Anda di halaman 1dari 13

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

HUBUNGAN SELF EFFICACY TERHADAP SELF MANAGEMENT


PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

THE RELATIONSHIP OF SELF EFFICACY TO SELF MANAGEMENT OF


DIABETES MELLITUS PATIENTS IN GAMBIRAN HOSPITAL KEDIRI

Maria Gracia Kowarin1, Sri Wahyuni

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Pendahuluan : Diabetes melitus telah menjadi salah satu penyakit
Diterima : degenerativ yang bila tidak ditangani dapat terjadinya komplikasi jika
Disetujui : tidak terkontrol DM dapat menimbulkan komplikasi seperti kerusakan
Dipublikasikan : makrovaskuler yaitu retinopati, neuropati, nefropati sedangkan
mikrovaskuler yaitu jantung koroner, stroke dan penyakit vaskuler
periferal. Self efficacy berfungsi dalam mempengaruhi bagaimana
seseorang berpikir, dan bertindak dalam aspek kehidupannya sehingga
memberikan dampak positif dalam mendorong proses kontrol diri
untuk mempertahankan perilaku yang dibutuhkan dalam mengelola
self management pada pasien DM. Tujuan : Mengetahui hubungan
self efficacy terhadap self management pasien diabetes melitus di
RSUD Gambiran Kota Kediri. Metode : Penelitian yang di gunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif corelation dengan pendekatan
cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 57 responden.
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Hasil : Analisis uji
didapatkan ada hubungan antara self efficacy (p= 0.000) dengan self
management pasien diabetes melitus. Kesimpulan : ada hubungan self
efficacy terhadap self management pasien diabetes melitus. Saran :
diharapkan penelitian selanjutnya diharapkan dapat menyempurnakan
penelitian ini dengan mengetahun pengaruh self efficacy apa saja yang
dapat mempengaruhi self management pasien diabetes melitus.
Kata Kunci : Self efficacy, Self management, Diabetes melitus.
abstract
Introduction: Diabetes mellitus has become one of the
degenerative diseases which if not treated can lead to complications
if not controlled DM can cause complications such as
macrovascular damage, namely retinopathy, neuropathy,
nephropathy while microvascular, namely coronary heart disease,
stroke and peripheral vascular disease. Self-efficacy functions in
influencing how a person thinks, and acts in aspects of his life so
that it has a positive impact in encouraging the process of self-
control to maintain the behavior needed to manage self-
management in DM patients. Objective : To determine the
relationship between self-efficacy and self-management of diabetes
mellitus patients at Gambiran Hospital, Kediri City. Methods : The
research used in this study is descriptive correlation with a cross
sectional approach with a total sample of 57 respondents. Data was
collected by means of a questionnaire. Results: Analysis of the test
found that there was a relationship between self-efficacy (p= 0.000)
and self-management of patients with diabetes mellitus.
Conclusion: there is a relationship between self-efficacy and self-
management of diabetes mellitus patients. Suggestion : it is hoped
that further research is expected to be able to complete this research
by knowing what effects of self-efficacy can affect self-
management of diabetes mellitus patients.
Keyword : Self efficacy, Self management, Diabetes mellitus

A. PENDAHULUAN dan terapi sudah baik, akan tetapi pada


Diabetes melitus telah menjadi aktivitas perawatan kaki dan
salah satu penyakit degenerativ yang pengontrolan gula darah pasien masih
bila tidak ditangani dapat terjadinya rendah. Rata-rata pasien dengan
komplikasi (Handayani, Putra, & penyakit diabetes melitus melakukan
Laksmi, 2019). Penyakit ini juga self management yang optimal adalah
merupakan salah satu penyebab utama 4,9 hari setelah keluar dari rumah sakit
penyakit ginjal dan kebutaan pada usia dan aktivitas manajemen diri yang
di bawah 65 tahun. Selain itu juga masih rendah adalah pemantauan gula
menjadi penyebab terjadinya amputasi darah mandiri dan perawatan kaki
(yang bukan di sebabkan oleh trauma), (Saragih, Utami, & Dewi , 2020)
disabilitas, hingga kematian. Dampak Organisasi Internasional Diabetes
lain dari DM adalah mengurangi usia Federation (IDF) memperkirakan
harapan hidup sebesar 5-10 tahun sedikitnya terdapat 463 juta orang pada
(Kemenkes, 2018). Jika tidak terkontrol usia 20 sampai 79 tahun di dunia
DM dapat menimbulkan komplikasi menderita diabetes pada tahun 2019 atau
seperti kerusakan makrovaskuler yaitu setara dengan angka prevalensi sebesar
retinopati, neuropati, nefropati 9,3% dari total penduduk pada usia yang
sedangkan mikrovaskuler yaitu jantung sama. Berdasarkan jenis kelamin, IDF
koroner, stroke dan penyakit vaskuler memperkirakan prevalensi diabetes di
periferal. (Lathifah, 2017). tahun 2019 yaitu 9% pada perempuan
Self efficacy masih menjadi masalah dan 9,65% pada laki-laki. Prevalensi
bagi pasien diabet, dikarenakan diabetes diperkirakan meningkat seiring
setengah dari penderita tidak penambahan umur penduduk menjadi
sepenuhnya percaya diri tentang apa 19,9% atau 111,2 juta orang pada umur
yang harus dilakukan ketika glukosa 65-79 tahun. Diprediksi terus meningkat
darah terlalu tinggi atau terlalu rendah hingga mencapai 578 juta tahun 2030
(Davies, 2018). Tingkat self dan 700 juta tahun 2045. Indonesia
management pasien DM belum merupakan negara keenam dengan
sepenuhnya dilakukan. Aktivitas seperti jumlah diabetes terbanyak, dengan
pengaturan pola makan, aktifitas fisik, prevalensi 8,9-11,1% setelah Cina,
India, Amerika Serikat, Brasil, dan diminimalkan melalui self management.
Meksiko. Penyakit DM merupakan Self management merupakan perawatan
salah satu penyakit kronis keempat di yang dilakukan secara mandiri dimana
Indonesia (Malini, Yeni, Pratiwi, & penderita mampu mengobservasi
Lenggogeni, 2020). Penyakit DM di kebutuhan dirii tanpa tergantung dengan
Jawa Timur berada pada urutan kelima lingkungan sekitar. Tindakan self
provinsi di Indonesia dengan prevalensi management yang dapat dilakukan oleh
diabetes melitus tertinggi mencapai penderita DM antara lain mengatur
2,6% di tahun 2018 meningkat dari aktivitas olahraga, mengatur pola makan
tahun 2013 sebesar 2,1%. Sedangkan di sehat, menggunakan obat DM,
Jawa Timur, prevalensi diabetes melitus mengontrol kadar gula darah secara
berada pada kisaran 1,25% dari seluruh rutin dan juga melakukan perawatan
jumlah penduduk (Sasmiyanto, 2020). kaki secara berkala. Self management
Jumlah penderita DM di kota Kediri yang dilakukan secara konsisten dapat
pada tahun 2018 sebanyak 3.482 mengontrol ketidakstabilan kadar gula
penderita (Profil Kesehatan Kota Kediri, darah, meminimalkan komplikasi dan
2018). meningkatkan kualitas hidup
Berdasarkan hasil studi penderitanya (Luthfa & Fadhilah, 2019).
pendahuluan yang dilakukan di RSUD Berdasarkan penelitian yang
Gambiran kota Kediri data yang di dilakukan oleh Amelia et al. (2018)
peroleh Bulan September sampai menunjukkan bahwa perilaku perawatan
November 2021 didapatkan jumlah diri diabetes melitus tipe 2 di Binjai
pasien DM berjenis kelamin perempuan secara signifikan dipengaruhi oleh self
sebanyak 45 dan laki-laki sebanyak 46 efficacy (ρ= 0,000). Hasil penelitian lain
sehingga di simpulkan seluru pasien yang dilakukan oleh Akoit (2015) juga
DM di RSUD Gambirn Kota Kediri mengatakan bahwa ada hubungan self
bejumlah 91 pasien. efficacy dengan perilaku perawatan diri
Diabetes melitus merupakan (ρ=0,036). Berdasarkan penelitian yang
penyakit yang membutuhkan perawatan dilakukan oleh Linda (2017) di
jangka panjang, pengelolaan yang tidak Puskesmas Srondol Semarang,
adekuat menyebabkan penderita DM didapatkan sebagian besar penderita
mengalami komplikasi yang dapat diabetes melitus disana telah
mempengaruhi kualitas hidupnya. mengetahui terkait pentingnya
Dengan adanya self eficacy dapat melakukan self management diabetes
terbentuk dan berkembang melalui seperti pengaruh diet (pola makan),
empat proses yaitu kognitif, aktifitas olahraga, perawatan kaki,
motivasional, afektif dan seleksi. Self konsumsi obat secara teratur, serta
eficacy berfungsi dalam mempengaruhi memonitoring gula darah. Namun dalam
bagaimana seseorang berpikir, dan penerapanya, sebagian besar pasien
bertindak dalam aspek kehidupannya diabetes masih belum menjalankan
sehingga memberikan dampak positif beberapa aspek self management
dalam mendorong proses kontrol diri diabetes dengan kadar gula darah.
untuk mempertahankan perilaku yang Berdasarkan uraian latar belakang
dibutuhkan dalam mengelola self di atas, peneliti ingin melakukan
management pada pasien DM. Sehingga penelitian “hubungan self efficacy
komplikasi DM tersebut dapat
terhadap self management pasien
diabetes melitus”.
C. HASIL PENELITIAN
B. METODE PENELITIAN Ilustrasi hasil penelitian dapat
Metode penelitian yang di gunakan menggunakan grafik /tabel /gambar. Hasil
dalam penelitian ini adalah deskriptif yang dikemukakan hanyalah temuan yang
corelation dengan pendekatan cross bermakna dan relevan dengan tujuan
sectional. Penelitian ini dilakukan di
penelitian.
RSUD Gambiran Kota Kediri dimulai
Judul gambar atau grafik ditulis
pada tanggal 24 mei sampai 07 juni
2022. Populasi dari penelitian ini adalah dengan huruf berukuran 11 pt dan
pasien diabetes melitus yang memenuhi diletakkan di bawah gambar atau
kriteria inklusi di RSUD Gambiran Kota grafik2.Isi tabel ditulis dengan Times New
Kediri yang berjumlah 91 pasien mulai Roman ukuran 11 pt spasi 1 dan berjarak
bulan September sampai November 0.5 pt dibawah judul tabel. Judul tabel
2021 dengan asumsi jumlah populasi ditulis dengan huruf berukuran 11 pt, bold
setiap bulan 30 pasien DM. sampel yang dan ditempatkan diatas tabel. Tabel tidak
dijadikan dalam penelitian ini adalah menggunakan garis vertikal. Penomoran
pasien DM di RSUD Gambiran Kota
tabel menggunakan angka Arab (1,2,....).
Kediri. Dimana sampel yang di ambil
Tabel diletakkan segera setelah disebutkan
adalah yang memenuhi kriteria inklusi
penelitian. Teknik sampling yang di di dalam naskah. Apabila memungkinkan
gunakan dalam penelitian ini tabel dibuat pada 1 kolom saja, namun
menggunakan apabila tidak memungkinkan buat pada 2
kolom.

a. Berdasarkan Umur Responden

Tabel V.1 Distribusi Frekuensi


Karakteristik Responden Berdasarkan
Umur b. Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Umur Frekuensi Presentase Tabel V. 2 Distribusi Frekuensi


% Karakteristik Responden Berdasarkan
30-37 Tahun 3 5,3 Jenis Kelamin Responden
38-45 Tahun 6 10,5 Jenis kelamin Frekuensi Presentase
46-52 Tahun 8 14,0 %
53-60 Tahun 15 26,3 Laki-laki 21 36,8
61-68 Tahun 15 26,3 Perempuan 36 63,2
Total 57 100,0
>68 Tahun 10 17,5
Total 57 100,0
Berdasarkan Tabel V.2 dapat
dijelaskan bahwa dari total 57 responden
sebagian besar memiliki jenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 36 orang
(63,2%). Sedangkan responden laki-laki Total 57 100,0
sebanyak 21 orang (36,8%). Berdasarkan Tabel V.4 dapat
dijelaskan bahwa dari total 57 responden
sebagian besar lama menderita yaitu
sebanyak 29 orang (50,9%).
e. Berdasarkan Dukungan Keluarga
Tabel V. 5 Distribusi Frekuensi
Karakteristik Responden
Berdasarkan Dukungan
Keluarga
Dukungan Frekuensi Persentase
c. Berdasarkan Pendidikan Responden Keluarga %
Tabel V. 3 Distribusi Frekuensi Baik 45 78,9
Karakteristik Responden Kurang 12 21,1
Berdasarkan Pendidikan baik
Responden Total 57 100,0

Pendidikan Frekuensi Persentase


% Berdasarkan Tabel V.5 dapat
Tidak 2 3,5 dijelaskan bahwa dari total 57 responden
sekolah sebagian besar lama menderita yaitu
SD 33 57,9 sebanyak 45 orang (78,9%).
SMP 3 5,3
SMA 16 28,1 D. PEMBAHASAN
Perguruan 3 5,3
Tinggi
1. Mengidentifikasi Self efficacy
Total 57 100,0 Pasien Diabetes Melitus Di
RSUD Gambiran Kota Kediri
Berdasarkan Tabel V.3 dapat Berdasarkan hasil
dijelaskan bahwa dari total 57 responden penelitian, di peroleh hasil self
sebagian besar pendidikan responden efficacy pasien diabetes melitus
adalah SD yaitu sebanyak 33 orang 57 responden memiliki self
(57,9%). efficacy tinggi (97%). Penelitian
d. Berdasarkan Lama Menderita ini didukung oleh penelitian
Tabel V. 4 Distribusi Frekuensi (Setyorini, 2018) menunjukkan
Karakteristik Responden bahwa lansia dengan hipertensi di
Berdasarkan Lama Posyandu Lansia Padukuhan
Menderita. Panggang III memiliki self
efficacy dalam kategori kurang,
Lama Frekuensi Persentase yaitu sejumlah 21 lansia (84%)
Menderita % dan self-care management
1-5 Tahun 24 42,1 sebagian besar termasuk dalam
6-10 29 50,9 kategori kurang, yaitu 16 lansia
Tahun (64%). Penelitian ini
> 10 4 7,0 menunjukkan bahwa terdapat
Tahun hubungan yang signifikan
antara self efficacy dengan self meningkatkan gaya hidup sehat
care management dengan nilai p = untuk mencegah komplikasi
0.002 < 0.05. lanjut.
Kesimpulanya adalah ada Bandura (1997)
hubungan antara self-efficacy mendefinisikan self efficacy
dengan self-care mangement pada sebagai keyakinan individu akan
lansia yang menderita hipertensi kemampuannya untuk mengatur
di Posyandu Lansia Padukuhan dan melakukan tugas-tugas
Panggang III. tertentu yang dibutuhkan untuk
Berdasarkan hasil penelitian mendapatkan hasil sesuai yang
(Munir, Self Efficacy dan Kualitas diharapkan. Self efficacy
Hidup Pasien Diabetes Melitus membantu seseorang dalam
Tipe 2, 2020) Penelitian ini menentukan pilihan, usaha untuk
menunjukkan bahwa Sebanyak 6 maju, serta kegigihan dan
responden memiliki self efficacy ketekunan dalam
yang baik dan 66,7% memiliki mempertahankan tugas-tugas
kualitas hidup yang baik. Adapun yang mencakup kehidupan
dari 34 responden dengan self mereka. Self efficacy sangat
efficacy yang buruk, terdapat berguna dalam merencanakan dan
88,2% yang memiliki kualitas mengkaji intervensi edukasi serta
hidup kurang. Hasil uji baik untuk memprediksi
menunjukkan ada hubungan yang modifikasi perilaku self care. Self
signifikan antara self efficacy efficacy memberikan landasan
dengan kualitas hidup pasien DM untuk keefektifan self
tipe 2 di ruangan poliklinik management pada diabetes
interna Rumah Sakit Umum melitus karena berfokus pada
Daerah Kota Makassar (p-value = perubahan perilaku.
0,01). self efficacy memiliki Self efficacy memiliki
hubungan positif dengan kualitas peranan yang sangat penting
hidup pada pasien DM tipe 2 dalam merubah perilaku
dengan konstribusi sebesar 56,3%. kesehatan seseorang. Self efficacy
Berdasarkan hasil penelitian erat hubungannya dengan
(Amila, Sinaga, & Sembiring, kepatuhan, termasuk kepatuan
2018) menunjukkan mayoritas diet pada diabetes. Semakin baik
responden memiliki self efficacy self efficacy yang dimiliki
tinggi sebanyak 96,1%, seseorang maka semakin baik
melakukan gaya hidup sehat juga perilaku kesehatannya. Self
sebanyak 96,2%. Hasil uji statistik efficacy merupakan dorongan
menunjukkan adanya hubungan internal yang berkontribusi dalam
yang sangat kuat antara self melakukan aktifitas self
efficacy dengan gaya hidup pada management pada penderita
pasien hipertensi (r=0,891, diabetes adalah keyakinan (self
p<0.05). Perawat dapat efficacy). Self eficcacy berfungsi
meningkatkan self efficacy pasien dalam mempengaruhi bagaimana
hipertensi dengan memberikan seseorang berpikir, dan bertindak
dukungan dan motivasi agar dalam aspek kehidupannya
sehingga memberikan dampak bahwa pasien yang lebih tua lebih
positif dalam mendorong proses yakin akan kemampuannya untuk
kontrol diri untuk mengelola dan melakukan
mempertahankan perilaku yang perawatan penyakitnya. Semakin
dibutuhkan dalam mengelola self bertambahnya usia seseorang
management pada pasien diabetes maka akan memulai untuk
melitus (Munir & Solissa, membimbing diri sendiri dan
Hubungan Self-Efficacy Dengan menilai diri sendiri, serta lebih
Self Care Pada Pasien Diabetes fokus terhadap penerimaan
Melitus, 2021). penyakit yang dialaminya
Berdasarkan data umun sehingga pasien akan memiliki
tabel V.1. Berdasarkan usia self efficacy yang baik.
terbanyak berada pada kelompok
umur 53-68 tahun yakni 15 orang Berdasarkan tabel V.2. Jenis
(26%). Penelitian ini di dukung kelamin terbanyak perempuan
oleh penelitian (Pramesthi & yakni 36 orang (63%). Penelitian
Purwanti, Hubungan Pengetahuan ini di dukung oleh penelitian
Diabetes Melitus Dengan Efikasi ( Sudirman, 2017) jenis kelamin
Diri Pada Penyandan Diabetes terbanyak perempuan yakni 14
Melitus Tipe II, 2020) pada orang (58,3%), penelitian
penelitiannya responden (Pramesthi & Purwanti,
terbanyak ada pada rentang usia Hubungan Pengetahuan Diabetes
51-60 tahun yang berjumlah 98 Melitus Dengan Efikasi Diri Pada
responden. (Setiorini, 2018) dapat Penyandan Diabetes Melitus Tipe
di lihat bahwa mayoritas lansia II, 2020) jenis kelamin terbanyak
berusia 60-74 tahun sebanyak 11 yaitu perempuan sebanyak 68
lansia (44%). Usia mempengaruhi responden (69,4%) dan untuk
risiko dan kejadian DM. Usia jenis kelamin laki – laki sebanyak
sangat erat kaitannya dengan 30 responden (30.6%) Prevalensi
kenaikan kadar glukosa darah, diabetes mellitus pada perempuan
sehingga semakin meningkat usia lebih banyak dibandingkan laki -
maka prevalensi DM dan laki. Faktor risiko antara lain
gangguan toleransi glukosa obesitas, kurang olahraga, usia
semakin tinggi. Proses menua dan riwayat diabetes mellitus saat
yang berlangsung setelah usia 30 hamil, sehingga menyebabkan
tahun mengakibatkan perubahan tingginya kejadian diabetes
anatomis, fisiologis dan biokimia. mellitus pada perempuan.
Menurut WHO setelah usia 30 Berdasarkan tabel V.3.
tahun, maka kadar glukosa darah Tingkat Pendidikan sebagian
akan naik 1-2 mg/dL/tahun pada besar memiliki tingkat pendidikan
saat puasa dan akan naik 5,6- 13 SD yakni 33 orang (58%)
mg/dL pada 2 jam setelah makan. penelitian ini di dukung oleh
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian ( Sudirman, 2017)
teori tersebut bahwa seluruh sebagian besar memiliki tingkat
responden berusia di atas 40 pendidikan SD yakni 9 orang
tahun. Hal ini mengindikasikan (37,5%). Tingkat pendidikan
merupakan indikator bahwa Sehingga dapat membantu dalam
seseorang telah menempuh pencegahan dan pengelolaan DM.
jenjang pendidikan formal di Semakin lama responden
bidang tertentu, namun bukan mengalami diabetes mellitus maka
indikator bahwa seseorang telah semakin besar resiko komplikasi
menguasai beberapa bidang ilmu. dan salah satu komplikasi yang
Seseorang dengan pendidikan akan muncul yaitu ulkus.
yang baik, lebih matang terhadap
proses perubahan pada dirinya, Berdasarkan tabel V.5.
sehingga lebih mudah menerima Dukungan keluarga baik yakni 45
pengaruh luar yang positif, orang (79 %). Penelitian ini di
objektif dan terbuka terhadap dukung oleh penelitian
berbagai informasi termasuk ( Sudirman, 2017) dukungan
informasi tentang kesehatan. keluarga mayoritas sangat
Dapat disimpulkan bahwa tingkat mendukung yakni 15 orang
Pendidikan pada penelitian ini (66,7%), dukungan keluarga
tidak ada hubungan tingakt cukup 8 orang (33,3). Dukungan
Pendidikan dengan self efficacy keluarga merupakan penerimaan
terhadao self management pasien keluarga terhadap anggotanya
diabetes melitus di RSUD yang diwujudkan dalam sikap dan
Gambiran Kota Kediri. tindakan. Anggota keluarga
dipandang sebagai bagian yang
Berdasarkan tabel V.4. Lama tidak terpisahkan dalam
menderita DM selama 6-10 tahun lingkungan keluarga. Anggota
sebanyak 29 orang (51%). keluarga memandang bahwa
Penelitian ini di dukung oleh keluarga adalah orang yang paling
penelitian (Pramesthi & Purwanti, dekat dengan sikap saling
Hubungan Pengetahuan Diabetes mendukung serta selalu siap
Melitus Dengan Efikasi Diri Pada memberikan pertolongan jika
Penyandan Diabetes Melitus Tipe diperlukan. Dukungan keluarga
II, 2020) frekuensi terbanyak mempunyai dampak terhadap
untuk lama menderita diabetes kesehatan fisik dan mental pada
mellitus yaitu pada rentang lama setiap anggotanya. Dukungan
menderita 4-7 tahun sebanyak 48 keluarga yang kurang
responden (49,0 %), kemudian 0 – berhubungan dengan peningkatan
3 tahun sebanyak 44 responden angka kesakitan dan kematian.
(44,8%), rentang 8-11 tahun dan Keluarga memiliki peran terhadap
12-15 tahun masing masing status kesehatan pasien dengan
sebanyak 3 responden (3,1%). penyakit kronis seperti diabetes
Pasien yang menderita diabetes melitus. Dukungan keluarga
mellitus dengan jangka waktu memberikan dampak positif
lama lebih mampu beradaptasi terhadap kepatuhan manajemen
dengan lingkungan, jika mampu perawatan pada penderita DM.
mengatur distress emosional dan Penderita yang mendapatkan
memberikan perlindungan diri dukungan keluarga cenderung
akan stress dan cemas dengan lebih mudah melakukan
pengelolaan stress yang baik. perubahan perilaku ke arah lebih
sehat daripada penderita yang manajemen diri sesuai dengan
kurang mengetahui hubungan anjuran pada pasien hipertensi.
dukungan keluarga dengan Self efficacy memengaruhi
kualitas hidup penderita DM kognitif, afektif dan motivasi
Invalid source specified. pasien hipertensi dalam
manajemen atau mengontrol
Menurut peneliti self tekanan darah. Proses tersebut
efficacy pada pasien diabetes akan membentuk keyakinan dan
melitus kategori tinggi sebanyak merubah perilaku kesehatan untuk
55 orang peneliti menyimpulkan mencapai tujuan pengobatan
bahwa dalam penelitian yang di hipertensi. Self efficacy dapat
lakukan di RSUD Gambiran Kota memotivasi pasien untuk merubah
Kediri pasien diabetes melitus atau mempertahankan perilakunya
memiliki self efficacy yang tinggi. dalam kepatuhan minum obat,
Dengan semakin tinggi self diet, latihan fisik sehingga
efficacy atau keyakinan pasien tekanan darah seseorang akan
diabetes melitus terkait dapat terontrol. Perubahan
pengelolaan self management perilaku pasien hipertensi untuk
maka dapat mempengaruhi mencapai self management
bagaimana seseorang berpikir, behaviour tergantung pada proses
bertindak dalam mengelola self efficacy yang dijalani oleh
penyakitnya. seseorang tersebut. Apabila
seseorang masih berada pada
2. Mengidentifikasi Self
proses kognitif akan mempunyai
management Pasien Diabetes
self efficacy yang lebih rendah
Melitus Di RSUD Gambiran
sehingga self management
Kota Kediri
behaviour juga rendah dan
Berdasarkan hasil sebaliknya.
penelitian, di peroleh hasil self Self-management diabetes
management pasien diabetes melitus adalah tindakan yang
melitus 57 responden memiliki dilakukan oleh pasien diabetes
self management baik (96,5). melitus untuk mengelola dan
Berdasarkan hasil penelitian yang mengendalikan diabetes melitus
didukung oleh (Agastiya, yang meliputi aktivitas,
Nurhesti, & Manangkot, 2020) pengaturan makan (diet),
juga menunjukkan self efficacy olahraga, pemantauan gula darah,
memengaruhi self-management pengontrolan obat dan perawatan
behaviour sebesar 63,04% dan kaki. Tujuan self management
36,96% dipengaruhi faktor lain yaitu mengoptimalkan control
seperti jenis kelamin, usia, tingkat metabolik dalam tubuh, mencegah
pendidikan, kebiasaan merokok komplikasi akut dan kronis,
dan minum kopi, dukungan mengoptimalkan kualitas hidup
keluarga dan lama terdiagnosis pasien serta dapat menekan biaya
hipertensi. Oleh karena itu, yang dikeluarkan untuk perawatan
seseorang dengan self efficacy ataunpengobatan penyakit
yang tinggi akan lebih mudah diabetes melituus. Dalam
untuk melakukan perilaku
penelitian ini hampir seluruh Berdasarkan hasil penelitian
responden diabetes melitus tipe 2 di atas dapat disimpulkan bahwa
(97,1%) melakukan self self efficacy terhadap self
management sedang (M S, Z S, & management memiliki tingkat
Rosidin, 2019). hubungan yang sedang,
Menurut peneliti self berkorelasi positif dan signifikan.
management pada pasien diabetes Jika pasien diabetes melitus
melitus kategori baik sebanyak 55 memiliki self efficacy yang tinggi
orang peneliti menyimpulkan sehingga dapat mempengaruhi
bahwa dalam penelitian yang di self management. self efficacy
lakukan di RSUD Gambiran Kota tinggi yang dimiliki oleh pasien
Kediri pasien diabetes melitus diabetes melitus berhubungan
memiliki management yang baik. dengan perilaku self management
Karena dapat dilihat dari kategori sehingga pasien dengan diabetes
self efficacy bahwa banyak pasien melitus akan melaksanakan
diabetes melitus memiliki self medication, diet, monitoring,
efficacy yang tinggi sehingga olahraga, dan pengambilan
dapat di simpulkan bawha self keputusan dengan semakin baik
efficacy memiliki hubungan self dalam penanganan diabetes.
management
E. SIMPULAN
3. Menganalisis Hubungan Self Berdasarkan hasil penelitian,
efficacy Terhadap Self kesimpulan yang didapat dalam
Management Pasien Diabetes penelitian ini adalah sebagai berikut :
Melitus Di RSUD Gambiran 1. Berdasarkan hasil penelitian, di
Kota Kediri peroleh hasil self efficacy pasien
Berdasarkan hasil penelitian diabetes melitus 57 responden
yang diolah dengan program memiliki self efficacy tinggi (96,5)
statistik menggunakan uji Statistik dan 2 (3,5).
Chi Square menunjukkan bahwa 2. Berdasarkan hasil penelitian, di
hasil Chi Square menunjukan peroleh hasil self management
nilai sig. (p value 0.000) dengan pasien diabetes melitus 57
a=0,05 Karena nilai p<a=0,05 responden memiliki self efficacy
yang berarti Ho ditolak dan H1 di tinggi (96,5) dan cukup 2 (3,5)
terima. Sehingga peneliti 3. Berdasarkan hasil penelitian yang
menyimpulkan bahwa terdapat diolah dengan program statistik
hubungan antara self efficacy dan menggunakan uji Statistik Chi
self management pada pasien Square menunjukkan bahwa hasil
diabetes melitus di RSUD Chi Square menunjukan nilai sig. (p
Gambiran Kota Kediri. Pada value 0.000) dengan a=0,05 Karena
penelitian ini korelasi yang nilai p<a=0,05 yang berarti Ho
bersifat positif menunjukkan jika ditolak dan H1 di terima. Sehingga
tingkat self efficacy tinggi maka peneliti menyimpulkan bahwa
tingkat self management pada terdapat hubungan antara self
pasien diabetes melitus di RSUD efficacy dan self management pada
Gambiran Kota Kediri tinggi. pasien diabetes melitus di RSUD
Gambiran Kota Kediri. Pada
penelitian ini korelasi yang bersifat
positif menunjukkan jika tingkat
self efficacy tinggi maka tingkat self
management pada pasien diabetes
melitus di RSUD Gambiran Kota
Kediri baik.

F. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas,
saran penelitian adalah sebagai berikut :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Keperawatan
Institusi keperawatan
diharapkan mampu menjadi referensi
dalam meningkatkan upaya
pemeliharaan kesehatan
2. Bagi Peneliti Berikutnya
Penelitian berikutnya
diharapkan dapat mengkaji dan
menyempurnakan penelitian ini
dengan mengetahun pengaru self
efficacy apa saja yang dapat
mempengaruhi self management
pasien diabetes melitus.
3. Bagi Responden
Untuk responden diharapkan
dari penelitian ini menjadi bahan
pembelajaran sehingga pasien
dibabetes melitus dapat mengelola
self management sehingga gulah
darah tetap terkontrol dan dapat
menghindari komplikasi yang dapat
membahayakan pasien.

Referensi

Sudirman, A. A. (2017). Diabetes Mellitus, Diabetes Self Management Education (DSME), and
Self Care Diavetik. Proceeding The 1ST Gorontalo Internasional Nursing, 1-11.

Agastiya, I. C., Nurhesti, P. Y., & Manangkot, M. (2020). Hubungan Self-Efficacy Dengan Self-
Management Behaviour. Community of Publishing in Nursing, 65-72.

Amila, Sinaga, J., & Sembiring, E. (2018). Self Efficacy dan Gaya Hidup Pasien Hipertensi.
Jurnal Kesehatan, 360-365.
Handayani, N. D., Putra, P. W., & Laksmi, I. A. (2019). Efikasi Diri Berhubungan dengan
Kepatuhan Manajemen Diri pada Pasien Diabetes Melitusdi Wilayah Kerja Puskesmas
Buleleng III. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kesehatan, 29-38.

Kemenkes. (2018). Hari Diabetes Sedunia. InfoDatin Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI, pp. 1-8.

Lathifah, N. L. (2017). Hubungan Durasi Penyakit Dan Kadar Gula Darah Dengan Keluhan
Subyektif Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Berkala Epidemiologi, 232-239.

Luthfa, I., & Fadhilah, N. (2019). Self Management Menentukan Kualitas Hidup Pasien. Jurnal
Endurance : Kajian Ilmiah Problema Kesehatan, 397-405.

M S, C. W., Z S, M. A., & Rosidin, U. (2019). Gambaran Self Manajemen Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe II. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, 1-11.

Malini, H., Yeni, F., Pratiwi, C. A., & Lenggogeni, D. P. (2020). Factor-Faktor Yang
Berhunumga Dengan Manajemen Diri Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Keperawatan
Soedirman, 24-30.

Masturoh, I., & T, N. A. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kementrian


Kesehatan Repoblik Indonesia.

Munir, N. W. (2020). Self Efficacy dan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal
Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 146-149.

Munir, N. W., & Solissa, M. D. (2021). Hubungan Self-Efficacy Dengan Self Care Pada Pasien
Diabetes Melitus. Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia, 9-14.

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Pramesthi, I. R., & Purwanti, O. S. (2020). Hubungan Pengetahuan Diabetes Melitus Dengan
Efikasi Diri Pada Penyandan Diabetes Melitus Tipe II. Seminar Nasional Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 46-55.

Saragih, T. B., Utami, G. T., & Dewi , W. N. (2020). Hubungan Self Efficacy Dengan Self
Management Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas Harapanraya Pekanbaru. JOM FKp,
37-44.

Sasmiyanto. (2020). Faktor Predisposisi Perilaku Kesehatan Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2.
Jurnal Keperawatan Silampari, 466-476.

Setyorini, A. (2018). Hubungan self-efficacy dengan self-care management lansia yang


menderita hipertensi di Posyandu Lansia Padukuhan Panggang III. Health Sciences and
Pharmacy Journal, 58-64.

Anda mungkin juga menyukai