Anda di halaman 1dari 56

SKRIPSI

STUDI LITERATUR HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN


KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS TIPE 2

RISDAYANTI
PO.71.4.201.16.1.075

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR
PRODI D.IV KEPERAWATAN
MAKASSAR
2020

i
SKRIPSI

STUDI LITERATUR HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN


KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS TIPE 2

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Terapan Keperawatan

RISDAYANTI
PO.71.4.201.16.1.075

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR
PRODI D.IV KEPERAWATAN
MAKASSAR
2020

ii
Skripsi
“Studi Literatur Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2”

Disusun oleh :
RISDAYANTI
PO. 71.4.201.16.1.075

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan pada seminar proposal


Program Studi D.IV Keperawatan Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Makassar

Pada tanggal :
.............................................

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Muh. Ardi, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp, Kep, MB Hj. Saenab Dasong, SKM. M.Kep
NIP. 197906052005011004 NIP. 195606151980092001

Makassar, 2020
Ketua Jurusan Keperawatan

Hj. Harliani, S.Kp., M.Kes


NIP. 19650412 198803 2 002
iii
DAFTAR ISI

SAMPUL JUDUL ...................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................ii

DAFTAR ISI ...............................................................................................iii

DAFTAR TABEL.........................................................................................v

DAFTAR GAMBAR...................................................................................vi

BAB I..............................................................................................................1

PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Latar Belakang ..................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..............................................................................4
C. Tujuan Penelitian ...............................................................................4
D. Manfaat Penelitian .............................................................................5

BAB II .............................................................................................................

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................

A. Tinjauan Teori Diabetes Melitus ....................................................7


1. Definisi ........................................................................................7
2. Klasifikasi ....................................................................................8
3. Faktor Resiko .............................................................................10
4. Tanda dan Gejala .......................................................................13
5. Komplikasi .................................................................................16
B. Tinjauan Pengaturan Pola Makan ...............................................19
1. Definisi ......................................................................................19
2. Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan ..................................20
C. Tinjauan Kadar Gula Darah ........................................................30
1. Definisi ......................................................................................30
2. Pemeriksaan Kadar Gula Darah .................................................30
3. Kriteria Pengendalian Diabetes Melitus.....................................31
BAB III ...........................................................................................................
METODE PENELITIAN ..............................................................................
A. Desain Penelitian.............................................................................36
B. Kriteria Literatur...........................................................................36
C. Metode Pengumpulan Data ..........................................................39
iv
D. Kerangka Pikir................................................................................40
BAB IV.............................................................................................................
A. Hasil.....................................................................................................
B. Pembahasan ........................................................................................
BAB V..............................................................................................................
C. Simpulan .............................................................................................
D. Saran ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................49

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kriteria Pengendalian Diabetes Melitus..........................................

Tabel 2.2. Sintesis Grid....................................................................................

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Kerangka Pikir.............................................................................

Gambar 3.2. Alur Penelitian............................................................................

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit diabetes merupakan penyakit yang ditandai dengan tingginya

kadar gula darah dalam urin akibat terganggunya metabolisme karena

produksi insulin dan fungsi hormon insulin tidak berjalan dengan seharusnya.

Tingginya kadar gula darah dalam jangka waktu yang lama dapat merusak

beberapa sistem tubuh, seperti pembuluh darah jantung, ginjal, kerusakan

syaraf (stroke), hingga kematian (Syamsiah, 2017).

Menurut World Health Organization (WHO 2016) Prevalensi diabetes

di dunia (dengan usia yang di standarisasi) telah meningkat dari 4,7% sampai

8,5% pada populasi orang dewasa. Hal ini mencerminkan peningkatan fakktor

resiko seperti berlebihan berat badan. Selama beberapa dekade terakhir,

prevalensi diabetes meningkat lebih cepat di negara berpenghasilan rendah

dan menegah dari pada di negara berpenghasilan tinggi.

Menurut IDF (Internasional Diabetes Federation, 2017) prevalensi

penderita diabetes melitus sejumlah 425 juta jiwa di dunia. Pasifik Barat

berada pada Wilayah dengan prevalensi terbesar sekitar 159 juta dan di ikuti

oleh China yaitu 114 juta, sedangkan Indonesia berada pada peringkat ke 6

dengan jumlah penderita sebanyak 10,3 juta jiwa . Pada tahun 2019 penderita

diabetes melitus meningkat menjadi 463 juta orang penderita dan

diperkirakan akan meningkat pada tahun 2045 menjadi 700 juta jiwa dengan

1
peningkatan 51%. Pasifik Barat berada pada wilayah tertinggi penderita

diabetes melitus dengan jumlah 163 juta jiwa dan Afrika Wilayah terendah

dengan jumlah 19 juta jiwa (Internasional Diabetes Federation, 2019)

Prevalensi diabetes melitus di Indonesia berdasarkan hasil Riset

Kesehatan dasar (RISKESDAS) prevalensi diabetes melitus Perkeni 2011

pada penduduk umur ≥15 tahun, pada tahun 2013 dan tahun 2018

menunjukkan kasus diabetes melitus (berdasarkan pemeriksaan darah)

meningkat dari 6,9% menjadi 8,5%. Sedangkan menurut konsensus

perkemihan 2015 pada penduduk umur ≥15 tahun pada 2018 menunjukkan

kasus diabetes melitus sebesar 10,9% (RISKESDAS, 2018).

Menurut Dinas Kesehatan (DINKES) Kota Makassar Pada tahun 2016

hasil yang didapatkan di 46 puskesmas kasus diabetes melitus. Kasus baru

sebanyak 6.106 kasus terdiri dari laki-laki 1,568, perempuan 4.530 dan kasus

lama yaitu 16.800 Laki-laki 4.657, perempuan 12.143. Angka kematian

akibat diabetes melitus sepanjang tahun 2016 yaitu 198 jiwa diantaranya laki-

laki 74, perempuan 124. Sedangkan pada tahun 2017 terjadi penurunan

jumlah kasus diabetes melitus yaitu sebanyak 4.406 jiwa kasus baru dan

sebanyak 16.755 jiwa kasus lama. (DINKES Makassar, 2017).

Seiring dengan munculnya penyakit diabetes, seseorang harus

mengatur pola makan yang sehat agar tidak terjadi peningkatan kadar gula

darah. Kadar gula darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa yang terdapat

dalam darah. kadar gula darah yang disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya stres, makan berlebihan, kurang berolahraga, dan pemakaian


2
steroid. (Damayanti, 2015). Banyak juga orang yang beranggapan bahwa

menderita DM tidaklah menyenangkan karena akan hidup dengan berbagai

batasan dan pantangan khususnya yang berhubungan dengan pola makan,

pola makan sehari-hari tidak baik karena masih makan makanan instan

ataupun junk food dikarenakan kebiasaan (Vietryani, 2017). Pola makan

merupakan asupan makanan yang memberikan berbagai macam jumlah,

jadwal dan jenis yang didapatkan seseorang. Pengaturan pola makan yang

tidak tepat seperti yang dianjurkan 3J (jadwal, jumlah dan jenis) dapat

mengakibatkan peningkatan kadar gula darah (Susanti dan Bistara, 2017).

Adapun hasil penelitian yang berkaitan adalah penelitian yang

dilakukan oleh Susanti (2017) yang berjudul “ Hubungan Pola Makan dengan

Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Tembok

Dukuh Surabaya” bahwa terdapat adanya hubungan antara pola makan

dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus di Puskesmas

Tembok Dukuh Surabaya.

Dikatakan pula pada penelitian Ridha (2019) yang berjudul

“Hubungan Pola Makan Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes

Melitus” menunjukkan responden memiliki Dengan nilai median kadar gula

darah pola makan baik 218 dan pola makan tidak baik 241.

Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan studi

literature tentang hubungan pola makan dengan kadar gula darah pada

penderita diabetes melitus tipe 2.

3
A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang ingin

diangkat dalam studi literatur ini adalah “Bagaimanakah rekomendasi

penelitian mengenai hubunga pola makan dengan kadar gula darah pada

penderita diabetes melitus tipe 2”?

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari studi literatur ini yaitu untuk menelaah literatur, artikel

atau dokumen terkait hubungan pola makan dengan kadar gula darah pada

penderita Diabetes Mellitus Tipe 2.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Dari hasil studi literatur ini diharapkan dapat memberikan masukan

bagi semua pihak sebagai upaya pengembangan ilmu pengetahuan di

bidang kesehatan.

2. Manfaat Praktis

Dapat memberikan acuan dan pandangan bagi institusi pelayanan

kesehatan untuk mengembangkan lagi potensi yang ada pada masyarakat

berkaitan dengan pola makan dengan kadar gula darah pada penderita

diabetes.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Diabetes Melitus

1. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes berasal dari istilah Yunani yang artinya pancuran atau

curahan, sedangkan melitus artinya gula atau madu. Dengan demikian

secara bahasa, diabetes melitus adalah curahan cairan dari tubuh yang

banyak mengandung gula, yang dimaksud dalam hal ini adalah air

kencing. Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai

dengan berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang

menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan

pembuluh darah. Diabetes melitus adalah penyakit yang terjadi akibat

gangguan pada pankreas yang tidak dapat menghasilkan insulin sesuai

dengan kebutuhan tubuh atau ketidakmampuan dalam memecah insulin

(Tholib, 2016).

Diabetes melitus adalah penyakit yang berlangsung kronik

progresif (lama dan bertambah parah) yang ditandai dengan kadar glukosa

darah tinggi dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein

yang disebabkan oleh banyak faktor, seperti gangguan pengeluaran insulin,

gangguan kerja insulin, atau keduanya (Yahya, 2018).

7
8

2. Klasifikasi diabetes melitus

Klasifikasi diabetes melitus terdiri dari 4 kategori yaitu: Diabetes

Melitus tipe 1: (Insulin-dependen Diabetes Melitus), diabetes melitus tipe

2: (Non-Insulin-Dependen-Diabetes Melitus), diabetes melitus tipe lain,

dan diabetes melitus gestasional (Nuari, 2017).

a. Diabetes Melitus (DM) Tipe 1 IDDM (Independen Diabetes Melitus)

Adalah penyakit diabetes yang bergantung pada insulin. Kasus ini

muncul sebagai akibat dari kerusakan organ pankreas. Kerusakan organ

pankreas menyebabkan tubuh tidak memiliki cukup hormon insulin

untuk menyalurkan glukosa kedalam darah ke selurh sel kedalam tubuh.

Ketika tidak dapat disalurkan untuk diubah menjadi energi, glukosa

dibiarkan mengendap didalam darah. Akibatnya dalam waktu yang cukup

lama, kadar glukosa dalam darah meningkat dan menyebabkan penyakit

diabetes melitus.

Siapa saja bias menderita penyakit diabetes melitus tipe 2 biasa

terjadi di usia muda maupun tua, baik pria, maupun wanita. Namun,

kebanyakan penderita diabetes melitus tipe 2 masih berusia sangat muda

hingga remaja.

8
9

Ada beberapa faktor yang dapat memicu kemunculan penyakit

diabetes melitus tipe 1 ini. Berikut beberapa faktor kemunculan penyakit

diabetes melitus yang sebaiknya diwaspadai:

1) Memiliki faktor genetik menderita diabetes melitus.

2) Mengalami gangguan pada sistem imun didalam tubuh.

3) Kekurangan nutrisi.

4) Serangan virus tertentu yang merusak organ pencernaan.

Diabetes melitus yang terjadi pada anak bukan merupakan faktor

keturunan tapi faktor autoimun. Pada diabetes melitus tipe ini, sel

pembuat insulin rusak sehingga mengidap diabetes melitus tipe 2 akan

menggunakan insulin seumjur hidup (yahya, 2018).

b. Diabetes Melitus Tipe 2 NIDDM (Non-Insulin Dependen Diabetes

Melitus)

Diabetes melitus tipe 2 umumnya dialami orang dewasa, tetapi

terkadang juga terjadi pada remaja. Penyebab dari diabetes melitus tipe 2

adalah insulin tidak dapat direspon dengan baik oleh sel-sel tubuh. Sel-

sel tubuh tidak mau menerima glukosa yang dibawa insulin yang disebut

resistensi insulin. Resistensi insulin ini yang akhirnya menyebabkan

kadar gula darah meningkat.

9
10

Lemak berlebihan pada orang obesitas alias kegemukan ini yang

biasanya mengakibatkan tergantungnya kerja insulin. Terbukti, sebagian

besar pasien diabetes melitus tipe 2 memiliki berat badan diatas normal.

Oleh karena itu, pengobatannya sangat mementingkan penerapan diet

yang tepat untuk mengurangi jumlah lemak yang menumpuk dalam

tubuh dan juga mampu membantu pasien terhindar dari kompliaksi.

Kadar gula darah yang terus-menerus tinggi biasa merusak pembuluh

darah dan saraf, dan seringkali menyebabkan komplikasi seperti jantung,

stroke, kebutaan, penyakit ginjal, dan amputasi. Faktor penyebab

terjadinya diabetes melitus tipe 2 yaitu: bersifat familiar/keturunan,

sering terjadi resistensi insulin, jarang terjadi ketosidosis (Syamsiah,

2017).

c. Diabetes Melitus tipe lain

Ada pula diabetes yang tidak termasuk kelompok di atas, yaitu

diabetes yang terjadi sekunder atau akibat penyakit lain, yang

mengganggu produksi insulin, atau mempengaruhi kerja insulin.

Contoh: radang pankreas (pankreatitis), gangguan kelenjer adreanal

(hipofisis), penggunaan hormonal kotikosteroid, pemakaian beberapa

obat antihipertensi atau antikolenstrol, malnutrisi, dan juga infeksi

(Tandra, 2017).

10
11

d. Diabetes Melitus Gestasional

Gestasional yang terjadi pada pertamakali saat kehamilan ini adalah

intoleransi glukosa yang mulai timbul dan diketahui selama keadaan

hamil (Trimester kedua atau ketiga). Oleh karena itu terjadi peningkatan

sekresi berbagai hormon disertai pengaruh metabolik terhadap glukosa,

maka kehamilan merupakan keadaan peningkatan metabolik tubuh dan

hal ini berdampak kurang baik bagi janin (Tholib, 2016).

3. Faktor Resiko

a. Faktor Keturunan

Orang yang bertalian darah dengan orang yang mengidap diabetes

akan lebih cenderung mengidap penyakit yang sama ketimbang orang

yang keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit tersebut. Resiko

bergantung pada jumlah sanak saudara yang mengidap diabetes, semakin

tinggi resiko yang dia hadapi. Terdapat sebesar 5% resiko mengidap

diabetes Apabila orang tua dan saudara kandung juga mengidap diabetes

maka akan semakin tinggi resikonya terjadinya diabetes, resiko dapat

meningkat 50% jika memiliki kelebihan berat badan (Yahya, 2018).

b. Pola Makan Tidak Sehat

11
12

Pola makan yang tidak sehat menjadi salah satu faktor penyebab

terjadinya diabetes. Bermacam-macam makanan tidak sehat yang banyak

kita temui, kita perlu menjaga diri dari makanan yang terlalu banyak

mengandung gula dan makanan yang indeks glikemik yang tinggi. Selain

itu, makanan yang mengandung lemak tinggi dan kolesterol tinggi juga

dapat memicu diabetes. Makanan jenis ini dapat memicu kegemukan atau

obesitas (Yahya, 2018).

c. Obesitas

Hampir 80% orang yang mengidap diabetes di usia lanjut biasanya

memiliki kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan akan menyebabkan

peningkatan kebutuhan insulin pada tubuh. Orang dewasa yang

kegemukan memiliki sel-sel lemak yang lebih besar pada tubuh

mereka.Sel-sel lemak yang lebih besar tidak merespon insulin dengan

baik. Gejala-gejala (Yahya, 2018).

d. Usia

Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi resiko terkena

diabetes, terutama usia diatas 40 tahun, serta mereka yang kurang gerak

badan, massa ototnya berkurang, dan berat badannya semakin bertambah.

12
13

Namun belakangan ini , semakin banyaknya anak yang gemuk maka

semakin tinggi kejadian diabetes pada anak dan remaja (Tandra, 2017).

e. Jenis kelamin

Pria dan wanita memiliki resiko yang sama besar terkena diabetes

hingga usia dewasa awal. setelah usia 30 tahun, wanita memiliki resiko

yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Wanita yang terkena diabetes

salama kehamilan memiliki resiko yang lebih tinggi terkena diabetes

melitus tipe 2 pada usia lanjut (Yahya, 2018).

f. infeksi

Pada diabetes melitus tipe 1 biasanya terjadi pada anak, sering kali

didahului dengan infeksi oleh virus, seperti campak, mumps, dan

coxsackie yang dapat merusak sel pankreas dan menimbulkan diabetes

(Tandra, 2017).

g. Kurang aktivitas fisik (olahraga)

Di zaman sekarang kebanyakan orang yang jarang melakukan

aktivitas fisik, setiap orang sangat dianjurkan untuk melakukan olahraga

setiap hari, jika tidak melakukan olahraga akan mengakibatkan efek

13
14

lanjutan berupa obesitas, seperti yang dijelaskan diatas bahwa obesitas

salah satu penyebab dari diabetes (Yahya, 2018).

h. Stres

Sulit bagi kita menghubungkan pengaruh stress dengan timbulnya

diabetes. Namun, yang pasti adalah stress yang hebat, seperti infeksi berat,

trauma hebat, operasi besar, atau penyakit berat lainnya, menyebabkan

hormon kounter insulin (yang kerjanya berlawanan dengan insulin) lebih

aktif. Akibatnya, gula darah pun akan meningkat. Diabetes ini kadang

ditemukan secara kebetulan pada waktu pasien memeriksa gula darahnya

(Tandra, 2017).

4. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus

Tanda dan gejala diabetes melitus (Kurniadi & Nurrahmani, 2015)

antara lain:

a. Poliuria

Poliuria merupakan sering buang air kecil dengan volume yang

banyak, yaitu lebih sering dari pada biasanya. Poliuria terjadi jika kadar

gula darah melebihi nilai ambang ginjal (>180 mg/dl), maka gula akan

keluar bersama urin. Untuk menjaga agar urin yang keluar (yang

mengandung gula itu) tidak terlalu pekat, tubuh akan menarik air
14
15

sebanyak mungkin kedalam urin sehingga urin keluar dalam volume

yang banyak dan kencing pun menjadi sering. Dalam keadaan normal,

urin akan keluar sekitar 1,5 liter per hari, tetapi penderita diabetes

melitus yang tidak terkontrol dapat memproduksi lima kali jumlah itu.

Ia akan lebih sering buang air kecil, terlebih pada malam hari sehingga

bisa mengggangu tidur. Baru tidur sebentar, harus bangun karena ingin

buang air kecil. Hal tersebut yang membuat para penderita tak jarang

bangun tidur dengan tidak nyaman karena kurang tidur.

b. Polidipsia

Polidipsia merupakan kekurangan cairan (dehidrasi) yang

disebabkan banyaknya urin yang keluar. Dengan banyaknya urin yang

keluar tubuh akan menimbulkan rasa haus sehingga orang ingin selalu

minum terutama yang dingin, manis, segar, dan banyak. Tidak jarang,

yang dipilih adalah minuman soft drink dingin, menyegarkan, dan

manis tentu saja hal tersebut akan sangat merugikan karena membuat

kadar gula semakin tinggi. Namun hal itu biasanya dilakukan oleh

seseorang yang awalnya belum sadar bahwa dia menderita diabetes

melitus.

15
16

c. Polifagia

Polifagia terjadi akibat pemasukan gula ke dalam sel-sel tubuh

kurang sehingga energi yang dibentuk menjadi kurang. Inilah sebabnya

orang merasa kurang tenaga. Selain itu, sel juga menjadi miskin gula

sehingga otak juga berfikir bahwa kurang energi itu karena kurang

makan, maka tubuh pun kemudian berusaha meningkatkan asupan

makanan dengan menimbulkan rasa lapar. Maka, timbullah perasaan

selalu ingin makan dan ngemil.

d. Berat badan turun dan menjadi kurus.

Disebabkan karena banyaknya kehilangan cairan sehingga tubuh

tidak bisa mendapatkan energi yang cukup dari gula karena kekurangan

insulin, tubuh akan bergegas mengolah lemak dan protein yang ada

didalam tubuh untuk diubah menjadi energi. Apabila hal tersebut

berlangsung cukup lama, maka orang akan tampak kurus dan berat

badanya akan turun karena massa lemak dan protein yang tersimpan

dijaringan otot dan lemak menyusut. Dalam sistem pembagian urin,

penderita diabetes melitus yang tidak terkendali bisa kehilangan banyak

500 gram glukosa dalam urine per 24 jam (setara dengan 2000 kalori

per hari hilang dari tubuh). Hal ini tentu saja akan banyak mengurang

berat badan

16
17

e. Patofisiologi

Makanan dicerna mulai dari mulut kemudian ke Lambung dan

selanjutnya ke usus. Didalam saluran pencernaan itu makanan dipecah

menjadi bahan dasar dari makanan itu. Kemudian karbohidrat menjadi

glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak.

Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh usus kemudian masuk ke

dalam pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk

dipergunakan oleh organ-organ didalam tubuh sebagai bahan bakar

supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus

masuk dulu ke dalam sel supaya dapat diolah. Didalam sel, zat makanan

terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang rumit, yang hasil

akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini disebut metabolism.

Dalam proses metabolisme itu insulin memegang peran yang sangat

penting yaitu bertugas memasukkan glukosa kedalam sel, untuk

selanjutnya dapat digunkan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah

hormon yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas.

17
18

Dalam keadaan normal artinya kadar insulin cukup dan sensitif,

insulin akan ditangkap oleh reseptor insulin yang ada pada permukaan sel

otot, kemudian membuka pintu masuk sel sehingga glukosa dapat masuk

sel untuk kemudian dibakar menjadi energy atau tenaga. Akibatnya kadar

glukosa dalam darah normal.

Pada diabetes dimana didapatkan jumlah insulin yang kurang atau

pada keadaan kualitas insulinnya tidak baik (Resistensi insulin) , meskipun

insulin ada dan reseptor juga ada, tapi karena ada kelainan didalam sel itu

sendiri pintu masuk sel tetap tidak dapat terbuka tetap tertutup hingga

glukosa tidak dapat masuk sel untuk di bakar (dimetabolisme). Akibatnya

glukosa tetap berada diluar sel, hingga kadar glukosa dalam darah

meningkat. (Soegondo et al, 2018).

5. Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi merupakan penyakit baru yang muncul dari penyakit

yang ada sebelumnya. Komplikasi ini terdiri atas komplikasi akut dan

komplikasi kronis:

a. Komplikasi Akut

Terjadi akibat ketidakseimbangan akut kadar glukosa darah

(Damayanti, 2016) dibagi atas.

18
19

1) Hipoglikemia

Adalah keadaan gangguan saraf yang disebabkan oleh penurunan

glukosa darah hingga mencapai dibawah 50 mg/dl. Gejala ini dapat

bersifat ringan berupa gelisah sampai berat berupa koma disertai

kejang. Hipoglikemik terjadi karena peningkatan terhadap insulin

dalam darah dan penurunan kadar glukosa darah yang di akibatkan

oleh terapi insulin yang tidak adekuat (Tomky, 2005 dalam Santi,

2016). Hipoglikemik diabetik dapat menjadi 3 yaitu:

(a) Hipoglikemik ringan

Didiagnosis ketika kadar glukosa darah 50 mg/dl yang akan

merangsang sistem saraf simpatis dimana terjadi perangsangan

adrenalin sehingga menimbulkan gejala seperti tremor,

takhikardia, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.

(b) Hipoglikemik sedang

Didiagnosis ketika terjadi penurunan kadar gula darah kurang

dari 50 mg/dl. Dimana kondisi yang dapat menyebabkan sel-sel

otak tidak mendapatkan cukup glukosa sehingga dapat

menimbulkan system saraf terganggu yang dapat menimbulkan

gejala seperti ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala,


19
20

vertigo, bingung, penurunan daya ingat, mati rasa di daerah bibir

serta lidah, gerakan tidak tekordinasi, perubahan emosional,

perilaku yang tidak rasional, dan penglihatan ganda.

(c) Hipoglikemik berat

Didiagnosis ketika terjadi penurunan kadar glukosa darah

hingga mencapai <40 mg/dl. Gejala yang dapat timbul

mencakup perilaku seperti: diorientasi, serangan kejang, sulit

dibangnkan, atau bahkan kehilangan kesadaran.

b. Diabetes Ketoasidosis

Disebebkan oleh tidak adanya insulin, atau jumlah insulin yang

tidak cukup. Kondisi ini mengakibatkan gangguan metabolisme

karbohidrat, protein, dan lemak. Ada tiga gambaran klinik yang penting

pada ketoasidosis yaitu terjadi dehidrasi, kehilangan elektrolit, dan

asidosis.

c. Sindrom Hiperglikemia Hiperosmolar Non ketoik (SHHNK)

Keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia

yang disertai perubahan tingkat kesadaran. Keadaan hiperglikemia

20
21

persisten menyebabkan diueresis osmotik sehingga terjadi kehilangan

cairan dan elektrolit.

d. Komplikasi Kronik (Rumahorbo, 2014)

1) Komplikasi Makrovaskuler

Terjadi Perubahan pembuluh darah besar akibat anterosklerosis

menimbulkan masalah yang serius pada diabetes aterosklerosis yang

terjadi pada pembuluh darah arteri koroner maka akan menyebabkan

penyakit jantung koroner, sedangkan aterosklerosis yang terjadi pada

pembuluh darah serebral akan menyebabkan stroke infark.

2) Komplikasi Mikrovaskuler

e. Retinopati diabetikum

Disebabkan oleh terjadinya perubahan pada pembuluh-pembuluh

darah kecil pada retina mata. Sehingga dapat menyebabkan kebutaan.

1) Nefropati diabetik

Apabila kadar glukosa darah meningkat maka mekanisme filtrasi

ginjal akan mengalami strees yang dapat mengakibatkan kerusakan

pada membran filtrasi sehingga protein darah dalam urin bocor.

21
22

Sehingga mengakibatkan tekanan dalam pembuluh darah ginjal

meningkat dan dapat menyebabkan gagal ginjal.

2) Neuropati diabetikum

Penurunan sensibilitas terhadap sentuhan ringan dan penurunan

sensibilitas nyeri dan suhu membuat penderita neuropati beresiko

untuk mengalami cedera dan infeksi paka kaki tanpa diketahui.

B. Tinjauan Pengaturan Pola Makan

1. Definisi Pola Makan

Pola makan adalah usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis

makanan dengan informasi gambaran dengan meliputi mempertahankan

kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit

(Depkes RI 2009).

Menurut seorang ahli mengatakan bahwa pola makan dapat

diartikan sebagai karakteristik dari kegiatan yang berulang kali makan atau

setiap orang yang makan untuk memenuhi kebutuhan makanan

(Sulistyoningsih, 2011).

Secara umum pola makan memiliki 3 komponen anatara lain:

a. Jenis makan
22
23

Sejenis makanan pokok yang dikonsumsi setiap hari terdiiri dari

makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan buahan yang

dimakan setiap hari. Makanan pokok adalah sumber makanan utama di

Indonesia yang dimakan oleh setiap orang seperti beras, jagung, sagu,

umbi-umbian, dan tepung (Sulistyoningsih, 2011).

b. Frekuensi makan

Frekuensi makan merupakan beberapa kali makan dalam sehari

meliputi makan pagi, makan siang, makan malam dan makan selingan

(Depkes, 2013).

c. Jumlah makan

Banyaknya makanan yang dimakan oleh setiap orang atau setiap

individu dalam kelompok (Sulistyoningsih, 2011).

2. Faktor yang mempengaruhi pola makan

a. Faktor ekonomi

Pendapatan yang tinggi dapat mencakup kurangnya daya beli

dengan kurangnya pola makan masyarakat sehingga pemilihan suatu

bahan makanan lebih didasarkan dalam pertimbangan selera

dibandingkan dengan aspek gizi (Sulistyoningsih, 2011).

23
24

b. Faktor pendidikan

Dalam pendidikan pola makan ialah salah satu pengetahuan yang

dipelajari dengan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan

penentuan kebutuhan gizi (Sulistyoningsih, 2011).

c. Lingkungan

Dalam lingkungan pola makan ialah berpengaruh terhadap

pembentukan perilaku makan berupa lingkungan keluarga melalui

adanya promosi, media elektronik, dan media cetak (Sulistyoningsih,

2011).

d. Kebiasaan makan

Kebiasaan makan ialah cara seseorang yang mempunyai kebiasaan

makan dalam jumlah tiga kali makan dengan frekuensi dan jenis

makanan yang dimakan (Depkes, 2009).

e. Pola makan seimbang

Konsumsi pola makan seimbang merupakan susunan jumlah

makanan yang dikonsumsi mengandung gizi seimbang dalam tubuh dan

mengandung dua zat ialah zat pembangunan dan zat pengatur.

Bagi penderita diabetes melitus, karbohidrat komplek adalah jenis

karbohidrat yang berguna untuk mencegah diabetes. Karbohidrat jenis

ini dapat melepaskan glukosa darah secara bertahap setelah makan agar

tidak terjadi kenaikan kadar gula darah secara tiba-tiba. Jenis

karbohidrat yang lain adalah karbohidrat sederhana dengan ikatan rantai

glukosa tunggal (Soedarsono, 2016).


24
25

Saat ini karbohidrat sederhana seperti nasi putih, mie, kentang dan

gula pasir telah menjadi makan favorit masyarakat Indonesia. Namun,

banyak orang yang belum tahu jika mengkonsumsi karbohidrat

sederhana, secara berlebihan tidak hanya membuat tubuh menjadi

melar, tetapi juga akan meningkatkan resiko terkena diabetes. Pola

makan masyarakat Indonesia sering kali mengkonsumsi karbohidrat

secara berlebihan seperti memakan mie instan bersama dengan nasi

putih. Hal ini dapat membuat resiko terkena obesitas dan diabetes

semakin tinggi (Soedarsono, 2016).

f. Hindari pola makan yang tidak sehat

Pencegahan sejak dini dengan menghindari pola makan yang tidak

sehat, seperti makanan cepat saji atau makanan yang memiliki kalori,

mengandung lemak, dan karbohidrat tinggi, akan membantu

menghindarkan diri dari penyakit diabetes ( Soedarsono, 2016).

1) Tidak makan nasi berlebihan

Kebiasaan makan nasi bagi orang Asia biasa menjadi salah satu

penyebab mengapa penyakit ini sebagian besar menyerang penduduk

Asia. Karbohidrat yang terdapat dalam nasi memiliki banyak

kandungan glukosa (Soedarsono, 2016).

25
26

Disarankan untuk mengkonsumsi karbohidrat berserat karena lebih

lambat diserap oleh tubuh. Yang termasuk karbohidrat berserat

antara lain sayuran, kavang-kacangan, dan buah-buahan yang tidak

terlalu manis (Soedarsnono, 2016).

2) Kurangi asupan gula

Karbohidrat sederhana lainnya seperti gula pasir, sirup, permen, es

krim, jeli, atau minuman ringan bergula, akan langsung masuk

kedalam aliran darah sehingga kadar gula darah meningkat cepat.

Bagi penderita diabetes, karbohidrat inilah yang perlu diawasi

penggunaannya (Soedarsono, 2016). Minuman manis yang

mengandung gula dan bahan pemanis lain dapat meningkatkan kadar

glukosa, resiko obesitas, dan resiko diabetes. Tubuh memang

membutuhkan minuman manis sebagai sumber tenaga namun dalam

jumlah yang kecil (Soedarsono, 2016).

3) Hindari konsumsi lemak jenuh

Sebaiknya mengurangi makan yang bersantan. Pada dasarnya santan

cukup baik, tetapi akan menjadi tidak baik jika telah dipanaskan

berulang karena telah mengandung lemak jenuh.

C. Tinjauan Kadar Gula darah

1. Definisi kadar gula darah

Kadar gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa

didalam darah. Glukosa didalam tubuh berfungsi sebagai sumber energi

26
27

atau kalori. Konsentrasi gula darah atau glukosa serum, diatur dengan ketat

didalam tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas

yang sempit sepanjang hari (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah

makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum

makan (Kurnia dan Prawesti, 2017).

2. Pemeriksaan kadar gula darah

Adapun 3 jenis pemeriksaan gula darah yaitu:

a. Gula darah sewaktu

Pemeriksaan gula darah sewaktu yaitu pemeriksaan yang dilakukan

tanpa persiapan sebelumnya, tanpa menghiraukan waktu makan dimana

pada saat setelah makan gula darah akan meningkat (Sugianto, 2016).

b. Gula darah puasa

Kadar gula darah setelah puasa selama 8-12 jam. Kadar gula darah

puasa yang tinggi menunjukkan produksi insulin tidak cukup meski

hanya untuk memenuhi kebutuhan basal.

c. Gula darah 2 jam pp

Gula darah postprandial sama saja dengan gula darah puasa, hanya saja

setelah puasa 2 jam sebelum tes pasien dianjurkan untuk makan dulu

dan kemudian baru dilakukan pemeriksaan.

3. Kriteria Pengendalian Diabetes Melitus

Adapun kriteria pengendalian diabetes melitus (Soegondo dkk, 2015)

sebagai berikut.

27
28

Tabel 2.1 Kriteria Pengendalian Diabetes Melitus

No Kriteria Baik Sedang Buruk


1 Gula Darah (mg/dl) 80-190 110-125 ≥126
2 Gula Darah 2 PP 110-144 145-179 ≥180
(mg/dl)
3 A1C (%) <6,5 6,5-8 ≥8
4 Kolestrol total ≤200 200-239 ≥240
(mg/dl)
5 Kolestrol LDL ≤100 100-129 ≥130
(mg/dl)
6 Kolestrol HDL ≥45
(mg/dl)
7 Trigliserida (mg/dl) ≥150 150-199 ≥200
8 IMT (kg/m²) 18,5-22,9 23-25 ≥25
9 TD (mmHg) ≤130/80 130-140/80- ≥140/90
9-
Sumber: Soegondo, dkk. (2018). Buku Penatalaksanaan Diabetes Melitus

28
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian dengan studi literatur dimana

peneliti mengidentifikasi jurnal, artikel, maupun dokumen terkait yang

berhubungan dengan masalah penelitian, yakni hubungan pola makan dengan

kadar gula darah penderita diabetes melitus tipe 2.

B. Kriteria Literatur

Kriteria Inklusi:

a. Artikel/ karya ilmiah yang dipublikasikasikan pada periode 2014-2020

b. Dipublikasikan pada jurnal terakreditasi misalnya Sinta, scopus, doaj,

jurnal media keperawatan, dll

c. Diterbitkan oleh penerbit/ badan ilmiah/ organisasi profesi/ perguruan

tinggi dengan unit-unitnya.

d. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia atau bahasa Inggris

e. Memuat karya ilmiah dari penulis yang minimal berasal dari dua institusi

yang berbeda.

Kriteria Eksklusi:

Adalah kerakteristik sampel yang tidak dimasukkan kedalam penelitian.

Kriteria eksklusi literatur dalam penelitian ini adalah Artikel literatur review

dan bukan artikel penelitian.

36
37

C. Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan melalui studi pustaka dengan cara melakukan

penelusuran hasil publikasi ilmiah dengan rentang tahun 2014-2020 dengan

menggunakan database Google Scholar. Selain penelusuran hasil publikasi

ilmiah, juga dapat ditelusuri pada buku terkait dengan pola maklan dengan

kadar gula darah penderita diabetes melitus tipe 2. Peneliti menggunakan

jurnal ilmiah, naskah publikasi ilmiah ataupun dokumen yang ditelusuri

menggunakan Google Scholar. Hasil penelusuran kemudian dianalisis dan

disimpulkan.

D. Kerangka Pikir

Faktor resiko: obesitas, Diabete Melitus Komplikasi


kurang aktivitas, Faktor
Tipe 2 1. Makrovaskuler
Keturunan (Genetik),
Usia, Tekanan Darah, 2. Mikrovaskuler
Stress.

Manajemen DM

Pola makan
mempunyai 3 Pola Makan
komponen, yaitu:

1. Jenis makan
Kadar Gula Darah
2. Frekuensi
makan
3. Jumlah
makan

Gambar 3.1 Kerangka Pikir


37
38

E. Alur Penelitian

Gambar 3.2 Alur Penelitian

Studi Literatur 12 jurnal penelitian

Jumlah jurnal yang didapatkan sesuai kriteria sebanyak


7 jurnal

Data dikumpulkan dari 7 jurnal yang dinilai relavan terhadap masalah

Menganalisa tiap jurnal terkait, judul, tujuan, metode, dan hasil penelitian

Menyusun Sintesis Grid tiap literature/jurnal

Hasil analisis literatur/jurnal dituangkan dalam pembahasan dengan


penambahan kalimat sendiri oleh peneliti mengenai hasil penelitian jurnal yang
dijadikan literatur

Kesimpulan

38
39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Studi literatur ini melalui penelusuran hasil publikasi ilmiah baik jurnal

maupun dokumen skripsi yang dipublikasikan dengan rentang tahun 2014-

2020 dengan menggunakan database Google Scholar. Pada data base Google

Scholar menggunakan keyword dukungan keluarga “OR” family support

“AND” assessment “AND” valid “OR” reliable “AND” healing. Pada

pencarian Google Scholar dilakukan skrining tahun (2014-2020) dan

menggunakan frase “hubungan pola makan dengan kadar gula darah

penderita diabetes melitus tipe 2”.

Setelah penelusuran literatur pada Google Scholar didapatkan 7 literatur

ilmiah meliputi jurnal dan naskah publikasi ilmiah yang sesuai dengan

variabel hubungan pola makan dengan kadar gula darah pada penderita

diabetes melitus tipe 2.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Susanti, Difran Nobel Bistara

(2017), menyatakan bahwa sebagian besar responden mempunyai pola makan

yang cukup baik (38%), dan masih terdapat responden dengan pola makan

kurang baik (35%), serta pengaturan pola makan yang baik (28%). Oleh

karena itu, penderita DM perlu menjaga pengaturan pola makan dalam rangka

pengendalian kadar gula darah sehingga kadar gula darahnya tetap terkontrol.

39
40

Penelitian yang dilakukan oleh Maharani Farah Dhifa Dg. Masikki (2018),

mengatakan bahwa dari 43 responden, pola makan baik sebanyak 18

responden, dimana sebanyak 15 responden (83,3%) kadar gula darah normal

dan sebanyak 3 responden (16,7%) kadar gula darah tinggi. Pola makan

kurang baik sebanyak 25 responden, dimana sebanyak 5 responden (20%)

kadar gula darah normal dan sebanyak 20 responden (80%) kadar gula darah

tinggi.

Penelitian Gresty N. M Masi Mulyadi (2016), mengatakan bahwa sebagian

besar responden berumur >45 tahun dengan jumlah 48 responden (64%) dan

umur <45 tahun dengan jumlah 27 responden (36,0%). pola makan pada

pasien diabetes melitus tipe II yaitu responden pola makan baik sebanyak 29

responden (38,7%) dan pola makan tidak baik sebanyak 46 responden

(61,3%).

Penelitian yang dilakukan oleh Ridha Wahyuni, Amir Ma’ruf, Edy

Mulyono (2019), mengatakan bahwa Penyerapan gula menyebabkan

peningkatan kadar gula darah dan mendorong peningkatan sekresi hormon

insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Lakukan chek up (kontrol) secara

teratur juga untuk orang normal atau Non-DM, terutama untuk umur diatas 40

tahun. Bagi Diabetisi atau penderita yang mengidap penyakit kardiovaskuler

lakukan check up setiap 1, 2, 3 bulan atau lebih sering lagi. Perlunya ada

pengaturan jadwal makan bagi penderita diabetes mellitus tipe 2 karena

keterlambatan atau keseringan makan akan mempengaruhi kadar gula

darah.
40
41

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muhasidah, Ruslan Hasani,

Indirawaty, Nur Wulan Majid (2017), mengatakan bahwa kadar gula darah

terkontrol lebih banyak (86,2%) pada penderita diabetes mellitus dengan pola

makan baik, dibandingkan pada penderita diabetes mellitus yang memiliki

pola makan buruk (8,1%).

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ramadhani Firmansyah

(2017), mengatakn bahwa pola makan sehat dengan kadar gula darah normal

sebesar 32 responden (58,2%) lebih banyak dibandingkan dengan responden

yang memiliki pola makan tidak sehat dengan kadar gula darah normal

sebesar 2 responden (5,9%).

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Andi Mardhiyah Idris,

Nurhaedar Jafar, Rahayu Indriasari (2016), mengatakan bahwa Hasil

pengolahan data recall diperoleh bahwa sebesar 50,0% termasuk baik dan

50% termasuk tidak baik (kurang dan lebih). Adapun pasien dengan kadar

gula darah yang tidak terkontrol paling besar 95,7% pada konsumsi makanan

dengan beban glikemik yang tidak baik, jadi pada analisis uji fisher’s exact

test dapat diketahui bahwa beban glikemik indeks makanan pasien memiliki

hubungan dengan kadar gula darah (p<0,05).

Berdasarkan beberapa hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

melakukan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan pada penderita

diabetes melitus akan mempengaruhi tingginya kadar gula darah pada

penderita diabetes melitus.

41
Tabel 4.1 Sintesis Grid

SINTESIS GRID

Peneliti
Desain
No (Tahun) Tujuan Penelitian Responden Pengumpulan Data Hasil Penelitian
Penelitian
dan Judul
1 Susanti, Difran Penelitian ini Desain Besar sampel Pengumpulan data
Nobel Bistara bertujuan untuk penelitian ini sebanyak 40 dilakukan di bulan Berdasarkan penelitian
(2017), Hubungan mengidentifikasi adalah responden dengan Oktober sampai yang dilakukan terhadap
korelasional. kriteria inklusi November 2017. 40 responden, didapatkan
Pola Makan hubungan pola
dengan berupa pasien Karakteristik demografi kategori jenis kelamin
Dengan Kadar makan dengan memakai teknik yang terdaftar di pasien dikumpulan
Gula Darah Pada kadar gula darah penderita diabetes
purposive Puskesmas meliputi umur, jenis
Penderita pada penderita sampling. Tembok Dukuh kelamin, pendidikan, mellitus. Responden paling
Diabetes Melitus Diabetes mellitus Surabaya, pasien pekerjaan, penghasilan banyak berjenis kelamin
Di Puskesmas di Puskesmas penderita diabetes per bulan, berat badan, perempuan 24 orang
Tembok Dukuh Tembok Dukuh mellitus, dan pola makan pada (60%) daripada yang
pasien bersedia penderita diabetes berjenis kelamin laki-laki
Surabaya. Surabaya.
untuk menjadi mellitus, kadar gula sebanyak 16 orang (40%).
responden darah pada penderita
Dari 40 responden yang
penelitian. diabetes mellitus,
frekuensi hubungan pola terbanyak pada rentang
makan dengan kadar gula umur 46-55 tahun
darah pada penderita sebanyak 15 orang (38%),
diabetes mellitus. Data sedangkan yang paling
yang diperoleh dengan sedikit pada rentang umur
menggunakan lembar >65 tahun sebanyak 3
36
37

kuesioner dan observasi.


Skala pengumpulan data orang (8%). Berdasarkan
ordinal dengan uji kategori pola makan pada
statistik menggunakan penderita diabetes mellitus
korelasi Spearman Rank sebagian dari responden
(Spearman Rho p=0,000
pengaturan pola makannya
(α=0,05)).
cukup baik dengan jumlah
15 responden (38%),
sedangkan yang kurang
baik pola makannya
sebanyak 14 orang (35%).
Sedangkan berdasarkan
kategori kadar gula darah
pada penderita diabetes
mellitus sebagian besar
responden mengalami
hiperglikemia dengan
jumlah 18 responden
(45%), dan respondeng
yang mengalami
hipoglikemia dengan
jumlah 9 responden (23%).

2 Maharani Farah Untuk Penelitian ini Subjek yang Penelitian dilaksanakan Berdasarkan penelitian
Dhifa Dg. menganalisis merupakan berjumlah 43 di Poliklinik Penyakit yang dilakukan terhadap
37
38

Masikki (2018) hubungan antara penelitian orang diperoleh Dalam RSUD Madani 43 responden, sebagian
Pola Makan Dan pola makan dan kuantitatif dengan teknik Provinsi Sulawesi besar usia responden 46-55
Aktivitas Fisik aktivitas fisik pendekatan pengambilan Tengah pada tanggal 23 tahun sebanyak 20
Dengan Kadar dengan kadar gula analitik dengan sampel secara Januari sampai 8 responden (46,5%).
Gula Darah darah pasien menggunakan accidental Februari 2018.Variabel Pendidikan yang paling
Pasien Diabetes diabetes mellitus desain Cross sampling. bebas adalah pola makan banyak adalah Pendidikan
Mellitus Tipe II tipe II di Poliklinik Sectional. dan aktivitas fisik dan Menengah (SMA, SMK
Di Poliklinik Penyakit Dalam variabel terikat adalah dan MTSn) sebanyak 20
Penyakit Dalam RSUD Madani kadar gula darah pasien responden (46,5%),
RSUD Madani Provinsi Sulawesi diabetes mellitus. Subjek Pekerjaan yang paling
Provinsi Sulawesi Tengah. yang berjumlah 43 orang banyak adalah bekerja
Tengah diperoleh dengan teknik sebanyak 33 responden
pengambilan sampel (76,7%). Sedangkan dari
secara accidental 43 responden, pola makan
sampling. Teknik baik sebanyak 18
pengumpulan data responden, dimana
melalui wawancara dan sebanyak 15 responden
kuesioner. Analisis yang (83,3%) kadar gula darah
digunakan adalah analisis normal dan sebanyak 3
univariat dan bivariat responden (16,7%) kadar
menggunakan uji chi- gula darah tinggi. Pola
square. makan kurang baik
sebanyak 25 responden,
dimana sebanyak 5
responden (20%) kadar
gula darah normal dan
sebanyak 20 responden

38
39

(80%) kadar gula darah


tinggi.
3 Gresty N. M Masi Untuk menganalisa Metode Teknik Instrument penelitian Berdasarkan penelitian
Mulyadi (2016), hubungan pola penelitian yang pengambilan yang digunakan, yaitu yang dilakukan terhadap
Hubungan Pola aktivitas fisik dan di gunakan yaitu sampel pada kuesioner pola aktivitas 75 responden, sebagian
Aktivitas Fisik pola makan dengan deskriptif penelitian ini fisik dan kuesioner pola besar responden berumur
Dan Pola Makan kadar gula darah analitik dengan yaitu purposive makan dan lembar >45 tahun dengan jumlah
Dengan Kadar pada pasien rancangan cross sampling dengan observasi kadar gula 48 responden (64%) dan
Gula Darah Pada diabetes melitus sectional. jumlah 75 darah. Kuesioner berisi umur <45 tahun dengan
Pasien Diabetes tipe II di Poli responden . tentang pertanyaan 8 jumlah 27 responden
Melitus Tipe II Di Penyakit Dalam pertanyaan pola aktivitas (36,0%). Berdasarkan
Poli Penyakit Rumah Sakit fisik dan 7 pertanyaan kategori kadar gula darah
Dalam Rumah Pancaran Kasih pola makan dengan bobot pada pasien diabetes
Sakit Pancaran GMIM Manado. 1 tidak pernah, 2 kadang- melitus tipe II yaitu
Kasih GMIM kadang dan 3 selalu. responden kadar gula
Manado. Sedangkan lembar darah tinggi sebanyak 70
observasi berupa hasil responden (93,3%) dan
pengukuran kadar gula kadar gula darah normal 5
darah. Prosedur responden (6,7%).
pengolahan data yang Sedangkan berdasarkan
dilakukan melalui tahap kategori pola makan pada
editing, coding, entry pasien diabetes melitus
data dan cleaning dan tipe II yaitu responden
data dianalisis melalui pola makan baik sebanyak
prosedur analisis 29 responden (38,7%) dan
univariat dan analisis pola makan tidak baik
bivariat dengan sebanyak 46 responden
39
40

menggunkan uji (61,3%).


chisquare dengan tingkat
kemaknaan 95 % (α ≤
0,05) yang berarti bahwa
jika p < 0,05.
4 Ridha Wahyuni, Untuk mengetahui Penelitian ini Jumlah populasi Penelitian dilaksanakan Berdasarkan penelitian
Amir Ma’ruf, Edy hubungan pola menggunakan pederita diabetes pada bulan Juli-Agustus yang dilakukan terhadap
Mulyono (2019), makan dengan metode mellitus di 2019 di Wilayah Bukit 50 responden, didapatkan
Hubungan Pola kadar gula darah penelitian wilayah Bukit Pinang Samarinda. Data kategori pola makan pada
Makan Terhadap penderita diabetes analitik Pinang Samarinda diuji menggunakan uji penderita diabetes melittus
Kadar Gula Darah mellitus di Wilayah komparatif. berjumlah 60 beda Mann-Whitney test. yaitu sebagian besar
Penderita Bukit Pinang orang dengan Data diambil responden mengkonsumsi
Diabetes Mellitus Samarinda. menggunakan menggunakan kuesioner makanan rendah protein
di Wilayah Bukit sampling size dan alat pengukur (62%), banyak
Pinang calculator glukosa darah digital. mengandung
Samarinda. didapatkan minyak(65%), tidak
jumlah sampel rutin kontrol gula
sejumlah 55 darah (65%), dan tidak
Orang. Namun mencatat menu setiap
yang memenuhi harinya (65%). Sedangkan
syarat didapatkan kategori berdasarkan
50 responden (25 kategori hubungan pola
responden dengan makan dengan kadar gula
pola makan baik darah pada penderita
dan 25 responden diabetes mellitus yaitu
dengan pola Berdasarkan hasil uji beda
makan tidak menggunakan mann-
40
41

baik). whitney test, diperoleh


nilai p 0.016 < 0.05 yang
bermakna ada perbedaan
kadar gula darah penderita
diabetes mellitus dengan
pola makan baik dan tidak
baik. Dengan nilai median
kadar gula darah pola
makan baik 218 dan pola
makan tidak baik 241.
5 Muhasidah, Untuk Jenis penelitian Populasi dalam Rancangan penelitian ini Berdasarkan penelitian
Ruslan Hasani, menganalisis ini merupakan penelitian ini yaitu dengan lembar yang dilakukan terhadap
Indirawaty, Nur hubungan tingkat penelitian adalah seluruh observasi, dan kuesioner 142 responden, didapatkan
Wulan Majid pengetahuan, sikap analitik pasien DM yang serta mengukur kadar kategori jenis kelamin
(2017), Hubungan dan pola makan kuantitatif berkunjung di gula darah sewaktu pada penderita diabetes
Tingkat dengan kadar gula dengan desain wilayah kerja pasien DM yang berada mellitus paling banyak
Pengetahuan, darah pada cross sectional. Puskesmas di wilayah kerja berjenis kelamin
Sikap dan Pola penderita Diabetes Sudiang dan Puskesmas Sudiang Raya perempuan sebanyak 92
Makan Dengan Mellitus Di Puskesmas Kota Makassar. Analisa orang (35,0%) dari pada
Kadar Gula Darah Wilayah Kerja Sudiang Raya data menggunakan yang berjenis kelamin laki-
Pada Penderita Puskesmas Sudiang Kota Makassar analisis univariat dan laki sebanyak 50 orang
Diabetes Mellitus Kota Makassar. dengan total analisis bivariat. Analisis (64,3%). Dari 142 jumlah
Di Wilayah Kerja populasi 1 tahun bivariat melalui uji responden yang terbanyak
Puskesmas terakhir yaitu 220 statistik yaitu dengan pada rentang usia bahwa
Sudiang Kota orang, dengan menggunakan uji chi penderita diabetes mellitus
Makassar. besar sampel square. di Wilayah Kerja Sudiang
yang didapatkan Kota Makassar rata-rata
41
42

dalam penelitian berusia 51-60 tahun 66


ini adalah 142 orang (46,2%), yang
orang. Teknik berusia 61-70 tahun
pengambilan masing-masing 63 orang
sampel dalam (44,1%), sedangkan yang
penelitian ini berusia 41-50 tahun 12
yaitu dengan orang (8,4%), dan yang
teknik purposive berusia 31-40 tahun 1
sampling. orang (0,7%). Berdasarkan
kategori pola makan pada
penderita diabetes mellitus
diketahui bahwa penderita
diabetes mellitus di
wilayah kerja Puskesmas
Sudiang Kota Makassar
untuk pola makan yang
baik yaitu 80 orang
(55,9%), dan yang
memiliki pola makan yang
buruk yaitu 62 orang
(48,3%). Sedangkan
berdasarkan kategori kadar
gula darah pada penderita
diabetes mellitus di
wilayah kerja Puskesmas
Sudiang Kota Makassar
untuk kadar gula darah

42
43

yang terkontrol yaitu 74


orang (51,7%), dan yang
memiliki kadar gula darah
yang tidak terkontrol yaitu
68 orang (47,5%).
6 Muhammad Tujuan penelitian Penelitian ini Populasi Pengumpulan data ini Dari 34 responden yang
Ramadhani ini adalah untuk menggunakan penelitian ini menggunakan memiliki pola makan sehat
Firmansyah mengetahui penelitian adalah pasien glukometer dan dengan kadar gula darah
(2017) Hubungan hubungan pola deskriptif diabetes melitus kuesioner. Instrument normal sebesar 32
Pola Makan Dan makan dan analitik dengan tipe II yang ada di penelitian yang responden (58,2%) lebih
Aktivitas Fisik aktivitas fisik pendekatan Puskesmas 7 Ulu digunakan yaitu banyak dibandingkan
Dengan Kadar dengan kadar gula cross sectional. Kota palembang. kuesioner pola makan dengan responden yang
Gula Darah darah penderita Teknik dan aktivitas fisik serta memiliki pola makan tidak
Penderita diabetes melitus pengambilan glukometer. Data sehat dengan kadar gula
Diabetes Mellitus tipe II di sampel dianalisis dengan darah normal sebesar 2
Tipe II Di Puskesmas 7 Ulu menggunakan menggunakan uji Chi responden (5,9%). Dari 34
Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang. purposive Square. responden yang memiliki
Kota Palembang. sampling dengan aktivitas fisik sedang
jumlah sampel dengan kadar gula darah
sebanyak 89 normal sebesar 3
responden. responden (8,3%) lebih
sedikit dibandingkan
dengan responden yang
memiliki aktivitas fisik
ringan dengan kadar gula
darah normal sebesar 31
responden (58,5%).
43
44

7 Andi Mardhiyah Untuk mengetahui Desain Populasi Instrumen penelitian Hasil penelitian ini
Idris, Nurhaedar hubungan pola penelitian yang penelitian, yaitu yang dibutuhkan adalah diketahui bahwa 69,6%
Jafar, Rahayu makan dengan digunakan rata-rata jumlah kuesioner tentang pasien DM tipe 2
Indriasari (2016) kadar gula darah adalah survei pasien yang identitas dan mempunyai jarak waktu
Pola Makan pasien DM tipe 2 di analitik dengan berkunjung karakteristik responden, makan sesuai dengan yang
Dengan Kadar wilayah kerja pendekatan studi perbulan di formulir food recall 3x24 dianjurkan, yaitu 2,5-3,5
Gula Darah Puskesmas Batua cross-sectional. Puskesmas Batua jam, saat pemeriksaan jam. Namun, terdapat
Pasien DM Tipe 2 Raya Kota Raya Kota gula darah, food picture, 71,9% yang memiliki
Di di wilayah Makassar. Makassar yaitu program SPSS, kadar gula darah tidak
kerja Puskesmas sebanyak 67 nutrisurvey, tabel terkontrol, dari hasil uji
Batua Raya Kota orang. glikemik indeks, dan alat fisher’s exact test juga
Makassar. Pengambilan tulis menulis. Data yang menunjukkan jarak antar
sampel dilakukan dikumpulkan meliputi waktu makan tidak
dengan data primer dan data berhubungan secara nyata
menggunakan sekunder. Data primer dengan kontrol kadar gula
purposive meliputi identitas dan darah. Hasil penelitian ini
sampling dengan karakteristik responden menunjukkan pasien
jumlah sampel 46 (umur, jenis kelamin, dengan jumlah beban
orang. pekerjaan, pendidikan, glikemik baik sama
dll), data food recall dengan jumlah beban
3x24 jam, dan data hasil glikemik tidak baik, yaitu
pemeriksaan gula darah masing-masing 50%.
kapiler pasien. Namun, pada jumlah
Sedangkan data sekunder beban glikemik tidak baik
diperoleh dari data daftar menunjukkan kelompok
nama pasien penderita kadar gula darah pasien
DM tipe 2 yang tidak terkontrol yang

44
45

memeriksakan diri, paling besar, yaitu 95,7%.


gambaran umum Berdasarkan hasil uji
Puskesmas Batua Raya fisher’s exact test
Kota Makassar. Analisis menunjukkan adanya
data yang dilakukan hubungan yang bermakna
adalah univariat dan antara jumlah beban
bivariat dengan uji glikemik makanan dengan
pearson chi square dan kadar gula darah pasien
uji fisher’s exact test. diabetes mellitus tipe 2.
Penyajian data dalam
bentuk table dan disertai
narasi.

45
B. Pembahasan

Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan

tingginya kadar glukosa darah (Hiperglikemia) akibat karena pankreas tidak

menghasilkan insulin atau pankreas menghasilkan insulin tetapi tubuh tidak

bisa menggunakan secara efektif dan bisa juga dikarenakan tidak ada reseptor

untuk membawanya kedalam sel.

Penderita DM biasanya cenderung memiliki kandungan gula darah yang

tidak terkontrol. Kadar gula darah akan meningkat dratis setelah

mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan/atau

gula. Oleh karena itu, penderita DM perlu menjaga pengaturan pola makan

dalam rangka pengendalian kadar gula darah sehingga kadar gula darahnya

tetap terkontrol.

Pola makan adalah suatu cara tertentu dalam mengatur jumlah dan jenis

asupan makanan dengan maksud untuk mempertahankan kesehatan, status

gizi, serta mencegah dan/atau membantu proses penyembuhan. Pola makan

yang baik harus dipahami oleh para penderita DM dalam pengaturan pola

makan sehari-hari. Pola ini meliputi pengaturan jadwal bagi penderita DM

yang biasanya adalah 6 kali makan per hari yang dibagi menjadi 3 kali makan

besar dan 3 kali makan selingan.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mempunyai pola

makan yang cukup baik. Berdasarkan umur, hampir sebagian reponden

berumur 46-55 (38%), karena semakin tinggi umur semakin tinggi juga

36
37

keperluan asupan gizinya. Penderita DM biasanya cenderung memiliki

kandungan gula darah yang tidak terkontrol. Kadar gula darah akan

meningkat dratis setelah mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung

karbohidrat dan/atau gula. Oleh karena itu, penderita DM perlu menjaga

pengaturan pola makan dalam rangka pengendalian kadar gula darah sehingga

kadar gula darahnya tetap terkontrol (Susanti, Difran Nobel Bistara 2017).

Dari 43 responden, pola makan baik sebanyak 18 responden, dimana

sebanyak 15 responden (83,3%) kadar gula darah normal dan sebanyak 3

responden (16,7%) kadar gula darah tinggi. Pola makan kurang baik sebanyak

25 responden, dimana sebanyak 5 responden (20%) kadar gula darah normal

dan sebanyak 20 responden (80%) kadar gula darah tinggi (Maharani Farah

Dhifa Dg. Masikki, 2018).

Sebagian besar responden dengan penyakit diabetes melitus tipe II di Poli

Penyakit Dalam Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado dengan pola

makan tidak baik dan Sebagian besar responden dengan penyakit diabetes

melitus tipe II kadar gula darahnya tinggi. Sehingga bila seseorang dengan

pola makan tidak baik dapat meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh

dikarenakan frekuensi makan yang tidak teratur pada penderita diabetes

melitus tipe II (Gresty N. M Masi Mulyadi, 2016).

Berdasarkan hasil uji beda menggunakan mann-whitney test, diperoleh

nilai p 0.016 < 0.05 yang bermakna ada perbedaan kadar gula darah penderita

diabetes mellitus dengan pola makan baik dan tidak baik. Dengan nilai

37
38

median kadar gula darah pola makan baik 218 dan pola makan tidak baik 241,

sehingga penelitian didapatkan nilai p dengan uji mann-whitney adalah 0.016

< 0.05 yang bermakna ada hubungan kadar gula darah penderita diabetes

mellitus dengan pola makan (Ridha Wahyuni, Amir Ma’ruf, Edy Mulyono,

2019).

Penelitian yang dilakukan oleh Muhasidah, Ruslan Hasani, Indirawaty,

Nur Wulan Majid (2017), mengatakan bahwa Adanya hubungan yang

bermakna antara pola makan dengan kadar gula darah karena rerata pendeita

DM yang berada di wilayah kerja sudiang sering berpartisipasi dalam

penyuluhan edukasi, disertai dengan pengetahuan dan sikap masyarakat yang

baik dalam pemilihan makan yang tepat seperti lebih banyak mengkonsumsi

sayur dan buah dibanding karbohidrat, keteraturan jadwal makan dan jumlah

yang telah ditentukan, meskipun pada kenyataannya juga masih ada sebagian

responden yang belum bisa melakukan / menjalankan dengan baik program

diet yang dianjurkan.

Kebanyakan dari penderita diabetes melitus melakukan pola makan yang

sehat yang sudah dianjurkan agar kadar gula darahnya normal, dengan

mengikuti aturan makan untuk penderita diabetes melitus dan tidak

melanggar makanan pantangan yang di khususkan untuk penderita diabetes.

Sehingga Dari hasil uji Chi Square di dapatkan ρ value 0,001 yang artinya

ada hubungan antara pola makan dengan kadar gula darah penderita diabetes

melitus tipe II di Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang (Muhammad Ramadhani

Firmansyah (2017).
38
39

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh (Andi Mardhiyah Idris,

Nurhaedar Jafar, Rahayu Indriasari (2016), mengatakan bahwa Cepat

lambatnya suatu karbohidrat meningkatkan kadar gula darah tergantung pada

indeks glikemik yang dimiliki. Karbohidrat yang berindeks glikemik tinggi

bereaksi cepat, sehingga menyebabkan kenaikan kadar gula darah. Sebaliknya

yang berindeks glikemik rendah bereaksi lambat terhadap peningkatan kadar

gula darah. Berdasarkan hasil uji fisher’s exact test menunjukkan adanya

hubungan yang bermakna antara jumlah beban glikemik makanan dengan

kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2.

39
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan Studi Literatur yang telah dilakukan tentang Hubungan

Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe 2,

dapat disimpulkan bahwa Sebagian besar literatur ilmiah berupa jurnal dan

dokumen publikasi ilmiah mengemukakan hasil bahwa pola makan yang

didapatkan oleh penderita diabetes melitus memiliki hubungan yang

bermakna dengan keteraturan kontrol kadar gula darah penderita diabetes

melitus tipe 2. Sehingga hasil tersebut menjadi rekomendasi hasil penelitian

studi literatur tentang hubungan pola makan dengan kadar gula darah pada

penderita diabetes melitus tipe 2 yang dilakukan oleh peneliti.

B. Saran

1. Untuk peneliti selanjutnya agar melakukan

penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi

keteraturan kontrol kadar gula darah penderita diabetes melitus.

2. Untuk fasilitas pelayanan kesehatan (puskesmas),

agar selalu memberikan pendidikan dan pengetahuan terhadap masyarakat

yang berada di wilayah kerjanya tentang pentingnya pola makan terhadap

kualitas hidup penderita diabetes melitus melalui keteraturan kontrol kadar

gula darah di pelayanan kesehatan.

36
37

DAFTAR PUSTAKA

Brunner&Suddarth, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. EGC,


Jakarta.
Dolongsede FV, Masi GNM, Bataha YB. (2017). Hubungan Pola Aktivitas Fisik
Dan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe II Di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM
Manado. Jurnal Kesehatan Vokasional ;5.
Dahlan, M.S. (2014). Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.
Damayanti, S. (2016). Diabetes Melitus Dan Penatalaksanaan Keperawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Internasional Diabetes Federation.(2019). IDF DIABETES ATLAS.
Kesehatan, D. (2017). Profil Kesehatan Kota Makassar.
Kesehatan, D.(2015). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.
Kurniadi, H., & Nurrahmani, U. (2015). STOP! Diabetes, Hipertensi, Kolesterol
Tinggi, Jantung Koroner. Yogyakarta: Istana Media.
Kurnia, E., & Prawesti, D. 2017. Senam Kaki Bagi Pasien Diabetes Melitus.
Nganjuk: Adjie Media Nusantara.
Lestari T, 2015, Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta, Nuhamedika.
Maier W, Buller R, Philipp M, Heuser I. 1998. The Hamilton Anxiety Scale:
reliability, validity and sensitivity to change in anxiety and depressive
disordes. J Affect Disord.
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan
Praktis.Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riskesdas. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Rumahorbo, H. (2014). Mencegah Diabetes Melitus Dengan Perubahan Gaya
Hidup. IN MEDIA. Bogor.
Saddock, Bejamin James. Sadock, Virginia Alcott. Buku Ajar Psikiatri Klinis.
Edisi 2.EGC. Jakarta: 2014.
Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (2018). Penatalaksanaan Diabetes
Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
37
38

Soedarsono. (2016). Cara Alami Mencegah Dan Mengubah Diabetes. Surabaya:


Stomata.
Sugianto, (2016). Diabetes Melitus Pada Kehamilan. Jakarta: Erlangga.
Sumantri, A. (2017). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Prenada Media.
Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi Untuk kesehatan Ibu Dan Anak. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Syamsiah, N. (2017). Berdamai Dengan Dibetes. Jakarta: Tim Bumi Medika.
Tandra, Hans. (2017). Segala Sesuatu Yang harus Anda Ketahui Tentang
Diabetes. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
WHO.(2016). Hari Diabetes Sedunia. Infodatin.

38

Anda mungkin juga menyukai