Anda di halaman 1dari 94

SKRIPSI PENELITIAN

HUBUNGAN MOBILISASI DINI POST SECTIO CAESARIA


DENGAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA OPERASI DI
RUANG NIFAS RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA
KOTA KENDARI TAHUN 2018

OLEH

NUR ISLAH RAHMADHANI


P00312014030

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-IV
2018
MOTTO

Jadilah pemberani

Jadilah kuat

Jangan menjadi orang yang mudah menyerah

Berjuanglah untuk menjadi sesuatu yang berharga

Dan jika kau lelah dan ingin menyerah, fikirkan bahwa lelahmu tidak

seberapa dengan keringat orang tua yang mengalir hanya untuk

menyekolahkan mu ..
BIODATA

A. Identitas Penulis

1. Nama : Nur Islah Rahmadhani

2. Tempat Tanggal Lahir : Kolaka, 20 Januari 1997

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Suku/Bangsa : Tolaki/ Indonesia

6. Alamat : Btn Rizky I Anggoeya

B. Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 2 Sabilambo, Tamat Tahun 2008

2. SMP Negeri 3 Kolaka, Tamat Tahun 2011

3. SMK Kesehatan Yaniar Kolaka, Tamat Tahun 2014

4. Terdaftar Sebagai Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari

Jurusan Kebidanan Prodi DIV Tahun 2014 Sampai Sekarang


Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim, dengan mengucapkan puji dan syukur


kehadirat allah swt atas berkat rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Mobilisasi Dini
Post Sectio Caesaria Dengan Proses Penyembuhan Luka Operasi Di
Ruang Nifas Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari Tahun
2018 ” .

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengalami banyak


hambatan dari segi metode maupun penyusunan. Meski demikian penulis
tetap berusaha menyelsaikan dengan bantuan dan bimbingan serta
partisipasi dari berbagi pihak baik moril maupun materil, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar besarnya kepada Ibu Hj. Nurnasari, SKM, M.Kes
Selaku Pembimbing I Dan Ibu Hasmia Naningsih, SST, M.Keb selaku
Pembimbing II yang sudah banyak meluangkan waktu dan pemikiran serta
tulus dan sabar member petunjuk, arahan, dan bimbingan sejak awal
hingga skripsi ini terselesaikan.

Dalam kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan ucapan


terimakasih yang sebesar besarnya kepada berbagi pihak yang secara
langsung maupun tidak langsung membantu penulis menyelessaikan
skripsi ini

untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima


kasih yang sedalam dalamnya kepada :
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes, Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Kendari.

2. Ibu Sultina Sarita, SKM, M,Kes Selaku Ketua Jurusan Kebidnaan


Poltekkes Kemenkes Kendari
3. Ibu dosen serta staf kebidanan yang telah memberikn petunjuk serta
arahan selama mengikuti pendidikan

4. Direktur Rumah Sakit Umum Dewi Sartika yang telah memberikan izin
dan fasilitas untuk melakukan penelitian

5. Yang teristimewa kepada orang tua saya tercinta ayahanda Abdullah


S dan ibuku tercinta Hasrati Yang Telah Mendidik Membesarkan dan
Selalu Memberikan Motivasi Baik Moril Maupun Material Serta Iringan
Doa dan Restunya Sehingga Saya dapat Menyelesaikan Skripsi ini.

6. Yang teristimewa Pula Untuk Nenek Ku Tersayang Hj.Hadipa dan


Kakek Ku Tersayang Dullah yang selalu menjagaku semasa kecil
serta selalu mendoakanku selama ini

7. Dan Terkhusus Untuk Tante Ku Tercinta Eti Dullah yang sudah seperti
ibu kedua bagiku yang selalu memberikan kasih sayang serta
membimbing dan memberikan motivasi agar saya selalu semangat
menyelesaikan pendidikan Serta Bapak Ir.Robe Porongoti Mp yang
sudah seperti ayah kedua yang selalu memberikan dukungan agar
saya selalu bersemangat menempuh pendidikan

8. Kakak ku Surya Ningsih S.SI M.SI dan Adik Adik ku tersayang Yayan
Esa Alfian, Rindha Syaifadillah, Ririn Syaifadillah, Rifani, Ridhan
Muhammad Al-Zikri yang telah memberikan dukungan, semangat dan
doa selama ini.

9. Dan untuk Muh Sulfikar Malenda terima kasih sudah banyak


membantu saya selama ini, memberikan dukungan dan menjadi
tempatku bercerita tentang semua keluh kesahku.

10. Teman teman terbaikku Luh Ayu Ratnawati, Iin Husmar Anandari dan
Riski Fiskalia yang selalu membantuku, dan selalu memberiku
semangat serta semua rekan rekan DIV kebidanan yang tidak bisa di
sebutkan satu persatu, terima kasih atas semua bantuan, semangat,
serta suka duka yang telah kita lewati bersama.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii

MOTTO .................................................................................................... iv

BIODATA ................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ............................................................................... vii

DAFTAR ISI............................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii

INTISARI ................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7

E. Keaslin Penelitian.......................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Sectio Caesaria............................................................................. 10

B. Postpartum.................................................................................... 13

C. Mobilisasi Dini ............................................................................... 20

D. Penyembuhan Luka ...................................................................... 30

E. Pengeluaran Lokhea ..................................................................... 37

F. Landasan Teori ............................................................................. 39

G. Kerangka Teori.............................................................................. 40

H. Kerangka Konsep.......................................................................... 41

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................................. 42

B. Tempat Dan Waktu Penelitian....................................................... 42

C. Populasi Dan Sampel.................................................................... 42

D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif ..................................... 43

E. Intrumen Penelitian ....................................................................... 44

F. Alur Penelitian ............................................................................... 45

G. Pengumpulan Data ....................................................................... 46

H. Pengolahan Data .......................................................................... 46

I. Tehnik Analisi Data ....................................................................... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...............................

A. Gambar Umum Lokasi Penelitian.................................................. 49

B. Hasil Penelitian ............................................................................. 55


C. Pembahasan ................................................................................. 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................... 59

B. Saran............................................................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Teori Peneltian.................................................................. 52

2. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................. 53

3. Desain penelitian Cross Sectional..................................................... 55


DAFTAR TABEL

1. Pasilatis tempat tidur ......................................................................... 52

2. Sumber daya manusia (SDM) ........................................................... 53

3. Mobilisasi dini.................................................................................... 55

4. Penyembuhan luka ........................................................................... 55

5. Analisis Bivariate ............................................................................... 56


DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat permohon pengisian kuesioner
2. Surat pernyataan persetujuan responden
3. Koesioner penelitian
4. Master tabel penelitian
5. Anlisis chy sqiuare
6. Surat izin penelitian
7. Surat keterangan telah selesai melakukan penelitian
8. Dokumentasi penelitian
INTISARI

HUBUNGAN MOBILISASI DINI POST SECTIO CAESARIA DENGAN


PROSES PENYEMBUHAN LUKA OPERASI DI RUANG NIFAS
RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA
KOTA KENDARI TAHUN 2018
Nur islah rahmadhani1 HJ. Nurnasari, SKM, M.Kes2 dan Hasmia Naningsi, SST,
M.Keb.3

Latar Belakang : Persalinan adalah suatu proses mendorong keluar hasil


konsepsi (janin, plasenta dan ketuban) dari dalam rahim lewat jalan lahir atau
dengan jalan lain (Reeder, dkk., 2012). Persalinan merupakan pengalaman hidup
yang dapat menimbulkan potensi positif dan negatif bagi psikologis ibu
(Bryanton, et al., 2008). Pelahiran sectio caesarea adalah persalinan buatan
dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh dan berat janin diatas 500 gram yang
sering disebut dengan sectio caesarea (SC) (Mitayani, 2011; Green, 2012).
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini pada ibu post
sectio caesaria dengan proses penyembuhan luka operasi di ruang nifas Rumah
Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2018.
Metode penelitian : Penelitian Ini Bersifat Analitik Dengan Desain Pendekatan
Cross Sectional, Yaitu Untuk Mengetahui Hubungan Mobilisasi Dini Post Sectio
Caesarea (SC) Dengan Proses Penyembuhan Luka Operasi Di Ruang Nifas
Rumah Sakit Umum Dewi Sartika sebanyak 68 Responden. Hasil Dianalisis
Menggunakan Univariat Dan Bivariat Dengan Menggunakan Uji Chy Square.
Hasil penelitian : Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi Square diperoleh
hasil dimana pada taraf signifikan α = 0,05, df = 1, nilai ρvalue = 0,000 (0,000 <
0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti ada hubungan antara mobilisasi
dini post SC dengan proses penyembuhan luka.

Kata Kunci : Mobilisasi dini dan penyembuhan luka

Daftar Pustaka : 27 (2002-2017)

1. Mahasiswa Prodi DIV Kebidanan politeknik kesehatan kendari


2. Dosen Jurusan kebidanan politeknik kesehatan kendari
3. Dosen Jurusan kebidanan politeknik kesehatan kendari
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan adalah suatu proses mendorong keluar hasil konsepsi

(janin, plasenta dan ketuban) dari dalam rahim lewat jalan lahir atau

dengan jalan lain (Reeder, dkk., 2012). Persalinan merupakan

pengalaman hidup yang dapat menimbulkan potensi positif dan negatif

bagi psikologis ibu (Bryanton, et al., 2008). Pengalaman persalinan

pada ibu primipara akan mempengaruhi persepsi, respon, kebutuhan

dan dukungan dalam menghadapi persalinan (Nurlaela, 2008).

Persalinan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pervaginam dan

pelahiran sectio caesarea (SC). Persalinan pervaginam adalah

keluarnya hasil konsepsi melewati jalan lahir yang dapat dilakukan

tanpa bantuan alat (persalinan spontan) dan dengan bantuan alat

(obstetrik operatif). Pelahiran sectio caesarea adalah persalinan buatan

dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding

rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh dan berat janin diatas

500 gram yang sering disebut dengan sectio caesarea (SC) (Mitayani,

2011; Green, 2012).

SC merupakan tindakan yang beresiko, dampak yang

ditimbulkan antara lain, berupa pendarahan, infeksi, anesthesia, emboli

paru-paru, kegagalan ginjal akibat hipotensi yang lama. Pasien yang

menjalani persalinan dengan metode SC biasanya merasakan berbagai


ketidak nyamanan. Ketidak nyamanan seperti, rasa nyeri dari insisi

abdominal dan efek samping dari anestesi. Proses persalinan yang

dialami oleh Ibu dengan SC juga akan berpengaruh pada respon

fisiologis setelah melahirkan (Reeder, 2011).

SC adalah salah satu operasi bedah yang paling umum

dilakukan di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) (2014),

sebanyak (99%) kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran

terjadi di negara-negara berkembang. Salah satu indikator utama

derajat kesehatan suatu negara adalah angka kematian ibu (AKI). WHO

(2012), sebanyak 16% SC yang melebihi batas yang

direkomendasikan. Indikator SC yaitu sebesar 5–15% untuk setiap

negara (Suryati, 2012).

Tindakan pembedahan yang dilakukan dalam upaya untuk

mengeluarkan bayi akan meninggalkan sebuah kondisi luka insisi.

Menurut Smeltzer & Bare (2002), menjelaskan bahwa luka insisi dibuat

dengan potongan bersih menggunakan instrumen tajam sebagai

contoh; luka yang dibuat oleh ahli bedah dalam setiap prosedur

operasi, seperti pada (SC) luka steril (luka yang dibuat secara aseptik)

biasanya ditutup dengan jahitan setelah semua pembuluh yang

berdarah diligasi dengan cermat. Akibat dari insisi ini akan

menimbulkan terputusnya jaringan tubuh dan menjadikan luka pada

orang yang dilakukan pembedahan.


Mobilisasi dini merupakan suatu tindakan rehabilitative

(pemulihan) yang dilakukan setelah pasien sadar dari pengaruh

anestesi dan sesudah operasi. Mobilisasi berguna untuk membantu

dalam jalannya penyembuhan luka. Mobilisasi atau bergerak adalah

kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dengan

menggunakan koordinasi sistem saraf dan muskuloskeletal (Sarwono,

2008). Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam

mempercepat pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi

pasca bedah. Banyak keuntungan bisa diraih dari latihan ditempat tidur

dan berjalan pada periode dini pasca bedah. Mobilisasi akan sangat

berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung

kemih, sirkulasi dan paru-paru. Hal tersebut juga membantu mencegah

pembentukan bekuan darah (trombosis) pada pembuluh darah tungkai

dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi

peran sehat dan tidak tergantung namun sebagian pasien enggan

untuk melakukan mobilisasi dini setelah beberapa jam melahirkan

(Hamilton, 2005).

Konsep mobilisasi dini mula-mula berasal dari ambulasi dini yang

merupakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi

sebelumnya untuk mencegah komplikasi (Roper, 1996). Sedangkan

mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin

membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya

selekas mungkin berjalan (Soelaiman, 2003). Mobilisasi pasca SC


adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan

ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan SC (Reeder, 2011).

SC terus meningkat di seluruh dunia, khususnya di negara-

negara berpenghasilan menengah dan tinggi, serta telah menjadi

masalah kesehatan masyarakat yang utama dan kontroversial (Torloni,

et al., 2014). Menurut data World Health Organization (WHO) standar

persalinan SC di Inggris tahun 2008 sampai 2009 angka SC mengalami

peningkatan sebesar 24,6 % yang pada tahun 2004 sekitar 24,5 % dan

di Australia tahun 2007 terjadi peningkatan 31% yang pada tahun 1980

hanya sebesar 21%. Sedangkan pada tahun 2014, beberapa negara

lainnya seperti Australia kejadian SC sebesar 32%, Brazil sebesar 54%,

dan Colombia sebesar 43% (WHO, 2012 & 2014).

Kejadian SC di Indonesia umumnya dilakukan bila ada indikasi

medis tertentu, sebagai tindakan mengakhiri kehamilan dengan

komplikasi. Selain itu, SC juga menjadi alternatif persalinan tanpa

indikasi medis karena dianggap lebih mudah dan nyaman. SC

sebanyak 25% dari jumlah kelahiran yang ada dilakukan pada ibu-ibu

yang tidak memiliki resiko tinggi untuk melahirkan secara normal

maupun komplikasi persalinan lain (DEPKES, 2012). Angka kejadian

SC di Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2000 jumlah ibu

bersalin dengan SC sebesar 47,22%, tahun 2001 sebesar 45,19 %,

tahun 2002 sebesar 47,13%, tahun 2003 sebesar 46,87%, tahun 2004

sebesar 53,2%, tahun 2005 sebesar 51,59%, dan tahun 2006 sebesar
53,68% dan tahun 2007 belum terdapat data yang signifikan, tahun

2009 sebesar sekitar 22,8% (Karundeng, dkk., 2014).

Angka kelahiran di Indonesia masih tinggi dan kira-kira 15% dari

seluruh wanita hamil mengalami komplikasi dalam persalinan, hal ini

terjadi seiring meningkatnya kelahiran dengan SC. Angka kejadian SC

tersebut jika di rata-ratakan sejak tahun 2005 sampai dengan 2011

yaitu sebesar 7% dari jumlah semua kelahiran, sedangkan pada pada

tahun 2006 sampai dengan 2012 rata-rata kejadian SC meningkat

menjadi sebesar 12% (WHO, 2014). Hasil Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan kelahiran bedah sesar sebesar

9,8 % dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di

Sulawesi Tenggara (3,3%).

Kematian ibu maternal di RSU Propinsi Sulawesi Tenggara

tahun 2008 paling banyak adalah waktu bersalin yakni sebesar 41,25%

kemudian disusul waktu nifas sebesar 31,25% dan pada waktu hamil

27,5% (Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara, 2008). Laporan RSU

Propinsi Sulawesi Tenggara tahun 2008 mencatat dari 1.030 persalinan

terdapat 132 (12,82%) persalinan SC. Pada tahun 2009 mencatat dari

1.317 persalinan terdapat 184 (13,97%) persalinan SC. Tahun 2010

(januari-juni) dari 255 persalinan terdapat 34 (13,4%) persalinan SC.

Jumlah persalinan di tahun 2010 untuk tiga bulan terakhir (april-juni)

dari 34 persalinan SC terdapat 9 (26,5%) persalinan SC bulan april, 11


(32,4%) persalinan SC bulan mei dan 14 (41,2%) persalinan SC bulan

juni.

Data lainnya juga dihimpun dari Rumah Sakit Umum Dewi

Sartika, yaitu salah satu dari sekian layanan kesehatan di kota Kendari

milik swasta. RSU Dewi Sartika mempunyai layanan unggulan di

bagian bersalin dan penyakit dalam. Berdasarkan data Rumah Sakit

Umum Dewi Sartika Kota Kendari mencatat sebanyak 155 orang

menjalani persalinan SC pada tahun 2014, 373 orang menjalani

persalinan SC pada tahun 2015, 382 orang menjalani persalinan SC

pada tahun 2016 dan sebanyak 496 orang menjalani persalinan SC

pada tahun 2017. Oleh karena itu, maka perlu adanya penelitian

mengenai ”Hubungan Mobilisasi Dini Post Sectio Caesarea dengan

Proses Penyembuhan Luka Operasi di Ruang Nifas Rumah Sakit

Umum Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2018.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat

dirumuskan masalah yaitu: “Apakah ada Hubungan Mobilisasi Dini Post

Sectio Caesarea dengan Proses Penyembuhan Luka Operasi di Ruang

Nifas Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari 2018 ?”


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini pada ibu post sectio

caesaria dengan proses penyembuhan luka operasi di ruang nifas

Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui mobilisasi dini pada ibu post sectio caesaria di

ruang nifas Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari tahun

2018.

b. Untuk mengetahui proses penyembuhan luka operasi di ruang

nifas Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2018.

c. Untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini Post Sectio Caesarea

dengan proses penyembuhan luka operasi di ruang nifas Rumah

Sakit Umum Dewi Sartika tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagi Ibu : Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan

meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu tentang pentingnya

melakukan mobilisasi dini setelah menjalani persalinan yang

bermanfaat bagi pemulihan kesehatan fisiknya seperti keadaan

semula.
2. Bagi Ilmu dan Profesi Kebidanan : Penelitian ini diharapkan

memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu kebidanan

serta merupakan masukan informasi yang berharga bagi profesi

bidan dalam menyusun program pemberian pendidikan kesehatan

tentang pentingnya melakukan mobilisasi dini setelah menjalani

persalinan.

3. Bagi Rumah Sakit Umum : Penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai penilaian dan pemikiran terhadap pelayanan yang telah

diberikan terutama dalam pemberian asuhan kebidanan kepada ibu

post Sectio Caesaria selama perawatan masa nifas.

4. Bagi Insititusi Pendidikan : Penelitian ini diharapkan sebagai bahan

perbandingan serta dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa lain

yang ingin melakukan penelitian lanjutan.

5. Bagi Penulis : Penelitian ini sebagai sarana dalam mengembangkan

dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang di dapat selama

pendidikan dengan kenyataan yang ada di lapangan dan

pengalaman yang sangat yang berguna dalam memberikan asuhan

kebidanan kepada ibu serta untuk menambah wawasan dalam

pembuatan karya tulis ilmiah.

E. Keaslian Penelitian

1. Sri Mahmudah Salamah (2015), dengan judul penelitian : Hubungan

mobilisasi dini dengan pemulihan luka post SC di RS Panembahan

Senopati Bantul, jenis penelitian korelasional dengan pendekatan


kohort prospektif. Sampel diambil dengan teknik total sampling.

Perbedaan terletak pada jenis penelitian yang menggunakan cross

secsional dengan metode accisidental sampling. Sampel adalah ibu

bersalin dengan cara SC yang dirawat di Ruang Alamanda III RSUD

Panembahan Senopati Bantul bulan Mei 2015 berjumlah 36 orang,

diambil dengan teknik total sampling. Instrumen penelitian adalah

lembar observasi, data dianalisis dengan uji chi square..

2. Sahrati fauza (2013), dengan judul : Hubungan mobilisasi dini pada

ibu postpartum dengan sc (sectio caesarea) terhadap proses

percepatan pemulihan postpartum di Ruang kebidanan rsudza

Banda aceh, perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang saya

lakukan adalah terletak pada tempat, populasi, sampel, dan waktu

penelitian. Penelitian ini bersifat Analitik dengan pendekatan cross

sectional. Dengan populasi 38 orang. Pengambilan sampel dilakukan

dengan cara Accidental Sampling. Cara pengumpulan data

menggunakan lembaran Observasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sectio Caesaria

1. Pengertian

Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin

dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan

syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.

Bobak, dkk., (2004) menjelaskan bahwa sectio caesarea merupakan

suatu tindakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan

kelahiran janin melalui insisi transabdomen atau membuka dinding

perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi). Persalinan

sectio caesaria adalah persalinan melalui sayatan pada dinding

abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin > 1. 000 gr

atau umur kehamilan > 28 minggu (Winkjosastro, 2006).

2. Tipe-Tipe Sectio Caesaria

Menurut Farrer (2006), tipe - tipe sectio caesaria adalah :

a) Segmen bawah : insisi melintang

Pada bagian segmen bawah uterus dibuat insisi melintang

yang kecil, luka ini dilebarkan ke samping dengan jari-jari tangan

dan berhenti didekat daerah pembuluh-pembuluh darah uterus.

kepala janin yang pada sebagian besar kasus terletak dibalik insisi

diekstarksi atau didorong, diikuti oleh bagian tubuh lainnya dan

kemudian plasenta serta selaput ketuban.


b) Segmen bawah : insisi membujur

Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama

seperti pada insisi melintang. insisi membujur dibuat dengan

skapel dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari

cidera pada bayi.

c) Sectio Caesaria Klasik

Insisi longitudiunal di garis tengah di buat dengan skapel ke

dalam dinding anterior uterus dan dilebarkan ke atas serta ke

bvawah dengan gunting berujung tumpul di perlukan luka insisi

yang lebar karena bayi dilahirkan dengan presentasi bokong

dahulu, janin atau plasenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan

jahitan tiga lapis.

d) Sectio Caesaria Eksta Periotoneal

Pembedahan eksra periyoneal dikerjakan untuk menghindari

perlunya histerektomi pada kasus kasus yang mengalami infeksi

luas dengan mencegah peritonitis genelarisasi yang bersifat fatal.

3. Keuntungan dan Kerugian Sectio Caesaria

Sebelum keputusan untuk melakukan tindakan sectio caesaria

diambil, harus dipertimbangkan secara teliti dengan resiko yang

mungkin terjadi. Pertimbangan tersebut harus berdasarkan penilaian

pra bedah secara lengkap yang mengacu pada syarat-syarat

pembedahan dan pembiusan dalam menghadapi kasus gawat

darurat (Saifuddin, 2009). Tindakan sectio caesaria memang


memiliki keuntungan dn kerugian. Keuntungannya diantara lain

adalah proses melahirkan memakai waktu yang lebih singkat, rasa

sakit minimal, dan tidak mengganggu atau melukai jalan lahir.

Sedangkan kerugian tindakan ini dapat menimpa baik ibu atau bayi

yang dikandungnya.

a. Kerugian yang dapat menimpa ibu antara lain:

1) Resiko kematian empat kali lebih besar dibanding persalinan

normal.

2) Darah yang dikeluarkan dua kali lipat dibanding persalinan

normal.

3) Rasa nyeri dan penyembuhan luka pascaoperasi lebih lama

dibandingkan persalinan normal.

4) Jahitan bekas operasi beresiko terkena infeksi sebab jahitan

itu berlapis-lapis dan proses keringnya bisa tidak merata.

5) Perlekatan organ bagian dalam karena noda darah tidak

bersih.

6) Kehamilan dibatasi dua tahun setelah operasi.

7) Harus di caesaria lagi saat melahirkan kedua dan seterusnya.

8) Pembuluh darah dan kandung kemih bisa tersayat pisau

bedah.

9) Air ketuban masuk pembuluh darah yang bisa mengakibatkan.

10) Kematian mendadak saat mencapai paru-paru dan jantung

(Sunaryo, 2004).
b. Sedangkan kerugian yang dapat menimpa bayi antara lain :

1) Resiko kematian 2-3ss kali lebih besar dibandingkan dengan

bayi yang lahir melalui proses persalinan biasa.

2) Cenderung mengalami sesak nafas karena cairan dalam paru-

parunya tidak keluar. Pada bayi yang lahir normal, cairan itu

keluar saat terjadi tekanan.

3) Sering mengantuk karena obat penangkal nyeri yang

diberikan kepada sang ibu jug mengenai bayi. (Sunaryo,

2004).

B. Postpartum

1. Pengertian

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil. Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2

jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari)

setelah itu (Vivian, 2011).

Masa nifas adalah 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai 6

minggu berikutnya. Waktu yang tepat disebut postpartum adalah 2-6

jam, 2 jam sampai 6 hari, 2 jam sampai 6 minggu (boleh juga disebut

6 jam, 6 hari, dan 6 minggu) pasca melahirkan (Ahmad, 2012).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan perawatan masa nifas adalah untuk menghindarkan/

mendeteksi adanya kemungkinan perdarahan postpartum dan


infeksi. Oleh karena penolong persalinan sebaiknya tetap waspada,

sekurang-kurangnya satu jam postpartum untuk mengatasi

kemungkinan terjadinya komlikasi persalinan. Umumnya wanita

sangat lemah setelah melahirkan, terlebih bila partus berlangsung

lama (Vivian, 2011).

Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun

psikologis harus diberikan oleh penolong persalinan. Ibu dianjurkan

untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh. Bidan mengajarkan

kepada ibu bersalin bagaimana membersihkan daerah kelamin

dengan sabun dan air. Melaksanakan skiring secara komprehensif

dengan mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi

komplikasi pada ibu maupun bayinya. Seorang bidan bertugas untuk

melakukan pengawasan kala IV yang meliputi pemerilsaan plasenta,

pengawasan TFU, konsistensi rahim, keadaan umum. Bila ada

masalah maka harus melakukan tindakan sesuai standar pelayanan

(Vivian, 2011).

3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Pada Masa Nifas

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian

asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa

nifas antara lain:

a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa

nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan

fisik dan psikologis selama masa nifas.


b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan

rasa nyaman.

d. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang

berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan

administrasi.

e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

f. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga

gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.

g. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta

melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan,

mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi

selama priode nifas.

h. Memberikan asuhan secara professional (Vivian, 2011).

Tahapan – tahapan masa nifas adalah sebagai berikut:

1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan.

2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat

genetalia yang lamanya 6-8 minggu.


3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih

dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau

persalinan mempunyai komplikasi (Vivian, 2011).

4. Perubahan Fisiologi dan Psikologi Post Partum

a. Perubahan Fisiologi

1) Involusi Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)

sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.otot uterus

berkontraksi segera pada post partum.pembuluh-pembuluh

darah yang berada diantara otot-otot uterus akan terjepit.

Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta

lahir (Vivian, 2011).

Tinggi fundus uteri dan berat uterus dapat dilihat menurut

masa involusi uterus sebagai berikut :

a) Masa bayi lahir maka posisi fundus uteri akan setinggi pusat

dengan berat uterus 1000 gram.

b) Masa plasenta lahir maka posisi fundus uteri akan berada 2

jari di bawa pusat dengan berat uterus 700 gram.

c) Masa uterus 1 minggu maka posisi fundus uteri akan berada

di pertengahan pusat simpisis dengan berat uterus 500

gram.

d) Masa uterus 2 minggu maka posisi fundus uteri tidak teraba

di atas simpisis dengan berat uterus 350 gram.


e) Masa uterus 6 minggu maka posisi fundus uteri bertambah

kecil dengan berat uterus 50 gram.

f) Masa uterus 8 minggu maka posisi fundus uteri sebesar

normal dan dengan berat uterus 30 gram (Bobak, dkk.,

2004).

2) Servik

Segera setelah berakhirnya kala TU, serviks menjadi

sangat lembek, kenur, dan terkulai. Serviks tersebut bisa

melepuh dan lecet, terutama dibagian anterior. Serviks akan

terlihat padat yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi,

lubang serviks lamban laun mengecil, beberapa hari setelah

persalinan diri retak karena robekan dalam persalinan. Rongga

leher serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan

sebelum hamil pada saat 4 minggu pospartum (Saleha, 2009).

Perubahan-perubahan yang terdapat pada servik setelah

post partum bentuk servik agak menganga seperti corong.

Bentuk ini disebabkan corpus uterus yang dapat mengadakan

kontraksi sedangkan servik tidak berkontraksi, sehingga pada

perbatasan antara corpus dan servik uteri terbentuk semacam

cincin. Warna servik merah kehitaman karena penuh pembuluh

darah dan konsisitensinya lunak, segera setelah janin

dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan kedalam

kavum uteri, setelah 2 jam hanya dapat dimasukkan 2-3 jari,


dan setelah 1 minggu hanya dapat dimasukkan 1 jari kedalam

kavum uteri. Hal ini baik diperhatikan dalam menangani kala III

(uri) (Saleha, 2009).

3) Payudara (Mamae)

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi

terjadi secara alami. Laktasi adalah proses pembentukan dan

pengeluaran ASI. Fisiologi laktasi itu sedangkan prolaktin

meningkat. Hisapan bayi pada puting susu memacu atau

merangsang sendiri adalah pada saat persalinan hormone

estrogen dan progesteron menurun kelenjar hipofise anterior

untuk mempruduksi atau melepaskan proklatin sehingga terjadi

sekreksi ASI. Pada wanita menyusui involusi menjadi lebih

efesien, yang kemungkinan berkaitan dengan peningkatan

aliran oksitosin (meningkat kontraksi, retraksi, serat otot uterus).

Hal ini berarti bahwa involusi akan berlangsung lebih lambat

bila uterus tidak dapat melakukan kontraksi, retaksi secara

efektif. Ini dapat terjadi setelah sectio caesarea, uterus robek

atau sisa produk konsepsi (Johnson & Taylor, 2005).

b. Perubahan Psikologis

1) Fase taking in atau tahap tergantungan

Terjadi pada hari 1-2 post partum, perhatian ibu terhadap

kebutuhan dirinya, pasif dan tergantung. Ibu tidak

menginginkan kontak dengan bayinya bukan berarti tidak


memperhatikan. Dalam fase ini yang diperlukan ibu adalah

informasi tentang bayinya, bukan cara merawat bayi.

2) Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung sampai kira-kira 10 hari. Ibu

berusaha mandiri dan berinisiatif, perhatian terhadap dirinya

mengatasi tubuhnya, misalnya kelancaran miksi dan defikasi,

melakukan aktefitas duduk, jalan, belajar tentang perawatan diri

dan bayinya, timbul kurang percaya diri sehingga mudah

mengatakan tidak mampu melakukan perawatan. Pada saat ini

sangat dibutuhkan sistem pendukung terutama bagi bagi ibu

muda atau primipara karena pada phase ini seiring dengan

terjadinya post partum blues.

3) Fase letting Go atau saling ketergantungan

Dimulai sekarang minggu ke 5-6 pasca kelahiran.Tubuh

ibu telah sembuh, secara fisik ibu mampun menerima tanggung

jawab normal dan tidak lagi menerima peran sakit. Kegiatan

seksualnya telah dilakukan kembali (Saleha, 2009).

5. Tanda-Tanda Bahaya Pada Masa Nifas

Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting

diantaranya makin meningkatnya pembentukkan urin untuk

mengurangi hemodilusi darah, terjadi penyerapan beberapa bahan

tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga terjadi peningkatan

suhu badan sekitar 0,5°C yang bukan merupakan keadaan patologis


atau menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan

merupakan tempat masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga

menimbulkan infeksi pada kala nifas. Infeksi kala nifas adalah infeksi

peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas oleh sebab

apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38°C

tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua hari.

Gambaran klinis infeksi umum dapat dalam bentuk :

a. Infeksi Lokal

Pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan,

perubahan warna lokal, pengeluaran lochia bercampur nanah,

mobilisasi terbatas karena rasa nyeri, temperatur badan dapat

meningkat.

b. Infeksi General

Tampak sakit dan lemah, temperatur meningkat diatas

39°C, tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat,

pernapasan dapat meningkat dan napas terasa sesak, kesadaran

gelisah sampai menurun dan koma, terjadi gangguan involusi

uterus, lochia : berbau, bernanah serta kotor.

C. Mobilisasi Dini

1. Pengertian

Mobilisasi dini adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan

melakukan aktifitas atau kegiatan. Mobilisasi merupakan

kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan


merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan

pasca bedah, mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting

pada fungsi fisiologis karena hal ini esensial untuk mempertahankan

kemandirian. Dengan demikian mobilisasi dini adalah suatu upaya

mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara

membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologi.

Bahwa mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin

membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbing

selekas mungkin berjalan (Wirnata, 2010).

Mobilisasi dini post sectio caesarea adalah suatu

pergerakan,posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah

beberapa jam melahirkan dengan persalinan caesarea. Untuk

mencegah komplikasi post operasi sectio caesarea ibu harus segera

dilakukan mobilisasi sesuai dengan tahapannya. Oleh karena setelah

mengalami secsio saesarea, seorang ibu disarankan tidak malas

untuk bergerak pasca operasi secsio sesarea, ibu harus mobilisasi

cepat. Semakin cepat bergerak itu semakin baik, namun mobilisasi

dini harus tetap dilakukan secara hati-hati. (Wirnata, 2010).

Mobilisasi dini dapat dilakukan pada kondisi pasien yang

membaik. Pada pasien post operasi secsio caesarea 6 jam pertama

dianjurkan untuk segara menggerakkan anggota tubuhnya. Gerak

tubuh yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan,


kaki dan jari-jarinya agar kerja organ pencernaan segara kembali

normal. (Kasdu, 2005).

2. Tujuan Mobilisasi

Menurut Fitriyahsari (2009) tujuan dari mobilisasi adalah untuk

Mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar peredaran darah,

membantu pernafasan menjadi lebih baik, Memperlancar eliminasi

urin, mengembalikan aktifimas tertentu, sehingga pasien dapat

kembali normal dan dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.,

memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau

komunikasi.

Menurut Vivian, (2011) Perawatan mobilisasi dini mempunyai

keuntungan, Menglancarkan pengeluaran lokhea, mengurangi infeksi

puerperium, mempercepat involusi uteri, melancarkan fungsi alat

grastrointestinal dan alat kelamin, meningkatkan kelancaran

perdaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran

sisa metabolisme, kesempatan yang baik untuk mengajar ibu

memeliha/merawat anaknya.

3. Manfaat Mobilisasi

Pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan curah jantung,

memperbaiki kontraksi miokardial, kemudian menguatkan otot

jantung, menurunkan tekanan darah, memperbaiki aliran balik vena,

pada sistem respirator meningkatkan frekuensi dan kedalaman

pernafasan, meningkatkan ventilasi alveolar, menurunkan kerja


pernafasan, meningkatkan pengembangan diafgragma pada sistem

metabolik dapat meningkatkan laju metabolisme basal, peningkatkan

penggunaan glukosa dan asam lemak, meningkatkan pemecahan

trigliseril, meningkatkan mobilisasi lambung, meningkatkan produksi

panas tubuh, pada sistem muskuloskletal memperbaiki tonus otot,

meningkatkan mobilisasi sendiri.memperbaiki toleransi otot untuk

latihan, mungkin meningkatkan masa otot pada sistem toleransi otot,

meningkatkan toleransi, mengurangi kelemahan, meningkatkan

toleransi terhadap sters, perasaan lebih baik, dan berkurangnya

penyakit (Potter & Perry, 2005).

4. Tahap-Tahap Mobilisasi

Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap. Tahap - tahap

mobilisasi dini pada ibu post partum operasi secsio caesarea (Kasdu,

2005). 6 jam pertama Ibu post secsio caesarea istirahat tirah baring,

mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan,

tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan

kaki, mengangkat tumit, menegakkan otot betis serta menekuk dan

menggeser kaki.

a. 6 -10 jam

Ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan

mencegah trombosis dan trombo emboli. Makan dan minum di

bantu, mengangkat tangan, mengangkat kaki, menekuk lutut,

menggeser badan.
b. Setelah 24 jam

Dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk. Dapat

mengangkat tangan setinggi mungkin, balik kekiri dan kekanan

tanpa bantuan, latihan pernafasan serta makan dan minum tanpa

dibantu

c. Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan.

5. Pelaksanaan Mobilisasi

Menurut Aliahani (2010) pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu

post partum secsio caesarea terdiri dari:

a. Hari ke 1:

1) Berbaring miring kekanan dan kekiri yang dapat dimulai sejak 6

-10 jam setelah ibu sadar.

2) Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang

sedini mungkin setelah sadar.

b. Hari ke 2 :

1) Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam–

dalam lalu menghembuskannya disertai batuk-batuk kecil yang

gunanya untuk melonggarkan pernafasan dan sekaligus

menumbuhkan kepercayaan pada diri ibu bahwa ia mulai pulih.

2) Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah

duduk.

3) Selanjunya secara berturut- turut, hari demi hari ibu yang sudah

melahirkan dianjurkan belajar duduk selama sehari.


c. Hari ke 3 sampai ke 5

1) Belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari setelah

operasi.

2) Mobolisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan

istirahat dapat membantu penyembuhan luka.

Sedangkan menurut (Handiani, 2009) prosedur pelaksanaan

mobilisasi terdiri dari :

1. Hari 1 – 4

a) Membentuk lingkaran dan meregangkan telapak tangan

Ibu berbaring di tempat tidur, kemudian bentuk gerak

lingkaran dengan telapak tangan kaki satu demi satu.

Gerakan ini seperti sedang menggambar sebuah lingkaran

dengan ibu jari kaki ke satu arah, lalu kearah lainnya.

Kemudian regangkan masing-masing telapak kaki dengan

cara menarik jari-jari kaki ibu ke arah betis, lalu balikkan

ujung telapak kaki kearah sebaliknya sehingga ibu

merasakan otot betisnya berkontraksi. Lakukan gerakan ini

dua atau tiga kali sehari.

b) Bernafas dalam-dalam

Berbaring dan tekukkan kaki sedikit. Tempatkan kedua

tangan ibu di bagian dada atas dan tarik nafas. Arahkan

nafas ke arah tangan ibu, lalu tekanlah dada saat ibu

menghembus nafas. Kemudian tarik nafas sedikit lebih


dalam. Tempatkan kedua tangan diatas tulang

rusuk,sehingga ibu dapat merasakan paru-paru

mengembang, lalu hembuskan nafas seperti sebelumnya.

Cobalah untuk bernafas lebih dalam sehingga mencapai

perut. hal ini akan merangsang jaringan-jaringan disekitar

bekas luka. Sanggah insisi ibu dengan cara menempatkan

kedua tangan secara lembut diatas daerah tersebut.

Kemudian, tarik dan hembuskan nafas yang lebih dalam lagi

beberapa kali. Ulangi sebanyak tiga atau empat kali

(Handiani, 2009).

c) Duduk tegak

Tekuk lutut dan miring kesampin, putar kepala ibu dan

gunakan tangan- tangan ibu untuk membantu dirinya ke

posisi duduk. Saat melakukan gerakan yang pertama, luka

akan tertarik dan terasa sangat tidak nyaman, namun

teruslah berusaha dengan bantuan lengan samapai ibu

berhasil duduk. Pertahankan posisi itu selama beberapa

saat. Kemudian, mulailah memindahkan berat tubuh ke

tangan, sehingga ibu dapat menggoyangkan pinggul kearah

belakang. Duduk setegak mungkin dan tarik nafas dalam-

dalam beberapa kali. Luruskan tulang punggung dengan

cara mengangkat tulang-tulang rusuk. Gunakan tangan ibu


untuk menyangga insisi. Cobalah batuk 2 atau 3 kali

(Handiani, 2009).

d) Bangkit dari tempat tidur

Gerakkan tubuh ke posisi duduk. Kemudian gerakkan

kaki pelan-pelan kesisi tempat tidur. Gunakan tangan ibu

untuk mendorong kedepan dan perlahan turunkan telapak

kaki ke lantai. Tekanlah sebuah bantal dengan ketat diatas

bekas luka ibu untuk menyangga. Kemudian cobalah bagian

atas tubuh ibu. Cobalah meluruskan seluruh tubuh lalu

luruskan kaki-kaki ibu (Aliahani, 2010).

e) Berjalan

Dengan bantal tetap tertekan diatas bekas luka,

berjalanlah kedepan. Saat berjalan usahakan kepala tetap

tegak, bernafas lewat mulut. Teruslah berjalan selama

beberapa menit sebelum kembali ke tempat tidur (Handiyani,

2009).

f) Berdiri dan meraih

Duduklah dibagian tepi tempat tidur, angkat tubuh

hingga berdiri. Pertimbangkanlah untuk mengontraksikan

otot-otot punggung agar dada mengembang dan

merenggang, cobalah untuk mengangkat tubuh, mulai dari

pinggang perlahan-lahan, melawan dorongan alamiah untuk


membungkuk, lemaskan tubuh kedepan selama satu menit

(Handiani, 2009).

g) Menarik perut

Berbaringlah ditempat tidur dan kontraksikan otot-otot

dasar pelvis, dan cobalah untuk menarik perut. Perlahan-

lahan letakkan kedua tangan diatas bekas luka dan

berkontraksilah untuk menarik perut menjauhi tangan ibu,

lakukan 5 kali tarikan dan lakukan 2 kali sehari.

h) Saat menyusui

Tarik perut sembari menyusui. Kontraksikan otot-otot

perut selama beberapa detik lalu lemaskan.lakukan 5 sampai

10 kali setiap kali ibu menyusui (Alihani, 2010).

2. Hari 4 – 7

a) Menekuk pelvis

Kontraksikan abdomen dan tekan punggung bagian

bawah ketempat tidur. Jika dilakukan dengan benar pelvis

akan menekuk. Lakukan 4 hingga 8 tekukkan selama 2 detik.

b) Meluncurkan kaki

Berbaring dengan lutut ditekuk dan bernafaslah secara

normal. Lalu luncurkan kaki diatas tempat tidur, menjauhi

tubuh. Seraya mendorong tumit, ulurkan kaki, sehingga ibu

akan merasakan sedikit denyutan disekitar insisi. Lakukan 4

kali dorongan untuk satu kaki.


c) Sentakan pinggul

Berbaringlah di atas tempat tidur, tekukkan kaki keatas

dan rentangkan kaki yang satu lagi. Lakukan gerakan

menunjuk ke arah jari-jari kaki. Dorong pinggul pada sisi

yang sama dengan kaki yang tertekuk ke arah bahu,lalu

lemaskan. Dorong kaki menjauhi kaki menjauhi tubuh

dengan lurus. Lakuakn 6 hingga 8 pengulangan untuk

masing-masing tubuh.

d) Menggulingkan lutut

Berbaring ditempat tidur, kemudian letakkan tangan

disamping tubuh untuk menjaga keseimbangan. Perlahan-

lahan gerakkan kedua lutut ke satu sisi. Gerakkan lutut

hingga bisa merasakan tubuh ikut berputar. Lakukan 3 kali

ayunan lutut kemasing-masing sisi. Akhiri dengan

meluruskan kaki.

e) Posisi jembatan

Berbaringlah diats tempat tidur dengan kedua lutut

tertekuk. Bentangkan kedua tangan ke bagian samping

untuk keseimbangan. Tekan telapak kaki kebawah dan

perlahan-lahan angkat pinggul dari tempat tidur. Rasakan

tulang tungging terangkat. Lakukan gerakan ini lima kali

sehari.
f) Posisi merangkak

Perlahan-lahan angkat tubuh dengan bertopang kedua

tangan dan kaki diatas tempt tidur. Saat ibu

mempertahankan posisi merangkak tanpa merasa tidak

nyaman sedikitpun ibu dapat menambah beberpa gerakan

dalam rangkaian ini. Tekan tangan dan kaki di tempat tidur

dan cobalah untuk melakukan gerakan yang sama dengan

sentakan pinggul, sehingga pinggul terdorong kearah bahu.

Jika melakukan gerakan ini dengan benar, ibu akan merasa

seolah-olah menggoyang-goyangkan ekor. Lakukan gerakan

ini 5 kali sehari.

D. Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka dimulai sejak terjadinya cidera pada tubuh,

luka memiliki tepi berlawanan, misalnya luka operasi, sembuh dengan

cepat denganintensi pertama atau primer. Luka dalam dan menganga

lebih lama penyembuhan melalui intensi sekunder. Ada 4 fase

penyembuhan luka, hemostasis, inflamasi, prolifeasi, maturasi

(Johnson & Taylor, 2005).

Untuk mempercepat penyembuhan luka operasi sebaiknya

dijaga agar tidak terkena air. Untuk itu penderita disarankan tidak

mandi, cukup menyeka. Tidak sedikit penderita kanker yang menderita

luka-luka karena berbagai sebab:bekas operasi, efek radiasi, terlalu

lama berbaring, terjatuh atau pertumbuhan sel-sel kanker samapai


keluar kulit. Sebagian diantaranya merupakan luka kronis yang tidak

sembuh dlam waktu 14 hari. Supaya tidak menimbulkan infeksi dan

menjadi semakin parah, luka memerlukan perawatan khusus (Ismail,

2008).

Menurut Johnson & Taylor, (2005) proses fisiologi penyembuhan

luka dapat dibagi ke dalam 4 fase utama, yaitu:

a. Fase Inflamasi (0-3 hari)

Jaringan yang rusak dan sel yang mati melepaskan histamine

dan mediator lain, sehingga dapat menyebabkan vasodilatsi dari

pembuluh darah sekeliling masih utuh serta meningkatkannya

penyediaan daerah tersebut, sehingga menyebabkan merah dan

hangat. Permiabilitas kapiler darah meningkat dan cairan yang kaya

akan protein mengalir ke interstitial menyebabkan oedema local.

b. Fase Destruksi (1-6 hari)

Pembersihan terhadap jaringan mati atau yang mengalami

devitalisasi dan bakteri oleh polimorf dan makrofag. Polimorf

menelan dan menghancurkan bakteri. Tingkat aktivitas polimorf yang

tinggi hidupnya singkat saja dan penyembuhan dapat berjalan terus

tanpa keberadaan sel tersebut.

c. Fase Proliferasi (durasi 3-24 hari)

Fibrolas memperbanyak diri dan membentuk jaringan-jaringan

untuk sel-sel yang bermagrasi. Fibrolast melakukan sintesis kolagen

dan mukopolisakarida.
d. Fase Maturasi (durasi 24-365 hari)

Dalam setiap cedera yang mengakibatkan hilangnya kulit, sel

epitel pada pinggir luka dan sisa-sisa folikel membelah dan mulai

berimigrasi diatas jaringan glanurasi baru

Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Sectio

Caesarea antara lain :

a. Faktor luka

1. Kontaminasi Luka

Tehnik pembalutan yang tidak adekuat, bila terlalu kecil

memungkinkan invasi dan kontaminasi bakteri jika terlalu

kencang dapat mengurangi suplay oksigen yang membawa

nutrisi dan oksigen.

2. Edema

Penurunan suplay oksigen melalui gerakan meningkat

tekanan intersisial pada pembuluh darah. Hemoragi Akumulasi

darah menciptakan ruang rugi sel-sel mati yang harus

disingkirkan.

b. Faktor Umum

1. Usia

Makin tua pasien,makin kurang lentur jaringan.

2. Nutrisi

Pada penyembuhan luka kebutuhan luka akan nutrisi

meningkat seiring dengan stress fisiologis yang menyebabkan


defisiensi protein, nutrisi yang kurang dapat menghambat

sintesi kolagen dan terjadi penurunan fungsi leokosit.

3. Obesitas

Pada pasien obesitas jaringan adipose biasanya

mengalami avaskuler sehingga mekanisme pertahanan

terhadap mikroba sangat lemah dan mengganggu suplay nutrisi

kearah luka, akibatnya penyembuhan luka menjadi lambat.

4. Medikasi

Pada beberapa obat dapat mempengaruhi penyembuhan

luka, seperti steroid, anti koagulan, anti biotic spectrum luas.

c. Faktor lokal

1. Sifat injuri

Kedalaman luka dan luas jaringan yang rusak

mempengaruhi penyembuhan luka, bahkan bentuk luka.

2. Adanya infeksi

Jika pada luka terdapat kuman pathogen penyebab infeksi,

maka penyembuhan luka menjadi lambat.

3. Lingkungan setempat

Dengan adanya drainase pada luka. pH yang harusnya

antara 7,0 sampai 7,6 menjadi berubah sehingga

mempengaruhi penyembuhan luka. Selain itu, adanya tekanan

pada area luka dapat mempengaruhi sirkulasi daerah pada

daerah luka.
1. Indikator Pemulihan Pasca Sectio Caesarea dengan

Mobilisasi dini

Pada hari ke tiga sampai kelima setelah operasi ibu

diperbolehkan pulang kerumah apabila tidak terjadi

komplikasi. Perkembangan kesembuhan ibu pasca sectio

carsarea dapat dilihat dari hari kehari. Hari kedua setelah

operasi ibu berusaha buang air kecil sendiri tanpa bantuan

kateter, dan melakukannya dikamar mandi dengan dibantu

suami atau keluarga. Hari ketiga umumnya inu baru akan

buang air besar, dimana saat awal setelah persalinan ibu

mengalami sembelit. Pada hari ke empat lochea pada ibu

pasca operasi normalnya 2x ganti doek/hari, perubahan ini

menunjukkan bahwa rahim berkontraksi yaitu mengalami

proses untuk kembali ke kondisi dan ukuran yang normal.

Pada hari kelima fundus uteri berada pada pertengahan

pusat simfisis dan hari ketujuh setelah operasi luka bekas

sayatan mengering (Kasdu, 2005).

2. Perawatan luka

Luka insisi diinspeksikan setiap hari, sehingga

pembalut yang relatif ringan tampak banyak plester sangat

menguntungkan. Secara normal jahitan kulit diangkat pada

hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat pada hari


ketiga post partum pasien sudah dapat mandi tanpa

membahayakan luka insisi.

Perawatan persalinan sectio caesarea meliputi

perawatan luka insisi, diet, mobilisasi dini, aspek kontrol

ulang, aktivitas seksual paska melahirkan, dan involusi

uterus. Perawatan pertama selesai operasi adalah

pembalutan luka dengan baik, sebelum penderita

dipindahkan dari kamar operasi (Ismail, 2008).

Perawatan luka insisi diperiksa setiap hari dan jahitan

kulit atau kelp diangkat pada hari ke empat setelah

pembedahan. Pada hari ketiga port partum, mandi dengan

pancuran tidak membahayakan insisi. Jaringan subkutis

yang tebal (lebih dari 3 cm) merupakan faktor resiko untuk

infeksi luka operasi (Ismail, 2008).

3. Cara merawat bekas sayatan operasi

Menurut Kasdu (2005) merawat bekas sayatan

biasanya benang operasi terserap secara otomatis.

Beberapa cara merawat bekas sayatan operasi sebagai

berikut:

a. Bagi ibu yang sudah bisa mandi tanpa diseka, sebaiknya

mandi dengan shower atau mandi bersiram, kalau ingin

mandi bersiram, kalau ingin mandi di Bath up bersihkan

tempat mandi sebelum dan setelah digunakan.


b. Setelah mandi segera keringkan bekas sayatan tersebut

dengan handuk yang lembut, kertas, tisu atau kapas.

c. Jangan memakai celana dalam yang pendek (jenis bikini)

karena celana seperti ini akan menekan bekas sayatan

sehingga akan terasa sakit.

d. Kalau bekas sayatan menjadi bengkak kemerahan dan

terasa sakit segera periksa ke dokter karena tanda-tanda

ini menunjukkan terjadinya infeksi.

4. Pemberian cairan

Pasien dengan masalah perawatan kesehatan yang

memerlukan intervensi pembedahan biasanya menjalani

prosedur pembedahan yang mencakup pemberian anestesi

lokal, regional atau umum. Perkembangan preparat

anastesik, akhir-akhir ini telah difokuskan pada obat-obatan

kerja singkat dan pemulihan yang lebih cepat. Anestesi

secara umum sering dapat menimbulkan mual dan muntah

pada saat digunakan, yang kemudian menimbulkan

komplikasi yang serius dan bersifat fatal, sehingga perawat

menyampaikan kepada pasien untuk berpuasa sebelum

operasi. Hal ini dilakukan untuk menghentikan semua

asupan oral hingga 4 jam dan makanan padat antara 2

sampai 6 jam sebelum operasi. Karena 24 jam pertama

penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan peri


infus, harus cukup banyak dan mengandung elektrolit yang

diperlukan, agar jangan terjadi hipertermia, dehidrasi dan

komplikasi pada organ-organ tubuh. Cairan tubuh yang

diberikan biasanya dektrosa 5% gram fisioligis dan ringer

laktat secara bergantian. Jumlah tetesan tergantung pada

keadaan dan kebutuhan, biasanya 20n tetes permenit,

jumlah cairan yang keluar ditampung dan diukur, hal ini

dapat dipakai sebagai pedoman pemberian cairan (Perry dan

Potter, 2005).

E. Pengeluaran Lokhea

Lokhea adalah cairan yang dikeluarkan uetrus melalui vagina

dalam masa nifas sifat lokhea alkalis, jumlah lebih banyak dari

pengeluaran dan lendir waktu menstruasi dan berbau anyir (cairan ini

berasal dari tempat melekatnya plasenta). Lokhea dibagi dalam

beberapa jenis (Saleha, 2009) :

a. Lokhea rubra

Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel

desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium selama 2 hari

pasca persalinan.

b. Lokhea sanguinolenta

Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7

pasca persalinan.
c. Lokhea serosa

Bewarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14

hari pasca persalinan.

d. Lokhea alba

Cairan putih, setelah 2 minggu.

e. Lokhea purulenta

Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

f. Lochiostasis

Lokhea tidak lancar keluarnya, apabila pengeluaran lokhea

lebih lama dari pada yang disebabkan kemungkinan adanya :

1) Tertinggalnya plasenta atau selaput janin karena kontraksi uterus

yang kurang baik.

2) Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lokhea rubra lebih

banyak karena kontraksi uterus dengan cepat.

3) Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik sehingga

lebih lama mengeluarkan lokhea dan lokhea berbau anyir atau

amis.

Bila lokhea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut

bagian bawah kemungkinan diagnosisnya adalah metrisis. Metritis

adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu

penyebab tersebar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau

kurang adekuat dapat menjadi abseb pelvik, peritonitis, syok septik

(Saleha, 2009).
F. Landasan Teori

Menurut Kasdu (2005), mobilisasi akan membantu memperoleh

kekuatan, mempercepat kesembuhan postpartum SC dan

memudahkan kerja usus besar serta kandung kemih. Dengan adanya

mobilisasi secara langsung berdampak pada akselerasi proses

penyembuhan post partum hasil penulisan yang dilakukan oleh

Manuaba (2003) menyebutkan bahwa ibu post sectio caesarea yang

melakukan mobilisasi dini dapat mempercepat proses penyembuhan

luka. Mobilisasi dini dilakukan oleh ibu post sectio, baik yang

mengalami persalinan normal maupun persalinan dengan tindakan dan

mempunyai variasi tergantung pada keadaan umum, jenis persalinan

atau tindakan persalinan. Adapun manfaat dari mobilisasi dini antara

lain dapat mempercepat proses pengeluaran lokhea dan membantu

proses penyembuhan luka.

Bobak, dkk., (2004) menjelaskan mobilisasi dini sangat

bermanfaat untuk melancarkan sirkulasi, trombosit. Sebagian besar ibu

pasca Sectio Caesarea dapat melakukan mobilisasi dini setelah efek-

efek obat-obatan yang diberi saat melahirkan telah hilang aktifitas

tersebut sangat berguna bagi semua sistem tubuh paru terutama bagi

fundus usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru. Hal tersebut juga

membantu mencegah pembekuan (trombosit) pada pembuluh. Banyak

manfaat melakukan mobilisasi dini yang telah dikonfirmasikan oleh

sejumlah penulis, para wanita, menyatakan bahwa mereka merasa


lebih baik dan kuat setelah melakukan mobilisasi dini dan komplikasi

kandung kemih dan konstifasi jarang terjadi.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mulyani (2007) dengan

judul hubungan mobilisasi dini pada ibu post SC (Sectio caesarea)

dengan proses penyembuhan luka operasi diruang kebidanan Rsudam

provinsi lampung dengan hasil penelitian tidak ada hubungan secara

statistik antara mobilisasi dini post operasi dengan penyembuhan luka

(p < 0,05).

G. Kerangka Teori

Faktor Luka
 Kontaminasi luka
 Edema

Faktor Umum
 Usia Penyembuhan Luka
 Nutrisi Operasi Sectio
 Mobilisasi Dini Caesarea
 Obesitas
 Medikasi

Faktor Lokal
 Sifat injuri
 Adanya infeksi
 Lingkungan setempat

Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Johnson & Taylor, (2005)


H. Kerangka Konsep

Proses Penyembuhan
Mobilisasi
Luka Operasi Sectio
Dini
Caesarea
Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Keterangan :

Variabel Bebas : Mobilisasi dini

Variabel Terikat : Proses penyembuhan luka operasi sectio caesarea

I. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ho : Tidak ada hubungan antara mobilisasi dini post sectio caesarea

(SC) dengan proses penyembuhan luka operasi.

Ha : Ada hubungan antara mobilisasi dini post sectio caesarea (SC)

dengan proses penyembuhan luka operasi.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik dengan desain pendekatan cross

sectional, yaitu untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini post sectio

caesarea (SC) dengan proses penyembuhan luka operasi di ruang

nifas Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2018.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di ruang nifas Rumah Sakit

Umum Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2018.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada Bulan april sampai juni 2018

di ruang nifas Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

di teliti. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua

ibu post partum dengan tindakan SC di ruang nifas Rumah Sakit

Umum Dewi Sartika Kota Kendari, bulan November sampai

desember tahun 2017 yaitu 82 orang.


2. Sampel

Menurut notoatmodjo (2010), Sampel adalah objek yang diteliti

dan dianggap mwakili seluru populasi. Dalam mengambil sampel

penelitian ini digunakan cara atau teknik-teknik tertentu sehingga

sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya

a. Responden

Responden dalam penelitian ini adalah semua ibu post SC

diruang nifas RSU dewi sartika dengan jumlah populasi kecil

atau lebih kecil dari 10.000, maka digunakan rumus sebagai

berikut :

n= (

keterangan :

N = besar populasi

n = besar sampel

d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

Rumus :

n = 82 = 82 = 82 = 68
1 + 82 (0, 052) 1 + 82 ( 0,0025) 1,21

D. Definisi Operasional dan Krite ria Objektif

1. Mobilisasi dini adalah suatu gerakan fisik yang di lakukan lebih awal

secara bertahap pada pasien post operasi section caesaria dalam

waktu kurang dari 6 jam setelah sadar dari anastesi dengan miring
kanan dan kiri berlanjut secara bertahap dan sampai pasien bisa

berjalan sendiri tanpa bantuan (Johnson & Taylor, 2005).

Kriteria objektif :

a. Dinilai cepat apa bila ibu melakukan 3 sampai 5 gerakan kurang

dari 6 sampai 8 jam.

b. Dinilai lambat apabila ibu melakukan 3 sampai 5 gerakan lebih

dari 8 jam.

Alat Ukur : Koesioner

Skala : Ordinal

2. Proses penyembuhan luka operasi sectio caesarea adalah saat yang

di harapkan untuk penyatuan kembali jaringan dan kesembuhan

jaringan setelah dilakukan pembedahan dengan tujuan

memanimalkan waktu kesembuhan menjadi cepat dalam waktu

kurang dari 7 hari dalam hitungan 24 jam penuh sampai fase

proliferasi yang di tandai dengan kemerahan jaringan, permukaan

berbenjol halus, penyatuan jaringan, tidak adanya pus, ketegangan

otot, epitelisasi, penutupan jaringan.

Kriteria objektif :

a. Dinilai cepat apabila waktu kesembuhan luka fase prolifersi kurang

dari atau sama dengan 5 hari.

b. Dinilai lambat apabila waktu kesembuhan luka fase proliferasi

lebih dari 5 hari.

Alat Ukur : Koesioner


Skala : Ordinal

E. Instrument Penelitian

Instrument yang di lakukan untuk mendukung penelitian ini

adalah kuesioner terdiri 5 soal tentang mobilisasi dini, 1 soal tentang

penyembuhan luka, berbentuk pilihan silang (X) dengan skor 1 bila

jawaban benar dan 0 bila jawaban salah


F. Alur Penelitian

. Setelah Mendapat Surat Izin Dari Kampus, Peneliti Melaksanakan


Studi Pendahuluan Dengan Tujuan Mencari Permasalahan Yang
Muncul Berkaitan Tentang Mobilisasi Dini Dan Proses Penyembuhan
Luka Operasi Setio Caesaria

Pengumpulan data akan dilakukan oleh peneliti sendiri

Data diperoleh dengan membakikan kuesioner kepada responden


dan dilakukan pengisian kuesioner

Peneliti mengecek kembali kelengkapan kuesioner yang telah diisi


oleh repsponden dan apa bila ada jawaban yang belum lengkap
makah peneliti meminta responden melengkapinya makah

Pengelolaan data

Analisa Data

Pengelolaan data

Gambar 3. Alur penelitian


G. Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer di peroleh langsung di lokasi penelitian mengenai

hubungan mobilisasi dini pada ibu post partum SC terhadap

penyembuhan luka yang di peroleh langsung melalui angket

responden dengan menggunakan koesioner.

2. Data sekunder

Data sekunder di peroleh dari bidan yang bertugas di ruang

nifas Rumah Sakit Umum Dewi Sartika dan berbagai revisi dari buku

perpustakaan yang berhubungan dengan penelitian ini.

G. Pengolahan Data

1. Pengolahan data

Pegolahan data adalah proses penataan data karena hasil

pengumpulan merupakan data yang belum sempurna, pengolahan

data ini di gunakan yang belum sempurna dapat di organisir, di

sajikan dan di analisa sehingga dapat di tarik kesimpulan. Adapun

dalam pengolahan data tersebut meliputi langkah-langkah sebagai

berikut :

a. Editing

Adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang di

peroleh atau di kumpulkan.


b. Coding

Adalah merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

c. Transfering

Dimana data yang di beri kode di susun secara berturut turut dari

responden pertama sampai respoden terakhir untuk di masukkan

kedalam tabel.

d. Tabulating

Yaitu data yang di perolah dari hasil kuesioner yang telah di olah

dan di pindahkan ke dalam table untuk masing masing table dan

untuk masing masing variable (Hidayat, 2009).

H. Teknis Analisis Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisa yang digunakan dengan

menjabarkan secara deskriptif untuk melihat variabel yang diteliti,

baik variabel dependen maupun independen. Data dikumpulkan

dalam bentuk kuesioner, jawaban tersebut diberi skor nilai, kemudian

semua variabel ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

terdiri dari nilai presentase dengan rumus (Budiarto, 2002).

Perhitungan persentase tiap kategori dilakukan rumus sebagai

berikut : = 100%

Keterangan: = Angka Persentase


= Frekuensi yang di cari persentasinya

= Jumlah seluruh responden

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel bebas

diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang

digunakan adalah hasil tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa

dilakukan analisa statistik dengan uji Chi-square test (x) pada tingkat

kemaknaan 95% ( p. Value < 0,05). Sehingga dapat diketahui

perbedaan tidaknya yang bermakna secara statistik, dengan

menggunakan program khusus SPSS for windows.

( − ℎ)
=

Keterangan:

= chi kuadrat

= frekuensi yang diperoleh berdasarkan data

ℎ = frekuensi yang diharapkan

Melalui perhitungan Chis-Square selanjutnya ditarik suatu

kesimpulan, bila nilai P lebih kecil dari nilai α (0,05), maka Ho ditolak

dan Ha diterima, yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara

variabel terikat dengan variabel bebas.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambar Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

RSU Dewi Sartika Kendari terletak di jalan Kapten Piere

Tandean No. 118 Kecamatan Baruga Kota Kendari ibu kota provinsi

Sulawesi Tenggara. Lokasi ini sangat strategis karena berada di

tengah tengah lingkungan pemukiman penduduk dan mudah di

jangkau dengan kendaraan umum karena berada disisi jalan raya

dengan batas batas sebagai berikut :

a. sebelah utara : perumahan penduduk

b. sebelah selatan : jalan raya Kapten Piare Tandean

c. sebelah timur : perumahan penduduk

d. sebelah barat : perumahan penduduk

2. Lingkungan Fisik

Rumah Sakit Dewi Sartika Kendari berdiri di atas tanah seluas

1.624. RSU Dewi sartika kendari selama kurun waktu 5 tahun sejak

berdirinya tahun 2009 sampai dengan tahun 2017, telah melakukan

pengembangan fisik bangunan sebanyak 2 kali sebagai bukti

keseriusan untuk berbenah dan memberikan pelayanan yang prima

kepada masyarakat khususnya masyarakat Kota Kendari.


3. Status

RSU Dewi Sartika Kendari yang mulai di bangun/didirikan tahun

2009 dengan izin operasional sementara dari Walikota Kendari No

56/IZN/XI2010/001 tanggal 5 november 2010, maka rumah sakit ini

resmi berfungsi dan melakukan kegiatan kegiatan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat pencari jasa kesehatan di bawah

naungan Yayasan Widya Ananda Nugraha Kendari telah ditetapkan

oleh Kementerian Kesehatan RI menjadi rumh sakit tipe D.

4. Organisasi dan Manajemen

Pemimpin RSU Dewi Sartika Kendari disebut direktur. Direktur

dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab penuh kepada

pemilik rumah sakit dalam hal ketua Yayasan Widya Ananda Nugraha

dan di bantu oleh tata usaha dan 4 (empat) orang kepala bidang

pelayanan medic kepala bidang keuangan dan klaim, kepala bidang

pelayanan medic, kepala bidang penunjang

5. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari

Tugas pokok RSU Dewi Sartika Kendari adalah melakukan

upaya kesehatan secara efisien dan efektif dengan mengupayakan

penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan

terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta

melaksanakan upaya rujukan.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut diatas

RSU Dewi Sartika Kendari mempunyai fungsi :


a. menyelanggarakan pelayanan medik

b. menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan

c. menyelenggarakan pelayanan penunjang medic

d. menyelenggarakan pendidikn dan pelatihan

e. menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan

6. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana RSU Dewi Sartika Kendari adalah sebagai

berikut :

a) IGD, poliklinik spesialis, ruangan perawatan kelas 1, kelas II, kelas

III dengan fasilitasnya

b) Listrik dari PLN tersedia 5500 watt di bantu dengan 1 unit genset

sebagai cadangan

c) Air yang di gunakan di RSU dewi sartika kendari adalah air dari

sumur bor yang di tamping dalam reservoir dan berfungsi 24 jam

d) Sarana komonikasi berupa telepon, fax dan dilengkapi dengan

fasilitas internet (wifi)

e) Alat pemadam kebakaran

f) Pembangunan limbah

g) Untuk sampah di sediakan tempat sampah di setiap ruangan dan

juga di luar ruangan, sampah akhirnya di buang ketempat

pembuangan sementra (2 bak sampah) sebelum di angkat oleh

mobil pengangkut sampah.


h) Untuk limbah cair di tiap tiap ruangan di sediakan kamar mandi

dan wc dengan septic tank serta saluran pembuangan limbah

i) Pagar seluruh areal rumah sakit terbuat dari tembok

7. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di RSU Dewi Sartika Kendari

adalah sebagai berikut :

a) pelayanan medis

b) Instalasi gawat darurat

c) Instalasi rawat jalan antara lain :

1) Poliklinik obgyn

2) Poli klinik umum

3) Poli klinik penyakit dalam

8. Fasilitas Tempat Tidur

Jumlah tempat tidur yang di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

adalah sebanyak 79 buah tempat tidur dalam beberapa kelas

perawatan yakni sebagai berikut :

Tabel 4.1. Jumlah tempat tidur RSU Dewi Sartika Kendari 2017

No Jenis ruangan Jumlah Keterangan


1. 2 3 4
1. Kelas 1 11
2. Kelas 2 13
3 Kelas 3/bangsal/ internal 55
Jumlah 79 -
Sumber : data primer.
9. Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber daya manusia RSU Dewi Sartika Kendari berjumlah 83

terdiri dari (17 : partime, 66 : ful time), dengan spesifikasi pendidikan

sebagai berikut :

Tabel 4.2. Jumlah SDM RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2017

Jenis
NO Jenis Tenaga Status ketenagaan
kelamin
Tidak
Tenaga medis Tetap L P
tetap
Dokter Spesialis Obgyn 1 - -
Dokter Spesialis Bedah 2 - -
Dokter Spesialis Interna 1 1 1
DokterSpesialisAnastesi 1 - -
Dokter Spesialis Pk 1 - 1
1 Dokter Spesialis Anak 2 - -
DokterSpesialis Radiologi 1 - -
Dokter Spesialis Mata - - -
Dokter Spesialis Jantung - -
Dokter Gigi Anak 2 1 2
Dokter Umum 1 - -
Paramedis
Keperawatan/Ners 7 1
D. IV Kebidanan 3 -
DIII Kebidanan 1 -
DIII Keperawatan 2 -
enaga Kesehatan
Lain
Master Kesehatan - -
SKM 1 -
Apoteker 1 -
D-III Farmasi 2 -
S.I Gizi 1 -
D-III Kesling
1 -
(Sanitasi)
Analis Kesehatan 1 -
Non Medis -
D-II Keuangan 1 -
D-III Komputer 7 -
STLA/SMA/SMU 1 -
Sumber : data primer.

10. Sumber Pembiayaan

Sumber pembiayaan RSU Dewi Sartika Kendari Berasal dari :

a) Pengelolaan rumah sakit, dam

b) Yaysasan Widya Ananda Nugraha Kendari

B. Hasil penelitian

1. Analisis Univariat

Berikut ini distribusi responden berdasarkan mobilisasi dini dan

penyembuhan luka :

a. Mobilisasi dini

Tabel : 4.3. Distribusi Frekuensi Mobilisasi Dini Pada Ibu Post SC


Di Ruangan Nifas RSU Dewi Sartika Tahun 2018
Mobililasi Dini Frekuensi (n) Persentase (%) Total
Cepat 43 63,2 100℅
Lambat 25 36,8
Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa dari 68

responden mayoritas melakukan mobilisasi dini cepat yaitu

sebanyak 43 orang (63,2%).


b. Penyembuhan Luka

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Penyembuhan Luka Pada Ibu Post


SC Diruangan nifas rumah sakit RSU Dewi Sartika
Penyembuhan Luka Frekuensi (n) Presentase (%) Total
Cepat 40 58,8
100℅
Lambat 28 41,2
Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa dari 68

responden mayoritas yang penyembuhan lukanya cepat yaitu

sebanyak 40 0rang (58,8 %)

2. Analisis Bivariate

Analisis bivariate ini akan digunakan untuk mengetahui

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Analisis yang

digunakan adalah Chi-Square Test (Uji Chi Kuadrat) dengan

confidence interval (CI) 95% dan tingkat kemaknaan ρ<0,05.

Tabel 4.6. Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Sectio Caesarea
terhadap Penyembuhan Luka di Ruang Nifas RSU Dewi
Sartika tahun 2018
Variabel
Penyembuhan Luka
Mobilisasi Dini
Lambat Cepat N ρvalue

N % n %
Lambat 3 10,7 25 89,3 28
Cepat 0 100 40 0 40 0,000
Total 43 63,2 25 36,8 68
Berdasarkan tabel 4.6. diatas diketahui bahwa dari 68

responden yang penyembuhan luka lambat dan mobilisasi dini

lambat sebanyak 3 responden (10,7%) serta untuk penyembuhan

luka lambat dan mobilisasi dini cepat sebanyak 25 responden

(89,3%). Sedangkan responden yang penyembuhan luka cepat dan


mobilisasi dini lambat sebanyak 40 responden (100%) serta untuk

penyembuhan luka cepat dan mobilisasi dini cepat sebanyak 0

responden (0%).

Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi Square diperoleh

hasil dimana pada taraf signifikan α = 0,05, df = 1, nilai ρ value = 0,000

(0,000 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti ada

hubungan antara mobilisasi dini post SC dengan proses

penyembuhan luka.

C. Pembahasan

1. Hubungan Mobilisasi Dini Post SC Dengan Proses

Penyembuhan Luka

Hasil penelitian di Rumah Sakit Dewi Sartika menunjukkan

bahwa 68 responden yang penyembuhan luka lambat dan mobilisasi

dini lambat sebanyak 3 responden (10,7%) serta untuk

penyembuhan luka lambat dan mobilisasi dini cepat sebanyak 25

responden (89,3%). Sedangkan responden yang penyembuhan luka

cepat dan mobilisasi dini lambat sebanyak 40 responden (100%)

serta untuk penyembuhan luka cepat dan mobilisasi dini cepat

sebanyak 0 responden (0%).

Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi Square diperoleh

hasil dimana pada taraf signifikan α = 0,05, df = 1, nilai ρ value = 0,000

(0,000 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti ada


hubungan mobilisasi dini post sc dengan proses penyembuhan luka

Hasil penelitian ini sejalan dengan Zahrati Fauzi (2013) yang

menyatakan bahwa ada hubungan mobilisasi dini dengan

penyembuhan luka (ρvalue = 0,005 ). Hal tersebut juga sesuai dengan

Sri Mahmuda Salama (2015) yang menyatakan ada hubungan

mobilisasi dini dengan pemulihan luka post sc (ρvalue = 0,006).

Mobilisasi dini merupakan suatu tindakan rehabilitative

(pemulihan) yang dilakukan setelah pasien sadar dari pengaruh

anestesi dan sesudah operasi. Mobilisasi berguna untuk membantu

dalam jalannya penyembuhan luka. Mobilisasi atau bergerak adalah

kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dengan

menggunakan koordinasi sistem saraf dan muskuloskeletal (Sarwono,

2008). Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam

mempercepat pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi

pasca bedah. Banyak keuntungan bisa diraih dari latihan ditempat tidur

dan berjalan pada periode dini pasca bedah. Mobilisasi akan sangat

berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung

kemih, sirkulasi dan paru-paru. Hal tersebut juga membantu mencegah

pembentukan bekuan darah (trombosis) pada pembuluh darah tungkai

dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi

peran sehat dan tidak tergantung namun sebagian pasien enggan

untuk melakukan mobilisasi dini setelah beberapa jam melahirkan

(Hamilton, 2005).
Konsep mobilisasi dini mula-mula berasal dari ambulasi dini

yang merupakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap

mobilisasi sebelumnya untuk mencegah komplikasi (Roper, 1996).

Sedangkan mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas

mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan

membimbingnya selekas mungkin berjalan (Soelaiman, 2003).

Mobilisasi pasca SC adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya

kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan

dengan SC (Reeder, 2011).

Latihan mobilisasi bermanfaat untuk mempercepat

kesembuhan luka, melancarkan pengeluaran lochea, mencegah

terjadinya trombosis dan tromboemboli, sirkulasi darah normal dan

mempercepat pemulihan kekuatan ibu. Pada ibu post partum

diharapkan tidak perlu khawatir dengan adanya jahitan karena

mobilisasi dini baik buat jahitan, agar tidak terjadi pembengkakan

akibat tersumbatnya pembuluh darah dan untuk ibu post partum

dengan operasi sesar dalam melakukan mobilisasinya lebih lamban

dan perlu mencermati serta memahami bahwa mobilisasi dini jangan

dilakukan apabila kondisi ibu postpartum masih lemah atau memiliki

penyakit jantung, tetapi mobilisasi yang terlambat dilakukan bisa

menyebabkan gangguan fungsi organ tubuh, aliran darahtersumbat,

serta fungsi otot. Salah satu solusi yaitu dengan memberikan

mobilisasi dini selama 2-4 jam dan 6-8 jam untuk mempercepat
kesembuhan luka perineum grade 2 pada ibu post partum (Hamilton,

2008).
BAB V
Kesimupulan dan saran

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasaan dalam hubungan

mobilisasi dini post sectio ceasarea dengan proses penyembuhan luka

maka peneliti menyimpulkan bahwa Hasil penelitian di Rumah Sakit

Dewi Sartika Maka peneliti menyimpulkan

1. Mobilisasi dini merupakan suatu tindakan rehabilitative

(pemulihan) yang dilakukan setelah pasien sadar dari pengaruh

anestesi dan sesudah operasi. Sebanyak 68 ibu melakukan

operasi sectio caesarea di Rumah sakit umum dewi sartika kota

kendari, 40 di antaranya melakukan mobilisasi dini cepat dan

penyembuhan lukanya juga cepat sedangkan 25 lainnya tidak

melakukan mobilisasi dini dan penyembuhan lukanya lambat.

2. Ada 4 fase penyembuhan luka, hemostasis, inflamasi, prolifeasi,

maturasi Perawatan persalinan sectio caesarea meliputi

perawatan luka insisi, diet, mobilisasi dini, aspek kontrol ulang,

aktivitas seksual paska melahirkan, dan involusi uterus.

Perawatan pertama selesai operasi adalah pembalutan luka

dengan baik, sebelum penderita dipindahkan dari kamar operasi.

3. Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam

mempercepat pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah

komplikasi pasca bedah. Banyak keuntungan bisa diraih dari


latihan ditempat tidur dan berjalan pada periode dini pasca

bedah. Mobilisasi akan sangat berguna bagi semua sistem

tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-

paru. Hal tersebut juga membantu mencegah pembentukan

bekuan darah (trombosis) pada pembuluh darah tungkai dan

membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit

menjadi peran sehat dan tidak tergantung namun sebagian

pasien enggan untuk melakukan mobilisasi dini setelah

beberapa jam melahirkan Latihan mobilisasi bermanfaat untuk

mempercepat kesembuhan luka, melancarkan pengeluaran

lochea, mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli,

sirkulasi darah normal dan mempercepat pemulihan kekuatan

ibu. Pada ibu post partum diharapkan tidak perlu khawatir

dengan adanya jahitan karena mobilisasi dini baik buat jahitan,

agar tidak terjadi pembengkakan akibat tersumbatnya pembuluh

darah.

4. Analisis statistik Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi

Square diperoleh hasil dimana pada taraf signifikan α = 0,05, df

= 1, nilai ρvalue = 0,000 (0,000 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha

diterima, berarti ada hubungan mobilisasi dini post sc dengan

proses penyembuhan luka menunjukkan bahwa Hasil penelitian

ini sejalan dengan Zahrati Fauzi (2013) yang menyatakan bahwa

ada hubungan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka (ρ value =


0,005 ). Hal tersebut juga sesuai dengan Sri Mahmuda Salama

(20175) yang menyatakan ada hubungan mobilisasi dini dengan

pemulihan luka post sc (ρvalue = 0,005).

B. Saran

1. Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya RSU Dewi

Sartika kota kendari dapat menerapkan mobilisasi dini pada ibu

post Sectio caesarea agar pasien tidak merasa takut untuk

melakukan mobilisasi dini.

2. Di harapkan bagi ibu post sectio caesarea agar lebih berani

untuk melakukan mobilisasi dini dan mencari tahu infomasi

tentang pentingnya mobilisasi dini untuk menyembuhkan proses

luka operasi.

3. Diharapkan kepada para mahasiswa khususnya peneliti dapat

mengaplikasikan ilmu yang di peroleh selama pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, D., 2012, Psikologis Kebidanan, Salemba, Jakarta.

Aliahani, 2010, Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Postpartum dengan


SC (Sectio Caesarea) Terhadap Proses Percepatan Pemulihan
Postpartum di Ruang Kebidanan Rsudza Banda Aceh, Skripsi,
Banda Aceh.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan : Laporan Hasil Riset


Kesehatan Dasar (RISKESDAS), 2013, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.

Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas


Edisi 4, EGC, Jakarta.

Bryanton, J., Gagnon, A., Johnston, C. & Hatem, M., 2008, Predictors of
Women’s Perceptions of the Childbirth Experience. Journal Obstetric
Gynecologic & Neonatal Nursing, 37 : 24–34

Budiarto, E., 2002, Biostatika Untuk Kedokteran dan Kesehatan


Masyarakat, EGC, Jakarta.

DEPKES, Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu, Di unduh


dari:http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downl
oads/2013/01/Factsheet_Upaya-PP-AKI.pdf Diakses 19 januari
2018.

Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara, 2008, Profil Kesehatan Propinsi


Sulawesi Tenggara, Kendari.

Farrer, H., 2006, Perawatan Maternitas, EGC, Jakarta.

Fitriyahsari, 2009, Kebutuhan Dasar Manusia, EGC, Jakarta.

Green, C.J and J.M. Wilkinson, 2012, Rencana Asuhan Keperawatan


Maternal & Bayi Baru Lahir, EGC, Jakarta.
Hamilton, P., 2005, Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta.

Handiani, 2009, Hubungan Mobilisasi Dini dengan Pemulihan Luka Post


Sectio Caesarea di Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul,
Skripsi, Yogyakarta.

Hidayat, A.A., 2009, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis


Data, Salemba Medika, Jakarta.

Ismail. 2008. Luka dan Perawatan. (http://www.images.mailmkes.multipy.


com diakses tanggal 5 Januari 2018).

Johnson, R., dan Taylor, W., 2005, Buku Ajar Praktik Kebidanan, EGC,
Jakarta.

Karundeng, M., Sumelung, V., dan Kundre, R., 2014, Faktor-Faktor Yang
Berperan Meningkatnya Angka Kejadian Sectio Caesarea Di Rumah
Sakit Umum Daerah Liun Kendage Tahuna Manado, Ejournal
keperawatan (e-Kp), 2 (1)

Kasdu, D., 2005, Operasi Caesarea Masalah dan Solusinya, Puspa


Swara, Jakarta.

Manuaba, 2003, Kepanitraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, EGC,


Jakarta.

Mitayani, 2009, Asuhan Keperawatan Maternitas, Salemba Medika,


Jakarta.

Mulyani, S., 2007, Asuhan Keperawatan Pada Ny. H Post Sectio Caesaria
Indikasi Partus Tak Maju Di Ruang Mawar I Rsud Dr. Moewardi
Surakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Nurlaela, S., 2008, Analisis Faktor Risiko Kematian Ibu, Universitas


Jenderal Soedirman.
Potter dan Perry, 2005, Buku Ajar fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik Edisi 4, EGC, Jakarta.

Reeder, Martin, dan Koniak-Griffin. 2012, Keperawatan Maternitas


Kesehatan Wanita, Bayi dan Keluarga Edisi 18, EGC, Jakarta.

Reeder, S.J., Martin, L.L., dan Griffin, D.K., 2011, Keperawatan Maternitas
Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga, EGC, Jakarta.

Roper, N., 1996, Prinsip-prinsip Keperawatan, Yayasan Essentia Medica,


Yogyakarta.

Saleha S..2009, Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, Salemba, Jakarta.

Sarwono, P., 2008, Ilmu Kebidanan, PT Bina Pustaka, Jakarta.

Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2011, Dasar-dasar Metodologi


Penelitian Klinis, Binarupa Aksara, Jakarta.

Smeltzer, Suzanne, C., dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar


Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2),
EGC, Jakarta.

Soelaiman, 2000, Mobilisasi Dini Pasca Operasi, Diambil pada tanggal 19


januari 2018 jam 19:00 WITA dari
http://medica.store.com/mobilisasi/pasca/operasi.html

Sunaryo, 2004, Psikologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta.

Syaifuddin, 2009, Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal,


(http://wirnursing.co.id diakses tanggal 5 Januari 2018).

Torloni, M.R. Betrán, A.P., Ye, J., Moller, A.B., Zhang, J., and Gülmezoglu,
A.M., 2014, The Increasing Trend in Caesarean Section Rates:
Global, Regional and National Estimates: 1990-2014, PLoS One.
Vivian D.N. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Salemba. Jakarta.

Winkjosastro. 2006, Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. (http://wirnursing.co.id diakses tanggal 5 Januari 2018).

Wirnata, 2010, Belajar Merawat Di Bangsal Anak, EGC, Jakarta.

World Health Organization (WHO), 2012, Angka Kematian Bayi, WHO,


Amerika.

World Health Organization (WHO), 2014, Angka Kejadian


Sectio Caesarea, WHO, Amerika.
Halminton. 2008. Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONCENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, tidak keberatan


untuk menjadi responden dalam penelitian ini yang dilakukan mahasiswa
poltekkes kemenkes kendari program studi DIV kebidanan, dengan judul
“Hubungan Mobilisasi Dini Post Sectio Caesaria Dengan Proses Penyembuhan
Luka Operasi Di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari
Tahun 2018”

Dengan pernyataan ini, secara sadar dan suka rela serta


tidak ada unsure paksaan dari pihak manapun, semog dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Kendari, April 2018

TTD

RESPONDEN
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN MOBILISASI DINI POST SECTIO CAESARIA DENGAN
PROSES PENYEMBUHAN LUKA OPERASI DI RUANG NIFAS
RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA KOTA
KENDARI TAHUN 2018

Identitas responden No. Resp :

Hari/tanggal :

Nama (inisal) :

Umur :

Alamat :

Pendidikan :

Petunjuk pengisian

1. Bacalah masing-masing pertanyaan dan alternative jawaban

dengan seksama.

2. Pilihlah jawaban dengan cara member tanda silang (X) pada

jawaban yang anda anggap benar, sesuai dengan option yang

telah disediakan.

3. Skor 1 bila jawaban benar, dan skor 0 bila jawaban salah.

Pertanyaan mobilisasi dini


1. Setelah menjalani operasi caesaria (SC), ibu belajar berbaring miring

kiri dan kanan sejak :

a. kurang dari 6-8 jam

b. Lebih dari 8 jam

2. Setelah menjalani operasi caesaria (SC), ibu belajar ibu belajar

menggeser badan dimulai sejak :


a. kurang dari 6-8 jam

b. Lebih dari 8 jam

3. Setelah menjalani operasi caesaria (SC), ibu belajar mengangkat

tangan sejak :

a. kurang dari 6-8 jam

b. Lebih dari 8 jam

4. Setelah menjalani operasi caesaria (SC), ibu belajar mengangkat

kaki dimulai sejak :

a. kurang dari 6-8 jam

b. Lebih dari 8 jam

5. Setelah menjalani operasi caesaria (SC), ibu belajar menekuk lutut di

mulai sejak :

a. kurang dari 6-8 jam

b. Lebih dari 8 jam

Pertanyaan penyembuhan luka


1. Setelah menjalani operasi caesaria (SC), ibu sembu dalam waktu :

a. Kurang dari atau sama dengan 5 hari

b. Lebih dari 5 hari


Lampiran 3

MASTER TABEL PENELITIAN


HUBUNGAN MOBILISASI DINI POST SECTIO CAESARIA DENGAN PROSES PENYEMBUHAN
LUKA OPERASI DI RUANG NIFAS RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA
KOTA KENDARI TAHUN 2018

Total
mobilisasi dini post sectio caesarea
No Nama Umur Score Interprestasi
A1 A2 A3 A4 A5
1 Ny. Y 29 tahun 0 0 0 0 0 0 lambat
2 Ny. I 30 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
3 Ny. R 23 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
4 Ny. S 31 tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
5 Ny. U 29 tahun 1 1 1 1 0 4 cepat
6 Ny. W 30 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
7 Ny. L 22 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
8 Ny. R 27 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
9 Ny. R 23 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
10 Ny. N 21 tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
11 Ny. K 22 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
12 Ny. W 25 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
13 Ny. E 32 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
14 Ny. A 20 tahun 1 0 0 1 0 2 lambat
15 Ny. S 31 tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
16 Ny. S 25 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
17 Ny. M 20 tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
18 Ny. S 28 tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
19 Ny. C 30 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
20 Ny. Y 26 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
21 Ny. S 30 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
22 Ny.A 24 tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
23 Ny. T 26 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
24 Ny. W 26 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
25 Ny. R 23 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
26 Ny. S 30 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
27 Ny. S 29 tahun 1 1 1 1 0 4 cepat
28 Ny. A 20 tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
29 Ny. A 28 tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
30 Ny. L 39 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
31 Ny. Y 22 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
32 Ny. I 18 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
33 Ny. N 25 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
34 Ny. I 27 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
35 Ny. A 21 tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
36 Ny. A 20 tahun 0 0 1 1 0 2 lambat
37 Ny. I 27 Tahun 0 1 1 0 0 2 lambat
38 Ny. R 30 Tahun 0 1 1 0 0 2 lambat
39 NY. T 26 Tahun 0 0 1 1 0 2 lambat
40 NY. R 21 tahun 0 1 1 0 0 2 cepat
41 NY. R 25 Tahun 0 0 1 1 0 2 lambat
42 NY. I 23 Tahun 0 1 1 0 0 2 lambat
43 NY. S 21 tahun 0 0 1 1 0 2 lambat
44 NY. P 25 Tahun 0 1 1 0 0 2 lambat
45 Ny. W 25 Tahun 0 0 1 1 0 2 lambat
46 NY. B 30 Tahun 0 0 1 1 0 2 lambat
47 NY. L 21 tahun 0 1 1 0 0 2 lambat
48 NY. N 25 Tahun 0 1 1 0 0 2 lambat
49 NY. P 23 Tahun 0 0 1 1 0 2 lambat
50 NY. A 21 tahun 0 1 1 0 0 2 lambat
51 NY. D 19 Tahun 0 1 1 0 0 2 lambat
52 NY. L 20 tahun 0 0 1 1 0 2 lambat
53 NY. S 24 tahun 0 1 1 0 0 2 lambat
54 NY. T 19 Tahun 0 0 1 1 0 2 lambat
55 NY. W 22 Tahun 0 1 1 0 0 2 lambat
56 NY. R 22 Tahun 0 1 1 0 0 2 lambat
57 NY. C 23 Tahun 0 1 1 0 0 2 lambat
58 NY. S 25 Tahun 0 1 1 0 0 2 lambat
59 Ny. S 30 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
60 Ny. S 29 tahun 1 1 1 1 0 4 cepat
61 Ny. A 20 tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
62 Ny. A 29 tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
63 Ny. A 28 tahun 1 1 0 0 0 3 cepat
64 Ny. L 39 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
65 Ny. Y 22 Tahun 1 1 0 0 1 4 cepat
66 Ny. I 18 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
67 Ny. N 25 Tahun 1 0 1 1 1 5 cepat
68 Ny. I 27 Tahun 1 1 1 1 1 5 cepat
SPSS Penelitian

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Perce N Perce N Percent
nt nt
Penyembuhan 68 100.0 0 0.0% 68 100.0%
luka Mobilisasi %
dini

Penyembuhan luka * Mobilisasi dini Crosstabulation


Mobilisasi dini Total
Cepat Lamb
at
Penyembuha Lam Count 3 25 28
n luka bat % within 10.7% 89.3% 100.0
Penyembuhan luka %
Cepa Count 40 0 40
t % within 100.0 0.0% 100.0
Penyembuhan luka % %
Total Count 43 25 68
% within 63.2% 36.8% 100.0
Penyembuhan luka %

Chi-Square Tests
Value df Asymptoti Exact Sig. Exact Sig.
c (2-sided) (1-sided)
Significan
ce (2-
sided)
Pearson Chi- 56.47 1 .000
a
Square 8
Continuity 52.70 1 .000
Correctionb 3
Likelihood Ratio 70.37 1 .000
8
Fisher's Exact .000 .000
Test
Linear-by-Linear 55.64 1 .000
Association 8
N of Valid Cases 68
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 10.29.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Value Approxim
ate
Significan
ce
Nominal by Contingency .674 .000
Nominal Coefficient
N of Valid Cases 68
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai