Anda di halaman 1dari 50

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN LAMA MENDERITA DAN KEPATUHAN MINUM OBAT


DENGAN KOMPLIKASI PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS
BATUA KOTA MAKASSAR

OLEH:
WIWI ANRIANI
NIM: PO714201161093

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MAKASSAR JURUSAN


KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
KEPERAWATAN MAKASSAR
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar.

Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang terjadi baik ketika pankreas tidak

menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif

menggunakan insulin yang dihasilkan (Musyafirah et al., 2016). Diabetes Melitus

juga merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat tingginya kadar gula darah

yang melebihi batas normal. Penyakit diabetes jika tidak ditangani dengan baik

akan menimbulkan berbagai komplikasi pada organ tubuh seperti paada mata,

ginjal, jantung, pembuluh darah dan saraf yang akan membahayakan jiwa

seseorang (Roifah, 2016)

Menurut IDF (Internasional Diabetes Federasion, 2017) prevalensi

penderita Diabetes Melitus sejumlah 425 juta jiwa di dunia. Pasifik barat berada

pada wilayah dengan prevalensi terbesar sekitar 159 juta dan di ikuti oleh china

yaitu 114 juta sedangkan Indonesia berada pada peringkat ke 6 dengan jumlah

penderita sebanyak 10,3 juta jiwa . Pada tahun 2019 penderita diabetes mellitus

meningkat menjadi 463 juta orang penderita dan diperkirakan akan meningkat
pada tahun 2045 menjadi 700 juta jiwa dengan peningkatan 51%. Pasifik barat

berada pada wilayah tertinggi penderita diabetes mellitus dengan jumlah 163 juta

jiwa dan afrika wilayah terendah dengan jumlah 19 juta jiwa (Internasional

Diabetes Federasion, 2019)

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018 prevalensi Diabetes Melitus di

Indonesia menurut diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun keatas terjadi

peningkatan pada tahun 2013 sebanyak 15% dan pada tahun 2018 sebanyak 2%

untuk provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2013 sebanyak 1,6% dan tahun 2018

sebayak 1,8%. Sedangkan prevalensi penderita diabetes mellitus untuk semua

umur dan berdasarkan rutin periksa gula darah di Indonesia pada tahun 2013

sebanyak 1,2% dan pada tahun 2018 sebayak 1,4% untuk provinsi Sulawesi

Selatan sebanyak 2,0% tahun 2013 dan 1,3% tahun 2018.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Makassar 2017, Penderita

diabetes melitus di 46 puskesmas tahun 2017 sebanyak 4.406 dan penderita lama

sebanyak 16,755. Pada tahun 2017 penderita diabetes melitus mengalami

penurunan dibandingkan tahun 2016 yaitu sebanyak 6,106 penderita (Laki-laki;

1,568, Perempuan; 4,538) untuk penderita baru, sedangkan untuk penderita lama

sebanyak 16,800 (Laki-laki, 4,538, Perempuan; 12,143) . adapun kematian akibat

diabetes melitus terdapat 198 (Laki-laki; 74, dan Perempuan; 124) sepanjang

tahun 2016.
Penelitian musyafirah 2016 di Rs Ibnu Sina di dapatkan responden paling

banyak lama menderita diabetes mellitus ≥5 tahun (90,0%), sedangkan responden

paling sedikit lama menderita diabetes melitus<5 tahun (10,0%). Berdasarkan

kasus komplikasi menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang mengalami

komplikasi (69,2%) dibanding dengan yang tidak mengalami komplikasi (30,8%).

Jenis komplikasi yang palih tinggi adalah Neuropati diabetic (29,2%), sedangkan

komplikasi yang paling sedikit diderita adalah TB paru (2,5%). Semakin lama

seseorang menderita diabetes melitus maka semakin tinggi resiko terjadinya

komplikasi pada penderita diabetes melitus.

Penelitian Aziza 2017 di Rs “X” terdapat responden yang tidak patuh

dalam penggunaan obat dan mengalami komplikasi sebanyak 24 orang (24,49%)

dan tidak mengalami komplikasi sebanyak 27 orang (27,55%)V sedangkan

responden yang patuh dan komplikasi sebanyak 2 orang (2,04%) dan yang tidak

mengalami komplikasi sebanyak 45 orang (45,92%). Pasien diabetes melitus yang

tidak patuh terhadap penggunaan obat memiliki resiko terkena komplikasi sebesar

20.000 kali dibandingkan dengan pasien diabetes melitus yang patuh terhadap

penggunaan obat (Aziza et al., 2018)

Kepatuhan penggunaan obat merupakan salah satu upaya agar terjadi

keberhasilan terapi, kepatuhan penggunaan obat sangat penting karena jika terapi

obat tidak berhasil akan menyebabkan kegagalan terapi obat dan jika kegagalan

terjadi akan menyebabkan terjadinya komplikasi . Komplikasi yang terjadi yaitu


komplikasi akut maupun kronis apabila gagal dala terapi obat . komplikasi akut

pada penderita Diabetes Melitus seperti Hiperglikemia dan Hipogklikemia dan

komplikasi kronik pada penderita diabetes melitus sep Mikrovaskuler

(Retinopati,Nefropati,Neuropati) dan Mkarovaskuler ( jantung koroner, stroke,

dan gangreng/ ulkus pada kaki (Aziza et al., 2018)

Berdasarkan uraian latar belakang diatas , peneliti tertarik melakukan

penelitian untuk mengetahui Hubungan lama menderita dan kepatuhan minum

obat dengan kejadian komplikasi pada penderita Diabetes Melitus di Puskesmas

Batua Kota Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Apakah ada hubungan lama menderita dan kepatuhan minum

obat dengan kejadian komplikasi pada penderita diabetes mellitus.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lama

menderita dan kepatuhan minum obat dengan kejadian komplikasi pada

penderita diabetes mellitus dipuskesmas Batua Kota Makassar.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui lama menderita dengan kejadian komplikasi pada penderita

Diabetes Mellitus di puskesmas Batua Kota Makassar


b. Mengetahui kepatuhan minum obat dengan kejadian komplikasi pada

penderita Diabetes Melitus di puskesmas Batua Kota Makassar

c. Mengetahui hubungan lama menderita dan kepatuhan minum obat dengan

kejadian komplikasi pada penderita Diabetes Melitus di puskesmas Batua

Kota Makassar.

D.Ruang lingkup

Penelitian ini berfokus pada penderita Diabetes Melitus dalam ruangan

lingkup D IV Keperawatan yaitu keperawatan komunitas.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Terhadap institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi tentang

pengaruh lama menderita dan kepatuhan minum obat dengan kejadian

komplikasi pada penderita Diabetes Melitus.

b. Terhadap peneliti

Sebagai pengembangan kemampuan peneliti dalam membuat

penelitian sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama

perkuliahan.

2. Manfaat praktis

a. Terhadap masyarakat
Dapat memotivasi masyarakat agar dapat memperhatikan dampak

dari lama menderita penyakit Diabetes Melitus terhadap kejadian

komplikasi penderita Diabetes Melitus sehingga diharapkan dapat

memperhatikan dan membantu penanganan masalah-masalah berhubungan

dengan lama penyakit dan kepatuhan minum obat yang dapat

mengakibatkan komplikasi pada penderita Diabetes Melitus

b. Terhadap puskesmas

Bahan acuan petugas kesehatan dalam melaksanakan tugasnya

untuk mengidentifikasi masalah yang menyebabkan terjadinya komplikasi

pada penderita Diabetes Melitus

F. Keaslian Penelitian

Penelitian judul yaitu” Hubungan Lama Menderita dan Kepatuhan

Minum Obat dengan Kejadian Komplikasi pada penderita Diabetes

Melitus di wilayah Puskesmas Batua Kota Makassar” dengan

menggunakan jenis penelitian Deskriptif analitik dengan desain cross

sectional dengan menggunakan purvosive sampling. belum pernah

dilakukan penelitian sebelumnya, adapun penelitian yang berkaitan, yaitu:

1. Penelitian yang pernah dilakukan oleh (Setiyorini & Wulandari,

2017)tentang Hubungan lama menderita dan kejadian komplikasi dengan

kualitas hidup lansia penderita diabetes melitus tipe 2, Metode yang

digunakan pada penelitian ini adalah Korelasional dengan pendekatan

cross sectional dengan teknik sampling yang digunakan dalam penelitian


ini adalah accidental sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah 300

orang lansia penderita diabetes melitus tipe 2 yang berobat ke poli

penyakit dalam RSUD Mardi waluyo blitar.

2. Penelitian yang pernah dilakukan oleh (Lestari, 2015) tentang Hubungan

antara lama menderita diabetes melitus tipe 2 dengan terjadinya Neuropati

sensorik diabetic di RSUD Salatiga, Metode yang digunakan pada

penelitian ini adalah Observasional analitik dengan pendekatan cross

sectional dengan teknik pengambilan sampel kasus menggunakan

purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 35 orang.

3. Penelitian yang pernah dilakukan oleh (Simamora & Antoni, 2018)

tentang Hubungan lama menderita dan kejadian komplikasi denggan

ansietas pada penderita diabetes melitus tipe 2 di RSUD Dr. pirngadi kota

medan, Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Deskripsi

korelasi dengan pendekatan cross sectional . dengan teknik pengambiln

sampel kasus menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah

sampel sebanyak 62 orang.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Melitus

1. Defenisi Diabetes Melitus

Diabetes Melitus adalah penyakit metabolik yang berlangsung

kronik progresif yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa

darah dan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, dan protein,

yang disebabkan oleh banyak faktor, seperti gangguan pengeluaran

insulin, gangguan kerja insulin (Yahya, 2018). Diabetes mellitus

adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan metabolisme yang

terjadi pada organ pancreas yang ditandai dengan peningkatan

glukosa darah (Hiperglikemia) kadar gula yang tinggi dikeluarkan

melalui urine (air seni), disebut penyakit kencing manis dikarenakan

urine mengandung gula atau manis yang dapat menimbulkan

komplikasi baik akut maupun kronik (Marewa, 2015).

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

a. Tipe 1 atau Insulin Dependent DiabetesMellitus/IDDM

Diabetes Melitus tipe 1 merupakan suatu penyakit yang


ditandai oleh kerusakan pada sel beta pankreas. DM tipe 1 dibagi

menjadi 2 sub tipe menjadi tipe 1A yaitu disebabkan oleh proses

imunologi ( immune mediated diabetes) dan tipe 1B yaitu

diabetes idiopatik yang tidak diketahui penyebabnya.

Sebelumnya diabetes 1A disebut dengan diabetes juvenile

ditandai oleh destruksi autoimun sel Beta, terjadi pada semua usia

tapi lebih sering terjadi di usia muda. Diabetes Tipe 1 merupakan

penyakit yang terjadi akibat gangguan katabolisme yang ditandai

dengan kekurangan insulin absolute, peningkatan gula darah, dan

pemecahan lemak dan protein tubuh (Damayanti, 2016)

b. Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non dependent Diabetes

Melitus/INDDM

Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi

insulin tidak bisa membawa membawa glukosa masuk kedalam

jaringan karena terjadi resistensi insulin yang merupakan

turunnya kemampuan insulin untuk merang sang pengambilan

glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi

glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya resistensi insulin

(reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya

masih tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi relatif

insulin. Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi


insulin pada adanya glukosa bersama bahan sekresi insulin lain

sehingga selbeta pancreas akan mengalami desensitisasi terhadap

dan glukosa. Onset DM tipeini terjadi perlahan-lahan karena itu

gejalanyaa simtomatik. Adanya resistensi yang terjadi perlahan-

lahan akan mengakibatkan sensitivitas reseptor akan glukosa

berkurang. DM tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi

komplikasi.Sekitar90-95% penderita DM adalah tipe2, DM tipe2

ini adalah jenis paling sering dijumpai. Biasanya terjadi pada usia

diatas 40 tahun, tetapi bisa pula timbul pada usia diatas 20 tahun

(Tandra, 2017)

c. Diabetes Gestasional

DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana

intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan

pertama , jumlahnya sekitar 2-4 % dari jumlah kehamilan.

Wanita yang mengalami diabetes gestasional akan mengalami

peningkatan resiko untuk terkena diabetes diabetes 5-10 tahun

setelah melahirkan (Damayanti, 2016)

d. DM tipe lain

DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada

defek genetikfungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit

eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin lain, iatrogenik,


infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan genetik lain.

3. Faktor Resiko

a. Faktor Keturunan

Orang yang bertalian darah dengan orang yang mengidap

diabetes akan lebih cenderung mengidap penyakit yang sama

ketimbang orang yang keluarganya tidak memiliki riwayat

penyakit tersebut. Resiko bergantung pada jumlah sanak saudara

yang mengidap diabetes, semakin tinggi resiko yang ia hadapi.

Terdapat sebesar 5% resiko mengidap diabetes Apabila orang tua

dan saudara kandung juga mengidap diabetes maka akan semakin

tinggi resikonya terjadinya diabetes,resiko dapat meningkat 50%

jika memiliki kelebihan berat badan (Yahya, 2018).

b. Pola Makan Tidak Sehat

Pola makan yang tidak sehat menjadi salah satu faktor

penyebab terjadinya diabetes. Bermacam-macam makanan tidak

sehat yang banyak kita temui, kita perlu menjaga diri dari makanan

yang terlalu banyak mengandung gula dan makanan yang indeks

glikemik yang tinggi. Selain itu, makanan yang mengandung lemak

tinggi dan kolesterol tinggi juga dapat memicu diabetes. Makana

jenis ini dapat memicu kegemukan atau obesitas (Yahya, 2018)

c. Obesitas
Hampir 80% orang yang mengidap diabetes di usia lanjut

biasanya memiliki kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan

akan menyebabkan peningkatan kebutuhan insulin pada tubuh.

Orang dewasa yang kegemukan memiliki sel-sel lemak yang lebih

besar pada tubuh mereka. Sel-sel lemak yang lebih besar tidak

merespon insulin dengan baik. Gejala-gejala (Yahya, 2018)

d. Usia

Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi resiko

terkena diabetes , terutama usia diatas 40 tahun, serta mereka yang

kurang gerak badan, massa ototnya berkurang, dan berat badannya

semakin bertambah. Namun belakangan ini , semakin banyaknya

anak yang gemuk maka semakin tinggi kejadian diabetes pada anak

dan remaja. (Tandra, 2017)

e. Jenis kelamin

Pria dan wanita memiliki resiko yang sama besar terkena

diabetes hingga usia dewasa awal. setelah usia 30 tahun, wanita

memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria.

Wanita yang terkena diabetes salama kehamilan memiliki resiko

yang lebih tinggi terkena diabetes mellitus tipe 2 pada usia lanjut

(Yahya, 2018)

f. infeksi
Pada DM tipe 1 biasanya terjadi pada anak ,sering kali

didahului dengan infeksi oleh virus, seperti campak, mumps, dan

coxsackie yang dapat merusak sel pankreas dan menimbulkan

diabetes. (Tandra, 2017)

g. Kurang aktivitas fisik (olahraga)

Di zaman sekarang kebanyakan orang yang jarang

melakukan aktivitas fisik, setiap orang sangat dianjurkan untuk

melakukan olahraga setiap hari .jika tidak melakukan olahraga

akan mengakibatkan efek lanjutan berupa obesitas, seperti yang

dijelaskan diatas bahwa obesitas salah satu penyebab dari diabetes

(Yahya, 2018).

h. Stres

Sulit bagi kita menghubungkan pengaruh stress dengan

timbulnya diabetes. Namun, yang pasti adalah stress yang hebat,

seperti infeksi berat, trauma hebat, operasi besar, atau penyakit

berat lainnya, menyebabkan hormon counter insulin( yang

kerjanya berlawanan dengan insulin) lebih aktif. Akibatnya, gula

darah pun akan meningkat .diabetes ini kadang ditemukan secara

kebetulan pada waktu pasien memeriksa gula darahnya (Tandra,

2017)

4. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus


Tanda dan Gejala Diabetes Melitus (Kurniadi & Nurrahmani, 2015)

antara lain:

a. Poliuria

Poliuria merupakan sering buang air kecil dengan volume

yang banyak, yaitu lebih sering dari pada biasanya. Poliuria terjadi

jika kadar gula darah melebihi nilai ambang ginjal (>180 mg/dl),

maka gula akan keluar bersama urine. Untuk menjaga agar urine

yang keluar (yang mengandung gula itu) tidak terlalu pekat,tubuh

akan menarik air sebanyak mungkin kedalam urine sehingga urine

keluar dalam volume yang banyak dan kencing pun menjadi sering.

Dalam keadaan normal,urine akan keluar sekitar 1,5 liter per hari,

tetapi penderita diabetes yang tidak terkontrol dapat memproduksi

lima kali jumlah itu. Ia akan lebih sering buang air kecil,terlebih

pada malam hari sehingga bisa mengggangu tidur. Baru tidur

sebentar, harus bangun karena ingin buang air kecil. Hal tersebut

yang membuat para penderita tak jarang bangun tidur dengan tidak

nyaman karena kurang tidur.

b. Pollidipsi

Polidipsi merupakan kekurangan cairan (dehidrasi) yang

disebabkan banyaknya urine yang keluar. Dengan banyaknya urine

yang keluar tubuh akan menimbulkan rasa haus sehingga orang

ingin selalu minum terutama yang dingin, manis, segar, dan


banyak. Tidak jarang, yang dipilih adalah minuman soft drink

dingin, menyegarkan, dan manis tentu saja hal tersebut akan sangat

merugikan karena membuat kadar gula semakin tinggi. Namun,hal

itu biasanya dilakukan oleh seseorang yang awalnya belum sadar

bahwa dia menderita diabetes.

c. polifagia

Polifagia terjadi akibat pemasukan gula ke dalam sel-sel

tubuh kurang sehingga energi yang dibentuk menjadi kurang.

Inilah sebabnya orang merasa kurang tenaga. Selain itu, sel juga

menjadi miskin gula sehingga otak juga berfikir bahwa kurang

energi itu karena kurang makan, maka tubuh pun kemudian

berusaha meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan

rasa lapar. Maka, timbullah perasaan selalu ingin makan dan

ngemil.

d. Berat badan turun dan menjadi kurus.

Disebabkan karena banyaknya kehilangan cairan sehingga

tubuh tidak bisa mendapatkan energi yang cukup dari gula karena

kekurangan insulin, tubuh akan bergegas mengolah lemak dan

protein yang ada didalam tubuh untuk diubah menjadi energi.

Apabila hal tersebut berlangsung cukup lama, maka orang akan

tampak kurus dan berat badanya akan turun karena massa lemak

dan proteun yang tersimpan dijaringan otot dan lemak menyusut.


Dalam sistem pembagian urine, penderita diabetes yang tidak

terkendali bisa kehilangan banyak 500 gram glukosa dalam urine

per 24 jam (setara dengan 2000 kalori per hari hilang dari tubuh).

Hal ini tentu saja akan banyak mengurang berat badan..

5. Patofisiologi

Makanan dicerna mulai dari mulut kemudian ke Lambung dan

selanjutnya ke usus. Didalam saluran pencernaan itu makanan

dipecah menjadi bahan dasar dari makanan itu. Kemudian

karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak

menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh usus

kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh

tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ didalam tubuh sebagai

bahan bakar supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar,zat

makanan itu harus masuk dulu ke dalam sel supaya dapat diolah.

Didalam sel, zat makana terutama glukosa dibakar melalui proses

kimia yang rumit, yang hasil akhirnya adalah timbulnya energy.

Proses ini disebut metabolism. Dalam proses metabolism itu insulin

memegang peran yang sangat penting yaitu bertugas memasukkan

glukosa kedalam sel, untuk selanjutnya dapat digunkan sebagai

bahan bakar. Insulin ini adalah hormon yang dikeluarkan oleh sel

beta pankreas.
Dalam keadaan normal artinya kadar insulin cukup dan sensitive,

insulin akan ditangkap oleh reseptor insulin yang ada pada

permukaan sel otot, kemudian membuka pintu masuk sel sehingga

glukosa dapat masuk sel untuk kemudian dibakar menjadi energy/

tenaga. Akibatnya kadar glukosa dalam darah normal.

Pada diabetes dimana didapatkan jumlah insulin yang kurang atau

pada keadaan kualitas insulinnya tidak baik(Resistensi insulin) ,

meskipun insulin ada dan reseptor juga ada, tapi karena ada kelainan

didalam sel itu sendiri pintu masuk sel tetap tidak dapat terbuka tetap

tertutup hingga glukosa tidak dapat masuk sel untuk di

bakar(dimetabolisme). Akibatnya glukosa tetap berada diluar sel,

hingga kadar glukosa dalam darah meningkat. (Soegondo et al.,

2018)

B. Komplikasi DM

Komplikasi merupakan penyakit baru yang muncul dari penyakit

yang ada sebelumnya. Komplikasi ini terdiri atas komplikasi akut dan

komplikasi kronis:

1. Komplikasi Akut

Terjadi akibat ketidak seimbangan akut kadar glukosa darah

(Damayanti, 2016) dibagi atas:


a. Hipoglikemia

Adalah keadaan gangguan saraf yang disebabkan oleh penurunan

glukosa darah hingga mencapai dibawah 50 mg/dl. Gejala ini dapat

bersifat ringan berupa gelisah sampai berat berupa koma disertai

kejang. Hipoglikemik terjadi karena peningkatan terhadap I sulin

dalam darah dan penurunan kadar glukosa darah yang di akibatkan

oleh terapi insulin yang tidak adekuat (Tomky,2005 dalam

Santi,2016). Hipoglikemik diabetik dapat menjadi 3 yaitu:

1). Hipoglikemik ringan

Didiagosis ketika kadar glukosa darah 50 mg/dl yang akan

merangsang system saraf simpatis dimana terjadi perangsangan

adrenalin sehingga menimbulkan gejala seperti tremor,

takhikardia, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.

2). Hipoglikemik sedang

Didiagnosis ketika terjadi penurunan kadar gula darah

kurang dari 50 mg/dl. Dimana kondisi yang dapat menyebabkan

sel-sel otak tidak mendapatkan cukup glukosa sehingga dapat

menimbulkan system saraf terganggu yang dapat menimbulkan

gejala seperti ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala,

vertigo, bingung, penurunan daya ingat, mati rasa di daerah bibir

serta lidah, gerakan tidak tekordinasi, perubahan emosional,


perilaku yang tidak rasional, dan penglihatan ganda.

3). Hipoglikemik berat

Didiagnosis ketika terjadi penurunan kadar glukosa darah

hingga mencapai <40 mg/dl. Gejala yang dapat timbul mencakup

perilaku seperti8 diorientasi, serangan kejang, sulit dibangnkan,

atau bahkan kehilangan kesadaran.

b. Diabetes Ketoasidosis

Disebebkan oleh tidak adanya insulin, atau jumlah insulin yang

tidak cukup. Kondisi ini mengakibatkan gangguan metabolisme

karbohidrat, protein, dan lemak. Ada tiga gambaran klinik yang penting

pada ketoasidosis yaitu terjadi dehidrasi, kehilangan elektrolit, dan

asidosis.

c. Syndrom Hiperglikemia Hiperosmolar Non ketoik (SHHNK)

Keadaan yang bdidominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia

yang disertai perubahan tingkat kesadaran. Keadaan hiperglikemia

persisten menyebabkan dieresis osmotic sehingga terjadi kehilangan

cairan dan elektrolit.

i. Komplikasi diabetes kronis (Thandra, 2017)

a. Kerusakan saraf (Neuropati)

Dalam jangka waktu yang panjang, gula darah yang tinggi akan

melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang


memberi makan ke saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut

neuropati diabetik (diabetic neuropathy). Akibatnya, saraf tidak bisa

mengirim atau menghantar pesan-pesan ransangan impuls saraf, salah

kirim atau terlambat. Keluhan yang timbul bisa bervariasi, mungkin

nyeri pada tangan dan kaki, atau gangguan pencernaan, bermasalah

dengan kontrol buang air besaratai kecil, dan sebagainya.

1) Neuropati perifer

Kerusakan ini mengenai saraf perifer atau saraf tepi,

yang biasanya berada di anggota gerak bawah, yaitu

kaki dan tungkai bawah. Gejalanya seperti kesemutan,

rasa tebal, rasa lemah, nyeri yang hebat terutama pada

malam hari, atau mungkin gangguan napas dan

gangguan cerna.

2) Neuropati otonom

Saraf yang rusak adalah saraf otonom, yang

berfungsi untuk mengatur bagian tubuh yang tidak

disadari, seperti denyut jantung, saluran cerna, kandung

kemih, alat kelamin dan kelenjar keringat. Saraf ini

berhubungan langsung dengan sumsum tulang

belakang.

b.Kerusakan ginjal (Nefropathy)


Bila terjadi nefropati, racun tidak dapat dikeluarkan oleh

ginjal, sedangkan protein yang seharusnya dipertahankan ginjal

bocor keluar. Karena kapiler begitu banyak, kerusakan kecil

sering tidak menimbulkan keluhan dan dalam pemeriksaan

fungsinya di darah, sehingga ginjal seringkali masih tampak

normal. Kerusakan saringan ginjal timbul akibat gula darah yang

tinggi, lamanya diabetes, yang diperberat oleh tekana darah

yang tinggi,pasien makin mudah mengalami kerusakan ginjal.

c.Kerusakan mata

Penyakit diabetes dapat merusak mata dan menjadi

penyebab utama kebutaan. Setelah mengidap diabetes selama 15

tahun, rata-rata 2% penderita diabetes menjadi buta dan 10%

mengalami cacat penglihatan. Ada tiga penyakit utama ada mata

yang disebabkan oleh diabetes, antara lain :

1). Retinopati

Kerusakan retina disebut retinopati. Retina

mendapatkan makanan dari banyak pembuluh darah

kapiler yang sangat kecil. Gula darah yang tinggi bisa

merusak pembuluh darah retina. Kebanyakan

mengeluhkan penglihatannya kabur, tetapi juga ada berat

sampai buta.
2). Katarak

Katarak adalah kelainan mata kedua pada penderita

diabetes yang dapat mengakibatkan kebutaan. Lensa yang

biasanya jernih bening dan transparan menjadi keruh

sehingga menghambat masuknya sinar. Katarak bisa terjadi

pada usia lanjut. Namun, bila ada diabetes, katarak bisa

timbul pada usia muda dan menjadi makin berat dengan

adanya gula darah yang tinggi. Jadi timbulnya katarak

tergantung usia, lamanya diabetes, dan bagaimana

mengontrol gula darah.

3). Glaukoma

Adanya peningkatan gula darah tekanan dalam bola

mata sehingga merusak saraf mata. Pada kasus yang

ringan tidak muncul keluhan, tetapi penglihatan menurun.

Sedangkan pada kasus akut dan berat dapat menyebabkan

sakit kepala yang hebat sampai muntah.

d.Penyakit jantung

Diabetes dapat menyebabkan berbagai penyakit jantung dan

pembuluh darah (kardiovaskular), seperti angina (nyeri dada),

serangan jantung, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung


koroner. Diabetes Melitus merusak dinding pembuluh darah

yang menybabkan penumpukkan lemak di dinding yang rusak

dan menyempitkan pembuluh darah. Akibatnya suplai darah ke

otot jantung berkurang dan tekanan darah meningkat, sehingga

kematian mendadak bisa terjadi.

e.Hipertensi

Penderita diabetes cenderung terkena hipertensi dua kali

lipat dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita

diabetes. Hipertensi merusak pembuluh darah. Antara 35-75%

komplikasi diabetes disebabkan oleh hipertensi. Beberapa faktor

yang terkait dengan terjadinya hipertensi pada penderita

diabetes, seperti kerusakan ginjal, obesitas, dan pengapuran atau

pembuluh darah (aterosklerosis)

f. Stroke

Dasar timbulnya stroke adalah terjadinya aterosklerosis

atau penyempitan pembuluh darah di otak. Dimulai dari proses

inflamasi atau radang, diikuti dengan penumpukan lemak,

perlekatan, dan pengumpalan sel darah leukosit dan trombosit,

serta kolagen dan jaringan ikat lain pada dinding pembuluh darah,

selanjutnya timbul penyumbatan serta tidak ada suplai makanan


dan oksigen ke jaringan, sehingga terjadi kematian sel otak di

sekitarnya.

C. Lama Menderita DM

1. Pengertian Lama menderita DM

Lama menderita DM merupakan rentang waktu penderita Diabetes

mellitus tipe 2, yang dihitung dari pertama kali terdiagnosis yang

dinyatakan dalam tahun (Fauzia, 2018)

2. Dampak Lama menderita DM terhadap kesehatan

Lama menderita seseorang terhadap suatu penyakit akan

mempengaruhi kesehatan pasien, terutama pada penderita Diabetes

Melitus dimana banyak studi yang telah melaporkan bahwa semakin

lama seseorang menderita penyakit DM maka kontrol glukosanya akan

semakin memburuk , kemungkinan hal ini disebabkan karena terjadi

penurunan sekresi insulin secara progresif akibat kerusakan sel beta yang

terjadi seiring dengan bertambah lamanya seseorang menderita penyakit

DM. Hal ini akan menurunkan efektifitasbdari penatalaksanaan diet dan

pemberian OHO ( Kayar et al.,2017)

Selain itu lama menderita suatu penyakit dapat menyebabkan

meningkatnya resiko terjadinya komplikasi atau tingginya keparahan

dari komplikasi yang sudah ada . Lama menderita dan tingkat keparahan

diabetes merupakan faktor utama pencetus terjadinya komplikasi,


menurut penelitian kayar et al. (2017) lama menderita secara independen

dikaitkan dengan angka kejadian komplikasi baik secara makrovaskuler

maupun mikrovaskuler bahkan kematian dan hal ini akan lebih Nampak

pada penderita di usia yang lebih muda. Meskipun begitu lamanya

seseorang menderita diabetes yang diderita, jika di imbangi pola hidup

yang sehat dapat menciptakan kualitas hidup yang baik, sehingga dapat

mecegah dan menunda komplikasi jangka panjang (RESTADA, 2016)

Meningkatnya kadar gula darah dalam tubuh dalam jangka waktu

yang lama dapat pula menyebabkan masalah lain dalam tubuh seperti

penurunan kemampuan penglihatan, tekanan darah dan kolesterol lebih

susah untuk dikontrol yang dapat menyebabkan terjadinya masalah pada

sistem peredaran darah , kerusakan saraf yang dapat menyebabkan rasa

sakit, kerusakan pada ginjal, dan masalah pada tulang. Masalah-masalah

ini secara teori dapat menyebabkan memburuknya kualitas hidup

seseorang, apalagi tanpa adanya koping yang baik (schweyer, 2015)

Berdasarkan beberapa hasil studi seseorang yang telah menderita

diabetes dalam waktu lebih dari 10 dikaitkan dengan berbagai masalah

kesehatan. Menurut Bertoluci & Rocha, (2017) dalam penelitiannya

dengan judul “cardiovascular risk assessment in patient with diabetes”

yang membahas faktor resiko terjadinya masalah kardiovaskuler pada

penderita DM mengatakan bahwa lama menderita DM adalah kunci


dalam menentukan faktor resiko penyakit kardiovaskuler dan chronic

heart disease (CHD) pada penderita diabetes, dimana pasien yang

menderita diabetes dalam jangka waktu 10 tahun atau lebih dapat

dipertimbangkan memiliki peningkatan resiko terkena komplikasi

kardiovaskuler.

D. Kepatuhan Minum Obat pada DM

1. Pengertian

Kepatuhan adalah suatu perubahan perilaku dari perilaku yang

tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan, dimana

tingkat perilaku yang tertuju terhadap instruksi atau petunjuk yang

diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik

pengobatan, diet, latihan atau menepati janji pertemuan dengan dokter.

(Widodo et al., 2016)

Didalam konteks psikologi kesehatan, kepatuhan mengacu kepada

situasi ketika perilaku seorang individu sepadan dengan tindakan yang

dianjurkan atau nasehat yang di usulkan oleh seorang praktisi kesehatan

atau informasi yang diperoleh dari suatu sumber informasi lainnya

seperti nasehat yang diberikan dalam suatu brosur promosi kesehatan

melalui kampanye media massa (Putri, 2016)


Menurut putri, 2016 kepatuhan merupakan suatu sikap individu

misalnya minum obat, mematuhi diet, atau melakukan perubahan gaya

hidup sesuai anjuran terapi dan kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat

dimulai dari tindak mengindahkan setiap aspek anjuran hingga

mematuhi rencana.

2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kepatuhan

Menurut (Aziza et al., 2018) faktor-faktor yang mempengaruhi

kepatuhan sebagai berikut:

a. Faktor struktural dan ekonomi

Tidak adanya dukungan social dan kehidupan yang tidak mapan

menciptakan lingkungan yang tidak mendukung dalam program

tercapainya kepatuhan pasien

b. Faktor pasien

Umur, jenis kelain dan pendidikan yang berhubungan dengan

kepatuhan pasien dibeberapa tempat. Pengetahuan mengenai

diabetes melitus dan keyakinan terhadap efikasi obatnya akan

mempengaruhi keputusam pasien untuk menyelesaikan terapinya

atau tidak.

c. Kompleksitas regimen
Banyaknya obat yang harus diminum dan toksisitas serta efek

samping obat merupakan faktor penghambat dalam penyelesaian

terapi pasien.

d. Komunikasi antara pasien dengan dokter

Berbagai askep komunikasi antara pasien dengan dokter yang

mempengaruhi tingkat ketidakpatuhan, misalnya kurangnya

informasi dengan pengawasan, ketidakpuasan terhadap pengobatan

yang diberikan, frekuensi pengawasan yang minim.

e. Dukungan dari petugas pelayanan kesehatan

Empati dari petugas pelayanan kesehatan memberikan kepuasan

yang signifikan pada pasien. untuk itu, petugas harus dapat

memberikan pelayanan yang mendukung kemauan pasien untuk

mematuhi terapinya dalam system tersebut, harus tersedia petugas

kesehatan yang berkompeten melibatkan berbagai multidisiplin,

dengan waktu pelayanan yang fleksibel.

3. Cara meningkatkan kepatuhan

Menurut Putri, (2016) cara meningkatkan kepatuhan , Antara lain:

a. Segi penderita

Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan pada

penderita Diabetes melitus, Antara lain:

1) Meningkatkan kontrol diri. Penderita harus meningkatkan

kontrol dirinya untuk ketaatannya dalam menjalani pengobatan.


Sehingga penderita akan semakin meningkatkan kepatuhannya

dalam menjalani pengobatan.

2) Meningkatkan efikasi diri. Seseorang yang mempercayai diri

mereka sendiri untuk dapat mematuhi pengobatan yang

kompleks akan lebih mudah melakukannya.

3) Mencari informasi tentang pengobatan. Kurangnya pengetahuan

yang berkaitan dengan kepatuhan untuk mencari informasi

mengenai penyakitnya dari terapi medisnya. Penderita

hendaknya benar-benar memahami tentang penyakitnya dengan

cara mencari informasi penyembuhan penyakitnya.

4) Meningkatkan monitoring diri. Karena dengan meningkatnya

monitoring diri penderita dapat lebih megetahui tentang

keadaan dirinya seperti keadaan gula dalam darahnya, berat

badan , dan apapun yang dirasakannya (Putri,2016).

b. Segi Tenaga Medis

Usaha yang dilakukan penderita dalam meningkatkan kepatuhan

dalam pengobatan Antara lain:

1) Meningkatkan komunikasi para dokter. Penderita diabetes melitus

harus memperbaiki komunikasi antara dokter dengan pasien.

2) Memberikan informasi yang jelas kepada pasien tentang

penyakitnya dan cara pengobatannya.


3) Memberikan dukungan sosial . Tenaga kesehatan harus mampu

mempertinggi dukungan sosial, selain itu keluarga juga dilibatkan

dalam memberikan dukungan keluarga agar pasien dapat

meningkatkan kepatuhan pasien dalam kesembuhannya.

4) Pendekatan perilaku pengelolaan diri, yaitu bagaimana pasien

diarahkan agar dapat mengelola dirinya dalam usaha

meningkatkan perilaku kepatuhan.

Kepatuhan minum obat merupakan hal penting bagi penderita

diabetes mellitus untuk mencapai sasaran pengobatan dan pencegahan

komplikasi secara efektif. Terapi pengobatan yang baik dan benar akan

sangat menguntungkan bagi pasien diabetes terutama bagi pasien

diabetes melitus terutama bagi pasien yang diwajibkan mengkonsumsi

obat dalam waktu lama dan seumur hidup , perilaku tidak patuh dapat

meningkatkan resiko dan memperburuk penyakit yang diderita (Nanda et

al., 2018)

Ketidakpatuhan terhadap terapi diabetes melitus merupakan faktor

yang menghalangi kadar gula darah sehingga berpengaruh terhadap

terapi, Juga dapat meningkatkan jumlah pasien rawat inap dan

meningkatnya angka mortalitas. Ketidakpatuhan tersebut perlu untuk

didentifikasi sedini mungkin agar dapat diberikan intervensi untuk

meningkatkan kepatuhan minum obat. Peningkatan kepatuhan minum

obat diharapkan dapat menunjang keberhasilan terapi berupa


pengontrolan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus

(Manuntung & Alfian, 2015)

Perilaku kepatuhan minum obat pada penderita diabetes melitus akan

timbul jika seseorang merasakan adanya ancaman bahwa rentan

penyakitnya menjadi lebih parah dan atau timbul komplikasi . (cici

Chairunisa et al., 2019). Cara yang dilakukan pasien diabetes melitus

untuk mendukung pengobatan penyakit DM dengan minum obat secara

teratur dan sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan oleh perawat

meliputi dosis, jumlah, dan jenis obat sesuai resep dokter, serta yang

perlu diperhatikan yaitu frekuensi minum obat 2 kali dalam sehari, waktu

minum obat pagi dan malam (Bulu et al., 2019)

Kepatuhan penggunaan obat pada semua penyakit terutama

diabetes melitus merupakan hal penting karena jika tidak tercapai

keberhasilan terapi akan meyebabkan terjadinya kegagalan terapi,

kegagalan terapi adalah penyebab timbulnya penyakit tambahan lain atau

sering disebut komplikasi (Aziza et al., 2018)


E. Kerangka Teori

Produksi insulin tidak adekuat Reseptor insulin tidak berespon


terhadap insulin (Resistensi insulin)
Faktor Resiko:

a. Keturunan

b. Pola makan tidak sehat


Gangguan metabolisme glukosa
c. Obesitas Hiperglikemia
d. Usia

e. Jenis Kelamin

f. Infeksi

g. Kurang Aktivitas

h. Stress

Poliuria,Polidipsi,dan Poliphagi Pemeriksaan Gula darah:


Penurunan berat badan,
1. Gula darah puasa >126 mg/dl
keguguran atau kematian janin
dalam kandungan atau 2. Gula darah sewaktu > 200 mg/dl
melahirkan bayi >4kg

Kepatuhan Minum
DIABETES MELITUS
Obat

Lama Menderita

Komplikasi:

a. Retinopati

b. Nefropati

c. Neuropati

d. Penyakit Kardiovaskuler
F. Kerangka Konsep

Lama Menderita
Komplikasi pasien
Diabetes Melitus

Kepatuhan Minum obat

(Gambar 2 Kerangka Konsep)

Keterangan:

:Variabel Independen

:Variabel Dependen

G. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang

diajukan, yang kebenaran jawaban ini akan dibuktikan secara empirik dengan

penelitian yang akan dilakukan (Sumantri, 2017)

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. ada hubungan Lama menderita dengan kejadian komplikasi pada

penderita Diabetes Melitus di Wilayah Puskesmas Batua Kota

Makassar.
2. ada hubungan Kepatuhan minum obat dengan kejadian komplikasi

pada penderita Diabetes Melitus di Wilayah Puskesmas Batua Kota

Makassar.

Pembuktian dilakukan dengan pengujian hipotesis melalui uji statistic

(Maturoh & Anggita, 2018).

1. Hipotesis Nol (Ha)

a. ada hubungan lama menderita dengan kejadian komplikasi

pada penderita Diabetes Melitus

b. ada hubungan kepatuhan minum obat dengan kejadian

komplikasi pada penderita Diabetes Melitus

2. Hipotesis Alternatif (H0)

a. Tidak ada hubungan lama menderita dengan kejadian

komplikasi pada penderita Diabetes Melitus.

b. Tidak ada hubungan kepatuhan minum obat dengan kejadian

komplikasi pada penderita Diabetes Melitus.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan mencari

hubungan antara variabel yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan

desain cross sectional. Desain penelitian cross sectional merupakan penelitian

non eksperimen dalam rangka mempelajari dinamika korelasi antara factor-

faktor risiko atau paparan (independen) dengan efek atau akibat (dependen)

yang berupa penyakit atau status kesehatan tertentu, dengan pengumpulan

data yang dilakukan bersamaan secara serentak dalam waktu yantara

independen dan dependen atau model pendekatan pont time. Variabel yang

diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Sumantri, 2017)

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi menurut (Sumantri, 2017) adalah seluruh individu yang akan

dikenai sasaran generalisasi dari sampel yang akan diambil dalam suatu

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes

mellitus yang terdata berobat secara teratur di Puskesmas Batua Kota

Makassar sebanyak 112 orang pada trimester terakhir 2019.

2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang secara nyata diteliti

dan ditarik kesimpulan (Masturoh & T, 2018)

a. Teknik Sampling

Pada penelitian ini pemilihan sampel dengan cara Purvosive

sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih

sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti,

sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang

telah dikenal sebelumnya.

Sampling yang diambil adalah berdasarkan karakteristik criteria

inklusi dan criteria eksklusi yan telah dipilih peneliti.

b. Besar sampel

Penelitian ini ditentukan berdasarkan jenis penelitian, tujuan,

jumlah populasi dan data yang digunakan. Adapun jumlah sampel

dalam penelitian ini ialah:

Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus besar

sampel analitik kategorikal tidak berpasangan.Adapun rumus besar

sampel yang digunakan adalah:


2
Z𝛼 + 𝑍𝛽
𝑛=[ ] +3
0.5 ln[(1 + 𝑟)/(1 − 𝑟)

Keterangan:

Z𝛼 = deviat baku alpa.

𝑍𝛽 = deviat baku beta


𝑟 = korelasi

Berdasarkan hasil penelitian tentang Analisis hubungan faktor lama

menderita dan komplikasi penyakit dengan kualitas hidup pasien Diabetes

Melitus secara statistik memiliki korelasi (r=0.43) . Jika kesalahan tipe I

= 5%, hipotesis satu arah, 𝑍𝛼 = 1.64; kesalahan tipe II = 10% dengan 𝑍𝛽

= 1.28, maka rumus besar sampel yang digunakan untuk penelitian

korelatif adalah:
2
Zα + Zβ
𝑛=[ ] +3
0.5 ln [(1 + 𝑟)/(1 − 𝑟)]

2
1.64 + 1.28
=[ ] +3
0.5 ln [(1 + 0.43)/(1 − 0.43)]

= 16,80

= 17

Dengan demikian, besar sampel adalah 17 orang, sehingga sampel yang

diperlukan dalam penelitian ini sebanyak 34 orang

c. Kriteria Sampel.

1. Kriteria Inklusi

Karakter umum subjek penelitian dari suatu populasi target

yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2017) Kriteria Inklusi

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


a) Terdiagnosis DM

b) Terdata di puskesmas Batua Kota Makassar

c) Mampu membaca dan menulis

d) Bersedia dijadikan responden

2. Kriteria Ekslusi

Ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai

sampel. Adapun kriteria eklusi dalam penelitian ini ialah:

a) Tidak hadir pada saat penelitian berlangsung

b) Mengundurkan diri

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1.Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai Februari-Mei 2020 di Puskesmas

Batua Kota Makassar

2.Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Batua Kota Makassar.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Lama menderita dan Kepatuhan minum obat

2. Variabel terikat: Komplikasi pasien DM

E. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

NO SKALA
VARIABEL DEFENISI ALAT UKUR UKUR SKOR

1 Independen : Waktu menderita Lembar Nominal Terdapat 2


Lama penyakit yang dihitung kuesioner pilihan
menderita dari sejak pertama kali Demografi 1.Lama
di diagnose menderita
pendek
2.Lama
menderita
panjang

2 Independen: Sikap atau perilaku Lembar Nominal Terdapat 2


Kepatuham responden yang kuesioner pilihan
minum obat mentaati semua instruksi Morisky yaitu :
dan petunjuk yang medication 1.Tidak
dianjurkan oleh tenaga adherence scale patuh
medis untuk mencapai (MMAS)-8 2. Patuh
tujuan pengobatan
3 Dependen : Penyakit baru yang Diabetic Nominal Terdapat 2
Komplikasi muncul dari penyakit Complication pilihan
yang ada sebelumnya, Severity Index yaitu:
dikatakanada komplikasi (DCSI) 1.ada
ketika pasien memiliki komplikasi
penyakit: 2.Tidak
a. Retinopati ada
b. Nefropati komplikasi
c. Neuropati
d. Penyakit
kardiovaskuler

F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1.Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti

secara langsung dari responden . data primer diperoleh melalui kuesioner

dengan responden dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah

tersedia.

2.Data Sekunder

Data sekunder adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dari

berbagai sumber yang telah ada.

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang didapatkan di

Puskesmas Batua Kota Makassar tentang prevalensi kejadian serta data

demografi pasien Dm yang ada di puskesmas Batua Kota Makassar.

G. Instrument dan Bahan Penelitian

Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan peneliti dalam

pengumpulan data (Nursalam, 2015)

Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner karakteristik

demografi responden dan kuesioner kepatuhan minum obat.

1. Kuesioner karakteristik demografi responden

Kuesioner karakteristik demografi responden terdiri dari

Nama, umur, jenis kelamin, pekejaan, tingkat pendidikan, riwayat

keluarga, lama sakit DM.

2. Kuesioner kepatuhan minum obat

Kepatuhan minum obat di ukur menggunakan kuesioner

Morisky medication adherence scale (MMAS)-8 yang berisi 8


pertanyaan untuk mengukur tingkat kepatuhan minum obat

responden, yang terdiri dari pertanyaan lupa minum obat (1,4,8),

tidak minum obat (2,5). Berhenti minum obat (3,6), terganggu

karena jadwal minum obat (7). kriteria penilaian jika jawaban

ya=0, tidak=1, dan skala likert (tidak pernah=4, Sesekali=3,

terkadang=2, biasanya=1, setiap waktu=0). Kepatuhan minum obat

dikategorikan dalam 2 penilaian yaitu patuh (nilai=≥6) dan tidak

patuh (nilai=<6).

3. Diabetic Complication Severity Index (DCSI)

Komplikasi diabetes di ukur menggunakan Diabetic

Complication Severity Index (DCSI) kriteria penilaian jika tidak

ada kelainan=0, beberapa kelainan=1, kelainan parah=2 . dari 7

komplikasi: Retinopati, nefropati, neuropati, serebrovaskular,

penyakit pembuluh darah perifer, dan metabolik . Dari komplikasi

diatas berkisar dari 0 hingga 13

H. Prosedur Penelitian

1.Tahap Persiapan

a. Penyusunan Proposal

Penyusunan proposal dilakukan pada Januari-februari 2020. Sebelum

menyusun proposal, terlebih dahulu dilakukan survey dan observasi awal

di Puskesmas Batua Kota Makassar.


b.Permohonan izin tempat penelitian

Permohonan izin penelitian dilakukan pada bulan januari 2020 dengan

mengajukan surat izin meneliti ke Dinas kesehatan kemudian diajukan ke

pihak puskesmas sebagai surat rujukan kepada kepala Puskesmas Batua

Kota Makassar.

2.Tahap Pelaksanaan

a. Pada bulan Februari 2020, akan dilakukan pengambilan data responden di

Puskesmas Batua Kecamatan Manggala Kota Makassar.

b. Pada bulan Februari 2020, akan dilakukan pengambilan sampel

responden.

c. Pada bulan Maret 2020, akan dilakukan pembagian kuisioner kepada

responden.

d. Pada bulan Maret 2020, akan dilakukan pengolahan data dan analisis data

yang telh terkumpul.

3.Tahap Akhir

Pada bulan Maret 2020 setelah seluruh data terkumpul dan telah

dilakukan pengelolaan dan dianalisis menggunakan program computer,

selanjutnya dilakukan pembahasan hasil yang dituliskan dalam bab IV dan

V penelitian.

I. Manajemen Data

1.Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan lembar

kuesioner demografi dan kuesioner Morisky medication adherence scale

(MMAS)-8, Diabetic Complication Severity Index (DCSI di Puskesmas

Batua Kota Mkassar

2.Pengolahan Data

a. Editing

Editing dilakukan apabila terjadi kesalahan atau kekurangan sehingga

dapat diperbaiki sesegera mungkin (Nursalam, 2015)

b. Coding

Dilakukan pengkodean atau coding yakni mengambil data berbentuk

kalimat menjadi data angka atau bilangan setelah data dilembar observasi

di edit atau disunting (Notoatmodjo, 2015)

c. Memasukkan data

Data dari hasil lembar observasi dari masing-masing responden yang

dalam bentuk kode yakni mengambil data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka bilangan (Notoatmodjo, 2015)

d. Pembersihan data atau processing

Untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-

kesalahan kode, ketidaklengkapan perlu dilakukan pengecekan data dari

setiap sumber data atau responden yang sudah dimasukkan.

3.Analisis Data

a. Analisa Univariate
Analisa ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Untuk data numeric digunakan

data nilai rata-rata (Mean), median dan standar deviasi. Pada umumnya

dalam analisi ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dari presentase

dari tiap variabel

b. Analisa bivariate

Analisa ini dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan

atau berkorelasi. Dalam analisis bivariate ini dilakukan analisis proporsi

atau presentase dengan membandingkan distribusi silang antara dua

variabel yang bersangkutan kemudian dilanjutkan dengan uji statistic (chi

square test) dengan signifikan α= 0,05. Dari hasil uji statistik ini dapat

disimpulkan adanya hubungan 2 variabel tersebut bermakna atau tidak

bermakna

J. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti harus memperhatikan perlu

adanya rekomendasi dari pihak lain dengan mengajukan permohonan izin

kepada instansi tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan, barulah

dilakukan penelitian dengan menekankan pada masalah etika penelitian yang

meliputi :
1. Lembar Persetujuan Penelitian

Lembar persetujuan akan diberikan kepada responden yang akan diteliti

dan memenuhi kriteria inklusi serta disertai judul penelitian dan manfaat

penelitian.

2. Tanpa Nama

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti, maka tidak mencantumkan nama

responden tetapi pada lembar tersebut akan diberikan kode.

3. Kerahasiaan

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Aziza, F. S., Farmasi, P. S., Farmasi, F., & Surakarta, U. M. (2018). Pengaruh
kepatuhan penggunaan oho dengan munculnya komplikasi pada pasien dm di rs
“x” periode september – november 2017. November 2017.
Bertoluci, M. C., & Rocha, V.Z (2017). Cardiovascular Risk assesment ini
patient with diabetes. Diabetiology and Metabolic Syndrom, 9(1), 1-13.
https://doi.org/10.1186/s13098-017-0225-1
Bulu, A., Wahyuni, T. D., & Sutriningsih, A. (2019). HUBUNGAN ANTARA
TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN KADAR GULA DARAH
PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II Adelaide. 4.
cici Chairunisa, Arifin, S., & Rosida, L. (2019). FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI
DIABETES PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2. 2(1), 33–42.
Damayanti, S. (2016). Diabetes Melitus Dan Penatalaksanaan Keperawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Dinkes (2018). Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun
2017. https://dinkeskotamakassar.com/index.php/2017-02-09-09-30-
56?download=28:profil-kesehatan-kota-makassar-2017. Diaskes pada 18
januari
2020. pukul 10.00 PM
Fauzia, H. A. (2018). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Aspek Perilaku
Dengan Status Kontrol Glikemik Pasien Diabetes Melitus Di Rsup Dr.
Kariadi. Retrieved From http://eprints.undip.ac.id/62418/
IDF (2017). Online Version Of Diabetes Atlas Eight 2017.
https://diabetesasia.org/content/diabetes_guidelines/IDF_gidelines.pdf.
Diaskes pada 04 februari 2020. Pukul 10.00 PM
IDF . (2019). International Diabetes Federation Diabetes Atlas Ninth Edition
https://diabetesatlas.org/upload/resources/2019/IDF Atlas 9th Edition 2019.pdf

Kayar,Y., Ilham, A., Kayar, N. B., Unver, N.,Coban, G., Ekinci, l., Eroglu, H. (2017).
Relationship between the poor glycemic control and risk factors, life style and
complications. Biomedical Research (india), 28(4), 1581-1586.
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama Laporan Riskesdas 2018. Jakarta:

Badan penelitian dan pengembangan kesehatan departemen kesehatan

Republik indonesia. https://doi.org/1 Desember 2013


Kurniadi, H., & Nurrahmani, U. (2015). STOP!Diabetes,Hipertensi,Kolesterol
Tinggi,Jantung Koroner. Yogyakarta:Istana Media.
Lestari, D. (2015). Hubungan antara lama menderita diabetes melitus tipe 2 dengan
terjadinya neuropati sensorik diabetik di rsud salatiga.
Manuntung, J., & Alfian, R. (2015). LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT
MENINGKATKAN KEPATUHAN MINUM OBATPASIEN DIABETES
MELITUS DI RSUD ULIN. 1(1), 57–61.
Marewa, L. W. (2015). Kencing Manis (Diabetes Melitus) di Sulawesi Selatan.
Jakarta:Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Masturoh, I., & T, N. A. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Maturoh, I. & Anggita, N. (2018). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta:
Kementrian kesehatan Republik indonesia
Musyafirah, D., Rismayanti, & Ansar, J. (2016). FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEJADIAN KOMPLIKASI DM PADA PENDERITA DM DI RS IBNU
SINA.
Nanda, O. D., Wiryanto, R. B., & Triyono, E. A. (2018). Hubungan Kepatuhan
Minum Obat Anti Diabetik dengan Regulasi Kadar Gula Darah pada Pasien
Perempuan Diabetes Mellitus. 340–348.
https://doi.org/10.20473/amnt.v2.i4.2018.340-348
Notoatmodjo. (2015). METODE PENELITIAN KESEHATAN.
Nursalam. (2015). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta Selatan:Salemba
Medika.
Nursalam. (2017). Metode penelitian ilmu keperawatan pendekatan praktis.
Putri, F.D., (2016). Hubungan kontrol diri dengan perilaku kepatuhan
Pengobatan pada penderita Diabetes Melitus, Hal 15-35. Dari
https://digilib.uinsby.ac.id/13045/diakses 14 februari 2019
RESTADA, E. J. (2016). HUBUNGAN LAMA MENDERITA DAN KOMPLIKASI
DIABETES MELITUS DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS DI WILAYAH PUSKESMAS.
Roifah, I. (2016). Analisis hubungan lama menderita diabetes melitus dengan
kualitas hidup penderita diabetes melitus.
Schweyer, L. (2015). Diabetes And quality Of life. Revue de I’Infirmiere, 64(211),
45-46. https://do1.org/10.1016/j.revinf.2015.02017
Setiyorini, E., & Wulandari, N. A. (2017). HUBUNGAN LAMA MENDERITA DAN
KEJADIAN KOMPLIKASI DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA PENDERITA
DIABETES MELLITUS.
Simamora, F. A., & Antoni, A. (2018). HUBUNGAN LAMA MENDERITA DAN
KOMPLIKASI DENGAN ANSIETAS PADA PENDERITA DIABETES
MELLITUS TIPE 2. 3(2).
Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (2018). Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.
Sumantri, A. (2017). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Prenada Media.
Tandra, H. (2017). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes.
Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.
Widodo, C., Tamtomo, D., & Prabandari, A. N. (2016). Hubungan Aktifitas Fisik ,
Kepatuhan Mengkonsumsi Obat Anti Diabetik dengan Kadar Gula Darah
Pasien Diabetes Mellitus di Fasyankes Primer Klaten. 2(2), 63–69.
Yahya, N. (2018). Hidup Sehat Dengan Diabetes. Solo:Metagraf,Creative Imprint Of
Tiga Serangkai.

Anda mungkin juga menyukai