Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KELOMPOK

TRIAD EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN DALAM PANDEMI COVID-19

Mata Kuliah Manajemen Epidemiologi


Dr.dr. Agus Hadian Rahim, Sp.OT(K), M.Epid, MH.Kes

Oleh :

Kelompok 3

Anggota : Ni Putu Ria Citrawati


Parli L.Banjarnahor
Porman Sinaga
Ratih Wulandari
Reza Fadillah
Reza Rinaldi
Suprapto
Sutjili
Waode Rifa Adhiani
Yustina Nababan

Program Studi Magister Manajemen


Konsentrasi Manajemen Rumah Sakit
Universitas Adhirajasa Reswara Sanjaya
Bandung
2021
PENDAHULUAN

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan

oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2

merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada

manusia. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang

dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19

antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa

inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19

yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan

bahkan kematian.

Berkaitan dengan kebijakan penanggulangan wabah penyakit menular, Indonesia

telah memiliki Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular,

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penangulangan Wabah Penyakit

Menular, dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis

Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.

Untuk itu dalam rangka upaya penanggulangan dini wabah COVID19, Menteri Kesehatan

telah mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/104/2020

tentang Penetapan Infeksi Novel Coronavirus (Infeksi 2019-nCoV) sebagai Jenis Penyakit

Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya. Penetapan didasari oleh

pertimbangan bahwa Infeksi Novel Coronavirus (Infeksi 2019-nCoV) telah dinyatakan WHO

sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public

Health Emergency of International Concern (PHEIC). Selain itu meluasnya penyebaran

COVID-19 ke berbagai negara dengan risiko penyebaran ke Indonesia terkait dengan

mobilitas penduduk, memerlukan upaya penanggulangan terhadap penyakit tersebut.


Dilihat dari situasi penyebaran COVID-19 yang sudah hampir menjangkau seluruh

wilayah provinsi di Indonesia dengan jumlah kasus dan/atau jumlah kematian semakin

meningkat dan berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan

keamanan, serta kesejahteraan masyarakat di Indonesia, Pemerintah Indonesia telah

menetapkan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan

Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Keputusan Presiden

tersebut menetapkan COVID-19 sebagai jenis penyakit yang menimbulkan Kedaruratan

Kesehatan Masyarakat (KKM) dan menetapkan KKM COVID-19 di Indonesia yang wajib

dilakukan upaya penanggulangan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain

itu, atas pertimbangan penyebaran COVID-19 berdampak pada meningkatnya jumlah

korban dan kerugian harta benda, meluasnya cakupan wilayah terdampak, serta

menimbulkan implikasi pada aspek sosial ekonomi yang luas di Indonesia, telah dikeluarkan

juga Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam

Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional.

Berdasarkan konsep epidemiologi, penyakit tidak datang dengan sendirinya. Namun,

dalam hal Covid-19 ada konsep yang bernama triad epidemiologi yang menyebabkan

pandemi Covid-19 seperti sekarang ini .Segitiga epidemiologi (trias epidemiologi)

merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberikan gambaran tentang hubungan

antara tiga faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan.

Segitiga ini merupakan gambaran interaksi antara tiga faktor yakni host (tuan rumah /

penjamu), agent (faktor penyebab) dan environment (lingkungan). Timbulnya

penyakit berkaitan dengan terjadinya ketidakseimbangan interaksi antara ketiga faktor ini.

Keterhubungan antara penjamu, agen dan lingkungan ini merupakan satu kesatuan dinamis

yang berada keseimbangan (equilibrium) pada seorang individu yang sehat. Jika terjadi

gangguan terhadap keseimbangan hubungan segitiga ini, maka akan menimbulkan status

sakit. Penyakit atau pandemi Covid-19 ini terjadi akibat dari terjadinya ketidakseimbangan

interaksi antara ketiga faktor ini yaitu host,agent dan lingkungan.


Pada makalah ini kelompok 3 akan memaparkan faktor lingkungan dalam triad

epidemiologi sebagai penyebab pandemi Covid-19 dan bagaimana penanganannya di

dalam lingkungan sehari-hari ataupun dalam lingkungan pelayanan kesehatan.


TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling

mempengaruhi. Faktor tersebut yaitu lingkungan (environment), agen penyebab penyakit

(agent), dan penjamu (host). Ketiga faktor penting ini disebut segi tiga epidemiologi

(epidemiological triangel). Hubungan ketiga faktor tersebut digambarkan secara sederhana

sebagai timbangan, yaitu agen penyebab penyakit pada satu sisi dan pejamu pada sisi yang

lain dengan lingkungan sebagai penumpunya.

Segitiga epidemiologi (trias epidemiologi) merupakan konsep dasar epidemiologi

yang memberikan gambaran tentang hubungan antara tiga faktor utama yang berperan

dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan. Segitiga ini merupakan gambaran

interaksi antara tiga faktor yakni host (tuan rumah/penjamu), agent (faktor penyebab),

environment (lingkungan). Timbulnya penyakit berkaitan dengan terjadinya

ketidakseimbangan interaksi antara ketiga faktor ini. Keterhubungan antara penjamu, agen,

dan lingkungan ini merupakan satu kesatuan dinamis yang berada keseimbangan

(equilibrium) pada seorang individu yang sehat. Jika terjadi gangguan terhadap

keseimbangan hubungan segitiga ini, maka akan menimbulkan status sakit.

Gangguan keseimbangan yang memungkinkan terjadinya penyakit berkaitan

dengan:

1. Terjadinya penjamu yang rentan (susceptible host)

2. Keterpaparan oleh faktor agen yang potensial berisiko (faktor risiko)

3. Keadaan perubahan lingkungan yang mendukung keterpaparan oleh agent dan

penjamu yang makin rentan.

Faktor Lingkungan

Lingkungan yang higienis/bersih termasuk udara, air dan tanah yang aman menjadi

penting agar mampu memberikan kehidupan bagi unsur biotik dan abiotik termasuk kepada

manusia Persoalan lingkungan adalah persoalan anthropogenik yang dilakukan oleh kita
dan berakibat kepada kita juga. Oleh karena itu lingkungan perlu dikelola dengan baik guna

memberikan kehidupan manusia dengan kesehatannya apalagi pada kondisi pandemi

COVID-19 saat ini. Faktor Lingkungan adalah semua faktor luar dari suatu individu yang

dapat berupa lingkungan fisik, biologis, dan sosial.

A. Lingkungan fisik

Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara

langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia. Lingkungan

fisik (termasuk unsur kimiawi serta radiasi) meliputi :

a. Udara keadaan cuaca, geografis, dan golongan

b. Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai bentuk pemencaran pada air,

dan

c. Unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain sebagainya.

Lingkungan fisik ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak pula yang

timbul akibat manusia sendiri. Komponen lingkungan abiotik atau fisik merupakan semua

benda mati yang berada di sekeliling makhluk hidup. Komponen lingkungan yang satu ini

menjadi pelengkap bagi lingkungan biologis atau adalah segala yang tidak bernyawa seperti

matahari, air, udara, tanah, iklim dan bunyi serta lingkungan fisik lainnya.

COVID-19 merupakan penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus yang

meyebar melalui droplet atau partikel kecil pada percikan air yang keluar ketika berbicara,

bersin, atau batuk. Namun begitu ada kemungkinan virus ini dapat menyebar melalui udara

(airborne), yaitu ketika penderita COVID-19 mendapatkan prosedur tindakan medis yang

dapat menyebabkan droplet berterbangan (aerosol) seperti suction, intubasi, atau nebulizer.

Kekhawatiran masyarakat akan semakin masifnya penyebaran COVID-19 memuncul asumsi

bahwa virus ini dapat menyebar melalui udara meskipun tanpa mendapatkan prosedur

tindakan medis aerosol. Untuk memastikan hal ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

masih terus melakukan penelitian lebih lanjut. Menimbang banyaknya bukti, WHO

mengatakan bahwa virus corona sebagian besar menyebar melalui kontak dekat dengan
orang yang terinfeksi. Namun, penelitian lebih lanjut menemukan penularan Covid-19

melalui partikel aerosol yang ada di udara. Aerosol adalah tetesan pernapasan yang sangat

kecil sehingga dapat menempel di udara selama berjam-jam dan dalam jarak jauh. WHO

merekomendasikan tindakan pencegahan khusus terhadap aerosol di lingkungan rumah

sakit, terutama prosedur seperti memasukkan tabung pernapasan ke pasien. WHO juga

merekomendasikan untuk menghindari ruang yang penuh sesak dan tertutup dengan

ventilasi yang buruk.

Sebagai salah satu langkah pencegahan penyebaran virus di udara adalah dengan

memperhatikan sirkulasi udara. Ketika sirkulasi udara lancar, maka akan tercipta udara yang

segar dan sehat. Selain itu, pengaturan ventilasi juga penting untuk diperhatikan. Usahakan

agar ada perputaran udara yang masuk ke dalam ruangan dan udara yang keluar. Ventilasi

ini dapat diciptakan dengan menggunakan bantuan kipas angin, kipas pengisap udara

(exhaust fan), atau dengan membuka pintu dan jendela secara berkala.

Selain memperhatikan sirkulasi udara, ternyata berdasarkan studi laboratorium

terhadap virus Corona yang diletakkan pada lingkungan yang diawasi dengan baik,

mengindikasikan bahwa virus dapat menimbulkan infeksi di dalam air yang terkontaminasi

tinja manusia selama berhari-hari atau bermingguminggu sehingga perlu dilakukan

pengolahan limbah air baik untuk mengindari terjadinya perkembangbiakan virus Covid-19.

Tabel 1. Macam limbah covid-19 yang diperkirakan berisiko terhadap lingkungan

Limbah B3 Padat Air Limbah


APD (handscoon, masker, headcap, Semua air buangan termasuk tinja,
gown) bekas dan had towel bekas berasal dari kegiatan penanganan pasien
Covid-19 yang kemungkinan mengandung
mikroorganisme.
APD yang digunakan saat Cairan yang digunakan dalam kegiatan
dekonteminasi ruangan dan isolasi pasien meliputi cairan dari mulut
ambulance dan atau hidung atau air kumur pasien
Kapas bekas, alat suntik bekas, set Air cucian alat kerja, alat makan dan
infus bekas, ampul bekas, perban minum pasien dan atau cucian linen yang
bekas, alat makan dan minum bekas
pasien berbahaya bagi kesehatan

Limbah air yang dihasilkan oleh pasien Covid-19 dalam situasi pandemi Covid-19

perlu dilakukan pengelolahan sebagai salah satu cara untuk memutus penyebaran kasus

Covid-19. Air limbah yang dialirkan melalui saluran air limbah harus diolah dengan sistem

pengolahan terpusat secara aman. Setiap tahap pengolahan (termasuk didalamnya waktu

tunggu dan pengenceran) harus dapat menghilangkan potensi risiko Covid-19. Kolam

stabilisasi (kolam oksidasi) adalah teknologi sederhana pengolahan air limbah yang dapat

membunuh bakteri patogen, dimana memiliki waktu tunggu/ retensi hingga 20 hari atau lebih

yang dikombinasikan paparan sinar matahari. Peningkatan pH dan proses biologi, adalah

merupakan faktor yang dapat mempercepat rusaknya bakteri patogen. Langkah

penambahan disinfeksi di akhir dapat dipertimbangkan bila pengelolaan air limbah yang

tersedia tidak optimal dalam menghilangkan virus.

Waspada Covid-19 telah menggerakkan masyarakat pada sejumlah kebiasaan

sanitasi baru yang bersifat 3 M, yaitu:

 Massal berarti melibatkan jumlah besar orang.

 Meluas, bahwa kebiasaan tersebut bukan hanya muncul di tempat atau komunitas

tertentu saja melainkan di mana-mana.

 Menerus merujuk pada fakta bahwa kebiasaan baru tersebut berlangsung cukup lama.

Menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar, merupakan keharusan dalam

pencegahan penyebaran COVID19. Hal ini dapat dilakukan dalam pembiasaan pola hidup

bersih dan sehat. Pola Hidup Bersih dan Sehat perlu dilakukan secara menyeluruh, baik

untuk diri pribadi, keluarga, serta lingkungan. Penting untuk memastikan bahwa lingkungan

tempat kita tinggal kondusif untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan medis yang

diperlukan orang tersebut. Idealnya, Pengendalian infeksi lingkungan yang sesuai, seperti

ventilasi udara yang memadai, sistem penyaringan dan pengelolaan limbah perlu

diperhatikan dalam memutus rantai penyebaran Covid-19 dalam lingkungan tempat kita

tinggal.
Dalam rangka mencegah terjadinya penyebaran penyakit Covid-19 kewilayah yang

lebih luas. Terdapat upaya yang dapat dilakukan berdasarkan pada hasil penyelidikan

epidemiologi yang dilakukan. Upaya tersebut dilakukan terhadap masyarakat maupun

lingkungan, antara lain dengan:

a) Menjaga kebersihan/higiene tangan, saluran pernapasan.

b) Sedapat mungkin membatasi kontak dengan kasus yang sedang diselidiki dan bila tak

terhindarkan buat jarak dengan kasus.

c) Asupan gizi yang baik guna meningkatkan daya tahan tubuh.

d) Apabila diperlukan untuk mencegah penyebaran penyakit dapat dilakukan tindakan

isolasi dankarantina.

e) Penggunaan APD sesuai risiko pajanan

Bagi petugas kesehatan perlu juga diwaspadai lingkungan pada saat mengambil

specimen pasien ataupun sedang melakukan tindakan terhadap pasien. Perlu diperhatikan

betul sebelum kegiatan dilaksanakan, harus memperhatikan universal precaution atau

kewaspadaan universal untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari pasien ke

paramedis maupun lingkungan sekitar. Hal tersebut meliputi: selalu mencuci tangan dengan

menggunakan sabun/desinfektan sebelum dan sesudah tindakan, dan menggunakan APD.

Penggunaan APD dapat mengacu pada Petunjuk Teknis Alat Pelindung Diri Dalam

Menghadapi Wabah COVID19 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan

Kesehatan, Kementerian Kesehatan Tahun 2020.

B. Lingkungan biologis

Komponen lingkungan biotik atau biologis merupakan semua makhluk hidup yang

berada di sekeliling manusia. Menurut ukuran tubuhnya, makhluk hidup bisa dikelompokkan

menjadi 2 yakni makroorganisme & mikroorganisme. Makroorganisme terdiri dari hewan,

tumbuhan dan manusia itu sendiri. Sedangkan mikroorganisme terdiri dari bakteri dan

organisme pengurai (detritivor).


a. Beberapa mikroorganisme patogen dan tidak patogen

b. Vektor pembawa infeksi

c. Berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia,

baik sebagai sumber kehidupan (bahan makanan dan obat-obatan),maupun

sebagai reservoir/sumber penyakit atau pejamu antara (host intermedia) ; dan

d. sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu terutama penyakit

menular.

Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan yang

penting dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsur penyebab, baik

sebagai unsur lingkungan yang menguntungkan manusia (sebagai sumber kehidupan)

maupun yang mengancam kehidupan / kesehatan manusia.

Belum dipastikan berapa lama virus penyebab COVID-19 bertahan di atas

permukaan, tetapi perilaku virus ini menyerupai jenis-jenis coronavirus lainnya. Lamanya

coronavirus bertahan mungkin dipengaruhi kondisi-kondisi yang berbeda (seperti jenis

permukaan, suhu atau kelembapan lingkungan). Penelitian (Doremalen et al, 2020)

menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat bertahan selama 72 jam pada permukaan plastik

dan stainless steel, kurang dari 4 jam pada tembaga dan kurang dari 24 jam pada kardus.

Seperti virus corona lain, SARS-COV-2 sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas. Efektif

dapat dinonaktifkan dengan pelarut lemak (lipid solvents) seperti eter, etanol 75%, ethanol,

disinfektan yang mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan khloroform (kecuali

khlorheksidin).

Prosedur pembersihan dan disinfeksi lingkungan harus diikuti dengan benar dan

konsisten. Petugas kebersihan perlu diedukasi dan dilindungi dari infeksi COVID-19 dan

petugas kebersihan harus memastikan bahwa permukaan lingkungan dibersihkan secara

teratur selama periode observasi:

a) Bersihkan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuh seperti meja, rangka tempat

tidur, dan perabotan kamar tidur lainnya setiap hari dengan disinfektan rumah tangga
yang mengandung larutan pemutih encer (pemutih 1 bagian hingga 99 bagian air).

Untuk permukaan yang tidak mentolerir pemutih maka dapat menggunakan etanol 70%

b) Bersihkan dan disinfeksi permukaan kamar mandi dan toilet setidaknya sekali sehari

dengan disinfektan rumah tangga yang mengandung larutan pemutih encer (1 bagian

cairan pemutih dengan 99 bagian air)

c) Membersihkan pakaian, seprai, handuk mandi, dan lain-lain, menggunakan sabun cuci

dan air atau mesin cuci di 60–90°C dengan deterjen biasa dan kering

d) Harus mempertimbangkan langkah-langkah untuk memastikan sampah dibuang di TPA

yang terstandar, dan bukan di area terbuka yang tidak diawasi

e) Petugas kebersihan harus mengenakan sarung tangan sekali pakai saat membersihkan

atau menangani permukaan, pakaian atau linen yang terkotori oleh cairan tubuh, dan

harus melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah melepas sarung tangan.

C. Lingkungan sosial

Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem organisasi. Serta

instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk masyarakat tersebut.

Lingkungan sosial ini meliputi :

a. Hukum, administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem ekonomi yang

berlaku

b. Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat

c. Sistem pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup sehat masyarakat setempat

d. Kebiasaan hidup masyarakat

e. Kepadatan penduduk. Kepadatan rumah tangga, serta berbagai sistem kehidupan

sosial lainnya.

f. berupa migrasi/urbanisasi, lingkungan kerja, keadaan perumahan, keadaan sosial

masyarakat (kekacauan, bencana alam, perang, banjir)


Pandemi covid-19 ini mengharuskan kita untuk memiliki kebiasaan Pola Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS). Hidup sehat merupakan hal yang seharusnya diterapkan oleh setiap

orang karena manfaat yang didapat sangat banyak, mulai dari kesehatan jiwa dan raga

hingga kefokusan dalam mengerjakan sesuatu, serta pada kesejahteraan hidup anggota

keluarga serta terciptanya suasana yang indah, asri serta damai sehingga membuat

lingkungan hidup terasa nyaman Kegiatan ini sebagai salah satu bentuk upaya kita dalam

menjaga keshatan agar terhindar dari virus Covid-19.

Menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar merupakan keharusan dalam

pencegahan penyebaran Covid-19. Menciptakan hidup sehat sebenarnya sangatlah mudah

serta murah, apabila dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan

apabila mengalami gangguan kesehatan cukup mahal. Hidup sehat merupakan hal yang

seharusnya diterapkan oleh setiap orang, mengingat manfaat yang ditimbulkan akan sangat

banyak, mulai dari konsentrasi kerja, kesehatan.  PHBS ini nantinya akan menjadi sebuah

kebiasaan baik kita kedepanya, hal ini juga dapat kita tularkan kepada kerabat ataupun

orang-orang disekitar kita agar peduli dengan pola hidup sehat. Sembilan pola hidup bersih

dan sehat yang PSLH anjurkan ini dapat menjadi bahan edukasi bagi masyarakat sebagai

salah satu cara pencegahan penularan virus Covid-19, yaitu:

a) Pahami kondisi kesehatan anda masing-masing. Imunitas yang baik merupakan salah

satu benteng pencegahan COVID-19. Memahami kondisi kesehatan pribadi, termasuk

risiko penyakit atau masalah kesehatan tertentu yang dimiliki akan membantu dalam

pencegahan atas COVID-19.

b) Konsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Mengubah pola makan kita ke arah menu

yang sehat dan seimbang dapat membantu menjaga kesehatan dan imunitas tubuh.

Konsumsi vitamin dapat ditambahkan sesuai dosis pemakaian.

c) Perbanyak asupan cairan untuk tubuh. Minum air hangat 6-8 gelas sehari selain

bermanfaat untuk menjaga asupan cairan tubuh, sekaligus dapat membantu

mencegah virus SARS-COV-2 “menempel” di tenggorokan.


d) Biasakan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Mencuci tangan dengan sabun

selama minimal 20 detik di bawah air yang mengalir merupakah salah satu cara paling

mudah untuk mencegah perkembangan virus dan kuman di tangan.

e) Lakukan aktivitas fisik atau olahraga yang cukup. Social distancing melalui

#DiRumahAja tidak menjadi alasan untuk bermalas-malasan. Beraktivitas fisik atau

olahraga wajib kita lakukan setiap harinya, paling tidak sembari berjemur pagi hari

antara pukul 07.30 – 09.30.

f) Hentikan kebiasaan atau aktivitas yang merugikan kesehatan. Masa pencegahan

pandemic COVID-19 ini bisa menjadi momen tepat untuk menghentikan kebiasaan

merokok atau minum minuman beralkohol.

g) Istirahat yang cukup, untuk badan dan pikiran. Tidak hanya tubuh yang memerlukan

cukup istirahat, pikiran juga demikian. Hindarkan membaca atau mendengarkan

informasi yang meresahkan atau dapat menaikkan tingkat stres anda. J

h) aga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar. kondisi rumah dengan sanitasi yang

baik, serta lingkungan sekitar yang bersih dan sehat menjadi kunci dalam mendukung

pola hidup yang bersih dan sehat.

i) Perbanyak pikiran positif dan bahagia. Pikiran bahagia adalah resep rahasia untuk

menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Jangan lupa untuk selalu bersyukur dan berdoa

sebagai bentuk prasangka baik kita pada Tuhan.

Kegiatan penemuan kasus Covid-19 di wilayah dapat dilakukan di fasyankes

maupun di masyarakat. Yang dimaksud dengan wilayah adalah wilayah administratif

provinsi dan kabupaten/kota. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan adanya seseorang

yang terindikasi COVID-19 yang harus segera direspon. Bentuk respon berupa verifikasi,

notifikasi, rujukan kasus dan respon penanggulangan. Bentuk kegiatan verifikasi adalah

penyelidikan epidemiologi. Sedangkan, kegiatan respon penanggulangan antara lain

identifikasi dan pemantauan kontak, rujukan, komunikasi risiko dan pemutusan rantai

penularan.
Kegiatan di pintu masuk negara meliputi upaya to prevent, to detect, dan to respond

terhadap COVID-19 di pelabuhan, bandar udara, dan PLBDN. Upaya tersebut dilaksanakan

melalui pengawasan alat angkut, orang, barang, dan lingkungan yang datang dari

wilayah/negara terjangkit COVID-19 yang dilaksanakan oleh KKP dan berkoordinasi dengan

lintas sektor terkait. Secara umum kegiatan penemuan kasus COVID-19 di pintu masuk

diawali dengan penemuan kasus pada pelaku perjalanan. Ada beberapa kondisi di wilayah

yang perlu perhatian khusus dalam mewaspadai penemuan kasus, misalnya pada fasilitas

tertutup (seperti lapas, panti jompo, panti rehabilitasi, asrama, pondok pesantren, dan lain-

lain) dan pada kelompok-kelompok rentan.

Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (disingkat dengan PPKM) adalah

kebijakan Pemerintah Indonesia sejak awal tahun 2021 untuk menangani pandemi Covid-19

di Indonesia. Sebelum pelaksanaan PPKM, pemerintah telah melaksanakan pembatasan

sosial berskala besar (PSBB) yang berlangsung di sejumlah wilayah di Indonesia. PPKM

berlangsung di beberapa wilayah yang menjadi titik penyebaran infeksi Covid-19, yakni

di Pulau Jawa dan Bali.

Pembatasan kegiatan masyarakat yang diatur dalam Instruksi Mendagri Nomor 1

Tahun 2021 yaitu

a) Membatasi tempat kerja/perkantoran dengan menerapkan kerja dari rumah (WFH)

sebesar 75% dan kerja dari kantor (WFO) sebesar 25% dengan memberlakukan

protokol kesehatan secara lebih ketat;

b) Melaksanakan kegaitan belajar mengajar secara daring;

c) Sektor esensial yang berkaitan dengan kebutuhan pokok masyarakat tetap dapat

beroperasi 100% dengan pengaturan jam operasional, kapasitas, dan penerapan

protokol kesehatan secara lebih ketat;

d) Melakukan pengaturan pemberlakuan pembatasan:

e) Kegiatan restoran (makan/minum di tempat sebesar 25% dan untuk layanan

makanan melalui pesan-antar atau dibawa pulang tetap diizinkan sesuai dengan jam

operasional restoran dengan penerapan protokol kesehatan yang lebih ketat; dan
f) Pembatasan jam operasional untuk pusat perbelanjaan/mall sampai pukul 19.00

WIB;

g) Mengizinkan kegiatan konstruksi beroperasi 100% dengan penerapan protokol

kesehatan yang lebih ketat;

h) Mengizinkan tempat ibadah untuk dilaksanakan dengan pembatasan kapasitas

sebesar 50% dengan penerapan protokol kesehatan yang lebih ketat;

Mengurangi angka penyebaran dan penularan Covid-19 di dunia tidaklah mudah

karena setiap orang pasti dapat terpapar Covid-19 apabila tidak menjaga kebersihan dan

memakai masker saat diluar rumah atau saat berhadapan dengan orang lain secara

langsung. Berbagai upaya terus dilakukan oleh para ahli kesehatan dan masyarakat demi

mengakhiri meningkatnya virus Covid-19. Di beberapa negara termasuk Indonesia,

Pemerintah membuat pedoman dan protokol kesehatan untuk menghadapi virus Covid-19.

Di negara kita, protokol kesehatan ini dikenal dengan sebutan 5M. Protokol kesehatan 5M di

terapkan untuk membantu pencegahan penularan virus Covid-19. Berikut ini protokol

kesehatan 5M yang akan dijelaskan dibawah ini yaitu sebagai berikut :

1. Mencuci Tangan

Rutin mencuci tangan setidaknya selama 20 detik dengan menggunakan air bersih dan

sabun cuci tangan agar kuman dapat mati, hal tersebut sangat efektif dilakukan untuk

mencegah penularan virus Covid-19. Mencuci tangan dapat dilakukan setiap hari dan setiap

saat terutama pada saat-saat seperti dibawah ini :

a) Sebelum makan dan minum

b) Setelah menggunakan kamar mandi

c) Setelah berjabat tangan dengan orang lain

d) Setelah batuk atau bersin

e) Setelah beraktivitas diluar rumah

2. Menggunakan Masker
Menggunakan masker merupakan salah satu protokol kesehatan yang wajib dilaksanakan

karena dengan menggunakan masker dapat melindungi kita dari terpaparnya virus Covid-

19. Di Indonesia disarankan untuk menggunakan masker secara double yaitu masker medis

dan masker kain. Penggunaan masker sangat diperhatikan terutama saat diluar rumah dan

saat beraktivitas sehari-hari.

3. Menjaga Jarak

Protokol kesehatan lainnya yang perlu dipatuhi yaitu menjaga jarak. Protokol kesehatan ini

dimuat dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI dalam “Protokol Kesehatan Bagi

Masyarakat di tempat dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian

COVID-19.” Di sana disebutkan bahwa menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain

untuk menghindari terkena droplets dari orang yang bicara, batuk, atau bersin, serta

menghindari kerumunan, keramaian, dan berdesakan.

4. Menjauhi Kerumunan

Menjauhi kerumunan merupakan protokol kesehatan yang juga harus dilakukan. Menurut

Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), masyarakat diminta untuk menjauhi kerumunan

saat berada di luar rumah. Apabila semakin banyak dan sering kamu bertemu orang dan

berkomunikasi dengan orang banyak, maka kemungkinan terinfeksi virus Covid-19 pun

semakin tinggi. Sehingga kita harus bisa lebih hati-hati saat berada di luar rumah dan hindari

tempat keramaian terutama saat sedang sakit atau berusia di atas 60 tahun (lansia).

Menurut riset, lansia dan pengidap penyakit kronis memiliki risiko yang lebih tinggi terpapar

virus Covid-19.

5. Mengurangi Mobilitas

Mengurangi mobilitas merupakan salah satu protokol kesehatan yang perlu dilakukan yaitu

untuk tidak keluar rumah kecuali terdapat keadaan yang mendesak, semakin banyak dirimu

menghabiskan waktu di luar rumah, maka semakin tinggi pula terpapar virus Covid-19. Oleh

karena itu, bila tidak ada keperluan yang mendesak, tetaplah berada di rumah. Penerapan
aturan kerja secara WFH dan WFO juga merupakan salah contoh penerapan untuk

mengurangi mobilitas di luar rumah karena bekerja juga dapat dilakukan dirumah secara

daring.
KESIMPULAN

Teori segitiga epidemiologi menyebutkan bahwa penyakit infeksius seperti Covid-19

disebabkan oleh 3 faktor, yaitu determinan host , determinan agent dan determinan

environment. Faktor lingkungan merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam memutus

rantai penyebaran Covid-19. Faktor Lingkungan adalah semua faktor luar dari suatu

individu yang dapat berupa lingkungan fisik, biologis, dan sosial. Berikut adalah bentuk

pengendalian lingkunan yang dapat dilakukan pada masa pandemi Covid-19:

1. Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik merupakan semua benda mati yang berada di sekeliling makhluk

hidup. Komponen lingkungan yang satu ini menjadi pelengkap bagi lingkungan biologis

atau adalah segala yang tidak bernyawa seperti matahari, air, udara, tanah, iklim dan

bunyi serta lingkungan fisik lainnya. Bentuk pengendalian lingkungan fisik selama

pandemi Covid-19 yaitu:

a. Pengelolahan limbah infeksius, termasuk limbah dari penanganan pasien Covid-19 di

fasilitas kesehatan

b. Sebagai salah satu langkah pencegahan penyebaran virus di udara yaitu

memperhatikan sirkulasi udara dengan menghindari ruang yang penuh sesak dan

tertutup dengan ventilasi yang buruk.

2. Lingkungan Biologis

Lingkungan biologis sangat berpengaruh dan memegang peranan yang penting dalam

interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsur penyebab, baik sebagai unsur

lingkungan yang menguntungkan manusia (sebagai sumber kehidupan) maupun yang

mengancam kehidupan / kesehatan manusia. Bentuk pengendalian lingkungan biologis

selama pandemi Covid-19 yaitu dilakukannya desinfeksi dengan baik dan benar serta

menerapkan pola hidup bersih dan sehat.


3. Lingkungan sosial

Untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 dengan baik, pengendalian di lingkungan

sosial sangat perlu diperhatikan dan dilaksanakan diantaranya adalah menaati segala

peraturan yang dibuat pemerintah mengenai pengendalian Covid-19 seperti menaati

aturan 5M dan PPKM yang berlangsung.


DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas. 2021. Studi Pembelajaran

Penanganan COVID-19 di Indonesia. Jakarta: Kementerian Perencanaan

Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Nadjib, M.Bustan. 2012.Pengantar Epidemiologi.Jakarta : Rineka Cipta.

Panduan Kegiatan Menjaga Kebersihan Lingkungan dan Langkah-Langkah Disinfeksi dalam

Rangka Pencegahan Penularan COVID-19 dapat di unduh melalui

https://covid19.kemkes.go.id/protokol-covid-19/panduan-kegiatanmenjaga-kebersihan-

lingkungan-dan-langkah-langkah-desinfeksi-dalam-rangkapencegahan-penularan-covid-

19.

Pujaningsih N.N, Sucitawathi. Penerapan Kebijakan Pembatasan Kegiatan Masyarakat

(Pkm) Dalam Penanggulangan Wabah Covid-19 Di Kota Denpasar. Jurnal Moderat,

2020 6(3): 458-470.

Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM. 2020. PANDUAN UNTUK PEDULI LINGKUNGAN

SEKITAR Selama masa pandemi infeksi COVID19.

https://pslh.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1015/Panduan-Peduli-LH-PSLH-COVID-

19.pdf diakses pada 03 Oktober 2021.

Rajab, Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sugihantono, dkk. 2020. PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

CORONAVIRUS DISESASE (COVID-19). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai