SANJAYA BANDUNG
2021
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................................5
BAB Il........................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................6
2.1 Tinjauan Pustaka...............................................................................................................6
2.3 Penularan Coronavirus....................................................................................................10
2.4 Surveilans Kesehatan Masyarakat.................................................................................12
BAB III....................................................................................................................................17
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................................17
BAB IV....................................................................................................................................22
4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………..22
4.2 Saran…………………………………………………………………………………….22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23
2
BAB I
PENDAHULUAN
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) termasuk dalam penyakit menular yang baru
muncul (new emerging disease). World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa
penyebab penyakit ini merupakan corona virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi
sebelumnya pada manusia yang kemudian disebut dengan Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO China Country Office
melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei,
Cina dan pada tanggal 7 Januari 2020, China mengidentifikasi kasus tersebut sebagai jenis baru
coronavirus. Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO menetapkan kejadian tersebut sebagai
Emergency of International Concern (PHEIC) dan pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah
menetapkan COVID-19 sebagai pandemi. Salah satu negara yang juga terdampak COVID-19
yaitu Indonesia dimana kasus pertama dilaporkan pada tanggal 2 Maret 2020. Sampai saat ini
jumlah kasus per 17 November 2021 terdapat 4,25 juta kasus positif dengan 144 ribu kasus
Sampai saat ini, situasi COVID-19 di tingkat global maupun nasional masih dalam risiko
sangat tinggi. Selama proses vaksinasi masih dalam proses pemberian, dunia dihadapkan pada
kondisi tersebut maka pemerintah mengeluarkan kebijakan pada 31 Maret 2020 yaitu
melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kebijakan ini bertujuan untuk menekan
penyebaran COVID-19. Pembatasan tersebut paling sedikit dilakukan melalui libur sekolah dan
tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, dan/ atau pembatasan kegiatan di tempat umum
atau fasilitas Umum, dan pembatasan perjalanan internasional (Pemerintah Republik Indonesia,
2020); (Kemenkes RI, 2020b). Beberapa daerah di Indonesia sudah melakukan pencabutan
3
PSBB atau sudah memasuki masa PSBB transisi pada Juni dimana kasus COVID-19 masih
saat ini masih berlangsung sehingga diperlukan suatu tindakan untuk menemukan kasus
tambahan dan mencegah penyebaran kasus. Adapun kegiatan tersebut dikenal dengan
Tujuan untuk dilakukan surveilans yaitu dapat memantau tren penularan COVID-19,
melakukan deteksi cepat pada wilayah tanpa transmisi virus dan monitoring kasus pada wilayah
dengan transmisi virus termasuk pada populasi rentan, memberikan informasi epidemiologi
pandemi pada sistem pelayanan kesehatan dan sosial (Kemenkes RI, 2020).
penelitian :
Puskesmas ?
g. Bagaimana distribusi data mengenai pencatatan dan pelaporan kasus kontak erat
4
1.3 Tujuan Penelitian
Puskesmas.
g. Mengetahui distribusi data mengenai pencatatan dan pelaporan kasus kontak erat
5
BAB Il
TINJAUAN PUSTAKA
Terhadap Faktor Penyebab Kejadian Dan Sebaran Penyakit, Dan Yang Berkaitan Dengan
Keadaan Sehat Atau Sakit. Surveilans Ini Meliputi Pengumpulan, Analisis, Penafsiran,
Dan Penyebaran Data Yang Terkait, Dan Dianggap Sangat Berguna Untuk
Penanggulangan Dan Pencegahan Secara Efektif. Definisi Yang Demikian Luas Itu Mirip
Dengan Surveilans Pada Sistem Informasi Kesehatan Rutin, Dan Karena Itu Keduanya
Menahun Suatu Bencana Alam. Sistem Surveilans Ini Sering Dikelola Dalam Jangka
Waktu Yang Terbatas Dan Terintegrasi Secara Erat Dengan Pengelolaan Program
Segera, Sedangkan Sistem Informasi Rutin Tidak Dapat Diandalkan Maka Sistem Ini
6
Menurut WHO : Surveilans Adalah : Pengumpulan, Pengolahan, Analisis Data
Kesehatan Secara Sistematis Dan Terus Menerus, Serta Desiminasi Informasi Tepat
Waktu Kepada Pihak – Pihak Yang Perlu Mengetahui Sehingga Dapat Diambil Tindakan
Pengumpulan, Analisis Dan Interpretasi Data Kesehatan Secara Sistematis Dan Terus
Masalah Kesehatan Serta Faktor Determinannya. Penyakit Dapat Dilihat Dari Perubahan
Sifat Penyakit Atau Perubahan Jumlah Orang Yang Menderita Sakit. Sakit Dapat Berarti
Kondisi Tanpa Gejala Tetapi Telah Terpapar Oleh Kuman Atau Agen Lain, Misalnya
Orang Terpapar Hiv, Terpapar Logam Berat, Radiasi Dsb. Sementara Masalah Kesehatan
Kesehatan Ibu Dan Anak, Status Gizi, Dsb. Faktor Determinan Adalah Kondisi Yang
Center for Disease Control (CDC) 2020 menyatakan bahwa surveilans kesehatan
7
dengan kesehatan yang berkelanjutan dan sistematis yang penting untuk perencanaan,
pengumpulan data, analisa, dan intepretasi data kesehatan dalam upaya untuk
Pada dasarnya kedua definisi tersebut mengandung substansi yang sama yaitu
tersebut, maka surveilans penyakit atau masalah kesehatan lainnya harus memiliki tujuan
yang jelas. Tujuan ini harus mencakup deskripsi yang jelas tentang bagaimana data yang
termasuk :1
Data surveilans diperoleh dari tahapan pengumpulan data. Setelah itu data
dikompilasi. Kompilasi yaitu melakukan editing dan tabulasi data. Hal ini bertujuan
untuk melihat kelengkapan data yang diperoleh. Setelah itu dilakukan analisis dan
intepretasi data. Hasil analisis dan intepretasi data ini selanjutnya dibuat dalam bentuk
8
laporan untuk mendapat feedback dari pembuat kebijakan. Tahap selanjutnya melakukan
kegiatan investigasi dan tindakan intervensi. Tahapan ini secara terus menerus
(berkesinambungan) dilaksanakan.1
Meskipun berasal dari famili yang sama, namun SARS-CoV-2 lebih menular
Global
Kasus COVID-19 pertama kali ditemukan pada Desember 2019 di Wuhan Cina.
Setelah itu, virus SARS-Cov-2 menyebar ke seluruh bagian negara Cina dalam waktu
beberapa minggu, dan ke negara lain dalam waktu beberapa bulan. Sampai tanggal Juli
2021, COVID-19 sudah ditemukan di 216 negara, dengan total terkonfirmasi lebih dari
terbanyak, yaitu lebih dari 33.000.000 kasus kumulatif. Diikuti dengan negara India
9
Indonesia
2 Maret 2020, dengan jumlah pasien 2 orang. Sampai bulan Juli 2021, COVID-19 di
Mortalitas
distress syndrome (ARDS) atau syok sepsis. Hingga Juli 2021, mortalitas akibat COVID-
19 secara global lebih dari 4.000.000. Case fatality rate (CFR) COVID-19 di dunia
adalah 2,15%. Namun, mortalitas pada populasi anak dilaporkan lebih rendah. 3,4,6
Sedangkan di Indonesia, angka kematian akibat COVID-19 pada Juli 2021 sekitar 76.000
kasus. Sehingga CFR COVID-19 di Indonesia lebih tinggi daripada dunia, yaitu 2,58%.5
manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet
cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber
penularan COVID-19 ini masih belum diketahui. Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6
hari, dengan range antara 1 dan 14 hari namun dapat mencapai 14 hari. Risiko penularan
tertinggi diperoleh di hari-hari pertama penyakit disebabkan oleh konsentrasi virus pada
sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi dapat langsung dapat menularkan sampai
dengan 48 jam sebelum onset gejala (presimptomatik) dan sampai dengan 14 hari setelah
onset gejala. Sebuah studi Du Z et. al, (2020) melaporkan bahwa 12,6% menunjukkan
10
(simptomatik) ke orang lain yang berada jarak dekat melalui droplet. Droplet merupakan
partikel berisi air dengan diameter >5-10 µm. Penularan droplet terjadi ketika seseorang
berada pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan seseorang yang memiliki gejala
pernapasan (misalnya, batuk atau bersin) sehingga droplet berisiko mengenai mukosa
(mulut dan hidung) atau konjungtiva (mata). Penularan juga dapat terjadi melalui benda
dan permukaan yang terkontaminasi droplet di sekitar orang yang terinfeksi. Oleh karena
itu, penularan virus COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang
terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan permukaan atau benda yang digunakan pada
Secara genetik SARS-CoV-2 yang ditemukan saat ini memiliki kemiripan secara
genetik dengan SARS yang ditemukan pada tahun 2002. Coronavirus akan menjadi
perkembangan virus dan mutasi virus. Sebuah penelitian dengan analisis filogenetik
menunjukkan virus ini termasuk ke dalam genus betacoronavirus. Penelitian lain yang
diameter 60-140 nm. Virus ini memiliki protein spike atau protein S dengan ukuran 9-12
protein non struktural. Pada Coronavirus terdapat messenger RNA (mRNA) yang
dikode oleh ORF. Bagian 1/3 lainnya dari rangkaian RNA virus, yang tidak berperan
protein S, protein E, protein M, dan protein N (12) (13). Pintu masuk virus ke dalam sel
adalah hal yang mendasar untuk transmisi. Seluruh Coronavirus mengode glikoprotein
permukaan, yaitu protein S yang berikatan dengan reseptor inang dan menjadi jalan
11
2.4 Surveilans Kesehatan Masyarakat
dan kontak pada masyarakat Setiap daerah harus memiliki mekanisme surveilans yang
berkualitas dan didukung dengan kapasitas dan mekanisme laboratorium yang memadai.
Beberapa indikator di bawah ini dapat dimanfaatkan dalam menilai kapasitas surveilans
kesehatan masyarakat.
a. Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)* DAN pada 14 hari
b. Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA* DAN pada 14 hari terakhir
konfirmasi/probable COVID-19.
rumah sakit DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan.
yang meyakinkan COVID-19 DAN belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-
PCR.
12
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 yang dibuktikan
konfirmasi COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain: a. Kontak tatap
meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau lebih. b. Sentuhan fisik langsung
probable atau konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai standar. d. Situasi
(simptomatik), untuk menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari
sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala. Pada
erat periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum dan 14 hari setelah tanggal
13
Apabila memenuhi salah satu kriteria berikut: a. Seseorang dengan status
kasus suspek dengan hasil pemeriksaan RTPCR 2 kali negatif selama 2 hari
berturut-turut dengan selang waktu >24 jam. b. Seseorang dengan status kontak
dengan ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam
negatif, dengan ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala
selesai isolasi pada kasus probable/kasus konfirmasi dapat dilihat dalam Bab
Manajemen Klinis.
2.4.8 Kematian
14
2.5 Surveillance di Puskesmas
15
Kegiatan identifikasi kasus baru COVID-19 yang dicurigai atau dikonfirmasi
yang efektif dan menjadi dasar perencanaan pencegahan pandemi di masa depan. Tujuan
penyakit secara akurat. Sebuah penelitian model Suspectible, Exposed, Infected dan
sebelum sebelum melakukan tindakan pencegahan, maka akan dapat mengurangi kasus
masing-masing sebesar 66%, 86%, dan 95%. Hasil studi ini menjelaskan pentingnya
(pembatasan penyebaran penyakit) yang terstandar adalah upaya deteksi dini, mencegah
penularan dan perluasan wilayah terdampak serta mengupayakan tidak terjadi transmisi
pada komunitas yang menjadi tumpuan utama dalam mengendalikan pandemi COVID-
19. Tiga kata kunci dalam surveilans epidemiologi COVID-19 ini adalah to detect
(deteksi dini), to prevent (pencegahan) dan to response (respon melalui tindakan isolasi
dan karantina). Salah satu cara memastikan keberlangsungan sistem surveilans sesuai
dengan perencaan dan menghasilkan data yang berkualitas dapat dilakukan dengan
evaluasi sistem berdasarkan komponen input, output dan artibut surveilans.8 Oleh karena
itu penulis tertarik untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan sistem surveilans
16
COVID-19 di Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Puskesmas Plered, Kabupaten
Purwakata.
surveilans.
BAB III
Grafik 3.1 Jumlah Penduduk Tiap Desa Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta
19
Jumlah Penduduk Kecamatan Plered
JPDDK
8,825
7,818
6,198 6,012
5,371
5,036 4,864 5,312 5,541
4,363 4,460
4,018 3,719 3,955
3,185 2,991
i li r r i i i i ar r
ar an ed hi pu ju
n an ng ar ol ko ng ar ar le
gs g ih l er o m An yan ira a rs das ite nu as ns ek ka
n g P g Se g C u w a m ko
a
l in bo o go gg n gg Ra ak a
Si
nd
Pa Ci Pa
m
bo Lin Ga i un ab a nd Cite
Ci L B G
Grafik 3.2 Perbandingan Jumlah Kasus Konfirmasi, Suspect, Probable dan Kontak
Erat Tiap Desa Wilayah UPTD Puskesmas Plered Periode Agustus – Desember 2020
20
Jumlah Kasus per Desa Wilayah UPTD Puskesmas Plered
Periode Agustus-Desember 2020
80
70
60
50
40
30
20
10
0
i i i i i
ar ihan ed hilir pu
r un nan ang ar ol ko ng ar ar eka
r
le
r an
gs g l er o m A nj ya i r a rs das ite unu as ns ka mat
a n g P g e o g g n C g w ka m ko
nd l in bo S m go ing Ga ng Ra aba
a
nd Cite ec
a
Si Pa Ci Pa Cibo L Liu B G a
a r K
Lu
Pada periode waktu Agustus hingga Desember 2020, empat desa (Sindangsari = 22,
Palinggihan = 21, Plered = 15, Cibogohilir = 19) memiliki jumlah kasus konfirmasi yang
lebih tinggi dibandingkan desa lainnya. Seiring dengan jumlah kasus konfirmasi, angka kasus
kontak erat pada keempat desa ini tampak lebih tinggi dibandingkan desa lainnya. Penduduk
dengan domisili diluar kecamatan Plered tidak terdeteksi kasus konfirmasi, namun angka
kasus kontak erat relatif lebih banyak dibandingkan 13 desa lain.
Bila angka kasus konfirmasi ini dibandingkan dengan jumlah penduduk tiap desa,
maka dapat dihitung nilai Attack Rate (AR). Sejalan dengan jumlah kasus terkonfirmasi, AR
desa Sindangsari (0,41%), Palinggihan (0,42%), Plered (0,31%) dan Cibogo Hilir (0,24%),
nilainya lebih tinggi dibandingkan desa lain. AR dikaitkan dengan resiko terinfeksinya
penduduk di wilayah tertentu. Semakin besar AR di suatu wilayah, maka semakin besar pula
risiko penduduk yang tinggal di wilayah tersebut untuk tertular atau terdeteksi.
Grafik 3.3 Angka Kasus terkonfirmasi, Suspect, Probable dan Kontak Erat Per Bulan
Periode Agustus – Desember 2020 Wilayah UPTD Puskesmas Plered
21
Angka Kasus Per Bulan Periode Agustus-Desember 2020
Wilayah UPTD Puskesmas Plered
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Agustus September Oktober Nopember Desember
Angka kejadian kasus baru covid-19 tampak selalu ada tiap bulan dan mengalami
kenaikan jumlah kasus per bulannya. Pada grafik 3.3 terlihat bahwa pada bulan Desember
2020, jumlah kasus covid-19 paling tinggi dibandingkan pada bulan-bulan sebelumnya.
Covid-19 merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari orang ke orang melalui
droplet, sehingga adanya kerumunan orang memungkinkan penyakit ini untuk menyebar. Bila
dikaitkan, kerumunan orang pada bulan Desember dimungkinkan terjadi cukup sering karena
ada beberapa momen penting pada bulan tersebut, seperti Hari Libur Natal dan Tahun Baru.
22
BAB IV
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Nelwan, J. E. (2020). In Surveillans Kesehatan Masyarakat (1st ed., pp. 1–8). essay,
Insan Cendekia Mandiri.
2. Cascella M, Rajnik M, Aleem A, et al. Features, Evaluation, and Treatment of
Coronavirus (COVID-19). Updated 2021 Jul 17. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2021 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554776/
3. WHO. Weekly Operational Update on COVID-19. Issue 64. 2021.
4. WHO. Virus corona disease (COVID-19) outbreak situation. WHO.
2021.https://experience.arcgis.com/experience/685d0ace5.
5. Kemenkes RI. Situasi COVID-19. Kementerian Kesehatan RI. 2021.
https://infeksiemerging.kemkes.go.id.
6. Zhu, N., Zhang, D., Wang, W., Li, X., Yang, B., Song, J., ... Tan, W. 2020. A Novel
Coronavirus from Patients with Pneumonia in China, 2019. The New England Journal
of Medicine. 382(8), 727–733.
7. Letko, M., Marzi, A., & Munster, V.2020.Functional Assessment of Cell Entry and
Receptor Usage for SARS-CoV-2 and Other Lineage B Betacoronaviruses. Nature
Microbiology. 5, 562–569.
8. Sidjabat FN, Arthameivia RE. Evaluasi penyelenggaraan surveilans COVID-19 di
UPTD Puskesmas Pare Kabupaten Kediri. J.Health.Epidemiol.Commun.Dis. 2021;7(1):
1-9
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesi Nomor
1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaran Sistem Surveilans
Epidemiologi Kesehatan
10. Mentri Kesehatan RI. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor
HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat
dan Fasilitas Umum dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19). Jakarta2020
11. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19) Revisi ke- 5.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2020.
12. https://ppid.purwakartakab.go.id/uploads/6d2b5e4aead7e4c2446dc62a2730369e.pdf
24
13. Satuan Tugas Penanganan COVID-19. Data Sebaran COVID-19 [Internet]. 2020 [cited
2020 Feb 10]. Available from: https://covid19.go.id/
14. Provinsi Jawa Barat. Jabar Tanggap COVID-19 [Internet]. 2020 [cited 2020 Feb 10].
15. Pemerintah Kabupaten Plered. Data Statistik COVID-19 Kabupaten Plered [Internet].
2020
16. Puskesmas Plered. Laporan Surveilans Epidemiologi Puskesmas Plered. Kabupaten
Purwakarta; 2020.
17. Aan Suandana M. Pedoman Teknis Surveilans Epidemiologi Dipuskesmas Dan Dinas
Kesehatan Dalam Pengendalian Pandemi Covid-19. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2020.
18. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus
diseases (Covid-19)
19. Kementrian Kesehat [Internet]. 2020;5:178. Available from:
https://covid19.go.id/storage/app/ media/Protokol/REV-05_Pedoman_P2_COVID_19
20. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1116/MENKES/SK/VIII/ 2003 Tentang Pedoman Penyelanggaraan
Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan. 1116/MENKES/SK/VIII/2003 Indonesia;
2003
25