Abstrak
Keywords: Latar belakang: Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit pada
Pengetahuan, Efikasi gangguan metabolisme akibat kelenjar pankreas yang tidak mampu
Diri, Diabetes Melitus. memproduksi hormon insulin. Meningkatnya prevalensi DM di Surakarta
salah satunya di Puskesmas Purwosari dapat menimbulkan masalah gaya
hidup. Gaya hidup dapat menyebabkan gula darah tidak terkontrol,
rendahnya kesadaran mengontrol gula dipengaruhi oleh kurangnya
pengetahuan. Pengetahuan digunakan untuk mengendalikan dan
mengurangi dampak DM. DM membutuhkan perubahan perilaku yaitu
efikasi diri. Efikasi diri persepsi akan kemampuannya untuk melakukan
tindakan dan mengendalikan dirinya. Tujuan: penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan pengetahuan pengelolaan diabetes melitus dengan
efikasi diri pada penyandang diabetes mellitus tipe II Puskesmas Purwosari.
Jenis penelitian: ini adalah kuantitatif dengan metode corellation. Sampel
penelitian 98 responden, teknik pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling. Analisa data menggunakan uji korelasi Spearman Rho.
Instrumen yang digunakan kuesioner pengetahuan pengelolaan diabetes
mellitus dan efikasi diri yang telah diujikan pada 20 penyandang DM.
Hasil: Analisis data menunjukkan hasil sebagian besar berada pada
kategori pengetahuan baik dan efikasi diri sedang dengan nilai p = 0,002 <
α = 0,05 dan nilai korelasi Spearman sebesar 0,309 dengan korelasi
rendah. Kesimpulan: adanya hubungan yang positif dan signifikan antara
pengetahuan pengelolaan diabetes mellitus dengan efikasi diri pada
penyandang diabetes mellitus tipe II Puskesmas Purwosari.
6.579 kasus dan 22.462 kasus di rumah sakit. efikasi diri penyandang didapatkan hasil : 6
Kasus tertinggi yang ada di puskesmas kota penyandang kurang yakin merawat dirinya
Surakarta berada di wilayah kerja puskesmas secara baik dan 4 penyandang menyatakan
Pucangsawit, Purwosari dan yakin untuk merawat dirinya.
Purwodiningratan (Dinkes Surakarta, 2018). Berdasarkan pembahasan diatas peneliti
Meningkatnya jumlah penyandang bertujuan untuk mengetahui “hubungan
diabetes melitus dapat menimbulkan masalah pengetahuan pengelolaan diabetes melitus
yang serius di dalam masyarakat (Tandra, dengan efikasi diri pada penyandang diabetes
2008). Masalah pada penyandang diabetes melitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas
melitus disebabkan oleh berbagai faktor yaitu Purwosari”.
perubahan gaya hidup (Soegondo,
Soewondo, & Subekti, 2009). Gaya hidup 2. METODE
seperti aktivitas fisik dan pengaturan makan Jenis penelitian kuantitatif dengan
yang tidak baik akan menyebabkan tidak menggunakan pendekatan correlation
terkontrolnya gula darah (Bataha, 2017). (Notoatmodjo, 2012). Populasi dari penelitian
Gula darah yang tidak dapat terkontrol secara adalah seluruh penyandang diabetes mellitus
rutin dapat memberikan pengaruh buruk pada yang ada di wilayah kerja Puskesmas
tubuh dan dapat menimbulkan komplikasi Purwosari dengan populasi penyandang
pada penyandang diabetes melitus (Buckman berjumlah 821 orang. Sampel yang digunakan
& Chris, 2010). Rendahnya kesadaran untuk dalam penelitian ini sebanyak 98 responden
mengontrolkan gula darah pada penyandang pada penyandang diabetes mellitus tipe II di
diabetes melitus dapat dipengaruhi beberapa Puskesmas Purwosari. Teknik sampling yang
faktor yaitu psikososial emosional, gaya digunakan pada penelitian ini nonprobability
hidup, pengobatan dan kurangnya sampling dengan Teknik pengambilan yang
pengetahuan (Tong, Vethakkan, & Ng, digunakan purposive sampling (Hidayat,
2015). 2014). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Pengetahuan tentang diabetes melitus Agustus – September 2019. Instrumen
pada penyandang dapat dijadikan sebagai penelitian kuesioner pengetahuan diabetes
sarana dalam penanganan diabetes (Alfiani, mellitus yang dimodifikasi dari penelitian
Yulifah, & Sutriningsih, 2017). Diabetes (Stevia, B, 2016) dan kuesioner Diabetes
melitus membutuhkan perubahan perilaku Management Self Efficacy Scale (DMSES)
(changes behavior). Perubahan perilaku (Rondhianto, 2012) . Prosedur pengambilan
seperti keyakinan diri (Al-Khawaldeh, Al- data dimulai dengan memilih responden
Hassan, & Froelicher, 2012). berdasarkan kriteria penyandang diabetes
Keyakinan diri atau Efikasi diri menjadi mellitus tipe II yang bertempat tinggal di
penting untuk mengendalikan dan mengelola wilayah Puskesmas Purwosari, yang berumur
penyakit diabetes mellitus (Yaqin, Niken, & 30 – 69 tahun, yang tidak memiliki
Dharmana, 2017). Semakin tinggi komplikasi, dan yang bersedia menjadi
pengetahuan maka semakin tinggi efikasi diri responden. Alur penelitian dimulai dengan
seseorang (Pratama & Widodo, 2017) mengurus surat ijin pendahuluan, kemudian
Berdasarkan hasil survey pendahuluan melakukan studi pendahuluan, menyusun
yang dilakukan di Puskesmas Purwosari dari proposal skripsi, mengurus surat ijin
10 penyandang diabetes melitus,dari data penelitian, menetapkan asisten dan melakukan
wawancara tentang pengetahuan pengelolaan persamaan persepsi, menentukan responden.
diabetes melitus didapatkan hasil yaitu : 3 Penyandang yang bersedia menjadi sampel
penyandang menyatakan belum pernah atau responden akan menandatangi lembar
mendapat informasi kesehatan dan hanya persetujuan. Pengambilan data menggunakan
mengerti penyakit yang dideritanya kuesioner, kemudian peneliti melakukan
merupakan gula darah tinggi, 7 penyandang penelitian selama 4 minggu, peneliti
menyatakan sudah pernah mendapat memberikan kuesioner kepada responden,
informasi kesehatan diabetes melitus dan setelah selesai peneliti mengecek kelengkapan
pengelolaannya. Hasil wawancara mengenai pengisian kuesioner. Hasil penelitian
Berdasarkan tabulasi silang diatas pada rentang usia 51 – 60 tahun. Hal ini
responden dengan pengetahuan baik dengan dibuktikan dengan teori yang menyatakan
efikasi diri tinggi sebanyak 33 responden bahwa semakin bertambahnya usia,
(37,5%), responden dengan pengetahuan kemampuan jaringan untuk mengambil
baik efikasi diri sedang sebanyak 52 glukosa darah semakin menurun. Diabetes
responden (59,1)%, pengetahuan baik mellitus lebih banyak terjadi pada orang
dengan efikasi rendah sebanyak 3 responden berusia di atas 40 tahun daripada yang lebih
(3,4%). Sedangkan untuk responden dengan muda (Rondonuwu, R, Rompas, & Bataha,
pengetahuan cukup dengan efikasi diri 2016).
tinggi sebanyak 2 reponden (20%), dan Berdasarkan hasil penelitian diatas
responden dengan pengetahuan cukup tingkat pendidikan yang tertinggi adalah
efikasi diri sedang sebanyak 8 responden pada tingkat SMP. Dari data tersebut dapat
(80%). dikemukakan penyakit diabetes mellitus
Tabel 10 banyak terjadi pada responden
Hasil Uji Spearman Rank berpendidikan dasar hingga menengah,
Efikasi Diri artinya peningkatan kejadian diabetes
Pengetahuan r 0,309 mellitus juga didorong oleh faktor tingkat
Pengelolaan pendidikan responden. Tingkat pendidikan
p < 0,002 biasanya mampu mempengaruhi
n 98 kemampuan individu untuk menerima
Berdasarkan tabel 4.10 hasil uji sebuah informasi (Wardiyan et al., 2018).
spearman rank diperoleh korelasi rendah Berdasarkan hasil penelitian tersebut
dan nilai hitung yaitu 0.002 < 0.05 maka Ho dapat diketahui bahwa responden yang
ditolak. Sehingga dapat diartikan terdapat menderita diabetes mellitus tipe II dengan
hubungan antara pengetahuan pengelolaan porposi terbanyak dalam rentang 4 – 7
diabetes mellitus dengan efikasi diri. tahun. Pasien yang menderita diabetes
mellitus dengan jangka waktu lama lebih
Pembahasan mampu beradaptasi dengan lingkungan, jika
Karakteristik Responden mampu mengatur distress emosional dan
Hasil penelitian ini menunjukkan memberikan perlindungan diri akan stress
bahwa sebagian responden berjenis kelamin dan cemas dengan pengelolaan stress yang
perempuan. Sejalan dengan penelitian yang baik. Sehingga dapat membantu dalam
telah dilakukan oleh (Wardiyan, Noor, & pencegahan dan pengelolaan DM. Semakin
Rayasari, 2018), sebagian responden lama responden mengalami diabetes
perempuan sebanyak 11 orang (64,7%) dan mellitus maka semakin besar resiko
responden laki – laki 6 orang (35,3%). komplikasi dan salah satu komplikasi yang
Prevalensi diabetes mellitus pada akan muncul yaitu ulkus (Purwanti, Yetti, &
perempuan lebih banyak dibandingkan laki Herawati, 2016).
– laki. Faktor risiko antara lain obesitas, Berdasarkan hasil penelitian yang telah
kurang olahraga, usia dan riwayat diabetes didapatkan bahwa responden yang
mellitus saat hamil, sehingga menyebabkan mengikuti program pengelolaan penyakit
tingginya kejadian diabetes mellitus pada kronis (prolanis) di wilayah kerja
perempuan (Ernawati, 2013). Penelitian Puskesmas Purwosari sebanyak 15
yang dilakukan oleh (Nugroho & Purwanti, responden. Program Prolanis memiliki
2010) bahwa hasil yang didapatkan adalah tujuan untuk mengendalikan glukosa darah
jumlah responden yang berjenis laki – laki pada pasien DM. Faktor risiko penyakit
dan perempuan masing – masing jenis pembuluh darah yaitu terjadi resisten
kelamin sebanyak 24 responden (50%) dan insulin, hipersulinemia dan diabetes mellitus
tidak diketahui adanya prevalensi orang tipe II (Dahlan, Bustan, & Kurnaesih, 2018).
dengan diabetes mellitus ditinjau dari jenis Permasalahan pada Prolanis dapat
kelamin disebabkan kurangnya kesadaran para
Karakteristik responden berdasarkan responden untuk mengikuti Prolanis tentang
usia paling banyak responden memiliki
mereka mendapatkan dukungan dari lain yang sama, persuasi sosial maupun
keluarga (Bai, Chiou, & Chang, 2009). keadaan fisiologis dan emosional.
Bahwa ada perbedaan antara orang
yang efikasi diri rendah dan efikasi diri Analisis Bivariat
tinggi. Seseorang yang efikasi diri a. Hubungan Pengetahuan pengelolaan
rendah akan cenderung dirasakan tidak diabetes mellitus dengan Efikasi diri
ada harapan, tidak bisa mengatur Responden dengan pengetahuan
keadaan yang terjadi di hidupnya ketika baik efikasi rendah sebanyak 3
menghadapi rintangan, sehingga akan responden bahwa Pengetahuan tentang
cepat menyerah jika upayanya gagal. pengelolaan diabetes mellitus untuk
Orang dengan efikasi diri rendah penyakit yang dialaminya pasien tidak
percaya tindakan yang dilakukan tidak selalu menerapakan perubahan perilaku
akan berpengaruh. Sedangkan untuk yang diinginkannya dan banyak
orang yang memiliki efikasi diri tinggi penyandang diabetes mellitus tidak
dapat mengatasi situasi atau insiden terlibat dalam pengelolaan diabetes
yang dialami secara efektif, karena mellitus (Astuti, 2014). Responden
memiliki rasa kepercayaan yang tinggi dengan pengetahuan baik akan tetapi
dengan kemampuaannya (Sari, Yamin, efikasi diri yang rendah, terjadi karena
& Santoso, 2018). beberapa factor antar lain lama
Penelitian yang dilakukan oleh menderita yang kurang dari 1 tahun
(Ngurah & Sukmayanti, 2014) sehingga responden masih perlu
mengatakan bahwa pasien dengan beradaptasi dengan perubahan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi kesehatan yang sedang dialaminya.
memiliki efikasi diri dan perilaku Responden dengan pengetahuan
perawatan diri yang baik. Berdasarkan baik dengan efikasi tinggi sebanyak 33
pengalaman peneliti mendapatkan responden. pengelolaan diabetes adalah
bahwa responden dengan pendidikan sikap pasien terhadap penyakit yang
tinggi mengerti penyakit dan dialami, karena pasien memiliki ide dan
penatalaksanaannya namun belum bisa keyakinan yang berbeda dalam
melaksanakan dengan benar. Sejalan perubahan perilaku dan gaya hidup yang
dengan penelitian yang dilakukan oleh biasanya sulit untuk dilakukan sehingga
peneliti bahwa responden yang memiliki perilaku pengelolaan tidak dilakukan
pengetahuan yang baik dengan efikasi secara konsisten oleh penyandang
sedang yang berarti responden belum diabetes (Astuti, 2014). Responden
mampu untuk melakukan pengelolaan dengan pengetahuan baik dan efikasi
diri secara baik. tinggi memiliki beberapa faktor antar
Menurut Bandura dalam lain tingkat pendidikan, lama menderita
(Herawati, 2015) proses terbentuknya yang lebih dari 2 tahun dan yang
efikasi diri salah satunya dari kognitif mengikuti prolanis yang ada di
atau pengetahuan. Dalam hal ini puskesmas.
tindakan yang dilakukan seseorang yang Responden dengan pengetahuan
berasal dari pikirannya. Kemudian cukup efikasi tinggi 2 responden bahwa
pemikiran tersebut memberi arahan bagi pengetahuan dan efikasi diri sebagai
tindakan yang dilakukan. Jika semakin bagian penting untuk melakukan
tinggi pengetahuan, tingkat pendidikan, pengelolaan dengan domain membentuk
dan pekerjaan yang dimiliki akan perilaku dan kebutuhan responden
memberikan konstribusi terhadap (Rias, 2016). Responden dengan
terbentuknya efikasi diri yang tinggi dan pengetahuan cukup dan efikasi diri
efikasi diri yang tinggi tidak dapat lepas tinggi memiliki beberapa faktor yaitu
dari adanya faktor-faktor yang faktor pendidikan dan lama menderita.
mempengaruhi seperti pengalaman Menurut (Notoatmodjo, 2010)
individu sebelumnya, pengalaman orang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan
Diabetes & Metabolic Syndrome: Clinical Fransisca, K. (2012). Awas Pankreas Rusak
Research & Reviews, 12(6), 1057–1063. Penyebab Diabetes. Jakarta: Cerdas Sehat.
Ahmad, J. (2019). Gambaran Tingkat Gharaibeh, B., & Tawalbeh, L. I. (2018).
Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe Diabetes self-care management practices
2 Tentang Manajemen Diabetes. Jurnal among insulin-taking patients. Journal of
Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Research in Nursing, 23(7), 553–565.
Makassar, 10(02). Herawati, E. (2015). Hubungan Antara
Al-Khawaldeh, O. A., Al-Hassan, M. A., & Pengetahuan dengan Efikasi Diri Penderita
Froelicher, E. S. (2012). Self-efficacy, self- Tuberkulosis Paru di Balai Kesehatan Paru
management, and glycemic control in adults Masyarakat Surakarta. Publikasi Ilmiah,
with type 2 diabetes mellitus. Journal of 02(XV), 3–12.
Diabetes and Its Complications, 26(1), 10– Hidayat, A. A. A. (2014). Metode Penelitian
16. Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Alfiani, N., Yulifah, R., & Sutriningsih, A. Jakarta: Salemba Medika.
(2017). Hubungan Pengetahuan Diabetes Hunt, C. W., Wilder, B., Steele, M. M., Grant, J.
Mellitus dengan Gaya Hidup Pasien S., Pryor, E. R., & Moneyham, L. (2012).
Diabetes Mellitus di Rumah Sakit tingkat II Relationships among self-efficacy, social
dr.Soepraoen Malang. Nursing News, 2(2), support, social problem solving, and self-
524–532. management in a rural sample living with
Astuti, N. (2014). Efikasi Diri Dan Manajemen type 2 diabetes mellitus. Research and
Diri Pada Pasien Diabetes Tipe 2. Jurnal Theory for Nursing Practice, 26(2), 126–
Photon, 5(1), 13–18. 141.
Bai, Y. L., Chiou, C. P., & Chang, Y. Y. (2009). IDF. (2017). IDF Diabetes Atlas Eighth edition
Self-care behaviour and related factors in 2017. In International Diabetes Federation.
older people with Type 2 diabetes. Journal IDF Diabetes Atlas, 8th edn. Brussels,
of Clinical Nursing, 18(23), 3308–3315. Belgium: International Diabetes
Bataha, Y. B. (2017). Hubungan Pola Aktivitas Federation, 2017.
Fisik Dan Pola Makan Dengan Kadar Gula http://www.diabetesatlas.org.
Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii Irwan. (2018). Epidemologi Penyakit Tidak
Di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Menular. Yogyakarta: Deepublish.
Pancaran Kasih Gmim Manado. Jurnal Kemenkes RI. (2014). Situasi dan Analisis
Keperawatan, 5(1). Diabetes. Jakarta Selatan: Pusdatin.
Buckman, R., & Chris. (2010). Apa yang King, D. K., Glasgow, R. E., Toobert, D. J.,
Seharusnya Anda Ketahui Tentang Hidup Strycker, L. A., Estabrooks, P. A., Osuna,
dengan Diabetes. Jakarta: PT Citra Aji D., & Faber, A. J. (2010). Self-efficacy,
Parama. problem solving, and social-environmental
Dahlan, N., Bustan, M. N., & Kurnaesih, E. support are associated with diabetes self-
(2018). Pengaruh PROLANIS Terhadap management behaviors. Diabetes Care,
Pengedalian Gula Darah Terkontrol Pada 33(4), 751–753.
Penderita DM di Puskesmas Sudiang Kota Nejhaddadgar, N., Darabi, F., Rohban, A., Solhi,
Makassar. Prosiding Seminar Nasional M., & Kheire, M. (2019). Effectiveness of
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan self-management program for people with
Dan Teknologi, 1(April), 9–10. type 2 diabetes mellitus based on precede
Dinkes Surakarta. (2018). Profil Kesehatan Kota proceed model. Diabetes & Metabolic
Surakarta Tahun 2017. Syndrome: Clinical Research & Reviews,
Erfandi. (2009). Pengetahuan dan Faktor – 13(1), 440–443.
Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Ngurah, I. G. K. D., & Sukmayanti, M. (2014).
Citra Aji Parama. Efikasi Diri Pada Pasien Diabetes Melitus
Ernawati. (2013). Penatalaksanaan Keperawatan Tipe 2. 21.
Diabetes Melitus Terpadu dengan Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan
Penerapan Teori Keperawatan Self Care Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Orem. Jakarta: Mitra Wacana Media. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian