Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PROMOSI KESEHATAN

PROMOSI KESEHATAN
TENTANG COVID-19

Disusun Kelompok B3:


1. Putu Dyah Ayu Sekar Nindita 2220434870
2. Putu Gita Damayanthi 2220434871

PROFESI APOTEKER XLIII


UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Virus Corona atau diistilahkan dengan severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2 (SARS-CoV-2) dikenal sebagai virus yang menyerang sistem pernapasan.
Dalam perkembangan saat ini, penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19 atau
dalam artiannya merupakan “Coronavirus disease 19” (Prastyowati, 2020). Pada awal
berkembangnya, virus ini diperkirakan berasal dari hewan, seperti kelelawar dan unta, dan
bisa menular dari hewan ke manusia, serta dari manusia ke manusia (Telaumbanua, 2020)
dan diketahui dalam perkembangannya hingga saat ini, belum ada pengobatan yang dapat
menyembuhkan infeksi COVID-19.
Virus Corona diketahui dapat menyebabkan gangguan ringan pada sistem
pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga dalam kondisi terparah adalah kematian.
Virus corona ini menular melalui percikan dahak (droplet) dari saluran pernapasan yang
dihasilkan saat orang batuk, bersin, atau mengembuskan nafas. Droplet ini terlalu berat
dan tidak bisa bertahan di udara, sehingga dengan cepat jatuh dan menempel pada lantai
atau permukaan benda lainnya (Ahsan, 2020). Oleh sebab itu, World Health Organization
(WHO) senantiasa melakukan tindakan pencegahan.
Tingginya kasus aktif COVID-19 di Indonesia dalam beberapa pekan terakhir patut
diwaspadai. Kemunculan virus corona jenis baru Omicron yang memiliki daya tular lebih
cepat dari varian-varian sebelumnya membuktikan bahwa pandemi belum akan segera
berakhir. Meski tidak seganas varian delta, tetap saja varian jenis baru ini dapat
memberikan risiko pada mereka yang rentan, manula, lansia, anak-anak, pasien dengan
komorbid dan mereka yang tidak mendapatkan vaksin karena alasan kesehatan. Hal-hal
tesebutlah yang kemudian patut diwaspadai dan menjadi faktor utama varian omicron
menguasai lebih cepat penyebarannya di Indonesia (WHO, 2021).
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme atau
bagiannya atau zat yang dihasilkannya yang telah diolah sedemikian rupa sehingga aman,
yang apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara
aktif terhadap penyakit tertentu. Vaksin merupakan salah satu cara yang dianggap mampu
mempercepat normalisasi kondisi sehingga kita mampu menjalani kehidupan kembali
seperti sedia kala (WHO, 2021).
Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam rencana dilakukannya
vaksinasi, yaitu perlu dilakukannya sosialisasi yang masif tentang pentingnya vaksinasi
sebagai upaya yang paling efektif dalam mencegah penyakit dan bahayanya pandemi
COVID-19 dalam berbagai perspektif kehidupan. Sosialisasi juga melibatkan semua
media massa dan media sosial karena banyak media yang keliru memberitakan vaksin dan
obat COVID-19 adalah sama padahal keduanya berbeda. Vaksin bertujuan mencegah
penyakit sedangkan obat bertujuan menyembuhkan ketika terjangkit penyakit. Selain itu
perlu dilakukan pendekatan kepada masyarakat agar nantinya masyarakat tidak antivaksin.
Seperti halnya pada kegiatan imunisasi beberapa penyakit menular sebelumnya yang
banyak mendatangkan pro kontra kehalalan dan banyak menimbulkan kelompok-
kelompok antivaksin, vaksinasi COVID-19 perlu melibatkan stakeholder untuk
melakukan pendekatan kepada kelompok masyarakat melalui strategi promosi kesehatan
seperti upaya advokasi, dukungan sosial dan pemberdayaan masyarakat
Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka penyuluhan mengenai mengenai
pemberian vaksin COVID-19 sangat diperlukan, sebagai wujud nyata menyikapi
permasalahan di atas maka kami ingin memberikan suatu solusi yaitu dengan melakukan
suatu kegiatan promosi kesehatan mengenai “Edukasi Keamanan Vaksin COVID-19 serta
Pencegahan Penyebaran COVID-19”. Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat
memberikan informasi kepada masyarakat tentang vaksin COVID-19 dan masyarakat luas
tidak lagi memiliki ketakutan untuk divaksin sehingga proses vaksinasi yang direncanakan
oleh pemerintah dapat berjalan lancar dan target dari pemerintah untuk meredam pandemi
lebih cepat terealisasi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Bagaimana tingkat keamanan vaksin COVID-19 sebagai upaya pencegahan
penyebaran COVID-19 di masyarakat?
b. Bagaimana upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran COVID-
19 di masyarakat?

1.3 TUJUAN
a. Mengetahui tingkat keamanan vaksin COVID-19 sebagai upaya pencegahan
penyebaran COVID-19 di masyarakat.
b. Mengetahui upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran COVID-
19 di masyarakat.
1.4 MANFAAT
a. Meningkatkan kepedulian kepada masyarakat terhadap adanya bentuk pencegahan
penyebaran COVID-19 melalui promosi kesehatan tentang “Edukasi Keamanan
Vaksin COVID-19 serta Pencegahan Penyebaran COVID19”.
b. Memberikan sumbangsih nyata dalam membantu pemerintah untuk mengedukasi
masyarakat mengenai vaksinasi COVID-19 guna membangun herd imunity dalam
mencegah penyebaran COVID-19.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TINGKAT KEAMANAN VAKSIN COVID-19


Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm. Virus ini
utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah kelelawar dan unta. Sebelum
terjadinya wabah COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia,
yaitu alphacoronavirus 229E, alphacoronavirus NL63, betacoronavirus OC43,
betacoronavirus HKU1, Severe Acute Respiratory Illness Coronavirus (SARS-CoV), dan
Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) (Riedel, 2019).
Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus betacoronavirus.
Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini masuk dalam subgenus yang sama
dengan coronavirus yang menyebabkan wabah Severe Acute Respiratory Illness (SARS)
pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus (Zhu, 2019) Atas dasar ini, International
Committee on Taxonomy of Viruses mengajukan nama SARS-CoV-2 (Garbalenya, 2020)
Saat ini, penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia menjadi sumber
transmisi utama sehingga penyebaran menjadi lebih agresif. Transmisi SARS-CoV-2 dari
pasien simptomatik terjadi melalui droplet yang keluar saat batuk atau bersin (Han, 2019)
Selain itu, telah diteliti bahwa SARS-CoV-2 dapat viabel pada aerosol (dihasilkan melalui
nebulizer) selama setidaknya 3 jam (Van, 2020) WHO memperkirakan reproductive
number (R0) COVID-19 sebesar 1,4 hingga 2,5. Namun, studi lain memperkirakan R0
COVID-19 sebesar 3,28 (Liu, 2020).

Gambar 2.1 Skema perjalanan penyakit COVID-9


Berdasarkan data yang ada, penyakit komorbid hipertensi dan diabetes melitus, jenis
kelamin laki-laki, dan perokok aktif merupakan faktor risiko dari infeksi SARS-CoV-2.
Distribusi jenis kelamin yang lebih banyak pada laki-laki diduga terkait dengan prevalensi
perokok aktif yang lebih tinggi. Pada perokok, hipertensi, dan diabetes melitus, diduga ada
peningkatan ekspresi reseptor ACE2 (Cai, 2020) Beberapa faktor risiko lain yang
ditetapkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) adalah kontak erat,
termasuk tinggal satu rumah dengan pasien COVID-19 dan riwayat perjalanan ke area
terjangkit. Berada dalam satu lingkungan namun tidak kontak dekat (dalam radius 2 meter)
dianggap sebagai risiko rendah. Tenaga medis merupakan salah satu populasi yang berisiko
tinggi tertular. Di Italia, sekitar 9% kasus COVID-19 adalah tenaga medis. Di China, lebih
dari 3.300 tenaga medis juga terinfeksi, dengan mortalitas sebesar 0,6%.55 (Wang, 2020).
Program vaksinasi dianggap sebagai kunci dalam mengakhiri pandemi karena dapat
digunakan dalam rangka mengurangi angka morbiditas dan mortalitas serta membentuk
kekebalan kelompok terhadap virus COVID-19. Vaksinasi COVID-19 telah mengalami
perjalanan yang panjang untuk memastikan keamanan dan keampuhannya melalui berbagai
penelitian dan uji coba. Namun, perjalanan vaksin hingga diterima dengan baik dan
didistribusikan kepada masyarakat luas saat ini membutuhkan proses yang lebih panjang
karena masih terdapat pro dan kontra terhadap vaksinasi (Hakam, 2021).
Vaksinasi adalah pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan
imunitas (antibodi) sistem imun di dalam tubuh. Vaksinasi sebagai upaya pencegahan
primer yang sangat handal mencegah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi.
Dengan prosedur vaksinasi yang benar diharapkan akan di peroleh kekebalan yang optimal,
penyuntikan yang aman dan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang minimal (WHO,
2021).
Menurut CDC, efektivitas vaksin didefinisikan sebagai perbedaan antara orang yang
menjadi sakit setelah vaksinasi dan mereka yang sakit tanpa menerima vaksinasi. Ini adalah
ukuran yang diidentifikasi selama fase ketiga dari uji klinis di mana peneliti memvaksinasi
beberapa orang dan memberikan plasebo kepada orang lain. Subyek uji kemudian dipantau
selama beberapa bulan untuk melihat apakah orang yang divaksinasi lebih rendah terinfeksi
dibandingkan dengan mereka yang belum menerima vaksin. Sebagai contoh, misalkan
suatu vaksin COVID-19 dikatakan memiliki efektivitas sebesar 80%, maka berarti jika
seratus orang telah divaksinasi, rata-rata 80 orang dari 100 orang tersebut tidak tertular
COVID-19.
Pada catatan yang sama, keamanan vaksin didefinisikan sebagai kemampuannya
untuk tidak menyebabkan komplikasi kesehatan, baik pada saat ini maupun di masa depan,
pada orang yang telah divaksinasi (Nugroho, 2021). WHO merekomendasikan beberapa
jenis-jenis vaksin yang telah di evaluasi dan aman untuk di gunakan diantaranya mRNA
COVID-19 BNT162b2 (Pfizer), vaksin mRNA-1273 (Moderna), vaksin ChAdOx1
nCoV-19 / AZD1222 (AstraZeneca), Ad26.COV2.S (Jessen), Sinophram dan terakhir
vaksin Sinovac.
Hasil dari penelitian yang baru-baru ini diterbitkan menunjukkan bahwa efektivitas
dari vaksinasi terus memberikan perlindungan tingkat tinggi terhadap kejadian penyakit
yang terkait dengan varian Omicron. Bukti terbaru, yang mencakup data efektivitas,
menunjukkan bahwa orang yang telah mendapat dosis booster lebih terlindungi
dibandingkan dengan mereka yang hanya menerima dua dosis vaksin COVID-19 saja. Data
menunjukkan bahwa seseorang yang telah menerima dua dosis vaksin COVID-19 memiliki
perlindungan hingga 70% dan meningkat lagi menjadi 90% setelah mendapat suntikan
booster, sehingga dapat memberikan perlindungan yang lebih kuat terhadap infeksi
Omicron (UK Health Security Agency, 2021).
Sebuah laporan oleh Imperial College London menunjukkan bahwa risiko infeksi
ulang dengan Omicron adalah 5,4 kali lebih besar daripada varian Delta. Hal ini disebabkan
karena varian Omicron merupakan virus yang sangat menular sehingga dapat menyebar
tidak hanya di antara individu yang tidak divaksinasi, tetapi juga dapat menyebar di antara
individu yang telah divaksinasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa, individu yang tidak
divaksinasi tetap berada pada risiko tertinggi, tetapi berlaku juga pada mereka yang belum
menerima vaksin dosis ketiga (Imperial College London, 2022).
WHO menekankan bahwa vaksinasi tetap menjadi bagian penting dari pendekatan
untuk memerangi pandemi yang sedang berlangsung. Sejalan dengan rekomendasi oleh
pemerintah di Indonesia, upaya untuk terus meningkatkan pengambilan vaksinasi penuh
pada individu yang saat ini tidak divaksinasi atau divaksinasi sebagian perlu dilakukan
untuk mempercepat peluncuran dosis booster. Hal ini bertujuan untuk mengurangi dampak
buruk dari infeksi virus yang terjadi karena sistem tubuh telah mengenali virus terlebih
dahulu sehingga respons tubuh terhadap infeksi virus akan lebih cepat dan tercapainya
pembentukan herd immunity.
2.2 UPAYA PENCEGAHAN PENYEBARAN COVID-19
Mendapatkan vaksinasi adalah cara terbaik untuk mengurangi risiko terinfeksi
COVID-19. Tetapi bersamaan dengan vaksinasi terdapat beberapa langkah yang dapat
diambil untuk menghindari terinfeksi COVID-19 dan membantu mencegah penyebaran
virus ke orang lain, seperti mengenakan masker saat dibutuhkan, mencuci tangan, menjaga
jarak, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
2.2.1 Mengenakan masker
Virus corona penyebab COVID-19 ditularkan melalui partikel virus yang melayang
di udara atau melalui droplet yang mengandung virus. Bahkan orang yang terinfeksi tetapi
tidak memiliki gejala, atau belum mengembangkan gejala, dapat menulari orang lain.
Masker mengurangi jumlah virus yang kita hirup dan hembuskan. Dikombinasikan dengan
vaksin, masker mampu mengurangi risiko penyebaran kepada individu yang belum
memenuhi syarat untuk vaksin, kepada orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah,
dan kepada orang lain yang tidak divaksinasi. Masker juga memberikan perlindungan
tambahan bagi pemakainya, bahkan yang sudah divaksinasi lengkap (Harvard Health
Publishing, 2022).
CDC menyarankan semua orang yang divaksinasi dan tidak divaksinasi untuk
memakai masker di tempat umum, di dalam ruangan, dan di daerah negara dengan
penularan virus yang meluas. CDC selalu menyarankan orang yang tidak divaksinasi untuk
mengenakan masker di dalam ruangan, dan juga menyarankan siapa pun yang berisiko
tinggi untuk memakai masker di dalam ruangan, terlepas dari tingkat penularan komunitas
(CDC, 2022).
Omicron adalah varian paling menular yang ditemui sepanjang kejadian infeksi
COVID-19, sehingga penggunaan masker berkualitas tinggi menjadi sangat penting. Hal
ini berlaku untuk semua orang, dan terlebih lagi bagi siapa saja yang tidak divaksinasi,
berisiko tinggi terkena penyakit parah, atau merawat seseorang yang terinfeksi COVID-19.
Masker KN95, KF94, dan N95 merupakan masker berkualitas tinggi yang memiliki
ukuran paling pas dan filtrasi terbaik. Masker bedah juga efektif menyaring partikel virus
kecil. Seseorang diperbolehkan untuk memakai masker kain di atas masker bedah untuk
meningkatkan keamanan, namun hindari penggunaan masker kain satu lapis yang tidak
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Dalam menggunakan masker, pastikan bahwa
masker benar-benar menutupi hidung dan mulut serta pas di sisi wajah tanpa meninggalkan
celah untuk mencegah terjadinya penularan (Harvard Health Publishing, 2022).
2.2.2 Mencuci tangan secara efektif
Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama minimal 20
detik, terutama setelah dari kamar mandi, sebelum makan, setelah batuk atau bersin, dan
setelah menangani apa pun yang datang dari luar rumah. Jika sabun dan air tidak tersedia,
dapat menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol dengan setidaknya 60% alcohol
(Harvard Health Publishing, 2022).
2.2.3 Menjaga jarak
Virus COVID-19 menyebar ketika seseorang menghirup droplet atau aerosol yang
dihasilkan orang yang terinfeksi pada saat batuk, bersin, berbicara, atau bernafas. Menjaga
jarak mengacu pada tindakan yang diambil untuk menghentikan atau memperlambat
penyebaran penyakit menular. Untuk seorang individu, hal ini mengacu pada menjaga jarak
yang cukup (enam langkah atau lebih) antara seseorang tersebut dengan orang lain untuk
menghindari terinfeksi atau menginfeksi orang lain. Arahan untuk bekerja dari rumah, dan
membatalkan pertemuan langsung dan acara yang lebih besar sangat membantu dalam
menegakkan jarak fisik di tingkat komunitas (Harvard Health Publishing, 2022).
2.2.4 Menjaga sistem kekebalan tubuh
Mengikuti pedoman kesehatan umum merupakan langkah terbaik yang dapat
diambil untuk menjaga sistem kekebalan tubuh agar tetap kuat dan sehat. Setiap bagian dari
tubuh, termasuk sistem kekebalan akan berfungsi lebih baik ketika dilindungi dari serangan
lingkungan dan didukung oleh strategi hidup sehat seperti hindari merokok atau vape;
makan diet tinggi buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian; konsumsi multivitamin jika tidak
memungkinkan untuk mendapatkan semua nutrisi yang dibutuhkan melalui diet tinggi
buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian; berolahraga secara teratur; pertahankan berat badan
yang ideal; kendalikan tingkat stress; mengontrol tekanan darah; jika minum alkohol,
minumlah hanya dalam jumlah sedang (tidak lebih dari satu hingga dua gelas sehari untuk
pria, tidak lebih dari satu gelas sehari untuk wanita); istirahat yang cukup; dan lakukan
langkah-langkah untuk menghindari infeksi, seperti sering mencuci tangan dan berusaha
untuk tidak menyentuhkan tangan ke wajah, karena kuman berbahaya dapat masuk melalui
mata, hidung, dan mulut (Harvard Health Publishing, 2022).
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
a. WHO merekomendasikan beberapa jenis-jenis vaksin yang telah di evaluasi dan
aman untuk di gunakan diantaranya mRNA COVID 19 BNT162b2 (Pfizer), vaksin
mRNA 1273 (Moderna), vaksin ChAdOx1 nCoV 19 / AZD1222 (AstraZeneca),
Ad26.COV2.S (Jessen), Sinophram dan terakhir vaksin Sinovac. Hasil dari
penelitian menunjukkan bahwa efektivitas dari vaksinasi terus memberikan
perlindungan tingkat tinggi terhadap kejadian penyakit yang terkait dengan varian
Omicron. Data menunjukkan bahwa seseorang yang telah menerima dua dosis
vaksin COVID-19 memiliki perlindungan hingga 70% dan meningkat lagi menjadi
90% setelah mendapat suntikan booster, sehingga dapat memberikan perlindungan
yang lebih kuat terhadap infeksi Omicron. Sehingga dapat dikatakan bahwa,
vaksinasi tetap menjadi bagian penting dari pendekatan untuk memerangi pandemi
yang sedang berlangsung.
b. Mendapatkan vaksinasi adalah cara terbaik untuk mengurangi risiko terinfeksi
COVID-19. Tetapi bersamaan dengan vaksinasi terdapat beberapa langkah yang
dapat diambil untuk menghindari terinfeksi COVID-19 dan membantu mencegah
penyebaran virus ke orang lain, seperti mengenakan masker saat dibutuhkan,
mencuci tangan, menjaga jarak, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

3.2 SARAN
Masa pandemi tidak hanya berpengaruh kepada satu pihak saja, namun pada
keseluruhan elemen masyarakat. Sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh kepada
berbagai macam aktivitas yang perlu memberlakukan protokol kesehatan. Oleh karena itu,
pemberian promosi kesehatan mengenai “Edukasi Keamanan Vaksin COVID-19 serta
Pencegahan Penyebaran COVID19” diharapkan dapat memberikan edukasi kepada
masyarakat tentang keamanan vaksin COVID-19 agar masyarakat lebih siap untuk
mencegah penyebaran infeksi COVID-19 melalui vaksin, dapat menerima vaksin tanpa
rasa takut karena sudah memiliki pengetahuan yang cukup tentang vaksin yang akan
digunakan, serta mengaplikasikan upaya pencegahan lainnya guna mengurangi tingkat
penyebaran infeksi COVID-19.
DAFTAR PUSTAKA

Ahsan., Fadhil., Rahmawati, N.Y., Aldita, F.N. 2020. Lawan Virus Corona : Studi Nutrisi
untuk Kekebalan Tubuh. Jawa Timur : Airlangga University Press.
Cai H. 2020. Sex difference and smoking predisposition in patients with COVID-19. Lancet
Respir Med.
CDC. 2022. How to Protect Yourself & Others. National Center for Immunization and
Respiratory Diseases (NCIRD), Division of Viral Diseases.
Gorbalenya, A.E., Baker, S.C., Baric, R.S, de Groot, R.J., Drosten, C., Gulyaeva, AA. 2020.
The species Severe acute respiratory syndrome-related coronavirus: classifying 2019-
nCoV and naming it SARS-CoV-2. Nat Microbiol.
Hakam. 2021. Understanding the Importance of Covid19 Vaccines. News Report.
Han, Y., Yang, H. 2020. The transmission and diagnosis of 2019 novel coronavirus infection
disease (COVID-19): A Chinese perspective. J Med Virol.
Harvard Health Publishing. 2022. Preventing the spread of the coronavirus. The President and
Fellows of Harvard College
Imperial College London. 2022. Report 49 - Growth, population distribution and immune
escape of Omicron in England. Imperial College London
Liu, Y., Gayle, A.A, Wilder-Smith, A., Rocklöv, J. 2020. The reproductive number of COVID-
19 is higher compared to SARS coronavirus. J Travel Med. 27(2).
Nugroho, S.A., Hidayat, I.N., 2021. Efektivitas Dan Keamanan Vaksin Covid-19: Studi
Refrensi. Jurnal Keperawatan Profesional. 9(2).
Prastyowati, A. 2020. Mengenal Karakteristik Virus SARS-CoV-2 Penyebab Penyakit
COVID-19 Sebagai Dasar Upaya Untuk Pengembangan Obat Antivirus Dan Vaksin.
BioTrends, 1-10.
Riedel, S., Morse, S., Mietzner, T., Miller, S., Jawetz., Melnick., Adelberg’s. 2019. Medical
Microbiology. 28th ed. New York: McGraw-Hill Education/Medical.
Telaumbanua, D. 2020. Urgensi Pembentukan Aturan Terkait Pencegahan Covid-19 di
Indonesia. Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama.12 (1): 59-70
UK Health Security Agency. 2021. SARS-CoV-2 variants of concern and variants under
investigation in England. Technical briefing: Update on hospitalisation and vaccine
effectiveness for Omicron VOC-21NOV-01 (B.1.1.529). UK Health Security Agency
Van, D.N., Bushmaker, T., Morris, DH., Holbrook, M.G., Gamble, A., Williamson, B.N. 2020.
Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as Compared with SARS-CoV-1. Engl J
Med.
Wang J, Zhou M, Liu F. 2020. Exploring the reasons for healthcare workers infected with
novel coronavirus disease 2019 (COVID-19) in China. J Hosp Infect.
WHO. 2021. Memperkuat Kesiapsiagaan menghadapi Omicron (B.1.1.529): Penjelasan
Teknis dan Aksi Prioritas untuk Negara-Negara Anggota. Kantor Pusat World Health
Organization.
Zhu, N., Zhang, D., Wang, W., Li, X., Yang, B., Song, J. 2019. A Novel Coronavirus from
Patients with Pneumonia in China. N Engl J Med. 382(8).

Anda mungkin juga menyukai