5(1). Diabetes. Jakarta Selatan: Pusdatin.
Buckman, R., & Chris. (2010). Apa yang King, D. K., Glasgow, R. E., Toobert, D. J.,
Seharusnya Anda Ketahui Tentang Hidup Strycker, L. A., Estabrooks, P. A., Osuna,
dengan Diabetes. Jakarta: PT Citra Aji D., & Faber, A. J. (2010). Self-efficacy,
Parama. problem solving, and social-environmental
Dahlan, N., Bustan, M. N., & Kurnaesih, E. support are associated with diabetes self-
(2018). Pengaruh PROLANIS Terhadap management behaviors. Diabetes Care,
Pengedalian Gula Darah Terkontrol Pada 33(4), 751–753.
Penderita DM di Puskesmas Sudiang Kota Nejhaddadgar, N., Darabi, F., Rohban, A., Solhi,
Makassar. Prosiding Seminar Nasional M., & Kheire, M. (2019). Effectiveness of
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan self-management program for people with
Dan Teknologi, 1(April), 9–10. type 2 diabetes mellitus based on precede
Dinkes Surakarta. (2018). Profil Kesehatan Kota proceed model. Diabetes & Metabolic
Surakarta Tahun 2017. Syndrome: Clinical Research & Reviews,
Erfandi. (2009). Pengetahuan dan Faktor – 13(1), 440–443.
Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Ngurah, I. G. K. D., & Sukmayanti, M. (2014).
Citra Aji Parama. Efikasi Diri Pada Pasien Diabetes Melitus
Ernawati. (2013). Penatalaksanaan Keperawatan Tipe 2. 21.
Diabetes Melitus Terpadu dengan Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan
Penerapan Teori Keperawatan Self Care Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Orem. Jakarta: Mitra Wacana Media. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian

Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (SEMNASKEP) 2020


55
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
E-ISSN : 2715-616X

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Detection of Mental Disorder. 30(2), 138–


Nugroho, S. A., & Purwanti, O. S. (2010). 141.
Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Sari, C. W. M., Yamin, A., & Santoso, M. B.
Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes (2018). Community-Based Education
Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Program on Knowledge and Self-Efficacy
Sukoharjo I Kabupaten Sukoharjo. 03(1), of Type 2 Diabetes Mellitus’ Patients in
43–51. Bandung. Indonesian Contemporary
Pratama, B. D., & Widodo, A. (2017). Hubungan Nursing Journal (ICON Journal), 2(1), 38.
Pengetahuan dengan Efikasi Diri pada Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I.
Caregiver Keluarga Pasien Gangguan Jiwa (2009). Penatalaksanaan Diabetes Melitus
di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi. Jurnal Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Kesehatan. Stevia, B, C. (2016). Hubungan Pengetahuan
Purwanti, O. S., Yetti, K., & Herawati, T. (2016). Tentang Diabetes Mellitus Dengan Kadar
Duration of Diabetic Correlated Diseases Gula Darah Puasa Pada Komunitas
With Diabetic Foot Ulcers At Dr Moewardi Diabetes Mellitus Prodia Gading Serpong
Hospital. International Conference on Tangerang Tahun. FIK Kesehatan
Health and Well-Being (ICHWB), 359–363. Masyarakat, 2002(1), 35–40.
Raraswati, A., Heryaman, H., & Soetedjo, N. N. Sulaiman, E. S., Murti, B., & Waryana, W.
M. (2018). Peran Program Prolanis dalam (2015). Aplikasi Model Precede-Proceed
Penurunan Kadar Gula Darah Puasa pada pada Perencanaan Program Pemberdayaan
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Masyarakat Bidang Kesehatan Berbasis
Puskesmas Kecamatan Jatinangor. Jurnal Penilaian Kebutuhan Kesehatan
Sistem Kesehatan, 4(2), 65–70. Masyarakat. Yarsi Medical Journal, 23(3),
Rias, Y. A. (2016). Hubungan Pengetahuan dan 149–164.
Keyakinan Dengan Efikasi Diri Penyandang Tandra, H. (2008). Segala sesuatu yang harus
Diabetic Foot Ulcer. Jurnal Keperawatan anda ketahui tentang Diabetes: Panduan
Muhammadiyah, 1(1), 13–17. Lengkap Mengenal dan Mengatasi Diabetes
RISKESDAS. (2018). Hasil Utama Riskesdas dengan Cepat dan Mudah. Jakarta:
2018. Gramedia Pustaka Utama.
Riyambodo, B., & Purwanti, O. S. (2017). Tong, W. T., Vethakkan, S. R., & Ng, C. J.
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan (2015). Why do some people with type 2
Dengan Tingkat Distres pada Pasien diabetes who are using insulin have poor
Diabetes Melitus di RSUD Dr. Moewardi glycaemic control? A qualitative study.
Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan BMJ Open, 5(1).
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 17. Wardiyan, T. M., Noor, B. M., & Rayasari, F.
Rondhianto. (2012). Keterkaitan Diabetes Self (2018). Pengaruh Self – Efficacy Enhancing
Management Education Terhadap Self Intervention Program ( Seeip ) Terhadap
Effiacy Pasien Diabetes Mellitus. Jurnal Efikasi Diri Pada Pasien Diabetes Melitus
Keperawatan, (Dm), 216–229. Tipe 2 Di RS Pmi Bogor Tahun 2018 the
Rondonuwu, R, G., Rompas, S., & Bataha, Y. Effect of Self-Efficacy Enhancing
(2016). Hubungan Antara Perilaku Intervention Program ( Seeip ) on Self-
Olahraga Dengan Kadar Gula Darah Effication in Type 2 Diabet. 7–24.
Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah WHO. (2016). WHO | Health systems. Who.
Kerja Puskesmas Wolaang Kecamatan Yaqin, A., Niken, S., & Dharmana, E. (2017).
Langowan Timur. JURNAL Efek Self Efficacy Training Terhadap Self
KEPERAWATAN, 4(1). Efficacy Dan Kepatuhan Diet Diabetesi. JI-
Rosdiana, Y., & Widjajanto, E. (2018). KES (Jurnal Ilmu Kesehatan), 1(1), 1–10.
Pengetahuan sebagai Faktor Dominan
Efikasi Diri Kader dalam Melakukan
Deteksi Dini Gangguan Jiwa Knowledge as
the Dominant Factor in Improving Self-
Efficacy of Cadre in Performing Early

Seminar Nasional Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (SEMNASKEP) 2020

Anda mungkin juga menyukai