Anda di halaman 1dari 25

SURVEILANS CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID 19)

DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURWAKARTA

Disusun Oleh : Kelompok 1

Ayudita Haryanto Dewanti Permatasari

Bani Muslim Dian Sriwidianti Karsoma

Bobi Ahmad Sahid Helendra Taribuka

Claudia Florencia Ardhinata Gerald Hendriks Langingi

Darrel Allan Mandias Firman Nurdiansah

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN

UNIVERSITAS ADHIRAJASA RESWARA

SANJAYA BANDUNG

2021
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................................5
BAB Il........................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................6
2.1 Tinjauan Pustaka...............................................................................................................6
2.3 Penularan Coronavirus....................................................................................................10
2.4 Surveilans Kesehatan Masyarakat.................................................................................12
BAB III....................................................................................................................................17
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................................17
BAB IV....................................................................................................................................22
4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………..22

4.2 Saran…………………………………………………………………………………….22

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Coronavirus disease 2019 (COVID-19) termasuk dalam penyakit menular yang baru

muncul (new emerging disease). World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa

penyebab penyakit ini merupakan corona virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi

sebelumnya pada manusia yang kemudian disebut dengan Severe Acute Respiratory Syndrome

Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO China Country Office

melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei,

Cina dan pada tanggal 7 Januari 2020, China mengidentifikasi kasus tersebut sebagai jenis baru

coronavirus. Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO menetapkan kejadian tersebut sebagai

Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public Health

Emergency of International Concern (PHEIC) dan pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah

menetapkan COVID-19 sebagai pandemi. Salah satu negara yang juga terdampak COVID-19

yaitu Indonesia dimana kasus pertama dilaporkan pada tanggal 2 Maret 2020. Sampai saat ini

jumlah kasus per 17 November 2021 terdapat 4,25 juta kasus positif dengan 144 ribu kasus

meninggal dan 483 kab/ kota terdampak (Kemenkes RI, 2021).

Sampai saat ini, situasi COVID-19 di tingkat global maupun nasional masih dalam risiko

sangat tinggi. Selama proses vaksinasi masih dalam proses pemberian, dunia dihadapkan pada

kenyataan untuk mempersiapkan diri hidup berdampingan dengan COVID-19. Berdasarkan

kondisi tersebut maka pemerintah mengeluarkan kebijakan pada 31 Maret 2020 yaitu

melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kebijakan ini bertujuan untuk menekan

penyebaran COVID-19. Pembatasan tersebut paling sedikit dilakukan melalui libur sekolah dan

tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, dan/ atau pembatasan kegiatan di tempat umum

atau fasilitas Umum, dan pembatasan perjalanan internasional (Pemerintah Republik Indonesia,

2020); (Kemenkes RI, 2020b). Beberapa daerah di Indonesia sudah melakukan pencabutan

3
PSBB atau sudah memasuki masa PSBB transisi pada Juni dimana kasus COVID-19 masih

terus bertambah terutama di beberapa provinsi. Penanggulangan Pandemi COVID-19 sampai

saat ini masih berlangsung sehingga diperlukan suatu tindakan untuk menemukan kasus

tambahan dan mencegah penyebaran kasus. Adapun kegiatan tersebut dikenal dengan

surveilans (WHO, 2020).

Tujuan untuk dilakukan surveilans yaitu dapat memantau tren penularan COVID-19,

melakukan deteksi cepat pada wilayah tanpa transmisi virus dan monitoring kasus pada wilayah

dengan transmisi virus termasuk pada populasi rentan, memberikan informasi epidemiologi

untuk melakukan penilaian risiko, memberikan informasi epidemiologi sebagai acuan

kesiapsiagaan dan respon penanggulangan serta memberikan evaluasi terhadap dampak

pandemi pada sistem pelayanan kesehatan dan sosial (Kemenkes RI, 2020).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka peneliti merumuskan masalah

penelitian :

a. Apa yang dimaksud dengan surveilans?

b. Apa tujuan kegiatan surveilans epidemologi dalam kasus Covid 19 di Indonesia?

c. Bagaimana definisi operasional covid 19 di Indonesia?

d. Bagaimana Kondisi kasus covid 19 di Indonesia?

e. Bagaimana peran surveilans dalam tracing kontak erat Covid 19?

f. Bagaimana metode pengempulan data surveilans kontak erat Covid 19 di UPTD

Puskesmas ?

g. Bagaimana distribusi data mengenai pencatatan dan pelaporan kasus kontak erat

covid 19 di UPTD Puskesmas?

h. Bagaimana analisa majemen intervensi covid 19 serta pemecahan masalah yang

ditemui dalam sebaran data surveilans tersebut?

4
1.3 Tujuan Penelitian

a. Mengetahui definisi dari surveilans epidemologi.

b. Mengetahui tujuan survailans epidemologi dalam kasus covid 19 di Indonesia.

c. Mengetahui definisi operasional covid 19 di Indonesia.

d. Memahami gambaran Kondisi kasus covid 19 di Indonesia.

e. Mengetahui peran surveilans dalam tracing kontak erat Covid 19.

f. Mengetahui metode pengempulan data surveilans kontak erat Covid 19 di UPTD

Puskesmas.

g. Mengetahui distribusi data mengenai pencatatan dan pelaporan kasus kontak erat

covid 19 di UPTD Puskesmas

h. Mampu memberi analisa majemen intervensi covid 19 serta pemecahan masalah

yang ditemui dalam sebaran data surveilans tersebut,

5
BAB Il

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Surveilans Adalah  Upaya/ Sistem/ Mekanisme Yang Dilakukan Secara Terus

Menerus Dari Suatu Kegiatan Pengumpulan, Analisi, Interpretasi,Dari Suatu Data

Spesifik Yang Digunakan Untuk Perencanaan, Pelaksanaan, Dan Evaluasi Program

( Manajemen Program Kesehatan)

Istilah Surveilans Digunakan Untuk Dua Hal Yang Berbeda.

Pertama, Surveilans Dapat Diartikan Sebagai Pengawasan Secara Terus-Menerus

Terhadap Faktor Penyebab Kejadian Dan Sebaran Penyakit, Dan Yang Berkaitan Dengan

Keadaan Sehat Atau Sakit. Surveilans Ini Meliputi Pengumpulan, Analisis, Penafsiran,

Dan Penyebaran Data Yang Terkait, Dan Dianggap Sangat Berguna Untuk

Penanggulangan Dan Pencegahan Secara Efektif. Definisi Yang Demikian Luas Itu Mirip

Dengan Surveilans Pada Sistem Informasi Kesehatan Rutin, Dan Karena Itu Keduanya

Dapat Dianggap Berperan Bersama-Sama.

Kedua Yaitu Menyangkut Sistem Pelaporan Khusus Yang Diadakan Untuk

Menanggulangi Masalah Kesehatan Utama Atau Penyakit, Misalnya Penyebaran Penyakit

Menahun Suatu Bencana Alam. Sistem Surveilans Ini Sering Dikelola Dalam Jangka

Waktu Yang Terbatas Dan Terintegrasi Secara Erat Dengan Pengelolaan Program

Intervensi Kesehatan. Bila Informasi Tentang Insidens Sangat Dibutuhkan Dengan

Segera, Sedangkan Sistem Informasi Rutin Tidak Dapat Diandalkan Maka Sistem Ini

Dapat Digunakan. (Vaughan, 1993).

6
Menurut WHO : Surveilans Adalah : Pengumpulan, Pengolahan, Analisis Data

Kesehatan Secara Sistematis Dan Terus Menerus, Serta Desiminasi Informasi Tepat

Waktu Kepada Pihak – Pihak Yang Perlu Mengetahui Sehingga Dapat Diambil Tindakan

Yang Tepat.(Last, 2001 Dalam Bhisma Murti, 2003).

Menurut Centers For Disease Control ( Cdc ), 1996. Surveilans Adalah :

Pengumpulan, Analisis Dan Interpretasi Data Kesehatan Secara Sistematis Dan Terus

Menerus,  Yang Diperlukan Untuk Perencanaan, Implementasi Dan Evaluasi Upaya

Kesehatan Masyarakat, Dipadukan Dengan  Desiminasi Data Secara Tepat Waktu

Kepada Pihak – Pihak Yang Perlu Mengetahuinya.

Surveilans Epidemiologi erupakan Kegiatan Pengamatan Terhadap Penyakit Atau

Masalah Kesehatan Serta Faktor Determinannya. Penyakit Dapat Dilihat Dari Perubahan

Sifat Penyakit Atau Perubahan Jumlah Orang Yang Menderita Sakit. Sakit Dapat Berarti

Kondisi Tanpa Gejala Tetapi Telah Terpapar Oleh Kuman Atau Agen Lain, Misalnya

Orang Terpapar Hiv, Terpapar Logam Berat, Radiasi Dsb. Sementara Masalah Kesehatan

Adalah Masalah Yang Berhubungan Dengan Program Kesehatan Lain, Misalnya

Kesehatan Ibu Dan Anak, Status Gizi, Dsb. Faktor Determinan Adalah Kondisi Yang

Mempengaruhi Resiko Terjadinya Penyakit Atau Masalah Kesehatan.

Merupakan Kegiatannya Yang Dilakukan Secara Sistematis Dan Terus Menerus.

Sistematis Melalui Proses Pengumpulan, Pengolahan Data Dan Penyebaran Informasi

Epidemiologi Sesuai Dengan Kaidah-Kaidah Tertentu, Sementara Terus Menerus

Menunjukkan Bahwa Kegiatan Surveilans Epidemiologi Dilakukan Setiap Saat Sehingga

Program Atau Unit Yang Mendapat Dukungan Surveilans Epidemiologi Mendapat

Informasi Epidemiologi Secara Terus Menerus Juga.

Center for Disease Control (CDC) 2020 menyatakan bahwa surveilans kesehatan

masyarakat adalah “pengumpulan, analisis, dan interpretasi data yang berhubungan

7
dengan kesehatan yang berkelanjutan dan sistematis yang penting untuk perencanaan,

implementasi, dan evaluasi praktik kesehatan masyarakat.1

Departemen Kesehatan RI mendefinisikan surveilans merupakan suatu rangkaian

proses pengamatan yang terus menerus, sistematik, dan berkesinambungan dalam

pengumpulan data, analisa, dan intepretasi data kesehatan dalam upaya untuk

menguraikan dan memantau suatu peristiwa kesehatan agar dapat dilakukan

penanggulangan yang efektif dan efisien terhadap masalah kesehatan tersebut.1

Pada dasarnya kedua definisi tersebut mengandung substansi yang sama yaitu

pengamatan yang terus menerus serta sistematis untuk kepentingan penanggulangan.

Surveilans kesehatan masyarakat bertujuan untuk menyediakan dan menafsirkan data

untuk memfasilitasi pencegahan dan pengendalian penyakit. Untuk mencapai tujuan

tersebut, maka surveilans penyakit atau masalah kesehatan lainnya harus memiliki tujuan

yang jelas. Tujuan ini harus mencakup deskripsi yang jelas tentang bagaimana data yang

dikumpulkan, dikonsolidasikan dan dianalisis untuk surveilans akan digunakan untuk

mencegah atau mengendalikan penyakit. Karakteristik kritis surveilans biasanya terlihat

termasuk :1

a. Ketepatan waktu, untuk menerapkan langkah-langkah pengendalian yang efektif

b. Representasi, untuk memberikan gambaran akurat tentang tren temporal penyakit

c. Sensitivitas, untuk memungkinan identifikasi individu dengan penyakit untuk

memfasilitasi pengobatan, karantina, atau tindakan pengendalian lain yang sesuai

d. Kekhususan, untuk mengecualikan orang yang tidak menderita penyakit.

Data surveilans diperoleh dari tahapan pengumpulan data. Setelah itu data

dikompilasi. Kompilasi yaitu melakukan editing dan tabulasi data. Hal ini bertujuan

untuk melihat kelengkapan data yang diperoleh. Setelah itu dilakukan analisis dan

intepretasi data. Hasil analisis dan intepretasi data ini selanjutnya dibuat dalam bentuk

8
laporan untuk mendapat feedback dari pembuat kebijakan. Tahap selanjutnya melakukan

kegiatan investigasi dan tindakan intervensi. Tahapan ini secara terus menerus

(berkesinambungan) dilaksanakan.1

2.2 Epidemiologi Covid-19

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang


disebabkan oleh Coronavirus jenis baru. Penyakit ini diawali dengan munculnya kasus
pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Wuhan, China pada akhir Desember 2019
(Li et al, 2020). Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi, kasus tersebut diduga
berhubungan dengan Pasar Seafood di Wuhan. Pada tanggal 7 Januari 2020, Pemerintah
China kemudian mengumumkan bahwa penyebab kasus tersebut adalah Coronavirus
jenis baru yang kemudian diberi nama SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2).
Virus ini berasal dari famili yang sama dengan virus penyebab SARS dan MERS.

Meskipun berasal dari famili yang sama, namun SARS-CoV-2 lebih menular

dibandingkan dengan SARS-CoV dan MERS-CoV (CDC China, 2020). Proses

penularan yang cepat membuat WHO menetapkan COVID-19 sebagai KKMMD/PHEIC

pada tanggal 30 Januari 2020.

Global

Kasus COVID-19 pertama kali ditemukan pada Desember 2019 di Wuhan Cina.

Setelah itu, virus SARS-Cov-2 menyebar ke seluruh bagian negara Cina dalam waktu

beberapa minggu, dan ke negara lain dalam waktu beberapa bulan. Sampai tanggal Juli

2021, COVID-19 sudah ditemukan di 216 negara, dengan total terkonfirmasi lebih dari

190.000.000 kasus.3,4 Amerika Serikat merupakan negara dengan kasus COVID-19

terbanyak, yaitu lebih dari 33.000.000 kasus kumulatif. Diikuti dengan negara India

sekitar 31.000.000 kasus dan Brazil sekitar 19.000.000 kasus.3,4

9
Indonesia

Kasus terkonfirmasi COVID-19 pertama di Indonesia dilaporkan pada tanggal

2 Maret 2020, dengan jumlah pasien 2 orang. Sampai bulan Juli 2021, COVID-19 di

Indonesia sudah mendekati 3.000.000 kasus konfirmasi dan menempati peringkat ke 14

total kumulatif kasus COVID-19 di dunia.5

Mortalitas

Kematian akibat COVID-19 dapat dikaitkan dengan kondisi acute respiratory

distress syndrome (ARDS) atau syok sepsis. Hingga Juli 2021, mortalitas akibat COVID-

19 secara global lebih dari 4.000.000. Case fatality rate (CFR) COVID-19 di dunia

adalah 2,15%. Namun, mortalitas pada populasi anak dilaporkan lebih rendah. 3,4,6

Sedangkan di Indonesia, angka kematian akibat COVID-19 pada Juli 2021 sekitar 76.000

kasus. Sehingga CFR COVID-19 di Indonesia lebih tinggi daripada dunia, yaitu 2,58%.5

2.3 Penularan Coronavirus

Penularan coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan

manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet

cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber

penularan COVID-19 ini masih belum diketahui. Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6

hari, dengan range antara 1 dan 14 hari namun dapat mencapai 14 hari. Risiko penularan

tertinggi diperoleh di hari-hari pertama penyakit disebabkan oleh konsentrasi virus pada

sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi dapat langsung dapat menularkan sampai

dengan 48 jam sebelum onset gejala (presimptomatik) dan sampai dengan 14 hari setelah

onset gejala. Sebuah studi Du Z et. al, (2020) melaporkan bahwa 12,6% menunjukkan

penularan presimptomatik. Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini

membuktikan bahwa COVID-19 utamanya ditularkan dari orang yang bergejala

10
(simptomatik) ke orang lain yang berada jarak dekat melalui droplet. Droplet merupakan

partikel berisi air dengan diameter >5-10 µm. Penularan droplet terjadi ketika seseorang

berada pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan seseorang yang memiliki gejala

pernapasan (misalnya, batuk atau bersin) sehingga droplet berisiko mengenai mukosa

(mulut dan hidung) atau konjungtiva (mata). Penularan juga dapat terjadi melalui benda

dan permukaan yang terkontaminasi droplet di sekitar orang yang terinfeksi. Oleh karena

itu, penularan virus COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang

terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan permukaan atau benda yang digunakan pada

orang yang terinfeksi (misalnya, stetoskop atau termometer).

Secara genetik SARS-CoV-2 yang ditemukan saat ini memiliki kemiripan secara

genetik dengan SARS yang ditemukan pada tahun 2002. Coronavirus akan menjadi

infektif ketika mencapai tempat yang menyediakan lingkungan seluler untuk

perkembangan virus dan mutasi virus. Sebuah penelitian dengan analisis filogenetik

menunjukkan virus ini termasuk ke dalam genus betacoronavirus. Penelitian lain yang

dilakukan menyebutkan bahwa morfologi virus umumnya adalah pleomorfisme dengan

diameter 60-140 nm. Virus ini memiliki protein spike atau protein S dengan ukuran 9-12

nm.6 Mekanisme virulensi Coronavirus berhubungan dengan protein struktural dan

protein non struktural. Pada Coronavirus terdapat messenger RNA (mRNA) yang

membantu translasi dari replikasi/transkripsi. Terdapat 16 protein non structural yang

dikode oleh ORF. Bagian 1/3 lainnya dari rangkaian RNA virus, yang tidak berperan

dalam proses replikasi/transkripsi, berperan dalam mengkode 4 protein struktural, yaitu

protein S, protein E, protein M, dan protein N (12) (13). Pintu masuk virus ke dalam sel

adalah hal yang mendasar untuk transmisi. Seluruh Coronavirus mengode glikoprotein

permukaan, yaitu protein S yang berikatan dengan reseptor inang dan menjadi jalan

masuk virus ke dalam sel.7

11
2.4 Surveilans Kesehatan Masyarakat

Surveilans kesehatan masyarakat dapat mengidentifikasi sebagian besar kasus

dan kontak pada masyarakat Setiap daerah harus memiliki mekanisme surveilans yang

berkualitas dan didukung dengan kapasitas dan mekanisme laboratorium yang memadai.

Beberapa indikator di bawah ini dapat dimanfaatkan dalam menilai kapasitas surveilans

kesehatan masyarakat.

2.4.1 Kasus Suspek

Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut :

a. Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)* DAN pada 14 hari

terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di

negara/wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi local.

b. Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA* DAN pada 14 hari terakhir

sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus

konfirmasi/probable COVID-19.

c. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan perawatan di

rumah sakit DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang

meyakinkan.

2.4.2 Kasus Probable

Kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS/meninggal dengan gambaran klinis

yang meyakinkan COVID-19 DAN belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-

PCR.

2.4.3 Kasus Konfirmasi

12
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 yang dibuktikan

dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR. Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2 :

a. Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)

b. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)

2.4.4 Kontak Erat

Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau

konfirmasi COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain: a. Kontak tatap

muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus konfirmasi dalam radius 1

meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau lebih. b. Sentuhan fisik langsung

dengan kasus probable atau konfirmasi (seperti bersalaman, berpegangan tangan,

dan lain-lain). c. Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus

probable atau konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai standar. d. Situasi

lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian risiko lokal

yang ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat (penjelasan

sebagaimana terlampir). Pada kasus probable atau konfirmasi yang bergejala

(simptomatik), untuk menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari

sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala. Pada

kasus konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik), untuk menemukan kontak

erat periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum dan 14 hari setelah tanggal

pengambilan spesimen kasus konfirmasi.

2.4.5 Pelaku Perjalanan

Seseorang yang melakukan perjalanan dari dalam negeri (domestik)

maupun luar negeri pada 14 hari terakhir.

2.4.6 Discarded Discarded

13
Apabila memenuhi salah satu kriteria berikut: a. Seseorang dengan status

kasus suspek dengan hasil pemeriksaan RTPCR 2 kali negatif selama 2 hari

berturut-turut dengan selang waktu >24 jam. b. Seseorang dengan status kontak

erat yang telah menyelesaikan masa karantina selama 14 hari.

2.4.7 Selesai Isolasi

Selesai isolasi apabila memenuhi salah satu kriteria berikut :

a. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) yang tidak dilakukan

pemeriksaan follow up RT-PCR dengan ditambah 10 hari isolasi mandiri sejak

pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi.

b. Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang tidak

dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR dihitung 10 hari sejak tanggal onset

dengan ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam

dan gangguan pernapasan. c. Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala

(simptomatik) yang mendapatkan hasil pemeriksaan follow up RT-PCR 1 kali

negatif, dengan ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala

demam dan gangguan pernapasan. Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria

selesai isolasi pada kasus probable/kasus konfirmasi dapat dilihat dalam Bab

Manajemen Klinis.

2.4.8 Kematian

Kematian COVID-19 untuk kepentingan surveilans adalah kasus

konfirmasi/probable COVID-19 yang meninggal

14
2.5 Surveillance di Puskesmas
15
Kegiatan identifikasi kasus baru COVID-19 yang dicurigai atau dikonfirmasi

adalah hal mendasar sebelum dilakukannya tindakan intervensi kesehatan masyarakat

yang efektif dan menjadi dasar perencanaan pencegahan pandemi di masa depan. Tujuan

utama surveilans epidemiologi COVID-19 adalah memutus rantai penularan,

menghentikan penyebaran kasus COVID-19 dan mengendalikan risiko pandemi.

Surveilans COVID-19 harus dilengkapi kegiatan pemantauan penyebaran penyakit yang

berguna untuk mengidentifikasi pola perkembangan penyakit, dan menjadi dasar

penerapan tindakan intervensi pencegahan dan pengendalian.19 Terlepas dari upaya

peningkatan kegiatan surveilans epidemiologi, banyak negara berkembang yang masih

mengalami kesulitan dalam kegiatan mengidentifikasi, mendiagnosis, dan melaporkan

penyakit secara akurat. Sebuah penelitian model Suspectible, Exposed, Infected dan

Recovered (SEIR) di Wuhan, Cina mengungkapkan bahwa jika tindakan prediksi

menggunakan parameter epidemiologi COVID-19 dilakukan 1, 2, atau 3 minggu

sebelum sebelum melakukan tindakan pencegahan, maka akan dapat mengurangi kasus

masing-masing sebesar 66%, 86%, dan 95%. Hasil studi ini menjelaskan pentingnya

kegiatan surveilans sebagai langkah awal pengendalian COVID-19. Containment

(pembatasan penyebaran penyakit) yang terstandar adalah upaya deteksi dini, mencegah

penularan dan perluasan wilayah terdampak serta mengupayakan tidak terjadi transmisi

pada komunitas yang menjadi tumpuan utama dalam mengendalikan pandemi COVID-

19. Tiga kata kunci dalam surveilans epidemiologi COVID-19 ini adalah to detect

(deteksi dini), to prevent (pencegahan) dan to response (respon melalui tindakan isolasi

dan karantina). Salah satu cara memastikan keberlangsungan sistem surveilans sesuai

dengan perencaan dan menghasilkan data yang berkualitas dapat dilakukan dengan

evaluasi sistem berdasarkan komponen input, output dan artibut surveilans.8 Oleh karena

itu penulis tertarik untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan sistem surveilans

16
COVID-19 di Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Puskesmas Plered, Kabupaten

Purwakata.

Peran Puskesmas dalam Survilant Epidemiologi Covid-19 :

a. Mengkoordinasi pelacakan kontak.

b. Mengumpulkan data pelacakan dan pemantuan yang dilakukan oleh petugas

surveilans.

c. Melakukan pemeriksaan menggunakan RDT-Ag atau PCR.

d. Mengunjungi rumah kontak erat untuk melakukan pemeriksaan RDT-Ag

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan surveilans Covid-19 diperlukan sebagai upaya pencegahan dan


penanggulangan pandemi Covid-19. Untuk mengetahui bagaimana surveilans Covid-19 telah
dilaksanakan, maka diperlukan evaluasi untuk pertimbangan dalam meningkatkan
pelaksanaan surveilans agar dapat berjalan dengan maksimal dengan tujuan mengevaluasi
penyelenggaraan surveilans Covid-19 di kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta.
Komponen surveilans Covid-19 di Kabupaten Purwakarta yang sudah terlaksana
dengan baik adalah kegiatan penemuan kasus, pengolahan data, analisis data, interpretasi
data, ketersediaan informasi epidemiologi, dan diseminasi data dan informasi epidemiologi
kasus Covid-19, sedangkan komponen surveilans yang belum terlaksana dengan baik adalah
kegiatan pengumpulan data.
Pelaksanaan surveilans yang baik, lebih besar proporsinya pada puskesmas dengan
kategori input dan atribut yang baik. Hasil evaluasi komponen output berdasarkan atribut
surveilans didapatkan adanya keterlibatan peran Perangkat Desa (Kepala Desa, Bintara
Pembina Desa (BABINSA) dan Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban
17
Masyarakat (BHABINKAMTIBMAS)). Aparat desa berperan untuk memantau kondisi
masyarakat mulai dari pelacakan hingga meminta kontak erat untuk melaporkan hasil
pemeriksaan kepada petugas surveilans di Puskesmas. Selain itu untuk menghimbau kontak
erat melakukan isolasi mandiri untuk mencegah terjadinya penularan COVID-19. Petugas
surveilans dibantu oleh bidan desa pada proses pencatatan dan pelaporan di lapangan. Namun
karena kurang terampilnya petugas surveilans untuk mengolah, menganalisa, dan
menginterpretasikan data sehingga angka predictive positive tidak dapat terlihat padahal
penentuan kasus konfirmasi berdasarkan hasil PCR. Supervisor surveilans dari Dinkes
Kabupaten Purwakarta melakukan pengecekan di website silacak, kemudian memberi
informasi dan data kepada petugas surveilans UPTD Puskesmas Plered, Kabupaten
Purwakarta. Selain itu, tim surveilans yang terdiri dari kader, bidan, BABINSA, dan
BHABINKAMTIBMAS juga mendapatkan informasi kasus konfirmasi dari dari laporan
warga, laporan kontak erat, dan laporan kasus terkonfirmasi. Tim kemudian melakukan
pelacakan melalui telepon untuk mengidentifikasi gejala yang dialami dan memutuskan
tindakan lanjut yaitu jika tidak bergejala melakukan karantina mandiri selama 14 hari, jika
gejala ringan akan dirujuk ke area isolasi, dan jika memiliki gejala sedang atau berat maka
akan dirujuk ke Rumah Sakit. Tim kemudian melakukan identifikasi kontak dan pelacakan
kontak erat beserta identifikasi gejala, setelah itu petugas surveilans melakukan pemeriksaan
swab RDT-Ag pada kontak erat, baik hasil pemeriksaan positif atau negatif dilakukan tindak
lanjut yaitu kontak erat yang tidak bergejala melakukan karantina mandiri selama 14 hari.
Laporan perkembangan COVID-19 berdasarkan indikator proses penularan,
keparahan penyakit dan dampak lain yang ditimbulkan sangat penting untuk diketahui.
Informasi tersebut dapat membantu perencanaan tindakan pengendalian dan pencegahan yang
perlu diambil seperti penerapan physical distancing dan isolasi mandiri, serta karantina
wilayah. Laporan dan informasi perkembangan COVID-19 tersebut akan menjadi dasar
pembuat keputusan untuk menyalurkan sarana dan prasarana perawatan kesehatan dan
pencegahan bagi tenaga kesehatan serta peningkatan kemampuan deteksi lebih baik.
Selain ketersediaan sarana dan prasarana, indikator atau atribut surveilans perlu
diperhatikan untuk menilai efektivitas kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit.
Beberapa atribut surveilans yang perlu dievaluasi adalah ketepatan waktu dan kelengkapan
laporan, serta sensitivitas dari hasil kegiatan surveilans itu sendiri. Puskesmas Plered telah
memiliki nilai atribut surveilans yang cukup baik karena telah mendapatkan pengarahan
untuk melakukan kegiatan surveilans epidemiologi. Hasil pencatatan juga diperoleh dari
kegiatan deteksi menggunakan uji PCR, sehingga penentuan kasus dapat dipastikan sesuai
18
dengan keberadaan kasus COVID-19. Pengawasan terhadap sistem surveilans sangat
diperlukan untuk memastikan proses surveilans yang dilakukan berjalan efektif dan efisien
dimulai dari proses pengumpulan data, pengolahan data menjadi informasi, hingga tindakan
pencegahan dan pengendalian pandemi COVID-19.
Kegiatan surveilans UPTD Puskesmas Plered meliputi 16 desa di Kecamatan Plered,
Kabupaten Purwakarta, antara lain desa Sindangsari, Palinggihan, Plered, Cibogohilir,
Sempur, Anjun, Pamoyanan, Cibogogirang, Linggarsari, Gandasoli, Citeko, Liunggunung,
Rawasari, Babakansari, Gandamekar, dan Citeko Kaler. Surveilans yang dilakukan berupa
pemeriksaan skrining, tes rapid dan RT-PCR, sehingga akan didapatkan data kasus
konfirmasi, suspect, probable, dan kontak erat perbulan. Data yang dikumpulkan dan
dilakukan pencatatan meliputi data demografi dan jumlah kasus terkait covid-19.
Sistem surveilans yang baik akan menghasilkan informasi yang baik, data dan
informasi yang didapatkan dari kegiatan surveilans akan memberi gambaran kondisi nyata
dan menjadi dasar bagi pembuatan kebijakan memutuskan tindakan yang dilakukan sesuai
situasi terkini yang terjadi. Informasi ini dapat berguna sebagai bentuk deteksi atau
kewaspadaan dini kasus COVID-19, pelaksanaan protokol pengendalian kasus, dan tindakan
pencegahan deteksi atau kewaspadaan dini yang baik akan bermanfaat untuk pelaksanaan
tindakan pengobatan dan pencegahan penularan lebih lanjut. UPTD Puskesmas Plered
bertindak sebagai pelaksana lapangan hanya melaporkan temuan kasus pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Purwakarta. Akibat informasi yang disampaikan hanya berupa data tanpa ada
interpretasi. Interpretasi data adalah hal yang penting dilakukan dalam sistem surveilans
untuk memberikan informasi yang mudah dipahami. Untuk mendapatkan hasil interpretasi
yang baik diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan analisa biostatistika
dan epidemiologi yang baik. Hasil data berikut ini merupakan data sekunder bagian
surveilans UPTD Puskesmas Plered terkait kasus Covid-19 dimulai dari bulan Agustus
hingga Desember 2020.

Grafik 3.1 Jumlah Penduduk Tiap Desa Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta

19
Jumlah Penduduk Kecamatan Plered
JPDDK

8,825
7,818

6,198 6,012
5,371
5,036 4,864 5,312 5,541
4,363 4,460
4,018 3,719 3,955
3,185 2,991

i li r r i i i i ar r
ar an ed hi pu ju
n an ng ar ol ko ng ar ar le
gs g ih l er o m An yan ira a rs das ite nu as ns ek ka
n g P g Se g C u w a m ko
a
l in bo o go gg n gg Ra ak a
Si
nd
Pa Ci Pa
m
bo Lin Ga i un ab a nd Cite
Ci L B G

Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta terdiri dari 16 desa dengan jumlah


penduduk bervariasi tiap desa. Total penduduk keseluruhan mencapai 81.668 jiwa. Desa
Cibogo Hilir, Cibogo Girang dan Liung Gunung memiliki jumlah penduduk yang terbanyak
dibandingkan lainnya (7.818; 8.825; 6.012 orang)

Grafik 3.2 Perbandingan Jumlah Kasus Konfirmasi, Suspect, Probable dan Kontak
Erat Tiap Desa Wilayah UPTD Puskesmas Plered Periode Agustus – Desember 2020

20
Jumlah Kasus per Desa Wilayah UPTD Puskesmas Plered
Periode Agustus-Desember 2020
80
70
60
50
40
30
20
10
0
i i i i i
ar ihan ed hilir pu
r un nan ang ar ol ko ng ar ar eka
r
le
r an
gs g l er o m A nj ya i r a rs das ite unu as ns ka mat
a n g P g e o g g n C g w ka m ko
nd l in bo S m go ing Ga ng Ra aba
a
nd Cite ec
a
Si Pa Ci Pa Cibo L Liu B G a
a r K
Lu

Konfirmasi Suspect Probable Kontak Erat

Pada periode waktu Agustus hingga Desember 2020, empat desa (Sindangsari = 22,
Palinggihan = 21, Plered = 15, Cibogohilir = 19) memiliki jumlah kasus konfirmasi yang
lebih tinggi dibandingkan desa lainnya. Seiring dengan jumlah kasus konfirmasi, angka kasus
kontak erat pada keempat desa ini tampak lebih tinggi dibandingkan desa lainnya. Penduduk
dengan domisili diluar kecamatan Plered tidak terdeteksi kasus konfirmasi, namun angka
kasus kontak erat relatif lebih banyak dibandingkan 13 desa lain.
Bila angka kasus konfirmasi ini dibandingkan dengan jumlah penduduk tiap desa,
maka dapat dihitung nilai Attack Rate (AR). Sejalan dengan jumlah kasus terkonfirmasi, AR
desa Sindangsari (0,41%), Palinggihan (0,42%), Plered (0,31%) dan Cibogo Hilir (0,24%),
nilainya lebih tinggi dibandingkan desa lain. AR dikaitkan dengan resiko terinfeksinya
penduduk di wilayah tertentu. Semakin besar AR di suatu wilayah, maka semakin besar pula
risiko penduduk yang tinggal di wilayah tersebut untuk tertular atau terdeteksi.

Grafik 3.3 Angka Kasus terkonfirmasi, Suspect, Probable dan Kontak Erat Per Bulan
Periode Agustus – Desember 2020 Wilayah UPTD Puskesmas Plered

21
Angka Kasus Per Bulan Periode Agustus-Desember 2020
Wilayah UPTD Puskesmas Plered
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Agustus September Oktober Nopember Desember

Konfirmasi Suspect Probable Kontak Erat

Angka kejadian kasus baru covid-19 tampak selalu ada tiap bulan dan mengalami
kenaikan jumlah kasus per bulannya. Pada grafik 3.3 terlihat bahwa pada bulan Desember
2020, jumlah kasus covid-19 paling tinggi dibandingkan pada bulan-bulan sebelumnya.
Covid-19 merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari orang ke orang melalui
droplet, sehingga adanya kerumunan orang memungkinkan penyakit ini untuk menyebar. Bila
dikaitkan, kerumunan orang pada bulan Desember dimungkinkan terjadi cukup sering karena
ada beberapa momen penting pada bulan tersebut, seperti Hari Libur Natal dan Tahun Baru.

22
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Surveilans Epidemiologi merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyakit atau


masalah Kesehatan serta faktor determinannya. penyakit dapat dilihat dari
perubahan sifat penyakit atau perubahan jumlah orang yang menderita sakit. sakit
dapat berarti kondisi tanpa gejala tetapi telah terpapar oleh kuman atau agen lain.
2. Surveilans merupakan core pananganan dan dapat menjadi barisan terdepan dalam
usaha pencegahan dan penanggulangan Pandemic Covid 19.
3. Surveilans Epidemiologi Covid 19 di Wilayah UPTD Puskesmas Plered Kabupaten
Purwakarta dilakukan oleh Petugas yang telah ditunjuk dan dilatih.
4. Sistem Monitoring dan pelaporan penemuan Kasus Covid-19 maupun kontak erat
di Puskesmas Plered Kabupaten Purwakarta telah berjalan baik.

4.2 Saran

Pelaksanaan Sistem Surveilans Covid-19 di Puskesmas Plered Kabupaten


Purwakarta sudah berjalan baik namun hal yang perlu dilakukan adalah upaya
penyebarluasan informasi melalui website institusi, sosialisasi memanfaatkan media
sosial dan baliho serta penambahan anggaran dan sarana prasarana dalam upaya
pelaksanaan kegiatan sistem surveilans Covid-19 di Wilayah UPTD Puskesmas
Plered Kabupaten Purwakarta.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Nelwan, J. E. (2020). In Surveillans Kesehatan Masyarakat (1st ed., pp. 1–8). essay,
Insan Cendekia Mandiri.
2. Cascella M, Rajnik M, Aleem A, et al. Features, Evaluation, and Treatment of
Coronavirus (COVID-19). Updated 2021 Jul 17. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2021 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554776/
3. WHO. Weekly Operational Update on COVID-19. Issue 64. 2021.
4. WHO. Virus corona disease (COVID-19) outbreak situation. WHO.
2021.https://experience.arcgis.com/experience/685d0ace5.
5. Kemenkes RI. Situasi COVID-19. Kementerian Kesehatan RI. 2021.
https://infeksiemerging.kemkes.go.id.
6. Zhu, N., Zhang, D., Wang, W., Li, X., Yang, B., Song, J., ... Tan, W. 2020. A Novel
Coronavirus from Patients with Pneumonia in China, 2019. The New England Journal
of Medicine. 382(8), 727–733.
7. Letko, M., Marzi, A., & Munster, V.2020.Functional Assessment of Cell Entry and
Receptor Usage for SARS-CoV-2 and Other Lineage B Betacoronaviruses. Nature
Microbiology. 5, 562–569.
8. Sidjabat FN, Arthameivia RE. Evaluasi penyelenggaraan surveilans COVID-19 di
UPTD Puskesmas Pare Kabupaten Kediri. J.Health.Epidemiol.Commun.Dis. 2021;7(1):
1-9
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesi Nomor
1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaran Sistem Surveilans
Epidemiologi Kesehatan
10. Mentri Kesehatan RI. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor
HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat
dan Fasilitas Umum dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19). Jakarta2020
11. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19) Revisi ke- 5.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2020.
12. https://ppid.purwakartakab.go.id/uploads/6d2b5e4aead7e4c2446dc62a2730369e.pdf

24
13. Satuan Tugas Penanganan COVID-19. Data Sebaran COVID-19 [Internet]. 2020 [cited
2020 Feb 10]. Available from: https://covid19.go.id/
14. Provinsi Jawa Barat. Jabar Tanggap COVID-19 [Internet]. 2020 [cited 2020 Feb 10].
15. Pemerintah Kabupaten Plered. Data Statistik COVID-19 Kabupaten Plered [Internet].
2020
16. Puskesmas Plered. Laporan Surveilans Epidemiologi Puskesmas Plered. Kabupaten
Purwakarta; 2020.
17. Aan Suandana M. Pedoman Teknis Surveilans Epidemiologi Dipuskesmas Dan Dinas
Kesehatan Dalam Pengendalian Pandemi Covid-19. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2020.
18. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus
diseases (Covid-19)
19. Kementrian Kesehat [Internet]. 2020;5:178. Available from:
https://covid19.go.id/storage/app/ media/Protokol/REV-05_Pedoman_P2_COVID_19
20. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1116/MENKES/SK/VIII/ 2003 Tentang Pedoman Penyelanggaraan
Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan. 1116/MENKES/SK/VIII/2003 Indonesia;
2003

25

Anda mungkin juga menyukai